saponin
DESCRIPTION
kimia panganTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saponin adalah glikosida yang terdiri dari aglikon polisiklik salah satu dari
steroid C27 atau Triterpenoid C30 (biasanya disebut sapogenin) yang berdampingan
dengan karbohidrat. Saponin banyak terdapat pada kingdom tanaman. Saponin
dapat diidentifikasi dari adanya rasa yang pahit dan sifat berbusa (seperti sabun).
Pemecahan erythrocytes dapat terjadi pada larutan saponin, sehingga senyawa ini
dapat bersifat racun saat diinjekkan secara intravena. Efek anti-gizi pada saponin
telah dipelajari menggunakan saponin alfalfa. Pada hewan ruminansia, saponin
diindikasikan dapat menyebabkan kembung. Tetapi, studi lebih lanjut
menjelaskan bahwa saponin bukan penyebab utama sindrom kembung. Lebih
jauh, efek saponin adalah menyebabkan degradasi bakteri pada rumen. Efek racun
saponin banyak ditemukan pada tanaman yang dimakan oleh hewan ruminansia.
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zat Anti-gizi Saponin
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas
pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
asam . Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai
massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas .Saponin diberi nama demikian
karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa
aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air.
Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu
glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai
rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut
dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam
suasana asam atau hidrolisis memakai enzim.
Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang
disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih
ini timbul karena adanya penurunan tegangan permukaan pada cairan (air).
Penurunan tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun
(bahasa latin = sapo) yang dapat mengkacaukan ikatan hidrogen pada air.
Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat
kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa
disebut saponin. Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada.
Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri daro
glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin
umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain
itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin . Saponin
merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin
2
steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid
saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin.
Sifat-sifat Saponin antara lain yaitu :
a. Mempunyai rasa pahit
b. Dalam larutan air membentuk busa stabil
c. Menghemolisa eritrosit
d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya
f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
g. Berat molekul relative tinggi dan analisis hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)
dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid). Pada hewan ruminansia,
saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan
kolesterol pada sel membran protozoa sehingga menyebabkan membrondisis pada
sel membrane protozoa. Saponin dapat beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin
antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat perkembangan sporozoit di
dalam saluran pencernaan.
3
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu
saponin steroid dan saponin triterpenoid :
Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid
saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin.
Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan
penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah
koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada
proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa
steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga
sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek
kuat terhadap jantung.
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus
sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam ttumbuhan Asparagus
sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa
digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang afrika (Anonim, 2009).
Saponin tritetpenoid
4
Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa
yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin
ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada
tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai
sebagai antibiotik .
2.2 Keberadaan Saponin dalam Bahan Pangan
Saponin terkandung dalam berbagai macam bahan makanan.
Makanan yang mengandung saponin adalah :
5
a. Tumbuh-tumbuhan
Kacang-kacangan (Fabaceae)
Saponin yang terkandung dalam kacang-kacangan ini
adalah soyasaponine. Diketahui, soyasaponin memiliki
fungsi sebagai antivirus, hepatoprotektor, dan antitumor.
Saponin juga dapat beraktivitas pro-apoptisis dan
memblok inisiasi kanker. Contoh kacang-kacangan yang
mengandung saponin adalah :
o Kacang kedelai (Glycin max)
Saponin yang terkandung dalam kacang kedelai
merupakan soyasaponin. Saponin ini terdapat di
bagian biji kedelai. Tidak hanya kedelai mentah,
produk-produk kedelai juga diketahui mengandung
saponin, yaitu seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan
sebagainya.
o Kacang kapri atau ercis (Pisum sativum)
Kacang kapri mengandung saponin pada bagian
bijinya.
o Kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Kacang tanah mengandung saponin pada bagian
bijinya.
o Buncis (Phaseolus vuldgaris L.)
Buncis mengandung saponin pada bagian bijinya.
o Alfafa (Medicago sativa)
Alfafa adalah spesies tanaman yang biasanya
dimanfaatkan sebagai makanan ternak untuk sapi
perah, kuda, sapi potong, domba, dan kambing.
Saponin yang terkandung didalamnya di bagian
akarnya. Saponin yang terdapat dalam tanaman ini
diketahui memiliki aktivitas sebagai antifungi,
6
yaitupada Microsporum gypseum, Trichophyton
interdigitale dan T. Tonsurans.
Licorice (Caesalpiniceae)
Tanaman Glycyrrhiza sp. atau licorice mengandung
saponin tipe oleane/ soyasaponin (saponin triterpenoid)
yang memberikan rasa manis 200 kali lebih besar dari
pada sukrosa(Kirakosyan dan Peter, 2009) dan tipe lupane
/ asam betulinat (saponin triterpen) yang diketahui
berfungsi sebagai agen anti-HIV (Mayaux et al, 1994).
Saponin ini terkandung dalam bagian akar Licorice
(Kirakosyan dan Peter, 2009).
Ginseng (Araliaceae)
Gingseng (Panax gingseng) merupakan tanaman yang
telah lama dipakai sebagai obat tradisional di Asia.
Tanaman ini mengandung tipe saponin yang spesifik,
yaitu ginsenoside, yang diketahui memiliki aktivitas
sebagai antikanker (Wang et al., 2006).
Minyak Zaitun (Oleaceae)
Saponin yang terdapat dalam mnyak zaitun diketahui
berasal dari kulit berlemak buahnya zaitun (Olea
europaea). Jenis Virgin Pressed Olive Oil, yang dibuat
tanpa pemanasan akan menandng saponin dalam jumlah
yang lebih tinggi, walaupun masih ada saponin yang
tertingga dalam ampasnya.
Tanaman lain
Tanaman lain yang diketahui mengandung saponin adalah
bayam, gandum, biji tomat, paprika, bawang putih,
asparagus, teh, dan kentang. Dalam hal ini, saponin
dalam bayam dan gandum dapat meningatkan absorbsi
makanan di saluran cerna.
7
b. Organisme laut
Saponin yang terkandung dalam organisme laiut berperan
sebagai agen toksik untuk melindungi diri dari predator.
Saponin ini mampu menyababkan kerusakan insang yang
beribas pada gangguan respirasi ikan, sehinga mengakibatkan
kematian pada ikan. Tidak hanya melalui mekanisme
tersebut, ternyata saponin juga dapat memberikan aktivitas
toksik lain yaitu mengganggu regulasi ion dan tekanan
osmotik. Contoh organisme laut yang mengandung saponin
adalah :
Swartzia madagascaries (Leguminosae)
Sesbania sesban (Leguminosae)
Neoratautanenia pseudopachyrhiza (Leguminosae)
Sapindus saponaria (Sapindaceae)
Securidaca longepedunculata (Polugalaceae)
Xeromphis spinosa (Rubiaceae)
Timun laut / teripang (Echinodermata)
Toksin saponin dalam timun laut diketahui tidak toksik
pada manusia, melainkan justru dapat beraktivitas sebagai
antitumor.
c. Anggur Merah (Red Wine)
Saponin diketahui terdapat dalam jumlah besar pada
anggur merah, terutama pada jenis Zinfandel, Syrah, Cabernet
Sauvignon, dan Pinot Noir. Saponin tersebut berasal dari kulit
berlemak anggur yang masuk ke dalam anggur (wine) selama
proses fermentasi.Wine yang tinggi alkohol, seperti Zinfandel,
mengandung konsentrsi saponin yang tinggi pula. Diketahui
bahwa di dalam alkohol kelarutan saponin ini akan bertambah.
2.3 Manfaat dan Bahaya Saponin
8
Saponin merupakan komponen bersifat pahit, yang
menurut BIRK (1969) dapat menyebabkan gangguan fungsional
saluran pencernaan sebagai akibat terhambatnya aktivitas otot
penggerak peristaltic. Selain itu saponin juga dapat mengikat
oksigen air, sehingga kadar oksigen dalam air turun. Dapat
menjadi racun kuat untuk ikan dan amfibi. Saponin yang bersifat
keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin. Saponin juga
mampu menghemolisis eritrosit, sehingga dapat menyebabkan
iritasi saluran pencernaan. Dapat juga menimbulkan reaksi
alergi. Peningkatan permeabilitas saluran pencernaan
memungkinkan masuknya makromolekul seperti allergen..
Modifikasi transit dalam saluran pencernaan. Kerusakan struktur
dan peningkatan turn over sel mukosa usus halus menyebabkan
peningkatan kehilangan energi dan protein. Peningkatan
kehilangan zat makanan merupakan sebagian penyebab
penurunan pertumbuhan akibat saponin.
Selain itu, saponin memilki manfaat bagi kesehatan, antara lain :
− Menurunkan kolesterol plasma karena saponin mampu
berikatan dengan kolesterol. Saponin yang masuk ke
dalam saluran cerna tidak diserap oleh saluran pencernaan
sehingga saponin beserta kolesterol yang terikat dapat
keluar dari saluran cerna. Hal ini menyebabkan kadar
kolesterol plasma dapat berkurang.
− Mencegah jantung koroner
− Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan sebagai
antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan kolesterol
pada sel membran protozoa sehingga menyebabkan
membrondisis pada sel membrane protozoa. Saponin dapat
beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin antiprotozoa
9
yang nantinya mampu menghambat perkembangan
sporozoit di dalam saluran pencernaan.
2.4 Metode Menghilangkan Kandungan Saponin dan Pengujian Saponin
Kandungan saponin dalam bahan pangan bervariasi jumlahnya. Efek
toksik yang dihasilkan juga berbeda-beda tiap jenis bahan pangannya. Kandungan
saponin dalam bahan pangan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara
melakukan perendaman pada bahan pangan tersebut. Perendaman dilakukan
dengan memperkirakan jumlah saponin yang terkandung dalam bahan pangan.
Semakin lama perendaman, maka kandungan saponin akan berkurang semakin
banyak. Selain perendaman, menghilangkan kandungan saponin juga dapat
dilakukan dengan pemanasan atau diberi perlakuan suhu. Adanya peningkatan
suhu akan mengekstrak saponin dari bahan pangan keluar. Saponin dapat
membentuk koloidal apabila dilarutkan dalam air dan membentuk busa. Hal ini
dibuktikan dengan uji saponin pada saat sebelum dilakukan perendaman pada
bahan pangan, dan sesudah perendaman. Uji saponin dilakukan dengan prosedur
berikut:
a. Bahan
Tanaman yang mengandung saponin , aquadest
b. Alat
mortar, corong, kapas, tabung reaksi dan rak, pipet tetes, timbangan kasar,
gelas piala, cover glass dan label.
c. Metode Praktikum
Masing-masing daun atau bahan pangan digerus sampai halus kemudian
ditimbng kira-kira 2 gram dan dimasukkan ke dalam gelas piala. Air panas
sebanyak 100 ml ditambahkan ke dalam gelas piala tersebut dan
dididihkan selama 5 menit. Setelah itu, didinginkan pada suhu kamar. Isi
gelas piala tesebut disaring dengan corong dan kapas sehingga didapatkan
filtrate yang akan digunakan untuk pengujian. Sebanyak 5 ml filtrate
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan kocok selama 10 detik
10
serta dibiarkan selama 10 menit. Indikator adanya saponin ditandai dengan
adanya buih yang stabil. Dilakukan hal yang sama akan tetapi
menggunakan air dingin.
Dari percobaan uji saponin yang dilakukan, dapat diketahui kandungan saponin
dari banyaknya busa yang terbentuk setelah dilakukan pengocokan. Pengaruh
pemanasan terhadap saponin dalam bahan pangan juga dapat diamati dengan
metode diatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanasan dan perendaman
dapat mengurangi atau menghilangkan kandungan saponin dalam bahan pangan.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Saponin adalah zat antigizi karbohidrat yanag banyak terdapat pada
tanaman dan banyak diketahui sebagai toksin (racun) yang disebut
sapotoksin.
11
2. Keberadaan saponin pada bahan pangan dapat diuji dengan menggunakan
uji saponin dan melihat koloid yang terbentuk dari reaksi antara air dan
saponin
3. Untuk menghilangkan zat saponin, dapat dilakukan dengan pemanasan
atau perendaman bahan pangan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Cheeke.2000. Saponin : Suprising Benefits of Desert Plants. http :www . lpi .
orego- nstate.edu/sp-spdp/saponin.htm. (25 November 2013)
Nahrowi.2008. Pengetahuan Bahan Pakan. Nutri Sejahtra Press. Bogor.
13