selaiii
DESCRIPTION
selaiii nanansTRANSCRIPT
Kelompok SampelParameter Uji
Warna Rasa Oles Overall3 503 2,05a 3,00a 1,65a 2,50a
8 283 3,20b 3,35ab 2,70b 3,30b
2 & 5 901 3,30b 3,80bc 3,05b 3,55b
7 & 10 572 3,58b 4,11cd 3,79c 4,00c
6 & 9 641 3,62b 3,43ab 4,14c 3,43b
1 & 4 178 4,80c 4,55d 4,70d 4,65d
Tabel 2.1 Hasil Uji Organoleptik Selai NanasSumber : Laporan Sementara
Keterangan :1. 503 = nanas mentah 100% + gula 100%
2. 283 = nanas mentah 100% + gula 50%
3. 178 = nanas matang 100% + gula 100%
4. 641 = nanas matang 100% + gula 50%
5. 901 = nanas matang 50% + nanas mengkal 50%+ gula 100%
6. 572 = nanas matang 50% + nanas mengkal 50%+ gula 50%
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan selai buah
dan mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah dan gula terhadap kualitas
selai buah. Adapun buah yang digunakan sebagai bahan pembuatan selai adalah
buah nanas. Menurut Yenrina, et al (2009), Buah nanas mempunyai sifat mudah
rusak selain dikonsumsi dalam keadaan segar, nenas dapat diolah menjadi
berbagai bentuk makanan olahan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan daya
guna dari buah tersebut, salah satunya adalah adalah dijadikan selai. Terdapat 6
sampel yang digunakan dalam praktikum pembuatan selai nanas, masing-masing
formulasinya adalah sampel 503 yang merupakan selai dari nanas mentah 100% +
gula 100%, sampel selai nanas 283 yang terdiri dari campuran nanas mentah
100% + gula 50%, sampel selai nanas 178 yang tersusun atas nanas matang 100%
+ gula 100%, sampel selai nanas 641 terbuat dari nanas matang 100% + gula
50%, sampel selai nanas 901 terdiri dari komposisi nanas matang 50% + nanas
mengkal 50%+ gula 100%, dan sampel selai nanas 572 yang diolah menggunakan
nanas matang 50% + nanas mengkal 50%+ gula 50%. Adapun pembuatan selai
nanas dilakukan dengan mencuci buah nanas kemudian dikupas hingga bersih.
Selanjutnya, dipotong menjadi beberapa bagian dan diblender. Setelah didapatkan
bubur buah, kemudian ditambah gula dan dimasak serta diaduk hingga mengental.
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat beda nyata setiap formulasi terhadap setiap
parameter yang dilihat yaitu warna, rasa, oles, dan overall. Dari hasil uji
organoleptik diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Warna
Untuk parameter warna dapat dillihat bahwa sampel dengan kode 503
berbeda nyata terhadap semua sampel yang ada. Sampel 283 tidak berbeda
nyata dengan sampel 901, 572, dan 641 sehingga tidak mempengaruhi warna
dari selai nanas. Sampel 178 yaitu nanas matang 100% dan gula 100%
mempunyai nilai tertinggi dari segi parameter warna karena pada nanas yang
matang terdapat kandungan gula yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa panelis lebih menyukai selai yang berasal dari nanas matang 100% +
gula 100% dan panelis tidak menyukai sampel selai dari nanas mentah 100%
+ gula 100%. Selai yang terbuat dari nanas mengkal seharusnya memiliki
warna yang lebih cerah dibandingkan dengan selai yang terbuat dari nanas
matang,karena kandungan gula dalam nanas mentah relatif lebih rendah
dibandingkan dengan nanas yang sudah matang. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat kematangan buah
mempengaruhi terjadinya perbedaan kadar gula pada selai nanas.
Meningkatnya kematangan buah, menyebabkan kadar gula yang terkandung
didalamnya semakin meningkat. Selain itu apabila ditambahkan gula dengan
konsentrasi tertentu maka proses pencoklatan akan meningkat sehingga
kualitas warna dari selai nanas tersebut menurun (Syahrumsyah, 2010).
b. Rasa
Rasa terbentuk dari sensasi yang berasal dari perpaduan bahan
pembentuk dan komposisinya pada suatu produk makanan yang ditangkap
oleh indera pengecap serta merupakan salah satu pendukung cita rasa yang
mendukung kualitas suatu produk. Cita rasa sendiri didefinisikan sebagai
rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan yang dimakan, terutama dirasakan
oleh indera pengecap dan pembau, juga rangsangan lain seperti perabaan dan
penerimaan derajat panas di mulut.
Dari tabel 2.1 di atas menunjukkan adanya sampel 503 berbeda nyata
dengan sampel 901, 572, dan 178. Sampel 283 berbeda nyata dengan 572 dan
178. Sampel 641 berbeda nyata dengan sampel 572 dan 178. Sampel 901
berbeda nyata dengan sampel 178 dan 901. Sampel 178 berbeda nyata
dengan sampel 503, 283, 641, dan 901. Sampel yang menunjukkan beda
nyata mempunyai pengaruh terhadap rasa selai nanas. Untuk sampel 283
tidak berbeda nyata dengan sampel 641 dan 901. Sampel 572 tidak berbeda
nyata terhadap sampel 901 dan sampel 178 sehingga tidak mempengaruhi
rasa selai. Rasa merupakan faktor utama diterima atau tidaknya suatu produk
pangan, walaupun suatu produk pangan memiliki penampakan yang menarik,
namun rasa akan menjadi faktor akhir yang menentukan diterimanya atau
tidaknya suatu produk oleh konsumen. Dari Tabel 2.1 dapat dilihat rasa yang
disukai panelis adalah selai dengan penambahan gula 100% dan matang
100% karena tingginya kandungan gula dalam selai yang membuat rasa
manis sehingga panelis menyukainya. Sedangkan untuk sampel yang tidak
disukai panelis adalah selai dengan komposisi nanas mentah 100% + gula
100%. Hasil ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
meningkatnya kematangan buah, menyebabkan kadar gula yang terkandung
didalamnya semakin meningkat (Syahrumsyah, 2010) sehingga dapat
menghasilkan rasa selai nanas yang optimal.
c. Kemudahan oles
Manfaat selai adalah digunakan sebagai pelengkap untuk roti tawar
dengan cara dioleskan pada roti tawar tersebut. Untuk itu kemudahan oles
selai menjadi salah satu dari syarat mutu yang penting. Hal ini juga
berhubungan dengan kekentalan dan viskositas dari selai buah. Selai buah
yang baik adalah selai yang konsistensi sangat kental dan mudah dioles.
Dilihat dari parameter oles dari selai nanas, sampel 503 dan 178 berbeda
nyata terhadap sampel lainnya sedangkan sampel sampel 283 tidak beda
nyata dengan sampel 901 dan sampel 572 tidak berbeda nyata dengan sampel
641. Hal ini menunjukkan bahwa panelis menyukai selai yang terbuat dari
buah nanas matang 100%. dengan penambahan gula 100% .
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa selai yang berasal dari
campuran buah nanas matang 100% dengan penambahan gula 100%
menghasilkan konsistensi yang cukup kental dengan tekstur lunak dan plastis,
sehingga selai nanas mudah dioleskan pada roti. Lama pemasakan juga
mempengaruhi tingkat kekentalan selai buah, pemasakan yang terlalu lama
akan menghasilkan selai yang terlalu keras dan kemudahan oles rendah.
Sedangkan pemasakan yang terlalu singkat akan menghasilkan selai nanas
yang terlalu encer, walaupun kemudahan olesnya tinggi tapi viskositas yang
terlalu rendah juga mempengaruhi tingkat kesukaan panelis. Menurut teori
selai nanas terbaik dihasilkan dari buah yang digunakan untuk mengolah selai
harus dipanen pada tingkatan yang benar-benar matang sehingga nantinya
produk yang dihasilkan mempunyai flavor dan tekstur selai yang baik. Selain
itu kandungan gula, pektin dan tingkat keasaman harus sesuai. Pada buah
nanas matang kandungan pektin sangat rendah sehingga tidak perlu
ditambahkan gula yang cukup tinggi. Penambahan gula pada selai tergantung
pada kadar pectin yang terkandung didalam bubur buah. Demikian juga
dengan penambahan asam bergantung kandungan asam didalam bubur buah
(Muljohardjo, 1984). Penambahan pektin yang cukup (0,5%) meningkatkan
tekstur, meningkatkan gel dan daya oles selai. Selai tanpa penambahan pektin
bertektur keras, kasar dan kaku (Afoakwa, 2006). Pektin adalah campuran
polisakarida kompleks yang terdapat pada berbagai buah-buahan dan sayur-
sayuran. Senyawa ini berperan sebagai agensia pembentuk gel, khususnya
pada pembuatan selai buah-buahan. Penambahan asam, misalnya sari jeruk
lemon dapat meningkatkan kemampuan terbentuknya gel oleh pektin (Gaman
dan Sherrington, 1981).
Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan pectin dan air yang
ada. Pektin akan menggumpal dan membentuk serabut halus yang dapat
menahan cairan. Kontinuitas dan kepadatan serabut yang terbentuk
ditentukan oleh banyaknya kadar pektin. Semakin tinggi kadar pektin
semakin padat struktur serabut. Ketegaran dari jaringan serabut dipengaruhi
oleh kadar gula dan asiditas. Semakin tinggi kadar gula semakin berkurang
pula air yang ditahan oleh struktur. Kondisi yang sangat asam menghasilkan
suatu struktur gel yang padat bahkan merusak struktur karena hidrolisis
pektin. Kadar padatan terlarut dalam bahan juga dapat mempengaruhi tekstur
yang terbentuk. Semakin tinggi kadar bahan maka akan terbentuk tekstur
yang semakin lekat (Desrosier, 1988). Hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan teori yang ada, pada selai yang terbuat dari buah nanas matang
seharusnya hanya perlu ditambahkan sedikit gula saja karena kandungan
pektinnya yang cukup rendah.
d. Overall
Berdasarkan sifat sensoris, selai buah memiliki kenampakan halus,
mengkilat dan homogen dengan warna kuning keemasan sampai coklat
keemasan, konsistensi sangat kental, aroma manis dengan aroma buah, tidak
ada bau atau aroma yang asing (Santoso, 1998).
Dilihat dari parameter overall, sampel 503, 572, dan 178 berbeda nyata
terhadap sampel lainnya. Dan untuk sampel 283 tidak berbeda nyata dengan
sampel 641 dan 901. Secara overall, sampel yang paling disukai konsumen
adalah sampel 178 yaitu nanas matang 100% dan gula 100%. Pada selai yang
terbuat dari nanas matang 100% dan gula 100% memiliki tekstur yang kental
dan mudah dioles dengan warna kuning kecoklatan. Pada selai yang terbuat
dari nanas mentah tidak terbentuk gel dan bertekstur keras sehingga sulit
untuk dioles. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya kristal gula yang
menyebabkan tekstur selai menjadi keras.
Sampel 503 yaitu selai dari nanas mentah 100% dengan penambahan
gula 100% paling tidak disukai oleh panelis. Faktor- faktor yang
memperngaruhi kualitas dari selai buah adalah tingkat kematangan buah,
kandunga pektin, asam, konsentrasi gula dan lama pemasakan. Selain itu
menurut Suryani, selai yang bermutu baik mempunyai tanda spesifik yaitu
konsistensi, warna cemerlang, distribusi buah merata, tekstur lembut, flavor
buah alami, dan tidak mengalami sineresis serta kristalisasi selama
penyimpanan.
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum acara II “Pembuatan Selai
Nanas” ini adalah :
1. Selai atau jam adalah produk makanan yang kental atau setengah padat
yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula.
2. Pada parameter warna panelis tidak menyukai selai yang terbuat dari
nanas mengkal 100% + gula 100% dan nanas mengkal 50% + nanas
matang 50% + gula 100% dan selai dari nanas matang 100% + gula 100%
paling disukai panelis.
3. Pada parameter rasa sampel selai yang terbuat dari nanas mengkal 100%
+ gula 100% dan nanas mengkal 50% + nanas matang 50% + gula 100%
tidak disukai panelis. sedangkan sampel Nanas matang 50% + nanas
mengkal 50% dan gula 50% lebih disukai panelis.
4. Pada parameter kemudahan oles, panelis tidak menyukai selai yang
terbuat dari nanas mengkal 100% + gula 100% dan nanas mengkal 50% +
nanas matang 50% + gula 100%, namun panelis lebih menyukai selai dari
nanas matang 50%+nanas mengkal 50%+gula 50%.
5. Secara overall selai nanas yang terbuat dari nanas mengkal 100% + gula
100% dan nanas mengkal 50% + nanas matang 50% + gula 100% tidak
disukai panelis, namun panelis lebih menyukai selai dari nanas matang
50%+nanas mengkal 50%+gula 50%.
6. Selai buah yang bermutu baik dengan rasa dan aroma yang harum adalah
selai dari campuran buah antara buah yang masih setengah matang
dengan buah yang sudah matang.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kulitas selai nanas adalah tingkat
kematangan buah nanas, konsentrasi gula yang ditambahkan dan lama
pemasakan buah.
Dari hasil praktikum ACARA II Pembuatan Selai Nanas dapat
disimpulkan:
1. Selai atau jam adalah produk makanan yang kental atau setengah
padat yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55
bagian berat gula.
2. Pada parameter warna sampel 178 yang terbuat dari 100% nanas matang
dengan penambahan gula 100% merupakan sampel yang paling disukai
oleh panelis sedangkan sampel 503 yang terbuat dari nanas mengkal 100%
dengan penambahan gula 100% paling tidak disukai panelis.
3. Pada parameter rasa sampel 178 yang terbuat dari 100% nanas matang
dengan penambahan gula 100% dan sampel 572 yang terbuat dari nanas
nanas mengkal 50%+nanas matang 50% dengan gula 50% merupakan
sampel yang paling disukai oleh panelis sedangkan sampel 503 yang
terbuat dari nanas mengkal 100% dengan penambahan gula 100% paling
tidak disukai panelis.
4. Sampel 503 (nanas mengkal 100% dengan penambahan gula 100%)
memiliki kemudahal oles yang paling buruk, sedangkan sampel 178 (100%
nanas matang dengan penambahan gula 100%) merupakan sampel yang
paling disukai panelis karena kemudahan olesnya yang baik.
5. Pada parameter overall sampel 503 berbeda nyata dengan semua sampel,
sampel 283, 641 dan 901 tidak berbeda nyata akan tetapi berbeda nyata
dengan sampel lain, sampel 572 berbeda nyata dengan sampel lain, sampel
178 juga berbeda nyata dengan sampel lain.
6. Sampel 503 merupakan sampel yang paling tidak disukai panelis, sampel
283, 641 dan 901 agak tidak disukai panelis, sampel 572 agak disukai
panelis, sedangkan sampel 503 merupakan sampel selai yang paling
disukai panelis.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas selai buah adalah tingkat
kematangan buah, kandunga pektin, asam, konsentrasi gula dan lama
pemasakan.