seni banyuwangi
TRANSCRIPT
SEJARAH BANYUWANGI
Sejarah Asal Usul Banyuwangi
Blambangan berasal dari kata “Bala” yang artinya adalah rakyat
dan “Ombo” yang artinya besar atau banyak sehingga dapat diartikan
bahwa Blambangan adalah suatu kerajaan yang rakyatnya sangat
banyak. Karena berhasilnya kerajaan Majapahit berdiri atas bantuan
Arya Wiraraja maka beliau diberikan “tanah lungguh” yaitu hutan
Lumajang termasuk Gunung Bromo dan sampai tepi timur Jawi Wetan,
sampai selat Bali pada tahun 1294. Pada Babad tanah Blambangan
dimuat, ”Wit prekawit tanah Lumajang seanteron ipun kedadosaken
tanah Blambangan.” Yang artinya Beliau memerintah Blambangan
sejak tahun 1294 sampai 1301 dan diganti oleh putranya yang
bernama Arya Nambi dari tahun 1301 sampai 1331. Setelah perang
Nambi 1331 kerajaan Blambangan kosong tidak ada yang memerintah
sampai tahun 1352. Kemudian diangkatlah Sira Dalem Cri Bhima Chili
Kapakisan di Blambangan yang merupakan saudara tertua Dalem Cri
Bhima Cakti di Pasuruan, Dalem Cri Kapakisan di Sumbawa dan Dalem
Cri Kresna Kapakisan di Bali. Melalui perjalanan sejarah yang cukup
panjang, pusat-pusat pemerintahan seringkali berpindah-pindah
namun perpindahannya cenderung ke arah wilayah timur Jawa Timur.
Raja ke-17 yang bernama Pangeran Tanpa Una diangkat di
Lumajang menjadi Raja tahun 1637 yang kemudian memindahkan
keraton ke Kedhawung dan beliau menjadi Pangeran Kedhawung dari
tahun 1639 sampai 1649. Setelah amat tua beliau menyepi bertapa di
hutan Kedhawung menjadi Bhegawan. Pemerintahan digantikan oleh
putranya yang juga bernama Pangeran Kedhawung pada tahun 1649
sampai 1652 yang lebih dikenal sebagai Prabu Tawang Alun,
merupakan Raja Blambangan ke-18. Karena suatu hal beliau bertapa
melakukan semedhi menjadi Bhegawan Bayu, namun rakyat
mengangkat menjadi Pangeran Bayu tahun 1652 sampai 1655. Dalam
pertapaannya di hutan bayu kidul wetan redi Raung, beliau mendapat
petunjuk untuk berjalan “ngalor wetan” bila ada “macan putih” beliau
harus duduk di atas macan putih dan mengikuti perjalanan macan
putih itu menuju hutan Sudhimara (Sudhimoro) dan terjadilah
keajaiban tersebut. Prabu Tawang Alun mengelilingi hutan seluas 4
km2 yang selanjutnya merupakan luas keraton Macan Putih yang
dibangun pada tahun 1655.
Pada dasarnya Banyuwangi diidentikkan atau disamakan dengan
Blambangan karena kerajaan Blambangan terakhir terdesak ke arah
timur. Terakhir sisa kerajaan Blambangan yang rakyatnya dipimpin
oleh Pangeran Jogopati dan Srikandi Blambangan yang bernama Mas
Ayu Wiwit yang masih menganut Hindu dan Budha mempertahankan
diri di desa Bayu yang peristiwa ini selanjutnya dikenal sebagai perang
“Puputan Bayu” pada tahun 1771 melawan serbuan Belanda yang
bermarkas di desa Songgon dan melawan rakyat Madura pesisir Jawa
Timur yang dipimpin oleh Ki Suradiwirya dan Ki Pulangjiwa. Mas Ayu
Wiwit sebagai Srikandi Blambangan dan Pangeran Jagapati bersama
para pemimpin pasukan seperti Ki Keboundha, Ki Tumbhakmental, Ki
Kebogegambul, Ki Kidang Salendhit, Ki Sudukwatu, dan Ki Jagalara
dengan gigih mempertahankan tanah Blambangan. Perang Puputan
Bayu ini terjadi mulai 02 Agustus 1771 sampai 18 Desember 1771
dimana pada tanggal terakhir tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi
Banyuwangi.
Pengertian Seni Budaya
Pengertian Seni
Seni adalah suatu cara dari diri kita sendiri untuk
mengekspresikan sesuatu, yang mungkin tidak dapat kita ungkapkan
dengan kata2 dan bisa dengan musik, bisa dengan lukisan, bisa
dengan tarian sesuai dengan cirri khasnya.
Bangsa Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya
(BHINEKA TUNGGAL IKA), yang sekaligus merupakan ciri khas dan
asset dari bangsa Indonesia, memang sebagian besar dari generasi
muda sudah banyak sekali jenis-jenis kebudayaan di miliki bangsa
terlupakan dari ingatan generasi bangsa Indonesia, tidak banyak orang
yang perduli dengan keberadaan budaya, apakah akan berkembang
atau menciut, dan pemberian apresiasi kepada pecinta seni dan
budaya pun tidak banyak, seolah-olah keinginan untuk
mengembangkan budaya tidak ada dalam benak sangpenerus bangsa.
Tidak seharusnya juga kita melupakan dikarenakan perkembangan
zaman dan pengaruh dari budaya barat yang memang sangat berbeda
jauh dengan akar budaya yang tertanam sejak Indonesia Merdeka.
Para pengolah seni bukan tidak mau mewariskan budaya-budaya
yang memang turun temurun dari leluhur pewaris budaya, tetapi
keinginan dari sang penerus yang memang sudah enggan karena
beranggapan bahwa seni nenekmoyangnya yang ada di Indonesia,
sudah tidak level lagi dengan pergaulan yang hampir kebablasan
akibat pengaruh perubahan zaman.
Jika kita menengok kemasa yang lalu dimana kebudayaan
indonesia yang sangat dibanggakan dan di cintai, serta apresiasi
mereka (masyarakat dan penggerak seni), seiring dan berdampingan
demi terlaksanannya pementasan budaya, sangat membanggakan
sekali dan sangat jauh berbeda sekali dengan kebaradaannya
sekarang yang semakin terpojok dan tertinggal.
Berbeda-beda tapi satu tujuan “Bhineka Tunggal Ika” dengan
beraneka ragam seni dan budaya tapi tetap Bangsa Indonesia, apakah
memang kebudayaan turun temurun ini akan hilang diterjang badai
zaman yang tidak menentu, dan kapankah kebangkitan kebudayaan
Indonesia akan kembali di banggakan oleh seluruh rakyat Indonesia,
dan menjadi tameng Indonesia kepada bangsa lain bahwa bangsa
Indonesia memang layak untuk diperhitungkan.
Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahsa sangsakerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville Jean Herskovits (1895 – 1963) dan Bronisław Kasper
Malinowski (1884-1942) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu
yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Macam-macam Seni
1. Seni Rupa
Seni Rupa Menurut Fungsinya :
a. Seni Rupa Murni (Fine Art) :
Seni rupa yang diciptakan tanpa mempertimbangkan
kegunaannya atau seni bebas (Free Arat).
Contoh : seni lukis, seni patung, seni grafika dll.
b. Seni Rupa Terapan/pakai (Applied Art) :
1) Seni lukis
Karya seni dua demensi yang bisa mengungkapkan
pengalaman atau perasaan si pencipta. Pelukis yang
sedang sedih akan tercipta karya yang bersifat susah,
sedangkan pelukis yang sedang gembira akan tercipta
karya yang riang. Karya tersebut terlihat pada goresan,
garis-garis dan pewarnaan.
2) Seni Kriya
Karya seni terapan yang mengutamakan kegunaan
dan keindahan (estetis) yang bisa menarik konsumen.
Seni kriya/kerajinan (handy Craff) ini biasanya untuk
hiasan dan cenderamata. Karena karya ini termasuk
karya yang di perjual belikan dan berguna bagi kehidupan
masyarakat sehari- hari baik untuk alat rumah tangga
maupun untuk hiasan. Bahkan satu desain kriya ini bisa di
produksi dalam jumlah banyak oleh industri dan di
pasarkan sebagai barang dagangan.
3) Seni Patung
Seni Patung termasuk karya 3 Demensi. Karya seni ini
termasuk seni murni yang diciptakan untuk
mengungkapkan ide-ide dan perasaan dari seniman yang
mempunyai nilai estestis yang tinggi.
4) Seni Dekorasi
Karya seni yang bertujuan menghias suatu ruangan agar
lebih indah. Contoh : Interior (dalam ruang : kamar, ruang
pertemuan, panggung, dll) Eksterior (luar ruang : taman,
kebun)
5) Seni Reklame
Reklame berasal dari Bahasa Latin (Re dan Clamo) artinya
berteriak berulang-ulang. Tujuannya untuk mempengaruhi,
mengajak, menghimbau orang lain. Contoh : iklan,
spanduk, poster, dll
2. Seni Tari/gerak
Macam-macam seni tari dan gerak :
a. Tari klasik
b. Tari kreasi baru
c. Tari tradisional
d. Tari modern, dll.
3. Seni Suara/Vocal/Musik
Macam-macam seni suara/music :
a. Musik klasik
b. Musik jazz
c. Musik pop
d. Musik bosa
e. Musik rock
f. Musik tradisional, dll.
4. Seni Sastra
Macam-Macam Seni Sastra :
a. Puisi
b. Cerpen
c. Prosa
b. 4 Pantun, dll.
5. SeniTeater/drama
Macam-Macam Seni Teater/Drama :
a. Teater lama
b. Teater komedi
c. Teater baru
d. Sendratasik (seni drama dan musik)
Tradisi Banyuwangi
1. Kebo-keboan
Di kalangan
mereka, khususnya
yang berdiam di
Dusun Krajan, Desa
Alasmalang,
Kecamatan
Singojuruh, ada
sebuah upacara
tradisional yang
sangat erat kaitannya dengan bidang pertanian yang disebut
sebagai “Kebo-keboan”. Maksud diadakannya upacara itu adalah
untuk meminta kesuburan tanah, panen melimpah, serta terhindar
dari malapetaka baik yang akan menimpa tanaman maupun
manusia yang mengerjakannya.
2. Petik laut
Untuk memohon berkah
rezeki dan keselamatan,
masyarakat nelayan
Muncar melangsungkan
ritual Petik Laut di Pantai
Muncar, ritual Petik Laut
juga dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas
rezeki yang telah didapat oleh para nelayan sepanjang satu tahun
terakhir. Ritual itu diikuti oleh ratusan nelayan yang mengiringi
perahu githik yang berisi aneka sesaji untuk dilarung ke laut. Ritual
Petik Lut diawali dari pembuatan sesaji oleh sesepuh nelayan.
Sesaji tersebut berisi berbagai jenis hasil bumi yang ditata dengan
indah dalam perahu kecil yang disebut githik. Pada malam hari
sebelum pelaksanaan Petik Laut, di tempat perahu sesaji
dipersiapkan dilakukan tirakatan. Di beberapa surau atau rumah
juga diadakan pengajian atau semaan.
3. Endog-endogan
Tradisi Banyuwangi
merayakan kelahiran
Nabi Muhammad SAW
dengan mengadakan
festival endog-endogan.
Anak-anak sekolah
tampil dengan berbagai
kostum, dari kostum
tradisional seperti
kuntulan, hingga kostum bergaya sunan Ampel hingga kalijaga. Di
festival tersebut anak-anak membawa telur yang dihias berbagai
kertas warna-warni. Telur tersebut menjadi simbol lambang
kelahiran nabi. Festival tersebut rutin diadakan setiap tahun
menyambut Maulud Nabi. Perayaan itu juga menjadi salah satu
daya tarik wisata Banyuwangi di awal tahun ini.
4. Geridoan
Pada masyarakat
Using proses
pencarian jodoh atau
perjodohan dilakukan
dengan berbagai cara
dan telah menjadi
tradisi serta warisan
dari nenek
moyangnya. Tradisi
perjodohan tersebut diantaranya tradisi Gredoan, Bathokan, dan
Mlayokaken. Bentuk perjodohan dilakukan dengan menggunakan
simbol-simbol yang bertujuan untuk menunjukkan kasih sayangnya,
seperti penggunaan Basanan atau Wangsalan. Tradisi perjodohan
yang hingga sekarang masih tetap eksis dalam masyarakat Using
secara keseluruhan adalah tradisi Gredoan.
5. Barong Ider bumi
Barong Ider Bumi merupakan salah satu upacara adat tahunan
yang dilakukan masyarakat suku Using, Banyuwangi. Ritual ini
masih sering diadakan di desa adat Desa Kemiren, Kecamatan
Glagah, Banyuwangi. Kegiatan Barong Ider Bumi ini rutin diadakan
setiap tahun, biasanya dilaksanakan dua hari setelah Hari Raya Idul
Fitri.
Iring-iringan barong itu diarak keliling kampung dengan dikawal
tujuh perempuan tua yang membawa ubo rampe (perkakas ritual).
Kirab barong itu juga disertai lima perempuan pembawa beras
kuning dan uang Rp. 99.900. Ada juga dua perempuan pembawa
kendi.
6. Seblang
Ritual Seblang adalah salah
satu ritual masyarakat
Using yang hanya dapat
dijumpai di dua desa dalam
lingkungan kecamatan
Glagah, Banyuwangi, yakni
desa Bakungan dan
Olihsari. Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan
tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram.
Ritual ini sama seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, Jaran
Kepang, dan Sanghyang di Pulau Bali. Penyelenggaraan tari
Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa
Olihsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan
di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu
setelah Idul Adha.