1401910015 sesi 12

Upload: arif-gunawan

Post on 10-Jul-2015

190 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELASPENERAPAN METODE DISCOVERY DAN KERJA KELOMPOK SERTA PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MACAM-MACAM GAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI PLUMBON 02

Disusun Oleh :

Nama : Anida Noviana Dewi NIM : 822198598

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SEMARANG

2011PROPOSAL PTK

A. Judul Penerapan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang macam-macam gaya dalam pembelajaran IPA kelas IV semester II SD Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh B. Bidang kajian Desain dan strategi Pembelajaran C. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (Depdiknas, 2006: 48). Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Departemen Pendidikan Nasional sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional. Menurut Trowbridge & Bybee (1990:48) IPA merupakan perwujudan dari suatu hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu proses dan metode (methods and processes); IPA sebagai produk-produk pengetahuan (body of scientific knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values). IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Dalam wacana sepert itu maka IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan science as a way of knowing. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat meliputi kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat prosedur. Sementara nilai-nilai (values) IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan nanusia, serta sikap dan tindakan (misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, hemat, dan pengambilan keputusan). Karakteristik dan pengertian IPA sebagaimana diuraikan di atas secara singkat terangkum dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan Kerja Ilmiah dan Sikap Ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan mengelola pembelajaran IPA dengan

suatu metode dan teknik penunjang yang memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep. Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karak-teristik pendidikan IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain, pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-guru bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu, fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Dari hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA selama ini masih memiliki banyak kelemahan antara lain pembelajaran IPA masih kurang melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum, karena alat-alat yang diperlukan sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru (beberapa guru bertindak sebagai guru kelas rangkap), sangat terbatas juga alat yang dapat disediakan. Untuk menghindarai agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka metode pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA adalah metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. Metode demonstrasi yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA di SDN Plumbon 02 semula dimaksudkan agar siswa dapat terlibat lebih baik dalam kegiatan pembelajaran. Tetapi kenyataannya, pada setiap pembelajaran IPA khususnya di Kelas IV belum menghasilkan pembelajaran IPA yang efektif. Pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang kurang penuh memperhatikan demonstrasi. Bahkan tidak sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol dengan teman, memain-mainkan sesuatu, mengganggu teman, atau menulis dan membuat coretan gambar sesuai dengan keinginannya sendiri. Selain aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi tidak efektif, hasil belajar yang dicapai siswa pun pada umumnya belum optimal. Nilai yang diperoleh

siswa dari setiap ulangan siswa rata-rata berkisar antara 5,0 sampai dengan 6,5. Lebih-lebih pada saat ujian akhir semester, nilai ulangan mereka rata-rata kurang dari 6,0. Selain itu, pada saat Ujian Sekolah untuk mata uji praktikum IPA, aktifitas dan hasil ujian siswa sangat jauh dari yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pada pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Plumbon 02 selain belum efektif dalam hal penggunaan waktu dan aktivitas siswa, juga belum efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran jenis penguasaan konsep. Sehingga guru perlu merubah metode yang lebih menarik siswa dengan menggunakan metode yang lain yaitu metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka para guru di SDN Plumbon 02 Kecamatan Suruh khususnya guru Kelas IV berhadapan dengan masalah bahwa metode demonstrasi yang sering digunakan oleh guru belum mampu mengha-silkan pembelajaran IPA yang efektif. Hal itu ditunjukkan oleh kenyataan bahwa waktu belajar siswa dalam kelas masih banyak yang terbuang, kegiatan siswa yang berhubungan dengan keterampilan proses atau kerja ilmiah masih sangat rendah, dan hasil belajar penguasaan konsep pun masih belum mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan. Menghadapi kenyataan ini, peneliti sebagai Kepala Sekolah mengajak guru kelas IV untuk merefleksi dan mengevaluasi aspek-aspek pengalaman dirinya mengelola pembelajaran IPA di kelas IV, khususnya saat menggunakan metode demonstrasi perlu digantikan dengan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. Dari hasil kegiatan refleksi tersebut peneliti dan guru kelas IV menyadari bahwa pelaksanaan metode demonstrasi selama ini kurang ditunjang oleh wawasan, persiapan, dan alat penunjang yang memadai. Dari hasil identifikasi tersebut peneliti terdorong untuk bermitra dengan guru kelas V melakukan kaji tindak tentang perubahan penggunaan metode demonstrasi menjadi metode discovery dan kerja kelompok ditunjang oleh penggunaan teknik mengajar dan fasilitas pendukung yang kondusif untuk meningkatkan keterampilan proses siswa. Kegiatan kaji tindak ini akan dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). a. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, serta hasil refleksi awal peneliti untuk menjembatani antara tuntutan kurikulum dengan kondisi objektif di lapangan saat ini, maka peneliti memandang bahwa yang menjadi masalah prioritas adalah perlunya mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga untuk mengefektifkan pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Plumbon 02. Dengan itu pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02 dapat memenuhi standar yang ditetapkan KTSP, yaitu mampu mengoptimalkan kadar waktu belajar efektif, mengembangkan kerja ilmiah (keterampilan proses), sikap ilmiah, dan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan hal itu maka masalah yang menjadi prioritas adalah sebagaimana dinyatakan dalam rumusan umum pertanyaan penelitian: Bagaimanakah menggunakan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peragai untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang macam-macam gaya dalam pembelajaran IPA di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02? Lebih khusus rumusan masalah penelitian dirinci sebagai berikut. a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ? b. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ? c. Bagaimana peningkatan Keterampilan Proses siswa setelah mengikuti siklus pembelajaran IPA dengan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ? Masalah penelitian dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Kelas IV semester 2 untuk topik Macam-Macam Gaya.

C. Pemecahan Masalah Permasalahan tentang bagaimana penggunaan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02

akan dilaksanakan melalui serangkaian pembelajaran pada topik Macam-Macam Gaya. Pembelajaran tersebut akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kelas yang akan digunakan adalah Kelas IV, hal ini dilakukan mengingat peneliti bertugas sebagai guru di kelas tersebut sehingga situasi, kondisi, dan keperluan di lapangan sudah dikenal dengan baik. Tindakan pemecahan masalah secara garis besar meliputi: 1. meningkatkan kemampuan guru merancang teknik dan alat yang dapat menunjang metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Kelas IV. 2. meningkatkan kemampuan guru membuat silabus pembelajaran IPA di Kelas IV dengan menggunakan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. 3. meningkatkan kemampuan guru mengelola pembelajaran IPA di Kelas IV dengan menggunakan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. 4. meningkatkan waktu efektif belajar siswa pada pembelajaran IPA di Kelas IV melalui penggunaan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. 5. meningkatkan kerja ilmiah (keterampilan proses) siswa pada pembelajaran IPA di Kelas IV melalui penggunaan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. 6. meningkatkan hasil belajar penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA di Kelas IV melalui penggunaan metode discovery dan kerja kelompok serta penggunaan alat peraga. D. Tujuan Penelitian Sasaran utama yang diharapkan sebagai tujuan dari kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, sehingga dapat memenuhi standar kurikulum khususnya pada topik Macam-Macam Gaya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1.

Meningkatkan kemampuan guru merancang pembelajaran dalam mengimple-mentasikan metode discovery dan kerja kelpompok serta penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA topik Macam-Macam Gaya di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02;

2. Meningkatkan

kemampuan

guru

melaksanakan

proses

pembelajaran

dalam

mengimplementasikan Macam-Macam di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02;

3. Meningkatkan efektifitas pembelajaran siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon

02 dalam pembelajaran IPA topik Macam-Macam Gaya setelah implementasi MacamMacam Gaya metode discovery dan kerja kelompok;4. Menindaklanjuti faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan implementasi Macam-

macam Gaya metode discovery pada pembelajaran IPA topik Macam-Macam Gaya di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02. E. Manfaat Penelitian Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut: Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi gurua. Dapat membantu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya

b. Dapat mengembangkan pembelajaran dalam penggunaan alat peraga. c. Dapat membuat guru lebih percaya diri d. Mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. e. Meningkatkan kerjasam antar guru f. Guru memiliki pengetahuan dalam memecahkan masalah g. Meningkatkan kinerja guru 2. Bagi siswa a. Meningkatkan motivasi dalam pembelajaran b. Meningkatkan hasil belajar c. Kreatifitas siswa meningkat d. Bisa meningkatkan kerjasama antar siswa 3. Bagi sekolah a. Memperbaiki proses dan hasil belajar siswa b. Meningkatkan kualitas sekolah c. Memperluas penggunaan media pembelajaran d. Dapat meningkatkan prestasi siswa sehingga prestasi meningkat.

D. Kajian Pustaka A. Landasan Teori 1 . Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar (SD) a. Pengertian IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam ). Pengertian IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam yang meliputi fisika, kimia dan biologi, sehingga dalam belajar IPA bukan hanya menguasahi pengetahuan yang berupa fakta dan konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran IPA terutama di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari sendiri tentang alam sekitar serta menjadi prospek untuk mengembangkan lebih lanjut dalam penerapan kehidupan sehari hari. Melalui proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi terhadap alam sekitar. Dalam kehidupan sehari hari pelajaran IPA dibutuhkan manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi, untuk itu perlu dilakukan ecara bijaksana agar berdampak positif terhadap lingkungan. Pelajaran IPA di SD diharapkan dapat memberi pembelajaran yang ditekankan pada sains, lingkungan, tehnologi dan masyarakat juga diarahkan agar siswa memiliki pengalaman belajar sehingga dapat membuat suatu karya melalui konsep IPA. b. Teori Pembelajaran IPA 1. Pendekatan BBM ( Belajar Berbasis Masalah ) adalah pendekatan pelajaran yang mengunakan masalah dunia nyata sebagai kontek bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari materi pelajaran. Diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan ketrampilan dan

konsep dari berbagai materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan hipotesis dan mempresentasikan penemuan kepada orang lain ( Moffitt, 2001;294) 2. Belajar kooperatif ( Cooperative Learning ) menurut Holubec, 2001 bahwa belajar kooperatif memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama sehingga dapat memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 3. Belajar berbasis Inquiri ( Inquiri Based Learning) bahwa belajar membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metode sains dan menyediakan kesempatan agar pembelajaran lebih bermakna. c. Metode Pengajaran 1. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan (Hasa Mahfud; 55). Metode harus menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat di jadikan alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. 2. Menurut Sriyono dkk (1997) dalam buku CBSA menyatakan bahwa, Meskipun banyak metode yang dapat di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar IPA, metode yang paling baik yaitu metode yang sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari (Sriyono, 1988;45). 3. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya (Udin,S. Winata Putra dkk, 1997;4) 2. Pemanfaatan Pendekatan CTL (ContextualTeaching &Learning) Contextual Taeching and Learning ( CTL ) dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa hakikat pengetahuan/mempengaruhi konsep tentang proses belajar, karena belajar bukanlah sekedar menghafal akan tetapi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil mengonstruksi

pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkontruksi yang dilakukan setiap individu. Pengertian Pendekatan CTL ( Contextual Teaching & Learning ) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya 1. 2. CTL menekan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan kepada proses pengalaman secara langsung. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa di tuntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata 3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagai mana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari Materi dalam pelajaran konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian di lupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti di jelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya M.Pd. ( 2005:110), sebagai berikut: 1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada ( activtinging knowledge) artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari dengan demikian pengetahuan yang akan di peroleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain 2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge) . Pengetahuan baru itu di peroleh dengan

cara deduktif, artinya pembelajaran di mulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk di pahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu di kembangkan. 4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut ( applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat di aplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5. Melakukan refleksi ( reflecting knowledge), terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi. Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus di pahami tentang belajar konteks CTL menurut Sanjaya (2005:114) antara lain : 1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi pengetahuan sesuai degan pengalaman yang mereka miliki. 2. 3. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi. 4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. 5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari \ kenyataan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar gaya dapat mengubah gerak suatu benda dengan materi pokok macam-macam gaya siswa kelas IV semester II di SDN Plumbon 02 Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang tahun pelajaran 2010 / 2011. adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pendekatan CTL mempunyai 7 komponen sebagai berikut :1. Konstruktivisme

menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga

adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru

dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 2. Inquiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. 3. Bertanya ( Questioning ). Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Masyarakat belajar ( Learning Community ) dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar 5. Pemodelan ( Modeling ) adalah proses pembelajaran dengan menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6. Refleksi ( Reflection ) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. 7. Penilaian nyata ( Authentic Assesment ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. 3. Action. Sesuai dengan KTSP tahun 2007 tentang pembelajaran dalam IPA kelas IV semester II, maka penulis mengangkat: 1. a. Guru menentukan model CTL ( Contextual Teaching & Learning ) dengan materi pokok macam-macam gaya. b. Guru memberi motivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran 2. a. Guru menyiapkan benda-benda: katapel, kelereng, batu, plestisin, bola, dosgreb bola, dosgreb.

b. Guru menjelaskan macam-macam gaya. 3. a. Siswa melakukan perintah dari guru, dan siswa yang lain menjawab pertanyaan-pertanyaan misal : 1. Coba bukalah pintu jendela ! 2. Didorong atau di tarikkah membuka jendela tersebut? 3. Coba tutuplah pintu jendela itu ! 4. Di dorong atau di tarikkah menutup pintu jendela tersebut ? b. Dengan bimbingan guru anak mencari contoh-contoh benda yang bisa di tarik atau di dorong di sekitar lingkungan kita. 4. a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. b. Guru membagi benda-benda di tiap kelompok. Misal: katapel, kelereng, batu, plestisin, bola, dosgreb. 5. a. Guru mengajak siswa mendemonstrasikan tarikan atau dorongan. b. Salah satu kelompok di tunjuk guru melakukan demonstrasi di depan kelas Misal: gaya gesek, gaya pegas, gaya gravitasi, gaya otot, gaya magnet. c. Guru mendemonstrasikan besar kecilnya gaya. 6. Dengan bimbingan guru siswa membuat ke simpulan

7. Siswa mengerjakan tugas dari guru berupa tes hasil belajar. E. Kerangka Teori Berdasarkan landasan teori tersebut diatas maka dapat diambil pokok-pokok pikiran sebagai berikut bahwa pelajaran IPA di SD adalah merupakan pelajaran yang bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pelajaran IPA di SD akan lebih berhasil bila memanfaatkan media pembelajaran yang tepat. Pendekatan CTL merupakan salah satu media pembelajaran yang akan berpengaruh baik terhadap pencapaian hasil belajar siswa

F. Hipotesis Tindakan. Kesimpulan sementara atau hipotesis berdasarkan landasan teori dan kerangka teori yang telah diuraikan diatas sebagai berikut : Pendekatan CTL ( Contextual Teaching & Learning ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, kompetensi dasar gaya dapat mengubah gerak suatu benda, materi pokok macam-macam gaya siswa kelas IV semester II di SD Negeri Plumbon 02, Kecamatan Suruh , Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010 / 2011.

E. PELAKSANAAN PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02. UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaannya dilakukan dalam dua tahap, yaitu :a. Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Februari 2011 b. Siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Februari 2011

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini dibantu oleh teman sejawat dan mendapat dukungan dari Kepala Sekolah. 2. Mata Pelajaran dan Kelas Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi Macam-macam gaya melalui demonstrasi model pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning ) pada kelas IV semester II Sekolah Dasar Negeri Plumbon 02, UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010/2011 3. Karakteristik Siswa a. Sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu dan berpendidikan rendah

b. Motivasi dalam belajar rendah. c. Sebagian orang tua bekerja di pabrik sehingga kurang mendapat perhatian.d. Jarak Sekolah dengan tempat tinggal siswa cukup jauh sehingga sampai di sekolah

anak sudah lelah. B. DESKRIPSI PER SIKLUS 1.Siklus I Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti mencoba melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data atau instrument dan refleksi. a. Rencana 1. Pada tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah peneliti bekerja dengan teman sejawat dan supervisor untuk mengungkap dan memperjelas permasalahan yang peneliti hadapi untuk dijadikan jalan pemecahan yang tepat. 2. Merancang pembelajaran demonstrasi 3. Menyiapkan alat peraga / media pembelajaran yang diperlukan. 4. Menyusun lembar observasi sebagai panduan observer dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada aspek motivasi, keaktifan dan kerjasama. 5. Merancang tes formatif b. Pelaksanaan Langkah langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I 1. Kegiatan Awal ( 5 menit ) a. Diawali dengan apersepsi guru memberi pertanyaan tentang dorongan dan tarikan b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan inti (45 menit ) a. Guru menjelaskan arti dari gaya. b. Guru menjelaskan macam-macam gaya. dengan menitikberatkan pada penggunaan metode

c. Siswa melakukan perintah dari guru, dan siswa yang lain menjawab pertanyaanpertanyaan.1. Apa nama-nama benda yang ada di kelasmu ? 2. Coba bukalah pintu jendela ! 3. Didorong atau di tarikah membuka jendela tersebut ? 4. Coba tutuplah pintu jendela itu ! 5. Di dorong atau di tarikah menutup pintu jendela tersebut ?

d. Dengan bimbingan guru siswa mencari contoh-contoh benda yang bisa ditarik atau di dorong di sekitar lingkungan kita. e. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok f. Guru mengajak siswa mendemonstrasikan tarikan atau dorongan. 1. Guru membagi benda-benda ditiap kelompok, misalnya katapel, batu (kerikil), dusgrib, bola, plastisin, 2. Guru bertanya: a. Mengapa alas sepatumu dibuat bergerigi? b. Apa yang terjadi bila batu ini kita luncurkan dengan ketapel? c. Mengapa bola ini kita lempar ke atas pasti jatuh ke bawah? d. Karena apa plastisin kita remas jadi penyok? e. Mengapa kipas angin di kelasmu bisa berputar? f. Mengapa dusgribmu selalu tertutup? g. Mengapa sepeda motor pak guru bisa berjalan? g. Guru mendemonstrasikan besar kecilnya gaya. - Guru menyiapkan kelereng, meteran! - Guru menyuruh 2 anak menyentil kelereng di lantai! - Ukurlah panjang sentilan kelereng 2 temanmu dengan meteran! - Bandingkan jarak sentilan setiap temanmu! h. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan tentang tarikan atau dorongan. i. Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok secara klasikal. j. Siswa menyimpulkan hasil diskusi dengan bimbingan guru.

3. Kegiatan Akhir (20 menit) 1. Memberi tes akhir 2. Mengoreksi tes akhir 3. Menganalisa ters akhir 4. Memberi PRc.

Pengamatan / Pengumpulan data ( Instrumen ) Terlaksananya penelitian ini berkat kerjasama antara peneliti, teman sejawat, supervisor, kepala sekolah dan rekan rekan guru serta murid kelas IV semester II SDN Plumbon 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun 2010/2011. Proses pengumpulan data sebagai berikut : 1. 2. 3. Proses berlangsungnya pembelajaran diamati oleh teman sejawat yang difokuskan pada pengunaan metode ceramah dan demonstrasi. Observer bertugas mencatat temuan pada saat pembelajaran. Dari pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat pada guru yang sedang mengajar atau memberikan pembelajaran ditemukan hal hal sebagai berikut :a.

Guru sudah menyampaikan materi prasyarat sebelum kegiatan inti. Guru sudah mengunakan alat peraga dalam mengajar. Penggunaan model pembelajaran sudah baik tetapi kurang efektif. Angota kelompok belum semuanya menyelesaikan tugas dari guru dengan baik. Sebagian siswa belum berani mengajukan pertanyaan. Dalam melaksanakan diskusi masih banyak siswa yang kurang aktif.

b.c.

4.

Temuan terhadap pengamatan siswa yaitu : a. b. c.

Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah : a. RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran). b. LKS (Lembar Kerja Siswa).

c. Lembar tes formatif. d. Analisa hasil tes formatif. e. Lembar observasi guru dan siswa. d. Refleksi. Pembelajaran siklus I yang dilakukan pada tanggal 18 Februari 2011 pada mata pelajaran IPA dalam materi macam-macam gaya melalui demonstrasi maka antara peneliti dan 2011 untuk teman sejawat melakukan diskusi pada tanggal 19 Februari merefleksi pembelajaran sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan yaitu ceramah bervariasi dan denomonstrasi kurang efektif sehingga tidak optimal hasil belajar siswa. 2. Siswa kurang menguasahi materi secara maksimal dan masih menemui hambatan. 3. Siswa dalam berdiskusi kurang aktif. 4. Masih banyak kelompok yang belum mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 5. Guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. 2. Siklus II Berdasar pada pelaksanaan pembelajaran siklus I maka disusun rencana pembelajaran siklus II berupa prosedur kerja, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau pengumpulan data atau instrument dan refleksi. a. Perencanaan 1. Dalam mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah, peneliti dibantu oleh teman sejawat dan supervisor untuik memperjelas dan tentang permasalahan yang dihadapai oleh pemecahannya. 2. Merancang pembelajaran dengan mengunakan metode demonstrasi dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan mengunakan alat peraga yang sesuai. 3. Mempersiapkan alat peraga dan media pembelajaran yang diperlukan. mengungkap temuan peneliti untuk mencari jalan

4.

Membuat lembar observasi untuk panduan observer dalam mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada beberapa aspek.

5. Menyusun tes akhir atau tes formatif. b. Pelaksanaan Langkah langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran : 1. Kegiatan awal (5 menit). a. Di awali dengan apersepsi, guru memberi pertanyaan, misalnya : 1. Apa yang di maksud gaya gesek ? 2. Berilah contoh yang termasuk gaya gesek ? 3. Apa yang dimaksud gaya pegas ? 4. Beri contoh yang termasuk gaya pegas ? b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan inti ( 45 menit) a. Guru mengulas kembali menjelaskan macam-macam gaya. b. Guru memusatkan perhatian dengan memperlihatkan neraca pegas, batu, buku,penghapus. 1. Bagaimana jika buku, batu, penghapus, ini kita gantung pada pegas secara bergantian 2. Apakah besarnya gayanya sama? c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. d. Guru membagi beberapa benda kepada masing masing kelompok untuk dilakukan demonstrasi. e. Guru menjelaskan dan membagi LKS kepada masing masing kelompok. f. Siswa melaporkan hasil kerja kelompok. g. Dengan bimbingan guru, siswa mengambil kesimpulan . 3. Kegiatan akhir (20 menit) a. Memberi tes akhir b. Mengoreksi tes akhir c. Menganalisa tes akhir d. Memberi PR neraca

c. Pengamatan Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti, teman sejawat, Supervisor, Kepala Sekolah dan siswa kelas IV semester II di SD Negeri Plumbon 02, UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh, Adapun proses pengumpulan data adalah :1. Teman sejawat mengamati proses berlangsungnya pembelajaran yang

Kabupaten Semarang.

difokuskan pada pengunaan metode demonstrasi model CTL ( Contexual Teaching and Learning ). 2. Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran3. Dari pengamatan teman sejawat, Guru yang mengajar atau memberikan

pembelajaran, ditemukan hal hal sebagai : a. Sebelum memulai kegiatan inti guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Guru sudah mengunakan alat peraga yang sesuai. c. Model pembelajaran yang digunakan sudah sesuai. d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.4. Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal hal sebagai berikut.:

a. Semua kelompok sudah bisa menyelesaikan tugas dengan baik b. Siswa berani mengajukan pertannyaan. c. Siswa aktif dalam melaksanakan demonstrasi secara kelompok d. Siswa berani melaporkan hasil demonstrasi. Adapun instrument yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah : 1. Rencana perbaikan pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Lembar tes Formatif 4. Analisa nilai tes formatif 5. Lembar observasi guru dan murid.

d. Refleksi Setelah melaksanakan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya melalui demonstrasi pada Hari Jumat tanggal 25 Februari 2011, Maka peneliti dan teman sejawat mengambil kesimpulan : Secara umum pembelajaran sudah baik dan lancar, perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah berhasil dengan baik sebab hasil belajar yang dicapai dari 23 siswa ada 22 siswa ( 95,65%)sudah memenuhi criteria keberhasilan.