studi qur'an
DESCRIPTION
Ululmul QuranTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini tidak dibiarkan begitu
saja. Dia memberi petunjuk berupa kitab-kitab samawi melalui para Nabi dan
Rasul-Nya untuk dijadikan sebagai pegangan hidupnya. Salah satu kitab samawi
tersebut ialah al-Quran, merupakan sumber utama ajaran Islam dan berfungsi
sebagai petunjuk yang sebaik-baiknya dalam hidup dan kehidupan dan memberi
kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
Mumin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.1
Begitu pula Allah SWT menganugerahkan akal pikiran kepada manusia
sebagai kunci untuk memperoleh petunjuk terhadap segala hal. Di dalam al-
Quran terdapat banyak ayat yang telah menganjurkan dan mendorong umat
manusia agar mempergunakan akal pikirannya untuk menemukan rahasia-
rahasia Allah yang ada di alam fana ini.2 Begitu juga dengan ayat-ayat yang
menyerukan manusia untuk memperhatikan, merenung dan memikirkan
penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun diantara keduanya. Diantara
ayat-ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu Q.S Ali Imran ayat 190-
191.
Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah
dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang
terbentang di alam semesta. Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam,
langit dan bumi. Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat
1 QS. al-Isra: 9.
2 Mohammad Nor Ichwan, Tafsir Ilmy: Memahami al-Quran melalui Pendekatan Sains
Modern (Yogyakarta: Menara Kudus Jogja, 2004), hal. 235.
-
2
manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu
penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Sebab itulah dibutuhkannya proses pendidikan yang berupaya
mengarahkan manusia agar memiliki ketrampilan untuk dapat mempergunakan
akal tersebut dalam hal kebaikan. Dengan menggunakan akal pikiran diharapkan
ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui dan masih tersembunyi akan
dapat terkuak, yang pada akhirnya dapat dikembangkan guna kepentingan
masyarakat luas. Karena pada hakikatnya, pendidikan adalah upaya sadar dan
terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar
tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif,
berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No. 20 tahun 2003).3
Pengajaran pun dipahami bukan semata persoalan menceritakan. Belajar
bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak
peserta didik. Proses ini memerlukan keterlibatan mental dan kerja peserta didik
sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar
yang langgeng. Dan yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng
hanyalah kegiatan belajar aktif.4
Strategi pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik inilah
yang akan membawa pembelajaran ke dalam suasana yang lebih demokratis,
adil, manusiawi, memberdayakan, menyenangkan, menggairahkan,
menggembirakan, membangkitkan minat belajar, merangsang timbulnya
inspirasi, imajinasi, kreasi, inovasi, etos kerja dan semangat hidup. Dengan cara
ini, maka seluruh potensi manusia dapat tergali dan teraktualisasikan dalam
kehidupan yang pada gilirannya dapat menolong dirinya untuk menghadapi
berbagai tantangan hidup di era modern yang penuh persaingan.5
3 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 4. 4 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta Didik Aktif (Bandung:
Nuansa, 2012), hal. 9. 5 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), hal.
3.
-
3
Karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui peran akal peserta
didik dan kemudian memberdayakannya dalam pendidikan maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Tentu agar tercapainya visi dan misi pendidikan itu
sendiri, yakni menciptakan manusia sempurna (insan kamil) sebagaimana
dijelaskan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka maka dapat ditemukan
permasalahan yang terkait dengan seruan al-Quran kepada akal sebagai peran
penting dalam pembelajaran, baik dari pihak pendidik maupun peserta didik,
yang kemudian dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Q.S Ali Imran ayat 190-191?
2. Bagaimana peran akal dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191?
3. Bagaimana relasi peran akal dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191 dengan
strategi pembelajaran aktif (active learning)?
C. Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan memaknai tentang:
1. Penafsiran Q.S Ali Imran ayat 190-191
2. Peran akal dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191
3. Relasi peran akal dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191 dengan strategi
pembelajaran aktif (active learning)
-
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. QS. Ali Imrn Ayat 190-191
1. Redaksi Ayat QS. Ali Imrn Ayat 190-191
2. Terjemah QS. Ali Imrn Ayat 190-191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS.Ali Imrn: 190-191)
3. Tafsir Ayat
Dalam kitab Lubbut Tafsir Min Ibni Katsr ayat tersebut dimaknai,
bahwa Allah SWT. berfirman,
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. Artinya, yaitu pada
ketinggian dan keluasan langit dan juga pada kerendahan bumi serta
kepadatannya. Dan juga tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terdapat pada
ciptaan-Nya yang dapat dijangkau oleh indera manusia pada keduanya (langit
dan bumi), baik yang berupa; bintang-bintang, komet, daratan dan lautan,
pegunungan, dan pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanaman, buah-buahan,
binatang, barang tambang, serta berbagai macam warna dan aneka ragam
makanan dan bebauan.
dan silih bergantinya malam dan siang.
Yakni, silih bergantinya, susul menyusulnya, panjang dan pendeknya.
-
5
Terkadang ada malam yang lebih panjang dan siang yang pendek. Lalu
masing-masing menjadi seimbang. Setelah itu, salah satunya mengambil
masa dari yang lainnya sehingga yang terjadi pendek menjadi lebih panjang,
dan yang diambil menjadi pendek yang sebelumnya panjang.
Semuanya itu merupakan ketetapan Allah Yang Maha Perkasa lahi
Maha Mengetahui. Oleh karena itu Allah SWT berfirman,
Terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal (ul al-bb). Yaitu mereka yang mempunyai akal yang sempurna
lagi bersih, yang mengetahui hakikat banyak hal secara jelas dan nyata.
Mereka bukan orang-orang tuli dan bisu yang tidak berakal. Kemudian
Allah menyifatkan tentang ul al-bb, Allah SWT. berfirman tentang mereka,
.
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan
sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam
keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).6
Kemudian Allah menyifatkan tentang ul al-bb, firman-Nya,
(Yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.7
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim dari
Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu, maka lakukanlah sambil duduk, jika kamu tidak mampu, maka lakukanlah sambil berbaring.
6 QS. Yusuf: 105-106
7 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, terj. M. Abdul Ghoffar, et.al (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafii, 2004), hal. 104-105. 8 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 4 (Beirut: Dar el-Fikr, 1981), hal 273.
-
6
Maksudnya, mereka tidak putus-putus berdzikir dalam semua keadaan,
baik dengan hati maupun dengan lisan mereka.
dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi. Maksudnya, mereka memahami apa
yang terdapat pada pada keduanya (langit dan bumi) dari kandungan hikmah
yang menunjukkan keagungan al-Khaliq (Allah), kekuasaan-Nya, keluasan
ilmu-Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya, juga rahmat-Nya.
Dan di sisi lain Allah SWT. memuji hamba-hamba-Nya yang beriman,
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi. Yang mana mereka berkata Ya
Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Artinya,
Engkau tidak menciptakan semuanya ini dengan sia-sia, tetapi dengan penuh
kebenaran, agar Engkau memberikan balasan kepada orang-orang yang
beramal buruk terhadap apa-apa yang telah mereka kerjakan dan juga
memberikan balasan orang-orang yang beramal baik dengan balasan yang
lebih baik (surga). Kemudian mereka menyucikan Allah dari perbuatan sia-
sia dan penciptaan yang bathil seraya berkata, Mahasuci
Engkau. Yakni dari menciptakan sesuatu yang sia-sia.
Maka peliharalah kami dari siksa api neraka. Maksudnya, wahai Rabb
yang menciptakan makhluk ini dengan sungguh-sungguh dan adil. Wahai
Dzat yang jauh dari kekurangan, aib dan kesia-siaan, peliharalah kami dari
adzab neraka dengan daya dan kekuatan-Mu. Dan berikanlah taufik kepada
-
7
kami dalam menjalankan amal shalih yang dapat mengantarkan kami ke
surga serta menyelamatkan kami dari adzab-Mu yang sangat pedih.9
B. Peran Akal dalam QS. Ali Imrn Ayat 190-191
Melalui pemahaman yang dilakukan para mufassir terhadap ayat di atas,
akan dapat dijumpai peran dan fungsi akal secara lebih luas. Objek-objek yang
dipikirkan akal dalam ayat tersebut adalah al-khalq yang berarti batasan dan
ketentuan yang menunjukkan adanya keteraturan dan ketelitian. as-samwt
yaitu segala sesuatu yang ada di atas kita dan terlihat dengan mata kepala. Al-
ardl, yaitu tempat dimana kehidupan berlangsung di atasnya. Ikhtilaf al-lail wa
al-nahar, artinya pergantian siang dan malam secara beraturan. Al-ayah artinya
dalil-dalil yang menunjukkan adanya Allah dan kekuasaannya.10
Orang yang mau menggunakan akal/pikirannya adalah orang yang
beruntung. Dia akan mudah untuk menentukan sebuah pendidikan yang akan
ditempuh dan sesuai dengan kemampuannya. Dia akan mempunyai pengetahuan
yang luas, sehingga dia mempunyai hablun min Allah dan hablun min al-ns
yang tinggi.11
Kata akal yang sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata aql
aqala-yaqilu-aqlan yang berarti habasa
(menahan, mengikat), berarti juga ayyada (mengokohkan), serta arti
lainnya fahima (memahami). Lafadz aql juga disebut dengan al-qalb
(hati). Disebut ql (akal) karena akal itu mengikat pemiliknya dari
kehancuran. Maka orang yang berakal (qil) adalah orang-orang yang
dapat menahan amarahnya dan mengendalikan hawa nafsunya, karena dapat
9 Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir, hal. 106.
10 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 2 (Mesir: Mustofa al-Bab al-Halabi,
t.th), hal. 160. 11
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hal. 161.
-
8
mengambil sikap dan tindakan yang bijaksana dalam menghadapi persoalan
yang dihadapi.12
Selain itu dalam al-Quran terkadang kata akal diidentikkan dengan kata
lubb jamaknya al-albb. Sehingga kata ul al-bb dari ayat di atas dapat
diartikan orang-orang yang mempunyai akal dan selalu tadzakkur yakni
mengingat (Allah), dan tafakkur, memikirkan (ciptaan Allah), mengingat dalam
keadaan apapun. Dengan melakukan dua hal tersebut, ia sampai kepada hikmah
yang berada di balik proses mengingat (tadzakkur) dan berpikir (tafakkur), yaitu
mengetahui, memahami dan menghayati bahwa dibalik fenomena alam dan
segala sesuatu yang ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta, Allah
SWT.13
Dengan dzikir mengingat Allah dan menyebut keagungan-Nya, hati
akan menjadi tenang. Dengan ketenangan, pikiran akan menjadi cerah bahkan
siap untuk memperoleh limpahan ilham dan bimbingan Illahi.14
C. Keterkaitan Ayat dengan Pendidikan
1. Peran Akal dalam Pendidikan
Pemahaman terhadap potensi berpikir yang dimiliki akal sebagaimana
tersebut sebelumnya, memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan.
Hubungan tersebut antara lain terlihat dalam merumuskan tujuan pendidikan.
Pembagian tujuan pendidikan ini antara lain; ranah (domain) kognitif, afektif
dan psikomotorik. Tiap-tiap ranah dapat dirinci lagi dalam tujuan-tujuan yang
lebih spesifik yang hierarkis. Ranah kognitif dan afektif tersebut sangat erat
kaitannya dengan fungsi kerja dari akal. Dalam ranah kognitif terkandung
fungsi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan
mengevaluasi.15
Fungsi-fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi akal pada
aspek berpikir (tafakkur). Sedangkan dalam ranah afektif terkandung fungsi
memerhatikan, merespon, menghargai, mengorganisasi nilai, dan
12
Kafrawi Ridwan dan M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), hal. 197. 13
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan: Tafsir al-Ayat al-Tarbawi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), hal. 131. 14
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah dalam Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hal. 294.
15 Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 50.
-
9
mengkarakterisasi.16
Fungsi-fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi akal pada
aspek mengingat (tadzakkur), sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Orang yang mampu mempergunakan fungsi berpikir yang terdapat pada
ranah kognitif dan fungsi mengingat yang terdapat pada ranah afektif adalah
termasuk ke dalam kategori ul al-bb. Orang yang demikian itulah yang
akan berkembang kemampuan intelektualnya, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta emosialnya, dan mampu mempergunakan semuanya itu
untuk berbakti kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Manusia yang
demikian itulah yang harus menjadi rumusan tujuan pendidikan, dan
sekaligus diupayakan untuk mencapainya dengan sungguh-sungguh.
Dalam Islam, seorang peserta didik dikenal dengan istilah thlib. Kata
thlib berasal dari akar kata thalaba-yathlubu yang berarti
mencari dan menuntut. Sehingga seorang anak peserta didik adalah seorang
thlib yang selalu merasa gelisah untuk mencari dan menemukan
ilmu dimanapun dan kapanpun. Kegelisahan tersebut tidak selesai atau
terobati meskipun ilmu itu sudah ditemukan, akan tetapi kegelisahan berubah
menjadi ketidakpuasan dengan apa yang sudah diterima (never ending
process).17
Sehingga tidak ada kamus menunggu untuk diberi akan tetapi
menjemput untuk mendapatkan dan meraih (peran aktif). Pemahaman ini
sangatlah penting sehingga ada upaya yang berjalan secara terus menerus dan
tidak henti-hentinya pada diri anak untuk selalu berubah, berevolusi dan
berinovasi. Perubahan yang dimaksud tentunya untuk berubah dalam
pengertian positif.18
Dari sini dapat dipahami, bahwasanya peserta didik tidak hanya
dipandang sebagai obyek atau sasaran pendidikan tetapi ia juga sebagai
subyek atau pelaku pendidikan. Perlakuan ini diperlukan agar anak didik
secara langsung dapat berinteraksi dengan masalah-masalah pendidikan dan
16
Nasution, Asas-asas Kurikulum, hal. 50. 17
Soelaiman Joesoef dan Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial (Surabaya: Usaha
Nasional, t.th), 14. 18
Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po
PRESS, 2007), 123.
-
10
melibatkan diri dalam proses pemecahannya. Selain itu ia juga ikut secara
aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga ia dapat berkembang daya
kreatifitasnya ke tingkat yang lebih optimal.19
Dengan cara demikian, para peserta didik tidak hanya mengetahui,
memahami, menghayati dan mengamalkan tentang sesuatu, melainkan
mengetahui, memahami dan melakukan pula tentang cara-cara untuk
mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tersebut (proses).20
2. Strategi Pembelajaran Aktif / Active Learning
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan peserta didik.
Guru yang mengajar, pseserta didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan
sebagai mediumnya.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan
belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dan pada
intinya, merupakan kegiatan terencana secara sistematik yang ditujukan
untuk menggerakkan peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar
dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Dengan langkah yang strategis,
maka akan menimbulkan dampak yang luas dan berkelanjutan. Karena itu,
strategi dapat pula disebut sebagai langkah cerdas.21
Terdapat salah satu strategi pembelajaran yang difokuskan pada
pelibatan fisik, intelektual dan emosional peserta didik secara optimal dalam
rangka member pengertian, pemahaman dan ketrampilan dalam mengetahui
(to know), mengerjakan (to do), menginternalisasikan dalam diri (to be), dan
menggunakannya dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(to life toghether), yaitu cara belajar peserta didik aktif (CBSA)/ active
learning.22
19
Triyo Supriyatno dan Muhammad Samsul Ulum, Tarbiyah Quraniyyah (Malang: UIN Malang Press, 2006), hal. 72.
20 Abuddin Nata, Perspektif Islam, hal. 218.
21 Abuddin Nata, Perspektif Islam, hal. 208.
22 Abuddin Nata, Perspektif Islam, hal. 217.
-
11
Strategi ini dikenalkan pertama kali oleh Melvin L. Silberman atas
modifikasi dan perluasan kata-kata bijak milik Konfusius, yang mana
difahami;23
Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan sengan
beberapa kolega/teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat,
diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Apa
yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.
Berdasarkan hasil modifikasi dan penyempurnaan pernyataan Konfius
di atas, dapat dipahami bahwa active learning ini menghendaki peran serta
peserta didik yang tidak hanya mendengar, melainkan juga melihat supaya
lebih paham walaupun sedikit, mendiskusikannya agar memahami atau
mendalami, melakukannya agar memperoleh pengetahuan dan
mengajarkannya agar menguasainya. Dari sini, jelas bahwa strategi
pembelajaran aktif sangat relevan dengan nilai-nilai karakter, seperti:24
a. Rasa ingin tahu (mendengar dan melihat supaya lebih paham)
b. Komunikatif (mendiskusikannya agar memahami atau mendalami)
c. Tanggung jawab (melakukannya agar memperoleh pengetahuan)
d. Kepedulian sosial (mengajarkannya agar menguasainya)
Dalam pembelajaran, kegiatan mengajar tidak dapat dilepaskan dari
belajar, sebab keduanya merupakan dua sisi dari sebuah mata uang. Mengajar
merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar peserta didik belajar
(aktif).25
Maka dengan pembelajaran aktif, sebagaimana yang dijelaskan
Suyadi sebagai segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik berperan secara aktif dalam bentuk interaksi antar peserta didik ataupun
peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Bonwell dalam buku milik Suyadi, pembelajaran aktif
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:26
23
Melvin L. Silberman, Active Learning, hal. 23. 24
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, hal. 35. 25
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 131. 26
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, hal 36-37.
-
12
a. Menekankan proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh
guru. Tidak sekedar transfer of knowledge (transfer ilmu pengetahuan),
melainkan lebih ke transfer of values (transfer nilai).
b. Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan
materi pembelajaran.
d. Peserta didik lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis dan
melakukan evaluasi daripada sekedar menerima teori dan menghafalnya.
e. Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada
proses pembelajaran.
Pembelajaran ber-CBSA meerupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja
guru. Hampir dapat dikatakan bahwa guru profesional diduga berkemampuan
dalam mengelola pembelajaran berkadar CBSA tinggi. Faktor-faktor penentu
kegiatan pembelajaran efektif berupa:
a. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan nilai
yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
b. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi
pelajaran, urutan dan cara mempelajarinya.
c. Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan
kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dll.
d. Karakteristik peserta didik, mencakup karakteristik perilaku masukan
kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dll.
e. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan
pembelajaran, kompetensinya dalam tekhnik pembelajaran, kebiasaannya,
pengalaman kependidikannya, dll.27
f. Karakteristik bahan / alat pembelajaran.
Dari keenam faktor tersebut dapat diketahui bahwa penentu utama
pembelajaran ber-CBSA adalah guru yang memahami kelima karakteristik
27
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 132.
-
13
faktor yang lain. Guru dengan bimbingannya akan berperan sebagai narator,
informator, inspirator, fasilitator, dinamisator, katalisator dan motivator.28
Pembelajaran ber-CBSA dapat dilakukan oleh guru dengan Pendekatan
Ketrampilan Proses (PKP), yaitu anutan pengembangan ketrampilan-
ketrampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan dasar yang telah ada dalam diri peserta didik. Dengan PKP
peserta didik akan; a) memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat
pengetahuan, b) memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan
dan merasa senang/ enjoy, dan c) memperoleh kesempatan belajar proses
memperoleh dan memproduk ilmu pengetahuan. Dengan demikian PKP
berinteraksi timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam pembelajaran.29
Dengan penerapan CBSA, peserta didik diharapkan akan lebih mampu
mengenal dan mengambangkan kapasitas belajar dan potensi yang
dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber
belajar yang terdapat di sekitarnya. Selain itu, peserta didik diharapkan lebih
terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan.30
3. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Aktif / Active Learning
Dalam proses belajar mengajar yang mengaktifkan peserta didik,
seorang guru harus memberikan porsi yang lebih besar kepada peserta didik.
Peserta didik tidak hanya diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah selesai
untuk tinggal menghafal, tetapi membutuhkan persoalan-persoalan yang
membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis,
perbandingan, penilaian dan penyimpulan oleh para peserta sendiri. Dalam
strategi belajar mengajar yang demikian, peserta didik berperan aktif, mereka
berperan sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan guru, tetapi
dengan manusia-manusia sumber lain, baik di sekolah maupun di luar
sekolah, dengan sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnya.31
Langkah pembelajaran dengan strategi ini berpegang pada kesepakatan:
28
Abuddin Nata, Perspektif Islam, hal. 218. 29
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hal. 154-155. 30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hal. 117. 31
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),
hal. 33.
-
14
a. Guru sebagai pengelola (manager) dan perancang (design) dari
pengalaman belajar
b. Guru dan peserta didik menerima peran kerja sama (partnership)
c. Bahan-bahan pelajaran yang dipilih berdasarkan kelayakannya
d. Menekankan pada identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar
e. Peserta didik dilibatkan dalam pembelajaran
f. Tujuan ditulis dengan jelas
g. Semua tujuan diukur/dites.
Kemudian guru mulai menyiapkan persiapan pembelajaran di lembar
kerja pembelajaran dalam bentuk format yang berisi bidang studi, sub bidang
studi, pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, alokasi waktu dan
jenjang pendidikan. Setelah itu, guru menyusun rencana kegiatan
pembelajaran, misalnya: a) Guru memberikan apersepsi dan penjelasan
bahasan, b) Peserta didik mendiskusikan jenis-jenis bantuan dan
mengidentifikasi contoh-contoh bantuan yang disediakan.
Tahap selanjutnya, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok;
tiap kelompok terdiri atas 3-4 orang, di dalam tiap kelompok terdapat juru
bicara/koordinator dan notulis lengkap sebagai anggota dengan tugas
mengendalikan jalannya diskusi dan mencatat hasil diskusi. Selanjutnya guru
membagikan lembar tugas pembelajaran, yang telah disiapkan kepada
kelompok-kelompok tersebut untuk didiskusikan. Ketika itu guru terus
mengatasi, memberikan bimbingan, motivasi dan sebagainya agar kegiatan
diskusi pada kelompok-kelompok tersebut dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Berikutnya, guru mempersilakan masing-masing juru bicara untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dalam sidang pleno antar
kelompok, sambil memberikan penguatan terhadap hasil diskusi kelompok,
perbaikan, tambahan informasi, dan sebagainya, dan diakhiri dengan
membantu menyimpulkan. Tahap akhir guru membagikan lembar post test
yang berisi sejumlah pertanyaan yang sudah disiapkan berkaitan dengan topik
yang dibahas dalam diskusi tersebut.32
32
Abuddin Nata, Perspektif Islam, hal. 225-226.
-
15
BAB III
ANALISIS
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa objek dzikir manusia adalah Allah,
sedangkan objek pikirnya adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.
Hal ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu,
sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki
kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki
keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa dengan adanya potensi akal, Allah
menyuruh manusia untuk berfikir. Berfikir adalah kegiatan nafsiah memproses
energi otak, atau menghubungkan kapasitas manusia dengan segala apa yang ingin
manusia ketahui. Fenomena alam raya dengan segala isinya pun dapat digunakan
untuk melatih akal agar mampu merenungkan dan menangkap pesan ajaran yang
terdapat di dalamnya.
Berfikir juga merupakan proses dialektis. Artinya selama kita berfikir, dalam
fikiran kita sendiri terjadi tanya jawab dalam upaya meletakkan hubungan antara
ketahuan kita dengan objek yang ingin kita ketahui dengan jelas. Tanya jawab inilah
33
Jalaludin al-Suyuti, al-Itqan fii Ulumil Quran: Bab al-Nau al-Tsamanuuna fii Thobaqaat al-Mufassiriin (Beirut: Resalah Publisher, 2008), hal. 812.
-
16
yang akan mengembangkan pikiran kita dan selalu berfikir untuk mencari sebuah
jawaban dari pertanyaan. Akal tidak akan berhenti berfikir sebelum ia menemukan
jawaban. Dari sinilah dapat dipahami, bahwa meningkatkan kemampuan akal sama
juga dengan meningkatkan intelektual.34
Dan pada akhirnya, pembelajaran yang
dialogis ini secara tidak langsung akan membentuk peserta didik yang demokratis,
pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas tinggi.
Tersebut istilah ul al-bb dalam al-Quran yang mengisyaratkan orang-orang
Islam yang mempunyai perilaku cendekia dan mempunyai komitmen terhadap ajaran
Islam. Kecendekiaan dan kemuslimannya tercermin dalam kemampuannya
mengamati, menafsirkan dan merespon lingkungan hidupnya dengan sikap kritis,
obyektif dan analisis tanpa kehilangan rasa tanggungjawab dan kesadaran Islamnya.
Ul al-bb mampu melahirkan gagasan-gagasan baru yang kreatif, inovatif dan
cemerlang serta mampu menghayati hubungannya dengan Tuhannya.
Inilah yang mendasari bahwa dalam setiap proses pembelajaran perlu
ditampakkannya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut dalam
bidang pendidikan biasa disebut dengan cara belajar peserta didik aktif (active
learning). Yaitu suatu sistem yang menuntut adanya keterlibatan peserta didik di
dalamnya. Pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan peserta didik memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Dengan pengertian active learning sebagai upaya menciptakan gaya dan pola
belajar mengajar atau pola pembelajaran yang dapat melibatkan interaksi yang tidak
hanya searah dari guru ke peserta didik namun dapat terjalin komunikasi dua arah
dan guru tidak lagi sebagai orang yang mentransfer ilmu melainkan sebagai kawan
(pengarah) kegiatan pembelajaran tersebut. Maka peserta didik tidak hanya duduk
tetapi bisa aktif dengan mau bertanya, mencari, mengomentari, bahkan menjelaskan
menurut apa yang telah dia ketahui dan pahami. Pada akhirnya akan tercipta
pembelajaran yang mempertimbangkan potensi akal peserta didik sehingga terampil
dalam memecahkan berbagai masalah. Disamping itu, juga lebih mendorong peserta
34
Abbas el-Rahman, Pendekatan Pembelajaran (Cara Belajar Peserta Didik Aktif) http://abas-
nr.blogspot.com/2010/01/makalah-cara-belajar-peserta didik-aktif.html. Diakses tanggal 30 Desember
2014.
-
17
didik untuk bersikap terbuka, belajar terus-menerus dan menjadikan belajar sebagai
ibadah.
Strategi Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam pelaksanaannya pun juga
masih mengandung kelemahan, antara lain; membutuhkan sumber daya manusia
(guru) yang profesional, yaitu seorang guru yang selain menguasai secara mendalam
dan komprehensif tentang ilmu yang akan diajarkan, juga memiliki kemampuan
dalam meyampaikan dan menggerakkan para siswa untuk belajar (teaching skill),
dan berkepribadian yang baik.
Begitu pula dari beberapa kasus yang ditemukan dalam pelaksanaannya,
peserta didik bertindak liberal dan kurang menghargai etika dan sopan santun. Anak
yang cerdas, pandai, terampil dan kreatif tidak identik dengan anak yang tidak sopan.
Namun dalam praktiknya agak sulit dibedakan. Terkadang ia menentang perintah
orang tua dengan menanyakan alasan dibalik perintah tersebut. Misalnya pada hal
perintah sembahyang, ia akan menanyakan mengapa harus sembahyang, mengapa
puasa, mengapa begini-begitu, dan seterusnya. Untuk itu, alangkah baiknya nilai-
nilai ajaran akhlak mulia bila dipadukan dalam strategi pembelajaran CBSA.35
Seyogyanya, dengan peran akal manusia sebagai dzikir (dalam keadaan
apapun) dan berfikir (dengan akal), maka diharapkan keduanya akan bermuara pada
ilmu. Dan ilmu tersebut pun untuk kecerdasan akal manusia kembali. Manusia yang
berilmu tidak pernah menyerah, mereka dapat menerima pendapat orang lain.
Apabila salah, mereka wajib memperbaiki. Itulah maksud akan tujuan kesempurnaan
akal, sebagai pengejawantahan kecerdasan spiritual (spiritual quotient) seseorang.
35
Abuddin Nata, Perspektif Islam, hal. 222-223.
-
18
BAB IV
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Penafsiran Q.S Ali Imran ayat 190-191 menunjukkan bahwa Allah menegaskan
kepada umat manusia dengan memberikan perumpamaan ciri-ciri orang yang
dinamai-Nya ul al-bb, yakni: (a) orang orang yang memiliki akal yang murni
baik laki-laki maupun perempuan yang merenungkan tentang fenomena alam
raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan
kekuasaan Allah Swt. (b) Orang-orang yang terus mengingat Allah dengan
ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil
berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi,
dan (c) Orang-orang setelah melihat dan memikirkan itu semua, mereka berkata
sebagai kesimpulan terhadap ciptaan-Nya, yakni Tuhan kami tiadalah Engkau
menciptakan alam raya dan segala isinya dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak.
2. Orang yang berakal (qil) adalah orang-orang yang dapat menahan
amarahnya dan mengendalikan hawa nafsunya, karena dapat mengambil sikap
dan tindakan yang bijaksana dalam menghadapi persoalan yang dihadapi. Selain
itu dalam al-Quran terkadang kata akal diidentikkan dengan kata lubb jamaknya
al-albb. Sehingga kata ul al-bb dapat diartikan orang-orang yang mempunyai
akal dan selalu tadzakkur yakni mengingat (Allah), dan tafakkur, memikirkan
(ciptaan Allah), mengingat dalam keadaan apapun.
3. Relasi peran akal dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191 dengan strategi
pembelajaran aktif (active learning), yaitu bahwa dalam setiap proses
pembelajaran perlu ditampakkannya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
dengan adanya keterlibatan peserta didik di dalamnya, dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif terlibat secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional dengan harapan peserta didik dapat memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
-
19
DAFTAR PUSTAKA
al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 4. Beirut: Dar el-Fikr, 1981.
al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi, Juz 2. Mesir: Mustofa al-Bab al-
Halabi, t.th.
al-Quran al-Karim.
al-Suyuti, Jalaludin. al-Itqan fii Ulumil Quran: Bab al-Nau al-Tsamanuuna fii
Thobaqaat al-Mufassiriin. Beirut: Resalah Publisher, 2008.
Basuki dan M. Miftahul Ulum. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN
Po PRESS, 2007.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Ibrahim R. dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta,
1996.
Joesoef, Soelaiman dan Slamet Santoso. Pengantar Pendidikan Sosial. Surabaya:
Usaha Nasional, t.th
L. Silberman, Melvin. Active Learning 101 Cara Belajar Peserta Didik Aktif.
Bandung: Nuansa, 2012.
Muhammad, Abdullah bin. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, terj. M. Abdul Ghoffar, et.al.
Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafii, 2004.
Nasution, Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2009.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan: Tafsir al-Ayat al-Tarbawi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2002.
Nor Ichwan, Mohammad. Tafsir Ilmy: Memahami al-Quran melalui Pendekatan Sains Modern. Yogyakarta: Menara Kudus Jogja, 2004.
Ridwan, Kafrawi dan M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002.
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah dalam Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 2. Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Supriyatno, Triyo dan Muhammad Samsul Ulum. Tarbiyah Quraniyyah. Malang: UIN Malang Press, 2006.
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013.
Syaodih, Nana. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
Abbas el- Rahman, Pendekatan Pembelajaran. Cara Belajar Peserta Didik Aktif.
http://abas-nr.blogspot.com/2010/01/makalah-cara-belajar-peserta didik-
aktif.html. Diakses tanggal 30 Desember 2014.