sesi 1 skenario 3 ame
DESCRIPTION
tutorialTRANSCRIPT
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Asam Urat
Asam Urat adalah senyawa turunan purin dengan rumus kimia C5H4O4O3 yang
merupakan produk terakhir lintasan katabolisme nukleotida purin.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW. 2009. Biokimia Harper. 27th Ed.
Jakarta: EGC
ANALISIS MASALAH
1. Anatomi
Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk oleh
os femur (tulang paha), tibia (tulang kering), dan patela (tempurung lutut). Beberapa
otot-otot dan ligamen mengontrol gerakan lutut dan melindunginya dari kerusakan
pada saat yang sama. Dua ligamen di kedua sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral
medial dan lateral, menstabilkan lutut dari sisi satu ke sisi lainnya3. Terdapat
ligamentum pada sendi lutut yang terbagi menjadi ligamentum extracapsular dan
ligamentum intracapsular.
a. ligamentum extracapsular
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah
melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya
merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris.
Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella
dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada
condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae.
Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan
1
tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui
bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat
dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah
melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus
dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di
bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon
m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari
sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah.
Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan
fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m.
semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus
, terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal
dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian
orang.
b. ligamentum intra capsular
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat
kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua
bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae.
Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan
tibiae.
1. Ligamentum Cruciata Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian
2
posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan
mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan
sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur
bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan
fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke
posterior.
2. Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris
posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada
bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat
anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi
tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan
menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior
berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut
dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae
tertarik ke posterior.
anterior cruciate ligament (ACL) adalah salah satu dari sepasang ligamen
pada anatomi lutut dari tengah sendi lutut menyilang, dan ini adalah tempat
"cruciatum" berasal. Terdapat juga anterior cruciate ligament (ACL) dan posterior
cruciate ligament (PCL). Kedua ligamen berfungsi untuk menstabilkan lutut dari
depan selama kegiatan normal dan atletis. Ligamen lutut memastikan bahwa berat
badan yang ditularkan melalui sendi lutut ini berpusat di dalam sendi meminimalkan
jumlah keausan pada tulang rawan di dalam lutut.
3
Gambar 2. Ligament sendi lutut 3
Penahan beban permukaan lutut ditutupi oleh lapisan tulang rawan ("kartilago
artikular"). Ada juga peredam kejut kedua lutut di kedua sisi sendi antara permukaan
tulang rawan femur dan tibia. Kedua struktur ini disebut meniskus medial dan
meniskus lateral. Meniscus adalah peredam kejut berbentuk tapal kuda yang
membantu untuk pusat kedua sendi lutut selama aktivitas dan untuk meminimalkan
jumlah stres pada tulang rawan artikular. Kombinasi dari meniscus dan tulang rawan
pada permukaan lutut menghasilkan permukaan yang mulus hampir tanpa gesekan3.
Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada
potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat
pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya
cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis
untuk menerima condylus femoris yang cekung.
1. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar
daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris
anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui
beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat
pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat
pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah
cartilago semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior
melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia
intercondylaris.
Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di
belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar
4
dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke
condylus medialis femoris.
Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale
oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago
ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang
terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris
medialis.
CAPSULA ARTICULARIS
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m.
quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari
femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran
yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari
bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan
kebawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula
articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu
lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi
medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial,
plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk
suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah
pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari
tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar
pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan
dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping
berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul
sendi kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari
femur tidak ditutupi oleh cartilago.
5
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis,
sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi
dari masing-masing meniscus.
Pergerakan sendi lutut
Otot-otot utama yang menggerakkan sendi lutut adalah quadricep dan otot
hamstring. Paha depan menempel pada patela, dan tendon patela menghubungkan
otot ini ke bagian depan tibia. Ketika otot quadricep kontraksi lutut meluas.
Sebaliknya, ketika otot hamstring kontraksi, mereka menarik lutut ke fleksi.
6
Gambar 3. Lutut fleksi, cruciate dan ligament collateral
Gambar 4. Sendi lutut ekstensi3Gambar 5. Sendi lutut fleksi
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC
2. Pergerakan sendi menurun
Trauma dan degenerasi
Gangguan pembentukan collagen (jaringan ikat) dan proteoglikan
(gaya pegas yang menahan beban tekanan pada kartilago)
Kartilago menipis dan pecah-pecah
Menimbulkan kerusakan tulang dimana tubuh akan berusaha memperbaiki tapi tidak
sempurna, sehingga terbentuk osteofit
Osteofit menimbulkan nyeri dan mengganggu gerak sendi dan bisa menimbulkan
iritasi synovial sehingga nyeri dan bengkak bertambah
Membran synovial mengalami fibrosa dan kontraktur
Ligamen akan kendor
Otot mengalami kelemahan yang akhirnya atrofi
Stabilitas sendi menurun
7
Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC
3. Faktor Resiko
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor
predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang
memudahkan seseorang untuk terserang OA lutut. Sedangkan faktor biomekanik
lebih cenderung kepada faktor mekanis / gerak tubuh yang memberikan beban atau
tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko
terhadinya OA lutut.
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Demografi
Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan
kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi
tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya
mendukung terjadinya OA.
Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih
tinggi dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-
laki. Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak
usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50 – 80
tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang
signifikan10.
Ras / Etnis
8
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan
bahwa ras Afrika – Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali
lebih besar dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki
risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia9.
2. Faktor Genetik
Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal
tersebut berhubungan dengan abnormalitas kode genetic untuk sintesis
kolagen yang bersifat diturunkan.
3. Faktor Gaya Hidup
Kebiasaan Merokok
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan
positif antara merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan
kandungan racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat
kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang
rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan sendi.
Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut10.
4. Faktor Metabolik
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat
dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada
sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban
sendi lutut saat berjalan.
Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat
9
kerusakan tulang rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa
terdapat kasus OA lutut tinggi pada penderita osteoporosis9.
Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus,
hipertensi dan hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami
obesitas.
Histerektomi
Prevalensi OA lutut pada wanita yang mengalami
pengangkatan rahim lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak
mengalami pengangkatan rahim. Hal ini diduga berkaitan dengan
pengurangan produksi hormon estrogen setelah dilakukan
pengangkatan rahim9.
Menisektomi
Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah
menjalani menisektomi.4 Menisektomi merupakan operasi yang
dilakukan di daerah lutut dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
penting bagi OA lutut. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa hal
berikut ini :
1. Hilangnya jaringan meniskus akibat menisektomi membuat tekanan
berlebih pada tulang rawan sendi sehingga memicu timbulnya OA
lutut.
2. Bagi pasien yang mengalami menisektomi, degenerasi meniskal dan
robekan mungkin menjadi lebih luas dan perubahan pada tulang rawan
sendi akan lebih besar daripada mereka yang tidak melakukan
menisektomi.
b. Faktor Biomekanis
1. Riwayat Trauma Lutut
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan
meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut.
10
2. Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut
seperti genu varum, genu valgus, Legg – Calve –Perthes disease dan displasia
asetabulum. Kelemahan otot kuadrisep dan laksiti ligamentum pada sendi lutut
termasuk kelainan lokal yang juga menjadi faktor risiko OA lutut.
3. Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang
banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut. Prevalensi lebih tinggi
menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan penambang
dibandingkan pada pekerja yang tidak banyak menggunakan kekuatan lutut seperti
pekerja administrasi.
4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan
jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg – 50 kg
selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg –50 kg
selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan
faktor risiko OA lutut.
5. Kebiasaan olah raga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari
maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut.
Kelemahan otot kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA dengan
proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang menyerap materi otot.
Tetapi, di sisi lain seseorang yang memiliki aktivitas minim sehari-hari juga
berisiko mengalami OA lutut. Ketika seseorang tidak melakukan gerakan, aliran
cairan sendi akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi juga
berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses degeneratif menjadi berlebihan.
Rasjad C. 2003. Trauma, dalam: Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Edisi II.
Makassar : Bintang Lamumpatue.
11
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi III. Jakarta :
ECG.
Sudoyo,Aru W,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing.
12
13