santosa hotel - spesifikasi teknis struktur rev160511

65
PROYEK : SANTOSA CITY HOTEL JL. PATIH JELANTIK NO. 8, DENPASAR BALI SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR 2012

Upload: yudi-ibo-nlf

Post on 26-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mamn

TRANSCRIPT

DEVISI II

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN STRUKTUR

SANTOSA CITY HOTEL DENPASARI. Pekerjaan Galian

A. Umum

1) Uraian

a) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah; batu-batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek; pembuangan lapisan tanah atas (top soil); pembuangan akar-akar pohon atau material keras lainnya; grading site dan pekerjaan tanah lainnya yang kesemuanya disesuaikan dengan Gambar dan Spesifikasi ini.

b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan Lantai Basement, Pondasi Struktur, saluran drainage, Ground Tank/Sumpit/Septictank, dan bangunan lain yang membutuhkan galian tanah.

c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini belaku untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa :

Galian Biasa;

Galian Batu;

Galian Struktur.d) Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu dan galian struktur dan tidak lebih dalam dari 1 (satu) meter.

e) Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 (satu) meter kubik atau lebih yang tidak dapat dilakukan dengan tata-cara dan waktu galian tanah biasa.

f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk keperluan Struktur Pondasi Beton. Setiap galian yang didefinisikan sebagai galian Biasa dan Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian pondasi kolom, dinding beton penahan tanah (reataining wall), sloof beton, Ground tank/Sumpit/Septictank, pondasi Genset, lantai Besement dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebutkan dalam Spesifikasi ini.

Penggalian Struktur juga meliputi : pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua keperluan drainage atau Dewatering; pemompaan; penimbaan; penurapan; penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

g) Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tanah sesuai dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi.

h) Pemanfaatan kembali bahan galian ini untuk penimbunan harus mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan.2) Pekerjan Lain Yang Berkaitan Dengan item Ini :

a) Transportasi dan Penanganan.

b) Rekayasa Lapangan.

c) Bahan dan Penyimpanan.

d) Pekerjaan Rutin Pemeliharaan.

e) Timbunan.

f) Beton.

g) Pasangan Batu.

h) Pembongkaran Struktur Lama (bila ada).

i) Kondisi Lapangan

3) Toleransi Dimensi

a) Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selesai tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau sesuai yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan pada setiap titik. Sedang untuk galian saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan dengan kemiringan yang telah ditetapkan.

b) Permukaan galian Biasa maupun galian Struktur yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air, permukaannya harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan tersebut tanpa terjadi genangan.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

a) Untuk setiap pekerjaan galian menurut Seksi ni, sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan : Rencana Kerja dan Metode pekerjaan galian; detail gambar melintang dan memanjang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembongkaran atau penggalian dilaksanakan.

b) Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberitahukan Pengawas Pekerjaan, sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan tanah belum terganggu. Demikian pula Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah selesai kepada Pengawas Pekerjaan, sebelum pekerjaan lanjutan dimulai.

c) Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan Gambar Detail seluruh Pekerjaan Sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti : penyokong (shoring); pengaku (bracing); cofferdam; dan dinding penahan rembesan (cutoff wall); perencanaan dewatering, serta gambar-gambar lain yang dianggap perlu. Gambar-gambar tersebut harus mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.

d) Kontraktor harus memberitahu Pengawas Pekerjaan mengenai setiap galian tanah dasar, formasi atau galian struktur yang telah selesai dikerjakan, bahan timbunan perkerasan tidak boleh dihamparkan sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan dasar dan dinding galian disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Pekerjaan.

e) Kontraktor harus mencatat segala perubahan, kendala dan kondisi tidak normal yang muncul dilapangan selama proses penggalian secara tertulis serta segera melaporkan kepada Pengawas Pekerjaan untuk mendapatkan penyelesaian atau petunujuk sesegera mungkin.

f) Kesalahan dalam penggalian merupakan tanggungjawab Kontraktor untuk menimbun kembali lubang galian hingga mencapai kepadatan yang setara dengan kondisi tanah sebelum digali atau yang dipersyaratkan.

g) Kontraktor bertanggung jawab untuk mencarikan tempat pembuangan dan pengangkutan galian ke tempat yang tidak mengganggu lingkungan.

5) Pengamanan Pekerjaan Galiana) Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian; pihak-pihak ketiga (setiap orang) dan segala jenis bangunan baik di bawah maupun di atas tanah yang ada disekitar lokasi galian.

b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian Kontraktor harus menjaga struktur sementara berfungsi dengan baik sehingga kondisi galian tetap stabil. Kontraktor harus melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk pengamanan orang maupun hak-milik Pihak lain yang beresiko tinggi. Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih tinggi dari 3 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

c) Peralatan berat yang digunakan membantu pelaksanaan pekerjaan galian (penggalian, pemindahan, atau keperluan lainnya) tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat dari jarak setinggi galian dari tepi galian yang bersangkutan (membentuk sudut 45).

d) Setiap saat apabila pekerja atau orang lain yang berada pada lokasi galian dimana kepala mereka berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seseorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang bertugas memantau keamanan dan kemajuan pekerjaan.

e) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan barikade (penghalang) yang cukup kuat untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya atau sesuai yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.

6) Jadwal Kerja

a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang tetap stabil dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan/rembesan dan gangguan lainnya dari operasi pekerjaan berikutnya.

b) Pelaksanaan pekerjaan Galian di luar jadwal Kerja Harian antara pk. 08.00 s.d. 17.00 WITA, harus mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor.7) Kondisi Tempat Kerja

a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air, Kontraktor harus menyediakan semua bahan, perlengkapan, peralatan dan pekerja yang diperlukan untuk maksud tersebut. Semua peralatan untuk keperluan pengeringan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu dan menyediakan peralatan cadangan untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan dalam pengeringan tersebut.

b) Apabila pekerjaan sedang dilaksanakan pada tempat-tempat dimana air tanah/rembesan mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara kondisi tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci lengkap dengan sabun dan disinfektan yang memadai.

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi ketentuan atau toleransi yang diberikan di atas sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kontraktor dan harus diperbaiki dengan tata-cara sbb :

i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.

ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dan dipadatkan dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat atau bahan lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.9) Utilitas Bawah Tanah

a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah yang masih berfungsi dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak.

b) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi pekerjaan galian.

10) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

a) Semua bahan galian tanah/pasir dan galian batu yang dpat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan digunakan secara efektif dand dengan persetujuan direksi untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.

b) Semua bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat untuk dipakai formasi penimbunan dan penimbunan kembali harus dibuang dari lokasi proyek ketempat yang telah disetujui Pengawas Pekerjaan.

c) Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga termasuk pengangkutan hasil galian ketempat pembuangan akhir serta perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

11) Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara

a) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan, semua struktur sementara seperti cofferdam, penyokong dan pengaku harus dibongkar oleh Kontraktor setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak menggangu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.

b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Kontraktor atau bila memenuhi syarat dan disetujui Pengawas Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat dalam Daftar Harga Penawaran.

B. Prosedur Penggalian

1) Prosedur Umum

a) Kontraktor terlebih dahulu harus mengajukan rencana kerja dan metode galian sesuai dengan kondisi tanah dan kondisi lingkungan (bangunan di bawah tanah ataupun dipermukaan tanah; sumur, saluran drainage; instalasi listrik/telepon/PDAM) sekitar area yang akan digali, serta kondisi musim pada saat penggalian. Rencana Kerja dan Metode yang diajukan tersebut dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Pengamanan terhadap segala sesuatu hak-milik Pihak Ketiga sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b) Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan rumput, akar-akar dan kotoran-kotoran lainnya harus dibersihkan dari permukaan dan bawah tanah (sub soil). Kotoran-kotoran maupun bongkahan-bongkahan batu yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang sudah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, atas biaya Kontraktor.

c) Selama proses penggalian, lapangan harus di jaga agar selalu mendapatkan system drainage yang baik, sehingga tidak becek dan permukaan air tananh tetap pada level yang terkontrol.

d) Penggunaan mesin untuk penggalian di perbolehkan, kecuali untuk tempat-tempat di mana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini methoda pekerjaan dengan tangan yang harus dilaksanakan.

e) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainage, saluran-saluran pembuangan dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab kontraktor.2) Galian Untuk Struktur

a) Galian untuk pondasi, retaining wall dan struktur lainnya, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan komponen struktur dengan benar, pelaksanaan pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di sekeliling pekerjaan dapat dilakukan dengan leluasa.

b) Cofferdam, penyokong dan pengaku atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang, untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Struktur sementara yang tergeser atau bergerak dan tidak kokoh lagi harus diperbaiki dan dikembalikan ke posisi semula dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pekerjaan.

c) Galian untuk pondasi struktur, balok sloof atau konstruksi lainnya harus digali sampai pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar rencana atau atas petunjuk Pengawas Pekerjaan. Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar rencana, dapat dengan mudah dikerjakan. Pengawas Pekerjaan dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari dasar galian bila dipandang perlu. Sesudah galian selesai di laksanakan, Kontraktor harus memberitahukan kepada Pengawas Pekerjaan.

d) Setiap pemompaan pada galian harus dilaksankan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian meterial yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton atau untuk satu periode paling sedikit selama 24 jam sesudah dilakukan pekerjaan pengecoran dan harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.

3) Kondisi Galian yang diharapkan :

a) Kemiringan dinding galian harus dibuat seminimal mungkin, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar, serta tidak terjadi longsor.

b) Dasar galian harus mencapai tanah dengan kondisi yang sesuai dengan yang dipersyaratkan dan bersih dari segala kotoran serta tanah sisa-sisa galian. c) Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/jenis yaitu galian tanah biasa atau struktur, kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Pekerjaan sesuai dengan kondisi di lapangan.II. PEKERJAAN TimbunanA. Umum1) Pekerjaan timbunan Tanah kembali pada galian pondasi atau grading meliputi pekerjaan pengangkutan lokal, penghamparan dan pemadatan yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.

2) Pekerjaan timbunan Pasir, Limestone atau Pasir Batu (Sirtu) meliputi pengangkutan dari sumber bahan, penghamparan dan pemadatan yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.

3) Penyediaan tenaga kerja, bahan timbunan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan Tanah/Pasir/Limestone sesuai dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

B. Bahan

1) Bahan timbunan yang dipakai adalah Tanah bekas galian (lokal) yang disetujui, campuran Tanah, Pasir dan Batu (tasirtu) atau pasir urug darat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan. Lokasi sumber jenis bahan timbunan tersebut di atas harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Tanah bekas galian hanya boleh di pakai lagi untuk bahan timbunan, memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

2) Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan, baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan.

3) Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah dan lain-lain tidak boleh dipergunakan untuk timbunan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan harus ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan.

4) Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri paling lambat 3 x 24 jam.C. Penghamparan dan Pemadatan Timbunan

1) Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum pekerjaan penimbunan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan dan dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang bersifat menggangu.

2) Sebelum penimbunan kembali lubang Pondasi, obat anti rayap dengan jenis yang disyaratkan oleh Pengawas Pekerjaan maupun perlengkapan lain, sudah ditebar/dipasang sebelum dilakukan penimbunan.

3) Penghamparan timbunan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm, kemudian dipadatkan dengan alat mekanis.

4) Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan pemadatan bahan-bahan timbunan dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.

a) Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk pemadatan bahan timbunan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan.

b) Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 95% (Modified Proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO- T99.

c) Tidak boleh dilakukan penimbunan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk mengeringkan sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.D. Grading Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan dan penggalian yang telah dilakukan harus mencapai elevasi yang tercantum di dalam Gambar rencana/gambar kerja atau petunjuk Pengawas Pekerjaan, sehingga air dapat mengalir kearah yang telah ditentukan.III. Pekerjaan Beton BertulangA. Umum1) Uraian a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh pekerjaan Struktur Beton, acuan, persiapan dan pemeliharaannya.

b. Pekerjaan ini juga mencakup semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar Konstruksi, Spesifikasi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari Pengawas Pekerjaan.

c. Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan dalam kontrak harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada Gambar atau Seksi lain yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.Beton yang digunakan dalam Proyek ini adalah sebagai berikut :

K-250 atau fc 21 Mpa :digunakan untuk struktur beton bertulang pada umumnya.

Beton K175

: digunakan untuk beton non struktural.

Beton K125

: digunakan untuk lantai kerja2) Penerbitan Gambar Kerja / Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)

Kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja/detail pelaksanaan (shop drawing) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Gambar-gambar detail Pelaksanaan ini akan digunakan sebagai dasar dan Variasi Pekerjaan.

3) Jaminan Mutu

a) Mutu bahan yang dipasok dan campuran yang dihasilkan, cara kerja dan hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar Rujukan. b) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan Laboratorium Pengujian harus dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

c) Karakteristik Mutu Beton Struktur adalah sbb :

1. Mutu beton fc = 21 Mpa; Kekuatan tekan beton karakteristik () = 250 kg/cm22. Lentur tanpa dan/atau dengan gaya normal :

Tekan ( )

= 85 kg/cm2 Tarik ( )

= 85 kg/cm2

3. Geser oleh lentur atau puntir :

Tanpa tulangan geser ( )

= 7,5 kg/cm2 Dengan tulangan geser ( )

= 18 kg/cm24. Geser oleh lentur dengan puntir :

Tanpa tulangan geser ( )= 10 kg/cm2 Dengan tulangan geser ( )

= 25 kg/cm2

4) Toleransi

1. Toleransi Dimensi :

Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m

+ 5 mm

Panjang keseluruhan lebih dari 6 m

+10 mm

Panjang balok, plat dek, kolom dinding

- 0 dan +5 mm

2. Toleransi Bentuk :

Persegi (selisih dalam panjang diagonal)

5 mm

Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang

dimaksud) untuk panjang s.d. 3 m

10 mm

Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm

Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 27 mm3. Toleransi dari kedudukan (dari titik patokan)

Kedudukan Kolom dari rencana

10 mm

Kedudukan permukaan horizontal dari rencana

10 mm

Kedudukan permukaan vertikal dari rencana

10 mm4. Toleransi Alinyemen Vertikal :

Penyimpangan ketegakan kolom atau dinding

1mm/m5. Toleransi Ketinggian (elevasi)

Puncak lantai kerja di bawah pondasi

5 mm

Puncak lantai kerja di bawah pelat injak

5 mm Puncak kolom, dinding, balok melintang

5 mm6. Toleransi Alinyemen Horizontal : 0.5 mm setiap 4 m panjang mendatar.

7. Toleransi Selimut Beton/Tulangan :

Selimut beton sampai 3 cm

- 0 dan + 2,5 mm

Selimut beton 3 cm 5 cm

- 0 dan + 5 mm5) Standar Rujukan / Pedoman Pelaksanaan Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2).

b. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).

c. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.

d. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983.

e. Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.

f. Pedoman Beton Indonesia SKSNI T-15-1991-03.g. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI-03-2847-2002

h. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, SNI-1726-2002

i. SII 0013-81 Mutu dan Cara Uji Semen Portland.

j. SII 0052-80 Mutu dan cara Uji Agregat Beton

k. SII 0136-84 Baja Tulangan Beton

l. SII 0784-83 Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton

m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Direksi/Konsultan Pekerjaan.

Peraturan-peraturan tersebut jika diperlukan supaya disediakan Kontraktor di lapangan (site).

6) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.

b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk masing-masing mutu beton yang digunakan, paling lambat 14 hari sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.

c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis dari seluruh pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan sehingga data tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Pengawas Pekerjaan.

d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.

e) Kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja Detail untuk seluruh pekerjaan perancah dan acuan yang digunakan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai.

f) Kontraktor harus memberitahu Pengawas Pekerjaan secara tertulis paling lambat 3 x 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.

g) Pengecoran beton hanya boleh dilakukan setelah seluruh pekerjaan acuan dan pembesian diperiksa serta mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan

Untuk penyimpanan semen Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang tahan cuaca, kedap udara dengan lantai yang tidak lembab. Besi beton agar dicegah tidak karatan dan semua agregat tetap bersih dari lumpur serta tidak tercampur antara yang satu dengan.yang lainnya.

8) Kondisi Tempat Kerja

Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan selalu dijaga agar selalu di bawah 30 C sepanjang waktu pencampuran atau pengecoran. Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :

Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam.

Kelembaban udara tidak kurang dari 40%.

Jika turun hujan atau udara berdebu atau tercemar.

Acuan beton masih kotor dan pekerjaan persiapan belum tuntas.

9) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang cacat

a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat toleransi, atau tidak memeliki permukaan akhir sebagai beton exposed, tidak memenuhi campuran yang dipersyaratkan, terjadi retak atau rongga. Untuk perbaikannya harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan dapat mencakup :

i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dicor;

ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;

iii) Melakukan injeksi dan/atau grouting pada bagian-bagian yang beton yang retak atau berongga.

iv) Perkuatan atau melakukan pembongkaran menyeluruh dan mengadakan penggantian pada bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat.

b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan terhadap data pengujian yang ada, Pengawas Pekerjaan dapat meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil, atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor.

c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi ini.

B. BAHAN1) Semen

a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA DAN IV. Terkecuali diperkenankan oleh Pengawas Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.

b) Terkecuali diperkenankan oleh Pengawas Pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek.2) A i r

Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula, atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau air minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minum 90% kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

3) Ketentuan Gradasi Agregat

Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel .1 tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila kontraktor dapat menunjukan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang diisyaratkan dalam Tabel .2Tabel 1 Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran AyakanPersen Berat yang Lolos Untuk Agregat

ASTM(mm)Kasar

2

1

1

3/8

No.4

No.8

No.16

No.50

No.10050,8

38,1

25,4

19

12,7

9,5

4,75

2,36

1,18

0,300

0,150-

-

-

-

-

100

95-100

-

45-80

10-30

2-10100

95-100

-

35-70

-

10-30

0-5

-

-

-

--

100

95-100

-

25-60

-

0-10

0-5

-

-

--

-

100

90-100

-

20-55

0-10

0-5

-

-

--

-

-

100

90-100

40-70

0-15

0-5

-

-

-

4) Pemilihan Gradasi Agregat

Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus di cor.

5) Sifat-sifat Agregat

a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 2 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang berhubungan.Tabel 2 Sifat-sifat Agregat

Sifat-sifat

Metode Pengujian

Batas Maksimum yang diijinkan

Untuk Agregat

HalusKasar

Keausan Agregat dengan Mesin

Los Angeles pada 500 putaranSNI 03-2417-1991-40 %

Kekekalan Bentuk Batu terhadap

larutan Natrium Sulfat atau

Magnesium Sulfat setelah 5 siklusSNI 03 3407-1994

10 %

12 %

Gumpalan lempung dan Partikel

yang Mudah pecahSK SNI M-01-1994-03

0,5 %

0,25 %

Bahan yang lolos Ayakan No.200SK SNI M-02-1994-03 3 % 1 %

C. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Rancangan Campuran

Proporsi bahan dan berat penakaran harus di tentukan dengan menggunakan metode yang di isyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel 1.2) Campuran Percobaan

Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, disaksikan oleh Pengawas Pekerjaan, dengan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.

Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang diisyaratkan dalam di bawah.Tabel 4 Batasan Proporsi Takaran Campuran

Mutu

BetonUkuran Agregat Maks. (mm)

Rasio Air / Semen Maks.

( Terhadap berat )Kadar Semen Min.

( Kg/m3 dari campuran )

K 275

37

25

190,50

0,50

0,50290

310

340

K 175-0,57300

K 125-0,60250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran

a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan slump yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 4, atau yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 ( AASHTO T141).

Tabel 4 Ketentuan Sifat Campuran

Mutu Beton

Kuat Tekan Karakteristik Min. ( Kg/ cm2)SLUMP (mm)

Benda uji Kubus

15x15x15 cm 3Benda Uji Silinder

15cm x 30cmDigetarkanTidak digetarkan

7 Hari28 Hari7 Hari28 Hari

K275K175

K125180

115

80250

175

125150

95

70210

145

10520-50

30-60

20-5050-100

50-100

50-100

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan slump umumnya tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Pengawas Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus, dan padat.

c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang diisyaratkan dalam Tabel. 4, maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik Pengawas Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan, tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Pengawas Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.

d) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan Pengawas Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian campuran

a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)

Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula dirancang oleh Pengawas Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikan.

Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk meninggalkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

b) Penyesuaian kekuatan

Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaanc) Penyesuaian Untuk bahan-bahan Baru

Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa peberitahuan tertulis kepada Pengawas Pekerjaan dan bahan baru tidak boleh digunakan sampai Pengawas Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat

a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen bukan kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.

b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan di pertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat .

6) Pencampuran

a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.

b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.

c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan aggregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air di tambahkan.

d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus di masukan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapsitas m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk setiap penambahan 0,5 m3e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Pengawas Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non struktural.

7) Penggunaan Beton Ready Mix dapat diijinkan, dengan catatan

a) Prosedur persetujuan adukan beton ready mix tiap mutu beton tidak berbeda bila beton dilaksanakan sendiri oleh Kontraktor.

b) Kontraktor bertanggung jawab penuh, atas kualitas beton ready mix sesuai dengan syarat-syarat dalam Spesifikasi ini.

c) Dalam hal penggunaan truck mixer, penambahan air dapat dilakukan setelah kendaraan tiba di lapangan atas persetujuan Pengawas Pekerjaan, dan beton yang dihasilkan harus mempunyai tingkat kualitas yang sama seperti adukan beton yang dihasilkan di lapangan.

d) Tidak ada tambahan biaya untuk Kontraktor untuk memakai beton ready mix.

D. PELAKSANAAN PENGECORAN 1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau mengubah formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan meratakan tempat disekeliling pekerjaan beton yang cukup luas, sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus di sediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan aman.

b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti angker/jangkar, pipa/conduit, atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran .

c) Seluruh telapak/poer pondasi, sloof dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering dan bersih, beton tidak boleh di cor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat di cor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran.

d) Pengawas Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk mmastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi.

e) Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan ditempat yang lunak serta memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

2) Sparing Conduit dan Pipa - pipaa) Letak dari sparing tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

b) Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan M,E & P dan bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

c) Bilamana sparing (pipa, conduit, dll.) berpotongan dengan tulangan besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Pengawas Pekerjaan, untuk ini Kontraktor harus membuat gambar kerja.

d) Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

e) Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.3) Perancah

a) Perancah harus dibuat dengan terencana sehingga tidak mengganggu/menghambat aliran air.

b) Perancah harus dibuat di atas pondasi yang kuat dan kokoh serta terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.

c) Konstruksi perancah harus kokoh terhadap pembebanan yang akan dipikulnya. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan pelendutan perancah.

d) Konstruksi perancah harus menjamin bahwa permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya menurut Gambar Rencana.

e) Perancah harus dibuat dari baja dan atau kayu. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan.

f) Bila perancah terpasang sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukkan tanda-tanda adanya penurunan sehingga menurut pendapat Pengawas Pekerjaan itu akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir tidak akan dapat dicapai sesuai dengan gambar rencana atau penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari segi konstruksi, maka Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Akibat dari semua ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

g) Gambar Kerja perancah dan sistim pondasinya, secara detail harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui.

h) Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum gambar kerja tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat dan kokoh untuk dipergunakan.

i) Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai (dengan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan) maka perancah harus dibongkar dan diangkut keluar proyek.

j) Kegagalan pelaksanaan konstruksi perancah, seluruhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.4) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, harus di bentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.

b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.

c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi untuk Beton Exposed digunakan multiplex lapis film tebal 15 mm dibuat serapi mungkin untuk menghasilkan kualitas performance beton yang bagus. Seluruh penyelesaian sudut-sudut tajam harus sesuai gambar rencana.

d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.5) Bagian Pekerjaan Lain Terkait

a) Pegangan penggantung plafond dipasang pada saat sebelum pengecoran beton dan penggantung harus dikaitkan pada tulangan pelat atau balok (hal ini harus dipadukan dengan gambar arsitektur).

b) Setiap dinding bata yang bertemu dengan kolom harus diadakan penjangkaran dengan jarak antara rata-rata 10 lapis bata merah, panjang jangkar minimum 30 cm, diameter 12 mm, dengan minimum 15 cm tertanam dalam beton.

c) Pemasangan kolom praktis dan balok praktis sehubungan dengan luas maksimum bidang dinding bata harus sesuai dengan yang tertera dalam Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur tembok Bertulang untuk gedung 1983, bab 4.10.

d) Untuk kebutuhan support/bantalan alat-alat mekanikal dan elektrikal dibuat bantalan beton untuk pondasi yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan gambar-gambar rencana mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.6) Pengecoran

a) Kontraktor harus memberitahukan Pengawas Pekerjaan secara tertulis paling lambat 3x24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.

Pengawas Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Pengawas Pekerjaan.

b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Pengawas pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.

c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak khusus (form oil) yang bisa disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak di cor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai sambungan konstruksi (construction joint ) yang telah di setujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

f) Beton harus di cor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus di cor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal pengecoran.

g) Bilamana beton di cor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus di cor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh di cor langsung dalam air.

i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa, sehingga campuran beton yang telah dicor masih plastis agar dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.

j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu/dilepa dengan adukan semen dengan campuran air secukupnya.

k) Permukaan beton tidak boleh digenangi air dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.7) Sambungan Konstruksi

a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan/merupakan satu kesatuan struktur yang diusulkan, Pengawas Pekerjaan harus menetapkan lokasi sambungan (pengecoran) konstruksi atau seperti ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali disyaratkan demikian.

b) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.

c) Khusus untuk struktur kedap air seperti Retaining Wall, Ground Water Tank/Water Tower dan Septic Tank, sambungan konstruksi harus menggunakan Water Stop khusus dari karet dengan kualitas baik dan atas persetujuan Pengawas Pekerjaan.

d) Atas persetujuan Pengawas Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabriknya.

e) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan tambahan sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan, bilamana pekerjaan pengecoran mendadak harus dihentikan akibat hujan, terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Pengawas Pekerjaan.

f) Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler)

Bahan pengisi sambungan harus dari jenis kenyal yang tidak dikeluarkan pracetak (premolded non extruding resilent type) atau sesuai dengan petunjuk Pengawas Pekerjaan.

g) Penutup Sambungan (Joint Sealer)

Bahan untuk penutup sambungan horizontal harus sesuai dengan Hot Poured Elastic Sealer, sebagai alternatif penutup dari bitumen karet yang dicor panas seperti Expanded Plastic Grade 99 atau sejenis dapat digunakan dengan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Sambungan vertical dan miring harus ditutup dengan sambungan expanded Plastic atau bahan sejenis yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.8) Konsolidasi

a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.

b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut, di antara dan sekitar besi tulang, benar-benar diisi beton tanpa harus memindahkan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.

c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.

e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghsilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.

f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang harus dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh ke dalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulang beton.

g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam tabel 3.1.4.(5).

Tabel .5 Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis Dari DalamKecepatan Pengecoran Beton ( m3 / jam)Jumlah Alat

42

83

124

165

206

9) Beton Lantai Kerja

Beton lantai kerja dibuat dari beton K125, sebagai landasan pemasangan tulangan Pondasi Struktur dan Lantai Basement, juga sebagai dasar menggelar waterproofing Lantai Basement. Lantai kerja dicor mengacu kepada bentuk dan formasi Beton Sub Struktur (Pondasi Beton, Lantai Beton, Sloof beton, dan beton bertulang lainnya yang dibuat di atas tanah).

E. PENGERJAAN AKHIR1)Pembongkaran Acuan

a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal dari 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah plat, gelegar atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet) dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.

c) Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Tidak diperkenankan mempergunakan kembali hasil pembongkaran begesting yang telah lapuk.

d) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan untuk pembongkaran acuan/cetakan adalah sebagai berikut :

1. Sisi - sisi balok, kolom dan dinding

3 hari.

2. Balok beton dan pelat beton dengan tiang penyangga tidak dilepas 14 hari

3. Tiang - tiang penyanggah pelat beton

21 hari

4. Tiang - tiang penyanggah balok - balok

21 hari

5. Tiang - tiang penyanggah overstek

28 hari

e) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan sebelum dibebani dengan beban-beban luar (kecuali berat sendiri) adalah sbb :

Jenis Jumlah hari

setelah pengecoran

----------------------------------------------------------------------------------------------

Kolom

21

Balok

28

Pelat

28

Dinding

21

----------------------------------------------------------------------------------------------

6) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.

b) Pengawas Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan walaupun tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.

c) Bilamana Pengawas Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang utuh (sound), membentuk permukan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri atas satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut sebelumnya dengan campuran kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

7) Perawatan (Pekerjaan Akhir Khusus)

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan :

a) Bagian atas plat lantai kedap air, permukaan lantai balkon, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan segera secara manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok, kemudian disiram campuran pasta semen dengan lapisan 2 mm dan dipukul-pukul dengan sapu lidi hingga merata dan semua pori tertutup, sebelum beton mulai mengeras.

b) Perataan permukaan horisontal yang tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.

c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk mengerjakan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal ditempat.

8) Perawatan Dengan Pembasahan

a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang telalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaiman mestinya pada semen dan pengerasan beton.

b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus ditindih atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang diekspos dari aliran udara.

Bilamana digunakan acuan kayu ,acuan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton dicor.

c) Lantai beton sebagai lapisan aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.

d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tanbahan (aditif), harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

F. PENGENDALIAN MUTU DILAPANGAN1) Pengujian untuk Kelecakan (Workability)

a) Suatu pengujian slump atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan dan pengujian dianggap belum dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Pengawas Pekerjaan atau Wakilnya.

2) Pengujian Kuat Tekan

a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk setiap 5 meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian minimum harus mencakup empat benda uji, yang pertama harus diuji pembebanan kuat tekan setelah 3 hari; yang kedua sesudah 7 hari; yang ketiga sesudah 14 hari; dan yang keempat sesudah 28 hari.

b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40 meter kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di atas hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan mengambil contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak (random), kemudian karakteristiknya diuji sebagaimana ditentukan dalam PBI tahun 1971.

3) Pengujian Tambahan

Apabila dianggap perlu oleh direksi, kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut bisa berupa :

a) Pengujian yang tak merusak, menggunakan sclerometer atau perangkat pengujian lainnya;

b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;

c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;

d) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan.IV. Pekerjaan BAJA TULANGAN

4.1 Umum1) UraianPekerjaan ini harus mencangkup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

2) Standar Rujukan

A.C.I.315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Structures, American Concrete Institut.

AASHTO M31 90: Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Reinforcement.

Ukuran diameter dan panjang : sesuai dengan diameter yang tertera dalam gambar dan panjang rata-rata satu batang baja tulangan adalah 12,00 m.3) Toleransi

a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315

b) Baja Tulangan harus terpasang sehingga selimut beton yang menutup bagian luar baja tulangan yaitu 4 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran; dan 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam dan tidak bisa dicapai atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.4) Penyimpanan dan Penanganan

c) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi lainnya terkait dengan tanda yang ditunjukkan pada daftar tulangan.

d) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sebaik mungkin untuk mencegah distorsi, korosi, kontaminasi atau kerusakan lainnya.5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Sebelum pemesanan bahan seluruh daftar pesanan dan diagram pembekokkan harus telah disiapkan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan, dan tidak ada bahan baja tulangan yang dipesan sebelum daftar pesanan dan diagram pembengkokkan disetujui.

b) Sebelum memeulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan daftar yang disyahkan pabrik baja yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam pekerjaan.6) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan atas Pekerjaan yang tidak Memenuhi Ketentuan

a) Persetujuan daftar pesanan dan diagram pembengkokkan besi dalam segala hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang disediakan dengan daftar dan diagram untuk memenuhi rancangan dalam Gambar, adalah atas biaya Kontraktor.

b) Baja Tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dipakai dalam pekerjaan:

i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokkan yang melebihi toleransi yang disyaratkan dalam ACI 315;

ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja Akhir.

iii) Batang dengan penampang mengecil akibat karat yang berlebih atau sebab lainnya.

c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokan baja tulangan, batang tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan. Pembengkokkan kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Pengawas Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembekokkan kembali atau bilamana pembengkokkan kembali tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, baja tulangan tersebut harus diganti dengan yang baru dan dibengkokkan sebagaimana diperlukan dengan benar.

d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas/peralatan di tempat kerja untuk pemotongan dan pembengkokkan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokkan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan yang cukup sebagai pengganti atas kekeliruan pengerjaan baja tulangan.7) Penggantian Besi

a) Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.

b) Dalam hal di mana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada, maka :

Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan kepada Perencana Konstruksi untuk sebagai konfirmasi melalui Pengawas Pekerjaan.

Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai pekerjaan tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi atau Pengawas Pekerjaan.

Jika diusulkan perubahan pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi atas sepengetahuan Pengawas Pekerjaan. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.

c) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :

Harus ada persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.d) Toleransi Besi

Diameter, ukuran sisiVariasi dalam berat Toreransi diameter

(atau jarak antara duayang diperbolehkan

permukaan yang berlawanan)

di bawah 10 mm+/- 7%+/- 0.4 mm

10 mm sampai 16 mm

(tapi tidak termasuk

diameter 16 mm)+/- 5%+/- 0.4 mm

16 mm sampai 28 mm

(tapi tidak temasuk

diameter 28 mm)+/- 4%+/- 0.5. mm

28 mm sampai dengan 32 mm

+/- 2%+/- 0.6 mm

4.2 Bahan1) Baja Tulangan

a) Baja tulangan harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi stara produk Krakatau Steel atau setara dengan kualifikasi BJTP. 24 untuk diameter < = dengan 13 mm dan besi dari jenis BJTD.32 untuk diameter > 12 mm. b) Perlengkapan baja tulangan, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur jarak tulangan/baja tulangan dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya. Besi tulangan harus terpasang dengan kokoh sehingga tidak terjadi pergerakan/pergeseran pada saat pengecoran, ukuran, bentuk dan posisi spacer harus memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

4.3 Pembuatan dan Penempatan1) Pembengkokan

a) Terkecuali ditentukan lain oleh Pengawas Pekerjaan seluruh baja tulangan harus dibengkokan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, pembengkokan atau kerusakan.

b) Batang tulangan dengan diamter 16 mm dan lebih besar harus dibengkokan dengan mesin pembengkok.2) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, Lumpur, oli, cat, karat dan kerak atau lapisan lain yang mengurangi atau merusak pelekatan tulangan dengan beton.

b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dengan kebutuhan selimut beton minimum atau seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

c) Tulangan harus diikat dengan kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada gambar.

d) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 kali diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.

e) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton, sehingga tidak akan terekspos.

f) Bila menggunakan Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.

g) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terexpose untuk suatu kurun yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian.

h) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya

V. Pekerjaan TIANG PANCANG

5.1 Umum

Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemancangan tiang pancang precast , pengadaan, mobilisasi dan setting alat pada lokasi proyek.Kontaktor harus menggunakan tiang pancang beton yang dibuat oleh pabrik tiang pancang yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus memberikan semua detail dari tiang seperti; dimensi, kekuatan, penulangan, data pengetesan dan sebagainya sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan guna memenuhi kualitas yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.

5.2..Spesifikasi Tiang1) Tiang yang dipakai merupakan produksi pabrik/siap pasang, setara produksi PT. Pacific Prestress Indonesia (PPI) dengan spesifikasi sebagai berikut:

a) Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang dengan mutu K-500.

b) Segmen tiang pancang pracetak-prestress disyaratkan setara produk PT.Pacific Prestress Indonesia. Tiang pancang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Bentuk

: kotak (square pile). Ukuran penampang

: 25cmx25cm.

Panjang tiang

: disesuaikan dengan gambar perencanaan.

Mutu Beton

: K500.

Pembesian

: 4 PC Wire 7,00 mm.

Sengkang spiral

: CD Wire 3,00 mm.

Rencana Beban Ijin tiang: 35 ton/tiang

Apabila tiang telah terpancang namun Rencana Beban Ijin belum memenuhi persyaratan, maka Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis dan memperoleh persetujuan tentang cara-cara penyambungan dan pencapaian Rencana Beban Ijin yang disyaratkan.

Kontraktor harus melaporkan hasil pencapaian kemapuan Beban Tiang Pancang pada setiap tiang pancang kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis.

c) Daya yang dukung Tiang Pancang = Beban Vertical 57 ton (material tiang).2) Harus direncanakan tempat penyambungan Tiang Pancang untuk mengantisipasi kebutuhan tiang yang lebih panjang dari ukuran yang tersedia.

5.3..Pelaksanaan

1) Umuma) Pada waktu mengangkat atau mengangkut tiang, Kontraktor harus menggunakan peralatan standar untuk menghindari terjadinya momen-momen pada tiang.

b) Tiang harus diletakan pada posisinya dan dipancang sesuai dengan gambar atau ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Tiang yang miring atau bergeser dari lokasi yang seharusnya, bila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dicabut dan dipancang kembali pada posisinya yang seharusnya.

d) Tidak ada metode perbaikan dari posisi tiang yang bergeser yang diizinkan.

e) Semua tiang yang rusak oleh karena kesalahan pada waktu pemancangan seperti pemancangan yang tidak tepat pada posisi lokasi, toleransi maxsimum untuk kemiringan tiang Pancang : 1%; dan untuk pergeseran : 75 mm, atau tiang yang kurang panjang akibat salah potong, harus diganti oleh Kontraktor tanpa penambahan biaya, dengan cara sebagai berikut :

Tiang tersebut harus dicabut dan dilakukan pemancangan ulang, kalau perlu dengan tiang yang baru atau lebih panjang. Lubang bekas tiang yang dicabut harus diisi kembali dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, atau

Dilakukan pemancangan tiang tambahan dengan jumlah dan lokasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Semua tiang yang mengalami kenaikan dari posisi semula setelah pemancangan, harus dipancang ulang. 2) Persiapan Pemancangana) Penutup Kepala Tiang/helmet Tiang Pancang harus terbuat dari baja dan dilengkapi bantalan (cushion). Penutup ini harus bisa menyalurkan energi pemancangan ketiang dan berbentuk sedemikian rupa sehingga simetris dengan tiang serta pas. Bantalan kepala tiang harus terbuat dari bahan yang bisa melindungi tiang dan pada waktu pemancangan dan menyalurkan energi pemancangan.

b) Sambungan dari Tiang Pancang harus dibuat sesuai dengan ketentuan pabrikasi /gambar/petunjuk dari Direksi Pekerjaan. Kaki Tiang Pancang harus dibungkus dengan plat baja.3)Peralatan Pemancangan

a) Sebelum mulai melakukan pemancangan, kontraktor harus mengajukan data lengkap mengenai : jenis, ukuran, jumlah dan kondisi dari peralatan yang akan dipergunakan, cara pelaksanaan prosedur kerja termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan dipergunakan dilapangan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.

b) Cara pelaksanaan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada tiang, ukuran alat pancang harus dipakai yang sesuai dengan ukuran atau Spesifikasi Tiang dan sifat tanah.

c) Kondisi lapangan harus diperiksa untuk menyiapkan penempatan peralatan pemancangan.

d) Kontraktor harus memobilisasikan alat pancang sesuai dengan keperluan dan target yang ditentukan.

e) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu dan jumlah peralatan. Direksi berhak menolak peralatan yang dipakai, bila ternyata peralatan tersebut tidak berfungsi dengan baik atau spesifikasinya tidak sesuai. 4)Urutan Pelaksanaan a) Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mengajukan usulan mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur dengan terencana sehingga tidak saling mengganggu.

b) Direksi Pekerjaan dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengubah urutan pemancangan, kalau menurutnya urutan yang dijalankan mengakibatkan gangguan pada tiang pancang yang sudah selesai.

c) Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan claim atau perpanjangan waktu atas perubahan tata cara pelaksanaan tersebut.

5) Pelaksanaan pemancangan

a) Kontraktor harus dapat menjamin terhadap kualitas dari tiang yang dipancang.

b) Data-data sondir dan boring untuk informasi Kontraktor tentang keadaan struktur tanah dan kondisi tanah dapat dilihat dikantor Konsultan. Tidak dibenarkan untuk mengklaim sehubungan dengan pekerjaan tambahan yang dilakukan oleh Kontarktor disebabkan ketidak telitian dalam membaca / menerima informasi.

c) Pelaksanaan pemancangan harus mengikuti metode pemancangan yang benar sehingga diperoleh tiang pancang yang sesuai dengan sepesifikasi yang ditentukan.d) Kontraktor harus memancang tiang sampai lapisan tanah pendukung dan harus dapat menjamin bahwa tiang tersebut akan aman mendukung beban rencana.

e) Kriteria set (kalendering) untuk daya dukung tiang menggunakan Hileys formula for drop Hammer. f) Alat pancang yang digunakan adalah jenis drop hammer. Kontraktor harus bisa mengajukan alat yang digunakan telah tersedia dan dapat digunakan pada waktu yang ditentukan.

g) Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran lokasi/posisi daripada titik-titik pancang dengan menggunakan alat ukur Theodolite yang memadai. Kontraktor perlu mengadakan penjagaan keamanan terhadap bahaya-bahaya akibat pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan pemancangan tersebut, segala akibat dari kelalaian-kelalaian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

h) Kontraktor perlu mengadakan pengamanan terhadap adanya saluran drainage, pipa-pipa air, ground cable, dan lain sebagainya yang masih berfungsi pada area pemancangan.

i) Kontraktor harus menyerahkan formulir pencatatan kepada Direksi Pekerjaan untuk minta persetujuan, sebelum pemancangan dimulai.

j) Kontraktor harus melakukan/penempatan tiap tiang pancang tepat pada daerah yang telah ditentukan, sehingga letak as bangunan dan posisi tiang pancang tepat di masing-masing lokasi.

k) Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah dirancangkan.

l) Pemancangan harus dilakukan betul-betul vertical/tegak lurus seperti yang disyaratkan dan pada waktu pemancangan harus dicegah terjadinya gerak-gerak lateral horizontal.

m) Setelah installasi tiang selesai dilaksanakan, Kontraktor wajib bila diperlukan untuk memotong kelebihan panjang tiang pancang dengan terencana, sehingga panjang stek tulangan setelah pemotongan pada kepala tiang minimum 40 diameter tulangan atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

n) Stek tulangan tiang setelah pemotongan pada kepala tiang/pile cap (sepanjang minimum 40 diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.

o) Bila panjang stek tulangan kurang dari 40 diameter tulangan, merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya untuk melakukan perbaikan.

p) Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

6) Laporan Pemancangan

a) Kontraktor harus memberikan laporan kepada Direksi Pekerjaan, pelaksanaan pemancangan sehingga Direksi Pekerjaan dapat melakukan inspeksi.

b) Kontraktor harus mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dan seteliti mungkin.

c) Piling record harus diberikan setiap hari kepada Direksi Pekerjaan.

d) Pemberhentian pemancangan harus mencapai lapisan keras sesuai daya dukung yang diinginkan dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

e) Bila terdapat banyak gangguan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemancangan, kontraktor harus melaporkan ke Direksi Pekerjaan untuk memperoleh petunjuk dari Direksi Pekerjaan

f) Kecuali tidak ada pemancangan yang miring, tiang harus dipancang tegak dengan toleransi kemiringan yang diijinkan adalah 1%.

g) Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Direksi Pekerjaan tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan standar. Laporan ini dikirim kepada Direksi Pekerjaan tidak melebihi dari 1 (satu) hari setelah waktu pemancangan dengan disertai data-data sebagai berikut :

Nomer Refrensi halaman

Lokasi

Nomor tiang

Ukuran nominal tiang

Panjang tiang

Elevasi muka tanah

Tanggal dan waktu pembuatan tiang pancang

Tanggal dan waktu pemancangan

Kedalaman tiang

Elevasi muka air tanah

Diagram Calendering

Total jumlah pukulan

Final set

Ram stroke

Jenis dan type peralataan yang dipakai

Waktu yang diperlukan untuk pemancangan

Informasi-informasi lain yang dianggap penting bila terjadi gangguan, penundaan pada waktu pelaksanaan.

VI. PEKERJAAN WATERPROOFING6.1 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada permukaan plat beton atap, plat lantai beton basement, tempat daerah basah (toilet) dan tanki / ground reservoar penampungan air atau sesuai dengan gambar kerja.6.2 BAHAN

1. Standar Mutu Bahan Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 DAN 407.2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan Produk setara Awazseal, Sintaproof, Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya.

3. Bahan Utama

Jenis bahan yang digunakan adalah jenis waterproofing membran dari Produk Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata dan konstan.

Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.

Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

4. Pengujian

a) Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material pembentuknya.

b) Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.

c) Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air.

5. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

a) Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.

b) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih.

c) Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik sebelum atau selama pelaksanaan.

6. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata dan konstan.

Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.

Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.

Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

7. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.

8. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih.

9.Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik sebelum atau selama pelaksanaan.

10. Pengujian

a) Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya, Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material pembentuknya.

b) Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.

c) Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air.

7.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada pengawas, lengkap dengan ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas. Material yang tidak disetujui harus diganti segera tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti harus telah mendapat persetujuan dari pengawas.

2. Sebelum pekerjaan ini dimulai permukaan bagian yang akan diberi lapisan harus dibersihkan sampai kondisi yang dapat disetujui oleh pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.

3. Cara-cara dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan serta petunjuk dari pengawas.

4. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, kontraktor harus segera melaporkan kepada pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan apabila terdapat kelainan/perbedaan yang bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.7.4. GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / SHOP-DRAWING

1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detai-detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan di lapangan.

2. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan, keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus.

3. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan dari pengawas.

7.5. CONTOH BAHAN1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dan jaminan keaslian material dari pabrik.

2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya.

3. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh pengawas dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.

4. Pengawas mempunyai hak untuk meminta kontraktor mengadakan mock-up guna memperjelas usulan material yang diajukannya.

7.6. PELAKSANAAN

a) Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.

b) Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry atau bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%, selanjutnya Kontraktor melapor Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.

c) Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki idang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan semen non shrink.

d) Aplikasi pemasangan harus dilakukan oleh tenaga ahli dan dengan persyaratan yang ditentukan oleh produsen.

e) Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka yang bersinggungan dengan air seperti atap dak beton.

f) Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk lalu lintas manusia, water proofing yang digunakan harus memiliki campuran butiran berbatu keras.

g) Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap kebocoran selama 24 jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti adanya kebocoran.

h) Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 2 (dua) tahun.

i) Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai dengan "metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik/Produsen dari produk yang dipilih.j) Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet maka di atasnya harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau petunjuk pengawas, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing lainnya.

2012

PROYEK :

SANTOSA CITY HOTEL

JL. PATIH JELANTIK NO. 8, DENPASAR BALI

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN STRUKTUR

PAGE Santosa City Hotel Jl. Patih Jelantik, Denpasar, Bali

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Struktur Hal.1