sddrain

54
` BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus air di permukaan bumi terjadi secara terus- menerus mulai dari penguapan hingga presipitasi. Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil penguapan air laut, begitu juga dengan wilayah Kota Probolinggo yang air segarnya didapatkan dalam bentuk hujan. Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi), yang kemudian menjadi air tanah. Jika tidak ada lagi lahan sebagai tempat untuk menampung air, seperti di kota-kota besar yang kebanyakan lahannya sudah dikembangkan untuk pengembangan infrastruktur kota, maka infiltrasi hanya sedikit saja yang terjadi. Sehingga air hujan hanya bisa mengalir di atas permukaan tanah (surface runoff) dengan volume yang besar, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya banjir. Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Namun s ecara umum, drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. WILDA AZMIA NAUFALA | 3311 100 068 1

Upload: wilda-azmia-naufala

Post on 22-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Perencanaan sistem drainase perkotaan

TRANSCRIPT

`

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangSiklus air di permukaan bumi terjadi secara terus-menerus mulai dari penguapan hingga presipitasi. Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil penguapan air laut, begitu juga dengan wilayah Kota Probolinggo yang air segarnya didapatkan dalam bentuk hujan. Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi), yang kemudian menjadi air tanah. Jika tidak ada lagi lahan sebagai tempat untuk menampung air, seperti di kota-kota besar yang kebanyakan lahannya sudah dikembangkan untuk pengembangan infrastruktur kota, maka infiltrasi hanya sedikit saja yang terjadi. Sehingga air hujan hanya bisa mengalir di atas permukaan tanah (surface runoff) dengan volume yang besar, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya banjir.Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Namun secara umum, drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.Untuk mengalirkan air hujan diperlukan suatu saluran dengan dimensi tertentu sehingga air hujan dapat tertampung secara keseluruhan. Selain itu juga diperlukan bangunan-bangunan untuk mendukung pengaliran air hujan tersebut. Sebagai dasar sebelum merencanakan sistem Drainase diperlukan pengetahuan mengenai analisis hidrologi. Untuk keperluan analisis hidro-ekonomis dalam perencanaan sistem drainase di Kota Probolinggo, maka diperlukan data-data hidrologis daerah tersebut, seperti keadaan demografi, tata guna lahan, keadaan topografi, keadaan geografi dan sebagainya.Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang berada di sebelah timur Kota Surabaya. Kota Probolinggo memiliki potensi ekonomi yang cukup besar karena terletak sangat dekat dengan Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi. Namun, potensi ekonomi tersebut harus diseimbangkan dengan adanya perhatian terhadap kondisi lingkungan Kota Probolinggo itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan sebuah perencanaan terpadu mengenai sistem drainase perkotaan di Kota Probolinggo sebagai bahan rekomendasi pembangunan kota yang sinergis dengan kemajuan ekonomi dan peningkatan populasi.Untuk itu, maka di Kota Probolinggo perlu dilakukan usaha untuk mengalirkan air yang menggenang dengan suatu perencanaan yang baik. Perencanaan suatu sistem drainase merupakan suatu upaya untuk menghindari terjadinya genangan air pada suatu kawasan tertentu yang tidak dapat menyerap air secara optimal dikarenakan pada kawasan atau areal tersebut telah berdiri suatu bangunan baik itu sarana transportasi maupun bangunan gedung, yang dapat mengganggu aktivitas dan sarang penyakit bagi daerah tersebut.

Maksud dan TujuanSistem drainase dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan yang jatuh di suatu daerah ke badan air penerima sehingga di daerah tersebut tidak terjadi genangan yang dapat menyebabkan banjir. Pencegahan banjir ini penting sekali untuk dilakukan karena banjir akan membawa dampak yang sangat tidak menguntungkan. Kehidupan masyarakat akan terganggu, kondisi sanitasi menurun, serta yang terpenting yaitu kesehatan lingkungan menjadi terancam. Bahkan jauh setelah itu banjir pun dapat membawa korban jiwa, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan pangan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup lain termasuk manusiaSejalan dengan maksud tersebut di atas, maka tujuan dari perencanaan sistem drainase ini adalah untuk merencanakan suatu sistem drainase yang benar, khususnya dalam perencanaan ini, yaitu Kota Probolinggo. Dengan sistem drainase yang benar diharapkan beberapa desa atau kelurahan yang rawan akan banjir di Kota Probolinggo dapat teratasi di masa yang akan datang, tujuan yang lain yaitu untuk mengendalikan erosi, untuk konservasi tanah, dan untuk mencegah timbulnya lingkungan yang kurang sehat dengan adanya genangan air/banjir.

Ruang LingkupRuang lingkup dari perencanaan sistem drainase ini adalah sebagai berikut : Dasar teori yang menunjang dalam perhitungan saluran drainase Penentuan daerah pelayanan Analisis hidrologi Perencanaan sistem drainase yang meliputi lay out jaringan drainase, serta penentuan sistem pengaliran Perhitungan beban aliran, yang terdiri dari penentuan blok pelayanan (sub area) dan perhitungan kapasitas aliran (sesuai dengan peta tata guna lahan) Pemilihan bentuk dan jenis bahan saluran Perhitungan dimensi dan elevasi saluran Rencana bangunan lengkap, termasuk pompa dan rumah pompa Gambar-gambar, seperti peta Kota Probolinggo, peta topografi, peta tata guna lahan, peta daerah pelayanan dengan pembagian blok pelayanan, lay out jaringan drainase, profil hidrolis saluran induk dan gambar detail bangunan pelengkap Perhitungan Bill of Quantity (BOQ).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 Pengertian DrainaseMenurut Tim Penyusun Buku Ajar Magister, (2002), secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan drainase kota merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi: pemukiman, kawasan industri, perdagangan, dan fasilitas umum lainnya, sehingga air tersebut tidak mengenangi kota atau menimbulkan dampak negatif lainnya.Menurut Tim Penyusun Buku Ajar Magister, (2002), sistem drainase merupakan suatu sistem pembuangan air yang menggenang pada suatu daerah dimana sistem drainase ini berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air hujan menuju ke badan air penerima dengan aman, sehingga dapat mengendalikan terjadinya banjir. Sistem drainase diperlukan untuk melakukan tindakan teknis dalam mengendalikan :1. Kelebihan air hujan sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap kemungkinankemungkinan adanya : Banjir. Genangan air pada lahan produktif. Erosi pada lapisan tanah.2. Masuknya air dari badan air penerima ke saluran drainase yang umumnya disebut dengan air balik (back water).3. Elevasi permukaan air tanah diusahakan pada lahan produktif agar lapisan tanah di atasnya tidak tergenang.

Jenis-jenis Saluran DrainaseMenurut Tim Penyusun Buku Ajar Magister, (2002), saluran drainase dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain adalah sebagai berikut : Menurut sejarah terbentuknya: Drainase alamiah ( Natural Drainage)Yaitu drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan seperti pelimpah, pasangan batu/beton, gorong- gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi. Drainase BuatanYaitu drainase yang dibuat untuk tujuan tertentu dan memerlukan bangunanbangunan tertentu seperti selokan pasangan batu/beton, goronggorong, pipapipa dan sebagainya. Menurut Konstruksinya Saluran Terbuka Yaitu saluran untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup atau untuk air yang bukan air hujan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Saluran tertutupYaitu saluran yang digunakan untuk aliran air kotor (mengganggu kesehatan) atau untuk saluran yang terletak ditengah kota.Selain jenis di atas, berbagai jenis saluran drainase yang lain adalah: Saluran tahan erosiSebagian besar saluran yang diberi lapisan dan saluran-saluran yang bahan-bahannya merupakan hasil rakitan pabrik dapat menahan erosi dengan baik sehingga dianggap tahan erosi (non erodible). Saluran tanpa lapisan biasanya peka erosi kecuali yang digali pada dasar yang keras misalnya pada sar yang terbuat dari batu.Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan adalah:1. Jenis bahan yang membentuk tubuh saluran, yang menentukan koefisien kekasaran.2. Kecepatan minimum yang diijinkan untuk mencegah pengendapan bila air mengangkut silt atau serpihan kasar lainnya.3. Kemiringan dasar saluran dan kemiringan dinding.4. Jagaan (freeboard)5. Penampang yang paling efisien, ditentukan secara hidrolika maupun secara pendekatan. Saluran peka erosi dengan penggerusan tanpa pengendapan.Perilaku aliran dalam saluran peka erosi (erodible chanel) dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik dan oleh keadaan lapangan yang sangat kompleks dan tidak menentu, sehingga perancangan yang tepat untuk saluran semacam ini pada tingkat pengetahuan sekarang ini sesungguhnya belum sesuai dengan kenyataan. Saluran BerumputAdanya rumput atau tetumbuhan di saluran akan menimbulkan turbulensi yang cukup besar yang berarti adanya kehilangan energi dan hambatan aliran. Namun untk saluran lahan yang dipakai untuk pengairan, adanya lapisan rumput ini sering dipandang menguntungkan dan disukai.Rumput tersebut akan menstabilkan tubuh saluran, mengkonsolidasikan massa tanah di dasar saluran dan mengontrol erosi permukaan dan gerakan butir-butir tanah di sepanjang dasar saluran.

Pola Jaringan DrainasePola jaringan drainase dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:a. SikuUntuk daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari sungai. Dan sungai sebagai saluran pembuangan akhir ditengah kota. Saluran cabang Saluran cabang

Saluran utama Saluran utama

Saluran cabang Saluran cabangGambar 2.1. Pola Jaringan Drainase Model Siku (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

b. PararelSaluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang yang cukup banyak dan pendekpendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluransaluran akan dapat menyesuaikan diri.

Saluran cabang saluran cabang Saluran utama Saluran cabangGambar 2.2 Pola Jaringan Drainase Model Paralel (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

c. Grid IronUntuk daerah dimana sungainya terletak dipinggir kota, sehingga saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.saluran cabang

saluran utamaSaluran pengumpul

Gambar 2.3. Pola Jaringan Drainase Model Grid Iron (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

d. Alamiah Sesuai dengan keadaan alaminya, sesuai dengan kontur tanah dan letak sungainya sebagai saluran pembuangan akhir.

Saluran cabang Saluran cabang

Saluran utama Saluran utama

Saluran cabang Saluran cabang

Gambar 2.4. Pola Jaringan Drainase Model Alamiah (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

e. RadialUntuk daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 2.5. Pola Jaringan Drainase Model Radial (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

f. JaringjaringMempunyai saluransaluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.

Gambar 2.6. Pola Jaringan Drainase Model JaringJaring (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

Susunan dan Fungsi Saluran DrainaseMenurut Tim Penyusun Buku Ajar Magister, (2002), dalam pengertian jaringan drainase, maka sesuai dengan fungsi dan sistem kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan sebagai berikut : Interseptor drain.Saluran interceptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain dibawahnya dan saluran ini dibangun pada bagian yang relatif sejajar dengan garis kontur. Oulet saluran ini terletak di saluran collector atau langsung di natural drainage (drainase alami).

Collector drain.Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari drainase yang lebih kecil dan akhirnya dibuang ke saluran conveyor (pembawa). Conveyor drain.Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membayakan daerah yang dilalui. Letaknya dibagian terendah lembah dari suatu daerah sehingga dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada.

Tata Letak Sistem Jaringan DrainaseSuatu sistem drainase agar dapat berfungsi dengan baik, maka perlu diperhatikan halhal sebagai berikut: Pola arah aliran.Arah aliran dapat ditentukan dengan melihat peta topografinya, yang merupakan natural drainage system yang terbentuk secara alamiah, dan dapat mengetahui toleransi lamanya genangan dari daerah rencana. Situasi dan kondisi fisik kota.Situasi dan kondisi fisik kota yang ada ataupun yang sedang direncanakan perlu diketahui : Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, telepon dan lainlain). Bottle neck yang mungkin ada. Batasbatas derah pemilikan. Letak dan jumlah prasarana yang ada. Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan. Gambaran prioritas daerah secara garis besar.Semua hal diatas dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Penentuan tata letak dari jaringan drainase bertujuan untuk mencapai sasaran sebagai berikut: Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan. Menekan dampak lingkungan negatif. Dapat bertahan lama ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya. Biaya pembangunan rendah.Bentuk dan Jenis Saluran DrainaseBentukbentuk dan jenis saluran yang dipilih, disesuaikan dengan lingkungan setempat, karena itu digunakan tipe saluran air hujan sebagai berikut :a. Saluran tertutupSaluran ini dibuat dari beton tidak bertulang, berbentuk bulat (buis beton) dan diterapkan pada daerah dengan lalu lintas pejalan kaki di daerah itu padat seperti di daerah perdagangan, pusat pemerintahan dan jalan protokol. Sistem pengaliran air dari jalan ke dalam saluran menggunakan street inlet. Pada jarak tertentu dibuat suatu rumusan pemeriksaan atau manhole yang fungsinya selain sebagai sumuran pemeriksaan juga sebagai bangunan terjunan (drop manhole), untuk tiap perubahan dimensi saluran dan pertemuan saluran.b. Saluran terbukaSaluran ini terdiri dari dua bentuk dengan karakteristik berbeda, yaitu: Saluran yang berbentuk segiempat dan modifikasinya. Saluran ini dibuat dari pasangan batu kali atau batu belah dan diterapkan pada daerah dengan ruang yang tersedia terbatas seperti pada lingkungan permukiman penduduk, dimana ambang saluran dapat berfungsi sebagai inlet dari air hujan yang turun pada tribury area. Saluran yang berbentuk trapesium dan modifikasinya. Saluran ini dibuat tanpa pergeseran, diterapkan pada daerah dengan kepadatan dimana ruang yang tersedia masih luas seperti daerah pertanian dan lapangan. Pada bagian tertentu, dilakukan pergeseran bila batas kecepatan maksimum tidak terpenuhi.Adapun beberapa macam bentuk saluran :1. TrapesiumMenyalurkan limbah cair hujan dengan debit besar yang sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil dan digunakan apabila: Selokan terbuka. Tempat memungkinkan (cukup luas).

Gambar 2.7. Bentuk Saluran Trapesium (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

2. SegiempatMenyalurkan limbah cair hujan dengan debit besar yang sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil pada lokasi jalur saluran tidak atau kurang tersedia lahan yang cukup dan digunakan apabila : Debit besar (Q). Selokan terbuka.

Gambar 2.8. Bentuk Saluran Segiempat (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

3.SegitigaMenyalurkan limbah air hujan dengan debit kecil, sampai nol dan banyak endapan dan digunakan apabila : Debit (Q) kecil. Saluran terbuka.

Gambar 2.9 : Bentuk Saluran Segitiga (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).

2.7Jalur SaluranJaringan sistem penyaluran air hujan yang direncanakan harus sesuai dengan keadaan fisik daerah pelayanan dimana jalur saluran air hujan direncanakan sebagian terletak di sebelah kiri dan kanan jalan, diusahakan agar tidak berada di tepi jalan, melainkan berada jauh dan melintas jalan, agar permukiman yang berada di sepanjang jalan tersebut, tidak terpaksa harus membuat jembatan persil karena terlalu mahal. Kapasitas saluran dan perlengkapannya sesuai dengan beban keadaan medan serta sifatsifat hidrolis dimana saluran dan perlengkapannya tersebut ditempatkan.Dalam perencanaan penyaluran air hujan ini digunakan beberapa dasar perencanaan, baik secara teknis maupun hidrolis. Perencanaan secara hidrolis antara lain meliputi prinsipprinsip hidrolika dari suatu pengaliran dalam saluran perencanaan, secara teknis meliputi segisegi teknik yang perlu diperhatikan dalam rencana penyaluran sesuai dengan kondisi topografi daerah perencanaan.

1. Prinsip-Prinsip PengaliranPrinsipprinsip pokok dari perencanaan sistem penyaluran air hujan adalah sedapat mungkin memanfaatkan jalur drainase alamiah sebagai badan air penerima. Selain itu dikenal pula kaidahkaidah pengaliran adalah sebagai berikut:a. Limpasan air hujan dari awal saluran (tribury) selama masih belum berbahaya, dihemat agar ada kesempatan untuk infiltrasi sebesarbesarnya sehingga dapat mengurangi debit limpasan ke bawah aliran dan sekaligus berfungsi sebagai konversi air tanah pada daerah atas (upstream).b. Saluran sebesar mungkin memberikan pengurangan debit limpasannya melalui proses infiltrasi, untuk mengendalikan besarnya profil saluran (debit aliran).c. Kecepatan aliran tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi penggerusan saluran, demikian pula tidak boleh terlalu kecil agar tidak terjadi pengendapan atau pengandalan pada saluran.d. Profil saluran mampu menampung debit maksimum dari pengaliran sesuai dengan PUH yang telah ditentukan. Demikian pula badan air penerimanya.

Analisis Hidrologi Dalam perencanaan saluran drainase ini, maka analisa terhadap aspek hidrologi merupakan hal yang sangat penting. Aspek hidrologi yang meliputi curah hujan, melengkapi data hujan, uji konsistensi, uji homogenitas, penentuan curah hujan ratarata daerah, analisa hujan harian maksimum, metode perhitungan distribusi hujan atau metode perhitungan intensitas hujan dan perhitungan lengkung intensitas hujan.Curah HujanCurah hujan adalah data hidrologi yang paling penting untuk dikumpulkan sebelum perencanaan drainase perkotaan. Dalam perencanaan, data curah hujan digunakan untuk: Perhitungan dimensi saluran, baik yang tertutup maupun yang terbuka. Perhitungan dimensi bangunan-bangunan saluran lintasan. Perhitungan bentang jembatan-jembatan. Perhitungan waduk pengendali banjir.Proses perhitungan berdasarkan analisa hidrologi yang meliputi antara lain: analisa data curah hujan dan perhitungan debit aliran. Setelah debit aliran diketahui maka ditentukan dimensi saluran dan bangunanbangunannya berdasarkan rumusrumus hidrolika.

Jaringan Stasiun Pengamat Curah HujanUntuk mendukung analisa data curah hujan diperlukan stasiun pengamat curah hujan. Jumlah stasiun pengamat curah hujan harus disesuaikan dengan wilayah penyebaran hujan dan topografi wilayahnya. Menurut WHO, dianjurkan mempunyai kerapatan sebagai berikut: Daerah datar beriklim sedang, mediterania dan daerah tropis.Ideal: 1 stasiun untuk 600 km2 900 km2Praktis: 1 stasiun untuk 900 km2 3000 km2 Daerah pegunungan beriklim sedang, mediterania dan tropis.Ideal: 1 stasiun untuk 100 km2 250 km2Praktis: 1 stasiun untuk 250 km2 1000km2 Daerah kering dan daerah kutub.Satu stasiun untuk 1500 10.000km2 dan tergantung kelayakannya.Melengkapi Data Hujan yang HilangMetodemetode yang dipakai untuk melengkapi data hujan yang hilang adalah :a. Cara aritmatika ratarata.Jika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang datanya kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun pengukuran terdekat < 10%, maka data yang hilang dapat diambil dari harga ratarata hitung dari data stasiun terdekat, dan dianjurkan terdapat lebih dari dua stasiun pembanding. Cara aritmatika ratarata dapat dirumuskan sebagai berikut :Rx = 1/n (R1 + R2 +... Rn) .............................................................(1)Dimana :R1, R2...Rn: harga curah hujan ratarata tahunan pada stasiun 1, stasiun 2 hingga stasiun ke n.Rx: curah hujan ratarata dari stasiun x yang datanya akan dilengkapi. N: jumlah stasiun pembanding.

b. Cara rasio normalJika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang datanya kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun pengukuran terdekat > 10%, maka perlengkapan data hujan yang hilang dilakukan menggunakan cara rasio atau pembanding normal yang dirumuskan sebagai berikut :

.................................................(2)Dimana :rx : data hujan yang dicari.Rx : curah hujan ratarata tahunan pada stasiun x yang datanya akan dilengkapi.n : jumlah stasiun pembanding.r1...rn : curah hujan di stasiun 1, 2, 3 sampai ke n.R1....Rn : curah hujan ratarata tahunan pada stasiun 1, 2, 3 sampai stasiun ke n.

c. Cara korelasi.Cara ini digunakan untuk analisa hujan tahunan dengan menggunakan kurva yang menggambarkan korelasi antara tinggi hujan pada stasiun yang datanya hilang dengan stasiun index pada periode (tahun) yang sama.

Tes Konsistensi Data HujanApabila dalam suatu pengamatan data hujan terdapat non homogenitas dan tidaksesuaian (incostency) dapat menyebabkan penyimpangan pada hasil perhitungan. Non Homogenitas dapat disebabkan :1. Pemindahan stasiun pengamat ke tempat baru.2. Perubahan jenis alat ukur.3. Perubahan cara pengukuran.4. Kesalahan observasi sejak tanggal tertentu.5. Perubahan ekosistem akibat bencana (kebakaran, hujan, tanah longsor, dll).6. Dan lain-lain.Konsistensi data hujan diuji dengan cara Garis Massa Ganda (Double Mass Curve Technique). Dengan metode ini dapat juga dilakukan koreksi datanya. Dasar metode ini ialah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari stasiun yang diikuti dengan curah hujan tahunan akumulatif dari jaringan stasiun dasar.Stasiun-stasiun dasar dipilih dari tempat-tempat berdekatan dengan stasiun pengamatan, data-data stasiun dasar harus diuji konsistensinya dan kondisi meteorologis yang sama dengan stasiun pengamatan. Jumlah stasiun dasar sedikitnya adalah 5 buah. Data-data stasiun dasar harus diuji konsistensinya dan kondisi meteorologis yang sama dengan stasiun pengamat. Data-data hujan disusun menurut urutan kronologis mundur, dimulai dengan tahun terakhir. Rumus yang digunakan adalah:

........................................................................(3)Dimana:Rk= curah hujan koreksi di stasiun x. R= curah hujan asli. Fk= faktor koreksi.

Tes HomogenitasUntuk menganalisa satu array data hujan diperlukan homogenitas data. Satu array data hujan dikatakan homogen apabila plotting titik H(N,TR) berada pada kertas grafik homogenitas bagian dalam. Harga TR didapatkan dari persamaan:

................................................................................(4)TR merupakan ordinat, sedangkan absisnya adalah N. N adalah jumlah tahun pada data hujan, dimana :R10 = presipitasi tahunan dengan PUH 10 tahun.R = presipitasi tahunan rata-rata dengan 1 array data.TR = PUHnya R.Untuk mencari R10 dan TR diperlukan persamaan regresi. Apabila plotting H(N,TR) pada kertas grafik homogenitas berada di luar grafik, maka pemilihan array data dapat diubah dengan memotong atau menambah jumlah data stasiun hujan sedemikian hingga titik H(N,TR) berada pada bagian dalam grafik homogenitas. Adapun cara untuk mengubah 1 array data adalah sebagai berikut: Menambah jumlah data-datanya. Menggeser mundur dengan jumlah data yang sama. Mengurangi jumlah, namun cara ini tidak dianjurkan.

Analisis Curah Hujan Rata-rataUntuk merencanakan suatu saluran drainase diperlukan data curah hujan. Curah hujan diperlukan adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan. Jadi bukan curah hujan pada suatu titik tertentu sehingga curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau daerah dan dinyatakan dalam mm.Curah hujan harus diperkirakan dari beberapa titik atau stasiun pengamat curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah pengamatan curah hujan curah dibeberapa titik adalah sebagai berikut :1. Cara Rata-rata Aritmatik.Cara ini merupakan perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan didalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan. Cara ini biasanya digunakan untuk daerah datar dan jumlah penakarnya banyak dan sifat curah hujannya dianggap uniform. Cara rata-rata aritmatik dapat dirumuskan sebagai berikut:R = 1/n (R1 + R2+ ...Rn) ..............................................................(5)Atau

................................................................................(6)Dimana :R1, R2, ... Rn : tinggi hujan masing-masing stasiun.n : jumlah stasiun penakar hujan.2. Cara Poligon Thiessen.Jika titik pengamatan di dalam daearah itu tidak tersebar merata, maka cara perhitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Cara ini dilakukan dengan memasukkan faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun penakar hujan yang disebut faktor pembobot atau koefisien Thiessen. Besarnya faktor pembobot (weighing factor) tergantung dari luas daerah pengaruh yang diwakili oleh stasiun yang dibatasi oleh poligon-poligon yang memotong tegak lurus ada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun (tiap stasiun terletak pada poligon yang tertutup).

(7)

...(8)Dimana :A1, A2, A3, ... An : luas daerah yang mewakili stasiun pengamat.R1, R2, R3, ... Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan.R: curah hujan rata-rata daerah.Cara membuat poligon-poligon adalah sebagai berikut :a. Hubungkan masing-masing stasiun dengan garis lurus sehingga membentuk poligon segitiga.b. Buat sumbu-sumbu pada poligon segitiga tersebut sehingga titik potong sumbu akan membentuk poligon baru.c. Poligon baru ini merupakan batas daerah pengaruh masing-msing stasiun penakar hujan.

Gambar 2.10. Poligon Thiessen (Tim Penyusun Buku Ajar Magister, 2002).Cara Thiessen ini lebih teliti dibandingkan cara aritmatik mean (rata-rata). Namun, penentuan stasiun serta pemilihan ketinggian mempengaruhi ketelitian hasil.

3. Garis IsohyetIsohyet adalah garis yang menunjukkan tempat kedudukan dari harga tinggi hujan yang sama. Isohyet diperoleh dari interpolasi harga tinggi hujan lokal. Misalnya besarnya isohyet sudah diperkirakan, maka besarnya hujan antara dua isohyet adalah:

.......................................................................(9)Pola isohyet berubah dengan harga-harga point rainfall yang tidak tetap, walaupun letak stasiun penakar hujannya tetap. Untuk menghitung luas antara dua isohyet (A1,2) dan luas daerah aliran (A) digunakan planimeter. Rumus hujan rata-rata daerah aliran dapat dihitung sebagai berikut:

............................(10)Dimana :Ai, i+1 : luas daerah antara isohyet I1 dan Ii+1.Ri, i+1 : tinggi hujan rata rata antara isohyet I1 dan I i+1.

Analisis Hujan Harian MaksimumUntuk analisa curah hujan Harian Maksimum (HHM) dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut :

1. Metode Gumbel.Metode ini menyatakan bahwa distribusi dari harga ekstrim (maksimum atau minimum) tahun yang dipilih dari n sampel akan mendekati suatu bentuk batas bila ukuran sampel meningkat. Rumus yang digunakan adalah :

..(11)R: tinggi hujan rata-rata.R : standar deviasi.n & Yn: didapat dari Tabel reduced mean and standar deviation di lampiran.Yt: didapat dari Tabel 6 Reduced Variate pada PUH t tahun.Tabel 2.1. Reduced Variate (Yt) pada PUH t Tahun.PUH = t TahunReduced Variate (Yt)

20,3665

51,4999

102,2502

253,1985

503,9019

1004,6001

Sumber: J, NemecRentang keyakinan (Convidence Interval) untuk harga-harga RT.

..(12)Dimana :Rk : rentang keyakinan (convidence interval, mm/jam).T(a): fungsi .Se : probability error (deviasi).Untuk = 90 % t (a) = 1,64 = 80 % t (a) = 1,282 = 68 % t (a) = 1,000

..(13)

...(14)

..(15)Dimana :N : jumlah data

2. Metode Log Person Type IIIMetode Log Person didasarkan pada perubahan data yang ada dalam bentuk logaritmik. Langkah-langkah perhitungannya :a. Menyusun data-data curah hujan (R) mulai dari harga yang terbesar sampai dengan harga terkecilb. Mengubah sejumlah N data curah hujan ke dalam bentuk logaritma Xi = log Ric. Menghitung besarnya harga rata rata besaran tersebut, dengan persamaan :

..(16)d. Menghitung besarnya harga deviasi rata ratadari besaran logaritma tersebut, dengan persamaan sebagai berikut :

....(17)e. Menghitung harga skew coefficient (koefisien asimetri) dari besaran logaritma di atas:

(18)Kadang-kadang harga Cs disesuaikan dengan besarnya N, sehingga persamaannya menjadi :CSH = Cs . (1 + 8,5 / N) ..(19)f. Berdasarkan harga skew cofficient (Cs) yang diperoleh dan harga periode ulang (T) yang ditentukan, dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel.g. Menghitung besarnya harga logaritma dari masing masing data curah hujan untuk suatu periode ulang T tertentu.

(20)h. Jadi perkiraan harga HHM untuk periode ulang T (tahun) adalah :

atau ..(21)

3. Metode Iwai Kadoyaa. Disebut juga cara distribusi terbatas sepihak (one site finite distribtion).b. Prinsipnya mengubah variabel (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan harian maksimum ke log X atau mengubah kurva distribusi asimetris menjadi kurva distribusi normal.c. Kemungkinan terlampauinya W (x) dengan asumsi data hidrologi distribusi log normal.d. Harga konstanta b > 0, sebagai harga minimum variabel kemungkian (x).e. Agar kurva kerapatan tidak < harga minimum (-b), maka setiap sukunya diambil x + b, dimana harga log (a + b) diperkirakan mempunyai distribusi normal.f. Perhitungan cara Iwai Kadoya adalah variabel normal, dihitung dengan persamaan:

.....................................................................(22)Dimana :

.....................................................................(23)adalah rata-rata dari :

..............................................................................(24)Langkah-langkah perhitungannya:1) Memperkirakan harga Xo:

..(25)2) Memperkirakan harga b:

(26)Dimana : m n / 10

..(27)Keterangan :Xs : harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terbesarXt : harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terkeciln : banyaknya data

: angka bulatW (x) : kemungkinan terlampaui

: harga kemungkinan lebih sembarang3) Memperkirakan harga Xo:

..(28)4) Memperkirakan harga C :

(29)

.....(30)

Dimana : .......................................................(31)

dengan menggunakan rumus dan maka 1/c dihitung dengan rumus:

.............................................................(32)

harga yang sesuai dengan kemungkinan lebih sembarang (arbitrary excess probability) didapat dari tabel dan besarnya curah hujan yang mungkin dihitung dengan rumus berikut :

....(33)

Analisis Distribusi Hujana) Metode Van BreenMetode ini beranggapan bahwa besarnya atau lama durasi hujan harian adalah terpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90 % dari hujan selama 24 jam.Hubungan dengan rumus :

....(34)Dimana :I = Intensitas hujan (mm/jam).R24 = curah hujan harian maksimum (mm/24 jam).Intensitas hujan yang didapat dari rumus diatas, kemudian diplotkan pada kurva durasi intensitas hujan, dimana Van Breen mengambil bentuk kurva kota Jakarta sebagai kurva basis, yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Kurva basis tersebut memberikan kecenderungan bentuk kurva untuk daerah lain di Indonesia pada umumnya.Tabel 2.2 Intensitas Hujan Kota Jakarta.Durasi (menit)Intensitas Hujan (mm/jam)Untuk Periode Ulang (tahun)

25102550

5126148155180191

10114126138156168

20102114123135144

40768796105114

6061738191100

1203645515863

2402127303540

Sumber : BUDP

b) Metode BellUntuk keperluan analisa frekuaensi hujan, haruslah tersedia data hujan selama selang waktu yang cukup panjang. Bila data ini tak tersedia, bila diketahui besarnya curah hujan 1 jam (60 menit) dengan periode ulang 10 tahun sebagai dasar, maka suatu rumus empiris yang diberikan oleh Bell dapat dipakai untuk menentukan curah hujan dari 5120 menit dengan periode ulang 2-100 tahun.Hubungan ini diturunkan dari analisa curah hujan pada 157 stasiun dan tes statistik yang dapat dipergunakan di seluruh dunia. Rumusnya :

(35)Dimana :R : curah hujan (mm).T : Periode Ulang Hujan.t : durasi hujan (menit).Perhitungan intensitas hujan menurut Bell, menggunakan persamaan sebagai berikut:

....(36)c) Metode Hasper WeduwenPenurunan rumus diperoleh berdasarkan kecenderungan curah hujan harian dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa hujan mempunyai distribusi simetrsi dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan antara 1 jam sampai 24 jam.Perumusan dari metode Hasper-Weduwen adalah :i. , maka :

..(37)ii. , maka :

..(38)

....(39)Dimana :t : durasi hujan (jam)R, Ri : curah hujan Hasper - Weduwen (mm)XT : curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm)Untuk menentukan intensitas hujan menurut Hasper-Weduwen, digunakan rumus:

...(40)

Metode Perhitungan Intensitas HujanLangkah pertama dalam perencanaan bangunan air (saluran) adalah penentuan besanya debit yang harus diperhitungkan. Besarnya debit (banjir) perencanaan ditentukan oleh intensitas hujan yang terjadi.Umumnya makin besar t, intensitas hujan makin kecil. Jika tidak ada waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau alat tidak ada dapatlah ditempuh dengan cara-cara empiris :1. Metode Talbot

....(41)Dimana :

.(42)

.(43)2. Metode Ishiguro

....(44)Dimana :

(45)

.(46)Dimana:I : intensitas hujan (mm/jam).t : durasi hujan (menit).a, b, n: konstanta.N: banyaknya data.3. Metode Sherman

(47)Dimana :

.(48)

..(49)Untuk pemilihan rumus intensitas hujan dari ketiga rumus diatas, maka harus dicari selisih terkecil antara I asal dan I teoritis berdasarkan rumus diatas. Persamaan intensitas dengan selisih terkecil itulah yang dipakai untuk perhitungan debit.

Dasar-dasar Perencanaan DrainaseDi dalam perencanaan sistem penyaluran air hujan ini, digunakan beberapa parameter yang merupakan dasar perencanaan sistem. Dalam menentukan arah jalur saluran air hujan yang direncanakan terdapat batasan-batasan sebagai berikut : Arah aliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi dan menghindari pemompaan. Pemanfaatan sungai atau anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang direncanakan. Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan, sehingga mengurangi penggunaan gotong royong.Faktor pembatas juga berhubungan dengan kondisi topografi setempat. Dari kondisi ini dikembangkan suatu sistem dengan berbagai alternatif dengan memperhitungkan segi teknis dan ekonomisnya. Pengembangan suatu sistem mempunyai konsekuensi logis terhdap dampak perencanaan. Tetapi dengan sedikit mungkin menghindari akibat sosial yang mungkin timbul, maka diharapkan dapat dicapai perencanaan sistem seperti yang diinginkan.Perhitungan Limpasan Air HujanUntuk perhitungan debit limpasan, digunakan metode rasional. Metode ini hanya berlaku untuk menghitung limpasan hujan untuk daerah aliran sampai dengan 80 ha, sedangkan untuk daerah yang lebih luas (> 80 ha) digunakan metode rasional yang dimodifikasi. Metode Rasional :

............................................................................(50) Metode Rasional yang dimodifikasi :

........................................................................(51) Dimana :Q : debit aliran (m3/det). C : koefisien pengaliran, nilainya berbeda-beda sesuai dengan tata guna lahan dan faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan di dalam sungai terutama kelembaban tanah. Harga C biasanya diambil untuk tanah jenuh pada waktu permulaan hujan. Cs : koefisien penampungan atau storage coefficient.

........................................................................(52)I : rata-rata intensitas hujan (mm/jam).A : luas daerah tangkap (km2).Waktu yang diperlukan air hujan dalam saluran untuk mengalir sampai ke titik pengamatan (td) ditentukan oleh karakteristik hidrolis di dalam saluran dimana rumus pendekatannya adalah :

.......................................................................................(53)Dimana :L : panjang saluran (m).V : kecepatan aliran (m/det).Untuk mencari nilai V dapat digunakan rumus kecepatan Manning sebagai berikut :

...........................................................................(54)Dimana :n : harga kekasaran saluranR : radius hidrolisS : kemiringan medan atau slope (m/m).Rumus Manning tersebut dianjurkan untuk dipakai dalam saluran buatan atau dengan pasangan (lining). Untuk saluran alami, dianjurkan untuk memakai rumus kecepatan de Chezy.Koefisien pengaliran (c) merupakan jumlah hujan yang jatuh dengan mengalir sebagai limpasan dari hujan, dalam permukaan tanah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga koefisien pengaliran ini adalah adanya infiltrasi dan tampungan hujan pada tanah, sehingga mempengaruhi jumlah air hujan yang mengalir.Penerapan koefisien pengaliran (c) dalam pemakaian metode rasional, disesuaikan dengan tata guna lahan dari rencana pengembangan tananh atau daerah setempat.Air hujan yang jatuh di suatu tempat pada daerah aliran sungai memerlukan waktu untuk mengalir sampai pada titik pengamatan. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik pengamatan oleh air hujan yang jatuh di tempat terjauh dari titik pengamatan disebut waktu konsentrasi atau time of concentration (tc). Waktu konsentrasi merupakan penjumlahan antara waktu yang dibutuhkan oleh air hujan yang jatuh di daerah pematusan untuk masuk kedalam saluran (to) dengan waktu yang dibutuhkan oleh air yang masuk ke dalam saluran untuk mengalir sampai ke titik pengamatan (td) sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

...(55)Waktu yang dibutuhkan oleh air hujan yang jatuh di daerah pematusan untuk masuk ke dalam saluran (to), dipengaruhi oleh : Kekasaran permukaan tanah yang dilewati dapat menghambat pengaliran Kemiringan tanah mempengaruhi kecepatan pengaliran di atas permukan Adanya lekukan pada tanah menghambat dan mengurangi jumlah air yang mengalir Ukuran luas daerah aliran dan karak dari street inlet juga berpengaruh terhadap lamanya waktu pengaliran tersebut.Dalam mencari besarnya to pada perhitungan kapasitas saluran dapat digunakan beberapa rumus di bawah ini :a. Berlaku untuk daerah pengaliran dengan tali air sepanjang 300 m

...(56)Dimana :to : waktu limpasan (menit).c : angka pengaliran.Lo : panjag limpasan (m).So : kemiringan medan / slope (m/m).b. Berlaku untuk daerah dengan panjang tali air sampai dengan 1000 m

(57)Dimana to : waktu limpasan (menit).n : harga kekasaran permukaan tanah.Lo : panjang limpasan (m).So : kemiringan medan atau slope (m/m).c. Berlaku untuk umum, baik untuk limpasan maupun waktu konsentrasi

.(58)Dimana :tc : waktu konsentrasi (menit).L : jumlah panjang (ekivalen) aliran (Km).A : luas daerah pengaliran kumulaitf (Ha).Sr : kemiringan atau slope rata rata (m/m).d. Waktu untuk mengalir dalam saluran (td)

(detik) ...(59)atau

(menit) .(60)Dimana :L : panjang saluran (m).V : kecepatan aliran (m/detik).

Perhitungan Dimensi SaluranRumus yang digunakan untuk perhitungan dimensi saluran adalah rumus Manning, yaitu:

......(61)

.(62)

.(63)

(64)

.(65)Dimana : Q : debit air yang disalurkan (m3/det).V : kecepatan rata-rata dalam saluran (m/det).n : koefisien kekasaran Manning.A : luas penampang basah (m2).R : jari-jari hidrolis (m).S : kemiringan dasar saluran (m/m).F: freeboard (m).c: koefisien, dengan syarat:

Q 0,6 m3/dt c = 0,140,6 m3/dt Q 8 m3/dt c = 0,14 0,2 Q 8m3/dt c = 0,23Sesuai dengan sifat bahan saluran yang dipakai untuk kota, maka beberapa harga n tercantum seperti dalam Tabel berikut ini:

Tabel 2.4 : Koefisien Kekasaran Manning.Jenis SaluranN

Saluran galianSaluran tanahSaluran pada batuan, digali merata0,0220,035

Saluran dengan lapisan perkerasanLapisan beton seluruhnyaLapisan beton pada kedua sisi saluranLapisan blok beton pracetakPasangan batu, diplesterPasangan batu, diplester pada kedua sisi saluranPasangan batu, disiarPasangan batu kosong0,0150,0200,0170,0200,022

0,0250,030

Saluran alamBerumputSemak-semakTidak berarutan, banyak semak dan pohon, batangPohon banyak jatuh ke saluran0,0270,050

0,150

Sumber: Subarkah

Perhitungan Kecepatan AliranPenentuan kecepatan aliran air didalam saluran yang direncanakan didasarkan pada kecepatan minimum yang memungkinkan saluran dapat self-cleansing dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi saluran tetap aman. Tiap kecepatan aliran didalam saluran diatur tergantung dengan bentuk dan tipe saluran yang direncanakan. Berikut adalah batasan aliran dari tiap tipe dapat dilihat dalam Tabel 2.5.:Tabel 2.5 : Variasi Kecepatan dalam Saluran.Tipe saluranVariasi kecepatan (m/det)

Bentuk bulat, buis beton Bentuk persegi, pasangan batu kali Bentuk trapesiodal0,75 3,01,0 3,00,6 1,5

(Sumber: Subarkah)Bangunan PelengkapBangunan pelengkap dimaksudkan sebagai sarana pelengkap dan pendukung sistem penyaluran air hujan yang tujuan utamanya adalah melancarkan fungsi pengaliran sesuai yang apa yang diharapkan dan diperhitungkan.

Gorong-gorongGorong-gorong merupakan bangunan perlintasan yang dibuat karena adanya saluran yang melintasi jalan. Perencanaannya tetap didasarkan pada debit yang mengalir pada gorong-gorong. Selain itu, faktor endapan lumpur yang mungkin timbul saat pengaliran harus dihindari. Caranya adalah mengatur kecepatan pengaliran lebih atau sama dengan kecepatan self-cleansing yaitu sebesar 1.5 2.0 m/dt. Untuk sistem aliran penuh, dibutuhkan headloss yang besar sehingga disarankan untuk menggunakan prinsip pengaliran terbuka. Gorong-gorong mempunyai dua jenis, yaitu: Gorong-gorong jalan raya Yaitu gorong-gorong yang melintas jalan raya. Dalam hal ini perhitungan harus secermat mungkin agar mampu menahan rembesan air dan beban kendaraan yang melewatinya. Gorong-gorong silangGorong-gorong ini dibangun untuk mencegah ataupun menahan rembesan air yang mengalir di daerah sekitarnya.Perhitungan dimensi gorong-gorong dapat menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: Panjang gorong-gorong = lebar jalan. Kontrol bilangan Froud (Fr) < 0,5 untuk menghindari gejolak air (aliran dalam kondisi laminer.

....(66)Dimana:fr= bilangan Froud.v= kecepatan dalam gorong-gorong (m/dt).g= percepatan gravitasi (m/dt2).y= kedalaman (m). Kehilangan tinggi energi dalam gorong-gorong dapat dihitung dengan rumus:

..(67)

..(68)

..(69)

...(70)

Dimana:Hf= kehilangan tinggi energi (m).f1= koefisien kehilangan energi akibat masuk = 0,4.vg= kecepatan air dalam gorong-gorong (m/dt).v= kecepatan di dalam saluran (m/dt).g= percepatan gravitasi (m/dt2).L= panjang gorong-gorong (m).C= koefisien Chezy.f2= koefisien kehilangan energi akibat keluar = 0,1.R= jari-jari hidrolis (m) = P/A.P= keliling basah gorong-gorong (m).A= Luas penampang gorong-gorong (m2).

Sambungan PersilMerupakan sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang terletak di tepitepi jalan. Sambungan ini berupa saluran terbuka atau tertutup dan dibuat terpisah dari saluran air buangan.

Street InletStreet inlet ini adalah lubang yang terletak di sisi jalan di bawah trotoar yang berfungsi menyalurkan limpasan air hujan dalam jalan untuk dialirkan atau dilewatkan menuju saluran. Perletakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan: Diletakkan pada tempat yang tidak mengganggu para pelintas jalan atau pejalan kaki. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah tersebut. Air harus dapat secepat mungkin masuk ke dalam saluran air hujan. Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan, dengan spacing memakai rumus:

...............................................................................(71)Dimana:D= distance atau jarak antar street inlet (m).S= kemiringan (%), D 50 m.W= lebar jalan (m).

ManholeManhole merupakan bangunan yang permukaan sama dengan permukaan banguna yang dilengkapi.Manhole berukuran cukup besar agar dapat dimasuki orang untuk melakukan perawatan. Fungsinya antara lain : Sebagai bak kontrol, untuk pemeriksaan dan pemeliharaan saluran Untuk memperbaiki saluran bila terjadi kerusakan Sebagai ventilasi untuk keluar masuknya udara Sebagai terjunan saluran tertutupPenempatan manhole diutamakan pada titik dimana terletak street inlet, belokan, pertemuan saluran dan di awal dan akhir saluran pada gorong-gorong.

TalangTalang sebenarnya tidak beda jauh dengan jembatan. Bila jembatan menyalurkan lalu lintas, maka talang berfungsi untuk menyalurkan air dan diletakkan diatas pangkal-pangkal. Talang biasanya terbuat dari kayu, pasangan batu, baja atau beton bertulang.Bangunan talang merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai. Bangunan talang berupa saluran terbuka yang dipasang membentang dari tebing sisi hulu ke tebing sisi hilir. untuk menyeberangkan debit. Aliran di dalam talang harus dalam kondisi yang stabil (Fr < 0.7) atau dalam kondisi sub kritis.Talang kayu biasanya hanya digunakan untuk saluran-saluran yang tidak penting atau yang sifatnya sementara. Talang dari pasangan batu dibuat menjadi satu dengan tembok-tembok pangkalnya.Talang dari beton bertulang dibuat cukup untuk memikul beban karena berat air dan berat talang itu sendiri. Sedangkan talang baja dibuat dari besi plat yang diletakkan pada suatu kerangka yang bekerja sebagai pemikulnya, dimana pilar-pilarnya juga terbuat dari baja.Kecepatan air dalam talang dari pasangan batu atau beton biasanya diambil tidak lebih dari 1,5 2,5 m/dt dan untuk talang baja sampai 3,5 m/dt.

ShyponSyphon merupakan bangunan pelengkap pada suatu sistem drainase yang digunakan jika selisih antara permukaan kedua trace yang bersilangan kecil dan tidak memungkinkan untuk membuat talang atau gorong-gorong.Syphon adalah bangunan bertekanan dimana air yang mengalir didalamnya harus memiliki tekanan yang cukup besar dan kecepatan yang tidak kecil sehiungga adanya kehilangan tekanan dalam syphon tidak menghambat aliran air.Bangunan siphon merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai. Bangunan siphon berupa saluran tertutup yang dipasang mengikuti bentuk potongan melintang sungai atau lembah untuk menyeberangkan debit dari sisi hulu ke sisi hilir. Bangunan siphon (berupa saluran tertutup berpenampang lingkaran atau segi empat) dipasang dibawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas permukaan tanah jika melintasi lembah (cekungan). Konstruksi siphon jika penampang melintang berupa segi empat biasanya dibuat dari beton bertulang (reinforced concrete), jika penampang melintang berupa lingkaran biasanya dibuat dari baja. Untuk mencegah adanya sedimentasi pada saat debit di dalam siphon mengecil, biasanya digunakan tipe pipa rangkap. Pada saat debit di dalam siphon mengecil, jalur satu ditutup, jalur lainnya dibuka sehingga kecepatan aliran didalam siphon tetap bisa mengangkut sediment ke hilirnya. Konstruksi siphon harus dipilih pada lokasi yang panjang bentang sungainya minimum, agar biaya konstruksinya hemat, serta kehilangan energinya kecil. Didalam perencanaan siphon ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain : (untuk kasus siphon melintasi dasar sungai) 1. Siphon harus mampu menahan gaya uplift pada saat kondisi airnya kosong. penahan yang arahnya vertikal ke bawah yaitu gaya berat akibat berat sendiri konstruksi siphon dan gaya berat akibat berat lapisan penutup siphon. 2. Siphon harus dibuat pada kedalaman yang cukup di bawah dasar sungai. Pada kondisi ini konstruksi siphon harus aman terhadap bahaya gerusan tanah dasar sungai (degradasi) maupun bahaya gerusan lokal akibat dasar sungai yang terganggu. Jika konstruksi siphon berada terlalu dekat dengan permukaan dasar sungai, maka tanah penutup di atas siphon kemungkinan akan terkikis. Untuk itu konstruksi siphon harus dibuat pada kedalaman yang cukup terhadap dasar sungai. Pada bagian dasar palung sungai, konstruksi siphon sebaiknya dalam posisi horisontal dan panjangnya ke arah tebing sungai harus cukup, karena tebing sungai keungkinan bisa juga terjadi erosi. , Sedangkan pada bagian lereng sungai bisa dibuat miring. Lapisan penutup dasar sungai (di atas konstruksi siphon) sebaiknya berupa pasangan gabion (bronjong). 3. Untuk mengurangi kehilangan energi maka lokasi siphon diusahakan pada bentang sungai terpendek, serta memperkecil jumlah belokan pada konstruksi siphon. Kondisi yang paling berbahaya pada konstruksi siphon adalah pada saat siphon dalam keadaan kosong. Pada saat kondisi ini gaya uplift yaitu gaya yang disebabkan oleh tekanan hidrostatis dari bawah konstruksi siphon, menekan konstruksi siphon ke arah atas. Gaya ini cenderung mengangkat konstruksi siphon. Sedangkan untuk mengimbanginya diperlukan gaya.

TerjunanBangunan terjun dibangun untuk mengatasi kemiringan medan yang terlalu curam, sementara kemiringan yang dibutuhkan oleh saluran tergolong landai. Bangunan terjun biasanya dibangun pada daerah yang kondisi topografinya memiliki kelerengan yang curam. Ada 4 bagian dari bangunan terjun yaitu : Bagian pengontrol, berada di hulu sebelum terjunan, berfungsi untuk mencegah penurunan muka air yang berlebihan. Bagian pembawa, berfungsi sebagai penghubung antara elevasi bagian atas dengan bagian bawah. Peredam energi, berfungsi untuk mengurangi energi yang dikandung oleh aliran sesudah mengalami terjunan sehingga tidak berpotensi merusak konstruksi bangunan terjun. Perlindungan dasar bagian hilir, berfungsi untuk melindungi dasar dan dinding saluran dari gerusan air sesudah mengalami terjunan.

1. Bagian Pengontrol Bagian ini terletak sebelah hulu (sebelum terjunan), dengan adanya bagian pengontrol ini, maka penurunan muka air yang berlebihan bisa dicegah. Ada 2 alternatif mekanisme untuk mengendalikan muka air di bagian hulu, yaitu : Memperkecil luas penampang basah. Memasang ambang (sill) dengan permukaan hulu miring. Untuk saluran yang kandungan sedimennya tinggi disarankan tidak memasang ambang (sill), karena akan mempercepat sedimentasi di saluran bagian hulu.

2. Bagian Pembawa Bagian ini berupa terjunan dengan bentuk terjunan tegak (vertikal) atau terjunan miring. Jika beda tinggi (tinggi terjunan) lebih dari 1.5 m, maka bagian pembawa berupa terjunan miring, jika beda tinggi (tinggi terjunan) kurang dari 1.5 m maka dipakai bangunan terjun tegak (vertikal).

3. Peredam Energi Peredam energi berfungsi untuk mengurangi potensi kerusakan akibat energi yang terkandung dalam aliran, sehingga tidak merusak konstruksi bangunan terjun. Tipe peredam energi yang akan dipilih tergantung dari bilangan Froude yang terjadi di dalam aliran. Bangunan terjun dibangun untuk mengatasi kemiringan medan yang terlalu curam, sementara kemiringan yang dibutuhkan oleh saluran tergolong landai. Bangunan terjun biasanya dibangun pada daerah yang kondisi topografinya memiliki kelerengan yang curam.

Operasi dan PemeliharaanTidak ada penanganan yang istimewa terhadap bangunan-bangunan drainase ini, beberapa langkah operasi dan pemeliharaannya adalah : Meletakkan bangunan drainase sesuai dengan rencana tata lahan kota, jadi selain tidak merusak keindahan kota, juga tidak mengganggu masyarakat. Membersihkan bangunan pelengkap drainase secara rutin, dan lain-lain.

WILDA AZMIA NAUFALA | 3311 100 06837