sap maternitas

17
SAP SATUAN ACARA PENYULUHAN POSISI MENERAN Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas Disusun Oleh : AHMAD FAUZAN A01101558 Dosen Pembimbing : RENI.P, S.Kep. Ns

Upload: ahmad-fauzan

Post on 12-Aug-2015

452 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

sap maternitas posisi mengejan pada ibu hamil

TRANSCRIPT

Page 1: Sap maternitas

SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

POSISI MENERAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas

Disusun Oleh :

AHMAD FAUZAN

A01101558

Dosen Pembimbing :

RENI.P, S.Kep. Ns

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

TAHUN 2013

Page 2: Sap maternitas

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Penulis ucapkan karena oleh-Nya Penulis

diberi rahmat serta inayahnya sehingga Penulis bisa menyelesaikan SAP ini

dengan tidak ada halangan suatu apapun.

Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak kepada :

1. H. Muh. Basirun Al-Ummah, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

2. Dyah Puji Astuti, S. Kep, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3. Nurlaila, S.Kep. Ns, selaku Dosen Mata Kuliah Maternitas Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

4. Keluarga yang telah mendukung dari segi materi dan lain sebagainya.

5. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga

SAPlaporan ini bisa selesai tepat waktu.

Semua dorongan yang telah diberikan kepada penulis sangat berarti,

semoga dapat balasan yang lebih dari Allah SWT, Amin.

Penulis menyadari dalam menyusun SAP ini jauh dari sempurna, maka

dari itu penulis sangat mengharapkan keritik serta saran yang sifatnya

membangun demi perbaikan SAPmakalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kebumen, 11 Maret 2013

Penulis

Page 3: Sap maternitas

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Maternitas

Sub pokok bahasan : Posisi Meneran

Sasaran : Ibu-ibu Hamil Di Desa Kembangsari

Hari / Tanggal : Senin, 11 Maret 2013

Pukul / Jam : 15.00 - Selesai

Tempat : Posyandu Kembangsari

Pelaksana : Ahmad Fauzan

Pembimbing : Nurlaila, S.Kep.

Data survei : Dari data hasil study penelitian didapatkan 75%

Ibu hamil di Desa Kembangsari pernah mengalami

kejang.

.

A. LATAR BELAKANG

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita

sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan

bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus

berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah

terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.

Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat

pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat

digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang

sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera

ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih

sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya

diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan  posisi

yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini hal

tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran

Page 4: Sap maternitas

dengan posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan

kurangnya oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia.

Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik

barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang

secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima, atau dengan kata lain

Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah

penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit

dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien

perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini

sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM

maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/tidak

bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan

yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan

angka kematian ibu dan angka kematian bayi

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan materi penyuluhan tentang Posisi Meneran Pada

Ibu Hamil, ibu-ibu bisa melahirkan dengan berbagai posisi yang nyaman.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah para ibu di Desa Kembangsari diberi penyuluhan ini

diharapkan ibu-ibu dapat:

a. Mengerti dan memahami pengertian posisi meneran

b. Mengetahui manfaat posisi meneran

c. Mengetahui macam-macam posisi meneran

d. Mengethui cara meneran

e. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam posisi meneran

C. SASARAN

Sasaran dari penyuluhan ini adalah untuk ibu-ibu posyandu di Desa

Kembangsari.

Page 5: Sap maternitas

D. POKOK MATERI

( Terlampir 1)

E. METODE PENYULUHAN

1. Ceramah

2. Tanya jawab

F. MEDIA PENYULUHAN

1. Lembar balik

2. Leaflate

Page 6: Sap maternitas

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO KEGIATAN PENYULUHAN WAKTUKEGIATAN AUDIENCE

1. Pembukaana. Mengucapkan salamb. Memperkenalkan diric. Apresiasid. Menyampaikan tujuane. Pre test

5 Menit - Menjawab salam- Mendengarkan dengan

aktif- Mendengarkan dengan

memberikan respon- Mendengarkan dengan

memberikan respon2. Penyuluhan

a. Menjelaskan materi secara sistematis.1. Menjelaskan pengertian posisi

meneran2. Menjelaskan manfaat posisi

meneran3. Menjelaskan macam-macam

posisi meneran4. Menjelaskan cara meneran5. Menjelaskan hal-hal yang harus

diperhatikan dalam posisi meneran

b. Membuka season tanya jawab.c. Menjawab pertanyaan

1 Jam - Mendengarkan dengan memberikan respon.

- Memberikan pertanyaan

3. Penutupa. Evaluasib. Post testc. Memberi kesimpuland. Mengucapkan salam

10 Menit - Menjawab pertanyaan- Mendengarkan aktif- Menjawab salam

H. EVALUASI

1. Jelaskan pengertian demam kejang pada anak

2. Sebutkan jenisjenis demam kejang

3. Sebutkan faktor penyebab terjadinya demam kejang

4. Sebutkan klasifikasi demam kejang pada anak

5. Jelaskan penatalaksanaan pada demam kejang

Page 7: Sap maternitas

I. REFERENSI

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/macam-posisi-meneranmengejan-

saat.html#ixzz2NDlwLI26

http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-

saat.html

Human Labor, dkk. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta. Adipublisher.

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, kandungan dan Keluarga Berencana.

Jakarta. EGC.

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka.

Page 8: Sap maternitas

Lampiran 1 : Materi

POSISI MENERAN

A. PENGERTIAN

Menurut Syafrudin (2012) posisi dalam persalinan adalah posisi yang

digunakan untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat

bersalin dan dapat mempercepat proses persalinan.

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa

disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap

tenang dan rileks sedapata mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan

posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan

bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang

dipilihnya, menyarankan alternative-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak

efektif atau membahayakan bagi dirinya sedndiri atau bagi bayinya. Bila ada

anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendamping ibu, maka

bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut.

Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus menerus

dalam masa persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak

nyaman, bidan bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah

kebiasaan atau merubah setting tempat yang sudah ditentukan 9seperti

misalnya menyarankan agar ibu berdiri atau berjalan-jalan). Bidan harus

memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi yang

terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang menyenangkan serta pujian

lainnya.

Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan,

atau membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan

tersebut harus melakukan semuanya itu dengan cara yang bersifat sayang ibu

meliputi;

1. Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan

jiwa ibu.

Page 9: Sap maternitas

2. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta merasa

didukung dan didengarkan.

3. Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan

ibu/keluarganya sebagai pengambil keputusan

4. Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai

teknologi canggih.

5. Memastikan bahwa informasi  yang diberikan adekuat serta dapat dipahami

ibu.

B. MANFAAT PILIHAN POSISI BERDASARKAN KEINGINAN IBU

1. Memberikan banyak manfaat

2. Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan

3. Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek

4. Laserasi perineum lebih sedikit

5. Lebih membantu meneran

6. Nilai apgar lebih baik

C. MACAM-MACAM POSISI MENERAN

1. Posisi terlentang (supine) 

Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama,

besar  kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan

kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Dan juga menyebabkan beberapa

hal seperti :

a. Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan

aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga

menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya

ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia

janin.

b. Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.

c. Buang air kecil terganggu.

d. Mobilisasi ibu kurang bebas.

Page 10: Sap maternitas

e. Ibu kurang semangat.

f. Resiko laserasi jalan lahir bertambah.

g. Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

h. Rasa nyeri yang bertambah.

2. Posisi duduk/setengah duduk 

Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan

gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun

kedasar panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam

lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke

rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam

posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah

mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh

akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.

3. Posisi jongkok/ berdiri

Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas

panggul sebesar dua puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah

panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko

terjadinya laserasi ( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun

berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya,

dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan

bagian bawah janin.

4. Berbaring miring kekiri

Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena

cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia,

karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat member suasana rileks bagi

ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya

laserasi/robekan jalan lahir.

5. Posisi merangkak 

Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa

mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok

untuk persalinan dengan rasa sakit punggung, mempermudah janin dalam

Page 11: Sap maternitas

melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. Posisi

merangkak juga dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke

panggul.

D. CARA MENERAN

Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat dilakukan

yaitu :

1. Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu :

a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama

kontraksi.

b. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.

c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.

d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih

mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan

menempelkan dagu ke dada.

e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran

bayi.

2. Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko

distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang

mencoba melakukan dorongan pada fundus. Untuk mengkoordinasikan

semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-

hal sebagai berikut :

a. Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat

menambah pembukaan pintu bawah panggul.

b. Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah

kekuatan menuju jalan lahir.

c. His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.

d. Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn

demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.

Page 12: Sap maternitas

e. Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan

selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.

3. Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :

a. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai

batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan

dapat melihat perutnya.

b. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan

tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni

kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis.

Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.

E. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Menurut Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan

pada saat mengejan, yaitu :

1. Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.

2. Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang

kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik,

pasien mengejan dalam posisi miring.

3. Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut,

mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik

nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat,

menunggu datangnya his berikutnya.