sap imunisasi caca

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2.5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & Woeld Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (Population immunity). Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakkan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Pusat Komunikasi Publik, 2011). Anak balita di Indonesia tahun 1999/2000 sebesar 66,3% yang memiliki cakupan imunisasi lengkap, angka cakupan tersebut jauh dari target UCI sebesar 80%. Kasus polio sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia sepanjang lima tahun terakhir ini. Tetapi upaya eradikasi polio masih harus dilanjutkan untuk mewujudkan Indonesia 1

Upload: fesakurnia

Post on 27-Jan-2016

245 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: SAP Imunisasi Caca

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2.5 juta kasus kematian anak per

tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & Woeld

Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan

pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti

Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan

hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat

(Population immunity). Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan

pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization

(UCI), yang merupakkan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat

administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki

tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Pusat

Komunikasi Publik, 2011). Anak balita di Indonesia tahun 1999/2000 sebesar 66,3%

yang memiliki cakupan imunisasi lengkap, angka cakupan tersebut jauh dari target

UCI sebesar 80%.

Kasus polio sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia sepanjang lima tahun

terakhir ini. Tetapi upaya eradikasi polio masih harus dilanjutkan untuk mewujudkan

Indonesia Bebas Polio, sebagai bagian dari upaya eradikasi polio regional dan global.

Untuk kasus tetanus maternal dan neonatal telah dinyatakan mencapai tahap eliminasi

oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di sebagian wilayah Indonesia. Selain

itu, langkah-langkah mewujudkan reduksi dan eliminasi campak di Indonesia masih

harus dilaksanakan.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah

penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk pembentukan zat antibodi

yang dimasukan kedalam tubuh secara injeksi seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan

secara peroral seperti vaksin polio.

Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal

terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa 1

Page 2: SAP Imunisasi Caca

faktor diantaranya terdapat tinggi kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi,

potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi. Keefektifan

imunisasi tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh

dapat diharapkan pada diri anak.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan ibu-ibu dapat

mengetahui manfaat imunisasi dan mengantarkan anaknya untuk mendapatkan

imunisasi secara teratur dan lengkap

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang imunisasi, diharapkan

ibu yang memiliki balita dapat :

Menyebutkan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar

Menyebutkan manfaat imunisasi

Menyebutkan macam-macam imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat

dicegah pada imunisasi

Menyebutkan jadwal imunisasi

2

Page 3: SAP Imunisasi Caca

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Topik Bahasan : Imunisasi

Sasaran : Ibu-ibu yang mempunyai balita

Waktu : 30 menit

Tempat : posyandu kencana Kelurahan Cipedes

Penyuluh : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Media : Leaflet

2 Tujuan

2.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui

manfaat imunisasi dan mengantarkan anaknya untuk mendapatkan imunisasi

secara teratur dan lengkap

1.2 Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang imunisasi, diharapkan ibu

yang memiliki balita dapat :

Menyebutkan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar

Menyebutkan manfaat imunisasi

Menyebutkan macam-macam imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat

dicegah pada imunisasi

Menyebutkan jadwal imunisasi

3 Materi (terlampir)

Pengertian imunisasi dan imunisasi dasar

3

Page 4: SAP Imunisasi Caca

Manfaat imunisasi

Macam-macam imunisasi dan penyakit apa yang dapat dicegah pada imunisasi

Jadwal imunisasi

4 Metode

a) Ceramah

b) Tanya jawab

5 Media

a) Leaflet

6 Kegiatan

No. Tahap Kegiatan

Penyuluhan

Kegiatan Ibu Waktu

1. Pembukaan 5 menit

*Salam Memberikan

salam

Menjawab

salam

*Perkenalan Memperkenalkan

diri

Menyimak

*Tujuan

Penyuluhan

Menjelaskan

tujuan

penyuluhan

Menyimak

*Kontrak/strategi

Penyuluhan

Menjelaskan

kontak/strategi

penyuluhan

Menyimak

2. Kegiatan Inti 20 menit

*Pengertian

Imunisasi dan

Imunisasi Dasar

Menjelaskan

pengertian

imunisasi dan

imunisasi dasar

Menyimak

*Manfaat

Imunisasi

Menjelaskan

manfaat

imunisasi

Menyimak

*Macam-macam Menjelaskan Menyimak

4

Page 5: SAP Imunisasi Caca

imunisasi dan

penyakit yang

dapat dicegah

pada imunisasi

macam-macam

imunisasi dan

penyakit yang

dapat dicegah

pada imunisasi

*Jadwal

imunisasi

Menjelaskan

jadwal imunisasi

Menyimak

3. Penutup 10 menit

*Tanya jawab Memberikan

kesempatan pada

ibu untuk

bertanya dan

menjawab

pertanyaan yang

telah diajukan

Bertanya

dengan aktif

*Evaluasi Memberikan

pertanyaan pada

ibu

Menjawab

pertanyaan

*Salam Mengucapkan

salam

Menjawab

salam

7 Evaluasi

Bentuk : Pertanyaan

Prosedur : Langsung

Butir soal : 1. Jelaskan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar?

2. Sebutkan manfaat imunisasi?

3. Sebutkan macam-macam imunisasi serta penyakit yang dapat

dicegah pada imunisasi?

4. Sebutkan jadwal imunisasi?

5

Page 6: SAP Imunisasi Caca

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara

aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,

tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan,

yaitu kekebaln pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang

diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Contohnya adalah

kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah

pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena

akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh

immunoglobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat

oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan

secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif

karena adanya memori imunologik.1

2.2 Pengertian imunisasi dasar

Pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun

untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.

2.3 Tujuan imunisasi

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,

dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau

bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.

2.4 Manfaat imunisasi

6

Page 7: SAP Imunisasi Caca

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering

berjangkit.

2. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit.

3. Untuk Negara

Memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal

untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.5 Macam – macam imunisasi dasar

Imunisasi dasar lengkap, terdiri dari :

1. BCG(Bacillus Calmette Guerine)

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis paru.

Kontra indikasi :

- Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksin, furunkulosis dan

sebagainya.

- Mereka yang sedang menderita TBC.

Reaksi sesudah imunisasi BCG

1. Reaksi normal lokal

o 2 minggu : indurasi, eritema kemudian menjadi pustula

o 3 - 4 minggu : pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

o 8 - 12 minggu : ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm

2. Reaksi pada kelenjar

o Merupakan respon selular pertahanan tubuh

o Kadang terjadi di kelenjar axilla dan supraklavikula

o Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

o Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

o Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan

Komplikasi

7

Page 8: SAP Imunisasi Caca

1. Abses ditempat suntikan

o Abses bersifat tenang (cold abses) sehingga tidak perlu terapi

o Abses matang aspirasi

2. Limfadenitis Supurativa

o Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi

o Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

o Bila telah matang di aspirasi

o Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

• Koch phenomen - reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6

minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan, dilakukan tes Tuberkulin (Mantoux) :

a. Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC

b. Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intrakutan

c. Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan

d. Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

< 5 mm : negatif

6- 9 mm : meragukan

> 10 mm : positif

e. Test Mantoux (-) : imunisasi

(+) : pemeriksaan TBC

f. Meragukan : ulang 2 minggu

2.Hepatitis B

Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih digalakkan,

mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan

rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.

Deskripsi :

8

Page 9: SAP Imunisasi Caca

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-

infecious, berasal dari HbsAG yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula

polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus

hepatitis B.

Kontra indikasi :

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,

vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

Efek Samping :

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan.

Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

3. DPT

Deskripsi :

Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid

difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

Cara pemberian dan dosis :

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi

homogen.

Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.

9

Page 10: SAP Imunisasi Caca

Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan

interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

Kontra indikasi :

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius

keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-

gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua,

dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

Efek Samping :

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada tempat

penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan

merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

4. Polio

Deskripsi :

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus

poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan

jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

Cara pemberian dan dosis :

Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali

(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru.

Kontra indikasi :

10

Page 11: SAP Imunisasi Caca

Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya

yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada

keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah

sembuh.

Efek Samping :

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang

disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine) disamping OPV

(Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV berisi antigen polio

(polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus polio hidup. Kedua vaksin

polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak

sehat, maupun yang menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu

bersamaan dengan vaksin DTP.

5. Campak

Deskripsi :

Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml)

mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih

dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Cara pemberian dan dosis :

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut

steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-

11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up

campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1 – 6.

Kontra indikasi :11

Page 12: SAP Imunisasi Caca

Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang

diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Efek Samping :

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3

hari yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.

6. HiB

Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB

(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga

terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya

karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain

mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru

dan radang epiglotis.

Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang beredar di Indonesia yaitu vaksin Hib

yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol phosphate- konjugasi

dengan protein tetanus) dan PRP-OMP (PRP berkonjugasi outer membrane protein

complex).

2. Jadwal imunisasi

a) Imunisasi BCG

Diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk mencapai

cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG, pada umur 0 – 12

bulan, tetap disetujui.

Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml,

diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap

menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di

tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih

mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak

membantu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral

12

Page 13: SAP Imunisasi Caca

atau paha anterior), dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabi!a

diperlukan.

Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan

mengingat efektivitas perlindungan hanya 40%, sekitar 70% kasus Tuberkulosis berat

(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan kasus dewasa dengan BTA (bakteri

tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (23-36%) walaupun mereka telah

mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG

baru yang lebih efektif.

Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien

munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada

infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya

dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

b) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling

tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal

kurang lebih sebesar 45%.

Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat bayi

berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval hepB-2 dan

hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3 diberikan 2-5 bulan setelah

hepB-2 yaitu pada umur 3-6 bulan.

Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAG

positif yaitu ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu HbsAG positif atau

ibu HbsAG negatif.

Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1

monoivalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB

pada umur 2-3-4 bulan.

Hepatitis B saat bayi lahir :

Baru lahir dari ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, hepB-1 harus

diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1 dan atara

umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbaAG ibu tidak diketahui dan ternyata dalam

13

Page 14: SAP Imunisasi Caca

perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAG positif maka dapat diberikan

HBIg (hepatitis B imunoglobulin) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAG-B ibu positif, dalam waktu 24-48 jam

setelah lahir bersamaan dengan vaksin HepB-I diberikan juga HBIg 0,5 ml.

Ulangan vaksinasi hepatitis B

Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap

anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x pada

masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya masih memiliki titer

antibodi anti HBs yang protektif (titer anti HBs>10ug/ml). Mengingat pola

epidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di Thailand,

maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak

diperlukan. Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs.

Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh

imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination).

Ulangan imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.

apabila titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization).

c) Imunisasi DTwP dan DTaP

Imunisasi DTwP dan DTaP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTwP

atau DTaP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-6

minggu, DTwP atau DTaP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTwP atau DTaP-2 pada

umur 3 bulan dan DTwP atau DTaP-3 pada umur 4 bulan. Ulangan selanjutnya

(DTwP atau DTaP-4) diberikan satu tahun setelah DTwP atau DTaP-3 yaitu pada

umur 18-24 bulan dan DTwP atau DTaP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.3

Vaksinasi ulangan

- Pada booster umur 5 tahun dianjurkan tetap diberikan vaksin dengan

komponen partusis (DTwP atau DTaP), mengingat kejadian pertusis

pada dewasa muda penularan pada bayi dan anak.

- Sejak tahun 1998, DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah.

Ulangan DT-6 diberikan pada usia 12 tahun, mengingat masih

dijumpai kasus difteria pada umur lebih dari 10 tahun.

14

Page 15: SAP Imunisasi Caca

- Sebaiknya ulangan DT-6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult

dose), tetapi di Indonesia dT tidak ada di pasaran.

Dosis Vaksinasi DTP

DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi

dasar maupun ulangan.

Jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi difteria dalam vaksin DTwP atau

DTaP. Dosis vaksin DTP dan TT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara intrmaskular.

d) Imunisasi Polio

Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik

polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional untuk mendapatkan cakupan

imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan

setelah lahir. Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat

bayi meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain

karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini , IPV

dapat menjadi alternatif.

Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak kurang dari 4

minggu. Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml,

intramuskular. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4,

selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).

e) Imunisasi Campak

Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan,

pada umur 9 bulan.

Hasil penelitian litbangkes Depkes 2000, didapatkan bahwa titer antibodi

campak pada anak usia sekolah 10-12 tahun hanya tinggal 50% diantaranya yang

masih mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan. Sedangkan 28,3%

diantara kelompok usia 5-7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah

diimunisasi saat bayi. Berdasarkan hal tersebut dianjurkan pemberian imunisasi

campak ulang pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun). Namun apabila telah

mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak

diperlukan.15

Page 16: SAP Imunisasi Caca

f) Imunisasi HiB

Vaksin Hib yang berisi PRT-P diberikan umur 2,4, dan 6 bulan.

Vaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6

bulan) tidak diperlukan.

Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi (DTwP/Hib,

DTaP/Hib/IPV)

Dosis :

- Satu dosis Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuscular.

- Tersedia vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV

(vaksin kombinasi yang beredar berisi vaksin Hib PRT-P) dalam

kemasan prefilled syringe 0,5 ml.

Ulangan :

- Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur

18 bulan

- Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu

kali

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN

IMUNISASI16

Page 17: SAP Imunisasi Caca

1. TBC (Tuberkulosis)

a. Definisi: Penyakit menular yang umumnya menyerang paru dan dapat menyebar ke

organ lain seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit.

b. Penyebab: Mycobacterium tuberculosis

c. Gejala Klinis:

– Bisa tanpa gejala

– Demam tidak tinggi (sumeng)

– Berat badan sulit naik

– Didapatkan adanya kontak dengan orang dewasa yang menderita TB paru

2. Hepatitis B

a. Definisi: Penyakit hati yang menyebabkan peradangan hati dan dapat terjadi secara

menahun dan berlanjut menjadi pengerutan hati (sirosis hepatis) atau keganasan

(kanker hati)

b. Penyebab: Virus Hepatitis B

c. Gejala Klinis:

– Nafsu makan hilang

– Rasa tidak enak di perut

– Mual sampai muntah

– Demam ringan

– Tubuh tampak kuning

– Air seni berwarna seperti teh

3. Difteri

a. Definisi: Penyakit akibat terjangkit bakteri yang dapat menyebabkan kematian

b. Penyebab: Corynebacterium diphtheriae

c. Gejala Klinis:

– Demam

– Sakit tenggorokan

– Sulit bernafas dan menelan

– Mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung

– Sangat lemah

– Terasa sakit

17

Page 18: SAP Imunisasi Caca

– Bercak putih di amandel dan kerongkongan

4. Pertusis (batuk rejan atau batuk seratus hari)

a. Definisi: Penyakit akut yang menyerang saluran nafas berupa batuk yang sangat berat

yang akan mengganggu aliran lendir

b. Penyebab: Bordetella pertusis

c. Gejala Klinis:

Gejala awal

– Demam ringan

– Hidung berair

– Bersin-bersin

– Batuk ringan

Gejala lanjut

– Batuk berat sampai batuk rejan

5. Tetanus

a. Definisi: Keadaan infeksi dimana gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya

tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh racun dari bakteri.

b. Penyebab: Clostridium tetani

c. Gejala Klinis:

Gejala awal

– Nyeri punggung

– Rasa tidak nyaman di seluruh tubuh

– Kekakuan otot

– Sulit menelan

Gejala lanjut

– Kaku otot pengunyah

– Kaku rahang

– Kaku otot wajah

– Wajah menyeringai

– Sulit bergerak

– Kaku seluruh tubuh

– Sulit bernapas

18

Page 19: SAP Imunisasi Caca

6. Pneumonia

a. Definisi: Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai jaringan paru

b. Penyebab: Haemophilus influenzaei

c. Gejala Klinis:

– Demam tinggi (>39o C)

– Sakit kepala

– Gelisah

– Lemas

– Nafsu makan menurun

– Mual, muntah

– Sesak nafas

– Batuk

7. Polio

a. Definisi: Penyakit kelumpuhan yang disebabkan virus yang menyebabkan lemahnya

otot.

b. Penyebab: Poliovirus

c. Gejala Klinis:

– Sakit tenggorokan

– Leher kaku

– Sakit kepala

– Demam

– Nyeri otot

– Kaku otot belakang leher

– Kelumpuhan

8. Campak

a. Definisi: Infeksi virus yang sangat menular ditandai demam, batuk, sakit mata dan

ruam kulit.

b. Penyebab: Paramyxovirus

19

Page 20: SAP Imunisasi Caca

c. Gejala Klinis:

– Demam

– Nyeri tenggorokan

– Hidung meler

– Batuk

– Bercak putih di mulut

– Nyeri otot

– Mata merah

20

Page 21: SAP Imunisasi Caca

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar SP. Imunisasi pada keadaan tertentu. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai

penerbit FKUI; 2002.

2. Australian Department of Health and Ageing. Understand childhood immunusation

[pamphlet]. Sydney: Australian Department of Health and Ageing; 2005.

3. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Informasi dasar imunisasi rutin

serta kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas lapangan dan organisasi

kemasyarakatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009.

4. Jadwal imunisasi anak umur 0 – 18 tahun. Sari pediatri. 2011;13(1).

21