sifat koligatif larutan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud
padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai
adalah larutan cair, di mana zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud
cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Sifat larutan mempunyai hubungan erat dengan konsentrasi dari tiap
komponennya. Sifat-sifat larutan seperti rasa, warna, pH dan kekentalan
bergantung pada jenis dan konsentrasinzat terlarut. Selain itu, terdapat sifat
fisika yang penting lainnya dari larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi zat terlarut yang disebut sifat koligatif.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada
jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam
larutan. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat
larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ittu disebabkan zat terlarut dalam
larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion. Sesuai
dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah
daripada sifat koligatif larutan elektrolit.
Hubungan sifat koligatif larutan dengan farmasi, yaitu pada pembuatan
infus. Pada infuse, tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus
karena mempertimbangkan tekanan osmosis. Konsep ini penting dalam
penggantian cairan tubuh atau bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan
melalui pembuluh darah. Cairan infus harus bersifat isotonis dengan cairan
darah. Jika tidak maka terjadi kerusakan pada sel darah. Jika P infus lebih
tinggi, cairan dalam darah akan keluar sehingga menyebabkan sel darah
mengkerut (krenasi). Jika P infus < P darah, sel darah akan pecah (hemolisis)
atau hipotonis.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami sifat-sifat koligatif larutan
2. Tujuan percobaan
Untuk menunjukkan penurunan titik beku dan memperoleh
konstanta penurunan titik beku.
Untuk menunjukkan pengaruh tonisitas pada sel.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan pengaruh tonisitas pada sel darah merah, daun bawang, daun
seledri, dan wortel, dengan meggunakan aquadest,NaCl 0,89 %, NaCl 0,3 %,
glukosa 0,1M, dan glukosa 0,5M dan diamati dengan mata telanjang serta
menggunakan mikroskop.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Sifat larutan mempunyai hubungan erat dengan konsentrasi dari tiap
komponennya. Sifat-siat larutan seperti rasa, warna, pH dan kekentalan
bergantung pada jenis dan konsentarsi zat terlarut yang disebut sifat koligatif.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya
zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan
dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak
sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi
keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. (Andi Aladin, 2010:20)
Jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan
itu berbeda dari sifat pelarut murninya. Sebagai contoh, air murni pada suhu-
180C pasti membeku, sedangkan air yang dicampur dengan etilen glikol (zat
anti beku untuk radiator kendaraan), akan tetap cair pada suhu serendah itu.
Untuk mengetahui sejauh mana sifat suatu larutan berubah dibandingkan
pelarut murninya dinyatakan oleh hukum sifat koligatif. Hukum ini secara
eksak hanya berlaku untuk larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati sifat
ideal bila sangat encer. Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu:
1. Penurunan tekanan uap
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel terlarut sama akan
memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun jenis zat terlarutnya
berbeda-beda. Pengaruh jenis zat terlarut kecilsekali peranannya, selama zat
itu tergolong nonelektrolit tak atsiri (tidak mudah menguap), suatu zat yang
tak membentuk ion dan tak mempunyai tekanan uap yang berarti, contoh zat-
zat seperti ini adalah urea, gula, etilen, glikol, dan gliserin.(Estien, 2005: 75-
76)
Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap dari zat padat
atau zat cair pada suhu tertentu. Air sebagai pelarut murni yang menguap pada
suhu dan tekanan tertentu menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara
yang dinamakan tekanan uap pelarut. Pada suhu dibawah titik didih, molekul-
molekul pelarut murni akan menguap karena molekul zat pelarut pada
permukaan zat cair berkurang sehingga jumlah molekul yang menguap
berkurang.
Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dan tekanan uap jenuh
pelarut diatas larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh (∆P). jika tekanan
uap jenuh pelarut murni diberi symbol P, persamaannya yaitu:
∆P = P0-P
dimana ∆P = Penurunan tekanan uap jenuh (mmHg)
P0 = Tekanan uap jenuh pelarut murni (mmHg)
P = Tekanan uap jenuh pelarut diatas larutan (mmHg)
Hukum Rault menyatakan bahwa penurunan tekanan uap jenuh larutan
sama dengan hasil kali tekanan uap jenuh pelarut murni dengan fraksi mol zat
terlarut.
P = P0.Xp
∆P = P0.Xa
Hukum Rault hanya berlaku untuk larutan ideal. Umumnya, hanya
sedikit larutan yang memenuhi hukum Raulth (Brady, 2003: 43)
Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu
sama dengan tekanan luar ( tekanan yang diberikan pada permukaan cairan).
Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar , maka gelombang uap yang
terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fase gas .
oleh karena itu titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar.
∆Tb: Tb-Tb0
dimana : ∆Tb: kenaikan titik didih ( 0C )
Tb0: titik didih pelarut murni ( 0C)
Tb : Titik didih larutan( 0C )
Persamaan titik didih di tuliskan sebagai berikut:
∆Tb : Kb x m
∆Tb : Kb x 1000
Px
massa zat terlarutMr zat terlarut
dimana : ∆Tb: kenaikan titik didih
kb : tetapan kenaikan titik didih
mr : massa molekul terlarut
m : molaritas
p : massa zat terlarut
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya.
( Tim dosen kimia UPT MKU Unhas, 2008: 17-18)
Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1
atom pada kurva peleburan. Apabila air di dinginkan pada suhu 00C dan
tekanan 1 atom ternyata air membeku. Apabila di tambahkan zat terlarut ke
dalam air pada suhu 00c dan tekanan 1 atom, larutan tersebut belum membeku.
Agar larutan tersebut dapat membeku maka tekanan uap jenuh harus mencapai
1 atom dengan cara merenungkan suhu larutan kur ang dari 00C. Turunnya
titik beku larutan dan titik beku pelarutnya adalah penurunan titik beku
larutan dan di notasikan dengan ∆Tf.
Persamaannya yaitu :
∆Tf :Tf0 – Tf
keterangan : ∆Tf : Penurunan titik beku (0C)
T0f : Titik beku pelarut murni (0C)
Tf : Titik beku larutan (0C)
Persamaan penurunan titik beku dapat di tuliskan sebagai berikut :
∆Tf : Kf × m
∆Tf : Kf x 1000
P x
massa zat terlarutMr zat terlarut
Keterangan : ∆Tf : Penurunan titik beku (0C)
Kf : Tetapan penurunan titik beku (0C/m)
Mr: Massa molekul relatif
M: Molaritas (m)
Ρ : Massa zat pelarut (g)
(Dosen Kimia UIN, 2010: 72)
Berbagai jenis selaput, baik yang alami ( seperti jaringan usus ) maupun
yang sintetik ( seperti selopan ) dapat di lewati molekul pelarut yang kecil
tetapi menahan molekul ( partikel ) zat terlalu, selaput ini di sebut selaput semi
permiabel. Apabila ada dua jenis larutan yang berbeda konsentrasinya di
pisahkan oleh suatu selaput semipermiabel, akan terdapat aliran bersih (netto )
pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat, sedangkan
tinggi larutan yang lebih encer kurang. Perpindahan bersih molekul pelarut ini
di sebut osmosis.
Tekanan osmotic tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung
pada konsentrasi dan bahkan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut Vant
Hope tekanan osmotic larutan-larutan encer dapat di hitung dengan rumus
yang serupa dengan persamaan gas ideal , yaitu :
πV : nRT
π : n RT/V
:MRT
Dimana :
π : Tekanan osmotic
V: Volume larutan (dalam liter )
h: Jumlah mol zat terlarut
T: Suhu absolut larutan ( suhu kelvin )
R: Tetapan gas (0,08205 < atm mol-1 k-1)
M: Molaritas larutan
Pengukuran tekanan osmotic juga di gunakan untuk menetapkan massa
molekul relatif zat , teristimewa untuk larutan yang sangat encer atau untuk
zat yang massa molekul relatifnya sangat besar.
(syukri .1999: 50)
Ada dua teori tekanan untuk menjelaskan osmosis, yaitu :
1. Teori tekanan uap , menurut teori ini larutan encer memiliki
tekanan uap lebi besar daripada larutan yang lebih pekat
2. Teori kinetika molekul. Teori ini menjelaskan bahwa setiap
molekul suatu larutan maupun gas , di atas suhu absolut 00C selalu
dalam keadaan bergerak.
Sifat koligatif yang sudah di bicarakan berlaku untuk larutan ion
elektrolit, dimana zat terlarutnya dalam bentuk molekul atau tidak mengalami
ionisasi larutan elektrolit di nyatakan dengan factor Van’t Hoff yang di
notasikan ɩ, angka ini dapat di definisikan sebagai perbandingan antar harga
sifat kolegatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat
koligatif larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
ɩ: sifat koligatif larutan elektrolit yangdiukur
sifat koligatiflarutannon elektrolit
atau secara matematis : ɩ:∆ P
(∆ P ) :∆Tf
(∆Tf ) :π
(π )
(Annisa, 2008)
B. Uraian Bahan
1. Aquadest ( Dirjen Pom, 1997, 96 )
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Tidak berwarna , tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat / baik
2. Glukosa ( Dirjen Pom, 1979, 268) )
Nama Resmi : GLUCOSUM
Names Lain : Glukosa
Rumus Molekul : C6H12O6
Berat Molekul : 180.18
Pemerian : Hablur tidak berwarna , serbuk hablur atau butiran putih, tidak
berbau , rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sampel percobaan tonisitas sel
3. NaCL (Dirjen Pom, 1979, 403)
Nama Resmi : NATRII CLORIDUM
Nama Lain : Natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Pemerian : Hablur heksa hedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam
etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Asam Benzoat ( Dirjen Pom,1979, 49 )
Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM
Nama Lain : Asam Benzoat
Rumus Molekul : C7 H6O2
Berat Molekul : 122,12
Pemerian : Hablur, halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam air , dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Di gunakan sebagai antiseptikum ekstern, anti jamur, dan
sebagai sampel percobaan.
5. Asam Stearat : ( Dirjen Pom, 1979, 57-58)
Nama resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama lain : Asam Stearat
Rumus molekul : C18H36O2
Berat molekul : 289,47
Pemerian : Zat padat keras mengkilat , putih atau kuning pucat, mirip lilin.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dalam 2
bagian kloroform P dan 3 bagian eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut sebagai sampel percobaan
C. Prosedur Percobaan
Pengaruh tonositas larutan terhadap sel
1. Ambil tabung reaksi yang bersih, berikan label a,b,c,d dan e
2. Masukkan 2 ml larutan berikut ini sesuai label masing-masing
a. Aquadest
b. Glukosa 0,1 M
c. Glukoga 0,5 M
d. NaCl 0,89%
e. NaCl 3%
3. Untuk setiap tabung reaksi tambahkan irisan wortel tipis (sekitar 0,5 mm )
yang segar, daun bawang dan seledri.
4. Masukkan tabung reaksi di rak tabung dan tunggu sampai anda
menyelesaikan semua percobaan lain.
5. Perhatikan tampilan dengan mata telanjang dan juga di bawah mikroskop
6. Ulangi langkah no.1 dan langkah no.2 menggunakan set baru lima tebung
reaksi yang bersih.
7. Dengan menggunakan pipet, tambahkan 5 tetes darah ayam segar secara
keseluruhan untuk setiap tabung uji , moringkan bagian bawah tabung
reaksi untuk menjamin pencampuran yang tepat
8. Amati warna dan penampilan dari larutan setelah 20 menit, baik oleh mta
telanjang dan juga di bawah mikrosop.
Pengukuran penurunan titik beku
1. Rakit alat pengukuran titik beku ( titik lebur ) sederhana beker gelas akan
berfungsi sebagai water bath. Sebuah plat panas dari pembakar bunsen
akan berfungsi sebagai sumber panas. Sebuah tabung reaksi akan
berfungsi sebagai water bath sekunder di mana thermometer di celupkan.
2. Campuran azam benzoat – asam laurat di siapkan sebagai berikut (atau
sebagai alternatif instruktur dapat mempersiapkan terlebih dahulu).
Timbang 3 g asam laurat dan masukkan dalam sebuah gelas kimia 25 ml.
Timbang 0,6 g asam benzoat . Panaskan asam laurat perlahan-lahan di atas
hot plak sampai meleleh (50 C). Tambahkan asam benzoat ke dalam gelas.
Aduk secara menyeluruh hingga di peroleh larutan homogen dinginkan
gelas kimia dalam air dingin untuk mendapatkan sampel yang padat, gerus
sampel menjadi serbuk halus dalam mortal.
3. Setiap praktikan menyiapkan empat tabung leleh kapiler untuk sampel (a)
asam laurat (b) tiga tabung dengan larutan asam benzoat 17%.
4. Susun tabung leleh sebagai berikut :
a. Ambil sejumlah kecil sampel ke dalam tabung leleh kapiler dengan
menekankan ujung tabung yang terbuka secara vertikal ke dalam
sampel.
b. Balikkan tabung kapiler, usap kapiler dengan suatu lembaran yang
memungkinkan padatan masuk di bagian bawah kapiler , anda hanya
memerlukan 1-5 mm sampel dalam tabung kapiler
5. Ikat tabung kapiler dengan thermometer menggunakan karet gelang kecil
dekat dengan ujung thermometer.
6. Ukur titik leleh setiap sampel sebagai berikut:
Jepit thermometer dengan tabung kapiler yang melekat dan rendam dalam
thermostat sekunder di isi dengan air. Turunkan thermostat sekunder ke
dalam gelas berisi air dan memulai proses pemanasan. Perhatikan titik
leleh setiap sampel dan catat, pelelehan terjadi ketika anda mengamati
penyusutan pertama dalam sampel atau munculnya gelembung (jangan
menunggu sampai seluruh sampel di kapiler menjadi bening) setelah
mengambil titik lebur sampel pertama, biarkan thermostat mendingin
hingga suhu ruang dengan menambahkan air dingin. Anda harus melalui
proses pemanasan untuk mengamati titik leleh sampel kedua hanya setelah
air di thermostat primer dan sekunder telah mencapai suhu kamar.
( Tim Dosen Kimia Dasar : 12)
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Pada percobaan ini di gunakan 2 pipa kapiler sebagai wadah untuk
asam stearat dan asam benzoat, 20 tabung reaksi untuk masing-masing
sampel, 4 tabung reaksi untuk sampel glukosa 0,1 M, 4 untuk glukosa 0,5
M, 4 untuk NaCl 3% dan 4 tabung reaksi untuk aquadest, untuk mengukur
suhu, digunakan 1 buah thermometer. Untuk mengikat thermometer dan
pipa kapiler di gunakan karet gelang. Gelas kimia sebanyak 2 buah ( asam
stearat + asam benzoat), sebuah penjepit, 1 bunsen yang digunakan untuk
memanaskan larutan asam stearat serta campuran asam stearat dengan
asam benzoat, kertas perkamen, 3 buah rak tabung reaksi, 1 buah botol
semprot sebagai tempat aquadest, 5 buah gelas ukur 5ml, 5 buah pipet
tetes untuk meneteskan larutan kedalam gelas ukur, mikroskop listrik
untuk melihat perubahan sel, dan neraca analitik untuk menimbang
sampel.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengaruh tonisitas terhadap sel yaitu: aquadest, glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M, NaCl 0,89%, NaCl 3%, wortel, daun bawang, seledri, dan darah segar. Sedangkan pada percobaan penurunan titik
beku, bahan yang di gunakan yaitu: asam benzoate dan asam stearat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan1. Tabel pengamatan pengaruh tonsitas larutan terhadap sel
SAMPEL LARUTANDATA PENGAMATAN
Sebelum Direndam Setelah Direndam
1. Batang Seledri
Aquadest
Ket : Sel seledri masih dalam keadaan normal sebelum di rendam dalam larutan
ket: sel setelah direndam mengalami
hipotonis (sel mengembang)
NaCl 0,89%ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)
NaCl 3%ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel
menciut)
Glukosa 0,1 M
ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel
menciut)
Glukosa 0,5 M
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)
2. Daun Bawan
g
Aquadest
Ket : Sel daun bawang sebelum direndam dalam keadaan normal
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)
NaCl 0,89%
ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel
menciut)
NaCl 3%
ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel
menciut)
Glukosa 0,1 M
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)
Glukosa 0,5 M
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)3. Wortel Aquadest
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)
NaCl 0,89%
ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel
menciut)
NaCl 3%
ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel
menciut)
Glukosa 0,1 M
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)
Gukosa 0,5 M
ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel
mengembang)4. Darah Aquadest ket:
sel
darah setelah direndam dalam aquadest
mengalami Hipertonis (sel mengembang)
NaCl 0,89%
ket: sel darah setelah direndam mengalami
Hipertonis (sel mengembang)
NaCl 3%ket: sel setelah direndam dalam larutan NaCl 0,3℅ mengalami Hipotonis (sel
manciut)
Glukosa 0,1M ket: sel darah setelah
direndam dalam glukosa 0,1 m mengalami
Hipertenis (sel mengembang)
Glukosa 0,5 M
ket: sel darah setelah direndam mengalami
Hipertonis (sel mengembang)
BAB V
PEMBAHASAN
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada
jenis-jenis zat terlarut, tapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut,
maka secara otomatis konsentrasi sifat koligatif larutan yang pekat karena
larutan encer konsentrasinya kecil atau rendah sedangkan larutan pekat
mempunyai konsentrasi tinggi, sifat koligatif larutan dapat dikaitkan dengan
osmosis dan difusi yaitu perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah, atau sebaliknya.
Penurunan tekanan uap
Molekul-molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan
adanya tekanan uap zat cair.
∆P = Po-P atau ∆P = Po. XA
Po = Tekanan uap pelarut murni
P = Tekanan uap larutan
XA = Fraksi mol zat terlarut
Kenaikan titik didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih pada suhu
ini tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya, hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Persamaan
dapat di tulis:
∆Tb = kb . m grmr
x 1000
P
Penurunan titik beku
Adanya zat terlarut dalam larutan atau mengakibatkan titik beku larutan
lebih kecil dari pada titik beku pelarutnya. Persamaan dapat ditulis:
∆Tf = kf . m grmr
x 1000
P
Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi
desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermeabel ke dalam larutan.
Membran adalah suatu selaput yang dapat di lalui oleh zat terlarut menurut
Vant Hoff tekanan osmosis dapat di rumuskan:
μ = m.R.T
Tonisitas
Tonisitas adalah kemampuan suatu zat untuk memvariasikan bentuk
sel dan ukuran sel dengan cara mengubah jumlah air di dalam sel.
Hipertonis dan Hipotonis
Hipertonis adalah keadaan di mana konsentrasi pelarut lebih besar dari
zat terlarut, sedangkan hipotonis adalah keadaan dimana konsentrasi
pelarut lebih kecil dari zat terlarut.
Tujuan percobaan ini adalah untuk menunjukkan pengaruh
tonisitas pada sel. Pada percobaan ini, sampel yang di gunakan yaitu irisan
wortel, daun bawang, seledri dan darah ayam. Langkah pertama yaitu
pembuatan larutan glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M, NaCl 0,3 %, NaCl
0,89%, dan aquadest. Selanjutnya setiap larutan di bagi 4 dan masing-
masing di masukkan kedalam tabung reaksi, sehingga ada 20 tabung reaksi
yang di gunakan. Irisan wortel, daun bawang, seledri dan darah ayam
diamati selnya dibawah mikroskop. Setelah diamati, sampel tersebut
dimasukkan kedalam masing-masing larutan glukosa 0,1 M, glukosa 0,5
M, NaCl 0,3 %, NaCl 0,89%, dan aquadest. Di tunggu hingga beberapa
menit, lalu diambil sampel yang direndam tadi dan diamati di bawah
mikroskop. Setelah itu catat perubahan yang terjadi pada sel sampel,
apakah mengalami hipertonis atau tidak.
Alasan dilakukan perlakuan demikianyakni dengan merendam
wortel, darah, daun bawang, dan seledri dalam akuades, 0,1 M, glukosa
0,5 M, NaCl 0,89% dan NaCl 0,3 %. Agar kita dapat mengetahui tingkat
perubahan pada sel, apakah sel itu mengalami hipertonis atau hipotonis.
Adapun hasil dari percobaan ini yaitu, pada sel darah merah yang
di rendam dalam larutan glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M, NaCl 0,89% dan
aquadest mengalami perubahan yaitu warnanya memudar dan selnya
menggembung. Hal ini terjadi karena perbedaan osmosis antara sel darah
dan larutan tersebut, dimana darah lebih pekat dan larutan tersebut lebih
encer, sehingga air memasuki sel. Pada larutan NaCl 0,3 % yang lebih
pekat dari darah menyebabkan sel darah mengkerut dan warnanya
memudar.
Hasil percobaan pada sel wortel yaitu, irisan wortel yang direndam
pada aquadest, glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M mengalami perubahan yaitu
warna wortel memudar dan sel wortel ssedikit menggembung. Hal ini
terjadi karena perpindahan air dari larutan ke dalam sel. Perubahan ini
disebut hipertonik. Dan pada NaCl 0,3% dan NaCl 0,89% sel wortel juga
terlihat sedikit menggembung akan tetapi perubahan warnanya tidak
terlalu berbeda.
Pada sel daun bawang yang direndam dalam larutan aquadest,
glukosa 0,1 M, glukosa 0,5M warna selnya memudar dan sedikit terlihat
bening selain itu selnya sedikit menggembung. Dan pada larutan NaCl 0,3
% dan NaCl 0,89%, sel daun bawang menciut. Hal ini disebabkan karena
tekanan osmotiknya sama, sehingga tidak terjadi transfuse air.
Pada sel seledri dalam aquadest dan NaCl 0,89% mengalami
perubahan yaitu warna selnya menjadi gelap, karena terjadi transfusi
larutan ke sel dan untuk glukosa 0,5M dan glukosa 0,1 M tidak terjadi
perubahan warna sel yang jelas. Dan pada NaCl 0,3% hanya terlihat
sedikit berubah, hal ini karena terjadi perpindahan dari sel daun keluar dari
larutan, karena larutannya hipotonik.
Pada literatur, sel darah merah pada larutan 0,89% seharusnya
tidak berubah warna dan bentuk karena tekanan osmosik larutan sama
dengan tekanan osmotik darah sehingga tidak terjadi transfusi atau
perpindahan air. Akan tetapi hasil pengamatan kami berbeda dari literatur.
Percobaan kedua yaitu menunjukkan penurunan titik beku dan
memperoleh konstanta penurunan titik beku. Percobaan ini menggunakan
beberapa bahan, yaitu asam stearat dan asam benzoate. langkah kerja yang
pertama di lakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang di
butuhkan, kemudian timbang 0,3 gr asam stearat dan 0,6 gr asam benzoat.
Panaskan asam stearat hingga suhunya mencapai 500 C. Kemudian siapkan
campuran asam stearat yang dicampur dengan asam benzoat dan di
homogenkan lalu didinginkan untuk memperoleh sampel yang padat. Lalu
gerus sampel untuk mendapatkan serbuk halus. Setelah itu disiapkan 4
pipa kapiler. 1 untuk asam stearat dan 3 untuk campuran asam stearat
dengan asam benzoat. Letakkan atau ikat pipa dengan thermometer,
kemudian masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air lalu panaskan.
Amati hingga sampel melebur dan catat suhunya.
Dari percobaan kedua yang kami lakukan di dapat hasil bahwa
asam stearat yang di panaskan akan berubah wujud menjadi cair. Ini
berarti bahwa asam stearat mengalami perubahan wujud dari titik
didihnya. Ini berarti ketika asam stearat di tambahkan asam benzoate pada
suhu 500C, menyebabkan asam benzoate larut dalam asam stearat dan
asam benzoate mengalami perubahan wujud cair menjadi padat. Kemudian
pada saat sampel di totolkan pada pipa kapiler dan dilakukan pemanasan,
menunjukkan bahwa terbentuk gelombang di dalam pipa kapiler dan suhu
yang didapatkan berbeda-beda pada sampel.
Percobaan penurunan titik beku, dimasukkan data (suhu, massa)
berdasarkan percobaan diperoleh konstanta penurunan titik beku,
konstanta tersebuat adalah 1,839 gr/mol0C. Dalam penentuannya, asam
benzoat bertindak sebagai zat terlarut dengan massa 0,6 gr.
Hasil dari percobaan ini sedikit berbeda dengan literatur, yaitu
pada literatur konstanta penurunan titik beku nilainya 1,86 gr/mol0C, tetapi
hasil yang kami dapat yaitu 1.839 gr/mol0C.
Pada percobaan penurunan titik beku, di tentukan konstanta
penurunan titik beku berdasarkan titik lebur dari asam stearat serta
campuran asam stearat dengan asam benzoat. Dalam hal ini titik lebur
dijadikan tolak ukur dalam penentuan konstanta titik beku. Titik lebur
biasanya di gunakan untuk menandakan dimana sebuah benda padat akan
meleleh menjadi benda cair. Jadi, titik lebur adalah suhu dimana suatu
benda dapat meleleh. Sedangkan titik beku berkebalikan dengan titik lebur
yaitu suhu dimana zat cair berubah menjadi padat. Pada kebanyakan benda
memiliki temperature titik lebur dan titik beku yang sama, sehingga titim
lebur di jadikan tolak ukur dalam penentuan konstanta titik lebur.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi yaitu, kesulitan mengamati
perubahan yang terjadi pada sel dalam mikroskop dan sampel yang
digunakan sudah tidak segar sehingga mempengaruhi hasi percobaan.
Hubungan sifat koligatif larutan dengan farmasi yaitu dalam
membuat cairan infuse atau obat tetes mata, harus isotonis dengan cairan
tubuh, oleh karena itu konsentrasinya harus di sesuaikan. Dapat pula
digunakan untuk menentukan massa molekul relatif pada sediaan obat.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah di lakukan, maka dapat di simpulkan:
Pengaruh tonisitas larutan terhadap sel yaitu akan terjadi larutan isotonis
(bentuk sel tetap), larutan hipotonik ( pengkerutan sel), dan larutan
hipotonik (penggembunan sel) yang di sebabkan oleh konsentrasi larutan.
Titik beku larutan atau lebih rendah di bandingkan titik didih pelarut
murni apabila suatu zat di larutkan kemudian didinginkan ke dalam pelarut
murni tersebut.
Konstanta penurunan titik beku:
Kf=0,17040C/m
B. Saran
1. Untuk asisten
2. Untuk Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Aladin, Andi Mustamin. Kimia Umum Kesehatan. Makassar : Kretakupa.
2010
Annisa. Sifat Koligatif Larutan. 2008
http://annisanfushie, wordpress.com
Brady, James. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. 2003
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes. 1979
Dosen Kimia UIN. Kimia dalam Keperawatan. Makassar. 2010
Syukri. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB. 1999
Tim Dosen, dkk. Kimia Dasar Universitas Hasanuddin. Makassar. 2008
Yazid, Estien. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi. 2005
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
1. Pengaruh tonisitas terhadap sel
Aquadest NaCl 0,3% NaCl 0,89% Glukosa 0,1M Glukosa 0,5M
Sampel
Diamkan ± 20 menit
Amati di mikroskop
Foto hasil percobaan
2. Penurunan titik beku
3 gr Asam Stearat
Panaskan 500C
0,6 gr Asam Benzoat
Di campur / di aduk homogen
Diamkan / dinginkan agar berbentuk padat
Gerus
Siapkan 4 pipa kapiler
1 pipa u/ aquadest 3 pipa untuk Asam stearat Dan asam benzoat
Di ikat thermometer dengan pipa
Di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi air
Panaskan
Diamati hingga campuran melebur dan di catat suhunya