sejarah pemeliharaan al-qur'an

9
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Al-Quran merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia terpelihara dan terjamin sepanjang zaman. Al-Quran turun kepada Nabi Saw. tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak zaman Nabi diangkat menjadi Rasul dan berakhir pada masa menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-Quran belum sempat dibukukan seperti adanya sekarang, karena Al-Quran sendiri secara keseluruhan ketika itu belum selesai diturunkan 1 . Meskipun demikian, upaya pemeliharaan ayat-ayat Al-Quran pada masa itu tetap berjalan. Setiap kali Nabi selesai menerima ayat-ayat Al-Quran yang diwahyukan kepadanya, Nabi lalu memerintahkan kepada para shahabat tertentu untuk menuliskannya di samping juga menghafalnya. Penulisan ayat-ayat al-Quran tidaklah Seperti mana yang kita saksikan sekarang. Selain karena mereka belum mengenal alat-alat tulis, al-Quran hanya ditulis pada kepingan- kepingan tulang, pelepah korma, atau batu-batu tipis, sesuai dengan peradaban masyarakat waktu itu. Tulisan yang akan dituangkan ini mengupas tentang sejarah penulisan dan pemeliharaan Al-Qur’an yang secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat masa ; Pencatatan al-qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar as-syidiq, penulisan al-qur’an pada masa Utsman bin Affan dan pencetakan al-qur’an pada abad ke-17 masehi. 1 اﻟزرﻗﺎن, اﻟﺷﯾﺦ ﻣﺣﻣد ﻋﺑد اﻟﻌظﯾم. ﻣﻧﺎھل. اﻟﻘﺎھرة: داراﻟﺳﻼم, 2010. Hal. 199

Upload: ayah-fatih

Post on 09-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Al-Quran merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan

komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab otentik dan

unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia

terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.

Al-Quran turun kepada Nabi Saw. tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur

dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak zaman Nabi diangkat menjadi Rasul dan

berakhir pada masa menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-Quran belum sempat

dibukukan seperti adanya sekarang, karena Al-Quran sendiri secara keseluruhan ketika itu belum

selesai diturunkan1.

Meskipun demikian, upaya pemeliharaan ayat-ayat Al-Quran pada masa itu tetap berjalan.

Setiap kali Nabi selesai menerima ayat-ayat Al-Quran yang diwahyukan kepadanya, Nabi lalu

memerintahkan kepada para shahabat tertentu untuk menuliskannya di samping juga

menghafalnya. Penulisan ayat-ayat al-Quran tidaklah Seperti mana yang kita saksikan sekarang.

Selain karena mereka belum mengenal alat-alat tulis, al-Quran hanya ditulis pada kepingan-

kepingan tulang, pelepah korma, atau batu-batu tipis, sesuai dengan peradaban masyarakat waktu

itu.

Tulisan yang akan dituangkan ini mengupas tentang sejarah penulisan dan pemeliharaan

Al-Qur’an yang secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat masa ; Pencatatan al-qur’an

pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar as-syidiq, penulisan al-qur’an pada masa

Utsman bin Affan dan pencetakan al-qur’an pada abad ke-17 masehi.

1 ,الزرقان .الشیخ محمد عبد العظیم العرفانمناھل . :القاھرة Hal. 199 .2010 ,دارالسالم

Page 2: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengumpulan Al-Quran

Dalam sebagian besar literatur yang memebahas tentang ilmu- ilmu Al-Qur’an, istilah yang

dipakai untuk menunjukkan arti pemeliharaan, penulisan, pembukuan, atau kodifikasi Al-Qur’an

adalah القرانجمع “Jam’ulQur’an” yang artinya pengumpulan Al- Qur’an. Sementara, hanya sebgian

kecil literatur yang memakai istilah بةالقراانكتا “Kitabat Al-Qur’an” artinya penulisan al- qur’an serta

القرانتدوین “ Tadwin Al- Qur’an” artinya Pembukuan Al-Qur’an.

Yang dimaksud dengan pengumpulan Al-qur’an (jam’ul qur’an) oleh para ulama adalah

salah satu dari 2 pengertian berikut:

1. Pengumpulan dalam arti Haffazhahu (mengahafalnya dalam hati). Jumma’ul Qur’an artinya

huffazhuhu (para penghafal, yaitu orang yang menghafalka dalam hatinya).

2. Pengumpulan dalam arti kitabu kullihi (penulisan Al-Qur’an semuanya) baik dengan

memisah- misahkan ayat- ayat dan surat- suratnya atau menertibkan ayat- ayatnya semata

dan setiap surat ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menertibkanayat-ayat dan

surat-suratnyadalam lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat.

Apabila kita mencermati maksud dua pengertian diatas, sesungguhnya istilah- istilah yang

mereka gunakan memiliki maksud yang sama, yaitu proses penyampaian wahyu yang turun, oleh

Rasulullah kepada para sahabat, pencatatan atau penulisanya sampai dihimpun catatan-catatan

tersebut dalam 1 mushaf yang utuh dan tersusun secara tertib.

Secara garis besar, pengumpulan Al-qur’an dilakukan 2 periode, yaitu periode Rasulullah

dan periode khulafaur rasyidin2. Pengumpulan dalam arti الصدورفيالجمع (penghafalannya dalam

hati) inilah makna yang dimaksudkan dalam firman Allah dalam surat al-Qiyamah [75]: 16-19.

2 ,الزرقان .الشیخ محمد عبد العظیم .مناھل العرفان :القاھرة Hal. 193 .2010 ,دارالسالم

Page 3: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

3

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat(menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu)dan (membuatmu pandai) membacanya.. apabila Kami telah selesai membacakannya Makaikutilah bacaannya itu.. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”

Sedangkan pengumpulan yang terjadi pada masa nabi pun dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati dan mengamalkan

Penghimpunan al-qur’an dalam dada ini (dengan cara menghafal ) telah di buktikan

Rasulullah sendiri, baik itu mengulang hafalannya dalam shalat ataupun diluar shalatagar tetap

terjaga.Kedatangan wahyu merupakan sesuatu yang dirindukan Nabi. Oleh karena itu, begitu

wahyu datang, Nabi langsung menghapal dan memahaminya. Dengan demikian, Nabi adalah

orang yang paling pertama menghapal Al-Quran3. Dan setelah itu, beliau membacakannya kepada

sahabat dan ummatnya sejelas mungkin dan memerintahkan kepada mereka untuk dapat

menghafal dan memantapkannya (menjaga didalam dada). Para sahabat begitu semangat dalam

mempelajari, membaca dan menghafalnya. Selain itu para sahabat juga mengajarkan pada anak

istrinya. Oleh karena itu para sahabat yang hafal al-qur’an banyak sekali.

2) Pengumpulan dalam dokumen dengan cara menulis pada kitab, atau diwujudkan dalam

bentuk ukiran.

Demi pemeliharaan al-qur’an, selain al-qur’an dihafal,ia juga ditulis pada pelepah kurma,

pohon, daun, kulit,tulang dan lainnya. Para penulis al-qur’an diantaranya adalah khulafaurasyidin

dan para sahabat lainnya. Bahkan di antar mereka ada yang mempunyai mushaf khusus, seperti

mushaf Ali, mushaf ibnu mas’ud dan lain-lainnya.

Penghimpunan al-qur’an pada masa Rasulullah ini tidak di lakukan secara utuh dalam

bentuk mushaf, diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut;

1. Al-qur’an diturunkan tidak sekaligus dan terpisah-pisah. Tidaklah mungkin untuk dihimpun

secara keseluruhannya sebelum wahyu selesai diturunkan.

2. Susunan ayat dan surat tidak berdsarkan urutan turunnya al-qur’an pada Rasulullah.

3. Masa turunnya al-qur’an yang terakhir dengan wafatnya rasulallah sangat pendek.

4. Sebagian ayat ada yang di mansukh.

2.2 Sejarah Pengumpulan Al- Qur’an (Jam’ul Qur’an)

Adapun sejarah pengumpulan Al-Qur’an terbagi atas 2 periode, yaitu:

3 ,الصالح .الدكتور صبحي .مباحث في علوم القرآن :بیروت Hal.65 .1977 ,دار العلم للمالیین

Page 4: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

4

2.2.1 Pengumpulan Al- Qur’an Pada Masa Nabi

Pengumpulan Al-Qur’an pada masa nabi, dikategorikan menjadi dua bagian. Yaitu,

pengumpulan dalam konteks hafalan dan pengumpulan dalam konteks penulisanya.

a) Pengumpulan Al-Qur’an Dalam Konteks Hafalan

Al-Qur’anul Karim turun kapada Nabi yang ummi (tidak bisa baca-tulis). Karena itu,

perhatian nabi hanyalah untuk sekadar menghafal dan mengayatinya agar ia dapat menguasai Al-

Qur’an persis sebagaimana halnya Al-Qur’an diturunkan. Allah berfirman “Dia-lah yang mengutus

kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya

kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan

sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(Q. S Al-Jum’ah : 2)

Biasanya, orang yang ummi itu mengandalkan kekuatan hafalan dan ingatanya. Mereka sangat

dalam hafalan serta daya pikirnya begitu terbuka. Upaya-upaya tersebut dengan cara yang

sederhana yaitu Nabi Menghafal Ayat-ayat itu dan menyampaikannya kepada para sahabat yang

kemudian juga menghafalnya sesuai dengan yang disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan

Umat Islam dalam upaya pemeliharaan Al-Qur’an adalah mencatat atau menuliskannya dengan

persetujuan Nabi4.

Pada masa Nabi, terdabat banyak penghafal Al- Qur’an dari kalangan sahabat. Banyak pula

pendapat dan riwayat yang menyebutkan tentang jumlah penghafalnya dengan berbagai versi.

Pendapat yang mengatakan 70 orang, berdasarkan kitab Ash-Shahih tentang peperangan Sumur

ma’unah disebutkan bahwa para sahabat yang terbunuh pada peperangn itu mendapatkan gelar

Al- Qurra (para pembaca dan penghafal al- qur’an) mereka semua berjumlah 70 orang.

Pada masa Rasulullah masih hidup, Al-Quran dipelihara sedimikian rupa, sehingga cara

yang paling terkenal untuk memelihara Al-Quran adalah dengan menghafal dan menulisnya.

Rasulullah memerintahkan agar para sahabat yang pandai menulis segera menuliskan ayat-ayat Al-

Quran yang telah dihafal oleh mereka.

Penulisan tersebut diurut sesuai dengan perintah Rasulullah. Diantara sahabat yang

diperintahkan untuk menulis ayat-ayat Al-Quran adalah:

1) 4 sahabat terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali

2) Muawiyah bin Abu Sufyan

3) Abani bin Sa’id

4 ,أرقردان .صالح الدین علوم القرآن للسیوطيمختصر اإلتقان في . -بیروت :لبنان Hal. 66 .1987 ,دار النفأس

Page 5: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

5

4) Khalid bin Walid

5) Ubay bin Ka’ab

6) Zaid bin Tasabit

7) Tsabit Bin Qoisy5

Disamping itu sahabat-sahabat terkemuka yang menghafal Al-Quran menurut hadits yang

diriwatkan Bukhari adalah:

1) Mu’az bin Jabal

2) Ubay bin Ka’ab

3) Zaid bin Tsabit

4) Abu Zaid bin Sukun

Dari keterangan- keterangan ini jelaslah bagi kita bahwa para penghafal al- quran dimasa

Rasulullah saw amat banyak jumlahnya, dan bahwa berpegang pada hafalan dalam penukilan

sesuatu dimasa itu termasuk ciri khas umat ini. Ibnu Al Jazari, sebagai seorang Syaikh para

penghafal pada masanya menyebutkan, “Pengumpulan Al-quran dengan berpegang pada hafalan

bukan pada tulisan dan kitab merupakan salah satu jenis keistimewaan yang diberikan Allah

kepada umat ini.”

b) Pengumpulan Al-Qur’an Dalam Konteks Penulisan

Dalam rangka menjaga kemurnian Al- quran, selain ditempuh lewat jalur hafalan, juga

dilengkapi dengan tulisan. Rasulullah mengangkat para penulis wahyu Al- quran dari sahabat-

sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, menurut riwayat, para

penulis beliau 26 orang, bahkan ada yang meriwayatkan 42 orang.

Para penulis wahyu yang sekian banyak itu sebagian ada yang tetap khusus mencatat

wahyu- wahyu yang diturunkan. Dan sebagian ada yang ditetapkan hanya untuk sementara waktu

saja. Setiap turun ayat Allah Quran, beliau memerintahkan kepada mereka untuk menulisnya

dalam rangka memperkuat catatan dan dokumentasi dalam kehati- hatian beliau terhadap kitab

Allah. Adapun cara mereka menulis Al- quran adalah menggunakan pelepah- pelepah kurma,

kepingan batu, kulit atau daun kayu, tulang binatang dsb.

Para ulama sepakat bahwa pengumpulan Al-Quran adalah tauqifi (menurut ketentuan)

artinya susunanya sebagaimana yang kita lihat sekarang ini6. Telah disebutkan bahwa Jibril A.s. bila

membawakan sebuah atau beberapa ayat kepada nabi, ia mengatakan,”Hai Muhammad!

5 ,الزرقان .الشیخ محمد عبد العظیم .مناھل العرفان :القاھرة Hal. 198 .2010 ,دارالسالم

6 ,أرقردان .صالح الدین .مختصر اإلتقان في علوم القرآن للسیوطي -بیروت :لبنان Hal.72 .1987 ,دار النفأس

Page 6: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

6

Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk menempatkanya pada urutan ke sekian

surat...” Demikian pula halnya Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat,”Letakkanlah pada

urutan ini.”

Penulisan masa ini, belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan beberapa faktor,

yakni: Pertama, tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al-quran menjadi satu

mushaf mengingat Rasulullah masih hidup dan banyaknya sahabat yang menghafal al- qurandan

sama sekali tidak ada unsur- unsuryang diduga akan mengganggu kelestarian Al-qur’an. Kedua, al-

qur’an diturunkan secara berangsur angsur, maka suatu hal yang logis bila Al-quran bisa dibukukan

dalam satu mushaf setelah Nabi Saw wafat. Ketiga selama proses turun al-quran, masih terdapat

kemungkinanadanya ayat- ayat al-quran yang mansukh.

2.2.2 Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Al-Qur’an di zaman Nabi belumlah dihimpun menjadi satu, sebab Nabi belum

memerintahkanya dan menjaga apabila turun wahyu lagi yang akan diterimanya. Setelah

Rasulullah saw wafat. Estafet dakwah dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini,

pengumpulan dilakukan dalam dua periode, yaitu : Abu Bakar Ash- Siddiq dan Utsman bin Affan7.

a) Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar

Pada dasarnya, seluruh Al-Quran sudah ditulis pada wktu Nabi masih ada. Hanya saja, pada

saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. Dan orang yang pertama

kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-Siddiq

Kaum muslimin melakukan konsensus untuk mengangkat Abu Bakar Al-Siddiq sebagai

khalifah sepeninggalan Nabi Saw. Pada awal masa pemerintahan Abu Bakar, terjadi kekacauan

akibat ulah Musailamah al- Kazzab beserta pengikut- pengikutnya. Mereka menolak membayar

zakat dan murtad dari islam. Pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid segera menumpas gerakan

ini. Peristiwa tersebut terjadi di Yamamah tahun 12 H. Akibatnya banyak sahabat yang gugur,

termasuk 70 orang yang diyakini telah hafal Al- qur’an.

Kejadian tersebut dikritisi oleh Umar bin Khattab. Ia khawatir peristiwa yang serupa akan

terulang kembali. Sehingga semakin banyak golongan huffadz yang gugur. Bila demikian,”masa

depan” Al- qur’an menjadi terancam. Maka muncul ide kreatif Umar yang disampaikan kepada

Abu Bakar Al- Siddiq untuk segera mengumpulkan tulisan- tulisan Al- qur’an yang pernah ditulis

pada masa Nabi.Semula Abu Bakar keberatan atas usul Umar. Tetapi Umar berhasil meyakinkanya.

7 ,الصالح .الدكتور صبحي .مباحث في علوم القرآن :بیروت Hal. 69 .1977 ,دار العلم للمالیین

Page 7: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

7

Maka dibentuklah sebuah tim yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan

mandat dan tugas suci tersebut.

Pada mulanya, Tsabit pun merasa keberatan, akan tetapi dapat pula diyakinkan. Abu Bakar

memerintahkan Zaid bi Tsabit, melihat kedudukanya dalam masalah qiraat, hafalan, penulisan,

pemahaman dan kecerdasanya serta kehadiranya pada pembacaan yang terakhir kali. Zaid bin

Tsabit memulai dengan bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra’dan catatan yang

ada pada para penulis8.

Kemudian lembaran-lembaran itu disimpan abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun 13 H,

lembaran-lembaran itu berpindah ke tangan Umar selaku khalifah kedua dan tetap berada di

tanganya hingga ia wafat. Kemudian mushaf itu berpindah ke tangan Hafsah, puteri Umar.

Dari rekaman sejarah diatas, maka dapat diketahui bahwa Abu Bakar Al-shiddiq adalah

orang pertama yang memerintahkan penghimpunan Al-qur’an, Umar bin Khatab adalah pelontar

idenya, serta Zaid bin Tsabit adalah pelaksana pertama yang melakukan kerja besar penulisan Al-

qur’an secara utuh dan sekaligus menghimpunya kedalam satu mushaf, bahkan dalam

pembahasan Al-mushohaf, Imam Abu Daud dengan sanad yang hasan dari Abdu Khoir, ia berkata

bahwa saya telah mendengar ‘Ali bin Abi Thalib berkata : “Orang yang paling banyak mendapatkan

pahala dari penyusunan mushaf adalah Abu Bakar, semoga Allah senantiasa merahmati Abu Bakar,

beliau lah orang yang pertama mengumpulkan Al-Qur’an”9

Adapun karakteristik penulisan al-qur’an pada masa Abu Bakar iniadalah :

1) Seluruh ayat Al-qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf

2) berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.

3) Meniadakan ayat- ayat yang telah mansukh.

4) Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatiranya.

5) Dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qiraat) sebagaimana yang

dinukil berdasar riwayat yang benar- benar sahih.

Demikianlah singkatnya riwayat Al- qur’an ketika dikumpulkan dan dihimpun menjadi

sebuah naskah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke 11 H.

8 ,أرقردان .صالح الدین .مختصر اإلتقان في علوم القرآن للسیوطي -بیروت :لبنان Hal. 67 .1987 ,دار النفأس

9 ,أرقردان .صالح الدین .مختصر اإلتقان في علوم القرآن للسیوطي -بیروت :لبنان Hal. 69 .1987 ,دار النفأس

Page 8: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

8

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan materi Jam’ul Quran yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa,

Jumma’ul Qur’an artinya huffazhuhu (para penghafal, yaitu orang yang menghafalka dalam

hatinya), sedangkan dalam arti kitabu kullihi (penulisan Al-Qur’an semuanya) baik dengan

memisah- misahkan ayat- ayat dan surat- suratnya atau menertibkan ayat- ayatnya semata dan

setiap surat ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menertibkanayat-ayat dan surat-

suratnyadalam lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat.

Dalam hal ini, sejarah pengumpulan Al-Quran terbagi atas dua periode, yaitu: Pertama,

pengumpulan Al- Qur’an pada masa Nabi. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi, dikategorikan

menjadi dua bagian. Yaitu, pengumpulan dalam konteks hafalan dan pengumpulan dalam konteks

penulisanya.

Dalam konteks hafalan, Nabi Menghafal Ayat-ayat itu dan menyampaikannya kepada para

sahabat yang kemudian juga menghafalnya sesuai dengan yang disampaikan Nabi. Upaya kedua

yang dilakukan Umat Islam dalam upaya pemeliharaan Al-Qur’an adalah mencatat atau

menuliskannya dengan persetujuan Nabi.

Dalam rangka menjaga kemurnian Al- quran, selain ditempuh lewat jalur hafalan, juga dilengkapi

dengan tulisan. Rasulullah mengangkat para penulis wahyu Al-quran dari sahabat-sahabat

terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, menurut riwayat, para penulis

beliau 26 orang, bahkan ada yang meriwayatkan 42 orang.

Para penulis wahyu yang sekian banyak itu sebagian ada yang tetap khusus mencatat

wahyu-wahyu yang diturunkan. Dan sebagian ada yang ditetapkan hanya untuk sementara waktu

saja. Setiap turun ayat Allah Quran, beliau memerintahkan kepada mereka untuk menulisnya

dalam rangka memperkuat catatan dan dokumentasi dalam kehati-hatian beliau terhadap kitab

Allah. Adapun cara mereka menulis Al-Quran adalah menggunakan pelepah-pelepah kurma,

kepingan batu, kulit atau daun kayu, tulang binatang dsb.

Periode kedua adalah pada masa Khulafaur Rasyidin, yaitu pada masa Abu bakar dan

Utsman. Terdapat perbedaan motif atau hal yang melatarbelakangi pengumpulan Al-Quran di

periode sahabat Nabi.

Perbedaan motif Abu Bakar dan Utsman dalam pengumpulan teks Al-Qur’an adalah; Abu

Bakar melaksanakan upaya pengumpulan catatan-catatan ayat Al-Qur’an yang berceceran karena

peristiwa Yamamah yang menelan banyak korban dari kalangan penghafal Al-Qur’an.

Page 9: Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an

9

DAFTAR PUSTAKA

,أرقردان .صالح الدین .مختصر اإلتقان في علوم القرآن للسیوطي -بیروت :لبنان .1987 ,دار النفأس

,الزرقان .الشیخ محمد عبد العظیم .مناھل العرفان :القاھرة .2010 ,دارالسالم

,الصالح .الدكتور صبحي .مباحث في علوم القرآن :بیروت .1977 ,دار العلم للمالیین

Amal, Taufiq Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2011.

H.Rusdi Khalid. Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Makassar: Alauddin Universiti Press. 2011.

Hasbi Ash Shiddieqy.Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- Qur’an/Tafsir.Jakarta: Bulan Bintang.

Anwar.Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Pekanbaru: AMZAH. 2002.

Muh. Gufron,dkk.Ulumul Qur’an. Yogyakarta: TERAS. 2013.

Rosihon Anwar. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. 2007.