sap bermain puzzel bona 1 (1)

27
PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG BONA LANTAI 1 RSUD DR SOETOMO SURABAYA 1. LATAR BELAKANG Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh dengan stress Anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan akibat perpisahan dengan keluarga ataupun lingkungan terutama pada anak yang mengalami rawat inap lama (Wong, 2005). Terapi bermain sangat dibutuhkan oleh seorang anak, hal ini merupakan kebutuhan psikososial anak baik dalam keadaan sehat maupn sakit. Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks. Adapun terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain puzzle. Alasan kelompok mengadakan terapi bermain puzzle adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa.Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih kita untuk 1

Upload: kharisma-amsirahk

Post on 30-Nov-2015

586 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

DI RUANG BONA LANTAI 1

RSUD DR SOETOMO SURABAYA

1. LATAR BELAKANG

Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh dengan

stress Anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan akibat perpisahan dengan

keluarga ataupun lingkungan terutama pada anak yang mengalami rawat inap lama

(Wong, 2005). Terapi bermain sangat dibutuhkan oleh seorang anak, hal ini merupakan

kebutuhan psikososial anak baik dalam keadaan sehat maupn sakit. Bermain pada anak

dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak untuk

mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak.

Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya

sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan

pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang

dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk

melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi

lebih rileks. Adapun terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain puzzle. Alasan

kelompok mengadakan terapi bermain puzzle adalah untuk mengembangkan motorik

halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa.Puzzle merupakan salah satu

bentuk permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih kita untuk memusatkan pikiran,

karena kita harus berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga

menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Puzzle termasuk mainan anak yang

memiliki nilai-nilai edukatif.

Saat usia 3 tahun atau lebih, kemampuan balita untuk memegang dan mengambil

benda sudah berkembang, mereka juga bisa memasang kepingan-kepingan puzzle.

Dengan puzzle, balita belajar memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah.,

tentunya bentuk puzzle yang digunakan lebih sederhana dan mempunyai warna yang lebih

mencolok. Memasang kepingan puzzle berarti mengingat gambar utuh, kemudian

menyusun komponennya menjadi sebuah gambar benda. Cara anak menyelesaikan

gambar utuh puzzle adalah dengan menggunakan metode  coba dan salah. Warna dan

bentuk kepingan, dua hal yang diperhatikan buah hati Anda saat memasang puzzle.

1

Page 2: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

Bermain puzzle melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika

mencocokkan kepingan-kepingan puzzle. Tidak hanya itu, permainan ini meningkatkan

keterampilan anak menyelesaikan masalah sederhana.

2. TUJUAN

2.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti terapi bermain puzzle diharapkan dapat meminimalkan dampak

stress hospitalisasi pada anak

2.2 Tujuan Instruksional Khusus

Dengan mengikuti terapi bermain puzzle, diharapkan dapat:

1) Melatih kemampuan kognitif anak.

2) Melatih kemampuan motorik halus anak.

3) Melatih kemampuan sosial personal anak.

4) Melatih kemampuan berbahasa anak.

3. SASARAN

1) Anak usia pra sekolah (5-6 tahun)

2) Anak yang dirawat di ruang Hematologi Bona Lantai 1

3) Tidak mempunyai keterbatasan fisik yang dapat menghalangi proses terapi bermain

4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

5) Tidak dalam kondisi kritis

4. JADWAL PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Jumat, 7 Juni 2013

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Bona 1 (Ruang Hematologi)

5. MEDIA

Puzzle (lebih dari 9 keping puzzle dengan gambar tokoh kartun)

Tape

6. METODE

1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi

waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi

2

Page 3: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

bermain.

2) Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan

mengenai cara bermain puzzle.

3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu

gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali

kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar.

4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung.

5) Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan

membentuk mainan.

6) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk

berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain

berlangsung.

7) Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak

dan proses jalannya terapi bermain.

8) Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang

gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.

9) Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan

bangun tersebut sebagai reward.

10) Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian

kepada semua peserta sebagai reward.

7. STRATEGI PELAKSANAAN

No Waktu Kegiatan Peserta1. 5 menit Pembukaan:

1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

2. Memperkenalkan diri3. Menjelaskan tujuan dari terapi

bermain4. Kontrak waktu dengan anak dan

orang tua

1. Menjawab salam

2. Mendengarkan3. Memperhatikan

4. Memperhatikan

2. 15 menit Pelaksanaan:1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan

terapi bermain puzzle2. Memberikan kesempatan kepada

anak untuk bertanya jika belum jelas3. Membagikan puzzlekepadaanak

4. Fasilitator mendampingi anak dan

1. Memperhatikan

2. Bertanya

3. Antusias saat menerima peralatan

4. Memulai membuat

3

Page 4: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

memberikan motivasi kepada anak5. Menanyakan kepada anak apakah

telah selesai membuat menyusun puzzle.

6. Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan untuk bermain telah selesai.

7. Memberikan pujian terhadap anak karena telah bermain dengan serius

8. Menyuruh anak untuk menceritakan gambar yang ada di dalam puzzle

bingkai dan menghias5. Menjawab pertanyaan

6. Mendengarkan

7. Memperhatikan

8. Menceritakan

3. 5 menit Evaluasi:1. Mengumumkan nama anak yang

dapat menyusun puzzle dengan cepat dan tepat.

1. Gembira dan bertepuk tangan

4. 5 menit Terminasi:1. Memberikan motivasi dan pujian

kepada seluruh anak yang telah mengikuti program terapi bermain

2. Membagikan reward berupa hasil karya mereka kepada masing-masing peserta

3. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua, menggali perasaan klien setelah terapi bermain

4. Mengucapkan salam penutup

1. Gembira

2. Gembira

3. Mengungkapkan perasaan

4. Menjawab salam

8. PENGORGANISASIAN

Leader : Irma Rosita, S.Kep

Fasilitator : Maria Konsita Pede, S.Kep

Yuri Kemal, S.Kep

Nurjani, S.Kep

Masfin Muhayanah, S.Kep

Ferry Kusnadi, S.Kep

Observer : Nuur Raafi Wulandari, S.Kep

Pembimbing Klinik : Suparmiasih, S.Kep., Ns

Pembimbing Pendidikan : Iqlima S.Kep., Ns

9. JOB DESCRIPTION

1) Leader

- Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.

4

Page 5: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

- Mengarahkan permainan.

- Memandu proses permainan.

2) Fasilitator

- Memfasilitasi anak untuk bermain.

- Membimbing anak bermain.

- Memperhatikan respon anak saat bermain.

- Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.

3) Observer

- Mengawasi jalannya permainan.

- Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.

- Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.

- Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader dan

fasilitator.

10. SETTING

= Anak = Observer

= Leader = fasilitator

11. KRITERIA EVALUASI

11.1 Evaluasi Struktur

1) Anak hadir di ruangan minimal 7 orang

2) Pelaksanaan dilakukan di ruang hematologi Bona lantai 2

3) Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelumnya

11.2 Evaluasi Proses

5

Page 6: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

1) Anak antusias dalam kegiatan bermain puzzle

2) Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir

3) Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk bermain puzzle

11.3 Kriteria Hasil

1) Anak terlihat senang dan gembira

2) Kecemasan anak berkurang

3) Anak lebih akrab dengan tenaga kesehatan khususnya perawat

4) Bentuk yang dibuat sesuai atau rapi

5) Anak mampu menyebutkan gambar yang ada dalam puzzle

6) Anak mampu mengungkapkan perasaannya selama bermain puzzle.

12. MASALAH YANG MUNGKIN TERJADI

1. Anak malas dan mengantuk

2. Anak bermain tidak sesuai dengan perintah leader

13. ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH

1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)

2. Diberikan penjelasan tentang pelaksanaan program terapi kepada anak dan orang tua

3. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program

terapi

6

Page 7: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

BAB 2

MATERI KONSEP BERMAIN

2.1 Pengertian

1) Menurut Hurlock (1991) bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan

yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan secara

sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

2) Menurut Depkes RI (1993) bermain merupakan kesibukan anak, layaknya seperti

bekerja bagi orang dewasa, dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan.

3) Menurut Foster (1989) bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

2.2 Fungsi Bermain

Menurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi :

1. Perkembangan sensori motorik

Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang paling

untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam sekitarnya :

a. Bayi melalui stimulasi taktil ( sentuhan ), audio, visual.

b. Toddler dan prasekolah ; gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan

c. Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan rumit.

Contoh berlari dan bersepeda.

2. Perkembangan Intelektual/ Kognitif

Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal objek dan

bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan

kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingkan antara

fantasi dan realita.

3. Sosialisasi

Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga

anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan

sosialisasi akan berkembang nilai-nilai normal dan etik. Anak belajar yang benar dan

salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.

a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana kontak sosial

pertama anak adalah figur ibu.

7

Page 8: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

b. Sampai usia 1 tahun : bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di lingkungan.

c. Usia 2–3 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual

dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman permainannya.

d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada

pada setiap bermainnya.

e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima,

belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab

dari tindakannya.

4. Kreativitas

Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain.

Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang

lain.

5. Nilai terapeutik

Untuk melepaskan stress dan ketegangan.

6. Kesadaran diri

Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.

7. Nilai Moral

Belajar salah/benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin

diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang diterima

secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.

2.3 Tujuan Bermain

Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai

berikut :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak

mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,

selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.

8

Page 9: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

2.4 Ciri Bermain

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan

Vandenberg (Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa ciri bermain yaitu :

1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksud muncul atas keinginan pribadi serta

untuk kepentingan sendiri.

2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi

yang positif.

3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir.

5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain

pada anak-anak kecil.

2.5 Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan

1) Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan

orang lain. Contoh : orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak memberi

respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll.

2) Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh : Obyek, cahaya,

bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.

3) Skill Play, bermain yang sifatnya membina keterampilan Misalnya berulangkali

melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat,Contoh naik sepeda.

4) Dramatik Role Play/bermain Dramatik/ Simbolik, dimulai pada akhir masa bayi

11-13 bulan. Contoh : berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan,

minum dan tidur. Usia Toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya.

Usia Prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.

5) Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video.

2. Menurut Karakteristik Sosial

1) Onlooker Play/mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi tidak

ada usaha untuk ikut bermain. Contoh : menonton televisi

2) Solitary/mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak

ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/

permainanya sendiri.

3) ParalelPlay, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi kelompok.

9

Page 10: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

4) Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada

pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling

meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah

5) Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/

sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang

ditetapkan dan ingin dicapai.

3. Menurut Usia Anak

1) Anak usia bayi

Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3 bulan, usia 4 – 6

bulan, dan usia 7 – 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah sense

of pleasure play.

- Bayi usia 0 – 3 bulan

Karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi sosial yang

menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang dewasa sekitarnya.

Selain itu, perasaan senang juga menjadi ciri khas dari permainan untuk bayi di

usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan yang

berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan tersebut,

secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan tujuan menstimuli

penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada

posisi yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke sekelilingnya.

Secara auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar

pembicaraan, musik dan nyanyian yang menyenangkan.

- Bayi usia 4 – 6 bulan

Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan seperti mengajak

bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna

terang, serta dapat pula dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi

didepannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.

Untuk stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan cara selalu

membiasakan memanggil namanya, mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan

sering berbicara dengan bayi, serta meletakkan mainan yang berbunyi di dekat

telinganya.

Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya, lembut dan

lentur atau pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak mandi.

10

Page 11: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

- Bayi usia 7 – 9 bulan

Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang

berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia

mencoret-coret sesuai keinginannya.

Stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan memberi bayi boneka yang

berbunyi, mainan yang bisa dipegang dan berbunyi jika digerakkan. Untuk itu

alat permainan yang dapat diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna

yang terang an mencolok, gelas dan sendok yang tidak pecah, bola yang besar,

berbagai boneka, dan/atau mainan yang dapat didorong.

2) Anakusia toddler (>1 tahunsampai 3 tahun)

Anakusia toddler menunjukkankarakteristikyang khas, yaitubanyakbergerak,

tidakbisadiamdanmulaimengembangkanotonomidankemampuannyauntukmandiri

. Olehkarenaitu, dalammelakukanpermainan, anaklebihbebas, spontan,

danmenunjukkanotonomibaikdalammemilihmainanmaupundalamaktivitasbermai

nnya.Anakmempunyai rasa ingintahu yang

besar.Olehkarenaituseringkalimainannyadibongkar-pasang,

bahkandirusaknya.Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak

dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan

perlukaan.

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “solitary play

dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak

melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia

lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara

parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum

begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar. Jenis alat

permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-

warni yang dapat dibentuk benda macam-macam

3) Anak usia prasekolah (>3 tahun - 6 tahun)

Anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang

lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan

imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan

temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai

adalah “associative play, dramatic play dan skill play”. Anak melakukan

11

Page 12: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai

dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang

tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya.

Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih

anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada

anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan

balok-balok besar.

4) Anak usia sekolah (> 6 tahun - 12 tahun)

Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu

bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan teman

menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian,

permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan

ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat mengembangkan

sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan

sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam

kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah

mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak

dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.

Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis

kelaminnya.Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainanjenis mekanik yang

akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang

laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan

permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan,

pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan,

misalnya alat untuk memasak dan boneka.

5) Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)

Anak remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan

meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia dewasa dan

bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan

mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan

mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang

dsb. Melihat karakteristik anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif,

misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olah raga,

12

Page 13: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

mendengarkan dan/atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi

remaja yang positif, seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna dll.

Prinsip kegiatan bermainbagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari

kesenangan dan meningkatkan perkembangan fisio-emosional, tetapi juga lebih

juga ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja untuk

menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa

berbagai macam alat olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.

2.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Bermain

1. Tahapperkembangananak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi

efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga

sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan

memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2. Status kesehatananak

Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan

berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak

sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat

kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit,

orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak

sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.

3. Jenis Kelamin

Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau

perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau

perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan

sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah

salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat

permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal

ini di latarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-

laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.

13

Page 14: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

4. Lingkungan yang mendukung

Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah

satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas

bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih

diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali

mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar

kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan keluarga

tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di didik melalui

permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang

gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan rumah yang

cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk

bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat dan bermain dengan teman

sekelompoknya.

5. Alatdanjenispermainan yang cocokatausesuaibagianak

Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang

sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus

dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan

usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi,

tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak,

bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-

benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat

permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak

untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainanmembantu

anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta

interaksi sosial dengan orang lain.

2.7 Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Anak

1) Tradisi

a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya

b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan

c. Tergantung dari perubahan musim

2) Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia bertambah,

penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.

14

Page 15: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

3) Waktu dan usia

a. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia

b. Waktu berkurang sesuai usia

c. Aktifitas fisik berkurang

d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat

e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama

f. Jumlah dan usia teman ( lebih sedikit dan spesifik )

2.8 Prinsip Permainan pada Anak di Rumah Sakit

1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada

anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan

di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat

bermain khusus yang ada di ruangan rawat.

2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana

3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak

4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama

5. Melibatkan orang tua

2.9 Keuntungan Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas

bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.

3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,

tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,

sedih tegang dan nyeri.

4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk

mempunyai tingkah laku yang positif

2.10 Konsep Puzzle

Puzzle merupakan salah satu jenis permainan yang biasanya menggunakan potongan

(piece), dan pemain diminta memindahkan potongan (piece) secara bebas. Umumnya puzzle

memiliki potongan (piece) denganbentuk yang kompleks sehingga selama kita berusaha

mencocokan gambar, kita juga harus mencocokan bentuk sambungannnya (Yuriastien, 2009)

1. Jenis-jenispuzzle:

15

Page 16: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

Ada beberapajenis puzzle, antara lain:

a. Logic Puzzle

Logic Puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika. Gambar berikut adalah contoh

dari logic puzzle berupa grid puzzle.

b. Jigsaw Puzzle

Jigsaw Puzzle adalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan. Disebutdengan

Jigsaw puzzle karena alat untuk memotong menjadi keeping disebut dengan jigsaw.

c. Mechanical Puzzle

Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepinganya saling berhubungan. Contoh

puzzle pada mechanical puzzle adalah Soma Cube dan Chinese wood knots.

d. Combination Puzzle

Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa

kombinasi yang berbeda. Rubik's Cube dan Hanoi Tower adalah contoh Combination

Puzzle.

2. Manfaat permainan puzzle:

a. Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar berkonsentrasi.

Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potongan-potongan

kepingan gambar tersebut.

b. Melatih koordinasi tangan dan mata.

Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan kepingan-

kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.

c. Meningkatkan Keterampilan Kognitif.

Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar

dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak balita

karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik.

Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun

gambar.

d. Belajar bersosialisasi.

Dua anak yang bermain bersama-sama tentunya butuh diskusi untuk merancang

kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut. Anak yang lebih besar akan merasa

senang jika dapat membantu anak yang lebih kecil, sebaliknya pun begitu, sehingga

akan tercipta suasana yang nyaman dan terciptanya interaksi ketika bermain.

16

Page 17: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

e. Melatih kesabaran

Dengan bermain puzzle anak bias belaja rmelatih kesabarannya dalam menyelesaikan

suatu tantangan.

f. Melatih daya ingat

Bermain puzzle akan melatih daya ingat anak tentang bentuk dan warna puzzle yang

akan disusun. Anak akan mengingat gambar yang dilihat sebelum menyusunnya.

g. Melatih nalar

Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Anak akan menyimpulkan

dimana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika. Jika sudah

menaruh bagian hidung berarti mulut ada di bagian bawahnya.

Orang tua harus memperhatikan bahwa kemampuan tiap anak itu berbeda. Biasanya

anak yang sejak dini sudah dikenalkan dengan puzzle akan lebih mahir dan terbiasa bermain

puzzle. Oleh karena itu, para orang tua yang akan memilih puzzle untuk anaknya, jangan

berdasarkan umur, tetapi bergantung kepada kemampuan sibuah hati. Umumnya, anak-anak

yang kuat kemampuan visualnya, akan lebih mudah dancepat menyelesaikan permainan ini.

17

Page 18: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

DAFTAR PUSTAKA

Berhman et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 3, Editor bahasa Indonesia: A. Samik

Wahab-Ed.15- Jakarta : EGC

Hurlock.1991. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga

Ngastiyah,2005, Perawatan Anak Sakit, Ed.2, Jakarta:EGC

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC

18

Page 19: Sap Bermain Puzzel Bona 1 (1)

19