sarcocystis pada anjing (makalah)

17
MAKALAH Sarcocystis pada Sapi dan Anjing Anggota Kelompok: Fitri Hardiani F (B04100127) Purnama Shinta (B04110030) Teguh Purwanto (B04110008)

Upload: noviana-dewi

Post on 22-Nov-2015

453 views

Category:

Documents


79 download

DESCRIPTION

tugas terstruktur endoparasit FKH IPB

TRANSCRIPT

MAKALAH

Sarcocystis pada Sapi dan Anjing

Anggota Kelompok:

Fitri Hardiani F

(B04100127)

Purnama Shinta

(B04110030)

Teguh Purwanto

(B04110008)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013PENDAHULUAN

Latar BelakangProtozoa adalah hewan bersel satu yang manifestasi sifat-sifat umum dengan makhluk hidup dan mengandung paling sedikit satu inti yang mudah terlihat (Tampubolon, 2004). Ciliata protozoa memperbanyak diri dengan pembelahan melintang dan makan secara holozoik. Sarcocystis berasal dari bahasa Yunani sarkos yang berarti otot dan kysta berarti kista. Hal ini menimbulkan terbentuknya kista pada induk semangnya. Bentuk dan ukuran kista yang tergantung dari spesies induk semangnya. Spesies Sarcocystis tiap induk semangnya sudah diterapkan, misalnya Sarcocystis cruzi pada anjing, Sarcocystis hirsute pada kucing, Sarcocystis huminis pada manusia. Sarcocystis merupakan salah satu genus protozoa dari fillum Apicomplexa. Sarcocystosis atau Sarcosporidiosis merupakan nama penyakit yang terinfeksi Sarcocystis, menyerang sel otot melintang, bersifat akut dan kronis (Irwan, 1988). Penyakit ini terjadi pada wilayah tertentu saja, misalnya wilayah Sumatera Barat, Bali, dan Riau yang umumnya banyak peternakan sapi. Sarcocystis memiliki dua induk semang, yakni induk semang antara dan induk semang definitiv. Induk semang antara yaitu sapi, domba, babi, opossum, biawak, dan rodensia, sedangkan induk semak definitiv ada pada anjing, kucing, burung hantu, ular, dan manusia.

TujuanPenyusunan makalah ini bertujuan untuk mengenal klasifikasi, morfologi, siklus hidup, epidemiologi, patolog pada hewan dan manusia, serta kepentingan klinis dari penyakit Sarcocystosis untuk mengenal cara pencegahan, pengobatan yang ditimbulkan.

PEMBAHASANSpesies dari genus Sarcocystis adalah protozoa parasit yang menyebabkan penyakit Sarcocystosis dan tersebar secara meluas di sel otot. Protozoa ini membuat kista dalam urat daging induk semang antara. Spesies Sarcocystis diperkirakan lebih dari 100 spesies. Sporokista infektif ditemukan di dalam tinja induk semang sebagai sumber infektisi pada herbivora. Penyakit ini dapat menimbulkan penyakit akut, lethal pada hewan ternak, abortus pada sapi. Penelitian mengenai Sarcocystis ini sangat jarang dilakukan, karena masih banyak peneliti Indonesia belum mengetahui tentang Sarcocystis, sehingga untuk mendapatkan data penyebaran penyakit yang ditimbulkan Sarcocystis ini sangat sulit ditemukan. Tapi berlainan dengan negara lain, misalnya di Amerika Serikat ditemukan 75-98% sapi terinfeksi Sarcocystosis.

Fase infektif Sarcocystis ini berupa ookista bersporulasi yang menghasilkan merozoit. Kista ini pertama kali dtemukan oleh Miesche di Switzerland pada tahun 1843 di dalam otot rangka dari Mus musculus dan dikenal dengan Tubulus Miescher. Lankester pada tahun 1882 memberi nama protozoa tersebut dengan Sarcocystis. Pada tahun 1884, Balbiani memberikan nama kista Sarcocystis dengan sebutan Sarcosporidia (Sakran et al., 2013). Siklus hidup Sarcocystis cruzi memiliki dua induk semang, yakni inang antara herbivora dan inang definitiv karnivora. Pada tahun 1947 dalam Soulsby 1977, Splindler menegaskan dengan menggambarkan struktur Hypae like pada Sarcocystis yang terdapat pada domba dan angsa. Akhirnya didapatkan kepastian adanya kemiripan atau hubungan antara protozoa Sarcocystis dengan protozoa Toxoplasma. Secara morfologi, bagian dari Sarcocystis yang dapat menginfeksi inang definitiv dalam bentuk Bradyzoit. Siklus hidupnya dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap Sporogoni, tahap Skizogoni, dan tahap Gametogoni. Tahap sporozoit, Sarcocystis berbentuk seperti pisang. Tahap skizogoni merupakan tahap aseksual yang terjadi di dalam induk semang antara (herbivora/sapi) dan tahap gametogoni merupakan tahap seksual di dalam tubuh inang definitiv (karnivora/anjing). Sarcocystis bersifat pathogen atau membahayakan inangnya karena adanya racun yang disebut Sarcocystin atau Sarcosporidin. Dimana racun tersebut menyerang sistem syaraf, jantung, kelenjar adrenal, dan dinding usus inang. Sedangkan bersifat akut hanya sebagian kecil dari inang definitiv yang apabila jumlah sporokista berjumlah banyak dalam tubuh inang. Sarcocystis umumnya menyerang otot rangka yang menimbulkan Myositis dan otot jantung mengalami Hemorraghi Petechie (Lele et al., 1986 dalam Fayer 2004). Sarcocystis sangat jarang menginfeksi otot polos.

Sarcocystis termasuk filum Apicomplexa, kelas Conoidasida, ordo Eucoccidiorida, family Sarcocytidae, dan genus Sarcocystis. Secara lengkap Sarcocystis sp. memiliki taksonomi sebagai berikut:

Domain: Eukaryota

Kingdom: Chromalveolata

Superfilum: Alveolata

Filum

: Apicomplexa

Kelas

: Conoidasida

Ordo

: Eucoccidiorida

Family

: Sarcocystidae

Genus

: SarcocystisSpesies: Sarcocystis sp.

Morfologi Sarcocystis terlihat dalam urat daging melintang sebagai sruktur memanjang, sumbu axis paralel dengan serat urat daging. Biasanya terlihat seperti garis-garis putih kelabu saat pemeriksaan postmortem. Jika menggunakan mikroskop, dapat dilihat struktur Mieschers Tube yang bebentuk silindris dengan ujung bulat. Ukurannya beragam tergantung dari spesies dan stadium perkembangannya, pada sapi dapat mencapai beberapa cm. Di dalam dinding kista terdapat organisme dalam bentuk septa beruang-ruang, jika masak maka berisi ribuan trofozoit atau spora berbentuk pisang. Trofozoit berukuran dengan panjang 10-15 mikron dan lebar 4-9 mikron yang dikenal dengan bradyzoit atau Raineys corpuscles (Tampubolon, 2004). Inti terletak di seperempat bagian tubuh organisme dekat ujungnya. Inti bersifat vascular dan kariosoma terletak dekat kutub pada garis pertengahan tubuh dan terdapat kromatin yang tersebar di sekitarnya. Nama-nama spesies yang banyak ditemukan pada hewan ternak, seperti Sarcocystis cruzi dan hirsute pada sapi, Sarcocystis berami pada kuda, Sarcocystis miecheriana pada babi, Sarcocystis tenella pada domba, kambing, Sarcocystis moulei pada kelinci, Sarcocystis cuniculi dan Sarcocystis leporum pada bebek, dan Sarcocystis rileyi, Sarcocystis muris pada tikus.

Adapun perbedaan antara protozoa Sarcocystis dan protozoa Toxoplasma, sebagai berikut:

KriteriaSubfamily

ToxoplasmatinaeSarcocystinae

KistaPolyzoicPolyzoic

Tipe organisme kistaBradyzoitMetrokista dan bradyzoit

Tahap propagative d usus induk semang++

Sporulasi ookista pada induk semangDi luarDi dalam

Sumber: Skripsi Muhammad Irwan Syarif Siregar tahun 1988.Inang antara Sarcocystis terdapat pada hewan ternak, seperti sapi, babi, kambing, bebek, sedangkan definitiv berupa hewan predator atau karnivora, seperti anjing. Fase gametogeni dan sporogoni terjadi pada inang definitiv, sedangkan fase skizogoni terjadi pada inang antara. Pada mulanya parasit secara langsung dipindahkan karena memakan daging yang mengandung Mieschers tube. Kista dewasa berisi bradyzoit yang dapat menginfeksi induk semang akhir, sedangkan kista muda yang berisi metrokista tidak bersifat infektif. Tahun 1907 dipostulasikan bahwa hewan karnivora satu-satunya yang berfungsi sebagai induk semang antara untuk herbivora dan bentuk dikeluarkan melalui tinja. Secara tidak langsungnya adalah bentuk infektif yang dihasilkan 15 hari pasca infektif dalam usus dan ginjal, infeksi terjadi karena menelan tinja yang terkontaminasi Sarcocystis. Jadi karnivora mengeluarkan stadium infektif dalam tinja kira-kira 15 hari sesudah makan daging hewan terinfeksi dan menembus dinding usus serta dibawa ke aliran darah, sehingga sel tubuh terutama sel otot akan menjadi tempat manifestasi Sarcocystis. Stadium yang paling cepat terlihat 6 minggu sesudah infeksi, terdiri dari parasit bersel satu berbentuk amoeboid, intinya melakukan pembelahan biner dan menghasilkan sporoblas atau sel berinti bulat. Pembelahan berulang-ulang sporoblas akan menjadi trofozoid atau sel berbentuk pisang dengan jumlah yang banyak dan terdapat kista ukuran besar. Trofozoit berkumpul dalam kista dan jika kista pecah, maka trofozoit tersebut akan pergi ke sirkulasi darah lalu mencapai saluran pencernaan dan keluar bersama tinja. Apabila daging mengandung kista atau terkontaminasi dengan tinja hewan terinfesi dimakan oleh hewan lain, maka siklus ini akan terulang kembali.

Gambar 6. Siklus hidup SarcocystisSarcocystis pada sapiOokista Sarcocystis cruzi berisi 2 sporokista dengan tiap sporokista mengandung 4 sporozoit dan bersifat Obligat heteroxeneus terhadap induk semang antara serta induk semang akhir. Sporokista akan bersporulasi sempurna ketika keluar bersama tinja dengan ukuran 14-17 mikrometer (panjang) dan 9-13 mikrometer (lebar). Sporokista berbentuk ellipsoidal dengan satu buah lapisan membran pucat yang menutupi empat sporozoit yag berbentuk sosis dan gumpalan butir-butir kasar.

Sapi adalah hewan herbivora yang menjadi induk semang antara yang banyak diminati parasit ini. Dimana sel otot sapi banyak mengandung nutrisi yang disukai kista Sarcocystis. Umumnya banyak terjadi pada sapi perah dengan gejala klinis terlihat setelah masa laktasi. Misalnya, demam (41,1oC 42oC), hipersalivasi, pengeluaran cairan yang banyak dari hidung (Nasal dischaege), kerontokan bulu, mukosa pucat, limfadenopati peripheral, diare, perasaan kedinginan, otot kejang, otot dan kepala tremor, paralysis posterior dan rambut tidak mengkilap. Hal ini dapat diketahui dalam tindakan pemeriksaan antemortem. Sedangkan pemeriksaan postmortem sangat terlihat pada otot-otot yang aktif saja, misalnya otot masseter, lingual, esophagus, hati dan diafragma. Citi otot tersebut adalah konsistensi basah, lembek, lembut, dimana dalam otot subkutan dan otot skelet membentuk berkas gelap dan terang yang disebut dengan Tiger Stripe/Mosaic. Biasanya pada induk semang antara terjadi kejang otot, sedangkan induk definitiv menimbulkan diare.

Pencegahan penyakit ini harus dilakukan pemutusan siklus hidup Sarcocystis cruzi pada sapi degan cara mencegah hewan karnivora memakan makanan berasal dari daging yang kontaminan dan mencegah induk semang antara dari kontaminasi tinja karnivora yang terinfeksi pada pakan ternak padang rumput.

Sarcocystis pada anjing

Parasit ini dapat menular ke anjing karena masih banyak anjing yang berkeliaran di lingkungan peternakan sapi, dimana ini akan meningkatkan penyebaran penyakit Sarkosporidiosis atau Sarcocystosis. Mengingat bahwa anjing merupakan hewan predator tempat bradyzoit tumbuh menimbulkan kematian pada inang definitiv yakni anjing yang mengkontaminasi makanan. Sporozoit dilepaskan dari sporokista di usus kecil akibat pengaruh dari enzim pencernaan dan empedu. Sporozoit menembus dinding usus dan mencari jalan ke endothel arteri, terutama pada daerah usus dan kelenjar mesenterika. Infeksi ini terjadi sebelum Sarcocystis berkembang di sel otot. Sporozoit berpenetrasi ke dalam organ ekstra intestinal dari induk semang dan berkembang secara aseksual dengan dua siklus skizogenus dalam sel endothel. Skizon atau meron generasi I yang dewasa berisi merozoit, terdapat Siantar endothel dan Tunisia elastic. Merozoit lepas dari skizon dan masuk ke dalam aliran darah dan enjadi skizon generasi II. Merozoit dilepaskan dari skizon generasi II dan masuk ke aliran darah membagi dua jalur, yakni satu jalur ke sel otot dan jalur lain ke susunan syaraf. Perkembangan kista dalam otot anjing dimulai pada akhir bulan pertama setelah infeksi awal sebelum kista menjadi dewasa. Kista awal kadang disebut juga sebagai metrokista dan berkembang biak dengan endodiogeni atau pembelahan biner. Pembelahan ini akan menghasilkan bradysoit. Bentuk khas Sarcocystis cruzi pada sapi dewasa dpaat ditemukan sekitar 11 minggu setelah infeksi terhadap anjing. Skizon dan kista yang berisi metrokista tidak menyebabkan infeksi. Anjing sebagai induk semang akhir terinfeksi dengan memakan kista dewasa yang berasal dari otot dan susunan syaraf yang terinfeksi.

Gambar 7. Siklus hidup Sarcocystis cruzi

Sarkopridiosis bersifat akut dan kronis. Menurut Johnson et al., 1975, menyatakan bahwa penyakit akut dapat berkembang pada sapi yang diinokulasi secara oral dengan sporokista dari tinja anjing. Lama sakit sekitar 5-9 hari dan diakhiri dengan kematian. Umumnya kematian dapat terjadi sekitar 26-33 hari setelah infeksi. Penyakit ini berhubungan dengan musim atau lingkungan dan umur hewan. Menurut Sapardi 1984, penderita umumnya berumur dewasa yakni 2-6 tahun. Musim hujan dapat meningkatkan penyebaran penyakit ini, karena protozoa sangat suka kelembaban. Racun yang dihasilkan oleh Sarcocystis ini dapat menimbulkan degenerasi dan reaksi radang pada perimysium otot. Diserat daging hewan yang terinfeksi parasit ini akan menampakan garis putih yang menandakan bahwa parasit ini telah mati. Derajat kuantitatif parasitemia ini ditentukan oleh jumlah merozoit di dalam sirkulasi darah, lamanya parasit di dalam tubuh inang, dan banyaknya merozoit yang berkembang biak. Sedangkan banyaknya sporokista yang masuk ke dalam sapi yang terinfeksi mempengaruhi kejadian penyakit. Menurut Giles et al., 1980 menyatakan bahwa >1 juta sporokista dapat menimbulkan kematian pada sapi dewasa atau dikenal dengan Moribun. Sedangkan 180.000-1.000.000 sporokista menimbulkan abortus pada sapi betina bunting.

Hewan yang terinfeksi secara ringan atau sedang, tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda yang jelas, tetapi infeksi berat akan mengakibatkan gejala klinis pada hewan berupa kepincangan, kelemahan, kekurusan, lumpuh, dan kematian. Ternak menderita infeksi Sarcocystis dapat diobati dengan pemberian Amprolium 100 mg/kg berat badan yang diberikan dalam makanan selama 30 hari. Mencegah adanya kontaminasi dari tinja terhadap makanan atau minumanan melalui sanitasi dan manajemen yang baik. Juga dianjurkan memasak daginng sampai matang sebelum dikonsumsi, biasanya pada suhu 60oC selama 20 menit, 70oC selama 15 menit, atau 100oC selama 5 menit. Pencegahan infeksi Sarcocystis dapat dilakukan dengan pembekuan daging pada suhu -4oC selama 48 jam -20oC selama 24 jam (Fayer, 2004). Pengendalian penyakit yang harus dilakukan adalah memutuskan siklus hidup Sarcocystis sp. tindakan yang bisa kita lakukan adalah mencegah ternak tidak mengkonsumsi pakan yang telah terkontaminasi tinja karnivora atau predator lainnya. Sanitasi kandang juga harus diperhatikan dan dukungan lingkungan sangat menonjol terhadap penyebaran parasit ini.KESIMPULAN

Sarcocystis cruzi merupakan salah satu contoh spesies yang menyerang sapi sebagai inang antara dan anjing sebagai inang akhirnya. Racun yang dihasilkan oleh parasit ini dapat membahayakan ternak dan mengakibatkan kerugian ekonomi masyarakat. Infektif parasit ini bersifat akut dan kronis. Jika akut menyebabkan hewan diare dan kronis menyebabkan kematian akibat stimulasi otot yang berlebihan atau kejang otot. Infeksi Sarcocystis terdapat di berbagai belahan dunia. Sarcocystis dapat dicegah dengan selalu memasak makanan ynag berasal dari daging yang akan dikonsumsi untuk memastikan protozoa tersebut telah mati.

DAFTAR PUSTAKA

Fayer, Ronald. 2004. Sarcocystis spp. in Human Infections. Clin Microbiol Rev 17(4):894.Sakran, Thabet, Al-Hroud, Amir, dan Ahmed, Assmaa. 2013. Studies of Sarcocystis Infecting Domestic Horse. American Journal of Research Communication 1(6):39-53.

Siregar, Muhammad I. S. 1988. Sarkospordiosis pada Sapi yang disebabkan oleh Sarcocystis cruzi (Skripsi). Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Tampubolon. 2004. Protozoologi. Pusat Studi Ilmu Hayati. IPB.

Gambar 1. Sarcocystis pada otot jantung

Gambar 2. Ookista Sarcocystis cruzi yang mengandung dua sporokista dan masing-masing sporokista memiliki empat sporozoit.

Gambar 3. Skizon atau fase aseksual Sarcocystis cruzi dalam sel endothel yang menonjol ke dalam lumen pembuluh darah kecildi paru-paru.

Gambar 4. Spesimen biopsy otot rangka.

Gambar 5. Sarcocystis cruzi. Sarcocystis melepaskan Bradyzoit.