sampling darah post bacai
DESCRIPTION
preanalitik, analitik, pasca analitikTRANSCRIPT
Tugas pendahuluan
SAMPLING DARAH, URIN DAN CAIRAN TUBUH
Viviyanti Zainuddin, Irda Handayani, Ruland DN Pakasi
Bagian Patologi Klinik FK UNHAS BLU-RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
I. PENDAHULUAN
Pengumpulan spesimen merupakan tahapan yang penting dalam menentukan
baik-buruk atau valid-tidaknya sebuah hasil pemeriksaan laboratorium. Namun, hal
ini seringkali tidak menjadi perhatian yang serius di kalangan petugas laboratorium.
Apalagi jika proses pengambilan spesimen dilakukan oleh pihak lain, seperti
misalnya perawat.1-3
Minimnya informasi mengenai pengaruh sampling terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium menyebabkan para petugas sampling kurang hati-hati atau bahkan tidak
mengikuti prosedur pengambilan spesimen yang benar. Dan kerena itu, seringkali
dijumpai komplain dari pengguna jasa laboratorium (misalnya dokter/klinisi) akibat
tidak sesuainya hasil pemeriksaan laboratorium dengan kondisi atau penyakit pasien.1
Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang
dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium. Supaya spesimen
memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus
dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Terdapat beberapa hal yang harus
mendapat perhatian dalam pengambilan spesimen:2,8
1. Jenis Spesimen.
Spesimen yang hendak diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam
pemeriksaan laboratorium banyak macamnya, yaitu : darah utuh (whole blood),
plasma, serum, urine (urine pagi hari, urine sewaktu, urine tampung 24 jam),
tinja (faeses), dahak (sputum), cairan otak, cairan ascites, cairan pleura, cairan
sendi, nanah (pus), usap (swab) luka, usap tenggorok, usap hidung, usap
nasofaring, sumsum tulang, dsb.
1
2. Volume Spesimen.
Volume spesimen harus mencukupi untuk tiap jenis pemeriksan.
3. Kondisi Spesimen.
Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak mengalami kerusakan,
seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika digunakan
untuk pemeriksaan hematologi), tidak berubah warna, segar/tidak kadaluwarsa
dan steril (terutama untuk pemeriksaan bakteriologi.
4. Antikoagulan.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Penggunaannya juga harus benar, takarannya harus sesuai.
5. Peralatan Sampling dan Wadah Spesimen.
Peralatan sampling dan wadah spesimen harus memenuhi syarat, yaitu :
bersih, kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau material seluler yang
ada dalam spesimen, sekali pakai - buang (disposable).
6. Lokasi Pengambilan Spesimen.
Spesimen darah umumnya diaspirasi dari vena. Tetapi penting diperhatikan,
bahwa tempat aspirasi darah vena harus dipilih pada tempat yang tidak dilalui
jalur infus. Pengambilan spesimen darah pada lengan yang terdapat selang infus
dapat menyebabkan perubahan pada hasil pemeriksaan.
7. Aktivitas Pasien.
Aktivitas fisik pasien sesaat sebelum dilakukan sampling berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan. Pasien yang melakukan olah raga atau aktivitas fisik
yang berat dapat menyebabkan temuan palsu, ini terutama pada pemeriksaan
enzim.
8. Waktu Pengambilan.
Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari karena waktu
ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal ditetapkan pada
keadaan basal.
2
9. Pencatatan dan Labelisasi.
Formulir permintaan harus mencantumkan informasi berikut : nama pasien,
usia, jenis kelamin, nama dokter, nomor identitas, diagnosis/keterangan klinis,
tanggal, waktu pengambilan, data khusus lainnya (misalnya informasi obat yang
telah diminum pasien) dan jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah
spesimen harus ditempeli label yang berisi informasi, minimal nama pasien,
nomor identitas dan waktu pengambilan.
II. SAMPLING DARAH
Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu: melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan
tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan,
oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture1.
A. Pengambilan Darah Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture),
contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital,
pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar dan
tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa
menjadi pilihan alternatif (gambar 1)1-4.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena
letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena
cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah
dapat dilakukan di vena-vena lainnya. Lakukan pengambilan dengan dengan
sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.1-2
3
Gbr 1.Lokasi venipuncture
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu: cara manual dan cara
vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer)1.
1. Pengambilan Darah Vena dengan Syringe.
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syringe)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan
tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston
sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum.
Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar
sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan
darah dengan alat ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan
vena yang rapuh atau kecil2-3.
Prosedur:1-3
a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan: syringe, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (tourniqet), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syringe,
pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil,
pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
b) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
c) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
d) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
e) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
f) Minta pasien mengepalkan tangan.
g) Pasang tourniqet kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
h) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan
4
memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit.
i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
k) Setelah volume darah dianggap cukup, lepas tourniqet dan minta pasien
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan jarum perlahan-
lahan. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum tourniqet dibuka.
2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan Amerika BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa
tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti
mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan
terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum
pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior
diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada
saat mendorong tabung menancap pada jarum
posterior2.
5
Gbr. 2 Jarum vacum
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tak perlu
membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan,
dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes
yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus
karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi
media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan
sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya
sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena kecil dan
rapuh, atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan
jarum bersayap (winged needle).1-3
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum
“kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer
seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah,
antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah
sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang
yang menghubungkan jarum anterior dan posterior.
Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan
kelihatan masuk pada selang (flash).3
Prosedur:2-4
a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (tourniqet), plester, tabung vakum.
b) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
c) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
d) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
e) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
f) Minta pasien meluruskan lengan dan mengepalkan tangannya, pilih lengan
yang banyak melakukan aktifitas.
6
Gambar 3. Winged needle
g) Pasang tali pembendung (tourniqet) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
h) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan
memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan
tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap
pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu
sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah
tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
k) Lepas tourniqet dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan jarum perlahan-lahan.
Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Gambar 4. Cara pengambilan darah dengan vacutainer
7
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek
laboratorium klinik adalah sebagai berikut:1,2,3
Red Top
ADDITIVE None
MODE OF ACTION
Blood clots, and the serum is separated by centrifugation
USES Chemistries, Immunology and Serology, Blood Bank (Crossmatch)
Gold Top
ADDITIVE None
MODE OF ACTION
Serum separator tube (SST) contains a gel at the bottom to separate blood from serum on centrifugation
USES Chemistries, Immunology and Serology
Light Green Top
ADDITIVE Plasma Separating Tube (PST) with Lithium heparin
MODE OF ACTION
Anticoagulates with lithium heparin; Plasma is separated with PST gel at the bottom of the tube
USES Chemistries
Purple Top
ADDITIVE EDTA
MODE OF ACTION
Forms calcium salts to remove calcium
USES Hematology (CBC) and Blood Bank (Crossmatch); requires full draw - invert 8 times to prevent clotting and platelet clumping
8
Light Blue Top
ADDITIVE Sodium citrate
MODE OF ACTION
Forms calcium salts to remove calcium
USES Coagulation tests (protime and prothrombin time), full draw required
Green Top
ADDITIVE Sodium heparin or lithium heparin
MODE OF ACTION
Inactivates thrombin and thromboplastin
USES For lithium level, use sodium heparin For ammonia level, use sodium or lithium heparin
Dark Blue Top
ADDITIVE EDTA-
MODE OF ACTION
Tube is designed to contain no contaminating metals
USES Trace element testing (zinc, copper, lead, mercury) and toxicology
Light Gray Top
ADDITIVE Sodium fluoride and potassium oxalate
MODE OF ACTION
Antiglycolytic agent preserves glucose up to 5 days
USES Glucoses, requires full draw (may cause hemolysis if short draw)
9
Yellow Top
ADDITIVE ACD (acid-citrate-dextrose)
MODE OF ACTION
Complement inactivation
USES HLA tissue typing, paternity testing, DNA studies
Yellow - Black Top
ADDITIVE Broth mixture
MODE OF ACTION
Preserves viability of microorganisms
USES Microbiology - aerobes, anaerobes, fungi
Black Top
ADDITIVE Sodium citrate (buffered)
MODE OF ACTION
Forms calcium salts to remove calcium
USES Westergren Sedimentation Rate; requires full draw
Orange Top
ADDITIVE Thrombin
MODE OF ACTION
Quickly clots blood
USES STAT serum chemistries
10
Light Brown
Top
ADDITIVE Sodium heparin
MODE OF ACTION
Inactivates thrombin and thromboplastin; contains virtually no lead
USES Serum lead determination
Pink Top
ADDITIVE Potassium EDTA
MODE OF ACTION
Forms calcium salts
USES Immunohematology
White Top
ADDITIVE Potassium EDTA
MODE OF ACTION
Forms calcium salts
USES Molecular/PCR and bDNA testing
a) Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah
akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank
darah (crossmatching test).
b) Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator
tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah
pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di
11
bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi
dan serologi
c) Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma
separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah
pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di
bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
d) Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi ethylene diamine
tetraacetic acid (EDTA). Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah
lengkap dan bank darah (crossmatch)
e) Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
f) Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia
darah.
g) Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper,
mercury) dan toksikologi.
h) Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan
kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
i) Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk
pemeriksaan LED (ESR).
j) Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
12
k) Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
molekuler/PCR dan bDNA.
l) Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media
biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan
jamur
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah2 :
a) Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan
cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding
tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas
jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam
tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan
darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
b) Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-
mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan
lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
c) Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama -
botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam; kedua -tes
koagulasi (tabung tutup biru); ketiga - tabung non additive (tutup merah);
keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot
activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin),
tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)
Bila darah dikeluarkan dari pembuluh darah maka darah akan membeku.
Koagulasi atau pembekuan darah dapat dicegah dengan memberikan zat yang
disebut antikoagulan. Terdapat berbagai jenis antikoagulan, masing-masing
digunakan dalam jenis pemeriksaan tertentu seperti:3
a) Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA)
Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium
(kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat kalsium. EDTA
13
memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak
mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi,
seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung lekosit, hitung trombosit,
retikulosit, apusan darah, dsb.
K2EDTA biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah.
Penggunaannya harus tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat
mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami
krenasi, trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Setelah darah
dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan pencampuran/homogenisasi
dengan cara membolak-balikkan tabung dengan lembut sebanyak 6 kali untuk
menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),
dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA).
Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering,
sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis
EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH
(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI
(Clinical and Laboratory Standards Institute). Tabung EDTA tersedia dalam
bentuk tabung hampa udara (vacutainer tube) dengan tutup lavender atau pink
seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.
b) Trisodium citrate dihidrat
Citrate bekerja dengan mengikat kalsium. Trisodium citrate dihidrat
3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk
pengujian koagulasi dan agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian
citrate + 9 bagian darah. Secara komersial, tabung citrate dapat dijumpai
dalam bentuk tabung hampa udara dengan tutup berwarna biru terang.
Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk
mencegah aktivasi proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang
menyebabkan hasil tidak valid. Pencampuran dilakukan dengan membolak-
14
balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara lembut, karena pencampuran yang
terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali) dapat mengaktifkan
penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan. Darah citrate
harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan
dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling. Natrium sitrat konsentrasi 3,8%
digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau LED
cara Westergreen. Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah.
c) Heparin
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja
dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga
menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga macam heparin:
ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam
heparin tersebut, lithium heparin paling banyak digunakan sebagai
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam
darah. Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel,
OFT (osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15IU/mL
+/- 2.5IU/mL atau 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk
pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar belakang biru. Setelah
dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan
dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa.
Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.
d) Oksalat
Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara
mengikat kalsium. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah.
Biasanya digunakan untuk pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan
hemostasis. Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan
glukosa. Kalium oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi
15
sebagai antiglikolisis dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol
pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa darah stabil.
B. Pengambilan Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang
berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang
digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah:1-4
1. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
2. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi
telapak kaki atau ibu jari kaki.
3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan
sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa,
kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary
method).
Prosedur:2-4
1. Siapkan peralatan sampling: lancet steril, kapas alkohol 70%.
2. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering.
3. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.
4. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak
harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari
masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan
diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga
susah ditampung dalam wadah.
16
5. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas
kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
6. Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras
untuk mencegah terbentuknya bekuan.
C. Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah
pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di
daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Sampel darah arteri
umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.2,4
Prosedur:2-4
1. Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan
sampling.
2. Pilih bagian arteri radialis.
3. Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
4. Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak
arteri.
5. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6. Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu
tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak
atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan
mendorong thorak ke atas.
7. Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum
dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat
selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit.
III. SAMPLING URIN
17
Urinalisis atau analisis urin adalah salah satu tes laboratorium yang tertua dan
sudah diketahui sejak zaman Hipocrates. Urinalisis tidak hanya memberikan
informasi tentang keadaan ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal
hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal dan keadaan lainnya5.
A. Cara Pengumpulan Sampel:5-7
1. Metode yang sering digunakan adalah pengumpulan seluruh urin ketika
berkemih pada suatu saat.
2. Kateterisasi, dapat dilakukan untuk:
a. Pasien yang sukar kencing.
b. Pasien wanita, untuk menghindari kontaminasi discharge vagina
terutama saat menstruasi. Kateterisasi bukan merupakan prosedur
pengumpulan yang rutin. Dapat menimbulkan risiko infeksi.
3. Punksi suprapubik, dapat dilakukan untuk:
a. Menghindari kontaminasi uretral dan vaginal.
b. Pasien bayi dan anak kecil.
c. Studi sitologi.
4. Clean Catch atau Clean Voided Midstream adalah merupakan metode
terpilih, dapat dilakukan untuk:
a. Tes bakteriologi.
Cara memperolehnya: genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu dengan
larutan antiseptik khusus. Aliran urin pertama dibuang, lalu diambil
aliran urin tengah atau midstream urine yang ditampung dalam wadah
steril. Aliran urin akhir juga dibuang.
b. Tes urin rutin.
Langsung diambil midstream urine (urin aliran tengah) yang
ditampung dalam wadah bersih dan kering.
B. Jenis Sampel5-7
1. Urin sewaktu :
18
Urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan secara
khusus. Biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai
pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.
2. Urin pagi :
Urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Baik
untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (BJ), protein dan untuk tes
kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic gonado-tropin
(HCG).
3. Urin post prandial :
Urin yang pertama kali dikemihkan 1½ -3 jam setelah makan. Berguna
untuk pemeriksaan glukosuria.
4. Urin 24 jam
Untuk mengumpulkan urin 24 jam dibutuhkan botol besar bervolume 1,5
L atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Adakalanya urin 24 jam
ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol denganh maksud tertentu.
Hal itu dapat dilakukan pada diabetes mellitus untuk melihat banyaknya
glukosa yang dikeluarkan dari santapan satu ke santapan berikutnya.
5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas
Berguna untuk memberikan gambaran letak radang atau lesi yang
terdapat pada saluran kemih pria.
C. Pengawet
Untuk melindungi sampel urin 24 jam dari dekomposisi dan
kontaminasi maka urin diberi bahan pengawet.5
Macam-macam pengawet urin antara lain sebagai berikut:5-7
1. Toluen
Toluen menghambat perombakan urin oleh kuman. Digunakan 2–5 ml
toluen untuk mengawetkan urin 24 jam. Dipakai sebagai pengawet
glukosa, aseton dan asam asetoasetat.
2. Timol
19
Sebutir timol mempunyai daya pengawet seperti toluen. Dipakai
sebagai pengawet sedimen.
3. Formaldehid dan kloroform
Digunakan 1 – 2 ml larutan formaldehid 40% (formalin) atau 50
tetes larutan kloroform untuk mengawetkan urin 24 jam. Dipakai untuk
mengawetkan sedimen.
4. Asam sulfat pekat
Sebagai pengawet untuk penetapan kuantitatif kalsium, nitrogen (N)
dan zat anorganik lainnya. Diberikan dalam jumlah tertentu sehingga pH
urin tetap <4,5 yang dikontrol dengan kertas nitrazin. Reaksi asam
mencegah terlepasnya unsur N dalam bentuk amoniak dan mencegah
terjadinya endapan kalsium fosfat.
5. Natrium karbonat
Digunakan 5 g Natrium karbonat bersama beberapa ml toluen. Khusus
untuk mengawetkan urobilinogen.
6. Asam hidroklorida
10 ml atau asam borat 50 g digunakan sebagai pengawet urin 24 jam
untuk mencegah dekomposisi bahan / zat pada medium alkali.
IV. SAMPLING CAIRAN TUBUH
A. Sampling Cairan Sendi
Teknik pengambilan cairan sendi disebut artrosentesis. Artrosentesis harus
dilakukan oleh seorang dokter atau paramedis yang sudah terlatih dan harus
dilakukan dalam keadaan steril. Teknik aspirasi harus disesuaikan menurut
lokasi, anatomi dan ukuran sendi6.
1. Alat dan bahan:5-7
20
a. Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar
sendi yang akan diaspirasi. Misalnya jarum nomor 19 atau 21 untuk
sendi besar, sedangkan sendi kecil jarum 23 atau 25.
b. Pulpen untuk menandai titik yang akan disuntik.
c. Anestetik lokal (lidokain atau semprotan etilklorida).
d. Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulit (misalnya larutan
yang mengandung yodium).
e. Tabung penampung aspirat 4 buah.
2. Cara kerja:5-7
a. Penyuntikan dilakukan dalam keadaan yang steril.
b. Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen.
c. Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran
suntikan dalam keadaan rileks.
d. Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis dan antisepsis pada
tempat yang akan disuntik.
e. Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat
diberikan sem-protan etilklorida atau anestesi lokal dengan infiltrasi
lidokain melalui jarum yang sangat halus.
f. Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk
menghindari trauma neurovaskuler.
g. Setelah semua posedur diatas dilakukan, aspirasi dapat dimulai dengan
menusuk perlahan-lahan tempat yang telah diberi tanda pulpen.
h. Jika ada efusi, jumlah cairan yang diambil dapat berkisar 10-20 ml.
Tampunglah aspirat ke dalam 4 tabung yang telah disiapkan
sebelumnya. Tabung I (tanpa antikoagulan): untuk tes makroskopi,
viskositas dan tes musin, tabung II (dengan antikoagulan EDTA) :
untuk tes mikroskopi, hitung jenis dan sel, tabung III (tabung harus
steril, berisi heparin/EDTA) : untuk tes mikrobiologi dan tabung IV
(tanpa antikoagulan) : untuk tes kimia dan imunologi.
21
i. Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadaan rileks atau posisi
netral.
B. Sampling Cairan Otak
Tindakan punksi lumbal merupakan salah satu cara untuk memperoleh
cairan otak.3
Punksi lumbal dilakukan pada ruang intervertebra L3-L4 atau L4-L5.
Jumlah cairan otak yang diambil sebanyak 10- 20 ml, tampung ke dalam 3
tabung kaca yang transparan dan steril :
1. tabung I : untuk tes kimia
2. tabung II : untuk tes mikroskopi
3. tabung III : untuk tes mikrobiologi
Penambahan natrium sitrat 20% dapat dilakukan bila cairan otak keruh
atau bercampur darah dengan perbandingan 0,01 ml natrium sitrat 20%
dan 1 ml cairan otak. Sebaiknya tes dilakukan paling lambat 1 jam setelah
memperoleh sampel untuk menghindari kerusakan sel dan kontaminasi
kuman, artinya sampel langsung dikirim ke laboratorium untuk segera
dilakukan tes5,7.
C. Sampling Cairan Mani
Salah satu tes yang penting untuk penilaian kesuburan pria adalah
analisis semen. Analisis semen merupakan tes yang paling sederhana,
murah dan cocok untuk evaluasi fungsi testis6.
22
1. Persiapan penderita : Penderita abstinensi 2 – 7 hari.
2. Persiapan sampel : Sediaan diambil dengan cara masturbasi dan
ditampung ke dalam wadah gelas bermulut lebar dan sebaiknya
dipanaskan untuk mengurangi bahaya renjatan dingin. Sediaan harus
dilindungi terhadap suhu yang ekstrim (suhu antara 20-40C) selama
pengangkutan ke laboratorium. Jika tidak, sediaan harus diantar ke
laboratorium dalam waktu 1 jam setelah dikeluarkan. Wadah diberi
label dengan nama penderita, tanggal pengumpulan dan lamanya
abstinensi dan jam (waktu pengambilan sampel).
3. Alat dan bahan : Pipet 5 ml, kertas lakmus, Gelas ukur (perbedaan
skala 0,1 cm)6
D. Sampling Cairan Pleura
Prosedur punksi cairan pleura (Torakosentesis):5-7
1. Penderita dimasukkan dalam ruang tindakan/ruang khusus untuk tindakan
punksi pleura.
2. Penderita didudukkan dengan posisi tegak atau bahunya disandarkan
ke.bantal atau memeluk bantal dalam keadaan duduk, kemudian
dilakukan perkusi dinding toraks belakang untuk menentukan ketinggian
cairan pleura dalam rongga pleura.
3. Tempat melakukan punksi ialah ruang interkostal 6,7 atau 8 (sela iga 8
biasanya setinggi ujung skapula) pada linea aksilaris posterior.
4. Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan
(alkohol 70% dan betadine).
5. Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath) ukuran 16
ditusukkan ke dalam dinding toraks bagian belakang, kemudian cairan
pleura diaspirasi sebanyak 50 cc dengan spoit steril, lalu dimasukkan ke
dalam botol-botol yang bersih / steril dan selanjutnya dikirim ke
Laboratorium untuk dilakukan tes analisis cairan pleura.
E. Sampling Cairan Asites
23
Pengambilan sampel cairan asites dilakukan dengan punksi
abdominal/peritoneal.
1. Persiapan pasien:5-7
a. Jelaskan tujuan tes dan cara pengambilan sampel. Penjelasan yang
tepat mengenai tujuan dan cara kerja membantu menimbulkan
sikap koperatif dari penderita dan memudahkan dalam melakukan
tindakan.
b. Buat surat persetujuan tindakan.
c. Monitor tanda vital (tensi,nadi) penderita sebelum, selama dan
sesudah pengambilan sampel
2. Alat dan bahan:6
a. Jarum nomor 20 G
b. Slang plastik dengan klem pengatur
c. Botol penampung drainase
d. Botol penampung steril (tabung kaca dengan sterilisasi autoklav,
tabung plastik dengan ultraviolet) untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
3. Cara pengambilan sampel (punksi asites):5-6
Sebelum punksi dilakukan kosongkan kandung kencing.
Baringkan penderita pada posisi supine atau dengan sudut 45. Aspirasi
dilakukan pada titik sedikit diluar pertengahan garis antara umbilicus
dan spina iliaka anterior superior. Lakukan aspirasi percobaan, bila
asites keluar, tampung dalam botol penampung steril untuk
pemeriksaan mikrobiologi. Hubungkan abbocath dengan slang plastik
kemudian fiksasi dengan plester, cairan yang keluar ditampung dalam
botol penampung drainase. Jika dimaksudkan akan mengeluarkan
cairan dalam jumlah banyak dianjurkan drainase jangan terlalu cepat.
F. Sampling Sputum
Sputum , dahak atau riak ialah sekret yang dibatukkan dan berasal dari
bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
24
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan
diperiksa. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan sputum, pada
malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat Gliseril
Guaikolat 200mg.6,8
Prosedur:6,8
1. Sebelum pengambilan specimen, pasien diminta untuk berkumur
dengan air. Bila memakai gigi palsu sebaiknya dilepas
2. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak
3. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam 2-3 kali, kemudian
dikeluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang
kali sampai sputum keluar
4. Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung dalam wadah dengan
cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum. Sputum
yang berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan volume
cukup 3-5 ml
5. Tutup wadah dengan erat dan segera kirim ke laboratorium
G. Sampling Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan; jika
pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sampel tinja diambil dengan
colok dubur dari rektum. Penderita diharuskan buang air kecil terlebih
dahulu karena tinja tidak boleh tercemar urin. Lalu instruksikan pasien
untuk buang air besar langsung ke dalam pot tinja. Pot tinja langsung
ditutup rapat dan dikirim segera ke laboratorium.6,8
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; kalau dibiarkan
mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini selalu
harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi. Untuk
mengirim tinja, wadah sebaiknya yang terbuat dari kaca atau dari bahan
lain yang tidak dapat terkontaminasi. Wadah harus bermulut lebar.6
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahrun U. Teknik, Komplikasi, dan Penanganannya. Teks in House Training
Flebotomi. RS. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 9 September 2009
2. Pengumpulan Sampel Darah. labkesehatan.blogspot.com. Diakses 7 February
2010
3. Sudiono H., dkk. Penuntun Patologi Klinik Hematologi. Cetakan Ketiga. Biro
Pulikasi Fakultas Kedokteran Ukrida. Jakarta. 2009. Hal.5-35
4. Hardjoeno H. Analisis gas darah dalam Interpretasi Hasil Tes laboratorium
Diagnostik. Hasanuddin University Press. Makassar. 2001. Hal.403-410
26
5. Brunzel NA. Fundamentals of urine and body fluid analysis. 2nd edition.
Saunders. Pennsylvania. 2004
6. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan Ke-15. Dian
Rakyat. Jakarta. 2009. Hal.176-180
7. Hardjoeno H. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Unhas.
Makassar. 2007
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standard Operating Procedure in
Microbiology. Jakarta. 2000
27