sejarah perkembangan perawatan pasien dengan kebutuhan khusus

Upload: alifia-rizqi

Post on 08-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kebutuhan khusus

TRANSCRIPT

SEJARAH PERKEMBANGAN PERAWATAN PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUSMAKALAH

oleh

Alifia Rizqi Pratama D.

NIM 122310101025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

SEJARAH PERKEMBANGAN PERAWATAN PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUSMAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Perawatan Pasien dengan Kebutuhan KhususDosen Mata Kuliah: Ns. Latifa Aini S., M.Kep, Sp.Kep. Kom

oleh

Alifia Rizqi Pratama D.

NIM 122310101025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Sejarah Perkembangan Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan KhususMenurut Kemenkes 2010, anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. Beberapa jenis, antara lain tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna daknsa, tuna laras, gangguan jiwa dan tuna grahita. Pendidikan luar biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Selain itu pendidikan luar biasa juga berarti pembelajaran yang dirancang khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik. Pendidikan luar biasa akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat diakomodasikan dalam program pendidikan umum. Secara singkat pendidikan luar biasa adalah program penbelajaran yang disiapakan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa.Pada zaman Renaissance anak-anak tuna daksa (cripple) disebut sebagai setan yang disejajarkan dengan mahluk jahat dan tidak pantas untuk diberi hidup. Dr. Willian John Little merupakan seorang ahli ilmu kedokteran yang pertama kali tertarik meneliti dan menolong anak-anak yang menunjukkan gejala spastik diplegia pada tahun 1861 yang diikuti oleh Sigmund Freud (1883) dan Sir William Osler (1889). Pada masa-masa lalu, pendidikan merupakan hak istimewa di seluruh dunia. Sekarang ini, sebagian besar anak-anak di negara-negara maju telah memiliki hak untuk mengikuti sekolah. Bangsa-bangsa tersebut telah mengimplementasikan pendidikan wajib atau wajib belajar (compulsory education) di berbagai tingkatan. Pemerintah diharuskan untuk mempersiapkan pendidikan, sedangkan para orang tua diharuskan mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah. Anak-anak perempuan dan laki-laki, kaya dan miskin, dan anak-anak dengan seluruh kemampuan dan latar belakang tiba di sekolah setiap pagi. Keanekaragaman anakanak seperti ini membutuhkan para guru yang terampil dan para profesional lainnya sebuah tantangan bagi kita semua.

Di berbagai bangsa, anak-anak yang cacat sekarang menjadi bagian dari sistem pendidikan publik dan memiliki hak memperoleh pendidikan publik yang bebas dan memadai. Anak-anak yang memiliki bakat khusus dan talenta secara historis telah diikutsertakan dalam perbincangan tentang pendidikan kebutuhan khusus, sementara program-program untuk anak-anak berbakat tidaklah seuniversal program bagi anak-anak yang berkelainan (cacat). Dewasa ini, anakanak yang berkebutuhan khusus meliputi mereka penyandang cacat/keterbelakangan mental (tunagrahita), berkesulitan komunikasi, berkesulitan belajar, penyimpangan perilaku, cacat penglihatan (tunanetra), cacat pendengaran (tunarungu), cacat fisik dan kesehatan (tuna daksa), berbakat dan kreatif, atau suatu kombinasi dari cacat ganda dan/atau talenta khusus.Istilah pendidikan khusus secara tradisional dikaitkan dengan anak-anak yang tidak mampu, cacat atau memiliki kesulitan. Namun demikian ruang lingkup pendidikan berkebutuhan khusus telah meluas hingga melibatkan anak-anak yang berbakat atau bertalenta atau bahkan anak-anak dari budaya yang berbeda dan berbicara dengan bahasa yang berbeda. Banyak buku yang ada serta publikasi tentang pendidikan khusus di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggeris, Kanada dan Australia memasukkan kedua kelompok anak-anak tersebut. Ruang lingkup yang lebih luas dari bidang ini juga telah menerima kemampuan saling merubah dari terminologi seperti pendidikan berkebutuhan khusus dan pendidikan khusus.

Pendidikan khusus tumbuh dari suatu kesadaran awal bahwa beberapa anak membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari pendidikan yang tipikal atau biasa agar dapat mencapai potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat ditelusuri di Eropa pada tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya terpisah untuk mendidik anak-anak penyandang cacat. Salah seorang pionir tersebut bernama Jean-Marc-Gaspard Itard, seorang dokter berkebangsaan Perancis dianggap sebagai bapak pendidikan berkebutuhan khusus. Karya Itard yang paling penting adalah usahanya untuk menolong yang biasa disebut anak laki-laki liar dari Aveyron, yang ditemukan di hutan Perancis pada tahun 1799 dan kemudian diberi nama Victor. Ia kemungkinan menderita cacat/keterbelakangan mental dan terkucil dari lingkungan. Itard mengajari Victor semua hal yang dipelajari anak-anak normal dari keluarga mereka dan di sekolah. Victor belajar berbicara beberapa patah kata, berdiri tegak, makan dengan piring dan peralatan makan lainnya, dan berinteraksi dengan orang-orang lain melalui teknik yang dtelah dirancang dengan hati-hati. Itard merekam rincian teknik yang digunakan serta filosofi yang relevan dengan kemajuan Victor. Banyak dari teknik-teknik tersebut masih digunakan hingga hari ini.

Seorang pionir lainnya dalam bidang pendidikan khusus adalah Edouard Seguin, seorang murid Itard. Ia menerbitkan sebuah thesis pendidikan khusus yang pertama. Perlakuan Mental, Kesehatan dan Pendidikan bagi Idiot dan Anak-anak Terbelakang (The Moral Treatment, Hygiene, and Education of Idiots and Other Backward Chidren) pada tahun 1846. Setelah pindah ke Amerika Serikat, ia membantu dalam mendirikan Asosiasi Petugas Medis Lembaga-lembaga Amerika bagi penyandang Keterbelakangan Mental (Idiots) dan Orang- orang Lemah Mental (Association of Medical Officers of American Institutions for Idiots and Feebleminded Persons) pada tahun 1876. Organisasi ini kemudian menjadi Persatuan Amerika bagi Kelemahan Mental (the American Association on Mental Deficiency/AAMD) dan selanjutnya berubah menjadi Persatuan Cacat/Keterbelakangan Mental Amerika (the American Association on Mental Retardation/AAMR), merupakan asosiasi profesional yang terbesar dan tertua dalam bidang cacat/ keterbelakangan mental.Lembaga-lembaga residensial didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar anak-anak penyandang cacat terbanyak di awal tahun 1800-an. Kelas-kelas pendidikan khusus di sekolah umum mulai bermunculan di kota-kota besar di akhir abad ke-19, misalnya, kelas bagi anak-anak tunadaksa di sekolah umum Chicago pada tahun 1900 (Lian, 1999). Namun demikian, hanya 12 persen dari seluruh anak-anak dan pemuda penyandang cacat yang memperoleh instruksi pendidikan khusus di tahun 1948 (Ballard, Ramirez, & Weintraub, 1982). Tidak sedikit anak-anak penyandang cacat lainnya yang mungkin dapat berfungsi hingga tingkatan tertentu di komunitas rumahnya sementara yang lainnya dipaksa untuk masuk lembaga-lembaga terpisah.Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa pada akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di Indonesia sejarah perkembangan luar biasa dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia, (1596 1942 ) meraka memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi barat. Untuk pendidikan bagi anakanak penyandang cacat di buka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra, tuna grahita tahun 1927 dan untuk tuna rungu tahun 1930. Ketiganya terletak di kota Bandung. Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan yang pertama mengenai pendidikan. Mengenai anak- anak yang mempunyai kelainan fisik atau mental, undang undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan ( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu anak anak tersebut ( pasal 8) yang mengatakan semua anak anak yang sudah berumur 6 tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan belajar disekolah sedikitnya 6 tahun dengan ini berlakunya undang undang tersebut maka sekolah sekolah baru yang khusus bagi anak anak penyandang cacat. Termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras, sekolah ini disebut sekolah luar biasa.

Berdasarkan urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing masing katagori kecacatan SLB itu dikelompokan menjadi :

a. SLB bagian A untuk anak tuna netra

b. SLB bagian B untuk anak tuna rungu

c. SLB bagian C untuk anak tuna grahita

d. SLB bagian D untuk anak tuna daksa

e. SLB /bagian E untuk anak tuna laras

f. SLB bagian F untuk anak tuna ganda

Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar bisa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.

Pada tahun 1946 berdiri Rehabilitasi Centrum (RC) di Surakarta oleh Prof. Dr. Soeharso. Kemudian berkembang dengan didirikan YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) pada tanggal 5 Februari 1953 oleh Prof. Dr. Soeharso yang memusatkan perhatian pada bidang perawatan anak cacat tubuh, aspek sosial, dan pendidikan bagi anaka tunadaksa. Pada tanggal 8 Agustus 1954 dibuka sekolah YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) mulai daritingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Rakyat yang sekarang telah berubah nama menjadi Sekolah Dasar (mulai dari kelas 1 hingga kelas 6). Kemudian tahun 1970 didirikan SMP YPAC dan pada tahun 1977 didirikan SMP LB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa).Pada bidang pendidikan telah terjadi perubahan layanan pendidikan berintegrasi dengan anak normal dalam kelas dan sekolah. Konsep pendidikan baru ini dimulai di Scandinavia (1968), kemudian berkembang di Amerika Serikat lalu diikuti oleh negara negara lain. Bentuk bentuk pendidikan integrasi dilihat dari bentuk pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a. Integrasi penuh (integrasi fungsional)

ALB dapat mengikuti seluruh bidang studi di kelas anak anak normal, tetapi mereka hanya mendapatkan pelayanan khusus dalam aspek mengatasi jenis dan tingkat kecacatannya.

b. Integrasi sebagian (integrasi sosial)

Sebagian bidang studi dapat diikuti bersama sama anak normal di kelas biasa dan sebagian diikuti di kelas sendiri, mereka tetap mendapatkan pelayanan khusus untuk mengatasi masing masing jenis dan tingkat kelainan yang disandang.

c. Integrasi lokasi (integrasi lingkungan fisik)

ALB dididik bersama sama dalam satu gedung yang menjadi satu dengan anak anak normal, tetapi dalam pelajaran bidang bidang studi semuanya terpisah dalam ruangan yang berbeda. Mereka hanya berada satu lokasi dengan anak normal pada saat saat istirahat, upacara, dan kegiatan lain yang sejenis. (M. Amin, 1994)

Konsep pendidikan terpadu diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1978 yang bertujuan khusus untuk anak tuna netra. Indonesia Menuju Pendidikan inklusi Secara formal dideklarasikan pada tanggal 11 agustus 2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk mempersiapkan pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang cacat anak. Setiap penyandang cacat berhak memperolah pendidikan pada semua sektor, jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 6 ayat 1). Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Pasal 6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat).

Sejak tahun 2001, pemerintah mulai uji coba perintisan sekolah inklusi seperti di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 12 sekolah didaerah Gunung Kidul dan di Provinsi daerah Khusus Ibukota Jogyakarta dengan 35 sekolah. Pada sekolah sekolah reguler yang dijadikan perintis itu memang diuntukkan anak-anak lambat belajar dan anak-anak sulit belajar sehingga perlu mendapat pelayanan khusus. Karena masih dalam tahap rintisan sampai sekarang belum ada informasi yang berarti dari sekolah-sekolah tersebut. Menurut Prof. Dr. Fawzie Aswin Hadi (Universitas Negeri Jakarta) mengisahkan sekolah Inklusi (SD. Muhamadiyah di Gunung Kidul) sekolah ini punya murid 120 anak, 2 anak laki-laki diantaranya adalah Tuna Grahita, dua anak ini dimasukan oleh kedua ibunya ke kelas I karena mau masuk SLBC lokasinya jauh dari tempat tinggalnya yang di pegunungan.Di Indonesia telah dilakukan Uji coba dibeberapa daerah sejak tahun 2001, secara formal pendidikan inklusi dideklarasikan di Bandung tahun 2004 dengan beberapa sekolah reguler yang mempersiapkan diri untuk implementasi pendidikan inklusi. Awal tahun 2006 ini tidak ada tanda-tanda untuk itu, informasi tentang pendidikan inklusi tidak muncul kepada publik, isu ini tenggelam ketika isu menarik lainnya seperti biaya operasional sekolah, sistem SKS SMA dan lain-lain. Sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus di bagi menjadi 2 macam yaitu: (1) Sekolah Luar Biasa ( SLB ), yaitu sekolah yang dirancang khusus anak-anak berkebutuhan dari satu jenis kelainan.di indonesia kita mengenal bermacam- macam SLB,antara lain: SLB bagian A ( khusus untuk anak tuna netra), SLB bagian B ( khusus untuk anak tuna rungu), SLB bagian C ( khusus untuk anak tuna grahita), SLB bagian D ( khusus untuk anak tuna daksa), SLB bagian E ( khusus untuk anak tuna laras), SLB bagian G ( khusus untuk tuna ganda) Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD.SMP,hingga lanjutan dan (2) Sekolah Dasar Luar Biasa ( SDLB), yaitu bentuk persekolahan ( layanan pendidikan) bagi anak berkebutuhan khusus hanya satu jenjang pendidikam SD. Selain itu siswa SDLB tidak hanya tetdiri dari satu jenis kelainan saja,tetapi bisa dari berbagai jenis kelainan. Misalkan dalam satu unit SDB dapat menerima siwa tuna netra,tuna rungu,tuna daksa, bahkan siswa autis.

DAFTAR PUSTAKAJohnsen, Berit H. Pengenalan Sejarah Pendidikan Kebutuhan Khusus Menuju Inklusi - Sebuah Konteks Norwegia dan Eropa. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 melalui web http://www.idp-europe.org/docs/uio_upi_inclusion_book/9 Pengenalan_Sejarah_Pendidikan_Kebutuhan.php

Pandji, Dewi. 2013. Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs. PT. Gramedia : Jakarta

Simarmata, Sesilia Gloria. 2013. Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus. Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Tuslina, Tina. 2012. Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 melalui web http://www.kompasiana.com/tanamilmu/perkembangan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia_55107ad1a33311273bba8243

SOAL

1. Di berbagai bangsa, anak-anak yang cacat sekarang menjadi bagian dari sistem pendidikan publik dan memiliki hak memperoleh pendidikan publik yang bebas dan memadai. Maka dari itu seorang pionir dari Eropa pada tahun 1700-an memiliki keinginan untuk mendidik anak-anak penyandang cacat. Pionir yang juga seorang dokter berkebangsaan Perancis yang dianggap sebagai bapak pendidikan berkebutuhan khusus tersebut bernama...a. Jean-Marc-Gaspard Itardb. Betty Neumanc. Florence Nightingaled. Hildegard E. Peplaue. RufaidahJawaban: A2. Pendidikan luar biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

1. Fisik

2. Emosional

3. Mental

4. SosialJawaban: E

3. Bentuk bentuk pendidikan integrasi dilihat dari bentuk pelaksanaannya adalah....1. Integrasi Penuh

2. Integrasi Sebagian

3. Integrasi Lokasi

4. Integrasi Fisik

Jawaban: A

4. Integrasi penuh (integrasi fungsional) adalah..a. ALB dapat mengikuti seluruh bidang studi di kelas anak anak normal, tetapi mereka hanya mendapatkan pelayanan khusus dalam aspek mengatasi jenis dan tingkat kecacatannyab. Sebagian bidang studi dapat diikuti bersama sama anak normal di kelas biasa dan sebagian diikuti di kelas sendiri, mereka tetap mendapatkan pelayanan khusus untuk mengatasi masing masing jenis dan tingkat kelainan yang disandang.

c. ALB dididik bersama sama dalam satu gedung yang menjadi satu dengan anak anak normal, tetapi dalam pelajaran bidang bidang studi semuanya terpisah dalam ruangan yang berbeda. Mereka hanya berada satu lokasi dengan anak normal pada saat saat istirahat, upacara, dan kegiatan lain yang sejenis.d. Pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

e. Pendidikan bagi peserta didik yang normal

Jawaban: A

5. Murid dari Itard menerbitkan sebuah thesis pendidikan khusus yang pertama. Perlakuan Mental, Kesehatan dan Pendidikan bagi Idiot dan Anak-anak Terbelakang (The Moral Treatment, Hygiene, and Education of Idiots and Other Backward Chidren) pada tahun 1846 diterbitkan oleh...a. Edouard Seguin b. Betty Neumanc. Florence Nightingaled. Hildegard E. Peplaue. RufaidahJawaban: A6. Sekolah umum bagi anak tunadaksa di Chicago didirikan pada tahun...

a. 1900

b. 1901

c. 1902

d. 1903

e. 1904

Jawaban: A7. Thesis pendidikan khusus yang pertama berjudul Perlakuan Mental, Kesehatan dan Pendidikan bagi Idiot dan Anak-anak Terbelakang (The Moral Treatment, Hygiene, and Education of Idiots and Other Backward Chidren) dirilis pada tahun...a. 1846b. 1000c. 1900d. 1800e. 1700Jawaban: A

8. Lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra dan tuna grahita didirikan tahun a. 1927b. 1800c. 1900d. 1999e. 1992Jawaban: A 9. Lembaga untuk tuna rungu pertama didirikan pada tahuna. 1930b. 1800c. 1900d. 1500e. 1999 Jawaban: A10. Lembaga tuna netra, tuna grahita dan tuna rungu didirikan pertama kali di kota... a. Bandungb. Surabayac. Rutengd. Balikpapane. MedanJawaban: A