sick building sindrom rozma 251

Upload: ica-ompusunggu

Post on 02-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    1/18

    1

    Wanita 30 Tahun Batuk Pilek Berulang

    sejak 3 Minggu. Teman Sekerjanya juga

    Mengalami Hal Serupa.

    Rozma Connica Bertha Ompusunggu*

    102009251

    *Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

    Alamat korespondensi:

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

    *Email : [email protected]

    Pendahuluan

    Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana yang

    memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang dilengkapi

    dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan mempunyai

    sirkulasi udara sendiri. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu menjadi tempatyang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan produktifitas kerja

    karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya gangguan kesehatan

    pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja

    karyawannya yang bekerja di dalamgedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai

    banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan

    sindrom gedung sakit.

    Istilah sindrom gedung sakit (sick building syndrome) pertama-tama diperkenalkan oleh para ahli

    dari negara Skandinavia di awal tahun 1980an yang lalu. Istilah ini kemudian digunakan secara

    luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa,

    Amerika dan bahkan dari negara tetangga kita Singapura. Sindrom gedung sakit adalah

    kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit", artinya terdapat gangguan pada sirkulasi

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    2/18

    2

    udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut

    dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang memang terjadi karena para penderitanya

    menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit". Gejala-gejala yang timbul memang

    berhubungan dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom

    ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan

    tenggorok, kulit yang kering dan gatal, badan lemah dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut

    biasanya menetap setidaknya dua minggu. Keluhan-keluhan yang ada biasanya tidak terlalu

    hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap

    produktifitas kerja seseorang. Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari

    20%, atau bahkan sampai 50% pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di

    atas. Kalau hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.1

    Pembahasan

    I. Diagnosa klinikA. Anamnesis

    Skenario 2

    A, seorang perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik anada dengan keluhan batuk pilek

    berulang sejak 3 minggu yang lalu. Ini adalah kedatangannya yang ke-3 ke dokter;

    kunjungan pertama dan kedua ke dokter B, tetapi kambuh lagi padahal sudah mendapat

    antibiotika untuk keluhan yang sama. Keluhan lain yang dialami adalah demam yang hilang

    timbul, mata sering panas, mual, nyeri diseluruh badan dan kadang-kadang gatal, sejak 3

    minggu yang lalu juga. A bekerja sebagai karyawati bagian administrasi, di gedung X lantai

    5, dijalan sudirman Jakarta. A sudah bekerja selama satu tahun, jam kerja 8.00 sampai jam

    17.00 dan banyak bekerja didepan computer. A baru lulu dan langsung bekerja disini, serta

    tidak mempunyai riwayat alergi. Beberapa orang di tempat kerjanya ini mengalami hal yang

    serupa dengan A.

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    3/18

    3

    Yang harus kita tanyakan kepada orang tua pasien adalah:

    a) Riwayat penyakit Identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan) Keluhan utama

    o ibu keluhannya apa? Batuk pilek sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat penyakit sekarang

    o Batuknya berdahak atau batuk kering? Dahaknya warna apa?o Batuknya saat kapan? Saat beraktifitas atau malam hari?o Ada sesak nafas atau tidak? Sekret hidung berwarna apa dan kekentalan

    bagaimana?

    o Batuknya ini terus-terusan selama 3 minggu atau hilang timbul?o Keluhan yang ibu rasakan itu lebih sering saat dalam ruang kerja atau dimanapun

    ibu berada?

    o Ada riwayat alergi? (tidak ada)o Ibu merokok tidak?

    Keluhan tambahano Selain itu ada keluhan lain? (demam hilang timbul, mata terasa panas, mual, nyeri

    diseluruh badan, kadang-kadang gatal)

    o Sifat demamnya bagaimana apakah hilang timbul, atau terus menerus?o Kapan mata terasa panas? Apakah ada penurunan ketajaman pengelihatan dan

    mata merah?

    o Riwayat sakit lambung sebelumnya? Mualnya kapan, apakah disertai muntah,ataukah pasien sedang stress?

    o Untuk nyeri diseluruh badan tanyakan apakah ada daerah yang lebih sakitdibagian tertentu, sakitnya kapan, bagaimana karakter nyeri?

    o Lokasi dan sifat dari gatalnya bagaimana? Riwayat pengobatan

    o Sebelumnya sudah mencoba berobat? Bagaimana hasilnya? (sudah tapi nihil) Riwayat penyakit dahulu dan keluarga

    o Dulu pernah seperti ini juga ibu?o Keluarga ada yang seperti ini juga? Ada penyakit keturunan?

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    4/18

    4

    b) Riwayat pekerjaan Ibu bekerja? Sudah berapa lama? (bagian administrasi selama 1 tahun) Riwayat pekerjaan sebelumnya? (belum ada) Ibu kerja dibagian administrasi atau pabrik? (dibagian administrasi) Ruangan tempat ibu berkerja bagaimana dengan system sirkulasi udaranya? Jika menggunakan air condition berapa kali dalam setahun dibersihkan? Ditempat ibu bekerja ada ruangan yang sedang direnovasi atau yang baru dicat ulang

    tidak?

    Waktu bekerja sehari? ( dari jam 8.00 sampai jam 17.00) Apakah teman sekerja ibu juga ada yang mengalami hal yang sama? Selain bekerja di tempat itu, apakah ibu ada bekerja ditempat lain juga? Bekerja sebagai

    apa?

    Hobi dan kebiasaan ibu apa? Bagaimana hubungan ibu dengan rekan kerja dan atasan? Adakah stress waktu bekerja?

    B. Pemeriksaana. Pemeriksaan fisik

    TTV

    Table B.1. Pemeriksaaan tanda-tanda vital yang dilakukan

    Pemeriksaan Normal

    Suhu tubuh -

    Frekuensi nadi 70-80 X/menit

    Tekanan darah 120/80 mmHg

    Frukensi pernapasan 12-20

    /menit

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    5/18

    5

    Pemeriksaan mata dan visus

    Pemeriksaan mata berdasarkan inspeksi bagian luar mata. Pemeriksaan visus ini

    dilakukan karena mengingat si pasien bekerja sebagai administrative. Lebih banyak

    terpapar dengan radiasi computer.

    Pemeriksaan abdomen

    Untuk mengetahui daerah nyeri tekan pada perut pasien berdasarkan 9 regio. Dan juga

    lakuakn palpasi organ hepar, ginjal, lambung, appendix.

    Pemeriksaan paru patologis

    Pemeriksaan fisik dasar, yaitu;

    a. Inspeksi = bentuk thoraks dan gerakan napas, cek frekuensi, kedalaman dan upayabernapas; dengarkan pernapasan pasien dan retraksi saat inspirasi.

    b. Palpasi = untuk mengetahui area nyeri tekan, abnormalitas yang terlihat dan ekspansidada. Lakukan fremitus taktil.

    c. Perkusi = bunyi tergantung dengan jaringan apa yang ada dibawahnya, maka akantimbul berbagai nada (pekak, redup, sonor, hipersonor dan timpani).

    d. Auskultasi = cek apakah ada bunyi paru patologi atau tidak (mengi, stupor, rongki)b. Pemeriksaan penunjang

    Cek sputum

    Bahan sputum terbaik yang diperiksa adalah sputum pagi setelah bangun tidur, sesudah

    kumur dan gosok gigi, sehingga sputum tidak bercampur dengan ludah. Pemeriksaan ini

    bertujuan untuk mencari infeksi parasit paru.

    Tes kulit

    Tes kulit sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit alergi. Tujuannya adalah untuk

    menentukan antibodi IgE spesifik dalam kulit pasien, yang secara tidak langsung

    menggambarkan adanya antibodi yang serupa pada organ yang sakit. Di bidang alergi,

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    6/18

    6

    cara-cara tes kulit yang dilakukan adalah prick test, scratch test, friction test, patch test

    dan intradermal test.

    Cek darah lengkap (leukosit)

    Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut

    (pneumonia, tuberculosis, apendisitis) ataupun karena obat-obatan (aspirin, alopurinol,

    kanamisin, streptomisin). Normal dewasa = 4000-10.000/mm3

    Pemeriksaan radiologis paru

    Hal ini dilakukan untuk membedakan apakah pasien menderita penyakit tuberculosis atau

    tidak, mengingat batuknya sudah 3 minggu. Pada penderita tuberculosis terdapat

    gambaran cavitas, kosolidasi pada apex paru.

    c. Pemeriksaan tempat kerjaSirkulasi udara

    Kantor biasanya menggunakan pendingin udara yang dapat meningkatkan efisiensi kerja

    karyawan. Namun air conditionejuga dapat menimbulkan penyakit jika tidak dibersihkan.

    Radiasi dari computer

    Radiasi dari computer dan pencahayaan ditempat kerjanya juga perlu diperhatikan untuk

    kesehatan matanya.

    Keadaan ruang kerjanya dan kebersihan

    Perhatikan apakah ada ruangan yang sedang direnovasi atau masih dalam proses

    pengecatan (gedung masih baru). Dan bagaimana kebersihan kantor.

    C. Working diagnoseIstilah sindrom gedung sakit (sick building syndrome) pertama dikenalkan oleh para ahli

    di negara Skandinavia di awal tahun 1980-an. Istilah SBS dikenal juga dengan TBS (tigh

    building syndrome) atau nonspecific building-related symptoms (BRS), karena sindrom ini

    umumnya dijumpai dalam ruangan gedung-gedung pencakar langit. Namun dari penelitian

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    7/18

    7

    tahun 1978-1988 oleh NIOSH (national institute for occupational safety and health)

    ditemukan pada gedung-gedung biasa dengan karakteristik kualitas udara yang buruk. EPA

    (environmental protection agency of America) mendefinisikan SBS merupakan istilah

    untuk menguraikan situasi dimana penghuni gedung atau bangunan mengalami gangguan

    kesehatan akut dan efek timbul saat berada dalam bangunan, tetapi tidak ada penyebab yang

    spesifik. Penggunaan istilah Sick Building Syndrome apabila terdapat petunjuk-petunjuk

    utama bahwa gedung sebagai penyebabnya, antara lain :

    adanya gejala-gejala ketika bekerja atau tinggal di dalam gedung, kejelasan berkurangnya gejala-gejala ketika meninggalkan gedung atau bekerja di tempat

    lain untuk sementara.

    munculnya gejala-gejala ketika kembali ke gedung serta adanya gejala-gejala yang dialami oleh banyak orang.2SBS menurut Juli Soemirat Slamet yang dikutip oleh G. Sujayanto adalah gejala-gejala

    gangguan kesehatan, umumnya berkaitan dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gejala ini

    dihadapi oleh orang yang bekerja di gedung atau di rumah yang ventilasinya tidak

    direncanakan dengan baik. Sedangkan menurut Alan Hedge, SBS merupakan kategori

    penyakit umum yang berkaitan dengan beberapa aspek fisik sebuah gedung dan selalu

    berhubungan dengan sistem ventilasi.

    Gejala klinik SBSTjandra Yoga Aditama, membagi keluhan atau gejala dalam tujuh kategori sebagi berikut:

    1)iritasi selaput lendir, seperti iritasi mata, pedih, merah dan berair2)iritasi hidung, seperti iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, bersin, batuk kering3)gangguan neurotoksik (gangguan saraf/gangguan kesehatan secara umum),seperti sakit

    kepala, lemah, capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi

    4)gangguan paru dan pernafasan, seperti batuk, nafas bunyi, sesak nafas, rasa berat di dada5) gangguan kulit, seperti kulit kering, kulit gatal6) gangguan saluran cerna, seperti diare7) gangguan lain-lain, seperti gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, dll.

    Orang dinyatakan menderita SBS apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari

    sekumpulan gejala seperti lesu, hidung tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata

    gatal-gatal, mata pedih, mata kering, pilek-pilek, mata tegang, pegal-pegal, sakit leher atau

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    8/18

    8

    punggung, dalam kurun waktu bersamaan. Untuk menegakkan adanya SBS maka berbagai

    keluhan tersebut harus dirasakan oleh sekitar 20%-50% pengguna suatu gedung, dan

    keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu.3

    D. Differential diagnoseRhinitis alergi

    Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien

    atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu

    mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Gejala rinitis

    alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala

    yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal

    ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process).

    Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat

    dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis.Gejala lain ialah keluar ingus

    (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang

    disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung,

    mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang garis hitam

    melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan

    pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema

    II. Pajanan yang dialamiBerdasarkan hasil pemeriksaan NIOSH (The National lnstitutefor Occupational Safety

    and Health), suatu badan untuk kesehatan dan keselamatan di Amerika Serikat menunjukkan

    enam sumber utama pencamaran udara di dalam suatu gedung yaitu:

    Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung (17%) Pencemaran akibat mesin foto kopi,asap rokok, pestisida, bahanbahan pembersih ruangan dan lain-lain.

    Pencemaran dari luar gedung (11 %) Masuknya gas buang kendaraan bermotor yang lalulalang, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, yang

    kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan pemasukan udara yang tidak tepat.

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    9/18

    9

    Pencemaran akibat bahan bangunan (3%) Formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut.

    Pencemaran mikroba (5%) Bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yangdapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh lokasi lubang

    sistemnya.

    Gangguan ventilasi (52%) Kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi udaradan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara temyata punya peranan besar dalam

    menentukan sehat tidaknya lingkungan udara di dalam suatu gedung.

    Tak diketahui (12%).1,2,3Pajanan yang mungkin pada kasus ini antara lain:

    1. BiologisPajanan biologis yang mungkin berhubungan dengan SBS adalah pajanan mikroba

    (dekomposisi mikrobiotik/pembusukan, lingkungan kerja, individu atau ternak yang

    terinfeksi, benda-benda kontaminasi)

    2. FisikPajanan fisik yang mungkin berhubungan dengan SBS adalah kondisi tempat kerja (suhu,

    radiasi, cahaya dan bising).

    3. KimiaPajanan kimia yang mungkin berhubungan dengan SBS adalah sirkulasi udara dan polusi

    udara dari dalam ruangan (pengecatan) maupun dari luar.

    4. ErgonomisPajanan ergonomis yang berhubungan dengan SBS adalah bentuk meja dan kursi kerja, posisisaat bekerja, serta desain tangga kantor.

    5. PsikologisPenyebab pajanan psikologis adalah faktor psikososial (upah yang kecil, beban kerja yang

    berat, tidak ada prospek dalam jejaring karir, kurang penghargaan) dan faktor individu (tidak

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    10/18

    10

    ada kesempatan untuk belajar, bekerja terlalu lama, jam istirahat kurang, jam kerja lama,

    kondisi lingkungan kerja yang tidak baik.4

    III.Hubungan pajanan dengan penyakitTabel 2. Kemungkinan hubungan pajanan dengan penyakit.

    Jenis pajanan Pajanan yang mungkin di alamin

    Biologis Status gizi Jenis makanan yang dimakan

    kurang memenuhi gizi

    seimbang, jam makan yang

    tidak teratur

    Imunologik Kondisi kesehatan yang tidak

    fit

    Kuman dan virus Ruangan yang jarang

    dibersihkan, banyak debu di

    sekitar meja kerja

    Fisik Suhu Terlalu panas atau dingin

    Radiasi Layar computer yang tidak

    diberi antiradiasi, cahaya dari

    mesin fotokopi

    Cahaya Terlalu silau, remang-remang

    Kebisingan Jumlah pekerja dalam saturuangan yang terlalu banyak

    Kimia Sirkulasi udara Ventilasi, AC, exhaust fan

    Polusi udara dari dalam dan Asap rokok, volatile organic

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    11/18

    11

    luar ruangan compounds

    Ergonomis Model meja dan kursi kerja Yang tidak sesuai standar

    Posisi saat bekerja Yang tidak benar

    Desain tangga Yang tidak sesuai standar

    Psikologis Jam kerja dalam sehari Maksimal 8 jam sehari

    Beban pekerjaan dalam

    sehari

    Tugas yang menumpuk

    Hubungan dengan atasan

    serta rekan kerja

    Kurang harmonis

    Polusi dalam ruang digolongkan menjadi:

    1. Polusi fisik

    Yang termasuk ke dalam polusi fisik adalah:

    a. Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang)

    Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kalisetahun. Jika tidak, AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri.

    Kawanan Chlamydiasp, Escherichia sp, dan Legionella sp, akan bersarang dengan

    nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke

    seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan,

    terhirup melalui mulut dan hidung.

    b. Debu di ruangan kerja

    Karena ukurannya (0,1 2,5 mikron) yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di

    dalam paru sehingga dapat mengganggu akivitas pernafasan manusia.

    c. Karpet yang tidak dirawat

    Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada

    karpet, seperti tungau. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan

    karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    12/18

    12

    2. Polusi biologi

    - Humidifier fever (dalam system pendingin) yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh

    organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi.

    - Legionnaire disease (pada pendingin ruangan) disebabkan oleh spesifik bakteri terutama

    bakteri legionella pneumophila. Gejala kliniknya Reaksi seperti flu biasa, demam, menggigil,

    pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan hilangnya selera makan.

    3. Polusi kimia

    Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena

    pewangi ruangan tersebut termasuk turunan benzene dan aldehida yang akan memaparkan

    bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga

    mual. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon,

    penggunaan berbagai desinfektan.

    4. Polusi gas

    Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor juga dari kompor gas

    yang mengeluarkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogen dioksida. Selain itu,

    juga banyak materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih baru diaplikasikan,

    papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan

    plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.5

    IV.Besarnya pajananPatofisiologi penyakit

    Lingkungan kerja perkantoran meliputi semua ruangan, halaman dan area sekelilingnya

    yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran.

    Lingkungan kerja perkantoran biasanya disebut secara berbeda dari pabrik. Fenomena SBS

    berkaitan dengan kondisi gedung, terutama rendahnya kualitas udara ruangan. Berbagai bahan

    pencemar (kontaminan) dapat mengganggu lingkungan udara dalam gedung (indoor air

    environment) melalui empat mekanisme utama, yaitu:

    (1) gangguan sistem kekebalan tubuh (imunologik );

    (2) terjadinya infeksi;

    (3) bahan pencemar yang bersifat racun (toksik);

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    13/18

    13

    (4) bahan pencemar yang mengiritasi dan menimbulkan gangguan kesehatan.

    Gangguan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi. Konsumsi zat gizi yang

    baik akan memperbaiki status gizi, sehingga meningkatkan ketahanan fisik dan meningkatkan

    produktivitas kerja, di samping membantu mengurangi infeksi. Sedangkan bahan kimia yang

    bersifat racun (toksik) lebih banyak diserap oleh orang usia muda dan tua dibanding pada orang

    dewasa.

    Epidemiologi

    Dua puluh tahun belakangan ini di dunia banyak sekali dibangun gedung-gedung

    bertingkat tertutup rapat lengkap dengan ventilasi udara yang tergantung sepenuhnya pada

    berbagai mesin, seperti kantor atau perkantoran yang merupakansalah satu tempat kerja yang

    menggunakan ventilasi dengan sistem Air Conditioner(AC). Hal tersebut menyebabkan polusi,

    terutama polusi udara yang diakibatkan ventilasi sistem ACmempunyai sirkulasi udara sendiri,

    sehingga akan mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan. Menurut Kepala Badan

    Kependudukan Nasional (Baknas), diseluruh dunia diperkirakan 2,7 juta jiwa meninggal akibat

    polusi udara, 2,2 juta diantaranya akibat indoor pollution atau polusi udara di dalam ruangan.

    Padahal 70-80 persen sebagian besar waktu manusia dihabiskan di dalamnruangan. Secara

    konsisten EPA mengurutkan polusi dalam ruangan sebagai urutan lima besar resiko lingkungan

    pada kesehatan umum.6

    V. Faktor individuPerhatikan kesehatan fisik pasien. Tanyakan riwayat alergi, kebiasaan olahraga (berapa

    banyak dalam seminggu dan berapa lama), dan riwayat penyakit keluarga (penyakit keturunan

    dan apakah anggota keluarga lain juga menderita hal yang sama). Lalu tanyakan juga kesehatan

    mentalnya (cara penanganan dikala stress, apabila di pernah cek tanyakan tipe kepribadiannya

    karena orang dengan tipe kepribadian A cenderung mudah stress). Kebersihan perorangan juga

    penting karena kemungkinan saja keluhannya itu disebabkan karena dia tidak bersih (tidak

    mandigatal-gatal; jarang membersihkan ruangan tempat ia bekerja sehingga banyak debu

    batuk pilek).7

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    14/18

    14

    VI.Faktor lain diluar pekerjaanSelain faktor dari individu pasien itu sendiri. Kita juga perlu menanyakan faktor-faktor lain,

    seperti:

    -Hobi = karena ada kemungkinan keluhannya ini karena hobinya (menonton tv, traveling, kuliner,main game sampai lupa waktu)

    -Kebiasaan (merokok, minum alcohol)-Pajanan rumah = ini penting untuk mencari penyebab spesifik dari keluhannya (rumah/daerah

    sekitar rumah sedang dalam tahap renovasi, sirkulasi udara dirumah berhubungan dengan

    ventilasi dan kebersihan pendingin udara, kebersihan rumah, adakah dirumah yang merokok)

    -Pekerjaan sambilan = sepulang dari kantor apakah ada pekerjaan sambilan juga seperti menjadipenjaga toko tua, tukang cet.7

    VII. Diagnosa okupasiBerdasarkan pembahasan di atas, diambil kesimpulan bahwa penyakit yang dialami

    pasien merupakan penyakit akibat kerja yaitusick building syndrome (SBS).

    Penyakit akibat kerja = pajanan yang dialami akibat bekerja langsung degan bahan biologi

    atau merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja. Contohnya;

    pekerja di peternakaninfeksi dari bakteri ternak

    Penyakit akibat hubungan kerja = pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja

    dan merupakan akibat tidak langsung akibat proses kerja. Contohnya; hiegene dan

    pemeliharaan tempat kerja yang kurang baik.7

    Penyakit bukan akibat kerja = pajanan bilogi yang secara alamiah berada diwilayah

    lingkungan tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada

    masyarakat tertentu. Contohnya; malaria dan demam berdarah.

    8

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    15/18

    15

    VIII. PenatalaksanaanMediakamentosa

    Penanganan berdasarkan gejala yang di alami.

    Asupan suplemen antioksidan terbukti menurunkan SBS hingga 65 persen, penelitian ini

    menunjukkan bahwa berbagai gangguan atau keluhan SBS yang terjadi pada para karyawan

    berbagai perusahaan di Jakarta dapat diturunkan setelah mengkonsumsi suplemen antioksidan

    secara teratur setiap hari selama 3 bulan, untuk selalu menjaga tubuh tentu harus dikonsumsi

    rutin karena tubuh memerlukanya dan kita dapatkan dari makanan yang sehat atau suplemen

    yang mengandung zat antioksidan.

    Antibiotik makrolida seperti clarithromycin dan azithromycin lebih efektif dibandingan dengan

    eritromisin. Tetapi banyak pasien dengan penyakit ini hanya diobati dengan macrolides dan

    antibiotic betalaktam.9

    Non medikamentosa

    - Berikan edukasi kepada pasien- Gunakan masker selama di kantor untuk mengurangi pajanan kimia yang ada di ruang kerja.- Pada komputer gunakan layar antiradiasi untuk mengurangi radiasi dari layer komputer.

    IX.PencegahanKeluhan yang timbul pada penderita SBS biasanya dapat ditangani secara simtomatis asal diikuti

    dengan upaya agar suasana lingkungan udara digedung tempat kerja menjadi lebih sehat. Yang

    perlu mendapat perhatian utama tentu bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk

    menghindari suatu gedung menjadi penyebab SBS.10

    Ternyata upaya pencegahannya cukup luas,

    menyangkut bagaimana gedung itu dibangun, bagaimana desain ruangan, bahan-bahan yang

    digunakan di dalam gedung, perawatan alat-alat dan lain-lain.

    Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

    1. Umunnya penderita SBS akan sembuh apabila keluar dari dalam gedung tersebut, gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat simtomatis.

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    16/18

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    17/18

    17

    PENUTUP

    Sick Building Syndromeadalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung

    atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan

    waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab

    khusus yang dapat diidentifikasi.Penyebab terjadinya Sick Building Syndromeberkaitan erat

    dengan ventilasi udara ruangan yang kurang memadai karena kurangnya udara segar masuk ke

    dalam ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata, serta kurang baiknya perawatan

    sarana ventilasi (indoor air quality). Seseorang dinyatakan menderita Sick Building Syndrome

    apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari sekumpulan gejala lesu, hidung

    tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata gatal-gatal, mata pedih, mata kering, pilek-

    pilek, mata tegang, pegal-pegal,sakit leher atau penggung, dalam kurun waktu yang bersamaan.

  • 7/27/2019 Sick Building Sindrom ROZMA 251

    18/18

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. A. M. Sugeng Budiono, R. S. M. Jusuf dan Adriana Pusparini. 2003.Bunga RampaiHiperkes & KK.Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.

    2. Alan Hedge. 2003.Addressing the Psychological Aspects of Indoor Air Quality.ADevision of the National Safety Council. 1025 ConnecticilAvenue. NW. Suite 1200.

    Washington, DC. Available:http://www.epa.gov/niehs/ieqwww.txt

    3. Balai KK & Hiperkes. 2004. Panduan Praktikum Laboratorium KeselamatanKerja DanHiperkes Mahasiswa Unnes. Semarang: Balai KK& Hiperkes.

    4. Boediono dan Wayan Koster. 2002.Teori Dan Aplikasi Statistika DanProbalitas.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    5. Ladou J,editor. Current occupational and environmental medicine. 4th ed. New York :The McGraw Hill companies; 2007.p.719-24.

    6. Burge PS. Sick building syndrome. Occup environ med 2004;61 :125-190.7. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta : Sagung seto;2009.8. Widoyono. Penyakit tropis. Edisi ke 2. Jakarta : penerbit erlangga;2011.h.204-8.9. Levy BS, Wegman DH, Baro SL, Sokas RK. Ocuupational and environmental health. 5 th

    ed. Philadelphia : Lippincot williams and wilkins; 2006.p.415-17.

    10.Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC; 200711.Hemlich JE. Sick building syndrome. Fact sheet community development COFS-194-

    08;2008.