siely cicilia nurhadi_laporan hasil ta_bu p3swot

83
PEMBUATAN SABUN MANDI GEL ALAMI DENGAN BAHAN AKTIF MIKROALGA Chlorella pyrenoidosa Beyerinck DAN MINYAK ATSIRI Lavandula latifolia Chaix LAPORAN HASIL TUGAS AKHIR SIELY CICILIA NURHADI NIM. 410810024 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2012 BU-P3SWOT

Upload: fransiscus-raymond-butar-butar

Post on 05-Aug-2015

171 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

PEMBUATAN SABUN MANDI GEL ALAMI DENGAN

BAHAN AKTIF MIKROALGA Chlorella pyrenoidosa

Beyerinck DAN MINYAK ATSIRI

Lavandula latifolia Chaix

LAPORAN HASIL TUGAS AKHIR

SIELY CICILIA NURHADI

NIM. 410810024

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MA CHUNG

MALANG

2012

BU-P3SWOT

Page 2: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

ii

PEMBUATAN SABUN MANDI GEL ALAMI DENGAN BAHAN AKTIF

MIKROALGA Chlorella pyrenoidosa Beyerinck DAN MINYAK

ATSIRI Lavandula latifolia Chaix

Siely Cicilia Nurhadi

NIM. 410810024

Abstrak

Dewasa ini, sabun mandi sudah menjadi kebutuhan primer untuk semua

manusia. Banyak jenis sabun mandi yang ada di pasaran, salah satunya yang

sekarang digemari adalah sabun mandi gel. Kebanyakan sabun mandi gel yang

beredar di pasaran menggunakan bahan sintetik sebagai komponen penyusunnya.

Padahal, banyak isu yang berkembang menyebutkan bahwa penggunaan bahan

sintetik berbahaya bagi kulit manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada

konsumen yang memiliki kulit sensitif. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi

baru produk sabun mandi gel alami yang menggunakan bahan aktif alami sebagai

komponen penyusunnya. Pada penelitian Tugas Akhir ini dipilihlah bahan aktif

serbuk Chlorella pyrenoidosa dan minyak atsiri Lavandula latifolia yang

memiliki sifat anti bakteri.

Agar produk sabun yang dihasilkan dapat dipasarkan secara aman di

kalangan masyarakat, maka diadakan pengujian kualitas sabun secara fisika dan

kimiawi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996, pengujian

stabilitas sabun, dan pengujian kesukaan konsumen (hedonik) dengan

menggunakan metode uji organoleptik. Pengujian kualitas sabun mandi gel alami

terdiri dari pengujian viskositas, pH, bobot jenis (25C), Angka Lempeng Total

(ALT), dan pengujian warna. Dan dari seluruh parameter uji tersebut, sabun

mandi gel alami dinyatakan lolos uji karena telah masuk ke dalam rentang standar

persyaratan masing-masing parameter uji.

Pengujian stabilitas sabun berfungsi untuk melakukan pendugaan umur

simpan produk. Pengujian stabilitas sabun dilakukan terhadap parameter

viskositas dan pH dengan mengamati perubahan pada dua macam kondisi yang

berbeda, yaitu kondisi suhu ekstrim 65C selama 5 hari (akselerasi/percepatan)

dan kondisi suhu ruang selama 30 hari. Hasil yang diperoleh adalah dugaan umur

simpan sabun mandi gel alami selama 2 (dua) bulan. Dan untuk pengujian

hedonik, terdapat lima parameter uji yang akan dianalisa menggunakan SPSS

One-Way ANOVA, yaitu jumlah busa, kekentalan, aroma dan warna, kesan saat

pemakaian, dan kesan setelah pemakaian. Dari data rata-rata penilaian oleh

panelis dapat disimpulkan bahwa sabun mandi gel alami yang dihasilkan dapat

diterima dengan baik oleh perwakilan konsumen.

Kata kunci: sabun mandi gel alami, Chlorella pyrenoidosa, Lavandula latifolia,

SNI 06-4085-1996, stabilitas, hedonik.

Page 3: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

iii

THE MAKING PROCESS OF SHOWER GEL WITH ACTIVE

INGREDIENTS MICROALGAE Chlorella pyrenoidosa

Beyerinck AND Lavandula latifolia Chaix

ESSENTIAL OIL

Siely Cicilia Nurhadi

NIM. 410810024

Abstract

Now on, soap has become a primary need for all human. Many types of

soap on the market, one of them that quite popular is shower gel. Most of shower

gel on the market use synthetic materials as constituent components. In fact, many

issues stated that the use of synthetic materials may cause irritation to the

consumers who have sensitive skin. Therefore, it needs a new innovative products

natural shower gel that use natural active ingredients as their constituent

components. The selected active ingredients are Chlorella pyrenoidosa powder

and Lavandula latifolia essential oil, which has antibacterial properties.

In order to be marketed safely, the quality test was conducted according to

the Indonesian National Standard 06-4085-1996, there also stability test of shower

gel, and consumer test (hedonic) using organoleptic method test. Quality test of

natural shower gel consist of viscosity, pH, density (25C), total count plate, and

color test. Natural shower gel has passed all parameter test, because it has been

accepted into the standard range requirements of each parameter test.

The objective of stability test in shower gel is to estimate the shelf life of

products. Stability test performed on shower gel’s viscosity and pH parameter by

observing the changes in two different conditions; conditions of extreme

temperature 65C for 5 days (acceleration) and room temperature conditions for

30 days. The results are shelf life estimation of natural shower gel are 2 (two)

months. And for hedonic test, there are five parameter test to be analyzed using

the SPSS One-Way ANOVA; they are the amount of foam, viscosity, aroma and

color, impression upon usage, and impression after usage. From the mean data of

assessment by panelists concluded that the natural shower gel can be well

received by consumer representatives.

Key words: natural shower gel, Chlorella pyrenoidosa, Lavandula latifolia,

Indonesian National Standard 06-4085-1996, stability, hedonic.

Page 4: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia

dan berkat-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Hasil Tugas Akhir (TA) tepat pada waktunya.

Penyusunan Laporan Hasil TA ini dilaksanakan guna memenuhi salah satu syarat

kelulusan Sarjana-1 (S-1) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Ma Chung Malang.

Dalam melaksanakan TA ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan sehingga Laporan Hasil TA dapat selesai tanpa menemui hambatan

yang berarti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Pihak BPKLN Beasiswa Unggulan P3SWOT yang telah mempercayakan

dana skripsi kepada penulis sehingga secara langsung mendukung segala

keperluan materiil penelitian TA ini.

2. Papa tercinta, Papa Gunadi Nurhadi yang tak henti-hentinya memberikan

doa, semangat, perhatian, waktu, dan tenaga kepada penulis hingga

Laporan Hasil TA ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Mama tercinta, Mama Esther Yonathan yang juga selalu mendoakan,

memotivasi, dan memberikan dukungan penuh kepada penulis.

4. Keluarga Besar Nurhadi yang tak henti-hentinya memberikan dukungan

doa, semangat, dan perhatian kepada penulis.

5. Bapak Tatas H.P. Brotosudarmo, Ph.D selaku dosen pembimbing I TA

penulis yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, masukan, dan

waktunya kepada penulis hingga Laporan Hasil TA ini dapat terselesaikan

tepat waktu.

6. Ibu Leenawaty Limantara, Ph.D (Bu Shinta) selaku dosen pembimbing II

TA penulis yang juga selalu memberikan motivasi, bimbingan, masukan,

dan waktunya kepada penulis hingga Laporan Hasil TA ini dapat

terselesaikan tepat waktu.

Page 5: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

v

7. Mbak Enik dan seluruh staf di Laboratorium Ma Chung Research for

Photosynthetic Pigments (MRCPP) yang telah meluangkan waktu dan

tenaga serta selalu membantu penulis dalam menyelesaikan masalah yang

timbul saat penelitian berlangsung.

8. Bapak Hapry F.N. Lapian, M.Sc. selaku dosen penguji TA penulis yang

telah memberikan masukan terhadap laporan penulis.

9. Julio yang telah setia memberikan dukungan, perhatian, dan masukan

kepada penulis.

10. Teman-teman Bioindustri 2008 yang telah mengarungi suka duka bersama

dan selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk

menjalani penelitian TA bersama.

11. Dan seluruh pihak lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu

yang secara tidak langsung ikut membantu dalam penyelesaian TA

penulis.

Penulis juga menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam

menyusun Laporan Hasil TA ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan

kritik dari para pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan

selanjutnya.

Akhir kata, semoga Laporan Hasil TA ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Malang, 14 Mei 2012

Penulis

Page 6: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3

1.3. Batasan Masalah................................................................................. 3

1.4. Perumusan Masalah ........................................................................... 4

1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.6. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1. Sabun .................................................................................................. 6

2.2. Bakteri dan Kulit Manusia ................................................................. 7

2.3. Chlorella pyrenoidosa Beyerinck ...................................................... 8

2.4. Lavandula latifolia Chaix (Lavender) ................................................ 10

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 13

3.1. Bahan Penelitian ................................................................................ 13

3.2. Peralatan yang Digunakan ................................................................. 13

3.3. Prosedur Penelitian yang Digunakan ................................................. 13

3.3.1. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami .......................... 13

3.3.2. Pengujian Viskositas ................................................................ 15

Page 7: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

vii

3.3.3. Pengujian pH ............................................................................ 15

3.3.4. Pengujian Bobot Jenis (25C) .................................................. 16

3.3.5. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) ................................. 16

3.3.6. Pengujian Stabilitas Sabun ....................................................... 17

3.3.7. Pengujian Warna ...................................................................... 17

3.3.8. Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik) ............................. 18

3.4. Data dan Informasi yang Dibutuhkan ............................................... 18

3.5. Sumber Data yang Digunakan .......................................................... 19

3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 19

3.7. Lokasi Penelitian ............................................................................... 19

3.8. Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA) .................................................. 20

IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 21

4.1. Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami ...................................... 21

4.2. Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996 .................. 22

4.2.1. Viskositas ................................................................................. 23

4.2.2. pH ............................................................................................. 25

4.2.3. Bobot Jenis (25C) .................................................................. 26

4.2.4. Angka Lempeng Total (ALT) ................................................. 26

4.2.5. Pengujian Warna ...................................................................... 27

4.3. Pengujian Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami .................................... 28

4.4. Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik) ....................................... 33

4.4.1. Kesukaan Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi Gel ............... 33

4.4.2. Kesukaan Terhadap Kekentalan Sabun Mandi Gel ................. 35

4.4.3. Kesukaan Terhadap Aroma dan Warna Sabun Mandi Gel ...... 36

4.4.4. Kesukaan Terhadap Kesan Saat Pemakaian Sabun Mandi

Gel ............................................................................................ 38

4.4.5. Kesukaan Terhadap Kesan Setelah Pemakaian Sabun Mandi

Gel ............................................................................................ 39

Page 8: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

viii

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 41

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 41

5.2. Saran………. ...................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43

LAMPIRAN.................... ................................................................................ 46

Page 9: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

ix

DAFTAR TABEL

2.1. Komposisi Serbuk Chlorella pyrenoidosa ............................................... 9

2.2. Aktivitas Anti Bakteri dari Chlorella pyrenoidosa .................................. 10

2.3. Komposisi Minyak Atsiri Lavandula latifolia ......................................... 11

2.4. Aktivitas Anti Bakteri dari Lavandula latifolia ........................................ 12

3.1. Komposisi Sabun Mandi Gel Alami ........................................................ 14

3.2. Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA) ......................................................... 20

4.1. Penjelasan Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami ........... 21

4.2. Hasil Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996 ............... 23

4.3. Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ektrim 65C,

5 hari) ...................................................................................................... 27

4.4. Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ruang, 30 hari) 27

Page 10: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

x

DAFTAR GAMBAR

2.1. Sel Chlorella pyrenoidosa Beyerinck ..................................................... 9

2.2. Lavandula latifolia Chaix ....................................................................... 11

4.1. Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami ............................ 21

4.2. Perbandingan Viskositas Keempat Jenis Sabun Gel .............................. 24

4.3. Perbandingan pH Keempat Jenis Sabun Gel .......................................... 26

4.4. Acuan Nilai L*, a*, b* untuk Analisa Warna ......................................... 28

4.5. (A) Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel

Alami (suhu ekstrim, 65C) .................................................................... 29

4.5. (B) Grafik Hasil Simulasi Persamaan Regresi Linear Viskositas

Sabun Mandi Gel Alami (suhu ekstrim, 65C) ....................................... 29

4.6. Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami

(Suhu Ruang) .......................................................................................... 31

4.7. Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu

Ekstrim, 65C) ............................................................................ 32

4.8. Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu

Ruang)..................................................................................................... 33

4.9. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji

Jumlah Busa Keempat Jenis Sabun ........................................................ 34

4.10. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji

Kekentalan Keempat Jenis Sabun ........................................................... 36

4.11. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji

Aroma dan Warna Keempat Jenis Sabun ............................................... 37

4.12. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji

Kesan Saat Pemakaian Keempat Jenis Sabun ........................................ 38

4.13. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji

Kesan Setelah Pemakaian Keempat Jenis Sabun.................................... 40

Page 11: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

xi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 1) dengan Volume

akhir (V) = 1 Liter. ..................................................................................... 46

B. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 2) dengan Volume

akhir (V) = 1 Liter ...................................................................................... 47

C. Angket (Kuisioner) Pengujian Kesukaan Produk ...................................... 48

D. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ekstrim 65C, 5 Hari) . 49

E. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ruang, 30 Hari) ........... 50

F. Data Hasil Pengukuran Bobot Jenis (25C) ............................................... 51

G. Bahan-bahan Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami .................................... 52

H. Peralatan Pembuatan dan Pengujian Sabun Mandi Gel Alami .................. 53

I. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH Sabun Gel Pembanding.......... 54

J. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi Gel ............ 55

K. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kekentalan Sabun Mandi Gel .............. 56

L. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Aroma dan Warna Sabun Mandi Gel ... 57

M. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Saat Pemakaian Sabun Mandi

Gel .............................................................................................................. 58

N. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Setelah Pemakaian Sabun Mandi

Gel .............................................................................................................. 59

O. Hasil Uji Statistik Deskriptif Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun

Mandi Gel .................................................................................................. 60

P. Hasil Uji ANOVA Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel .... 62

Q. Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi

Gel .............................................................................................................. 63

R. Hasil Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) Sabun Mandi Gel Alami . 67

S. Angket/Kuisioner Uji Kesukaan Konsumen (Hedonik) ............................ 68

Page 12: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

1

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di

masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut dimanfaatkan setiap hari oleh semua

kalangan masyarakat, baik kelas atas, menengah, maupun bawah. Industri sabun

mandi pun berlomba-lomba menciptakan produk sabun mandi yang inovatif dan

bermanfaat, bervariasi baik dari segi bentuk, warna, maupun aroma.

Sears [1] mengemukakan bahwa di dunia, produk sabun mandi berbasis

bahan alam masih jarang ditemukan di pasaran. Kebanyakan masih menggunakan

bahan sintetik sebagai bahan aktifnya. Bahan aktif sintetik ini memiliki efek

negatif terhadap kulit manusia, karena berpotensi menimbulkan iritasi pada

konsumen yang memiliki kulit sensitif [1,2]. Contoh bahan aktif sintetik yang

berbahaya bagi kulit manusia dan banyak disorot saat ini adalah diethanolamine

(DEA), Sodium Lauryl Sulfate (SLS), serta triclosan yang terdapat di hampir

semua sabun mandi yang beredar di pasaran. Menurut Mukiyo [2], apabila

triclosan terakumulasi dalam lemak di tubuh manusia, maka akan berpotensi

menimbulkan disfungsi tiroid. Oleh karena itu, saat ini mulai banyak produsen

sabun mandi yang melirik ke bahan alam untuk dijadikan substitusi bahan aktif

pembuatan sabun mandi. Tujuan digunakannya bahan alam ini tentunya untuk

mengeliminir bahan-bahan sintetik, seperti pewarna, parfum, pemutih, anti

bakteri, dan lain-lain.

Sabun mandi yang ada di pasaran saat ini berupa sabun mandi batang,

cair, dan juga gel. Masing-masing jenis sabun tersebut memiliki keunggulan

tersendiri, seperti aroma, bentuk, dan fungsi, yaitu baik sebagai pemutih, pelembut

kulit, ataupun sebagai anti bakteri. Dalam tugas akhir ini, pembuatan sabun mandi

berbentuk gel dipilih dengan alasan bentuknya yang unik, menarik, dan praktis

untuk dibawa kemana saja. Selain itu, dari segi estetika, sabun mandi gel dapat

memiliki variasi yang beragam.

Page 13: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

2

Dewasa ini, sabun mandi anti bakteri sangat diminati oleh masyarakat.

Hal ini disebabkan karena sabun tersebut dipercaya dapat membersihkan kulit

secara efektif, didukung oleh sifat anti bakteri yang dimilikinya. Salah satu bahan

aktif alami yang memiliki sifat anti bakteri adalah mikroalga Chlorella

pyrenoidosa.

Paul [3] menyebutkan bahwa selama ini C. pyrenoidosa lebih dikenal

sebagai salah satu sumber pangan alami yang mampu menyembuhkan berbagai

penyakit. Esensi yang berbeda ingin diberikan ketika C. pyrenoidosa

dimanfaatkan sebagai salah satu bahan aktif alami pada sabun mandi gel. Dari

bahan aktif ini dapat diperoleh pewarna alami sekaligus khasiat anti bakterinya.

Ekstrak C. pyrenoidosa dipercaya dapat memberikan aktivitas anti bakteri pada

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif [4,5,6]. Selain itu, menurut Briggs

dalam Rachmaniah [7] C. pyrenoidosa merupakan salah satu mikroorganisme

yang terdapat melimpah di Indonesia dan memiliki kandungan minyak nabati

yang sangat tinggi, sehingga diharapkan dapat membantu reaksi saponifikasi

dalam pembuatan sabun mandi gel.

Bahan aktif lainnya yang telah banyak diimplementasikan pada sabun

mandi maupun parfum, yaitu Lavandula latifolia (Lavender). Lavender juga

berkhasiat sebagai anti bakteri atau anti jamur serta anti nyamuk [8]. Selain itu,

aromanya yang alami dan memiliki banyak keunggulan apabila dipadukan dengan

C. pyrenoidosa diharapkan akan membentuk sebuah sabun mandi gel alami yang

sehat, tidak berbahaya bagi kulit, serta memberikan sensasi nyaman bagi

konsumennya.

Pada akhirnya, pembuatan sabun mandi gel alami ini tidak lepas dari

pengujian-pengujian yang wajib dilakukan agar sabun mandi gel dapat dipasarkan

secara aman di kalangan masyarakat. Pengujian dilakukan secara fisik maupun

kimiawi. Pengujian kualitas sabun mandi yang telah dibuat disesuaikan dengan

aturan SNI 06-4085-1996 yang meliputi pengamatan organoleptik, pengujian

viskositas, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total (ALT) [9,10,11,12]. Selain

itu, pengujian dilanjutkan dengan menganalisa stabilitas sabun mandi gel alami

selama 30 hari pada suhu ruang dan selama 5 hari pada suhu ekstrim (65C)

Page 14: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

3

dimana sekaligus dapat berfungsi sebagai indikator masa simpan sabun.

Selanjutnya, dilakukan pula uji statitik One-Way ANOVA untuk mengukur

tingkat kepuasan konsumen dengan cara membandingkan kualitas sabun mandi

sintetik dengan sabun mandi gel alami hasil penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian Tugas Akhir (TA) ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan alam masih jarang digunakan untuk produk sabun mandi karena

harga produksinya relatif lebih mahal dibandingkan bahan sintetik.

2. Bahan sintetik untuk sabun mandi berpotensi menimbulkan bahaya

iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif.

3. Belum terdapatnya produk kosmetika, khususnya produk sabun mandi

yang secara spesifik memanfaatkan C. pyrenoidosa sebagai bahan aktif

alami anti bakteri.

4. Sabun mandi gel alami yang dibuat harus lolos pengujian berdasarkan

standar SNI.

5. Harus ada pengujian yang spesifik untuk mengetahui stabilitas sabun

mandi gel alami yang dibuat.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian TA ini adalah sebagai berikut:

1. Produk sabun mandi gel alami memanfaatkan bahan alam sebagai bahan

dasar beserta bahan aktifnya.

2. Produk sabun mandi gel alami memanfaatkan bahan aktif alami berupa

serbuk C. pyrenoidosa dan minyak atsiri L. latifolia.

3. Pengujian kualitas sabun mandi gel alami dilakukan sesuai standar SNI

yang berlaku untuk sabun mandi cair (SNI 06-4085-1996).

4. Pengujian stabilitas sabun mandi gel alami dilakukan pada suhu ruang

selama 30 hari dan suhu ekstrim (65C) selama 5 hari.

5. Pengujian kesukaan (hedonik) dilakukan dengan membandingkan sabun

mandi gel alami yang dibuat dengan sabun mandi sintetik komersil.

Page 15: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

4

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian TA ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan

menggunakan bahan aktif C. pyrenoidosa dan L. latifolia yang tepat?

2. Bagaimana hasil pengujian kualitas sabun mandi gel alami yang dibuat

berdasarkan SNI 06-4085-1996?

3. Apakah sabun mandi gel alami yang dibuat dapat tetap stabil dalam

kurun waktu tertentu?

4. Apakah ada perbedaan nyata antara sabun mandi sintetik komersil

dengan sabun mandi gel alami yang dibuat?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian TA ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan

menggunakan bahan aktif C. pyrenoidosa dan L. latifolia yang tepat.

2. Mengetahui hasil pengujian kualitas sabun mandi gel alami yang dibuat

berdasarkan SNI 06-4085-1996.

3. Mengetahui hasil pengujian stabilitas sabun mandi gel alami yang

dibuat.

4. Mengetahui perbedaan nyata antara sabun mandi sintetik komersil

dengan sabun mandi gel alami yang dibuat dengan menggunakan uji

statistik One-Way ANOVA metode uji organoleptik.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian TA ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

- Dapat membuat suatu produk sabun mandi gel berbasis bahan alam

(C. pyrenoidosa dan L. latifolia) yang memiliki kelebihan

dibandingkan sabun mandi yang sudah beredar di pasaran saat ini.

Page 16: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

5

- Sebagai sarana aplikasi dan penerapan disiplin ilmu dalam bidang

bioindustri, khususnya dalam pembuatan produk berbasis bahan

alam.

b. Bagi Universitas

- Dapat memberikan kontribusi ilmiah yang dapat membantu

pengembangan penelitian di Universitas.

- Dapat mengembangkan suatu produk yang memiliki nilai tambah

(added value) sehingga berguna untuk memajukan Universitas dalam

bidang pengetahuan.

c. Bagi Masyarakat

- Mendapatkan varian baru pada industri sabun mandi.

- Dapat menciptakan lapangan usaha baru, yaitu industri sabun mandi

berbasis bahan alam.

- Dapat menerapkan konsep back to nature sehingga potensi kekayaan

alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara bijak.

Page 17: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

6

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Sabun

Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan

air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) [13]. Sabun memiliki

struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat

ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar),

sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh

sebab itu, dalam fungsinya, gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan

kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di

dalam air.

Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut

reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi [12]. Saponifikasi

adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada

reaksi di bawah ini [14]:

C17H35.COOCH2 CH2OH

C17H35.COOCH + 3KOH → 3C17H35.COOK + CHOH

C17H35.COOCH2 CH2OH

Minyak (Lemak) + Alkali → Sabun + Gliserol

Pada reaksi di atas, bahan baku utama yang dibutuhkan untuk pembuatan

sabun adalah minyak hewani atau minyak sayur (minyak zaitun, minyak kelapa,

dan lain-lain) dan basa alkali, yaitu natrium hidroksida untuk pembuatan sabun

padat atau kalium hidroksida untuk pembuatan sabun cair [15]. Reaksi antara

lemak dan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Dalam reaksinya, tidak semua

alkali bereaksi dengan lemak, sehingga terkadang produk sabun bersifat sangat

basa. Penambahan asam, misalnya asam sitrat dapat menetralkan kelebihan alkali

yang tertinggal selama pembuatan sabun.

Page 18: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

7

Dalam reaksi pembuatan sabun, senyawa gliserol juga terbentuk.

Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang

bersifat hidrofilik dan higroskopik [16]. Gliserol merupakan komponen yang

menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol juga berfungsi

untuk mengikat minyak (kotoran), karena struktur gliserol menyerupai struktur

molekul minyak.

Sabun mandi gel sudah cukup banyak dijual di pasaran Eropa, namun

tidak banyak literatur yang menyebutkan tentang komposisi dan proses pembuatan

sabun mandi gel tersebut. Menurut salah satu forum kimia, Peacock [17]

menyebutkan mengenai proses pembuatan sabun mandi yang diawali dengan

penambahan komposisi terdiri dari minyak biji bunga matahari, minyak kelapa,

KOH, K2CO3, dan akuades. K2CO3 (kalium karbonat) berfungsi untuk

mempermudah pengadukan sabun. Selanjutnya, sabun mandi cair tersebut diolah

kembali sehingga menjadi sabun mandi gel. Pengolahan sabun dengan

menambahkan bahan-bahan berupa sepimax zen (agen pengental yang terbuat dari

bunga zen), akuades, dan bahan aktif berfungsi untuk membentuk struktur lentur

dan lembut pada sabun. Bahan aktif lain yang ditambahkan dapat berupa ekstrak

bahan alam, yang memberi warna dan aroma pada sabun.

2.2 Bakteri dan Kulit Manusia

Pada kulit manusia selalu terdapat kolonisasi bakteri. Adanya kolonisasi

bakteri disebabkan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan yang

berguna untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti lemak, nitrogen, mineral

yang merupakan hasil proses keratinisasi kulit dan apendiksnya [18]. Bakteri-

bakteri ini ada yang bersifat komensal, yaitu bakteri positif yang memberikan

pengaruh baik terhadap kulit manusia, dan ada yang dapat menimbulkan penyakit

pada kulit [16]. Frekuensi kontaminasi bakteri untuk menimbulkan penyakit pada

kulit bergantung pada virulensi organisme, besarnya inokulasi bakteri, tempat

masuk kuman, dan imunitas kulit manusia.

Melihat adanya bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada kulit

manusia, maka kulit perlu dilindungi. Perlindungan kulit terhadap

Page 19: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

8

mikroorganisme dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme. Pada kulit normal,

terdapat mikroorganisme baik yang menghasilkan antibiotika yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme jahat [19]. Merchionini dalam

Susilowarno, dkk. [18] mengemukakan adanya “acid mantle”, yaitu keasaman

kulit yang berfungsi dalam mekanisme pertahanan kulit manusia terhadap

mikroorganisme jahat. Acid mantle terbentuk ketika derajat keasaman kulit

manusia berada pada rentang pH 5,5-7,0 [16].

Namun, karena jumlah mikroorganisme baik (komensal) terbatas apabila

dibandingkan dengan lemak-lemak yang disekresikan oleh kulit, maka sabun

dibutuhkan untuk mengangkat kotoran-kotoran berupa asam-asam lemak. Dengan

demikian, fungsi mikroorganisme komensal dapat tertolong. Sabun yang memiliki

tingkat basa yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kulit kering, karena pH kulit

akan naik, sehingga secara otomatis mematikan bakteri-bakteri komensal pada

kulit. Oleh sebab itu, diperlukan sabun yang memiliki pH yang mendekati pH

kulit sehat manusia sekaligus berada dalam rentang SNI untuk mutu pH sabun

mandi dan menjaga kelembaban kulit agar mendukung kehidupan

mikroorganisme komensal.

2.3 Chlorella pyrenoidosa Beyerinck

Chlorella adalah ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air bersih

selama lebih dari 2,5 milyar tahun yang lalu [3]. Tumbuhan ini terdiri dari lebih

dari 40% protein dan memiliki kandungan klorofil (butir hijau daun) dan asam

nukleat (RNA dan DNA) yang paling tinggi di antara tumbuhan. Studi klinis dan

riset medis [3] menunjukkan bahwa Chlorella dapat mengeluarkan toksin seperti

timah hitam, air raksa, kadmium, arsenik, pestisida, uranium, obat pembasmi

serangga (insektisida), P.C.B. (Polychlorbiphenyl), dan lain-lain dari tubuh. Selain

itu, Chlorella merangsang sistem kekebalan. Chlorella merangsang produksi

interferon, makrofagus, dan sel T yang berfungsi sebagai suatu stimulan terhadap

kekebalan tubuh.

Page 20: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

9

Gambar 2.1 Sel Chlorella pyrenoidosa Beyerinck

Sumber: Boraas (1983)

Chlorella juga mempunyai suatu kemampuan menyembuhkan dalam

cakupan luas, seperti: menyembuhkan luka, mengatasi pankreatitis, penyakit gusi

(pendarahan gusi dan gigi lepas), radang sendi, aterosklerosis, tekanan darah

tinggi, sembelit, sindrom kelelahan kronis, kanker, penyakit jantung, dan banyak

penyakit langka dan umum [5].

Chlorella berisi suatu rangkaian panjang vitamin (mencakup vitamin A,

C, E, betakaroten, B1, B2, B6, B12, dan lain-lain), mineral (mencakup zat kapur,

fosfor, magnesium, besi, seng, yodium, dan lain-lain), dan bahan gizi (seperti

asam amino, protein, lemak, karbohidrat, dan lain-lain). Ukuran Chlorella serupa

dengan sel darah merah manusia [20].

Tabel 2.1 Komposisi Serbuk Chlorella pyrenoidosa

Sumber: Anonim (2011) Komposisi Persentase (%)

Protein 45

Lemak 20

Karbohidrat 20

Serat 5

Mineral dan Vitamin 10

Menurut Roki [21], keampuhan dan manfaat Chlorella secara umum

adalah sebagai senyawa penstabil kesehatan, kebugaran, dan kekuatan; memiliki

fungsi aktif sebagai anti tumor dan anti bakteri, terutama bakteri patogen dan E-

coli; dan berfungsi aktif sebagai anti jamur (jamur yang dikategorikan disini

adalah seperti panu, kadas, kurap, dan ketombe). Sifat anti bakteri di dalam sel

Chlorella diakibatkan adanya aktivitas senyawa chlorellin, yaitu senyawa

antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen [4,5,6,22].

Page 21: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

10

Tabel 2.2 Aktivitas Anti Bakteri dari Chlorella pyrenoidosa

Nama Bakteri Referensi

Staphylococcus aureus Setyaningsih, dkk. (1999); Pratt (1948);

Abedin dan Hala (2008)

Bacillus subtilis Setyaningsih, dkk. (1999); Pratt (1948)

Escherichia coli Pratt (1948)

Pseudomonas sp. Setyaningsih, dkk. (1999); Pratt (1948);

Abedin dan Hala (2008)

Selain itu, menurut Kusmiati, dkk. [23], mikroalga Chlorella adalah

organisme fototrop oksigenik yang dapat hidup hampir di semua tempat yang

memiliki cukup sinar matahari, air, dan CO2. C. pyrenoidosa diketahui sebagai

penghasil bermacam-macam jenis karotenoid, seperti β-karoten, α-karoten,

anthaxanthin, neoxanthin, zeaxanthin, dan lutein. Chlorella juga mudah dibiakkan

[5]. Diperkirakan Chlorella mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak

dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak

pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya [7]. Semua jenis Chlorella memiliki

komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak dan asam

nukleat.

Untuk pemanfaatan C. pyrenoidosa sendiri apabila diaplikasikan pada

kulit manusia memang belum pernah dilakukan. Tetapi untuk pemanfaatan alga

pada produk kosmetik sudah banyak dilakukan, contohnya pada krim pelembab

muka, losion, bedak, sabun, dan lain-lain [22] karena alga memiliki fungsi

melembabkan didukung oleh senyawa glukosa dan gliserol yang dihasilkan.

Namun, karena di dalam Chlorella terdapat senyawa anti bakteri chlorellin dan

juga klorofil yang berfungsi sebagai bakteriostatik, pembersih, serta regenerator

[5], maka Chlorella akan menjadi bahan yang berprospek untuk mendukung

khasiat anti bakteri pada sabun.

2.4 Lavandula latifolia Chaix (Lavender)

Lavandula latifolia atau dalam Bahasa Indonesia disebut lavender

merupakan semak, paling tinggi 1 meter, daunnya bertulang sejajar, bunga

berwarna ungu kebiruan di ujung daun. L. latifolia dikategorikan ke dalam

tanaman biopestisida. Tumbuhan ini tumbuh liar di beberapa tempat di Indonesia.

Page 22: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

11

Habitat tempat tumbuhnya lavender berada pada ketinggian 500-1300 meter dpl.

Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka semakin tinggi juga kandungan

minyaknya [23]. Bunga lavender memiliki aroma yang sangat harum mirip

kamper, sehingga dapat disuling untuk menghasilkan minyak yang digunakan

sebagai bahan anti nyamuk.

Gambar 2.2 Lavandula latifolia Chaix

Sumber: www.wikipedia.com

Beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa minyak lavender memiliki

banyak manfaat, di antaranya sebagai penenang lambung, mengobati kegelisahan,

insomnia, gangguan usus neuron, mengobati kurangnya nafsu makan, gangguan

perut, dan gangguan saraf usus [8].

Selain itu lavender juga dapat mengobati gejala-gejala gangguan saraf,

terutama ketidakmampuan untuk tidur serta sakit kepala. Biasanya digunakan

dalam produk obat pengusir serangga. Lavender mampu berfungsi sebagai

analgesik alami, anti depresi, aroma terapi, dan obat penenang [23].

Tabel 2.3 Komposisi Minyak Atsiri Lavandula latifolia

Sumber: Prashar, dkk. (2004)

Komposisi Persentase (%)

Linalool 49,47

α-terpineol 1,08

γ-terpineol 0,09

Borneol 1,43

Iso-borneol 0,82

Myrcene 0,41

α-pinene 0,54

β-pinene 0,33

Camphene 0,30

Eucalyptol (1,8-cineol) 25,91

β-caryophyllene 2,10

α-humulene 0,28

Camphor 13,00

Page 23: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

12

Menurut Cavanagh dan Wilkinson [8], lavender juga berkhasiat untuk

mengatasi berbagai jenis infeksi jamur. Khasiat anti jamur atau anti bakteri pada

minyak lavender disebut mempunyai spektrum yang luas, yang artinya bisa

membunuh lebih banyak spesies jamur patogen. Termasuk diantaranya adalah 2

golongan jamur yang paling banyak memicu infeksi, yakni dermatofita dan

candida [24]. Dermatofita merupakan jenis jamur patogen atau pemicu

infeksi penyakit pada kulit, antara lain athlete’s foot, kudis, ketombe, dan infeksi

di bawah permukaan kuku. Sementara, candida adalah pemicu candidiasis yang

dampaknya bisa sangat serius jika jamurnya masuk ke dalam pembuluh darah.

Tabel 2.4 Aktivitas Anti Bakteri dari Lavandula latifolia

Nama Bakteri Referensi

Staphylococcus aureus Prashar, dkk. (2004); Cavanagh dan

Wilkinson (2005); Dinata (2005)

Enterococcus Cavanagh dan Wilkinson (2005)

Corynaebacteria aerobic Prashar, dkk. (2004); Cavanagh dan

Wilkinson (2005)

Bacillus sp. Cavanagh dan Wilkinson (2005)

Minyak atsiri lavender yang didestilasi atau dimurnikan dari bunga

lavender (L. latifolia) memiliki kandungan anti jamur yang bisa membunuh

jamur-jamur patogen tersebut [24]. Minyak ini mampu merusak membran sel

jamur sehingga pertumbuhannya terhambat lalu mati.

Lavender sangat banyak dan sering diaplikasikan sebagai bahan aktif di

sabun mandi. Hal ini dikarenakan aroma harumnya yang disukai oleh konsumen

namun tidak disukai oleh nyamuk (anti nyamuk). Alasan lain adalah karena

lavender juga memiliki khasiat anti bakteri atau anti jamur, sehingga khasiat

tersebut dapat dimanfaatkan ke dalam sabun mandi anti bakteri.

Page 24: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

13

Bab III

Metodologi Penelitian

3.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian pembuatan sabun mandi

gel alami adalah minyak zaitun (pure olive oil) dan minyak kelapa atau virgin

coconut oil (VCO) yang diperoleh dari toko serba guna “Lai-lai” dan “Avia”

Malang; KOH dan K2CO3 yang diperoleh dari toko bahan kimia CV. Makmur

Sejati Malang dan CV. Sari Kimia Raya Malang; akuades; agen pengental

sepimax zen yang diperoleh dari PT. Megasetia Agung Kimia Jakarta, serbuk C.

pyrenoidosa murni yang diperoleh dari PT. Sun Chlorella Pasuruan; dan minyak

L. latifolia (Lavender) yang diperoleh dari toko minyak atsiri di Jalan Embong

Arab, Malang.

3.2 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi gel alami

adalah crock pot (slow cooker) Maspion kapasitas 3,5 liter, timbangan,

termometer, spatula, gelas beker, wadah atau loyang, pengaduk magnetik,

pengaduk berbahan stainless steel, panci stainless steel, kompor gas, cetakan,

lemari pendingin, pH meter Schott Instruments Lab 850, piknometer, viskometer

Rion VT-04F, colorflex EZ (Hunterlab USA), dan water bath.

3.3 Prosedur Penelitian yang Digunakan

3.3.1 Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

Metode pembuatan sabun mandi gel alami dibagi menjadi 2 (dua) tahap,

yaitu pembuatan sabun mandi cair terlebih dahulu (Lampiran A) dilanjutkan

dengan proses perubahan sabun mandi cair menjadi sabun mandi gel (Lampiran

B). Di bawah ini adalah tabel komposisi sabun mandi gel alami dan berikutnya

dilanjutkan dengan penjelasan mengenai pembuatan sabun mandi gel alami yang

mengacu pada penelitian Peacock [17]:

Page 25: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

14

Tabel 3.1 Komposisi Sabun Mandi Gel Alami

Sumber: Peacock (2003)

Bahan Jumlah

Minyak zaitun (gr.) 85

Minyak kelapa (VCO) (gr.) 36

KOH (gr.) 28

K2CO3 (gr.) 5

Akuades (gr.) 2527

Sepimax zen (gr.) 18

Serbuk Chlorella pyrenoidosa (gr.) 5

Minyak atsiri Lavender (mL) 5

Vitamin E (mL) 10

Cara pembuatan sabun mandi gel alami berawal dari pencampuran

minyak-minyak yang digunakan ke dalam crock pot sambil dipanaskan, lalu

pencampuran larutan alkali (KOH dan K2CO3) dengan akuades pada wadah yang

lain. Selanjutnya, larutan alkali tersebut dituangkan ke dalam campuran minyak

sambil diaduk hingga mencapai tahap trace (suhu diatur hingga mencapai 70C).

Tahap trace adalah tahap ketika sabun menyusut, lalu mengental dan membentuk

padatan. Apabila sabun diaduk pada tahap trace, maka akan menimbulkan jejak

pengadukan. Setelah itu, pengadukan harus terus dilakukan dengan interval waktu

20 menit selama 2,5-3,0 jam. Ketika pasta sabun telah mencapai tahap vaseline

(padat dan lunak), maka pasta sabun siap untuk didilusikan dengan air agar

menjadi sabun cair. Air ditambahkan sedikit demi sedikit untuk menjaga agar

sabun tetap homogen.

Setelah sabun menjadi cair dan sudah dingin, tahap selanjutnya adalah

mengubah sabun cair tersebut menjadi sabun gel. Langkah-langkah yang harus

dilakukan adalah mendispersikan sepimax zen dengan akuades panas lalu diaduk

hingga rata. Setelah itu, sabun cair yang sudah dingin dimasukkan ke dalam

campuran tersebut sedikit demi sedikit sambil terus diaduk perlahan. Tahap

selanjutnya adalah menunggu sabun tersebut hingga dingin, lalu memasukkan

bahan aktif alami (sabun harus ditunggu hingga dingin agar bahan aktif tidak

rusak).

Setelah sabun mandi gel alami tersebut selesai dibuat, diperlukan

beberapa pengujian terhadap kualitas sabun tersebut. Adapun pengujian kualitas

Page 26: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

15

sabun mandi gel alami berdasarkan pada peraturan SNI 06-4085-1996 mengenai

pengujian sabun mandi cair [9,10]. Hal ini dilakukan karena belum terdapatnya

SNI untuk produk sabun mandi gel, dengan asumsi bahwa sabun mandi gel

merupakan salah satu jenis sabun cair tetapi dengan tingkat kekentalan dan

kandungan bahan aktif yang lebih tinggi [11].

3.3.2 Pengujian Viskositas

Viskositas merupakan salah satu parameter penting untuk menunjukkan

stabilitas produk maupun untuk penanganan suatu produk kosmetik selama

distribusi produk [15]. Viskositas menunjukkan tingkat kekentalan suatu bahan

yang diukur dengan menggunakan alat viskometer. Menurut Schmitt [15],

semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin stabil

karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu

bahan.

Langkah awal cara pengujian viskositas adalah mengambil sampel sabun

gel sebanyak 150 ml. Lalu sampel diukur dengan menggunakan viskometer Rion

VT-04F, diaduk menggunakan spindel nomor 1 dengan kecepatan putaran 60 rpm

hingga viskometer menunjukkan angka tertentu [19]. Viskositasnya (cP) adalah

faktor konversi (*100 dPa.s) dikalikan dengan angka hasil pengukuran. Hasil yang

didapatkan dibandingkan dengan standar rentang viskositas sabun mandi gel,

yaitu 500-20.000 cP [11].

3.3.3 Pengujian pH

Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu

bahan. Uji pH sabun mandi gel alami dilakukan dengan menggunakan pH meter

Schott Instruments Lab 850 (dikalibrasi dengan larutan buffer pH terlebih dahulu

setiap akan melakukan pengukuran) dengan pH sabun gel yang diharapkan masuk

ke dalam rentang standar pH sabun mandi cair pada SNI 06-4085-1996, yaitu pH

8-11 [12]. Cara pengujian pH sangat sederhana, yaitu dengan memastikan terlebih

dahulu apakah pH meter telah terkalibrasi, selanjutnya elektroda yang telah

dibersihkan dengan akuades dicelupkan ke dalam sampel sabun gel yang akan

Page 27: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

16

diperiksa pada suhu ruang. Nilai pH yang muncul pada skala pH meter dibaca dan

dicatat.

3.3.4 Pengujian Bobot Jenis (25C)

Menurut Voight [26], bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara

pada suhu 25ºC terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot

jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan

bobot air dalam piknometer. Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis

sabun mandi gel alami ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk

mengukur bobot jenis suatu zat cair dan zat padat. Kapasitas volume piknometer

sebesar 25 ml.

Prosedur pengujian bobot jenis menurut SNI 06-4085-1996 diawali

dengan pembersihan piknometer kemudian dikeringkan dan ditimbang. Sampel

sabun gel didinginkan lebih rendah dari suhu penetapan pada piknometer. Sampel

dimasukkan ke dalam piknometer yang terendam air es, lalu dibiarkan sampai

suhu 25C dan ditetapkan sampai garis tera. Piknometer diangkat dari dalam

rendaman air es dan didiamkan pada suhu kamar kemudian ditimbang. Pengerjaan

tersebut diulangi dengan memakai air suling sebagai pengganti sampel. Hasil

pengujian bobot jenis yang didapatkan dibandingkan dengan persyaratan SNI 06-

4085-1996. Rumus yang digunakan adalah [12]:

Bobot jenis sabun gel (25C) = bobot sabun gel …………………… (3.1)

bobot air

3.3.5 Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)

Pengujian ALT atau total mikroba sabun mandi gel alami mengacu pada

dokumen SNI 06-4085-1996 dan dilakukan di Laptiab BPPT (Laboratoria

Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika), Serpong. Secara

singkat, metode pengujian ALT diawali dengan sampel sabun diencerkan terlebih

dahulu hingga diperoleh pengenceran 1:1000. Selanjutnya, pipet 1 ml dari

pengenceran sampel ke dalam cawan petri steril secara duplo. Kemudian ke dalam

cawan petri tersebut dituangkan sebanyak 12-15 ml media PCA yang telah

Page 28: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

17

dicairkan. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati hingga sampel sabun

tercampur rata. Campuran dalam cawan petri dibiarkan membeku, kemudian

cawan petri tersebut dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik dan

diinkubasikan pada suhu 53 ± 1C selama 24-48 jam. Selanjutnya, pertumbuhan

koloni dicatat dan menghitung ALT dalam 1 gram atau 1 ml sampel sabun dengan

mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengencer yang

digunakan [11,12].

3.3.6 Pengujian Stabilitas Sabun

Stabilitas sabun mandi gel alami diukur dengan cara mengukur

perubahan nilai viskositas dan pH. Sampel sabun mandi gel alami hasil penelitian

selanjutnya disimpan dalam dua kondisi suhu yang berbeda (suhu ruang selama

30 hari dan suhu ekstrim 65⁰C di dalam water bath selama 5 hari). Selanjutnya

untuk suhu ruang, dilakukan pengecekan viskositas dan pH setiap 5 hari sekali.

Sedangkan untuk suhu ekstrim, dilakukan pengecekan viskositas dan pH setiap 1

hari sekali. Pengujian kestabilan sabun ini sekaligus dapat digunakan sebagai

parameter penentuan umur simpan produk.

3.3.7 Pengujian Warna

Pengujian warna sabun mandi gel alami dilakukan dengan menggunakan

instrumen Colorflex EZ (Hunterlab USA). Pengujian warna bertujuan untuk

mendapatkan warna yang standar dari sabun mandi gel alami yang dihasilkan.

Pengujian dilakukan pada kondisi awal dan akhir sabun setelah diberi perlakuan

pengujian stabilitas sabun. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan

warna yang signifikan pada sabun.

Metode pengujian warna sangat sederhana, dengan terlebih dahulu

melakukan kalibrasi instrumen, lalu sampel diletakkan di wadah khusus sampel

dan diukur di instrumen. Hasil berupa data angka untuk masing-masing variabel

L*, a*, dan b* akan muncul sebanyak 3 kali disusul dengan rata-rata. Rata-rata

tersebut yang akan menjadi acuan untuk menganalisis warna sabun.

Page 29: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

18

3.3.8 Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik) dengan Metode Uji

Organoleptik

Uji kesukaan konsumen dilakukan dengan menggunakan uji statistik

One-Way ANOVA untuk pengolahan datanya dan disinergikan dengan pengujian

organoleptik untuk pengumpulan datanya. Uji organoleptik yang disebut juga

sebagai uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan

menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya

penerimaan terhadap produk [25]. Pengujian kesukaan konsumen dilakukan pada

kelompok panelis sejumlah 30 orang dimana masing-masing panelis diberikan 4

sampel yang berbeda, yaitu 3 sabun mandi gel sintetik komersil dan sabun mandi

gel alami hasil penelitian. Para panelis akan mengisi angket/kuisioner mengenai

kualitas sabun terkait (seperti contohnya tingkat kekentalan sabun, jumlah busa,

aromanya, dan lain-lain). Angket tersebut akan diolah menjadi data angka (skala

angka 1-5 menggunakan skala Likert) yang berguna sebagai masukan/input untuk

uji statistik One-Way ANOVA. Contoh angket dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengujian menggunakan software statistik SPSS 16 dengan variabel X-

nya adalah skala kesukaan sabun mandi terhadap parameter pengujian tertentu dan

variabel Y-nya adalah jenis sabun. Tujuan pengujian kesukaan konsumen

(hedonik) ini adalah melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara sabun

mandi gel alami hasil penelitian dengan sabun mandi gel sintetik komersil

terhadap parameter kekentalan sabun, jumlah busa, warna, aroma, kesan saat dan

setelah pemakaian.

3.4 Data dan Informasi yang Dibutuhkan

Data yang diperlukan dalam penelitian TA ini adalah gambaran

keinginan pasar, proses pembuatan sabun mandi gel alami, kandungan senyawa

dalam serbuk C. pyrenoidosa dan kandungan minyak atsiri L. latifolia (Lavender)

yang didapatkan dari jurnal ilmiah, serta metode pengujian kualitas sabun mandi

gel alami berdasarkan SNI 06-4085-1996.

Page 30: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

19

3.5 Sumber Data yang Digunakan

Sumber data yang digunakan dalam penelitian TA ini dikelompokkan

menjadi 2 (dua) bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Yang termasuk

dalam data primer adalah hasil kuisioner atau angket yang disebarkan ke para

responden, hasil pembuatan sabun mandi gel alami, dan hasil pengujian kualitas

sabun mandi gel alami. Sedangkan yang termasuk dalam data sekunder adalah

hasil penelitian para peneliti terdahulu (literatur) dan dokumen SNI mengenai

kualitas sabun mandi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi literatur,

melakukan survey sabun mandi yang ada di pasaran, melakukan pengujian, dan

melakukan penyebaran kuisioner.

3.7 Lokasi Penelitian

Penelitian TA ini akan dilakukan di laboratorium Ma Chung Research

Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) Universitas Ma Chung, Malang.

Pengambilan angket dari para responden akan dilakukan di Universitas Ma

Chung, Malang.

Page 31: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

3.8 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA)

Berikut adalah jadwal kegiatan Tugas Akhir (TA) penelitian pembuatan sabun mandi gel alami:

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA)

No. Jadwal Kegiatan Mulai Selesai

Sep 2011 Oct 2011 Dec 2011 Jan 2012

10/16 1/810/2 1/110/23 12/119/11 11/279/18 12/18 12/2511/2011/6 1/1512/4

2 11/11/20119/5/2011Penyusunan Proposal TA (Bab 1, 2, 3)

10/12/20119/5/2011Pematangan Konsep Pembuatan Sabun

Mandi Gel dan Metode Pengujiannya

4 11/24/201111/24/2011Sidang Proposal TA

10/20/201110/20/2011

Penelitian Pendahuluan (percobaan

pembuatan sabun mandi gel tanpa

penambahan bahan aktif)

5 1/31/201211/3/2011Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

(dengan menambahkan bahan aktif)

6 4/30/20122/1/2012

Pengujian Kualitas Sabun Mandi Gel

(viskositas, pH, bobot jenis, ALT, hedonik,

stabilitas sabun)

6/1/20126/1/2012Ujian Hasil TA

1

3

7 5/11/20122/1/2012Penyusunan Laporan TA (Bab 4 dan 5)

9

Nov 2011

9/25 11/1310/9 10/309/4

8 5/31/20125/25/2012Seminar Hasil TA dan Revisi Hasil TA

Feb 2012 Mar 2012 Apr 2012 May 2012

1/22 1/29 2/5 2/12 2/19 2/26 3/4 3/11 3/18 3/25 4/1 4/8 4/15 4/22 4/29 5/6 5/13 5/20 5/27

Page 32: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

21

Bab IV

Analisa Hasil dan Pembahasan

4.1 Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

Proses pembuatan sabun mandi gel alami mengikuti langkah-langkah

yang telah dijabarkan pada Lampiran A dan B. Kenampakan bahan-bahan

pembuatan sabun mandi gel alami dan peralatan pembuatan serta pengujian sabun

dapat dilihat pada Lampiran G dan H. Berikut ini adalah dokumentasi proses

pembuatan sabun mandi gel alami dari awal hingga akhir.

Gambar 4.1 Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami: (A) Pemanasan

Campuran Minyak; (B) Pencampuran Larutan Alkali ke dalam

Campuran Minyak; (C) Fase Trace; (D) Fase Menuju Vaseline; (E)

Fase Vaseline; (F) Pasta Sabun Kering; (G) Proses Dilusi Pasta Sabun;

(H) Pendinginan Sabun Cair; (I) Proses Gel dan Penambahan Bahan

Aktif; (J) Produk Jadi

Tabel 4.1 Penjelasan Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

Waktu

(menit ke-) Tahap Suhu Kondisi Visual

0-20 A 80C Cair

20 B 80C Cair dan belum tercampur

20-100 C 70C Kental dan mulai homogen

100-160 D 70C Krim

160-200 E 70C Padat dan lunak

200-220 F ±50C Padat dan lunak

220-240 G 100C Cair dan belum tercampur

240-300 H Suhu ruang Cair

300-360 I Suhu ruang Gel dan mulai homogen

360 J Suhu ruang Gel dan homogen

A B C D E

F G H I J

Page 33: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

22

Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 di atas telah cukup menjelaskan proses

pembuatan sabun mandi gel alami. Namun, masih terdapat beberapa faktor penting

yang harus diperhatikan ketika pembuatan sabun mandi berlangsung. Karena

temperatur perlakuan pada setiap tahapan berbeda, maka keberadaan termometer

sangatlah mutlak diperlukan untuk menjaga agar suhu tetap berada pada kondisi

stabil yang diinginkan. Sabun mandi harus dibuat dalam kondisi perlakuan

pemanasan yang berlangsung cukup lama (±200 menit), hal ini bertujuan agar

campuran minyak zaitun dan kelapa yang dicampurkan bersama larutan alkali

terhidrolisis sempurna [12]. Faktor penting lainnya adalah faktor pengadukan.

Untuk mendapatkan hasil sabun mandi gel alami yang sempurna secara

homogenitas, pengadukan harus dilakukan searah jarum jam dengan kecepatan

konstan (250 rpm). Pengadukan pembuatan sabun cair dilakukan secara manual,

sedangkan pengadukan pembuatan sabun gel menggunakan pengaduk magnetik.

4.2 Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996

Analisa sifat fisik dan kimia sabun mandi gel alami secara SNI 06-4085-

1996 berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelayakan produk ketika

dipasarkan di kalangan masyarakat. Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan hasil

pengujian kualitas produk sabun mandi gel alami berdasarkan persyaratan yang

ada pada SNI 06-4085-1996. Dapat dilihat di Tabel 4.2, bahwa hasil pengujian

terhadap kelima parameter uji sabun mandi gel alami telah masuk ke dalam

persyaratan SNI.

Parameter uji yang pertama adalah viskositas atau kekentalan sabun,

dimana sabun mandi gel alami yang dibuat memiliki nilai viskositas awal sebesar

3.783 cP, yang artinya telah masuk ke dalam rentang standar sabun gel (500 <

3.783 < 20.000 cP). Untuk parameter uji yang kedua adalah nilai pH, dimana

sabun mandi gel alami memiliki nilai pH awal sebesar 8,760, yang artinya juga

masuk ke dalam rentang standar SNI (8 < 8,760 < 11). Sedangkan, parameter uji

yang ketiga adalah bobot jenis awal di suhu 25C yang juga telah masuk standar

SNI, yaitu sebesar 1,037 (1,01 < 1,037 < 1,10).

Page 34: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

23

Parameter uji yang keempat adalah nilai Angka Lempeng Total (ALT)

dimana didapatkan hasil pengujian <10 koloni/gram sabun mandi, yang artinya

juga telah masuk ke dalam standar SNI (10 < 1x105 koloni/gram). Dan parameter

uji yang terakhir adalah keadaan sabun mandi gel alami yang dilihat dari

bentuknya, aromanya, dan juga warnanya. Seluruh parameter keadaan sabun juga

telah masuk ke dalam standar SNI.

Tabel 4.2 Hasil Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996

No. Parameter Uji Persyaratan Hasil Pengujian

1 Viskositas [11] 500-20.000 cP 3.783 cP

2 pH 8-11 8,760

3 Bobot Jenis (25C) 1,01-1,10 1,037

4 Cemaran mikroba:

- Angka Lempeng Total maks. 1x105 koloni/gr. < 10 koloni/gr.

5 Keadaan:

- Bentuk

- Aroma

- Warna

Cairan Homogen

Khas

Khas

Cairan Homogen

Lavender

Hijau kekuningan

Secara detil, masing-masing parameter uji akan dibahas di bawah ini:

4.2.1 Viskositas

Pada pengujian viskositas, digunakan viskometer Rion VT-04F dengan

spindel nomor 1 dan kecepatan putaran 60 rpm. Dari pengujian viskositas yang

telah dilakukan, didapatkan nilai viskositas sabun mandi gel alami yang

dihasilkan sebesar 3.783 cP (data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran I).

Nilai viskositas tersebut merupakan nilai viskositas awal (hari ke-0) sebelum

sampel sabun mandi gel alami diberi perlakuan pengujian stabilitas sabun.

Parameter uji viskositas sabun mandi gel alami yang dihasilkan dalam

penelitian dibandingkan dengan 3 (tiga) sabun mandi sintetik komersil, yaitu Body

Shop White Musk, Organo, dan Gatsby (Gambar 4.2). Terlihat bahwa viskositas

sabun mandi gel alami lebih tinggi daripada ketiga sabun pembanding. Hal ini

memberikan keunikan tersendiri yang bisa menjadi nilai tambah yang berbeda

dibanding sabun gel sintetik komersil Body Shop White Musk, Organo, dan

Gatsby.

Page 35: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

24

Gambar 4.2 Perbandingan Viskositas Keempat Jenis Sabun Gel

Viskositas dari suatu produk bergantung dari suhu, pH, dan penambahan

elektrolit serta jenis agen pengental yang digunakan [28]. Menurut Willcox dalam

Ningrum [11], untuk meningkatkan viskositas dari sabun gel dapat dilakukan

dengan cara meningkatkan konsentrasi bahan aktif sabun (surfaktan),

meningkatkan kandungan elektrolit, atau menambahkan konsentrasi agen

pengental. Pada penelitian TA ini, variabel yang ditambahkan untuk

mempengaruhi viskositas sabun mandi gel alami adalah agen pengental, yaitu

sepimax zen.

Penelitian Stainsby [29] juga menyatakan bahwa viskositas suatu produk

bergantung pada viskositas pelarut, kontribusi bahan terlarut, dan integrasi dari

keduanya. Dalam penelitian TA ini, pelarut yang digunakan dalam formulasi

sabun gel yang dihasilkan adalah akuades. Karena akuades memiliki viskositas

yang sangat rendah, maka akuades tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap

viskositas sabun mandi gel alami, kecuali jika ditambahkan dalam jumlah besar

akan menurunkan viskositas dari produk. Sedangkan untuk kontribusi bahan

terlarut, terdapat penambahan agen pengental, yaitu sepimax zen sebesar 4%

sedangkan bahan terlarut lainnya adalah bahan aktif tanpa adanya penambahan

elektrolit. Sehingga, dapat dikatakan bahwa nilai viskositas sabun mandi gel alami

2500

650 1000

3783

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Vis

ko

sita

s (c

P)

Jenis Sabun Gel

Page 36: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

25

yang dihasilkan sangat bergantung pada variabel penambahan agen pengental

sebagai bahan terlarut.

Gagasan Kragh dan Langston [30] juga mempertegas bahwa berdasarkan

berbagai penelitian yang telah ada, plot viskositas terhadap konsentrasi agen

pengental selalu berbentuk kurva dan memiliki hubungan eksponensial, dimana

semakin tinggi konsentrasi agen pengental yang digunakan maka semakin tinggi

pula nilai viskositasnya. Suhu juga berpengaruh terhadap viskositas suatu produk,

semakin tinggi suhu maka semakin turun nilai viskositasnya, dan menurut

Stainsby [29] viskositas akan menurun secara eksponensial pada suhu di atas

40C. Untuk itu diperlukan suhu yang ekstrim pada pengujian stabilitas sabun

yang dihasilkan, agar masa simpan sabun dapat diketahui dalam waktu penelitian

yang relatif singkat namun tetap akurat.

4.2.2 pH

Produk kosmetika memiliki karakteristik fisik yang sangat penting, yaitu

nilai pH. Nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat menambah daya

absorbansi kulit sehingga memungkinkan kulit teriritasi. Nilai pH awal sabun

mandi gel alami yang dihasilkan adalah 8,760 (hari ke-0). Secara SNI, nilai pH

tersebut telah memenuhi standar mutu sabun cair dan aman untuk dipasarkan di

kalangan konsumen. Dan jika dilihat dari perbandingan pH antara sabun gel

sintetik komersil lainnya (Gambar 4.3), pH sabun mandi gel alami (Chl.&Lav.)

yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan pH sabun Gatsby (mendekati pH 9).

Sedangkan, untuk kedua sabun gel yang lain, yaitu Body Shop White Musk (BS

WM) dan Organo, memiliki pH di bawah standar mutu pH sabun cair yang

ditetapkan oleh SNI (pH 8-11).

Page 37: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

26

Gambar 4.3 Perbandingan pH Keempat Jenis Sabun Gel

4.2.3 Bobot Jenis (25C)

Data hasil pengukuran bobot jenis dapat dilihat pada Lampiran F. Nilai

bobot bersih (netto) sampel sabun diperoleh dari hasil pengurangan bobot sampel

(tarra) dengan bobot piknometer, sama pula halnya dengan bobot air. Sehingga,

dari data hasil pengukuran yang ada, dapat dihitung bobot jenis sampel sabun

mandi gel alami dengan mengikuti rumus 3.1 sesuai dengan SNI 06-4085-1996.

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus 3.1 didapatkan nilai bobot

jenis sebesar 1,037 gr/ml. Nilai bobot jenis dapat disebabkan oleh jenis dan

konsentrasi bahan baku dalam larutan. Setiap bahan baku yang ditambahkan ke

dalam formulasi sabun sangat menentukan bobot jenis produk sabun yang

dihasilkan. Semakin tinggi nilai berat molekul bahan baku yang ditambahkan,

maka akan semakin tinggi pula bobot jenis produk sabun yang dihasilkan [34].

Gaman dan Sherrington [35] menyatakan bahwa jika suatu bahan dilarutkan

dalam air dan membentuk larutan, maka bobot jenis/densitasnya akan mengalami

perubahan.

4.2.4 Angka Lempeng Total (ALT)

Angka Lempeng Total (ALT) atau biasa juga disebut total mikroba

merupakan salah satu parameter yang menentukan baik tidaknya mutu suatu

6,256

7,553

9,414 8,760

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

pH

Jenis Sabun Gel

Page 38: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

27

produk lewat suatu pengujian penghitungan jumlah mikroba kontaminan sebelum

produk sampai ke tangan konsumen. Hasil pengujian ALT pada sabun mandi gel

alami yang dihasilkan menunjukkan nilai negatif (<10 koloni/gram) yang

ditunjukkan pada Lampiran R. Hal ini berarti sabun yang dihasilkan telah

memenuhi standar mutu sabun cair yang telah ditetapkan, dimana artinya sabun

bebas dari kontaminasi mikroba.

Jumlah total mikroba dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan,

baik kimia maupun fisik. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, nilai osmotik

dari medium, dan adanya zat kimia seperti desinfektan. Zat-zat kimia yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme, antara lain adanya senyawa garam-

garam logam, fenol, formaldehida, alkohol, klor, persenyawaan klor, bahan aktif

sabun, dan sulfonamida [36]. Pada penelitian TA ini, terdapat bahan aktif yang

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Bahan aktif sabun mandi gel

alami yang dibuat, yaitu chlorella dan lavender mempunyai keunggulan sifat

bakterisida dan bakteriostatik sehingga dapat membantu menghancurkan bakteri

patogen.

4.2.5 Pengujian Warna

Hasil pengujian warna dengan menggunakan instrumen Colorflex EZ

(Hunterlab USA) dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 di bawah ini. Nilai

L*, a*, dan b* mengacu pada Gambar 4.4, yaitu sumbu koordinat rentang warna

yang dapat menyatakan warna secara angka.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ektrim 65C, 5

hari)

Nilai L* a* b*

Awal (0 hari) 58,76 -12,09 34,11

Akhir (5 hari) 48,05 -1,67 28,65

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ruang, 30 hari)

Nilai L* a* b*

Awal (0 hari) 58,76 -12,09 34,11

Akhir (30 hari) 54,85 -4,37 33,86

Page 39: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

28

Gambar 4.4 Acuan Nilai L*, a*, b* untuk Analisa Warna

Sumber: www.hunterlab.com

Dari hasil pengujian warna di atas, dapat disimpulkan bahwa standar

warna untuk sabun mandi gel alami yang dibuat memiliki nilai L* sebesar 58,76;

a* sebesar -12,09; dan b* sebesar 34,11 yang berarti sabun berada pada warna

hijau kekuningan. Warna sabun tidak berubah secara signifikan meskipun terdapat

perlakuan pengujian stabilitas sabun pada suhu ekstrim maupun pada waktu yang

cukup lama (30 hari). Hal ini menunjukkan bahwa warna sabun yang dihasilkan

masih tetap stabil berwarna hijau kekuningan.

4.3 Pengujian Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami

Pengujian stabilitas sabun dilakukan terhadap parameter viskositas dan

pH dengan mengamati perubahan pada suhu ekstrim selama waktu yang relatif

singkat (akselerasi/percepatan) dan suhu ruang selama waktu normal [38].

Parameter viskositas dan pH dipilih karena parameter ini dapat menunjukkan

kestabilan produk kosmetik selama masa penyimpanan [31]. Hasil pengamatan

nilai viskositas dan pH untuk pengujian stabilitas sabun pada suhu 65C dapat

dilihat pada Lampiran D.

Page 40: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

29

Gambar 4.5 (A) Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami

(suhu ekstrim, 65C); (B) Grafik Hasil Simulasi Persamaan Regresi

Linear Viskositas Sabun Mandi Gel Alami (suhu ekstrim, 65C)

Dari grafik pada Gambar 4.5A dapat dilihat bahwa semakin lama

disimpan, sabun mandi gel alami yang dihasilkan mempunyai kecenderungan

mengalami penurunan nilai viskositas. Namun, nilai viskositas tersebut masih

berada dalam kisaran standar rentang viskositas sabun gel yang ada. Nilai R2 yang

dihasilkan adalah sebesar 0,959 (mendekati 1), yang artinya penurunan nilai

viskositas memiliki pola persamaan garis linier dengan gradien sebesar -314,76.

Analisa stabilitas sabun mandi gel alami yang dilakukan pada suhu 65C

selama lima hari memiliki alasan. Alasannya adalah setiap produk pasti

mengalami proses pendistribusian yang panjang dari tempat produksi hingga

sampai ke tangan konsumen. Oleh sebab itu, lima hari diasumsikan cukup untuk

digunakan sebagai data yang representatif untuk menggambarkan keadaan lama

perjalanan pendistribusian suatu produk. Pada perjalanan pendistribusian produk,

suhu produk akan meningkat seiring dengan perubahan suhu di luar ruangan atau

di dalam media transportasi produk. Menurut Schmitt [15], rata-rata suhu di

dalam truk kontainer yang mendistribusikan produk kosmetik adalah 65C.

Untuk pengambilan data, karena pengukuran viskositas awal dilakukan

pada suhu ruang, maka pengukuran viskositas di hari-hari perlakuan suhu ekstrim

berikutnya menunggu hingga sampel sabun gel dingin terlebih dahulu hingga suhu

mencapai suhu ruang (25-28C), baru selanjutnya dilakukan pengukuran. Hal ini

Page 41: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

30

bertujuan untuk menghindari pengaruh suhu yang tinggi terhadap viskositas

produk, sehingga dapat menyebabkan ketidakakuratan pada data yang dihasilkan.

Untuk pendugaan masa simpan sabun, dilakukan simulasi persamaaan

regresi linear data analisa viskositas stabilitas sabun pada suhu ekstrim (Gambar

4.5B). Hal ini bertujuan untuk memperkirakan titik rusak sabun mandi gel alami,

yang diindikasikan dengan nilai viskositas yang tidak masuk dalam spesifikasi

rentang standar viskositas (500-20.000 cP).

Dari Gambar 4.5B dapat dilihat bahwa titik rusak sabun mandi gel alami

berada pada hari ke-12, dimana viskositas tidak masuk ke dalam rentang standar

mutu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa minimal sabun diduga memiliki umur

simpan selama 2 (dua) bulan di kondisi yang sebenarnya. Perhitungan konversi

umur simpan ini menggunakan metode akselerasi, dimana pengujian suhu ekstrim

selama 6 bulan setara dengan klaim kadaluwarsa produk sabun selama 3 tahun

[38].

Analisa viskositas stabilitas sabun juga dilakukan pada sampel sabun

yang dikondisikan pada suhu ruang selama 30 hari (Gambar 4.6). Kondisi pada

suhu ruang mengindikasikan kondisi saat produk disimpan di toko atau di

ruangan. Pada grafik di bawah ini, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan

viskositas sedikit demi sedikit hingga viskositas akhir di hari ke-30 menunjukkan

angka 2.300 cP. Sabun masih tergolong relatif stabil pada masa penyimpanan

yang cukup lama, mengingat sabun mandi gel bersifat alami dan tanpa bahan

pengawet.

Page 42: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

31

Gambar 4.6 Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami

(Suhu Ruang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas sabun dapat dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak

dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol antara lain ukuran partikel

terdispersi, viskositas, penyebaran ukuran globula dalam fase terdispersi, dan

tegangan permukaan. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol, diantaranya

adalah perbedaan densitas antara kedua fase, fase kohesi dan fase terdispersi;

bagian padatan pada emulsi sabun; dan perbedaan temperatur udara [11].

Ketidakstabilan sabun dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain

komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan, kecepatan dan waktu

pencampuran yang tidak tepat, ketidaksesuaian rasio antara fase terdispersi dan

fase pendispersi, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan

pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik atau

getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidakmurnian emulsi sabun, reaksi antara

dua atau lebih komponen dalam sistem emulsi sabun, dan penambahan asam atau

elektrolit [15].

3783

3000 2917 2800 2617 2500

2300 y = -205.36x + 3666.7

R² = 0.8558

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

0 5 10 15 20 25 30

Vis

ko

sita

s (c

P)

Hari ke-

Page 43: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

32

Pada parameter pH juga dilakukan analisa stabilitas sabun pada suhu

ekstrim 65C dan suhu ruang. Grafik di bawah ini adalah hasil pengujian stabilitas

sabun dengan parameter pH.

Gambar 4.7 Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu

Ekstrim, 65C)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi ketidakstabilan pH ketika

sabun diberi perlakuan suhu ekstrim sebesar 65C. Ketidakstabilan pH ini

kemungkinan besar diakibatkan oleh faktor pemanasan. Pemanasan dapat

menyebabkan terjadinya hidrolisis bahan aktif yang merupakan ester natrium

dengan asam lemak, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya alkali bebas yang

dapat meningkatkan nilai pH sistem [33]. Selain itu, pada perlakuan pengujian

pH, sampel sabun mandi gel alami harus diencerkan terlebih dahulu menggunakan

akuades dengan faktor pengenceran 1:3. Sehingga, terdapat pula unsur faktor

pengencer pada hasil yang didapat. Namun, meskipun terjadi ketidakstabilan pH

sabun mandi gel alami pada perlakuan suhu ekstrim, seluruh nilai pH masih

berada dalam kisaran standar mutu pH sabun cair berdasarkan SNI 06-4085-1996.

Sedangkan untuk analisa pH stabilitas sabun pada kondisi suhu ruang

selama 30 hari dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Gambar 4.8). Dari grafik

dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan pH secara drastis pada hari ke-0 menuju hari

ke-5. Namun, setelah itu secara stabil pH mengalami penurunan sedikit demi

sedikit dan akhirnya relatif stabil di kisaran pH 9,200. Tren ini menunjukkan

8,760

9,392

8,548

9,281

8,924

8,662

8,000

8,200

8,400

8,600

8,800

9,000

9,200

9,400

9,600

0 1 2 3 4 5

pH

Hari ke-

Page 44: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

33

bahwa pada suhu ruang, nilai pH sabun mandi gel alami tidak mengalami

perubahan signifikan.

Gambar 4.8 Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu

Ruang)

4.4 Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik)

Setelah mengetahui hasil pengujian fisika dan kimiawi serta uji stabilitas

produk sabun mandi gel alami, langkah akhir yang sangat penting dilakukan

adalah pengujian kesukaan konsumen atau hedonik. Hasil dari pengujian ini

menentukan penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Di bawah

ini adalah hasil analisa statistik penilaian panelis terhadap kelima parameter uji

sabun mandi gel; yaitu jumlah busa, kekentalan, aroma dan warna, kesan saat

pemakaian, dan kesan setelah pemakaian.

4.4.1 Kesukaan Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi Gel

Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji jumlah busa keempat

sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran J. Untuk hasil pengolahan data

deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata penilaian dari skala penilaian oleh

panelis untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O.

Nilai rata-rata penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.9.

Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA

terhadap kesukaan jumlah busa (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000

8,760

9,462 9,488

9,319 9,217 9,201 9,211

8,200

8,400

8,600

8,800

9,000

9,200

9,400

9,600

0 5 10 15 20 25 30

pH

Hari ke-

Page 45: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

34

(Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada

keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji jumlah busa. Perbedaan

tersebut tampak sangat jelas pada sampel sabun gel kedua, yaitu Organo.

Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)

menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan

yang lain terhadap parameter uji jumlah busa. Sama seperti uji ANOVA, uji

Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan hasil pengujian.

Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, hanya ada satu nilai Sig. yang melebihi

batas standar 0,05; yaitu 0,981 (gagal tolak H0) untuk perbandingan antara Gatsby

dan sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender. Sehingga, artinya tidak ada

perbedaan nyata untuk sabun gel Gatsby dan sabun mandi gel alami yang

dihasilkan terhadap parameter uji jumlah busa, sedangkan ada perbedaan nyata

untuk perbandingan dengan sabun yang lain.

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji

Jumlah Busa Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji jumlah

busa, sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender ternyata mendapatkan respon

rata-rata penilaian tertinggi sebesar 4,27; sedangkan respon rata-rata penilaian

terendah sebesar 1,87 didapatkan oleh sabun gel Organo. Sehingga, dari

parameter uji jumlah busa dapat dianggap bahwa sabun mandi gel alami yang

telah dihasilkan dapat diterima oleh konsumen.

3.10

1.87

4.20 4.27

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Rata

-rata

Pen

ilaia

n P

an

eli

s

Jenis Sabun Gel

Page 46: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

35

4.4.2 Kesukaan Terhadap Kekentalan Sabun Mandi Gel

Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji kekentalan keempat

sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran K. Untuk hasil pengolahan data

deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata dari skala penilaian oleh panelis untuk

masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O. Nilai rata-rata

penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.10.

Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA

terhadap kesukaan kekentalan sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000

(Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada

keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji kekentalan sabun.

Perbedaan tersebut tampak sangat jelas pada sampel sabun gel kedua, yaitu

Organo.

Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)

menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan

yang lain terhadap parameter uji kekentalan sabun. Sama seperti uji ANOVA, uji

Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan hasil pengujian.

Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, hanya ada satu nilai Sig. yang melebihi

batas standar 0,05; yaitu 0,913 (gagal tolak H0) untuk perbandingan antara Gatsby

dan sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender. Sehingga, artinya tidak ada

perbedaan nyata untuk sabun gel Gatsby dan sabun mandi gel alami yang

dihasilkan terhadap parameter uji kekentalan sabun, sedangkan ada perbedaan

nyata untuk perbandingan dengan sabun yang lain.

Page 47: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

36

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter

Uji Kekentalan Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji

kekentalan sabun, sabun mandi gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-rata

penilaian tertinggi sebesar 4,20; sedangkan respon rata-rata penilaian terendah

sebesar 1,50 didapatkan oleh sabun gel Organo. Namun, di urutan kedua untuk

rata-rata penilaian tertinggi adalah sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender

sebesar 4,07. Sehingga, dari parameter uji kekentalan juga dapat dianggap bahwa

sabun mandi gel alami yang telah dihasilkan dapat diterima oleh konsumen.

4.4.3 Kesukaan Terhadap Aroma dan Warna Sabun Mandi Gel

Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji aroma dan warna

keempat sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran L. Untuk hasil pengolahan

data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata dari skala penilaian oleh panelis

untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O. Nilai rata-

rata tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.11.

Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA

terhadap kesukaan aroma dan warna (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000

(Sig.<0,05) yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada

keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji aroma dan warna.

3.53

1.50

4.20 4.07

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Ra

ta-r

ata

Pen

ila

ian

Pa

nel

is

Jenis Sabun Gel

Page 48: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

37

Penerimaan panelis pada seluruh sampel sabun gel berbeda-beda di tiap jenis

sabunnya.

Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)

menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan

yang lain terhadap parameter uji aroma dan warna. Sama seperti uji ANOVA, uji

Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan hasil pengujian.

Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, tidak ada nilai Sig. yang melebihi batas

standar 0,05 (tolak H0); yang artinya terdapat perbedaan nyata diantara masing-

masing sabun gel.

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter

Uji Aroma dan Warna Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji aroma

dan warna, shower gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-rata penilaian

tertinggi sebesar 4,33; sedangkan respon rata-rata penilaian terendah sebesar 1,50

didapatkan oleh sabun gel Organo. Untuk sabun mandi gel alami Chlorella dan

Lavender sendiri mendapatkan respon yang cukup baik, yaitu sebesar 3,37. Secara

umum, sebagian besar panelis tidak memiliki masalah terhadap warna hijau

kekuningan sabun, namun ada beberapa panelis yang kurang menyukai aroma

lavender pada sabun mandi gel alami yang dihasilkan.

2.73

1.50

4.33

3.37

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Rata

-rata

Pen

ilaia

n P

an

elis

Jenis Sabun Gel

Page 49: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

38

4.4.4 Kesukaan Terhadap Kesan Saat Pemakaian Sabun Mandi Gel

Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji kesan saat pemakaian

keempat sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran M. Untuk hasil pengolahan

data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata dari skala penilaian oleh panelis

untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O. Nilai rata-

rata penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.12.

Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA

terhadap kesan saat pemakaian sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000

(Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada

keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji kesan saat pemakaian

sabun. Penerimaan panelis pada seluruh sampel sabun gel berbeda-beda di tiap

jenis sabunnya.

Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)

menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan

yang lain terhadap parameter uji kesan saat pemakaian sabun. Sama seperti uji

ANOVA, uji Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan

hasil pengujian. Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, tidak ada nilai Sig. yang

melebihi batas standar 0,05 (tolak H0); yang artinya terdapat perbedaan nyata

diantara masing-masing sabun gel.

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter

Uji Kesan Saat Pemakaian Keempat Jenis Sabun

2.53

1.93

4.30

3.70

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Ra

ta-r

ata

Pen

ila

ian

Pan

eli

s

Jenis Sabun Gel

Page 50: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

39

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji kesan

saat pemakaian sabun, shower gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-rata

penilaian tertinggi sebesar 4,30 (Lampiran O); sedangkan respon rata-rata

penilaian terendah sebesar 1,93 didapatkan oleh sabun gel Organo. Untuk sabun

mandi gel alami Chlorella dan Lavender sendiri mendapatkan respon yang cukup

baik, yaitu sebesar 3,70. Secara umum, seluruh panelis tidak mengalami gatal-

gatal yang bersifat iritatif saat pemakaian sabun mandi gel alami. Sebagian besar

panelis merasa nyaman dan lembab saat sabun diaplikasikan ke kulit.

4.4.5 Kesukaan Terhadap Kesan Setelah Pemakaian Sabun Mandi Gel

Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji kesan setelah

pemakaian keempat sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran N. Untuk hasil

pengolahan data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata penilaian dari skala

penilaian oleh panelis untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada

Lampiran O. Nilai rata-rata penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data

pada Grafik 4.13.

Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA

terhadap kesan setelah pemakaian sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig.

0,000 (Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada

keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji kesan setelah

pemakaian sabun. Perbedaan tersebut tampak sangat jelas pada sampel sabun gel

kedua, yaitu Organo.

Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)

menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan

yang lain terhadap parameter uji kesan setelah pemakaian sabun. Sama seperti uji

ANOVA, uji Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan

hasil pengujian. Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, hanya ada satu nilai Sig.

yang melebihi batas standar 0,05; yaitu 0,872 (gagal tolak H0) untuk perbandingan

antara Gatsby dan sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender. Sehingga,

artinya tidak ada perbedaan nyata untuk sabun gel Gatsby dan sabun mandi gel

Page 51: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

40

alami yang dihasilkan terhadap parameter uji kesan setelah pemakaian sabun,

sedangkan ada perbedaan nyata untuk perbandingan dengan sabun yang lain.

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter

Uji Kesan Setelah Pemakaian Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji kesan

setelah pemakaian sabun, shower gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-

rata penilaian tertinggi sebesar 4,23 (Lampiran O); sedangkan respon rata-rata

penilaian terendah sebesar 1,87 didapatkan oleh sabun gel Organo. Untuk sabun

mandi gel alami Chlorella dan Lavender sendiri mendapatkan respon tertinggi

kedua, yaitu sebesar 4,07. Secara umum, sebagian besar panelis ingin mengulangi

pemakaian terhadap sabun mandi gel alami karena sifat wangi sabun yang tahan

lama serta terasa lembab di kulit.

2.67

1.87

4.23 4.07

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Ra

ta-r

ata

Pen

ila

ian

Pa

nel

is

Jenis Sabun Gel

Page 52: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

41

Bab V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Sabun merupakan surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan

dengan air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Oleh karena fungsi

yang sangat mendasar tersebut, sabun menjadi kebutuhan primer yang setiap hari

digunakan oleh semua makhluk hidup. Proses pembuatan sabun mandi terbilang

cukup mudah, namun memakan waktu yang cukup lama. Prinsipnya, sabun

terbuat dari minyak (lemak) yang dicampur dengan larutan alkali.

Pembuatan sabun mandi gel alami menggunakan bahan-bahan baku

alami, yaitu minyak zaitun, minyak kelapa, dan bahan pengental sepimax zen.

Untuk bahan aktifnya digunakan serbuk Chlorella pyrenoidosa dan minyak atsiri

Lavandula latifolia yang memiliki sifat anti bakteri. Agar produk sabun mandi gel

alami yang dihasilkan dapat dipasarkan secara aman di kalangan masyarakat,

maka harus diadakan pengujian kualitas sabun sesuai Standar Nasional Indonesia

(SNI) 06-4085-1996.

Pengujian kualitas sabun mandi gel alami secara SNI 06-4085-1996

terdiri dari pengujian viskositas, pH, bobot jenis (25C), Angka Lempeng Total

(ALT), dan pengujian warna. Dari seluruh parameter uji di atas, sabun mandi gel

alami dinyatakan lolos uji karena telah masuk ke dalam rentang standar

persyaratan masing-masing parameter uji. Sabun mandi gel alami memiliki

viskositas awal sebesar 3.783 cP; pH awal sebesar 8,760; bobot jenis awal (25C)

sebesar 1,037; nilai ALT <10 koloni/gram; dan warna hijau kekuningan dengan

aroma lavender.

Selain pengujian kualitas sabun, juga dilakukan pengujian stabilitas

sabun untuk melakukan pendugaan umur simpan produk. Pengujian stabilitas

sabun dilakukan terhadap parameter viskositas dan pH dengan mengamati

perubahan pada dua macam kondisi yang berbeda, yaitu kondisi suhu ekstrim

65C selama 5 hari (akselerasi/percepatan) dan kondisi suhu ruang selama 30 hari.

Page 53: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

42

Dan dari hasil pengujian didapatkan dugaan umur simpan sabun mandi gel alami

selama 2 (dua) bulan pada kondisi yang sebenarnya. Untuk parameter uji

viskositas memiliki tren menurun seiring bertambahnya waktu. Sedangkan untuk

parameter uji pH terdapat ketidakstabilan pada suhu ekstrim, namun relatif stabil

pada suhu ruang.

Produk sabun mandi gel alami juga tidak luput dari pengujian kesukaan

konsumen (hedonik) dengan menggunakan metode uji organoleptik. Pengujian ini

sangat penting dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap

produk sabun yang dihasilkan. Terdapat lima parameter uji yang akan dianalisa

menggunakan SPSS One-Way ANOVA, yaitu jumlah busa, kekentalan, aroma

dan warna, kesan saat pemakaian, dan kesan setelah pemakaian. Hasil rata-rata

penilaian panelis terhadap sabun mandi gel alami yang dihasilkan dapat

dikategorikan cukup baik. Untuk jumlah busa didapatkan nilai rata-rata sebesar

4,27; kekentalan sebesar 4,07; aroma dan warna sebesar 3,37; kesan saat

pemakaian sebesar 3,70; serta kesan setelah pemakaian sebesar 4,07. Sehingga,

dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sabun mandi gel alami yang

dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh perwakilan konsumen.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait penelitian TA pembuatan

sabun mandi gel alami ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, alangkah lebih baik

apabila pengujian stabilitas sabun di suhu ruang dilakukan dengan

perlakuan suhu dan kelembaban yang terkondisikan.

2. Seharusnya, untuk perlakuan suhu ekstrim pada pengujian stabilitas

sabun menggunakan material kemasan sabun yang sebenarnya.

Selain berfungsi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, hal ini

juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemasan

terhadap produk.

Page 54: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Sears, Pure Radiance, Blackie Academe and Professional, London, 2001.

2. Mukiyo, Zat-zat Berbahaya yang Terdapat Dalam Produk Kosmetik, (Online),

2011 (http://gombhalmukiyo.blogdetik.com/zat-zat-berbahaya-yang-terdapat-

dalam-produk-kosmetik/, diakses 19 April 2011).

3. T. Paul, The Detoxification, Immunostimulation, and Healing Properties of

Chlorella, Jurnal World Convention of Traditional Medicine, 2000.

4. Setyaningsih, dkk., Ekstraksi dan Uji Aktivitas Senyawa Anti Bakteri dari

Mikroalga Chlorella pyrenoidosa, Buletin THP, 6(1), 1999.

5. R. Pratt, Studies of Chlorella vulgaris XI: Relation Between Surface Tension and

Accumulation of Chlorellin, American Journal of Botany, 35(9), 1948.

6. R. Abedin dan H. M. Taha, Antibacterial and Antifungal Activity of

Cyanobacteria and Green Microalgae, Global Journal of Biotechnology

Biochemistry, 3(1):22-31, 2008.

7. O. Rachmaniah, dkk., Pemilihan Metode Ekstraksi Minyak Alga dari Chlorella

pyrenoidosa dan Prediksinya Sebagai Biodiesel, dipresentasikan pada Seminar

Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo, ITS Surabaya, 2010.

8. H. Cavanagh dan J. M. Wilkinson, Lavender Essential Oil: A Review, Jurnal

Australian Infection Control, 10(1), 2005.

9. Soebagio, dkk., Formulasi Sabun Mandi Cair dengan Lendir Daun Lidah Buaya

(Aloe vera Linn.), Jurnal Farmasi, 1998.

10. H. D. P. Gandasasmita, Pemanfaatan Kitosan dan Karagenan pada Produk Sabun

Cair, Tugas Sarjana, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2009.

11. V. P. Ningrum, Aplikasi Gelatin Tipe B Sebagai Bahan Pengental Pada Produk

Shower Gel, Tugas Sarjana, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2002.

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi,

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 1996.

13. Anonim, Saponifikasi, (Online), 2011 (http://id.wikipedia.org/wiki/Saponifikasi,

diakses 10 September 2011).

Page 55: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

44

14. J. Hicks, Comprehensive Chemistry SI Edition, Edisi 2, The Macmillan Press Ltd.,

London, 1981.

15. W. H. Schmitt, Skin Care Products, Blackie Academe and Professional, London,

1996.

16. Sunsmart, Anatomy of The Skin, J. Cosmetics and Toiletries, SunSmart Inc., New

York, 1998.

17. E. Peacock, Making Liquid Soap, (Online), 2003

(http://www.ellensessentials.com/makingliquidsoap.pdf, diakses 9 September

2011).

18. G. Susilowarno, dkk., Biologi SMA/MA Kelas X, Grasindo, Jakarta, 2000.

19. N. Hidayat, dkk., Pembuatan dan Analisis Produk Emulsi, Tugas Sarjana,

Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2009.

20. Anonim, Chlorella, (Online), 2011 (http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorella,

diakses 10 September 2011).

21. Roki, Chlorella Dapat Mencegah Kanker dan Tumor, (Online), 2005

(http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg99156.html,

diakses 10 April 2011).

22. Zaifbio, Biologi Online, Modul Algae, Divisi Chlorophyta, (Online), 2009

(http://zaifbio.wordpress.com/page/22/, diakses 12 Oktober 2011).

23. Dinata, Tanaman Sebagai Pengusir Nyamuk, (Online), 2005 (http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/2005/0205/17/cakrawala/penelitian01.htm, diakses 11 April

2011).

24. Prashar, I. C. Locke, dan C. S. Evans, Cytotoxicity of Lavender Oil and Its Major

Components to Human Skin Cells, Cell Proliferation, 37(3):221–229, 2004.

25. Riwan, Sifat-sifat Organoleptik dalam Pengujian Terhadap Bahan Makanan,

(Online), 2005 (http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php/ Sifat-sifat Organoleptik

Dalam Pengujian Terhadap Bahan Makanan&&nomorurut_artikel=130, diakses

13 Oktober 2011).

26. R. Voight, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 65, terjemahan Dr. Soendani

Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.

Page 56: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

45

27. A. I. Suryani, Saillah, dan E. Hambali, Teknologi Emulsi, Diktat Kuliah, Jurusan

Teknologi Industri Pertanian, FATETA IPB, Bogor, 2000.

28. H. S. S. Imron, Sediaan Kosmetik, Direktorat Pembinaan Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta, 1985.

29. G. Stainsby, The Physical Chemistry of Gelatin in Solution di dalam A. G. Ward

dan A. Courts, The Science and Technology of Gelatin, Academic Press, New

York, 1977.

30. A. M. Kragh dan W. B. Langston, Research Report C17, Bagian 3, Gelatin and

Glue Research Association, London, 1959.

31. A. Imeson, Thickening and Gelling Agent for Food, Academic Press, New York,

1992.

32. T. Bird, Kimia Fisik untuk Universitas, PT. Gramedia, Jakarta, 1987.

33. Safira, Aplikasi Gelatin Tipe A Sebagai Bahan Pengental Dalam Pembuatan Skin

Lotion, Tugas Sarjana, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2003.

34. R. Musy, dkk., Efek Sabun Asam Salisilat 2% Sebagai Penunjang Terapi Topikal

Gel Bensoil Peroksida 10% untuk Acne vulgaris Derajat Ringan Sampai Sedang,

Jurnal Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 35(4), 2003.

35. P. M. Gaman dan K. B. Sherington, The Science of Food, 3rd

Ed., Pergamon

Press, Oxford, 1990.

36. A. Boeck dan B. Stnehchak, Cosmetic and Toiletries Development, Production

and Use, 1st Ed., Prentice Hall, New York, 1991.

37. N. Sutresna, Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, Grafindo Media Pratama,

Bandung, 2004.

38. Badan POM RI, Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang

Baik, Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Produk

Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010.

Page 57: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

46

Lampiran A. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 1) dengan

Volume akhir (V) = 1 Liter

Penimbangan bahan-bahan:

- 85 gr. minyak zaitun

- 36 gr. minyak kelapa

- 28 gr. KOH

- 5 gr. kalium karbonat (K2CO3)

- 300 gr. + 727 gr. akuades

Mencampurkan minyak zaitun dan

minyak kelapa ke dalam crock pot

(campuran minyak dipanaskan terlebih

dahulu hingga suhu 80⁰ C)

Pencampuran larutan alkali:

Mencampurkan KOH dan K2CO3 pada

300 gr. akuades pada gelas beker

hingga larut

Menuangkan larutan alkali ke dalam

campuran minyak di crock pot (sedikit

demi sedikit) sambil diaduk (kecepatan

250 rpm) hingga menyusut (mencapai

tahap trace)

Menutup crock pot, lalu melakukan

pengaturan suhu 700C

Mengecek pasta sabun dan melakukan

pengadukan (kecepatan 250 rpm)

dengan interval waktu 20 menit

selama 2,5-3 jam

Menghentikan pemanasan pasta sabun,

namun crock pot dibiarkan tertutup

(mempertahankan suhu panas sabun)

Mendidihkan 727 gr. akuades (suhu

1000C) pada panci lain, perlahan

menurunkan suhu

Dengan hati-hati menambahkan

pasta sabun ke dalam air yang sudah

mendidih, diaduk perlahan, lalu

menutup panci dan mematikan kompor

Membiarkan sabun larut dengan air

(ketika sabun akan dingin, sabun

dipanaskan kembali dan diaduk

perlahan, lalu menutup panci)

Membiarkan sabun hingga dingin, lalu

menuangkannya ke dalam wadah

Apakah pasta sabun sudah

mencapai tahap vaseline? (padat

dan lunak)

Sudah

Belum

Page 58: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

47

Lampiran B. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 2) dengan

Volume akhir (V) = 1 Liter

Melarutkan sepimax zen dengan

cara menuangkan akuades panas

sedikit demi sedikit ke dalam 18 gr.

sepimax zen pada wadah sambil

diaduk rata

Memasukkan sepimax zen

yang telah didilusikan ke

dalam sabun cair sedikit demi

sedikit

Melakukan penyetingan

kecepatan putaran pengaduk

magnetik sebesar 250 rpm

Melakukan pengadukan sabun

mandi gel alami selama ±60

menit

Melakukan pengadukan

akhir setelah ditambahkan

bahan aktif alami

Sabun mandi gel alami siap

dikemas

Mendidihkan 1500 mL

akuades (suhu 1000C)

Memasukkan bahan aktif alami:

5 gr. serbuk Chlorella + 5 mL

minyak atsiri Lavender dan juga

ditambahkan vitamin E 10 mL

Page 59: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

48

Lampiran C. Angket (Kuisioner) Pengujian Kesukaan Produk

ANGKET

PENGUJIAN KESUKAAN (HEDONIK) SABUN MANDI GEL ALAMI

Keterangan:

Tuliskan skala angka di kolom yang tersedia untuk masing-masing contoh sabun.

1 = Tidak suka/tidak puas

2 = Kurang suka/kurang puas

3 = Biasa

4 = Suka/puas

5 = Sangat suka/sangat puas

Parameter Pengamatan Body Shop

White Musk

Organo

Green

Gatsby

Antiseptic

Sabun Gel Alami

(Chlorella+Lavender)

Jumlah Busa

Kekentalan

Aroma & Warna

Kesan Saat Pemakaian

Kesan Setelah Pemakaian

Page 60: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

49

Lampiran D. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ekstrim

65C, 5 Hari)

Hari ke- Viskositas (cP) pH

1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata

0 3.650 3.800 3.900 3.783 8,763 8,758 8,759 8,760

1 3.700 3.600 3.700 3.667 9,392 9,391 9,392 9,392

2 3.500 3.500 3.500 3.500 8,537 8,563 8,543 8,548

3 2.900 2.900 2.900 2.900 9,276 9,283 9,284 9,281

4 2.700 2.600 2.700 2.667 8,875 8,893 9,003 8,924

5 2.300 2.300 2.300 2.300 8,653 8,671 8,661 8,662

Page 61: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

50

Lampiran E. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ruang, 30

Hari)

Hari ke- Viskositas (cP) pH

1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata

0 3.650 3.800 3.900 3.783 8,763 8,758 8,759 8,760

5 3.000 3.000 3.000 3.000 9,458 9,463 9,465 9,462

10 2.900 2.950 2.900 2.917 9,487 9,491 9,485 9,488

15 2.800 2.800 2.800 2.800 9,323 9,315 9,320 9,319

20 2.650 2.600 2.600 2.617 9,217 9,221 9,214 9,217

25 2.500 2.500 2.500 2.500 9,201 9,196 9,205 9,201

30 2.300 2.300 2.300 2.300 9,211 9,212 9,210 9,211

Page 62: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

51

Lampiran F. Data Hasil Pengukuran Bobot Jenis (25C)

Parameter Ulangan

Rata-rata 1 2 3

Bobot Sampel Sabun (gr.) 58,68 58,67 58,68 58,68

Bobot Air (gr.) 57,79 57,79 57,79 57,79

Bobot Piknometer (gr.) 33,13 33,13 33,13 33,13

Page 63: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

52

Lampiran G. Bahan-bahan Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

Gambar G.1 Minyak Zaitun dan Gambar G.2 Vitamin E dan Sepimax zen

Minyak Kelapa

Gambar G.3 Serbuk Chlorella pyrenoidosa Gambar G.4 KOH

dan Minyak Atsiri Lavender

Page 64: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

53

Lampiran H. Peralatan Pembuatan dan Pengujian Sabun Mandi Gel Alami

Gambar H.1 Crock Pot/Slow Cooker Gambar H.2 Rangkaian Alat Viskometer

Gambar H.3 Panel Utama Viskometer Gambar H.4 Rangkaian Alat pH meter

Gambar H.5 Rangkaian Instrumen Colorflex EZ (Hunterlab USA)

Page 65: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

54

Lampiran I. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH Sabun Gel

Pembanding

Sabun Viskositas (cP) pH

Pembanding 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata

Body Shop 2.500 2.500 2.500 2.500 6,254 6,263 6,251 6,256

Organo 650 650 650 650 7,560 7,547 7,553 7,553

Gatsby 1.000 1.000 1.000 1.000 9,432 9,387 9,423 9,414

Chl.&Lav. 3.650 3.800 3.900 3.783 8,763 8,758 8,759 8,760

Page 66: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

55

Lampiran J. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi

Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

1 3 2 4 5

2 2 2 4 4

3 2 1 4 5

4 3 2 4 4

5 4 3 4 5

6 3 2 4 5

7 3 2 4 4

8 2 2 4 4

9 3 2 4 4

10 3 2 4 4

11 3 2 4 4

12 4 2 5 3

13 3 2 5 5

14 3 2 5 4

15 4 2 5 5

16 3 1 4 4

17 3 2 4 4

18 2 1 4 3

19 2 2 3 3

20 3 2 4 4

21 3 2 3 3

22 4 1 5 5

23 5 1 5 5

24 2 1 4 5

25 3 1 4 5

26 3 2 4 4

27 5 2 5 5

28 3 3 3 4

29 3 2 5 4

30 4 3 5 5

Rata-rata 3,10 1,87 4,20 4,27

Page 67: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

56

Lampiran K. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kekentalan Sabun Mandi

Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

1 2 1 3 4

2 4 1 4 4

3 3 1 5 5

4 3 2 4 5

5 5 2 5 5

6 2 1 4 4

7 3 2 5 5

8 3 1 5 4

9 5 1 4 4

10 4 2 4 2

11 4 3 4 1

12 3 1 4 4

13 4 1 4 2

14 5 2 4 3

15 2 1 3 3

16 2 2 4 4

17 4 1 4 4

18 4 1 4 4

19 4 1 4 5

20 3 1 5 5

21 4 2 4 4

22 4 2 5 5

23 4 2 4 4

24 3 2 5 4

25 4 2 4 4

26 4 1 4 5

27 4 1 3 5

28 3 2 4 5

29 3 1 5 4

30 4 2 5 5

Rata-rata 3,53 1,50 4,20 4,07

Page 68: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

57

Lampiran L. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Aroma dan Warna Sabun

Mandi Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

1 3 1 4 3

2 3 1 5 5

3 4 1 4 3

4 3 1 5 3

5 2 1 4 2

6 3 1 5 3

7 2 3 4 3

8 2 1 4 5

9 3 2 4 4

10 2 1 5 4

11 2 2 5 2

12 3 2 4 3

13 3 3 4 5

14 2 1 4 4

15 4 1 5 2

16 2 1 4 4

17 2 1 3 3

18 2 2 4 2

19 2 1 5 4

20 4 2 4 3

21 2 1 4 4

22 4 2 4 3

23 3 1 5 3

24 2 3 4 5

25 3 4 4 4

26 4 1 5 3

27 2 1 5 3

28 3 1 5 3

29 3 1 4 4

30 3 1 4 2

Rata-rata 2,73 1,50 4,33 3,37

Page 69: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

58

Lampiran M. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Saat Pemakaian

Sabun Mandi Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

1 2 2 5 4

2 4 1 5 4

3 2 2 4 4

4 2 2 4 4

5 1 2 5 4

6 4 2 4 4

7 1 1 5 4

8 2 1 5 4

9 2 3 3 4

10 3 2 5 4

11 1 1 4 3

12 4 2 4 4

13 4 4 4 4

14 1 1 4 4

15 4 2 4 4

16 3 3 4 4

17 2 2 4 4

18 3 2 4 4

19 3 2 4 4

20 2 3 5 2

21 3 3 5 4

22 3 2 4 4

23 4 1 4 4

24 1 1 5 1

25 2 1 4 4

26 4 1 5 3

27 2 2 4 4

28 4 2 4 2

29 2 2 4 4

30 1 3 4 4

Rata-rata 2,53 1,93 4,30 3,70

Page 70: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

59

Lampiran N. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Setelah Pemakaian

Sabun Mandi Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

1 1 2 5 5

2 4 2 5 4

3 2 2 4 4

4 1 2 4 4

5 2 2 4 4

6 4 1 5 5

7 2 2 4 4

8 1 2 5 4

9 3 3 3 3

10 2 1 5 5

11 1 2 4 3

12 2 2 5 4

13 1 1 4 3

14 2 3 5 4

15 3 2 3 3

16 2 1 3 3

17 2 1 4 4

18 2 1 4 4

19 2 1 4 4

20 4 3 4 4

21 3 2 5 4

22 3 2 4 4

23 5 2 5 5

24 4 2 3 4

25 3 3 5 5

26 4 1 4 4

27 5 3 4 4

28 5 1 5 5

29 3 2 4 5

30 2 2 4 4

Rata-rata 2,67 1,87 4,23 4,07

Page 71: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

60

Lampiran O. Hasil Uji Statistik Deskriptif Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Jumlah_Busa BS WM 30 3.10 .803 .147 2.80 3.40 2 5

Organo 30 1.87 .571 .104 1.65 2.08 1 3

Gatsby 30 4.20 .610 .111 3.97 4.43 3 5

Chl.&Lav. 30 4.27 .691 .126 4.01 4.52 3 5

Total 120 3.36 1.187 .108 3.14 3.57 1 5

Kekentalan BS WM 30 3.53 .860 .157 3.21 3.85 2 5

Organo 30 1.50 .572 .104 1.29 1.71 1 3

Gatsby 30 4.20 .610 .111 3.97 4.43 3 5

Chl.&Lav. 30 4.07 1.015 .185 3.69 4.45 1 5

Total 120 3.32 1.336 .122 3.08 3.57 1 5

Aroma_Warna BS WM 30 2.73 .740 .135 2.46 3.01 2 4

Organo 30 1.50 .820 .150 1.19 1.81 1 4

Gatsby 30 4.33 .547 .100 4.13 4.54 3 5

Chl.&Lav. 30 3.37 .928 .169 3.02 3.71 2 5

Total 120 2.98 1.283 .117 2.75 3.22 1 5

Page 72: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

61

Lampiran O (Lanjutan). Hasil Uji Statistik Deskriptif Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel

Kesan_Saat_Pemakaian BS WM 30 2.53 1.106 .202 2.12 2.95 1 4

Organo 30 1.93 .785 .143 1.64 2.23 1 4

Gatsby 30 4.30 .535 .098 4.10 4.50 3 5

Chl.&Lav. 30 3.70 .750 .137 3.42 3.98 1 4

Total 120 3.12 1.238 .113 2.89 3.34 1 5

Kesan_Setelah_Pemakaian BS WM 30 2.67 1.241 .227 2.20 3.13 1 5

Organo 30 1.87 .681 .124 1.61 2.12 1 3

Gatsby 30 4.23 .679 .124 3.98 4.49 3 5

Chl.&Lav. 30 4.07 .640 .117 3.83 4.31 3 5

Total 120 3.21 1.296 .118 2.97 3.44 1 5

Page 73: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

62

Lampiran P. Hasil Uji ANOVA Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Jumlah_Busa Between Groups 114.758 3 38.253 83.987 .000

Within Groups 52.833 116 .455

Total 167.592 119

Kekentalan Between Groups 140.692 3 46.897 75.943 .000

Within Groups 71.633 116 .618

Total 212.325 119

Aroma_Warna Between Groups 126.967 3 42.322 71.150 .000

Within Groups 69.000 116 .595

Total 195.967 119

Kesan_Saat_Pemakaian Between Groups 104.433 3 34.811 51.815 .000

Within Groups 77.933 116 .672

Total 182.367 119

Kesan_Setelah_Pemakaian Between Groups 116.425 3 38.808 54.000 .000

Within Groups 83.367 116 .719

Total 199.792 119

Keterangan:

H0 : Tidak ada perbedaan nyata diantara keempat jenis sabun mandi gel

H1 : Ada perbedaan nyata diantara keempat jenis sabun mandi gel

(Tolak H0, jika nilai Sig. < 0,05)

Page 74: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

63

Lampiran Q. Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Multiple Comparisons

Dependent Variable (I)

Jenis_Sabun

(J)

Jenis_Sabun

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Jumlah_Busa Tukey

HSD

BS WM Organo 1.233* .174 .000 .78 1.69

Gatsby -1.100* .174 .000 -1.55 -.65

Chl.&Lav. -1.167* .174 .000 -1.62 -.71

Organo BS WM -1.233* .174 .000 -1.69 -.78

Gatsby -2.333* .174 .000 -2.79 -1.88

Chl.&Lav. -2.400* .174 .000 -2.85 -1.95

Gatsby BS WM 1.100* .174 .000 .65 1.55

Organo 2.333* .174 .000 1.88 2.79

Chl.&Lav. -.067 .174 .981 -.52 .39

Chl.&Lav. BS WM 1.167* .174 .000 .71 1.62

Organo 2.400* .174 .000 1.95 2.85

Gatsby .067 .174 .981 -.39 .52

Kekentalan

Tukey

HSD

BS WM Organo 2.033* .203 .000 1.50 2.56

Gatsby -.667* .203 .007 -1.20 -.14

Chl.&Lav. -.533* .203 .047 -1.06 .00

Page 75: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

64

Organo BS WM -2.033* .203 .000 -2.56 -1.50

Gatsby -2.700* .203 .000 -3.23 -2.17

Chl.&Lav. -2.567* .203 .000 -3.10 -2.04

Gatsby BS WM .667* .203 .007 .14 1.20

Organo 2.700* .203 .000 2.17 3.23

Chl.&Lav. .133 .203 .913 -.40 .66

Chl.&Lav. BS WM .533* .203 .047 .00 1.06

Organo 2.567* .203 .000 2.04 3.10

Gatsby -.133 .203 .913 -.66 .40

Aroma_Warna Tukey

HSD

BS WM Organo 1.233* .199 .000 .71 1.75

Gatsby -1.600* .199 .000 -2.12 -1.08

Chl.&Lav. -.633* .199 .010 -1.15 -.11

Organo BS WM -1.233* .199 .000 -1.75 -.71

Gatsby -2.833* .199 .000 -3.35 -2.31

Chl.&Lav. -1.867* .199 .000 -2.39 -1.35

Gatsby BS WM 1.600* .199 .000 1.08 2.12

Organo 2.833* .199 .000 2.31 3.35

Chl.&Lav. .967* .199 .000 .45 1.49

Chl.&Lav. BS WM .633* .199 .010 .11 1.15

Lampiran Q (Lanjutan). Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Page 76: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

65

Organo 1.867* .199 .000 1.35 2.39

Gatsby -.967* .199 .000 -1.49 -.45

Kesan_Saat_Pemakaian Tukey

HSD

BS WM Organo .600* .212 .027 .05 1.15

Gatsby -1.767* .212 .000 -2.32 -1.22

Chl.&Lav. -1.167* .212 .000 -1.72 -.62

Organo BS WM -.600* .212 .027 -1.15 -.05

Gatsby -2.367* .212 .000 -2.92 -1.82

Chl.&Lav. -1.767* .212 .000 -2.32 -1.22

Gatsby BS WM 1.767* .212 .000 1.22 2.32

Organo 2.367* .212 .000 1.82 2.92

Chl.&Lav. .600* .212 .027 .05 1.15

Chl.&Lav. BS WM 1.167* .212 .000 .62 1.72

Organo 1.767* .212 .000 1.22 2.32

Gatsby -.600* .212 .027 -1.15 -.05

Kesan_Setelah_Pemakaian Tukey

HSD

BS WM Organo .800* .219 .002 .23 1.37

Gatsby -1.567* .219 .000 -2.14 -1.00

Chl.&Lav. -1.400* .219 .000 -1.97 -.83

Organo BS WM -.800* .219 .002 -1.37 -.23

Gatsby -2.367* .219 .000 -2.94 -1.80

Lampiran Q (Lanjutan). Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Page 77: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

66

Chl.&Lav. -2.200* .219 .000 -2.77 -1.63

Gatsby BS WM 1.567* .219 .000 1.00 2.14

Organo 2.367* .219 .000 1.80 2.94

Chl.&Lav. .167 .219 .872 -.40 .74

Chl.&Lav. BS WM 1.400* .219 .000 .83 1.97

Organo 2.200* .219 .000 1.63 2.77

Gatsby -.167 .219 .872 -.74 .40

*) The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan:

H0 : Tidak ada perbedaan nyata diantara kedua jenis sabun mandi gel

H1 : Ada perbedaan nyata diantara kedua jenis sabun mandi gel

(Tolak H0, jika nilai Sig. < 0,05)

Lampiran Q (Lanjutan). Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Page 78: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

67

Lampiran R. Hasil Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) Sabun Mandi

Gel Alami

Page 79: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

68

Lampiran S. Angket/Kuisioner Uji Kesukaan Konsumen (Hedonik)

Page 80: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

69

Realisasi Biaya:

Page 81: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

70

Page 82: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

71

Page 83: Siely Cicilia Nurhadi_Laporan Hasil TA_BU P3SWOT

72

Keterangan:

*) Pembelian pH meter diadakan karena dirasa sangat penting dalam menunjang

penelitian TA ini. Total biaya pembelian pH meter adalah Rp. 9.000.000,00; dan

pembayaran dilakukan oleh 3 (tiga) orang penerima beasiswa, dimana masing-

masing orang menyumbang Rp. 3.000.000,00.

**) Pada nota pengujian ALT di Laptiab tertulis sejumlah Rp. 800.000,00 untuk 4

(empat) jenis sampel sabun, sehingga masing-masing penerima beasiswa

membayar Rp. 200.000,00 untuk masing-masing sampel sabun.