satuan proses

4

Click here to load reader

Upload: risma-regiyanti

Post on 04-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kimia Organik

TRANSCRIPT

Nama: Shafira DamayantiNIM: 131411051Kelas: 2B

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM SAPONIFIKASI

1. Apa perbedaan trigliserida dengan digliserida?Digliserida merupakan gliserol yang dua gugus hidroksilnya bersubtitusi dengan asam lemak. Reaksi pembentukannya adalah reakksi esterifikasi dan reaksi interesterifikasi. Pada proses esterifikasi, reaksi antara gliserol dan asam lemak menghasilkan monogliserida, digliserida dan air. Pada proses interesterifikasi, reaksi antara gliserol dan lemak/minyak menghasilkan monogliserida dan digliserida. Reaksi memerlukan pemanasan suhu tinggi dan katalis basa (misal kalsium hidroksida). Keduanya memiliki gugus polar, yaitu ikatan hidrogen (hidrofilik) yang dapat mengikat air dan gugus non polar, yaitu ujung metil dari residu asam lemak dapat mengikat lemak melalui interaksi hidrofobik. Digliserida merupakan uraian dari trigliserida oleh enzim lipase.Pembentukan trigliserida: gliserin yang mempunyai 3 gugus hidroksil berikatan dengan 3 gliserol melepaskan H, dan asam lemak melepaskan OH menghasilkan Trigliserida dan air. Trigliserida bersifat non polar karena gugus hidroksil pada gliserin telah diesterifikasi oleh gugus karboksil dari asam lemak. Trigliserida tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam senyawa organik non polar.

2. Trigliserida terdapat dimana saja? Apa itu trigliserida?Trigliserida (atau, TAG atau triasilgliserida) adalah ester yang terdiri dari gliserol terikat untuk tiga asam lemak. Itu merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewan, trigliserida juga merupakan lemak yang terdapat dalam darah.Sebagian besar lemak yang dicerna oleh manusia adalah trigliserida. Trigliserida terbentuk dari sebuah molekul tunggal dari gliserol, dikombinasikan dengan tiga molekul asam lemak. Molekul gliserol memiliki tiga gugus hidroksil (OH-). Asam lemak masing-masing memiliki karboksil (COOH-). Trigliserida, gugus hidroksil gliserol bergabung dengan kelompok carboxyl asam lemak untuk membentuk ikatan ester. Trigliserida terdapat juga pada:1. Putih telor ayam2. Teripang (haisom)3. Ubur-ubur4. Susu sapi

3. Mengapa gliserol sebagai hasil samping dari reaksi saponifikasi berbentuk cair?Karena gliserol tidak mengendap dan tingkat kelarutannya tinggi.

4. Reaksinya stoikiometri atau tidak?Ya reaksinya stoikiometri. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabn dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:C3H5(OOR)3 + 3NaOH C3H5(OH)3 + 3NaOOCR

5. Bila punya 100gr lemak, berapa kebutuhannya bila reaksi berlangsung stoikiometri?Jumlah trigliserida yang tersabunkan diusahakan serendah mungkin. Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka kemungkinan jumlah triglserida yang tersabunkan semakin besar pula. Jadi bila lemaknya 100gr, alkali yang dibutukan harus lebih banyak tetapi dengan konsentrasi yang lebih kecil.

6. Perbedaan sabun transparan, padat, cair, lunak? Apa batasannya?Perbedaan tekstur antara sabun padat sabun cair disebabkan oleh perbedaan jenis trigliserida dan alkali yang digunakan. Pada sabun padat biasanya digunakan alkali NaOH atau biasanya dikenal dengan soda kaustik, NaOH dapat membuat sabun menjadi keras karena memiliki titik leleh yang tinggi. Sedangkan pada sabun cair biasanya menggunakan alkali KOH karena memiliki sifat yang muah larut dalam air. Selain itu jenis trigliserida yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang diinginkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras dibandingkan minyak kedelai, kacan biji katun. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12-18, 8 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit larut dalam air. Sabun yang transparan dikarenakan adanya penambahan alcohol, gliserin dan gula sebagai bahan untuk membeningkannya.

7. Bila 100gr trigliserida, komposisinya apa? Jenisnya apa saja?Komposisitrigliseridaterdiridariester5%gliseridadan95% fattyacid(asamlemak) yang merupakangabungandari ester-ester. Sehinggapada 100gr trigliseridaterdapat 5gr gliseridadan 95gr asamlemak.

8. Adakah pengaruh temperature pada reaksi saponifikasi?Ada pengaruhnya terhadap laju reaksi. Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya penurunan suhu memperlambat reaksi. Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika suhu dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat, maka akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat.Umumnya kenaikan suhu sebesar 1000C menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu bergerak-gerak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi tabrakan antar molekul yang ada. Tetapi tabrakan itu belum berdampak apa-apa bila energi yang dimiliki oleh molekul-molekul itu tidak cukup untuk menghasilkan tabrakan yang efektif. Kita telah tahu bahwa, energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebutenergi pengaktifan(energi aktivasi).Energi kinetik molekul-molekul tidaksama. Ada yang besar dan ada yang kecil. Oleh karena itu, pada suhu tertentu ada molekul-molekul yang bertabrakan secara efektif dan ada yang bertabrakan secara tidak efektif. Dengan perkataan lain, ada tabrakan yang menghasilkan reaksi kimia ada yang tidak menghasilkan reaksi kimia. Meningkatkan suhu reaksi berarti menambahkan energi. Energi diserap oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul menjadi lebih besar. Akibatnya, molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tabrakan dengan dampak benturan yang lebih besar makin sering terjadi. Dengan demikian, benturan antar molekul yang mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi itu menyebabkan reaksi kimia juga makin banyak terjadi. Hal ini berarti bahwa laju reaksi makin tinggi.Pada reaksi saponifikasi ini digunakan proses refluks selama 15 menit pada minyak kelapa sawit sebagai ester lemak dengan larutan KOH 0,5 M dan ditambah dengan batu didih. Batu didih berperan untuk meratakan pemanasan selama proses refluks, sehingga panas dapat mengenai larutan secara merata. Tujuan dari proses refluks ini adalah menghasilkan panas yang sesuai untuk memulai reaksi saponifikasi. Maka dari itu pengaruh suhu sangat berpengaruh terhadap reaksi saponifikasi.