sap tbc 27

23
SATUAN ACARA PENYULUHAN TBC Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di ruang 27 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

Upload: atika

Post on 10-Apr-2016

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SAP TBC 27

TRANSCRIPT

Page 1: SAP TBC 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TBC

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik

di ruang 27 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

Page 2: SAP TBC 27

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN

TBC

Oleh:

Mahasiswa keperawatan:

Universitas Brawijaya

Stikes Maharani Malang

Akademi Keperawatan Lumajang

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari :

Tanggal :

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(...............................) (...............................)Kepala Ruang 27

(.......................................)

Page 3: SAP TBC 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN TB PARU

Judul : TB Paru       

Hari/tanggal  : Kamis / 19 November 2015

Tempat : Ruang 27

Lama  : 30 menit

Penyaji  :    

Audiens  : Keluarga dan klien di ruang 27 RSSA Malang

A. Latar Belakang MasalahDi Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TBC adalah

penyebab nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20- Berdasarkan

data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah

diserang oleh penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang

pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi,

sekitar 5-10 persen berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit

berakhir dengan kematianan. (Depkes RI, 2002)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum

bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia

setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia

adalah negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah

Cina dan India. Sulitnya memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya

adalah munculnya bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu,

upaya penemuan obat baru terus dilakukan

B. Tujuan Instruksional UmumSetelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien / keluarga diharapkan   dapat 

mengerti  tentang penyakit TB Paru

C. Tujuan Instruksional Khusus1. Menjelaskan pengertian TB Paru

2. Menjelaskan tentang penyebab TB Paru

3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala TB Paru

4. Menjelaskan tentang bagaimana penularan TB Paru

5. Menjelaskan tentang pengobatan TB Paru

6. Menjelaskan tentang pencegahan TB Paru

Page 4: SAP TBC 27

D. SasaranAdapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada klien dan keluarga

klien di Ruang 27 RSSA Malang

E. Materi  (terlampir)1. Pengertian TB Paru

2. Penyebab TB Paru

3. Tanda dan gejala TB Paru

4. Penularan TB Paru

5. Pengobatan TB paru

6. Pencegahan TB Paru

F. Alat Bantu :Menggunakan alat bantu laptop dan LCD

G. MetodeCeramah dan tanya jawab.

H. Setting TempatPenyuluhan dilakukan di ruang 27 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.

Keterangan:

: Peserta : Penyuluh

: Moderator : Tim Penyuluhan

Page 5: SAP TBC 27

I. Pengorganisasian1. Penyaji :                                           

2. Moderator :                                      

3. Fasilitator :                                      

4. Notulen dan Observer :                                       

5. Pembimbing Lahan Praktek :         

6. Pembimbing Akademik :        

J. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA1. 5 menit Pembukaan :

1.     Mengucapkan salam.2.     Menjelaskan nama dan akademi3.     Menjelaskan tujuan penyuluhan4.     Menyebutkan materi yang diberikan.

Menjelaskan aturan dan kontrak waktuMenggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan dibahas

5.     Menanyakan kesiapan peserta

   Menjawab salam   Mendengarkan   Mendengarkan

2. 10 menit Pelaksanaan :1. Penyampaian materi

Menjelaskan pengertian TB paru Menjelaskan penyebab TB Paru Menjelaskan tanda dan gejala TB

paru Menjelaskan bagaimana

penularan TB Paru Menjelaskan pengobatan TB Paru Menjelaskan pencegahan TB Paru

2. Tanya jawab Memberikan kesempatan kepada

peserta untuk bertanya

   Mendengarkan

  

Bertanya3. 15 menit Penutup :

1. Menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan mengenai TB Paru

2. Meminta CI dan CT untuk memberikan masukan dan saran pada penyuluhan yang sudah dilakukan

3. Beri kesempatan peserta untuk bertanya

4. Beri kesempatan peserta untuk menanggapi jawaban dari pemateri

5. Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas

6. Memberikan salam penutup

   Menjawab Bertanya   Menjelaskan   Memperhatikan Mendengarkan   Menjawab salam

Page 6: SAP TBC 27

K. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur

a. Sebelum melakukan penyuluhan, dilakukan perijinan kepada peserta, perawat dan

bagian promkes ruang 27.

b. Seluruh pasien dan keluarga pasien di ruang 27 mengikuti acara penyuluhan.

c. Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan media yaitu materi yang akan disampaikan.

d. Kesiapan peserta meliputi kesiapan menerima materi dan tenang saat pemberian

materi.

2. Evaluasi Proses

a. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan memperhatikan saat pemberian

materi.

b. Peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang

disampaikan penyuluh.

c. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan kembali topik pembahasan.

d. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas.

3. Evaluasi Hasil:

a. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan kembali tentang penyakit TBC, cara

pencegahannya dan cara penularannya

b. Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan tentang penyakit TBC, cara

penularannya , dan cara penceghannya

L. Lampiran : Materi

Page 7: SAP TBC 27

MATERI PENYULUHAN TB PARU

1. Pengertian TBCMenurut (Niluh Gede Yasmin Asih, 2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit

menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan

asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri, 2007)

tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru –

paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini juga dapat

menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus linfe.

Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi

saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium

tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari

satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus,

kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar

yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui lesi kulit.

Menurut (Chris Brooker, 2009) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa kronik

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu basil tahan

asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan mikobakterium altipis misalnya

M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.

Menurut (Diane C. Baughman, 2000) tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang

terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi.

2. Etiologi / Penyebab TBCMycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran

panjang 1 – 4 mm dengan tebal 0,3 – 0,6 mm. Sebagian besar komponen M.

Tuberkulosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam

serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah

bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.

Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru – paru yang kandungan oksigennya

tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.

Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh membran

mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka dari itu; disaring,

dihangatkan, dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa

respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan

epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblek dan kelenjar serosa.

Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat

Page 8: SAP TBC 27

dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan

mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung,

dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sinilah

lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan

untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplay ke udara inspirasi berasal dari

jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah

disesuaikan sedimikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu,

bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. Udara mengalir

dari faring menuju laring atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang

rawan yang dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara

terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan

glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran

pernapasan bagian bawah.

Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya sebagai

organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,

penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang

berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam

esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka larynx

yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret

keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang

rawan yang berbentu seperti sepatu  5 inchi. Struktur kuda yang panjangnya  trachea

dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan

pohon tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama

bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena banyak

mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk, kalau

saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus

kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan lanjutan trachea, yang arahnya hampir

vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan

trachea yang dengan sudut yang lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama

bronchus kanan kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah

jalan, maka tidak masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segumen

bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang

dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang

mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah tingkat bronchiolus terminalis

disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-gas di luar bronchiolus

terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru tempat

Page 9: SAP TBC 27

pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang kadang-kadang

memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari dinding mereka, puletus

alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan saccus alveolus hanya mempunyai

satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya lebih kecil dibandingkan dengan tebal

garis tengah sel darah merah. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus

dengan luas permukaan seluas lapangan tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat

lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang dapat mengurangi tegangan permukaan

dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada

alveolus pada waktu ekspirasi.

Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam

rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paru-

paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian

hilus dan membentuk akar paru-paru. Diantara pleura parietal dan pleura viceral,

terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan

tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan

thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah yaitu

1.) Arteri bronkhialis.

2.) Arteri pulmonalis.

3. Manifestasi Klinis TBCPada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada

individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak

dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat timbul

pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan

oleh basil.

Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis

berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :

a. Batuk lebih dari 3 minggu

Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses

destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini

dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada

Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih

sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.

b. Dahak (sputum)

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian

berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan

menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.

Page 10: SAP TBC 27

c. Batuk Darah

Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai

berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah

akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya

pembuluh darah.

d. Sesak Napas

Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan

proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.

e. Nyeri dada

Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada

dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot

pada saat batuk.

f. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh

sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

g. Demam dan Menggigil

Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi

umum dari proses infeksi.

h. Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul

belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

i. Rasa lelah dan lemah

Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.

j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari

Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit

Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.

Gambaran klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu  :

1. Gejala respiratorik, meliputi :

a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan

bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa

garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam

jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.

Page 11: SAP TBC 27

c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena

ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorakx, anemia dan

lain-lain.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.

Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala Sistemik, meliputi :

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan

malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama makin

panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan serta malaise.

4. Cara Penularan TBC

TBC dapat menular melalui droplet. Sehingga untuk menghindari penularannya, penderita TBC hendaknya menggunakan masker.

5. Patofisiologi TBCIndividu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri

dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai

untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah

ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru – paru lainnya

(lobus atas).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil

dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal

biasanya terjadi dua sampai sepuluh minggu setelah pemajanan.

Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil

yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang membentuk

dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari

masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makropag) menjadi

nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi,

Page 12: SAP TBC 27

membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit

aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif

dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri kemudian

menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel yang

memecah, membentuk jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi lebih membengkak

mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat

mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang

berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika

penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui.

Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

6. Penatalaksanaan TBCPrinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan

jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi tersebut dikenal

2 (dua) macam alternatif pengobatan.

• Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat relatif

murah.

• Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin + Streptomicyn

dan diteruskan dengan.

• Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH +

Rifampicin atau Ethambutol.

• Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat relatif

murah.

• Pengobtan intensif: tiap hari selama 1 – 2 bulan INH + Rifampicin +

Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan

• Pengobatan intermitten 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan : INH +

Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin.

• Jenis obat yang dipakai

- Obat Primer - Obat Sekunder

1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid

2. Rifampisin (R) 2. Protionamid

3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin

4. Streptomisin 4. Kanamisin

Page 13: SAP TBC 27

5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)

6. Tiasetazon

7. Viomisin

8. Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :

Tahap INTENSIF

Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah

terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut

diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam

kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif

(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif

sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan

jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahab lanjutan

penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.

Paduan obat kategori 1 :

Tahap Lama (H) / day R day Z day F day Jumlah

Hari X

Nelan Obat

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60

Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 54

Paduan Obat kategori 2 :

Tahap Lama (H)

@30

0

mg

R

@450

mg

Z

@500

mg

E

@

250

mg

E

@50

0

mg

Strep.

Injeksi

Jumlah

Hari X

Nelan

Obat

Intensif 2

bulan

1

bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

-

-

0,5 % 60

30

Page 14: SAP TBC 27

Lanjuta

n

5

bulan

2 1 3 2 - 66

Paduan Obat kategori 3 :

Tahap Lama H @ 300

mg

R@450mg P@500mg Hari X Nelan

Obat

Intensif 2 bulan 1 1 3 60

Lanjutan

3 x week

4 bulan 2 1 1 54

OAT sisipan (HRZE)

Tahap Lama H

@300mg

R

@450m

g

Z

@500mg

E day

@250mg

Nelan X

Hari

Intensif

(dosis

harian)

1 bulan 1 1 3 3 30

Efek samping OAT dapat dibagi menjadi efek samping ringan dan berat.

Efek samping ringan

EFEK SAMPING PENYEBAB PENATALAKSANAAN

tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin

Semua OAT diminum malam sebelum tidur

Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin

Kesemuatan s.d. rasa terbakar di kaki INH

Beri vitamin B6 (piridoksin) 100mg per hari

Warna kemerahan pada air seni (urine) Rifampisin

Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien

Page 15: SAP TBC 27

Efek samping berat

EFEK SAMPING PENYEBAB PENATALAKSANAAN

Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT

Ikuti petunjuk penatalaksanaan di bawah *)

Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan

Gangguan keseimbangan Streptomisin

Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol

Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT

Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang

Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat) Hampir semua OAT

Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol

Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin

H. Kegagalan PengobatanSebab-sebab kegagalan pengobataan :

a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat

- Dosis obat tidak cukup

- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai dengan

petunjuk yang diberikan.

- Jangka waktupengobatan kurang dari semestinya

- Terjadi resistensi obat.

b. Drop out : - Kekurangan biaya pengobatan

- Merasa sudah sembuh

- Malas berobat

c. Penyakit : - Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit berat

- Ada penyakit lainyang menyertai contoh :

Demam, Alkoholisme dll

- Ada gangguan imunologis

Page 16: SAP TBC 27

I. Penanggulangan Khusus Pasiena. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur

- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan cara

pemberian.

- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat

b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur

- Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap

bulan.

- Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat

- Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih

sensitif.

c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat

sesuai rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara mikroskopik atau

secara biakan )

1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama

2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan resistensi

3. Roentgen paru sebagai evaluasi.

4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid

jangka lama)

5. Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi

6. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.

J. Pencegahan TBC

Sebelum terjadi pada diri kita sebaiknya kita melakukan pencegahan, agar kita bisa terhindar dari penyakit TBC tersebut. Adapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:

Tidak meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau ditempat sampah.

Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit. 

Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan kuat.

Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Jaga jarak aman terhadap penderita penyakit TBC Sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat. Lakukan imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit TBC Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila

terkena dengan sinar matahari.

Page 17: SAP TBC 27

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner dan

Suddart. Jakarta : EGC

Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1 & 2.

Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC

Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta.

Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : FKUI.

Price, S., & Wilson. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi.2.

Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.