sifat koligatif larutan

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, di mana zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu. Sifat larutan mempunyai hubungan erat dengan konsentrasi dari tiap komponennya. Sifat-sifat larutan seperti rasa, warna, pH dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasinzat terlarut. Selain itu, terdapat sifat fisika yang penting lainnya dari larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi zat terlarut yang disebut sifat koligatif. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ittu disebabkan

Upload: niniemeow76

Post on 30-Nov-2015

109 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: sifat koligatif larutan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud

padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai

adalah larutan cair, di mana zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud

cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.

Sifat larutan mempunyai hubungan erat dengan konsentrasi dari tiap

komponennya. Sifat-sifat larutan seperti rasa, warna, pH dan kekentalan

bergantung pada jenis dan konsentrasinzat terlarut. Selain itu, terdapat sifat

fisika yang penting lainnya dari larutan yang hanya bergantung pada

konsentrasi zat terlarut yang disebut sifat koligatif.

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada

jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam

larutan. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat

larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ittu disebabkan zat terlarut dalam

larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion. Sesuai

dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah

daripada sifat koligatif larutan elektrolit.

Hubungan sifat koligatif larutan dengan farmasi, yaitu pada pembuatan

infus. Pada infuse, tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus

karena mempertimbangkan tekanan osmosis. Konsep ini penting dalam

penggantian cairan tubuh atau bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan

melalui pembuluh darah. Cairan infus harus bersifat isotonis dengan cairan

darah. Jika tidak maka terjadi kerusakan pada sel darah. Jika P infus lebih

tinggi, cairan dalam darah akan keluar sehingga menyebabkan sel darah

mengkerut (krenasi). Jika P infus < P darah, sel darah akan pecah (hemolisis)

atau hipotonis.

Page 2: sifat koligatif larutan

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud percobaan

Mengetahui dan memahami sifat-sifat koligatif larutan

2. Tujuan percobaan

Untuk menunjukkan penurunan titik beku dan memperoleh

konstanta penurunan titik beku.

Untuk menunjukkan pengaruh tonisitas pada sel.

C. Prinsip Percobaan

Penentuan pengaruh tonisitas pada sel darah merah, daun bawang, daun

seledri, dan wortel, dengan meggunakan aquadest,NaCl 0,89 %, NaCl 0,3 %,

glukosa 0,1M, dan glukosa 0,5M dan diamati dengan mata telanjang serta

menggunakan mikroskop.

Page 3: sifat koligatif larutan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sifat larutan mempunyai hubungan erat dengan konsentrasi dari tiap

komponennya. Sifat-siat larutan seperti rasa, warna, pH dan kekentalan

bergantung pada jenis dan konsentarsi zat terlarut yang disebut sifat koligatif.

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada

macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya

zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan

dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak

sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi

keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion.

Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan

elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. (Andi Aladin, 2010:20)

Jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan

itu berbeda dari sifat pelarut murninya. Sebagai contoh, air murni pada suhu-

180C pasti membeku, sedangkan air yang dicampur dengan etilen glikol (zat

anti beku untuk radiator kendaraan), akan tetap cair pada suhu serendah itu.

Untuk mengetahui sejauh mana sifat suatu larutan berubah dibandingkan

pelarut murninya dinyatakan oleh hukum sifat koligatif. Hukum ini secara

eksak hanya berlaku untuk larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati sifat

ideal bila sangat encer. Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu:

1. Penurunan tekanan uap

2. Kenaikan titik didih

3. Penurunan titik beku

4. Tekanan osmotik

Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel terlarut sama akan

memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun jenis zat terlarutnya

berbeda-beda. Pengaruh jenis zat terlarut kecilsekali peranannya, selama zat

Page 4: sifat koligatif larutan

itu tergolong nonelektrolit tak atsiri (tidak mudah menguap), suatu zat yang

tak membentuk ion dan tak mempunyai tekanan uap yang berarti, contoh zat-

zat seperti ini adalah urea, gula, etilen, glikol, dan gliserin.(Estien, 2005: 75-

76)

Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap dari zat padat

atau zat cair pada suhu tertentu. Air sebagai pelarut murni yang menguap pada

suhu dan tekanan tertentu menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara

yang dinamakan tekanan uap pelarut. Pada suhu dibawah titik didih, molekul-

molekul pelarut murni akan menguap karena molekul zat pelarut pada

permukaan zat cair berkurang sehingga jumlah molekul yang menguap

berkurang.

Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dan tekanan uap jenuh

pelarut diatas larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh (∆P). jika tekanan

uap jenuh pelarut murni diberi symbol P, persamaannya yaitu:

∆P = P0-P

dimana ∆P = Penurunan tekanan uap jenuh (mmHg)

P0 = Tekanan uap jenuh pelarut murni (mmHg)

P = Tekanan uap jenuh pelarut diatas larutan (mmHg)

Hukum Rault menyatakan bahwa penurunan tekanan uap jenuh larutan

sama dengan hasil kali tekanan uap jenuh pelarut murni dengan fraksi mol zat

terlarut.

P = P0.Xp

∆P = P0.Xa

Hukum Rault hanya berlaku untuk larutan ideal. Umumnya, hanya

sedikit larutan yang memenuhi hukum Raulth (Brady, 2003: 43)

Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu

sama dengan tekanan luar ( tekanan yang diberikan pada permukaan cairan).

Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar , maka gelombang uap yang

Page 5: sifat koligatif larutan

terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fase gas .

oleh karena itu titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar.

∆Tb: Tb-Tb0

dimana : ∆Tb: kenaikan titik didih ( 0C )

Tb0: titik didih pelarut murni ( 0C)

Tb : Titik didih larutan( 0C )

Persamaan titik didih di tuliskan sebagai berikut:

∆Tb : Kb x m

∆Tb : Kb x 1000

Px

massa zat terlarutMr zat terlarut

dimana : ∆Tb: kenaikan titik didih

kb : tetapan kenaikan titik didih

mr : massa molekul terlarut

m : molaritas

p : massa zat terlarut

Titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya.

( Tim dosen kimia UPT MKU Unhas, 2008: 17-18)

Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1

atom pada kurva peleburan. Apabila air di dinginkan pada suhu 00C dan

tekanan 1 atom ternyata air membeku. Apabila di tambahkan zat terlarut ke

dalam air pada suhu 00c dan tekanan 1 atom, larutan tersebut belum membeku.

Agar larutan tersebut dapat membeku maka tekanan uap jenuh harus mencapai

1 atom dengan cara merenungkan suhu larutan kur ang dari 00C. Turunnya

Page 6: sifat koligatif larutan

titik beku larutan dan titik beku pelarutnya adalah penurunan titik beku

larutan dan di notasikan dengan ∆Tf.

Persamaannya yaitu :

∆Tf :Tf0 – Tf

keterangan : ∆Tf : Penurunan titik beku (0C)

T0f : Titik beku pelarut murni (0C)

Tf : Titik beku larutan (0C)

Persamaan penurunan titik beku dapat di tuliskan sebagai berikut :

∆Tf : Kf × m

∆Tf : Kf x 1000

P x

massa zat terlarutMr zat terlarut

Keterangan : ∆Tf : Penurunan titik beku (0C)

Kf : Tetapan penurunan titik beku (0C/m)

Mr: Massa molekul relatif

M: Molaritas (m)

Ρ : Massa zat pelarut (g)

(Dosen Kimia UIN, 2010: 72)

Berbagai jenis selaput, baik yang alami ( seperti jaringan usus ) maupun

yang sintetik ( seperti selopan ) dapat di lewati molekul pelarut yang kecil

tetapi menahan molekul ( partikel ) zat terlalu, selaput ini di sebut selaput semi

permiabel. Apabila ada dua jenis larutan yang berbeda konsentrasinya di

pisahkan oleh suatu selaput semipermiabel, akan terdapat aliran bersih (netto )

pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat, sedangkan

Page 7: sifat koligatif larutan

tinggi larutan yang lebih encer kurang. Perpindahan bersih molekul pelarut ini

di sebut osmosis.

Tekanan osmotic tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung

pada konsentrasi dan bahkan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut Vant

Hope tekanan osmotic larutan-larutan encer dapat di hitung dengan rumus

yang serupa dengan persamaan gas ideal , yaitu :

πV : nRT

π : n RT/V

:MRT

Dimana :

π : Tekanan osmotic

V: Volume larutan (dalam liter )

h: Jumlah mol zat terlarut

T: Suhu absolut larutan ( suhu kelvin )

R: Tetapan gas (0,08205 < atm mol-1 k-1)

M: Molaritas larutan

Pengukuran tekanan osmotic juga di gunakan untuk menetapkan massa

molekul relatif zat , teristimewa untuk larutan yang sangat encer atau untuk

zat yang massa molekul relatifnya sangat besar.

(syukri .1999: 50)

Ada dua teori tekanan untuk menjelaskan osmosis, yaitu :

1. Teori tekanan uap , menurut teori ini larutan encer memiliki

tekanan uap lebi besar daripada larutan yang lebih pekat

Page 8: sifat koligatif larutan

2. Teori kinetika molekul. Teori ini menjelaskan bahwa setiap

molekul suatu larutan maupun gas , di atas suhu absolut 00C selalu

dalam keadaan bergerak.

Sifat koligatif yang sudah di bicarakan berlaku untuk larutan ion

elektrolit, dimana zat terlarutnya dalam bentuk molekul atau tidak mengalami

ionisasi larutan elektrolit di nyatakan dengan factor Van’t Hoff yang di

notasikan ɩ, angka ini dapat di definisikan sebagai perbandingan antar harga

sifat kolegatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat

koligatif larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.

ɩ: sifat koligatif larutan elektrolit yangdiukur

sifat koligatiflarutannon elektrolit

atau secara matematis : ɩ:∆ P

(∆ P ) :∆Tf

(∆Tf ) :π

(π )

(Annisa, 2008)

B. Uraian Bahan

1. Aquadest ( Dirjen Pom, 1997, 96 )

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : Tidak berwarna , tidak berbau, tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat / baik

2. Glukosa ( Dirjen Pom, 1979, 268) )

Nama Resmi : GLUCOSUM

Names Lain : Glukosa

Rumus Molekul : C6H12O6

Berat Molekul : 180.18

Page 9: sifat koligatif larutan

Pemerian : Hablur tidak berwarna , serbuk hablur atau butiran putih, tidak

berbau , rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sampel percobaan tonisitas sel

3. NaCL (Dirjen Pom, 1979, 403)

Nama Resmi : NATRII CLORIDUM

Nama Lain : Natrium Klorida

Rumus Molekul : NaCl

Berat Molekul : 58,44

Pemerian : Hablur heksa hedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan

dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam

etanol (95%)P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Asam Benzoat ( Dirjen Pom,1979, 49 )

Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama Lain : Asam Benzoat

Rumus Molekul : C7 H6O2

Berat Molekul : 122,12

Pemerian : Hablur, halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau

Kelarutan : Larut dalam air , dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%)P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Di gunakan sebagai antiseptikum ekstern, anti jamur, dan

sebagai sampel percobaan.

5. Asam Stearat : ( Dirjen Pom, 1979, 57-58)

Nama resmi : ACIDUM STEARICUM

Nama lain : Asam Stearat

Rumus molekul : C18H36O2

Berat molekul : 289,47

Page 10: sifat koligatif larutan

Pemerian : Zat padat keras mengkilat , putih atau kuning pucat, mirip lilin.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dalam 2

bagian kloroform P dan 3 bagian eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut sebagai sampel percobaan

C. Prosedur Percobaan

Pengaruh tonositas larutan terhadap sel

1. Ambil tabung reaksi yang bersih, berikan label a,b,c,d dan e

2. Masukkan 2 ml larutan berikut ini sesuai label masing-masing

a. Aquadest

b. Glukosa 0,1 M

c. Glukoga 0,5 M

d. NaCl 0,89%

e. NaCl 3%

3. Untuk setiap tabung reaksi tambahkan irisan wortel tipis (sekitar 0,5 mm )

yang segar, daun bawang dan seledri.

4. Masukkan tabung reaksi di rak tabung dan tunggu sampai anda

menyelesaikan semua percobaan lain.

5. Perhatikan tampilan dengan mata telanjang dan juga di bawah mikroskop

6. Ulangi langkah no.1 dan langkah no.2 menggunakan set baru lima tebung

reaksi yang bersih.

7. Dengan menggunakan pipet, tambahkan 5 tetes darah ayam segar secara

keseluruhan untuk setiap tabung uji , moringkan bagian bawah tabung

reaksi untuk menjamin pencampuran yang tepat

8. Amati warna dan penampilan dari larutan setelah 20 menit, baik oleh mta

telanjang dan juga di bawah mikrosop.

Pengukuran penurunan titik beku

Page 11: sifat koligatif larutan

1. Rakit alat pengukuran titik beku ( titik lebur ) sederhana beker gelas akan

berfungsi sebagai water bath. Sebuah plat panas dari pembakar bunsen

akan berfungsi sebagai sumber panas. Sebuah tabung reaksi akan

berfungsi sebagai water bath sekunder di mana thermometer di celupkan.

2. Campuran azam benzoat – asam laurat di siapkan sebagai berikut (atau

sebagai alternatif instruktur dapat mempersiapkan terlebih dahulu).

Timbang 3 g asam laurat dan masukkan dalam sebuah gelas kimia 25 ml.

Timbang 0,6 g asam benzoat . Panaskan asam laurat perlahan-lahan di atas

hot plak sampai meleleh (50 C). Tambahkan asam benzoat ke dalam gelas.

Aduk secara menyeluruh hingga di peroleh larutan homogen dinginkan

gelas kimia dalam air dingin untuk mendapatkan sampel yang padat, gerus

sampel menjadi serbuk halus dalam mortal.

3. Setiap praktikan menyiapkan empat tabung leleh kapiler untuk sampel (a)

asam laurat (b) tiga tabung dengan larutan asam benzoat 17%.

4. Susun tabung leleh sebagai berikut :

a. Ambil sejumlah kecil sampel ke dalam tabung leleh kapiler dengan

menekankan ujung tabung yang terbuka secara vertikal ke dalam

sampel.

b. Balikkan tabung kapiler, usap kapiler dengan suatu lembaran yang

memungkinkan padatan masuk di bagian bawah kapiler , anda hanya

memerlukan 1-5 mm sampel dalam tabung kapiler

5. Ikat tabung kapiler dengan thermometer menggunakan karet gelang kecil

dekat dengan ujung thermometer.

6. Ukur titik leleh setiap sampel sebagai berikut:

Jepit thermometer dengan tabung kapiler yang melekat dan rendam dalam

thermostat sekunder di isi dengan air. Turunkan thermostat sekunder ke

dalam gelas berisi air dan memulai proses pemanasan. Perhatikan titik

leleh setiap sampel dan catat, pelelehan terjadi ketika anda mengamati

penyusutan pertama dalam sampel atau munculnya gelembung (jangan

menunggu sampai seluruh sampel di kapiler menjadi bening) setelah

mengambil titik lebur sampel pertama, biarkan thermostat mendingin

Page 12: sifat koligatif larutan

hingga suhu ruang dengan menambahkan air dingin. Anda harus melalui

proses pemanasan untuk mengamati titik leleh sampel kedua hanya setelah

air di thermostat primer dan sekunder telah mencapai suhu kamar.

( Tim Dosen Kimia Dasar : 12)

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Pada percobaan ini di gunakan 2 pipa kapiler sebagai wadah untuk

asam stearat dan asam benzoat, 20 tabung reaksi untuk masing-masing

sampel, 4 tabung reaksi untuk sampel glukosa 0,1 M, 4 untuk glukosa 0,5

M, 4 untuk NaCl 3% dan 4 tabung reaksi untuk aquadest, untuk mengukur

suhu, digunakan 1 buah thermometer. Untuk mengikat thermometer dan

pipa kapiler di gunakan karet gelang. Gelas kimia sebanyak 2 buah ( asam

stearat + asam benzoat), sebuah penjepit, 1 bunsen yang digunakan untuk

memanaskan larutan asam stearat serta campuran asam stearat dengan

asam benzoat, kertas perkamen, 3 buah rak tabung reaksi, 1 buah botol

semprot sebagai tempat aquadest, 5 buah gelas ukur 5ml, 5 buah pipet

tetes untuk meneteskan larutan kedalam gelas ukur, mikroskop listrik

untuk melihat perubahan sel, dan neraca analitik untuk menimbang

sampel.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan pengaruh tonisitas terhadap sel yaitu: aquadest, glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M, NaCl 0,89%, NaCl 3%, wortel, daun bawang, seledri, dan darah segar. Sedangkan pada percobaan penurunan titik

beku, bahan yang di gunakan yaitu: asam benzoate dan asam stearat.

Page 13: sifat koligatif larutan

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan1. Tabel pengamatan pengaruh tonsitas larutan terhadap sel

SAMPEL LARUTANDATA PENGAMATAN

Sebelum Direndam Setelah Direndam

1. Batang Seledri

Aquadest

Ket : Sel seledri masih dalam keadaan normal sebelum di rendam dalam larutan

ket: sel setelah direndam mengalami

hipotonis (sel mengembang)

NaCl 0,89%ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)

NaCl 3%ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel

menciut)

Glukosa 0,1 M

ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel

menciut)

Glukosa 0,5 M

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)

Page 14: sifat koligatif larutan

2. Daun Bawan

g

Aquadest

Ket : Sel daun bawang sebelum direndam dalam keadaan normal

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)

NaCl 0,89%

ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel

menciut)

NaCl 3%

ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel

menciut)

Glukosa 0,1 M

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)

Glukosa 0,5 M

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)3. Wortel Aquadest

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

Page 15: sifat koligatif larutan

mengembang)

NaCl 0,89%

ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel

menciut)

NaCl 3%

ket: sel setelah direndam mengalami hipertonis (sel

menciut)

Glukosa 0,1 M

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)

Gukosa 0,5 M

ket: sel setelah direndam mengalami hipotonis (sel

mengembang)4. Darah Aquadest ket:

sel

darah setelah direndam dalam aquadest

mengalami Hipertonis (sel mengembang)

Page 16: sifat koligatif larutan

NaCl 0,89%

ket: sel darah setelah direndam mengalami

Hipertonis (sel mengembang)

NaCl 3%ket: sel setelah direndam dalam larutan NaCl 0,3℅ mengalami Hipotonis (sel

manciut)

Glukosa 0,1M ket: sel darah setelah

direndam dalam glukosa 0,1 m mengalami

Hipertenis (sel mengembang)

Glukosa 0,5 M

ket: sel darah setelah direndam mengalami

Hipertonis (sel mengembang)

Page 17: sifat koligatif larutan

BAB V

PEMBAHASAN

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada

jenis-jenis zat terlarut, tapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut,

maka secara otomatis konsentrasi sifat koligatif larutan yang pekat karena

larutan encer konsentrasinya kecil atau rendah sedangkan larutan pekat

mempunyai konsentrasi tinggi, sifat koligatif larutan dapat dikaitkan dengan

osmosis dan difusi yaitu perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah, atau sebaliknya.

Penurunan tekanan uap

Molekul-molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan

adanya tekanan uap zat cair.

∆P = Po-P atau ∆P = Po. XA

Po = Tekanan uap pelarut murni

P = Tekanan uap larutan

XA = Fraksi mol zat terlarut

Kenaikan titik didih

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih pada suhu

ini tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya, hal ini

menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Persamaan

dapat di tulis:

∆Tb = kb . m grmr

x 1000

P

Penurunan titik beku

Adanya zat terlarut dalam larutan atau mengakibatkan titik beku larutan

lebih kecil dari pada titik beku pelarutnya. Persamaan dapat ditulis:

∆Tf = kf . m grmr

x 1000

P

Tekanan osmosis

Page 18: sifat koligatif larutan

Tekanan osmosis adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi

desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermeabel ke dalam larutan.

Membran adalah suatu selaput yang dapat di lalui oleh zat terlarut menurut

Vant Hoff tekanan osmosis dapat di rumuskan:

μ = m.R.T

Tonisitas

Tonisitas adalah kemampuan suatu zat untuk memvariasikan bentuk

sel dan ukuran sel dengan cara mengubah jumlah air di dalam sel.

Hipertonis dan Hipotonis

Hipertonis adalah keadaan di mana konsentrasi pelarut lebih besar dari

zat terlarut, sedangkan hipotonis adalah keadaan dimana konsentrasi

pelarut lebih kecil dari zat terlarut.

Tujuan percobaan ini adalah untuk menunjukkan pengaruh

tonisitas pada sel. Pada percobaan ini, sampel yang di gunakan yaitu irisan

wortel, daun bawang, seledri dan darah ayam. Langkah pertama yaitu

pembuatan larutan glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M, NaCl 0,3 %, NaCl

0,89%, dan aquadest. Selanjutnya setiap larutan di bagi 4 dan masing-

masing di masukkan kedalam tabung reaksi, sehingga ada 20 tabung reaksi

yang di gunakan. Irisan wortel, daun bawang, seledri dan darah ayam

diamati selnya dibawah mikroskop. Setelah diamati, sampel tersebut

dimasukkan kedalam masing-masing larutan glukosa 0,1 M, glukosa 0,5

M, NaCl 0,3 %, NaCl 0,89%, dan aquadest. Di tunggu hingga beberapa

menit, lalu diambil sampel yang direndam tadi dan diamati di bawah

mikroskop. Setelah itu catat perubahan yang terjadi pada sel sampel,

apakah mengalami hipertonis atau tidak.

Alasan dilakukan perlakuan demikianyakni dengan merendam

wortel, darah, daun bawang, dan seledri dalam akuades, 0,1 M, glukosa

0,5 M, NaCl 0,89% dan NaCl 0,3 %. Agar kita dapat mengetahui tingkat

perubahan pada sel, apakah sel itu mengalami hipertonis atau hipotonis.

Adapun hasil dari percobaan ini yaitu, pada sel darah merah yang

di rendam dalam larutan glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M, NaCl 0,89% dan

Page 19: sifat koligatif larutan

aquadest mengalami perubahan yaitu warnanya memudar dan selnya

menggembung. Hal ini terjadi karena perbedaan osmosis antara sel darah

dan larutan tersebut, dimana darah lebih pekat dan larutan tersebut lebih

encer, sehingga air memasuki sel. Pada larutan NaCl 0,3 % yang lebih

pekat dari darah menyebabkan sel darah mengkerut dan warnanya

memudar.

Hasil percobaan pada sel wortel yaitu, irisan wortel yang direndam

pada aquadest, glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M mengalami perubahan yaitu

warna wortel memudar dan sel wortel ssedikit menggembung. Hal ini

terjadi karena perpindahan air dari larutan ke dalam sel. Perubahan ini

disebut hipertonik. Dan pada NaCl 0,3% dan NaCl 0,89% sel wortel juga

terlihat sedikit menggembung akan tetapi perubahan warnanya tidak

terlalu berbeda.

Pada sel daun bawang yang direndam dalam larutan aquadest,

glukosa 0,1 M, glukosa 0,5M warna selnya memudar dan sedikit terlihat

bening selain itu selnya sedikit menggembung. Dan pada larutan NaCl 0,3

% dan NaCl 0,89%, sel daun bawang menciut. Hal ini disebabkan karena

tekanan osmotiknya sama, sehingga tidak terjadi transfuse air.

Pada sel seledri dalam aquadest dan NaCl 0,89% mengalami

perubahan yaitu warna selnya menjadi gelap, karena terjadi transfusi

larutan ke sel dan untuk glukosa 0,5M dan glukosa 0,1 M tidak terjadi

perubahan warna sel yang jelas. Dan pada NaCl 0,3% hanya terlihat

sedikit berubah, hal ini karena terjadi perpindahan dari sel daun keluar dari

larutan, karena larutannya hipotonik.

Pada literatur, sel darah merah pada larutan 0,89% seharusnya

tidak berubah warna dan bentuk karena tekanan osmosik larutan sama

dengan tekanan osmotik darah sehingga tidak terjadi transfusi atau

perpindahan air. Akan tetapi hasil pengamatan kami berbeda dari literatur.

Percobaan kedua yaitu menunjukkan penurunan titik beku dan

memperoleh konstanta penurunan titik beku. Percobaan ini menggunakan

beberapa bahan, yaitu asam stearat dan asam benzoate. langkah kerja yang

Page 20: sifat koligatif larutan

pertama di lakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang di

butuhkan, kemudian timbang 0,3 gr asam stearat dan 0,6 gr asam benzoat.

Panaskan asam stearat hingga suhunya mencapai 500 C. Kemudian siapkan

campuran asam stearat yang dicampur dengan asam benzoat dan di

homogenkan lalu didinginkan untuk memperoleh sampel yang padat. Lalu

gerus sampel untuk mendapatkan serbuk halus. Setelah itu disiapkan 4

pipa kapiler. 1 untuk asam stearat dan 3 untuk campuran asam stearat

dengan asam benzoat. Letakkan atau ikat pipa dengan thermometer,

kemudian masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air lalu panaskan.

Amati hingga sampel melebur dan catat suhunya.

Dari percobaan kedua yang kami lakukan di dapat hasil bahwa

asam stearat yang di panaskan akan berubah wujud menjadi cair. Ini

berarti bahwa asam stearat mengalami perubahan wujud dari titik

didihnya. Ini berarti ketika asam stearat di tambahkan asam benzoate pada

suhu 500C, menyebabkan asam benzoate larut dalam asam stearat dan

asam benzoate mengalami perubahan wujud cair menjadi padat. Kemudian

pada saat sampel di totolkan pada pipa kapiler dan dilakukan pemanasan,

menunjukkan bahwa terbentuk gelombang di dalam pipa kapiler dan suhu

yang didapatkan berbeda-beda pada sampel.

Percobaan penurunan titik beku, dimasukkan data (suhu, massa)

berdasarkan percobaan diperoleh konstanta penurunan titik beku,

konstanta tersebuat adalah 1,839 gr/mol0C. Dalam penentuannya, asam

benzoat bertindak sebagai zat terlarut dengan massa 0,6 gr.

Hasil dari percobaan ini sedikit berbeda dengan literatur, yaitu

pada literatur konstanta penurunan titik beku nilainya 1,86 gr/mol0C, tetapi

hasil yang kami dapat yaitu 1.839 gr/mol0C.

Pada percobaan penurunan titik beku, di tentukan konstanta

penurunan titik beku berdasarkan titik lebur dari asam stearat serta

campuran asam stearat dengan asam benzoat. Dalam hal ini titik lebur

dijadikan tolak ukur dalam penentuan konstanta titik beku. Titik lebur

biasanya di gunakan untuk menandakan dimana sebuah benda padat akan

Page 21: sifat koligatif larutan

meleleh menjadi benda cair. Jadi, titik lebur adalah suhu dimana suatu

benda dapat meleleh. Sedangkan titik beku berkebalikan dengan titik lebur

yaitu suhu dimana zat cair berubah menjadi padat. Pada kebanyakan benda

memiliki temperature titik lebur dan titik beku yang sama, sehingga titim

lebur di jadikan tolak ukur dalam penentuan konstanta titik lebur.

Adapun faktor kesalahan yang terjadi yaitu, kesulitan mengamati

perubahan yang terjadi pada sel dalam mikroskop dan sampel yang

digunakan sudah tidak segar sehingga mempengaruhi hasi percobaan.

Hubungan sifat koligatif larutan dengan farmasi yaitu dalam

membuat cairan infuse atau obat tetes mata, harus isotonis dengan cairan

tubuh, oleh karena itu konsentrasinya harus di sesuaikan. Dapat pula

digunakan untuk menentukan massa molekul relatif pada sediaan obat.

Page 22: sifat koligatif larutan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah di lakukan, maka dapat di simpulkan:

Pengaruh tonisitas larutan terhadap sel yaitu akan terjadi larutan isotonis

(bentuk sel tetap), larutan hipotonik ( pengkerutan sel), dan larutan

hipotonik (penggembunan sel) yang di sebabkan oleh konsentrasi larutan.

Titik beku larutan atau lebih rendah di bandingkan titik didih pelarut

murni apabila suatu zat di larutkan kemudian didinginkan ke dalam pelarut

murni tersebut.

Konstanta penurunan titik beku:

Kf=0,17040C/m

B. Saran

1. Untuk asisten

2. Untuk Laboratorium

Page 23: sifat koligatif larutan

DAFTAR PUSTAKA

Aladin, Andi Mustamin. Kimia Umum Kesehatan. Makassar : Kretakupa.

2010

Annisa. Sifat Koligatif Larutan. 2008

http://annisanfushie, wordpress.com

Brady, James. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. 2003

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes. 1979

Dosen Kimia UIN. Kimia dalam Keperawatan. Makassar. 2010

Syukri. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB. 1999

Tim Dosen, dkk. Kimia Dasar Universitas Hasanuddin. Makassar. 2008

Yazid, Estien. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi. 2005

Page 24: sifat koligatif larutan

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

1. Pengaruh tonisitas terhadap sel

Aquadest NaCl 0,3% NaCl 0,89% Glukosa 0,1M Glukosa 0,5M

Sampel

Diamkan ± 20 menit

Amati di mikroskop

Foto hasil percobaan

Page 25: sifat koligatif larutan

2. Penurunan titik beku

3 gr Asam Stearat

Panaskan 500C

0,6 gr Asam Benzoat

Di campur / di aduk homogen

Diamkan / dinginkan agar berbentuk padat

Gerus

Siapkan 4 pipa kapiler

Page 26: sifat koligatif larutan

1 pipa u/ aquadest 3 pipa untuk Asam stearat Dan asam benzoat

Di ikat thermometer dengan pipa

Di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi air

Panaskan

Diamati hingga campuran melebur dan di catat suhunya