sap tbc 27
DESCRIPTION
SAP TBC 27TRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TBC
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
di ruang 27 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN
TBC
Oleh:
Mahasiswa keperawatan:
Universitas Brawijaya
Stikes Maharani Malang
Akademi Keperawatan Lumajang
Telah diperiksa kelengkapannya pada:
Hari :
Tanggal :
Perseptor Akademik Perseptor Klinik
(...............................) (...............................)Kepala Ruang 27
(.......................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN TB PARU
Judul : TB Paru
Hari/tanggal : Kamis / 19 November 2015
Tempat : Ruang 27
Lama : 30 menit
Penyaji :
Audiens : Keluarga dan klien di ruang 27 RSSA Malang
A. Latar Belakang MasalahDi Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TBC adalah
penyebab nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20- Berdasarkan
data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah
diserang oleh penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang
pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi,
sekitar 5-10 persen berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit
berakhir dengan kematianan. (Depkes RI, 2002)
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum
bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia
setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia
adalah negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah
Cina dan India. Sulitnya memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya
adalah munculnya bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu,
upaya penemuan obat baru terus dilakukan
B. Tujuan Instruksional UmumSetelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien / keluarga diharapkan dapat
mengerti tentang penyakit TB Paru
C. Tujuan Instruksional Khusus1. Menjelaskan pengertian TB Paru
2. Menjelaskan tentang penyebab TB Paru
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala TB Paru
4. Menjelaskan tentang bagaimana penularan TB Paru
5. Menjelaskan tentang pengobatan TB Paru
6. Menjelaskan tentang pencegahan TB Paru
D. SasaranAdapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada klien dan keluarga
klien di Ruang 27 RSSA Malang
E. Materi (terlampir)1. Pengertian TB Paru
2. Penyebab TB Paru
3. Tanda dan gejala TB Paru
4. Penularan TB Paru
5. Pengobatan TB paru
6. Pencegahan TB Paru
F. Alat Bantu :Menggunakan alat bantu laptop dan LCD
G. MetodeCeramah dan tanya jawab.
H. Setting TempatPenyuluhan dilakukan di ruang 27 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
Keterangan:
: Peserta : Penyuluh
: Moderator : Tim Penyuluhan
I. Pengorganisasian1. Penyaji :
2. Moderator :
3. Fasilitator :
4. Notulen dan Observer :
5. Pembimbing Lahan Praktek :
6. Pembimbing Akademik :
J. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam.2. Menjelaskan nama dan akademi3. Menjelaskan tujuan penyuluhan4. Menyebutkan materi yang diberikan.
Menjelaskan aturan dan kontrak waktuMenggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan dibahas
5. Menanyakan kesiapan peserta
Menjawab salam Mendengarkan Mendengarkan
2. 10 menit Pelaksanaan :1. Penyampaian materi
Menjelaskan pengertian TB paru Menjelaskan penyebab TB Paru Menjelaskan tanda dan gejala TB
paru Menjelaskan bagaimana
penularan TB Paru Menjelaskan pengobatan TB Paru Menjelaskan pencegahan TB Paru
2. Tanya jawab Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
Mendengarkan
Bertanya3. 15 menit Penutup :
1. Menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan mengenai TB Paru
2. Meminta CI dan CT untuk memberikan masukan dan saran pada penyuluhan yang sudah dilakukan
3. Beri kesempatan peserta untuk bertanya
4. Beri kesempatan peserta untuk menanggapi jawaban dari pemateri
5. Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas
6. Memberikan salam penutup
Menjawab Bertanya Menjelaskan Memperhatikan Mendengarkan Menjawab salam
K. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur
a. Sebelum melakukan penyuluhan, dilakukan perijinan kepada peserta, perawat dan
bagian promkes ruang 27.
b. Seluruh pasien dan keluarga pasien di ruang 27 mengikuti acara penyuluhan.
c. Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan media yaitu materi yang akan disampaikan.
d. Kesiapan peserta meliputi kesiapan menerima materi dan tenang saat pemberian
materi.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan memperhatikan saat pemberian
materi.
b. Peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang
disampaikan penyuluh.
c. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan kembali topik pembahasan.
d. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas.
3. Evaluasi Hasil:
a. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan kembali tentang penyakit TBC, cara
pencegahannya dan cara penularannya
b. Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan tentang penyakit TBC, cara
penularannya , dan cara penceghannya
L. Lampiran : Materi
MATERI PENYULUHAN TB PARU
1. Pengertian TBCMenurut (Niluh Gede Yasmin Asih, 2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan
asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri, 2007)
tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru –
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini juga dapat
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus linfe.
Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi
saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium
tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari
satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus,
kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar
yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui lesi kulit.
Menurut (Chris Brooker, 2009) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa kronik
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu basil tahan
asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan mikobakterium altipis misalnya
M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
Menurut (Diane C. Baughman, 2000) tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi.
2. Etiologi / Penyebab TBCMycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1 – 4 mm dengan tebal 0,3 – 0,6 mm. Sebagian besar komponen M.
Tuberkulosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam
serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.
Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru – paru yang kandungan oksigennya
tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka dari itu; disaring,
dihangatkan, dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan
epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblek dan kelenjar serosa.
Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat
dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan
mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung,
dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sinilah
lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan
untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplay ke udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedimikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu,
bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. Udara mengalir
dari faring menuju laring atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang
rawan yang dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara
terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan
glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah.
Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya sebagai
organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,
penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang
berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam
esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka larynx
yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret
keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang
rawan yang berbentu seperti sepatu 5 inchi. Struktur kuda yang panjangnya trachea
dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan
pohon tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama
bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena banyak
mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk, kalau
saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus
kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan lanjutan trachea, yang arahnya hampir
vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan
trachea yang dengan sudut yang lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama
bronchus kanan kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah
jalan, maka tidak masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segumen
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang
dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang
mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah tingkat bronchiolus terminalis
disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-gas di luar bronchiolus
terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru tempat
pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang kadang-kadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari dinding mereka, puletus
alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan saccus alveolus hanya mempunyai
satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya lebih kecil dibandingkan dengan tebal
garis tengah sel darah merah. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus
dengan luas permukaan seluas lapangan tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat
lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang dapat mengurangi tegangan permukaan
dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada
alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam
rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paru-
paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru-paru. Diantara pleura parietal dan pleura viceral,
terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan
thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah yaitu
1.) Arteri bronkhialis.
2.) Arteri pulmonalis.
3. Manifestasi Klinis TBCPada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada
individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat timbul
pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan
oleh basil.
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis
berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini
dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada
Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih
sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan
menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai
berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah
akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya
pembuluh darah.
d. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan
proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot
pada saat batuk.
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi
umum dari proses infeksi.
h. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
i. Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
Gambaran klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorakx, anemia dan
lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik, meliputi :
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise.
4. Cara Penularan TBC
TBC dapat menular melalui droplet. Sehingga untuk menghindari penularannya, penderita TBC hendaknya menggunakan masker.
5. Patofisiologi TBCIndividu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai
untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru – paru lainnya
(lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil
dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya terjadi dua sampai sepuluh minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil
yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari
masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makropag) menjadi
nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi,
membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit
aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri kemudian
menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel yang
memecah, membentuk jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi lebih membengkak
mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika
penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui.
Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.
6. Penatalaksanaan TBCPrinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan
jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi tersebut dikenal
2 (dua) macam alternatif pengobatan.
• Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat relatif
murah.
• Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin + Streptomicyn
dan diteruskan dengan.
• Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH +
Rifampicin atau Ethambutol.
• Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat relatif
murah.
• Pengobtan intensif: tiap hari selama 1 – 2 bulan INH + Rifampicin +
Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan
• Pengobatan intermitten 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan : INH +
Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin.
• Jenis obat yang dipakai
- Obat Primer - Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut
diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif
(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan
jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahab lanjutan
penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :
Tahap Lama (H) / day R day Z day F day Jumlah
Hari X
Nelan Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 54
Paduan Obat kategori 2 :
Tahap Lama (H)
@30
0
mg
R
@450
mg
Z
@500
mg
E
@
250
mg
E
@50
0
mg
Strep.
Injeksi
Jumlah
Hari X
Nelan
Obat
Intensif 2
bulan
1
bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,5 % 60
30
Lanjuta
n
5
bulan
2 1 3 2 - 66
Paduan Obat kategori 3 :
Tahap Lama H @ 300
mg
R@450mg P@500mg Hari X Nelan
Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan
3 x week
4 bulan 2 1 1 54
OAT sisipan (HRZE)
Tahap Lama H
@300mg
R
@450m
g
Z
@500mg
E day
@250mg
Nelan X
Hari
Intensif
(dosis
harian)
1 bulan 1 1 3 3 30
Efek samping OAT dapat dibagi menjadi efek samping ringan dan berat.
Efek samping ringan
EFEK SAMPING PENYEBAB PENATALAKSANAAN
tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin
Semua OAT diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin
Kesemuatan s.d. rasa terbakar di kaki INH
Beri vitamin B6 (piridoksin) 100mg per hari
Warna kemerahan pada air seni (urine) Rifampisin
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien
Efek samping berat
EFEK SAMPING PENYEBAB PENATALAKSANAAN
Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT
Ikuti petunjuk penatalaksanaan di bawah *)
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin
Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT
Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat) Hampir semua OAT
Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol
Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin
H. Kegagalan PengobatanSebab-sebab kegagalan pengobataan :
a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat
- Dosis obat tidak cukup
- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai dengan
petunjuk yang diberikan.
- Jangka waktupengobatan kurang dari semestinya
- Terjadi resistensi obat.
b. Drop out : - Kekurangan biaya pengobatan
- Merasa sudah sembuh
- Malas berobat
c. Penyakit : - Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit berat
- Ada penyakit lainyang menyertai contoh :
Demam, Alkoholisme dll
- Ada gangguan imunologis
I. Penanggulangan Khusus Pasiena. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan cara
pemberian.
- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat
b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
- Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap
bulan.
- Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat
- Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih
sensitif.
c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat
sesuai rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara mikroskopik atau
secara biakan )
1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan resistensi
3. Roentgen paru sebagai evaluasi.
4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid
jangka lama)
5. Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi
6. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.
J. Pencegahan TBC
Sebelum terjadi pada diri kita sebaiknya kita melakukan pencegahan, agar kita bisa terhindar dari penyakit TBC tersebut. Adapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:
Tidak meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau ditempat sampah.
Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit.
Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan kuat.
Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Jaga jarak aman terhadap penderita penyakit TBC Sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat. Lakukan imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit TBC Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila
terkena dengan sinar matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner dan
Suddart. Jakarta : EGC
Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1 & 2.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta.
Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : FKUI.
Price, S., & Wilson. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi.2.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.