shift a2_kelompok 5_deteksi patogen kulit

Upload: khadijah-asy-syifa

Post on 05-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    1/15

    LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 

    SEMESTER GENAP 2015 - 2016 

    DETEKSI PATOGEN KULIT 

    Hari / Jam Praktikum : SENIN, 13.00-16.00

    Tanggal Praktikum : 23 Mei 2016

    Kelompok : 5

    Asisten : 1. ABDURAHMAN RIDHO

    2. THERESIA RATNADEVI

    Anggota Kelompok

    NAMA NPM TUGAS

    Anisahtul Alawiyah 260110140056 Pembahasan, Simpulan

    Chusnul Hayati 260110140057 Alat Bahan, Prosedur,

    Data Pengamatan

    Iqlima Safitri 260110140058 Pembahasan, Simpulan

    Khadijah Asy Syifa 260110140059 Editor, Tujuan+Prinsip,

    Teodas

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI 

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2016

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    2/15

    I.  Tujuan

    1. 

    Untuk mengetahui teknik isolasi bakteri pada kulit.2.

     

    Untuk mengetahui keberadaan bakteri patogen pada kulit.

    II.  Prinsip

    1.  Kulit

    Kulit adalah organ terbesar tubuh. Beratnya kurang lebih 4,5 kg dan

    menutupi area seluas 18 kaki persegi (1,67 m2). Adapun fungsi kulit adalah

    untuk perlindugan, pengatur suhu tubuh dan eksrkresi (Sloane, 2003).

    2.  Bakteri patogen

    Bakteri Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan

     penyakit pada inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan

    inang dimulai dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran

    urogenitalia. Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme infeksi dan

    mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba

    yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbedadengan penyakit (Pleczar, 1986). Bakteri yang sering ditemukan pada kulit adalah

    Staphylococcus aureus dan Cyanobacteri pada jaringan epitel (Irianto, 2006).

    3.  Teknik Isolasi

    Isolasi adalah salah satu cara untuk memisahkan atau memindahkan

    mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau

     biakkan murni. Kultur murni merupakan kultur yang sel-sel mikrobanya

     berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa cara yang dilakukan

    untuk mengisolasi mikrooraganisme yaitu goresan (streak plate),

    taburan/tuang (pour plate), sebar (spread plate), pengenceran (dilution plate)

    serta micromanipulator (Pleczar, 2008).

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    3/15

    4.  Teknik aseptis

    Proses tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi bebas dari

    mikroba kontaminan, teknik aseptis digunakan sepanjang percobaan

     berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikan (Anton,

    2008).

    III.  Teori Dasar

    Infeksi merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di

    daerah tropis, seperti Indonesia. Kasus infeksi disebabkan mikroba patogen

    masuk ke dalam jaringan tubuh dan berkembangbiak di dalam jaringan.

    Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi yaitu bakteri, jamur, virus,

    dan parasit (Jawetz, 2004).

    Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak

    memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki

    informasi berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus)

    dan tidak ada membrane inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjangdan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan

    hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA

    ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan

    sirkuler (Jawetz, 2004).

    Salah satu bakteri penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus 

    yang merupakan patogen utama pada kulit manusia (Harahap, 2002). Hampir

    setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus 

    selama hidupnya, seperti keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit

    yang kecil. Selain itu, Staphylococcus aureus  dapat menimbulkan berbagai

     penyakit seperti pneumonia, meningitis, dan endokarditis. Akan tetapi,

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    4/15

    Staphylococcus aureus  juga merupakan flora normal pada kulit, mulut, dan

    saluran nafas bagian atas (Jawetz, 2004).

    Mikroorganisme residen terbanyak dikulit adalah basilus difteroid

    aerob dan anaerob (misalnya, Corynebacterium, Propionibakterium);

    Staphylococcus epidermidis, kadang S. aureus, dan spesies

     Peptostreptococcus); basilus pembentuk spora, aerob, gram positif yang ada di

    dalam udara,air dan tanah; Streptococcus alfa hemolitik   (Streptococcus

    viridian) dan Enterococcus; basilus koliformis gram negative dan asinobacter  

    (Jawetz, 2004).

    Untuk memahami beberapa kelompok organisme, diperlukan

    klasifikasi. Tes biokimia, pewarnaan gram, merupakan kriteria yang efektif

    untuk klasifikasi. Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan

    kompleks pada sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat membagi

     bakteri menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-

    negatif (Jawetz, 2004).

    Identifikasi bakteri bisa dilakukan secara mikroskopis. Pemeriksaan

    langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara

     biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat

    mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan

     beberapa perubahan (Irianto, 2006).

    Medium pertumbuhan bakteri salah satunya adalah agar darah. Darah

    dimasukkan ke dalam medium untuk memperkaya unsur Dalam pembiakan

    mikroorganisme terpilih seperti Streptococcus sp. Darah juga akan

    memperlihatkan sifat hemolysis yang dimiliki Streptococcus.

    a). Gamma hemolisis: tidak terjadi liysis sel darah merah, tidak adanya

     perubahan medium di sekitar koloni.

     b). Alpha hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dengan reduksi hemoglobin

    menjadi metahemoglobin menghasilkan lingkaran kehijauan sekitar

     pertumbuhan bakteri.

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    5/15

    c). Beta hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dilengkapi kerusakan dan

     penggunaan hemoglobin oleh mikroorganisme menghasilkan zona bening

    sekeliling koloni (Kusnadi, 2003).

    Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk

    menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan

    mikroorganisme dari lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh biakan

     bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut

     biakan murni. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis

    mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari camouran bermacam-

    macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam

    media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada

    tempatnya (Afrianto, 2004).

    Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni

    dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan

    adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan padda

     prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu.

    Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang

    dapat diamati (Afrianto, 2004).

    IV.  Alat dan Bahan

    4.1 Alat

    Cawan Petri Kapas Lidi Steril

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    6/15

     

    Korek Api Labu Erlenmeyer

    Lampu Spirtus

    4.2. Bahan

    a.  Media Agar Darah

     b.   NaCl Fisiologis

    V.  Prosedur

    Sampel swab dari kulit diambil dengan menggunakan kapas lidi steril

    kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi NaCl fisiologis.

    Selanjutnya sampel digoreskan pada media agar darah yang telah dibuat.

    Pengerjaan dilakukan secara aseptis. Setelah itu diinkubasi selama 18-24 jam

     pada suhu 37oC. Setelah 18-24 jam dilakukan pengamatan koloni bakteri pada

    media agar darah.

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    7/15

    VI.  Data Pengamatan

    Letak pengambilan bakteri : Wajah

    Gambar 6.1. Bakteri Staphylococcuc epidermidis pada media agar darah hasil

     pengamatan 

    Staphylococcus

    epidermidis

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    8/15

    Gambar 6.2. Bakteri Staphylococcuc epidermidis pada media agar darah

    Sumber: http://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.html #sepidermidis

    Gambar 6.3. Bakteri Staphylococcuc aureus pada media agar darah hasil

     pengamatan

    Staphylococcus

    aureus

    http://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.htmlhttp://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.htmlhttp://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.htmlhttp://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.html

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    9/15

     

    Gambar 6.4. Bakteri Staphylococcuc aureus pada media agar darah

    Sumber: http://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.html 

    #saureus

    VII.  Pembahasan

    Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih

    tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan

    ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang

    ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan.

    Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang

    lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak

    memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik.

    Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal

    itu terlihat dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan

    http://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.htmlhttp://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.htmlhttp://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.htmlhttp://unjabisnis.com/http://unjabisnis.com/http://www.bacteriainphotos.com/bacteria-photo-gallery.html

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    10/15

    menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada

    kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan, dan menimbulkan

     perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak

    dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.

    Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari

     benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena

    kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya.

    Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya

    kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama adalah habitat inang. Sebagai

    contoh fage koli yang di jumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari

    limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi

     bahan sumbrnya dan penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel

     bakterinya.

    Pada uji patogen pada praktikum ini dilakukan dengan cara isolasi dari

     beberapa bagian kulit. Cara isolasi bakteri dari kulit dengan cara melakukanSWAB pada daerah tertentu pada kulit. Sebelumnya lidi yang berisi kapas

    steril di cuci dengan alcohol dengan tujuan kapas yang digunakan steril.

    Setelah itu dicelupkan di dalam NaCl fisiologis. Fungsi NaCl fisiologis adalah

    sebagai pengencer dari bakteri.

    Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki

     banyak kegunaan dalam bidang medis dan laboratorium,  dan umumnya

    larutan garam fisiologi memiliki kisaran konsentrasi 0.9% (b/v) NaCl. 

    Dalam menghitung jumlah mikrob seperti bakteri,  perlu dilakukan

     pengenceran. Sesuai dengan perhitungan CFU (Colony Forming Unit ) yaitu

    30 ≤ jumlah bakteri ≤300. Bila jumlah bakteri < 30 maka tidak dapat dihitung

    secara statistik, bila >300 akan sangat sulit untuk dihitung secara manual.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Medishttps://id.wikipedia.org/wiki/Laboratoriumhttps://id.wikipedia.org/wiki/NaClhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=CFU&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Statistikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Statistikhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=CFU&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttps://id.wikipedia.org/wiki/NaClhttps://id.wikipedia.org/wiki/Laboratoriumhttps://id.wikipedia.org/wiki/Medis

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    11/15

     NaCl fisologis digunakan sebagai pengencer agar suspense sampel

    tetap steril dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu, NaCl

    fisiologis juga dapat mempertahankan kondisi pH. Sebagaimana kita ketahui

     bahwa pertumbuhan mikroorganisme sangat peka terhadap perubahan pH,

    sehingga diperlukan suatu larutan pengencer yang tidak mempengaruhi

    kondisi pH.

    Setelah itu di goreskan ke dalam media agar darah dengan metode

    cawan gores. Digunakan teknik ini karena teknik ini sangat cocok jika 

    digunakan untuk tujuan isolasi. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni

    yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah

     prosesisolasi.

    Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4 bagian.

    Ose steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian

    menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat

    dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose

    disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakAn

    untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Langkah ini

    dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.

    Digunakan media agar darah karena untuk mengetahui bakteri yang

    terdapat dalam kulit tersebut dapat menghemolisis darah atau tidak. Hemolisis

    adalah kerusakan pada sel darah merah. Setelah digoreskan di dalam media,

    diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC.

    Dilakukan selama 18-24 jam karena pada waktu tersebut

    mikroorganisme terdapat dalam fase log atau fase tumbuh yang optimal.

    Dilakukan pada suhu 36oC karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal

     bakteri tumbuh.

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    12/15

    Dalam pengerjaan praktikum ini dilakukan secara aseptis. Tujuan

    dilakukan secara aseptis adalah untuk meminimalisasi kontaminasi dari luar.

    Media darah dibuat dari Tryptic Soy Agar atau Columbia Agar base dengan

    darah domba 5%. atau bisajuga darah Kelinci atau kuda dapat digunakan

    untuk pertumbuhan organisme yang membutuhkan NAD, seperti spesies

    Haemophilus. Pengunaan darah manusia tidak disarankan karena

    kemungkinan paparan patogen melalui darah manusia seperti HIV atau

    hepatitis.

    Berdasarkan hasil praktikum diperoleh 2 jenis bakteri setelah

    diinkubasi, yaitu bakteri Staphylococcuc aureus  dan Staphylococcuc

    epidermidis.  Staphylococcus aureus berbentuk spheris, dan kadang kala

    ramping jika dua sel saling berhimpitan. Diameter sel bervariasi, antara 0,8-1

    µm, berkapsul. Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif,

    mempunyai bentuk sel bulat bergerombol seperti buah anggur, kadang terlihat

    sel tunggal atau berpasangan, tidak motil, anaerobik fakultatif, menghasilkan

    koagulase dan menghasilkan warna biru (violet) pada pewarnaan Gram.

    Beberapa biakan yang sudah tua akan kehilangan Gram positifnya, sehingga

    dalam pewarnaan akan menghasilkan warna merah.

    Staphylococcus aureus adalah bakteri yang tidak membentuk spora

    dan tidak dapat lisis oleh pengaruh obat-obat seperti penicillin. Pada biakan

    cair sering ditemukan sel tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai.

    Staphylococcus aureus  dapat tumbuh pada suhu 15-45oC dan cenderung

     bersifat patogen apabila tumbuh pada kondisi aerob atau anaerob pada suhu

    35-45oC dengan pH optimum 7,0-7,5 Dinding bakteri.

    Staphylococous aureus sebagai Gram positif mengandung lipid 1-4%,

     peptidoglikan dan asam teikoat. Peptidoglikan merupakan lapisan tunggal

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    13/15

    sebagai komponen utama yang berjumlah 50% dari berat kering dinding sel

     bakteri dan berfungsi menyebabkan kekakuan.

    Koloni Staphylococcus aureus tumbuh pada media agar, berbentuk

    sirkuler, buram, dan mengkilap dengan tepi koloni. Pada media plat agar

    darah (PAD), S. aureus memproduksi pigmen lipochrom yang membuat

    koloni tampak berwarna kuning keemasan atau kuning jeruk dan pigmen

    kuning ini yang membedakannya dari Staphylococcus epidermitis.

    Pada media manitol salt agar (MSA) Staphylococcus

    aureus  menunjukkan pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona berwarna kuning karena memfermentasi manitol. Jika bakteri tidak mampu

    memfermentasi manitol akan tampak zona merah muda. Beberapa

    karakter Staphylococcus aureus terlihat pada table di bawah ini

    Pada media biakan sel tampak bergerombol tidak teratur. Ketika plat

    agar diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan Staphylococcus aureus menuju

    ke permukaan media, sehingga koloni menjadi cembung dan rata. Di kulit

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    14/15

     bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit jerawat, bisul, karbunkel,

     pyelitis dan cystitis.

    VIII.  Simpulan

    1.  Teknik isolasi bakteri pada kulit di praktikum ini dilakukan dengan cara

    melakukan SWAB pada daerah tertentu pada kulit kemudian diuji

    menggunakan media agar darah.

    2.  Diketahui keberadaan bakteri patogen pada kulit di bagian wajah pada

     praktikum ini adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

    epidermidis. 

  • 8/15/2019 Shift a2_kelompok 5_deteksi Patogen Kulit

    15/15

    DAFTAR PUSTAKA

    Afrianto, L. 2004.  Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala(Suplemen pikiran rakyat untuk iptek). Bandung: Farmasi FMIPA ITB.

    Anton, W. 2008. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Brawijaya. 

    Irianto, K. 2006.  Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Bandung :

    CV. Yrama Widya.

    Jawetz, Melnick, dan Adelberg ’ s. 2004.  Mikrobiologi Kedokteran, Ed 23.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Kusnadi, dkk. 2003.  MIKROBIOLOGI, COMMON TEXTBOOK (EDISI REVISI),

     JICA. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

    Pelczar, J M dan Chan E C S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press.

    Sloane, ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.