sampling darah post bacai

40
Tugas pendahuluan SAMPLING DARAH, URIN DAN CAIRAN TUBUH Viviyanti Zainuddin, Irda Handayani, Ruland DN Pakasi Bagian Patologi Klinik FK UNHAS BLU-RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar I. PENDAHULUAN Pengumpulan spesimen merupakan tahapan yang penting dalam menentukan baik-buruk atau valid-tidaknya sebuah hasil pemeriksaan laboratorium. Namun, hal ini seringkali tidak menjadi perhatian yang serius di kalangan petugas laboratorium. Apalagi jika proses pengambilan spesimen dilakukan oleh pihak lain, seperti misalnya perawat. 1-3 Minimnya informasi mengenai pengaruh sampling terhadap hasil pemeriksaan laboratorium menyebabkan para petugas sampling kurang hati-hati atau bahkan tidak mengikuti prosedur pengambilan spesimen yang benar. Dan kerena itu, seringkali dijumpai komplain dari pengguna jasa laboratorium (misalnya dokter/klinisi) akibat tidak sesuainya hasil pemeriksaan laboratorium dengan kondisi atau penyakit pasien. 1 Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat 1

Upload: vivi-zainuddin

Post on 09-Aug-2015

239 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

preanalitik, analitik, pasca analitik

TRANSCRIPT

Page 1: Sampling Darah Post Bacai

Tugas pendahuluan

SAMPLING DARAH, URIN DAN CAIRAN TUBUH

Viviyanti Zainuddin, Irda Handayani, Ruland DN Pakasi

Bagian Patologi Klinik FK UNHAS BLU-RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

I. PENDAHULUAN

Pengumpulan spesimen merupakan tahapan yang penting dalam menentukan

baik-buruk atau valid-tidaknya sebuah hasil pemeriksaan laboratorium. Namun, hal

ini seringkali tidak menjadi perhatian yang serius di kalangan petugas laboratorium.

Apalagi jika proses pengambilan spesimen dilakukan oleh pihak lain, seperti

misalnya perawat.1-3

Minimnya informasi mengenai pengaruh sampling terhadap hasil pemeriksaan

laboratorium menyebabkan para petugas sampling kurang hati-hati atau bahkan tidak

mengikuti prosedur pengambilan spesimen yang benar. Dan kerena itu, seringkali

dijumpai komplain dari pengguna jasa laboratorium (misalnya dokter/klinisi) akibat

tidak sesuainya hasil pemeriksaan laboratorium dengan kondisi atau penyakit pasien.1

Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang

dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium. Supaya spesimen

memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus

dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Terdapat beberapa hal yang harus

mendapat perhatian dalam pengambilan spesimen:2,8

1. Jenis Spesimen.

Spesimen yang hendak diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis

pemeriksaan yang akan dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam

pemeriksaan laboratorium banyak macamnya, yaitu : darah utuh (whole blood),

plasma, serum, urine (urine pagi hari, urine sewaktu, urine tampung 24 jam),

tinja (faeses), dahak (sputum), cairan otak, cairan ascites, cairan pleura, cairan

sendi, nanah (pus), usap (swab) luka, usap tenggorok, usap hidung, usap

nasofaring, sumsum tulang, dsb.

1

Page 2: Sampling Darah Post Bacai

2. Volume Spesimen.

Volume spesimen harus mencukupi untuk tiap jenis pemeriksan.

3. Kondisi Spesimen.

Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak mengalami kerusakan,

seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika digunakan

untuk pemeriksaan hematologi), tidak berubah warna, segar/tidak kadaluwarsa

dan steril (terutama untuk pemeriksaan bakteriologi.

4. Antikoagulan.

Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.

Penggunaannya juga harus benar, takarannya harus sesuai.

5. Peralatan Sampling dan Wadah Spesimen.

Peralatan sampling dan wadah spesimen harus memenuhi syarat, yaitu :

bersih, kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau material seluler yang

ada dalam spesimen, sekali pakai - buang (disposable).

6. Lokasi Pengambilan Spesimen.

Spesimen darah umumnya diaspirasi dari vena. Tetapi penting diperhatikan,

bahwa tempat aspirasi darah vena harus dipilih pada tempat yang tidak dilalui

jalur infus. Pengambilan spesimen darah pada lengan yang terdapat selang infus

dapat menyebabkan perubahan pada hasil pemeriksaan.

7. Aktivitas Pasien.

Aktivitas fisik pasien sesaat sebelum dilakukan sampling berpengaruh

terhadap hasil pemeriksaan. Pasien yang melakukan olah raga atau aktivitas fisik

yang berat dapat menyebabkan temuan palsu, ini terutama pada pemeriksaan

enzim.

8. Waktu Pengambilan.

Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari karena waktu

ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal ditetapkan pada

keadaan basal.

2

Page 3: Sampling Darah Post Bacai

9. Pencatatan dan Labelisasi.

Formulir permintaan harus mencantumkan informasi berikut : nama pasien,

usia, jenis kelamin, nama dokter, nomor identitas, diagnosis/keterangan klinis,

tanggal, waktu pengambilan, data khusus lainnya (misalnya informasi obat yang

telah diminum pasien) dan jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah

spesimen harus ditempeli label yang berisi informasi, minimal nama pasien,

nomor identitas dan waktu pengambilan.

II. SAMPLING DARAH

Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,

yaitu: melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan

tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan,

oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture1.

A. Pengambilan Darah Vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture),

contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital,

pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini

terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar dan

tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak

memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa

menjadi pilihan alternatif (gambar 1)1-4.

Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena

letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena

cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah

dapat dilakukan di vena-vena lainnya. Lakukan pengambilan dengan dengan

sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.1-2

3

Gbr 1.Lokasi venipuncture

Page 4: Sampling Darah Post Bacai

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu: cara manual dan cara

vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe),

sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer)1.

1. Pengambilan Darah Vena dengan Syringe.

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syringe)

merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan

tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston

sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum.

Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar

sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan

darah dengan alat ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan

vena yang rapuh atau kecil2-3.

Prosedur:1-3

a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan: syringe, kapas alkohol 70%, tali

pembendung (tourniqet), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syringe,

pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil,

pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.

b) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien

senyaman mungkin.

c) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

d) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila

pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

e) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan

aktifitas.

f) Minta pasien mengepalkan tangan.

g) Pasang tourniqet kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

h) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan untuk

memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan

4

Page 5: Sampling Darah Post Bacai

memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah

pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit.

i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%

dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika

jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam

semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.

k) Setelah volume darah dianggap cukup, lepas tourniqet dan minta pasien

membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali

jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.

l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan jarum perlahan-

lahan. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit.

Jangan menarik jarum sebelum tourniqet dibuka.

2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan Amerika BD

(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa

tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung

dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti

mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan

terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum

pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior

ditancapkan pada tabung. Jarum posterior

diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat

mencegah darah dari pasien mengalir keluar.

Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan

jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada

saat mendorong tabung menancap pada jarum

posterior2.

5

Gbr. 2 Jarum vacum

Page 6: Sampling Darah Post Bacai

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tak perlu

membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan,

dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes

yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus

karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi

media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan

sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya

sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena kecil dan

rapuh, atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan

jarum bersayap (winged needle).1-3

Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum

“kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer

seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah,

antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah

sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang

yang menghubungkan jarum anterior dan posterior.

Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan

kelihatan masuk pada selang (flash).3

Prosedur:2-4

a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali

pembendung (tourniqet), plester, tabung vakum.

b) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

c) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien

senyaman mungkin.

d) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

e) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila

pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

f) Minta pasien meluruskan lengan dan mengepalkan tangannya, pilih lengan

yang banyak melakukan aktifitas.

6

Gambar 3. Winged needle

Page 7: Sampling Darah Post Bacai

g) Pasang tali pembendung (tourniqet) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

h) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan untuk

memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan

memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah

pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%

dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan

tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap

pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu

sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah

tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu

seterusnya.

k) Lepas tourniqet dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah

yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk

pemeriksaan.

l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan jarum perlahan-lahan.

Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit.

Gambar 4. Cara pengambilan darah dengan vacutainer

7

Page 8: Sampling Darah Post Bacai

Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek

laboratorium klinik adalah sebagai berikut:1,2,3

Red Top

ADDITIVE None

MODE OF ACTION

Blood clots, and the serum is separated by centrifugation

USES Chemistries, Immunology and Serology, Blood Bank (Crossmatch)

Gold Top

ADDITIVE None

MODE OF ACTION

Serum separator tube (SST) contains a gel at the bottom to separate blood from serum on centrifugation

USES Chemistries, Immunology and Serology

Light Green Top

ADDITIVE Plasma Separating Tube (PST) with Lithium heparin

MODE OF ACTION

Anticoagulates with lithium heparin; Plasma is separated with PST gel at the bottom of the tube

USES Chemistries

Purple Top

ADDITIVE EDTA

MODE OF ACTION

Forms calcium salts to remove calcium

USES Hematology (CBC) and Blood Bank (Crossmatch); requires full draw - invert 8 times to prevent clotting and platelet clumping

8

Page 9: Sampling Darah Post Bacai

Light Blue Top

ADDITIVE Sodium citrate

MODE OF ACTION

Forms calcium salts to remove calcium

USES Coagulation tests (protime and prothrombin time), full draw required

Green Top

ADDITIVE Sodium heparin or lithium heparin

MODE OF ACTION

Inactivates thrombin and thromboplastin

USES For lithium level, use sodium heparin For ammonia level, use sodium or lithium heparin

Dark Blue Top

ADDITIVE EDTA-

MODE OF ACTION

Tube is designed to contain no contaminating metals

USES Trace element testing (zinc, copper, lead, mercury) and toxicology

Light Gray Top

ADDITIVE Sodium fluoride and potassium oxalate

MODE OF ACTION

Antiglycolytic agent preserves glucose up to 5 days

USES Glucoses, requires full draw (may cause hemolysis if short draw)

9

Page 10: Sampling Darah Post Bacai

Yellow Top

ADDITIVE ACD (acid-citrate-dextrose)

MODE OF ACTION

Complement inactivation

USES HLA tissue typing, paternity testing, DNA studies

Yellow - Black Top

ADDITIVE Broth mixture

MODE OF ACTION

Preserves viability of microorganisms

USES Microbiology - aerobes, anaerobes, fungi

Black Top

ADDITIVE Sodium citrate (buffered)

MODE OF ACTION

Forms calcium salts to remove calcium

USES Westergren Sedimentation Rate; requires full draw

Orange Top

ADDITIVE Thrombin

MODE OF ACTION

Quickly clots blood

USES STAT serum chemistries

10

Page 11: Sampling Darah Post Bacai

Light Brown

Top

ADDITIVE Sodium heparin

MODE OF ACTION

Inactivates thrombin and thromboplastin; contains virtually no lead

USES Serum lead determination

Pink Top

ADDITIVE Potassium EDTA

MODE OF ACTION

Forms calcium salts

USES Immunohematology

White Top

ADDITIVE Potassium EDTA

MODE OF ACTION

Forms calcium salts

USES Molecular/PCR and bDNA testing

a) Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah

akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya

digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank

darah (crossmatching test).

b) Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator

tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah

pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di

11

Page 12: Sampling Darah Post Bacai

bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi

dan serologi

c) Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma

separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah

pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di

bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.

d) Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi ethylene diamine

tetraacetic acid (EDTA). Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah

lengkap dan bank darah (crossmatch)

e) Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan

untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)

f) Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin,

umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia

darah.

g) Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam,

umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper,

mercury) dan toksikologi.

h) Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan

kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

i) Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk

pemeriksaan LED (ESR).

j) Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan

imunohematologi.

12

Page 13: Sampling Darah Post Bacai

k) Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan

molekuler/PCR dan bDNA.

l) Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media

biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan

jamur

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah2 :

a) Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan

cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding

tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas

jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam

tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan

darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.

b) Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-

mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan

lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.

c) Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama -

botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam; kedua -tes

koagulasi (tabung tutup biru); ketiga - tabung non additive (tutup merah);

keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot

activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin),

tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)

Bila darah dikeluarkan dari pembuluh darah maka darah akan membeku.

Koagulasi atau pembekuan darah dapat dicegah dengan memberikan zat yang

disebut antikoagulan. Terdapat berbagai jenis antikoagulan, masing-masing

digunakan dalam jenis pemeriksaan tertentu seperti:3

a) Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA)

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium

(kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat kalsium. EDTA

13

Page 14: Sampling Darah Post Bacai

memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak

mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi,

seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung lekosit, hitung trombosit,

retikulosit, apusan darah, dsb.

K2EDTA biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah.

Penggunaannya harus tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat

mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami

krenasi, trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Setelah darah

dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan pencampuran/homogenisasi

dengan cara membolak-balikkan tabung dengan lembut sebanyak 6 kali untuk

menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),

dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA).

Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering,

sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis

EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH

(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI

(Clinical and Laboratory Standards Institute). Tabung EDTA tersedia dalam

bentuk tabung hampa udara (vacutainer tube) dengan tutup lavender atau pink

seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

b) Trisodium citrate dihidrat

Citrate bekerja dengan mengikat kalsium. Trisodium citrate dihidrat

3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk

pengujian koagulasi dan agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian

citrate + 9 bagian darah. Secara komersial, tabung citrate dapat dijumpai

dalam bentuk tabung hampa udara dengan tutup berwarna biru terang.

Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk

mencegah aktivasi proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang

menyebabkan hasil tidak valid. Pencampuran dilakukan dengan membolak-

14

Page 15: Sampling Darah Post Bacai

balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara lembut, karena pencampuran yang

terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali) dapat mengaktifkan

penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan. Darah citrate

harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan

dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling. Natrium sitrat konsentrasi 3,8%

digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau LED

cara Westergreen. Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah.

c) Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja

dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga

menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga macam heparin:

ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam

heparin tersebut, lithium heparin paling banyak digunakan sebagai

antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam

darah. Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel,

OFT (osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15IU/mL

+/- 2.5IU/mL atau 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk

pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar belakang biru. Setelah

dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan

dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa.

Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.

d) Oksalat

Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara

mengikat kalsium. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah.

Biasanya digunakan untuk pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan

hemostasis. Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan

glukosa. Kalium oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi

15

Page 16: Sampling Darah Post Bacai

sebagai antiglikolisis dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol

pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa darah stabil.

B. Pengambilan Darah Kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang

berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang

digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah:1-4

1. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.

2. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi

telapak kaki atau ibu jari kaki.

3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan

peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,

trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.

Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan

sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa,

kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary

method).

Prosedur:2-4

1. Siapkan peralatan sampling: lancet steril, kapas alkohol 70%.

2. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%,

biarkan kering.

3. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya

rasa nyeri berkurang.

4. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak

harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari

masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan

diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga

susah ditampung dalam wadah.

16

Page 17: Sampling Darah Post Bacai

5. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas

kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

6. Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras

untuk mencegah terbentuknya bekuan.

C. Pengambilan Darah Arteri

Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah

pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di

daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Sampel darah arteri

umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.2,4

Prosedur:2-4

1. Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan

sampling.

2. Pilih bagian arteri radialis.

3. Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.

4. Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak

arteri.

5. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan

kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.

6. Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu

tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak

atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan

mendorong thorak ke atas.

7. Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum

dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat

selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit.

III. SAMPLING URIN

17

Page 18: Sampling Darah Post Bacai

Urinalisis atau analisis urin adalah salah satu tes laboratorium yang tertua dan

sudah diketahui sejak zaman Hipocrates. Urinalisis tidak hanya memberikan

informasi tentang keadaan ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal

hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal dan keadaan lainnya5.

A. Cara Pengumpulan Sampel:5-7

1. Metode yang sering digunakan adalah pengumpulan seluruh urin ketika

berkemih pada suatu saat.

2. Kateterisasi, dapat dilakukan untuk:

a. Pasien yang sukar kencing.

b. Pasien wanita, untuk menghindari kontaminasi discharge vagina

terutama saat menstruasi. Kateterisasi bukan merupakan prosedur

pengumpulan yang rutin. Dapat menimbulkan risiko infeksi.

3. Punksi suprapubik, dapat dilakukan untuk:

a. Menghindari kontaminasi uretral dan vaginal.

b. Pasien bayi dan anak kecil.

c. Studi sitologi.

4. Clean Catch atau Clean Voided Midstream adalah merupakan metode

terpilih, dapat dilakukan untuk:

a. Tes bakteriologi.

Cara memperolehnya: genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu dengan

larutan antiseptik khusus. Aliran urin pertama dibuang, lalu diambil

aliran urin tengah atau midstream urine yang ditampung dalam wadah

steril. Aliran urin akhir juga dibuang.

b. Tes urin rutin.

Langsung diambil midstream urine (urin aliran tengah) yang

ditampung dalam wadah bersih dan kering.

B. Jenis Sampel5-7

1. Urin sewaktu :

18

Page 19: Sampling Darah Post Bacai

Urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan secara

khusus. Biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai

pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.

2. Urin pagi :

Urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Baik

untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (BJ), protein dan untuk tes

kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic gonado-tropin

(HCG).

3. Urin post prandial :

Urin yang pertama kali dikemihkan 1½ -3 jam setelah makan. Berguna

untuk pemeriksaan glukosuria.

4. Urin 24 jam

Untuk mengumpulkan urin 24 jam dibutuhkan botol besar bervolume 1,5

L atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Adakalanya urin 24 jam

ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol denganh maksud tertentu.

Hal itu dapat dilakukan pada diabetes mellitus untuk melihat banyaknya

glukosa yang dikeluarkan dari santapan satu ke santapan berikutnya.

5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas

Berguna untuk memberikan gambaran letak radang atau lesi yang

terdapat pada saluran kemih pria.

C. Pengawet

Untuk melindungi sampel urin 24 jam dari dekomposisi dan

kontaminasi maka urin diberi bahan pengawet.5

Macam-macam pengawet urin antara lain sebagai berikut:5-7

1. Toluen

Toluen menghambat perombakan urin oleh kuman. Digunakan 2–5 ml

toluen untuk mengawetkan urin 24 jam. Dipakai sebagai pengawet

glukosa, aseton dan asam asetoasetat.

2. Timol

19

Page 20: Sampling Darah Post Bacai

Sebutir timol mempunyai daya pengawet seperti toluen. Dipakai

sebagai pengawet sedimen.

3. Formaldehid dan kloroform

Digunakan 1 – 2 ml larutan formaldehid 40% (formalin) atau 50

tetes larutan kloroform untuk mengawetkan urin 24 jam. Dipakai untuk

mengawetkan sedimen.

4. Asam sulfat pekat

Sebagai pengawet untuk penetapan kuantitatif kalsium, nitrogen (N)

dan zat anorganik lainnya. Diberikan dalam jumlah tertentu sehingga pH

urin tetap <4,5 yang dikontrol dengan kertas nitrazin. Reaksi asam

mencegah terlepasnya unsur N dalam bentuk amoniak dan mencegah

terjadinya endapan kalsium fosfat.

5. Natrium karbonat

Digunakan 5 g Natrium karbonat bersama beberapa ml toluen. Khusus

untuk mengawetkan urobilinogen.

6. Asam hidroklorida

10 ml atau asam borat 50 g digunakan sebagai pengawet urin 24 jam

untuk mencegah dekomposisi bahan / zat pada medium alkali.

IV. SAMPLING CAIRAN TUBUH

A. Sampling Cairan Sendi

Teknik pengambilan cairan sendi disebut artrosentesis. Artrosentesis harus

dilakukan oleh seorang dokter atau paramedis yang sudah terlatih dan harus

dilakukan dalam keadaan steril. Teknik aspirasi harus disesuaikan menurut

lokasi, anatomi dan ukuran sendi6.

1. Alat dan bahan:5-7

20

Page 21: Sampling Darah Post Bacai

a. Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar

sendi yang akan diaspirasi. Misalnya jarum nomor 19 atau 21 untuk

sendi besar, sedangkan sendi kecil jarum 23 atau 25.

b. Pulpen untuk menandai titik yang akan disuntik.

c. Anestetik lokal (lidokain atau semprotan etilklorida).

d. Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulit (misalnya larutan

yang mengandung yodium).

e. Tabung penampung aspirat 4 buah.

2. Cara kerja:5-7

a. Penyuntikan dilakukan dalam keadaan yang steril.

b. Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen.

c. Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran

suntikan dalam keadaan rileks.

d. Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis dan antisepsis pada

tempat yang akan disuntik.

e. Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat

diberikan sem-protan etilklorida atau anestesi lokal dengan infiltrasi

lidokain melalui jarum yang sangat halus.

f. Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk

menghindari trauma neurovaskuler.

g. Setelah semua posedur diatas dilakukan, aspirasi dapat dimulai dengan

menusuk perlahan-lahan tempat yang telah diberi tanda pulpen.

h. Jika ada efusi, jumlah cairan yang diambil dapat berkisar 10-20 ml.

Tampunglah aspirat ke dalam 4 tabung yang telah disiapkan

sebelumnya. Tabung I (tanpa antikoagulan): untuk tes makroskopi,

viskositas dan tes musin, tabung II (dengan antikoagulan EDTA) :

untuk tes mikroskopi, hitung jenis dan sel, tabung III (tabung harus

steril, berisi heparin/EDTA) : untuk tes mikrobiologi dan tabung IV

(tanpa antikoagulan) : untuk tes kimia dan imunologi.

21

Page 22: Sampling Darah Post Bacai

i. Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadaan rileks atau posisi

netral.

B. Sampling Cairan Otak

Tindakan punksi lumbal merupakan salah satu cara untuk memperoleh

cairan otak.3

Punksi lumbal dilakukan pada ruang intervertebra L3-L4 atau L4-L5.

Jumlah cairan otak yang diambil sebanyak 10- 20 ml, tampung ke dalam 3

tabung kaca yang transparan dan steril :

1. tabung I : untuk tes kimia

2. tabung II : untuk tes mikroskopi

3. tabung III : untuk tes mikrobiologi

Penambahan natrium sitrat 20% dapat dilakukan bila cairan otak keruh

atau bercampur darah dengan perbandingan 0,01 ml natrium sitrat 20%

dan 1 ml cairan otak. Sebaiknya tes dilakukan paling lambat 1 jam setelah

memperoleh sampel untuk menghindari kerusakan sel dan kontaminasi

kuman, artinya sampel langsung dikirim ke laboratorium untuk segera

dilakukan tes5,7.

C. Sampling Cairan Mani

Salah satu tes yang penting untuk penilaian kesuburan pria adalah

analisis semen. Analisis semen merupakan tes yang paling sederhana,

murah dan cocok untuk evaluasi fungsi testis6.

22

Page 23: Sampling Darah Post Bacai

1. Persiapan penderita : Penderita abstinensi 2 – 7 hari.

2. Persiapan sampel : Sediaan diambil dengan cara masturbasi dan

ditampung ke dalam wadah gelas bermulut lebar dan sebaiknya

dipanaskan untuk mengurangi bahaya renjatan dingin. Sediaan harus

dilindungi terhadap suhu yang ekstrim (suhu antara 20-40C) selama

pengangkutan ke laboratorium. Jika tidak, sediaan harus diantar ke

laboratorium dalam waktu 1 jam setelah dikeluarkan. Wadah diberi

label dengan nama penderita, tanggal pengumpulan dan lamanya

abstinensi dan jam (waktu pengambilan sampel).

3. Alat dan bahan : Pipet 5 ml, kertas lakmus, Gelas ukur (perbedaan

skala 0,1 cm)6

D. Sampling Cairan Pleura

Prosedur punksi cairan pleura (Torakosentesis):5-7

1. Penderita dimasukkan dalam ruang tindakan/ruang khusus untuk tindakan

punksi pleura.

2. Penderita didudukkan dengan posisi tegak atau bahunya disandarkan

ke.bantal atau memeluk bantal dalam keadaan duduk, kemudian

dilakukan perkusi dinding toraks belakang untuk menentukan ketinggian

cairan pleura dalam rongga pleura.

3. Tempat melakukan punksi ialah ruang interkostal 6,7 atau 8 (sela iga 8

biasanya setinggi ujung skapula) pada linea aksilaris posterior.

4. Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan

(alkohol 70% dan betadine).

5. Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath) ukuran 16

ditusukkan ke dalam dinding toraks bagian belakang, kemudian cairan

pleura diaspirasi sebanyak 50 cc dengan spoit steril, lalu dimasukkan ke

dalam botol-botol yang bersih / steril dan selanjutnya dikirim ke

Laboratorium untuk dilakukan tes analisis cairan pleura.

E. Sampling Cairan Asites

23

Page 24: Sampling Darah Post Bacai

Pengambilan sampel cairan asites dilakukan dengan punksi

abdominal/peritoneal.

1. Persiapan pasien:5-7

a. Jelaskan tujuan tes dan cara pengambilan sampel. Penjelasan yang

tepat mengenai tujuan dan cara kerja membantu menimbulkan

sikap koperatif dari penderita dan memudahkan dalam melakukan

tindakan.

b. Buat surat persetujuan tindakan.

c. Monitor tanda vital (tensi,nadi) penderita sebelum, selama dan

sesudah pengambilan sampel

2. Alat dan bahan:6

a. Jarum nomor 20 G

b. Slang plastik dengan klem pengatur

c. Botol penampung drainase

d. Botol penampung steril (tabung kaca dengan sterilisasi autoklav,

tabung plastik dengan ultraviolet) untuk pemeriksaan

mikrobiologi.

3. Cara pengambilan sampel (punksi asites):5-6

Sebelum punksi dilakukan kosongkan kandung kencing.

Baringkan penderita pada posisi supine atau dengan sudut 45. Aspirasi

dilakukan pada titik sedikit diluar pertengahan garis antara umbilicus

dan spina iliaka anterior superior. Lakukan aspirasi percobaan, bila

asites keluar, tampung dalam botol penampung steril untuk

pemeriksaan mikrobiologi. Hubungkan abbocath dengan slang plastik

kemudian fiksasi dengan plester, cairan yang keluar ditampung dalam

botol penampung drainase. Jika dimaksudkan akan mengeluarkan

cairan dalam jumlah banyak dianjurkan drainase jangan terlalu cepat.

F. Sampling Sputum

Sputum , dahak atau riak ialah sekret yang dibatukkan dan berasal dari

bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.

24

Page 25: Sampling Darah Post Bacai

Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan

diperiksa. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan sputum, pada

malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat Gliseril

Guaikolat 200mg.6,8

Prosedur:6,8

1. Sebelum pengambilan specimen, pasien diminta untuk berkumur

dengan air. Bila memakai gigi palsu sebaiknya dilepas

2. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak

3. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam 2-3 kali, kemudian

dikeluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang

kali sampai sputum keluar

4. Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung dalam wadah dengan

cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum. Sputum

yang berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan volume

cukup 3-5 ml

5. Tutup wadah dengan erat dan segera kirim ke laboratorium

G. Sampling Tinja

Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan; jika

pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sampel tinja diambil dengan

colok dubur dari rektum. Penderita diharuskan buang air kecil terlebih

dahulu karena tinja tidak boleh tercemar urin. Lalu instruksikan pasien

untuk buang air besar langsung ke dalam pot tinja. Pot tinja langsung

ditutup rapat dan dikirim segera ke laboratorium.6,8

Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; kalau dibiarkan

mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini selalu

harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi. Untuk

mengirim tinja, wadah sebaiknya yang terbuat dari kaca atau dari bahan

lain yang tidak dapat terkontaminasi. Wadah harus bermulut lebar.6

25

Page 26: Sampling Darah Post Bacai

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrun U. Teknik, Komplikasi, dan Penanganannya. Teks in House Training

Flebotomi. RS. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 9 September 2009

2. Pengumpulan Sampel Darah. labkesehatan.blogspot.com. Diakses 7 February

2010

3. Sudiono H., dkk. Penuntun Patologi Klinik Hematologi. Cetakan Ketiga. Biro

Pulikasi Fakultas Kedokteran Ukrida. Jakarta. 2009. Hal.5-35

4. Hardjoeno H. Analisis gas darah dalam Interpretasi Hasil Tes laboratorium

Diagnostik. Hasanuddin University Press. Makassar. 2001. Hal.403-410

26

Page 27: Sampling Darah Post Bacai

5. Brunzel NA. Fundamentals of urine and body fluid analysis. 2nd edition.

Saunders. Pennsylvania. 2004

6. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan Ke-15. Dian

Rakyat. Jakarta. 2009. Hal.176-180

7. Hardjoeno H. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Unhas.

Makassar. 2007

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standard Operating Procedure in

Microbiology. Jakarta. 2000

27