sers

6
. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak 1. Pemeriksaan fisik a. BI (Breathing) Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan. b. B2 (Blood) Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate. c. B3 (Brain) Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan. Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus frontal.

Upload: alfred-wayon

Post on 13-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

hars

TRANSCRIPT

. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak1. Pemeriksaan fisik a. BI (Breathing)Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.b. B2 (Blood)Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.c. B3 (Brain)Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus frontal. Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya status mental klien menglami perubahan. Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata. Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian. Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku klien menjadi aneh.Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII. Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman. Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus. Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis. Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan di dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi sehat. Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan. Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka mulut. Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap normal.2. Diagnosa Keperawatana. Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor intrakranial. TujuanTidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam Kriteria HasilKlien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS : 4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal. Intervensi : 1. Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau penurunan perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan intrakarnial.2. Memonitor TTV tiap 4 jam.3. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. Rasional :1. Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau tanda-tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.2. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi di tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator kebanyakan tanda penurun difusilokal paskularisasi darah serebral. 3. Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek rangsangan kumulatif.b. Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial. TujuanNyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi Kriteria HasilCara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat mengidetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah. Intervensi :1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non infasif.2. Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka, yang dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.3. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik Rasional :1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.2. Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.3. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008, Jakarta: Salemba Medika).

C. PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)

BAB IIIPENUTUP1. KesimpulanTumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita. Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial. 2. SaranDiharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot otak ini untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan agar pasien pasien pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat menjalankan aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta. Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan Jakarta: Salemba Medika. Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.