seni banyuwangi

16
SEJARAH BANYUWANGI Sejarah Asal Usul Banyuwangi Blambangan berasal dari kata “Bala” yang artinya adalah rakyat dan “Ombo” yang artinya besar atau banyak sehingga dapat diartikan bahwa Blambangan adalah suatu kerajaan yang rakyatnya sangat banyak. Karena berhasilnya kerajaan Majapahit berdiri atas bantuan Arya Wiraraja maka beliau diberikan “tanah lungguh” yaitu hutan Lumajang termasuk Gunung Bromo dan sampai tepi timur Jawi Wetan, sampai selat Bali pada tahun 1294. Pada Babad tanah Blambangan dimuat, ”Wit prekawit tanah Lumajang seanteron ipun kedadosaken tanah Blambangan.” Yang artinya Beliau memerintah Blambangan sejak tahun 1294 sampai 1301 dan diganti oleh putranya yang bernama Arya Nambi dari tahun 1301 sampai 1331. Setelah perang Nambi 1331 kerajaan Blambangan kosong tidak ada yang memerintah sampai tahun 1352. Kemudian diangkatlah Sira Dalem Cri Bhima Chili Kapakisan di Blambangan yang merupakan saudara tertua Dalem Cri Bhima Cakti di Pasuruan, Dalem Cri Kapakisan di Sumbawa dan Dalem Cri Kresna Kapakisan di Bali.

Upload: monchink

Post on 26-Jul-2015

440 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seni Banyuwangi

SEJARAH BANYUWANGI

Sejarah Asal Usul Banyuwangi

Blambangan berasal dari kata “Bala” yang artinya adalah rakyat

dan “Ombo” yang artinya besar atau banyak sehingga dapat diartikan

bahwa Blambangan adalah suatu kerajaan yang rakyatnya sangat

banyak. Karena berhasilnya kerajaan Majapahit berdiri atas bantuan

Arya Wiraraja maka beliau diberikan “tanah lungguh” yaitu hutan

Lumajang termasuk Gunung Bromo dan sampai tepi timur Jawi Wetan,

sampai selat Bali pada tahun 1294. Pada Babad tanah Blambangan

dimuat, ”Wit prekawit tanah Lumajang seanteron ipun kedadosaken

tanah Blambangan.” Yang artinya Beliau memerintah Blambangan

sejak tahun 1294 sampai 1301 dan diganti oleh putranya yang

bernama Arya Nambi dari tahun 1301 sampai 1331. Setelah perang

Nambi 1331 kerajaan Blambangan kosong tidak ada yang memerintah

sampai tahun 1352. Kemudian diangkatlah Sira Dalem Cri Bhima Chili

Kapakisan di Blambangan yang merupakan saudara tertua Dalem Cri

Bhima Cakti di Pasuruan, Dalem Cri Kapakisan di Sumbawa dan Dalem

Cri Kresna Kapakisan di Bali. Melalui perjalanan sejarah yang cukup

panjang, pusat-pusat pemerintahan seringkali berpindah-pindah

namun perpindahannya cenderung ke arah wilayah timur Jawa Timur.

Raja ke-17 yang bernama Pangeran Tanpa Una diangkat di

Lumajang menjadi Raja tahun 1637 yang kemudian memindahkan

keraton ke Kedhawung dan beliau menjadi Pangeran Kedhawung dari

Page 2: Seni Banyuwangi

tahun 1639 sampai 1649. Setelah amat tua beliau menyepi bertapa di

hutan Kedhawung menjadi Bhegawan. Pemerintahan digantikan oleh

putranya yang juga bernama Pangeran Kedhawung pada tahun 1649

sampai 1652 yang lebih dikenal sebagai Prabu Tawang Alun,

merupakan Raja Blambangan ke-18. Karena suatu hal beliau bertapa

melakukan semedhi menjadi Bhegawan Bayu, namun rakyat

mengangkat menjadi Pangeran Bayu tahun 1652 sampai 1655. Dalam

pertapaannya di hutan bayu kidul wetan redi Raung, beliau mendapat

petunjuk untuk berjalan “ngalor wetan” bila ada “macan putih” beliau

harus duduk di atas macan putih dan mengikuti perjalanan macan

putih itu menuju hutan Sudhimara (Sudhimoro) dan terjadilah

keajaiban tersebut. Prabu Tawang Alun mengelilingi hutan seluas 4

km2 yang selanjutnya merupakan luas keraton Macan Putih yang

dibangun pada tahun 1655.

Pada dasarnya Banyuwangi diidentikkan atau disamakan dengan

Blambangan karena kerajaan Blambangan terakhir terdesak ke arah

timur. Terakhir sisa kerajaan Blambangan yang rakyatnya dipimpin

oleh Pangeran Jogopati dan Srikandi Blambangan yang bernama Mas

Ayu Wiwit yang masih menganut Hindu dan Budha mempertahankan

diri di desa Bayu yang peristiwa ini selanjutnya dikenal sebagai perang

“Puputan Bayu” pada tahun 1771 melawan serbuan Belanda yang

bermarkas di desa Songgon dan melawan rakyat Madura pesisir Jawa

Timur yang dipimpin oleh Ki Suradiwirya dan Ki Pulangjiwa. Mas Ayu

Wiwit sebagai Srikandi Blambangan dan Pangeran Jagapati bersama

para pemimpin pasukan seperti Ki Keboundha, Ki Tumbhakmental, Ki

Kebogegambul, Ki Kidang Salendhit, Ki Sudukwatu, dan Ki Jagalara

dengan gigih mempertahankan tanah Blambangan. Perang Puputan

Bayu ini terjadi mulai 02 Agustus 1771 sampai 18 Desember 1771

dimana pada tanggal terakhir  tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi

Banyuwangi.

Page 3: Seni Banyuwangi
Page 4: Seni Banyuwangi

Pengertian Seni Budaya

Pengertian Seni

Seni adalah suatu cara dari diri kita sendiri untuk

mengekspresikan sesuatu, yang mungkin tidak dapat kita ungkapkan

dengan kata2 dan bisa dengan musik, bisa dengan lukisan, bisa

dengan tarian sesuai dengan cirri khasnya.

Bangsa Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya

(BHINEKA TUNGGAL IKA), yang sekaligus merupakan ciri khas dan

asset dari bangsa Indonesia, memang sebagian besar dari generasi

muda sudah banyak sekali jenis-jenis kebudayaan di miliki bangsa

terlupakan dari ingatan generasi bangsa Indonesia, tidak banyak orang

yang perduli dengan keberadaan budaya, apakah akan berkembang

atau menciut, dan pemberian apresiasi kepada pecinta seni dan

budaya pun tidak banyak, seolah-olah keinginan untuk

mengembangkan budaya tidak ada dalam benak sangpenerus bangsa.

Tidak seharusnya juga kita melupakan dikarenakan perkembangan

zaman dan pengaruh dari budaya barat yang memang sangat berbeda

jauh dengan akar budaya yang tertanam sejak Indonesia Merdeka.

Para pengolah seni bukan tidak mau mewariskan budaya-budaya

yang memang turun temurun dari leluhur pewaris budaya, tetapi

keinginan dari sang penerus yang memang sudah enggan karena

beranggapan bahwa seni nenekmoyangnya yang ada di Indonesia,

Page 5: Seni Banyuwangi

sudah tidak level lagi dengan pergaulan yang hampir kebablasan

akibat pengaruh perubahan zaman.

Jika kita menengok kemasa yang lalu dimana kebudayaan

indonesia yang sangat dibanggakan dan di cintai, serta apresiasi

mereka (masyarakat dan penggerak seni), seiring dan berdampingan

demi terlaksanannya pementasan budaya, sangat membanggakan

sekali dan sangat jauh berbeda sekali dengan kebaradaannya

sekarang yang semakin terpojok dan tertinggal. 

Berbeda-beda tapi satu tujuan “Bhineka Tunggal Ika” dengan

beraneka ragam seni dan budaya tapi tetap Bangsa Indonesia, apakah

memang kebudayaan turun temurun ini akan hilang diterjang badai

zaman yang tidak menentu, dan kapankah kebangkitan kebudayaan

Indonesia akan kembali di banggakan oleh seluruh rakyat Indonesia,

dan menjadi tameng Indonesia kepada bangsa lain bahwa bangsa

Indonesia memang layak untuk diperhitungkan.

Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahsa sangsakerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau

akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang

berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa

diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga

kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.

Melville Jean Herskovits (1895 – 1963) dan Bronisław Kasper

Malinowski (1884-1942) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki

oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-

Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu

yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang

kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,

kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu

Page 6: Seni Banyuwangi

pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan

lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang

menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Page 7: Seni Banyuwangi

Macam-macam Seni

1. Seni Rupa

Seni Rupa Menurut Fungsinya :

a. Seni Rupa Murni (Fine Art)  :

Seni rupa yang diciptakan tanpa mempertimbangkan

kegunaannya atau seni bebas (Free Arat).

Contoh : seni lukis, seni patung, seni grafika dll.

b. Seni Rupa Terapan/pakai (Applied Art) :

1) Seni lukis

Karya seni dua demensi yang bisa mengungkapkan

pengalaman atau perasaan si pencipta. Pelukis yang

sedang sedih akan tercipta karya yang bersifat susah,

sedangkan pelukis yang sedang gembira akan tercipta

karya yang riang. Karya tersebut terlihat pada goresan,

garis-garis dan pewarnaan.

2) Seni Kriya

Karya  seni  terapan  yang  mengutamakan  kegunaan 

dan  keindahan (estetis)  yang  bisa  menarik  konsumen.

Seni  kriya/kerajinan (handy Craff)  ini biasanya untuk

hiasan dan  cenderamata.  Karena  karya  ini termasuk 

karya  yang di perjual belikan dan berguna bagi kehidupan

masyarakat sehari- hari baik untuk alat rumah tangga

maupun untuk hiasan. Bahkan satu desain kriya ini bisa di

produksi dalam jumlah banyak oleh industri dan di

pasarkan sebagai barang dagangan.

3) Seni Patung

Seni Patung termasuk karya 3 Demensi. Karya seni ini

termasuk seni murni yang diciptakan untuk

mengungkapkan ide-ide dan perasaan dari seniman yang

mempunyai nilai estestis yang tinggi.

4) Seni Dekorasi

Karya seni yang bertujuan menghias suatu ruangan agar

lebih indah. Contoh : Interior (dalam ruang : kamar, ruang

Page 8: Seni Banyuwangi

pertemuan, panggung, dll) Eksterior (luar ruang : taman,

kebun)

Page 9: Seni Banyuwangi

5) Seni Reklame

Reklame berasal dari Bahasa Latin (Re dan Clamo) artinya

berteriak berulang-ulang. Tujuannya untuk mempengaruhi,

mengajak, menghimbau orang lain. Contoh : iklan,

spanduk, poster, dll

2. Seni Tari/gerak

Macam-macam seni tari dan gerak :

a. Tari klasik

b. Tari kreasi baru

c. Tari tradisional

d. Tari modern, dll.

3. Seni Suara/Vocal/Musik

Macam-macam seni suara/music :

a. Musik klasik

b. Musik jazz

c. Musik pop

d. Musik bosa

e. Musik rock

f. Musik tradisional, dll.

4. Seni Sastra

Macam-Macam Seni Sastra :

a. Puisi

b. Cerpen

c. Prosa

b. 4 Pantun, dll.

5. SeniTeater/drama

Macam-Macam Seni Teater/Drama :

a. Teater lama

b. Teater komedi

c. Teater baru

d. Sendratasik (seni drama dan musik)

Page 10: Seni Banyuwangi

Tradisi Banyuwangi

1. Kebo-keboan

Di kalangan

mereka, khususnya

yang berdiam di

Dusun Krajan, Desa

Alasmalang,

Kecamatan

Singojuruh, ada

sebuah upacara

tradisional yang

sangat erat kaitannya dengan bidang pertanian yang disebut

sebagai “Kebo-keboan”. Maksud diadakannya upacara itu adalah

untuk meminta kesuburan tanah, panen melimpah, serta terhindar

dari malapetaka baik yang akan menimpa tanaman maupun

manusia yang mengerjakannya.

2. Petik laut

Untuk memohon berkah

rezeki dan keselamatan,

masyarakat nelayan

Muncar melangsungkan

ritual Petik Laut di Pantai

Muncar, ritual Petik Laut

juga dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas

rezeki yang telah didapat oleh para nelayan sepanjang satu tahun

terakhir.  Ritual itu diikuti oleh ratusan nelayan yang mengiringi

perahu githik yang berisi aneka sesaji untuk dilarung ke laut. Ritual

Petik Lut diawali dari pembuatan sesaji oleh sesepuh nelayan.

Sesaji tersebut berisi berbagai jenis hasil bumi yang ditata dengan

indah dalam perahu kecil yang disebut githik. Pada malam hari

sebelum pelaksanaan Petik Laut, di tempat perahu sesaji

Page 11: Seni Banyuwangi

dipersiapkan dilakukan tirakatan. Di beberapa surau atau rumah

juga diadakan pengajian atau semaan.

Page 12: Seni Banyuwangi

3. Endog-endogan

Tradisi Banyuwangi

merayakan kelahiran

Nabi Muhammad SAW

dengan mengadakan

festival endog-endogan.

Anak-anak sekolah

tampil dengan berbagai

kostum, dari kostum

tradisional seperti

kuntulan, hingga kostum bergaya sunan Ampel hingga kalijaga. Di

festival tersebut anak-anak membawa telur yang dihias berbagai

kertas warna-warni. Telur tersebut menjadi simbol lambang

kelahiran nabi. Festival tersebut rutin diadakan setiap tahun

menyambut Maulud Nabi. Perayaan itu juga menjadi salah satu

daya tarik wisata Banyuwangi di awal tahun ini.

4. Geridoan

Pada masyarakat

Using proses

pencarian jodoh atau

perjodohan dilakukan

dengan berbagai cara

dan telah menjadi

tradisi serta warisan

dari nenek

moyangnya. Tradisi

perjodohan tersebut diantaranya tradisi Gredoan, Bathokan, dan

Mlayokaken. Bentuk perjodohan dilakukan dengan menggunakan

simbol-simbol yang bertujuan untuk menunjukkan kasih sayangnya,

seperti penggunaan Basanan atau Wangsalan. Tradisi perjodohan

yang hingga sekarang masih tetap eksis dalam masyarakat Using

secara keseluruhan adalah tradisi Gredoan.

Page 13: Seni Banyuwangi
Page 14: Seni Banyuwangi

5. Barong Ider bumi

Barong Ider Bumi merupakan salah satu upacara adat tahunan

yang dilakukan masyarakat suku Using, Banyuwangi. Ritual ini

masih sering diadakan di desa adat Desa Kemiren, Kecamatan

Glagah, Banyuwangi. Kegiatan Barong Ider Bumi ini rutin diadakan

setiap tahun, biasanya dilaksanakan dua hari setelah Hari Raya Idul

Fitri.

Iring-iringan barong itu diarak keliling kampung dengan dikawal

tujuh perempuan tua yang membawa ubo rampe (perkakas ritual).

Kirab barong itu juga disertai lima perempuan pembawa beras

kuning dan uang Rp. 99.900. Ada juga dua perempuan pembawa

kendi.

6. Seblang

Ritual Seblang adalah salah

satu ritual masyarakat

Using yang hanya dapat

dijumpai di dua desa dalam

lingkungan kecamatan

Glagah, Banyuwangi, yakni

desa Bakungan dan

Olihsari. Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan

tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram.

Ritual ini sama seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, Jaran

Kepang, dan Sanghyang di Pulau Bali. Penyelenggaraan tari

Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa

Page 15: Seni Banyuwangi

Olihsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan

di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu

setelah Idul Adha.