bab i pendahuluan - republik indonesia · ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah...

37
Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Pengawasan pangan merupakan satu upaya yang strategis karena selain berdampak pada perlindungan konsumen, juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global. Di era perdagangan bebas, peran pengawasan ini diarahkan untuk menjadi mekanisme. Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan BPOM untuk periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014. Renstra Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 1.1.1. Peran Berdasarkan Peraturan Perundang Undangan Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melindungi konsumen. Salah satu upaya Badan Pengawas Makanan RI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan makanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini pengawasan pangan mulai dari produksi hingga peredaran menjadi tupoksi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan. Pendekatan pengawasan makanan mempunyai aspek permasalahan dengan dimensi yang sangat luas dan kompleks. Pengawasan tidak dapat dilakukan hanya pada produk akhir yang beredar di masyarakat, tetapi harus dilakukan sejak awal proses, mulai bahan

Upload: lytu

Post on 15-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Pengawasan pangan merupakan satu upaya yang strategis karena selain berdampak

pada perlindungan konsumen, juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya

saing mutu produk di pasar lokal maupun global. Di era perdagangan bebas, peran

pengawasan ini diarahkan untuk menjadi mekanisme.

Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah,

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan sesuai kewenangan, tugas pokok dan

fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan,

strategi, kebijakan serta program dan kegiatan BPOM untuk periode 2015-2019.

Proses penyusunan Renstra Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan tahun 2015-2019

dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil

evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014. Renstra Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Direktorat Inspeksi

dan Sertifikasi Pangan dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

1.1.1. Peran Berdasarkan Peraturan Perundang Undangan

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melindungi konsumen. Salah satu

upaya Badan Pengawas Makanan RI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang

pengawasan makanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal ini pengawasan pangan mulai dari produksi hingga peredaran menjadi tupoksi

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan.

Pendekatan pengawasan makanan mempunyai aspek permasalahan dengan dimensi

yang sangat luas dan kompleks. Pengawasan tidak dapat dilakukan hanya pada produk

akhir yang beredar di masyarakat, tetapi harus dilakukan sejak awal proses, mulai bahan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

2

baku, proses produksi, produk setengah jadi, produk jadi sampai produk tersebut

beredar di masyarakat.

Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan

melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi sarana produksi dan distribusi,

investigasi dan penegakan hukum.

Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam pengawasan pangan yaitu :

a) Undang-Undang RI no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

b) Undang-Undang RI no. 7 tahun 1996 tentang Pangan

c) Undang-Undang RI no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

d) PP. no. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

e) PP. no 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

Selain itu, ada banyak Peraturan dan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan yang menjadi acuan Direktorat Inspeksid an Sertifikasi Pangan dalam

melaksanakan tugasnya.

1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.03.1.23.03.12.1564

Tahun 2014 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.03.1.23.04.12.2207

Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga.

3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.03.1.23.04.12.2206

Tahun 2014 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk Industri Rumah

Tangga

4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.HK.03.1.23.04.12.2205

Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga.

5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.12.11.10720 Tahun 2011 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan

yang Baik untuk Formula Bayi dan Formula Lanjutan Bentuk Bubuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

3

6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 tentang Pedoman Cara Ritel yang Baik

7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.03.1.5.12.11.09955

Tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan

8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011 tentang Pengawasan Klaim Dalam Label dan

Iklan Pangan Olahan

9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.11.11.09657 Tahun 2011 tentang Persyaratan Penambahan Zat Gizi dan

Zat Non Gizi dalam Pangan Olahan

10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011 tentang Perubahan Perka No. HK.00.06.51.0475

Tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan.

11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.03.1.52.08.11.07235 Tahun 2011 tentang Pengawasan Formula Bayi dan Formula

Bayi untuk Keperluan Medis Khusus

12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.06.1.52.4011

Tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam

Makanan.

13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.52.1831

Tahun 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan.

14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.HK.00.05.23.1455

Tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Pangan Olahan.

15. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.06.1.0256 Tahun

2008 tentang Larangan Penambahan Vitamin K dalam Produk Susu

16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.06.52.0100

Tahun 2008 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik

17. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.HK.00.06.1.52.6635

Tahun 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan

Pangan pada Label dan Iklan Pangan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

4

18. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

No.HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan

19. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.HK.00.06.51.0475

Tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label.

1.1.2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Gambar 1. Struktur organisasi Dit. Insert Pangan

Direktur

Inspeksi dan

Sertifikasi

Pangan

Subdit Sertifikasi Pangan

Dra. Dian Putranti, Apt.,

MP.

Seksi

Sertifikasi Sarana

Produksi

Neni Yuliza, S.Si.,

Apt.

Seksi

Sertifikasi Produk

Pangan

Dra. Fathiyah,Apt

Seksi

Tata Operasional

Subdit

Inspeksi Produk Berlabel

Halal

Dra. Meutia, Apt

Seksi

Inspeksi Makanan

Berlabel Halal

Drs. Evi Noviarsyah

L, Apt

Seksi

Inspeksi Minuman

Berlabel Halal

Dra. Ema

Herawati,Apt

Subdit

Inspeksi Produksi dan

Peredaran Produk Pangan

Dra. Chairun Nissa, Apt

Seksi

Tata Operasional

Yuyu Nur Azizah,

S.Si, Apt

Direktur

Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Drs. Suratmono, MP. (sd Juli 2014) **

Kelompok Jabatan

Fungsional

Seksi

Inspeksi

Peredaran

Pangan

Fitri Kristiana,

STP

Seksi

Inspeksi Produksi

Pangan

Didik J. Pursito,

S.Pt., M.Sc.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

5

** Sehubungan adanya kenaikan jabatan Bapak Suratmono, MP menjadi Depuuti Bidang Pengawasan Keamanan

Pangan dan Bahan Berbahaya, maka plt Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dijabat oleh Ibu Ir. Tetty Helfery

Sihombing, MP

No

Klasifikasi

Direktur

Subdit

Inspeksi

Produksi

dan

Peredaran

Produk

Pangan

Subdit

Inspeksi

Produk

Berlabel

Halal

Subdit

Sertifikasi

Pangan

Tata

Operasional

1. Golongan ruang

Golongan IV 1 1 3 3

Golongan III - 16 7 10 4

Golongan II - - - 2

1

2 Jabatan

Struktural 1 3 3 3 1

Fungsional PFM

Ahli

- - - -

Fungsional PFM

Terampil

- 0 1 0

Fungsional

Umum

14 6 12

4

3 Pendidikan

Sarjana Strata 2 1 4 1 1

Sarjana Strata 1 - 7 2 2 1

Apoteker

D3

- 5 5 9

1

1

2

Sekolah

Lanjutan

Atas/Kejuruan

- 1 2 2 1

Tabel 2. Sumber Daya Manusia di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

6

No Jabatan Pegawai

yang dibutuhkan

Pegawai yang Ada

Kekurangan pegawai

1 PFM Ahli Madya 1 0 1

2 PFM Ahli Muda 28 15 13

3 PFM Ahli Pertama 35 19 16

4 PFM Terampil Penyelia 2 1 1

8 Analis Pengelola Barang Milik Negara (BMN)/Pengelola BMN 1 0 1

9 Analis Data dan Informasi / Pranata Komputer Ahli Pertama 4 2 2

11 Pengadministrasi Anggaran 2 1 1

12 Penata Bahan Evaluasi dan Monitoring Kegiatan 1 0 1

13 Verifikator Keuangan 1 1 0

14 Pengadministrasi Umum 3 3 0

15 Analis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 1 0 1

16 Pengadministrasi Keuangan 1 0 1

17 Arsiparis Terampil 3 1 2

83 43 40

Tabel. 3 Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Analisis Beban kerja Tahun 2014

1.1.3. Capaian Kinerja Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan periode 2010- 2014

1.1.3.1. Kegiatan Pengawasan

a. Pengawasan Sarana Produksi Pangan

Jika dilihat lebih jauh hasil pengawasan rutin untuk produk MD/ML dan P-IRT, pada

kurun waktu 2010-2014 untuk produk MD/ML produk yang tidak memenuhi persyaratan

mutu dan keamanan mikrobiologi berkisar antara 7,96 % - 14 % dengan trend menurun

(Gambar 1). Sedangkan hasil pengawasan produk P-IRT menunjukkan bahwa produk

yang tidak memenuhi persyaratan berkisar antara 22.09 – 36 % (Gambar 2).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

7

Gambar 1. Hasil Pengawasan Produk Pangan MD/ML Tahun 2010-2014 Deputi Bidang Pengawasan

Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Gambar 2. Hasil Pengawasan Produk Pangan P-IRT 2010- 2014

Sementara itu, kualitas sarana produksi MD dan IRTP menunjukkan bahwa pada kurun

waktu 2010 -2014 sarana MD yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) berkisar 45,25 –

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

8

48,46 % dengan tren fluktuatif (Gambar 3). Apabila dibandingkan data tahun 2014

dengan tahun sebelumnya terdapat penurunan TMK sebesar 4,47 %. Sedangkan untuk

hasil pemeriksaan sarana IRTP pada kurun waktu 2010-2014 berkisar antara 33,60 –

55,86% dengan tren menurun (Gambar 4). Hasil pengawasan tahun 2014 apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,67%.

Gambar 3. Hasil Pengawasan Sarana Produksi MD Tahun 2010-2014

Gambar 4. Hasil Pengawasan Sarana Produksi IRTP

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

9

b. Pengawasan Sarana Distribusi Pangan

Hasil pengawasan sarana distribusi pangan pada periode tahun 2010 -2014 yang TMK

berkisar 29.61% - 36.29 % dengan tren naik (Gambar 5). Apabila dibandingkan data

tahun 2014 dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sarana TMK sebesar 1,1 %.

Gambar 5. Hasil pengawasan sarana distribusi pangan tahun 2010-2014

Hasil intensifikasi pengawasan keamanan pangan tahun 2014, yang dilaksanakan pada

hari besar keagamaan dan tahun baru, telah dilakukan pengamanan dan pemusnahan

dengan nilai ekonomi mencapai Rp29.933.308.800,-(dua puluh sembilan miliar sembilan

ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus delapan ribu delapan ratus rupiah) di sarana retail

dan gudang importir pangan dengan rincian 1.324.059 produk (76,83%) Tanpa Izin Edar

(TIE), 348.754 produk (20,24%) kedaluwarsa, 28.920 produk (1,68%) rusak, 21.302

produk (1,24%) TMK Label, dan 229 produk (0,01%) produk tanpa bahasa Indonesia.

Jumlah ini meningkat sebanyak 11,46% dibandingkan hasil temuan produk pada tahun

sebelumnya.

Sedangkan untuk hasil pengawasan produk rutin di tahun 2014, total temuan sebesar

Rp. 3.163.414.804,- dengan rincian produk Tanpa Izin Edar (TIE) 58759 kemasan Deputi

Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

10

(22.42%), rusak 10.888 kemasan (4.15%), kedaluwarsa 73.074 kemasan (27.88%), TMK

label 110.338 kemasan (45.54%). Jumlah temuan intensifikasi pengawasan pangan ini

lebih besar daripada temuan rutin dikarenakan tingginya demand di hari besar

keagamaan dan tahun baru, yang dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak

bertanggung jawab dengan mengedarkan pangan yang tidak memenuhi ketentuan.

Selain itu menjelang Hari Besar Keagamaan : Idul Fitri, Imlek, Galungan, Natal dan Tahun

Baru, dilakukan operasi khusus pengawasan pangan yang difokuskan pada pemeriksaan

sarana distribusi pangan yang menjual parcel maupun menjual produk yang tidak

memenuhi ketentuan. Saat ini untuk pemeriksaan sarana distribusi pangan

menggunakan Pedoman Cara Distribusi Makanan yang Baik (CDMB).

c. Pengawasan Label dan Iklan Pangan

Pengawasan terhadap label dan iklan pangan dilakukan terhadap produk yang telah

beredar di pasaran. Pengawasan label dan iklan pangan diperlukan untuk mencegah dan

melindungi masyarakat dari penyimpangan dan pelanggaran substansi yang terkandung

pada label dan iklan pangan, serta mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antar

produsen pangan. Pengawasan iklan dilakukan baik di media cerak, media elektronik dan

media luar ruang.

Pada periode tahun 2010-2014 telah dilakukan pengawasan terhadap 25.047 label

produk pangan. Dari hasil pengawasan tersebut 18.378 (73.38%) label memenuhi

ketentuan dan 6.669 (26.62%) label tidak memenuhi ketentuan.

Sedangkan untuk iklan produk pangan dari tahun 2010-n 2014, dari 22.720 .iklan yang

yang diawasi, 13.504 (59.43%) iklan memenuhi ketentuan dan 9.216 (40.57%) iklan tidak

memenuhi ketentuan.

Terhadap temuan produk yang tidak memenuhi persyaratan label dan iklan pangan

dilakukan tindakan administratif sampai pidana sesuai dengan tingkat pelanggaran

sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-Undang no. 18 tahun 2012 tentang Pangan

dan Peraturan Pemerintah no. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

11

1.1.3.2. Kegiatan Pelayanan Publik

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan melaksanakan kegiatan Pelayanan Publik yang

meliputi penerbitan Surat Keterangan Impor (SKI), Surat Keterangan Ekspor (SKE), Surat

Keterangan Higiene dan Sanitasi serta Surat Persetujuan Pencantuman Tulisan Halal

pada Label Makanan.

a. Penerbitan Surat Keterangan Impor (SKI)

Sesuai Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan PP no. 28 tahun

2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan dinyatakan bahwa pengeluaran

pangan dari pabean hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan

pemasukan pangan yang dikeluarkan oleh Kepala Badan POM. Pada periode tahun

2010-2014 jumlah SKI yang telah dikeluarkan sebanyak 144.903 Surat yang terdiri

dari 41.146 SKI untuk pemasukan BTP, 66.311 SKI untuk pemasukan bahan baku,

37.446 SKI untuk pemasukan produk pangan olahan impor (produk ML).

b. Penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE)

Pemerintah mendukung penuh ekspor produk pangan Indonesia untuk memasuki

pasar global dengan memfasilitasi pemenuhan persyaratan keamanan pangan yang

akan diekspor melalui penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE). SKE dapat berupa

Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) dan atau Free Sale Certificate. Pada periode

tahun 2010-2014, jumlah SKE yang telah dikeluarkan adalah 47.181 Surat

Keterangan Ekspor.

c. Penerbitan Surat Keterangan Higiene dan Sanitasi

Surat Keterangan Higiene dan Sanitasi merupakan salah satu persyaratan yang

diminta oleh negara tujuan ekspor. Pada periode tahun 2010-2014 sudah

dikeluarkan 683 sertifikat/ rekomendasi untuk 283 perusahaan.

d. Penerbitan Persetujuan Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan

Surat persetujuan pencantuman tulisan halal pada label produk makanan diberikan

kepada produsen yang telah memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

12

Indonesia serta telah menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik. Masa berlaku

surat persetujuan pencantuman tulisan halal pada label pangan disesuaikan dengan

masa berlaku sertifikat halal dari MUI yaitu 2 (dua) tahun. Persetujuan

pencantuman tulisan halal pada label pangan yang telah habis masa berlakunya

dinyatakan tidak berlaku dan dilarang mencantumkan tulisan halal pada label.

Badan POM cq. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan memiliki kewenangan

dalam melakukan audit terhadap penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)

sebagai prasyarat pencantuman tulisan “halal” pada label. Surat persetujuan

pencantuman tulisan “halal” pada label hanya dapat diberikan kepada

produsen/importir yang sudah menerapkan CPPB dan memperoleh Sertifikat Halal

dari Majelis Ulama Indonesia.

Periode tahun 2010-2014, jumlah produsen yang memperoleh Surat Persetujuan

Pencantuman Tulisan Halal pada kemasan produk pangan sebanyak 1.429 sarana

produksi dengan jumlah produk sebanyak 31.384 produk. Masa berlaku persetujuan

tersebut adalah 2 (dua) tahun sesuai dengan masa berlaku sertifikat halal dan MUI.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan

terhadap pangan juga akan semakin meningkat, sehingga penawaran produk pangan

juga akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat para produsen pangan baik

lokal maupun internasional semakin meningkatkan volume produksi maupun

variasinya. Bertambahnya jumlah volume produksi dan pangan ini tentunya menuntut

semakin besarnya peran Deputi III dalam proses penilaian dan pengawasannya.

Kurangnya pemenuhan prinsip cara produksi pangan olahan yang baik oleh produsen

dalam memproduksi pangan menjadi tantangan Deputi III dalam melakukan

pengawasan dan pembinaan.

Untuk menunjang tugas dan fungsi Direktorat Inspeksid an Sertifikasi Pangan dalam

pengawasan, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari

para pemangku kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat,

termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing untuk

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

13

menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik.

Pemberlakuan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

merupakan tantangan bagi Deputi III untuk menyiapkan Norma, Standar, Pedoman dan

Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan terkait pengawasan

pangan

Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan Kualitas

Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan peran industri

dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman, dan bergizi

diantaranya dengan dukungan fortifikasi mikronutrien penting.

Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan

tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkan

fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah

gangguan kesehatan karena kurang yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi harus diiringi

dengan pengawasan. Hasil pengawasan terhadap garam beryodium dalam kurun

waktu tiga tahun terakhir (2010–2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS

mengalami kenaikan, yaitu berkisar 29%-43%. Hasil pengawasan tepung terigu dalam

kurun waktu tiga tahun terakhir (2010-2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang

TMS juga mengalami kenaikan, yaitu berkisar 4%-23%.

Untuk mengawal program ini, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan melaksanakan

kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dan

garam). Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara

Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik penerapan CPPOB pada produsen

pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang Baik di sarana peredaran. Selain itu juga

dilakukan pengawasan terhadap pangan baik di sarana produksi maupun di sarana

peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran di bidang pangan,

pengujian laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi

pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label, monitoring iklan serta pengawasan

terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian.

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dalam rangka mempertahankan eksistensi

dan kemampuan serta bersaing dalam kinerja dengan pemangku kepentingan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

14

(stakeholders), melakukan penilaian terhadap kondisi organisasi dan lingkungan

sekitarnya, antara lain dengan cara menerapkan analisis SWOT.

Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal (strenghts dan weaknessess) dan

eksternal (opportunities dan threats) organisasi, dilakukan analisa terhadap kekuatan

(strength), kelemahan (weaknessess), kesempatan (opportunities) dan ancaman

(threats) yang melekat pada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan untuk dapat

diidentifikasi. Identifikasi atas keempat aspek positif dan negatif organisasi tersebut

akan membantu Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dalam menentukan strategi

yang tepat dalam rangka pencapaian misi dan visi organisasi.

1.2.1 Analisis yang Digunakan

1.2.1.1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis terhadap lingkungan internal Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan terhadap

unsur-unsur kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai berikut:

KEKUATAN (STRENGTH)

1) Komitmen pimpinan dan seuruh pegawai di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

2) Penerapan dan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 di seluruh unit kerja.

3) Networking yang kuat dengan lembaga- lembaga pusat/ daerah/ regional 4) Pengembangan dan penerapan pengawasan pangan berbasis resiko 5) Peraturan dan standar yang mengacu pada standar internasional 6) Intensifikasi kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Keamanan Pangan 7) Tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas dalam peraturan perundang-

undangan 8) Pengakuan kompetensi SDM keamanan pangan melalui pembentukan

Lembaga Sertifikasi Profesi Keamanan Pangan 9) Koordinasi dan komunikasi antar unit di Kedeputian Pengawasan Keamanan

Pangan dan Bahan Berbahaya semakin kuat dan lancar. 10) Tindak lanjut / investigasi hasil pemeriksaan 11) Trend anggaran APBN/PNBP meningkat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

15

1.2.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis terhadap lingkungan eksternal Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

memperlihatkan peluang dan ancaman sebagai berikut:

KELEMAHAN (WEAKNESSES)

1. Payung hukum pengawasan pangan belum memadai, peraturan pelaksanaan UU dan NSPK yang terbaru dengan pemerintah daerah

2. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama 3. Belum optimalnya dukungan sistem IT dalama pengawasan pangan 4. Kelembagaan Pusat dan daerah (Balai) belum sinergi 5. Keterbatasan kemampuan pengujuan untuk mengawal fungsi pengawasan 6. Jumlah ASN belum memadai dibandingkan dengan beban kerja 7. Pemberdayaan stakeholder dan konsumen masih belum optimal

PELUANG (OPPORTUNITY)

1. Kebijakan program fortifikasi pangan secara nasional 2. Pengembangan program teknologi informasi sebagai sarana pengawasan

keamanan pangan. 3. Jumlah dan variasi industri pangan yang berkembang pesat 4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait 5. Globalisasi perdagangan MEA, harmonisasi ASEAN 6. Perkembangan teknologi di bidang pangan 7. Jumlah industri pangan yang berkembang pesat termasuk industri UMKM 8. Kesadaran masyarakat konsumen tentang makanan yang aman dan bermutu 9. Kesadaran produsen untuk mendaftarkan produk sesuai ketentuan yang berlaku 10. Tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pangan yang aman dan bermutu.

TANTANGAN (THREATS)

1. Masih banyak jumlah pelanggaran di bidang pangan 2. Kebijakan peredaran pangan di wilayah perbatasan 3. Lemahnya penegakan hukum 4. Daya saing UMKM/ IRTP rendah 5. Kemampuan telusur (treacibility) masih rendah 6. Semakin marak penjualan pangan ilegal secara online 7. Belum optimalnya tindak lanjut hasil pengawasan pangan oleh pemangku

kepentingan di daerah 8. Luasnya jangkauan area pengawasan 9. Sarana produksi pangan belum seluruhnya menerapkan Cara Produksi

Pangan yang Baik 10. Sarana distribusi belum seluruhnya menerapkan Cara Distribusi Pangan

yang Baik 11. Koordinasi lintas sektoral di bidang inspeksi dan sertifikasi pangan belum optimal

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

16

1.3 Faktor Pendukung

Faktor-faktor penentu keberhasilan berfungsi untuk lebih memfokuskan strategi

organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan misi organisasi secara efektif dan efisien.

Faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factor) merupakan faktor-faktor yang

sangat berperan dalam pencapaian keberhasilan organisasi yang mencakup bidang atau

aspek dari misi di mana di dalamnya sangat tergantung pada keberhasilan kinerja instansi

pemerintah.

Faktor-faktor penentu keberhasilan ini ditetapkan dengan terlebih dahulu menganalisis

lingkungan internal dan eksternal. Selanjutnya dilakukan analisis dalam rangka

menentukan tingkat urgensi dan dampak potensialnya dan kemudian dilanjutkan dengan

penentuan skala prioritas. Dengan menggunakan faktor-faktor inilah keberhasilan

organisasi akan dicoba untuk dicapai sebagaimana yang telah ditetapkan. Dengan

diketahuinya faktor-faktor penentu keberhasilan, maka organisasi telah siap untuk

beroperasi dan berinteraksi dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

Pemahaman terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal membawa organisasi

untuk memposisikan diri pada tempat yang tepat serta mempersiapkan strategi yang

paling sesuai dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Dengan ditetapkannya skala

prioritas yang akan dilaksanakan oleh organisasi maka diperoleh informasi yang

komprehensif tentang apa yang harus diimplementasikan dan dianggap penting dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Mengingat pentingnya faktor-faktor penentu keberhasilan, Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan telah merumuskan faktor-faktor tersebut melalui tahapan-tahapan

analisis lingkungan, analisis tingkat urgensi dan dampak potensial serta skala prioritas.

Faktor-faktor penentu keberhasilan dapat berupa faktor internal maupun faktor

eksternal.

Faktor yang bersifat internal merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan yang ada dan

harus ada di dalam lingkungan sendiri. Sesuai dengan sifatnya, umumnya faktor-faktor

internal ini merupakan faktor yang masuk dalam lingkaran pengaruh (controlable) bagi

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dan meliputi aspek-aspek sumber daya

manusia, sistem dan prosedur kerja serta manajemen organisasi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

17

Sementara itu faktor penentu keberhasilan yang berada di luar organisasi (faktor

eksternal) dapat dipandang sebafai faktor yang cenderung masuk dalam lingkaran peduli

(uncontrolable) bagi organisasi. Dengan menyelaraskan controlability dan uncontrolability

dari faktor-faktor penentu keberhasilan ini, diharapkan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan dapat menerapkan strategi yang tepat untuk menjamin keberhasilan organisasi

dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas pada Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama pada

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama 2010-2014

Indkator Target

Realisasi Capaian

2010 2011 2012 2013 2014 2010

2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

Persentase sarana produksi makanan MD yang memenuhi standar GMP yang terkini

45% 55% 60% 60% 65% 44% 51, 6%

54, 44%

75% 61,19%

97, 78%

93, 82%

90, 74%

125% 94, 13%

Persentase sarana penjualan makanan yang memenuhi standar GRP/GDP

5% 15% 35% 45% 55% 0% 67, 77%

68. 27%

66,06% 64,88%

0% 451,8%

195,06 %

132, 12%

117,97%

Tindak lanjut penyelesaian atas temuan ketidaksesuaian

- - 80% 85% 90% - -

67, 15%

110% 64,88%

- - 84, 37%

129,2% 117,97%

Jumlah sekolah yang diambil sampel PJAS

- - 750 975 1268 - - 990 seklh

1448 sekolh

1601 seklh

- - 164,2%

132% 114,20%

Sarana UMKM yang Memenuhi Ketentuan

- - - 50% 55% - - - 72,03% 69,0

3% - - -

144, 07%

125,52%

T = Target C = Capaian R = Realisasi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

18

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

A. Visi

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan serta

melihat latar belakang dan memperhatikan perubahan lingkungan yang semakin

kompleks dan dinamis, maka Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan menjalankan

tupoksinya sesuai dengan visi Badan POM, yaitu :

B. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan

penguatan peran Badan POM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran

Badan POM untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:

Karena tantangan dalam pengawasan pangan semakin tinggi padahal sumber daya

masih terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu

pengawasan pangan akan didesain berdasarkan analisis risiko untuk mengoptimalkan

seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran

strategis.

Visi :

Obat dan Makanan aman meningkatkan kesehatan

masyarakat dan daya saing bangsa

Misi :

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan

berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan

jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat

kemitraan dengan pemangku kepentingan

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

19

Dalam 5 (lima) tahun kedepan, paradigma pengawasan pangan harus diubah dari yang

sebelumnya adalah “watchdog control” menjadi “pro-active control” dengan

mendorong penerapan Risk Management Program oleh industri. Pelaku usaha

mempunya peran yang sangat strategis dalam pengawasan pangan oleh sebab itu

pelaku usaha harus bertanggungjawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi pangan sehingga

menjamin pangan yang diproduksi dan diedarkan aman, bermanfaat dan bermutu.

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai

dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya

yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama

terkait dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja.

C. Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan

diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai

luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh

anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya, adalah:

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen

yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai

luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

20

D. Tujuan

Dalam rangka pencapaian visi dan misi Badan POM, maka tujuan yang ingin dicapai oleh

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/ bermanfaat

dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:

a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan

menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi

ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan

pengawasan Obat dan Makanan

Tujuan pertama adalah sesuai dengan tugas pokok Deputi III sebagaimana diamanatkan

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Deputi III diharapkan

mampu melakukan tugasnya sehingga dapat memberikan jaminan bagi masyarakat atas

tersedianya pangan olahan yanag memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi

dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia.

Sedangkan tujuan kedua, terkait dengan perkembangan dan perubahan lingkungan

strategis dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, Deputi III

diharapkan memberikan kontribusi dalam hal peningkatan daya saing produk baik di

pasar lokal maupun regional dan global melalui penjaminan mutu dan dukungan

terhadap inovasi yang dilakukan oleh industri pangan.

E. Sasaran Strategis

Keberhasilan pencapaian visi dan tujuan organisasi sangat ditentukan oleh keberhasilan

pelaksanaan program dan kegiatan dilaksanakan oleh masing-masing Direktorat.

Keberhasilan tersebut perlu diukur dalam bentuk sasaran strategis dengan indikator dan

target capaian yang ditetapkan per tahun.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

21

Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM, dengan

mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang

dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan

BPOM dalam kaitannya dengan pengawasan keamanan pangan akan dapat mencapai

sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya sistem Pengawasan Makanan

Pangan merupakan komoditi yang dikonsumsi oleh masyarakat baik yang sehat

maupun sakit, dengan berbagai golongan dan strata masyarakat dalam berbagai

kesempatan. Oleh karena itu maka pengawasan terhadap pangan menjadi hal yang

mutlak dilakukan oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan dengan sistem

yang menyeluruh dan komprehensif untuk mengurangi kemungkinan dampak

negatif atau merugikan bagi masyarakat sebagai konsumen.

Pengawasan produk di peredaran dilakukan untuk melihat konsistensi mutu produk,

keamanan dan informasi produk yang dilakukan dengan melakukan sampling

produk pangan yang beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi,

pengawasan label dan monitoring iklan. Pengawasan post-market dilakukan secara

nasional dan terpadu, konsisten, dan terstandar. Pelaksanaan pengawasan ini

melibatkan petugas Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi termasuk wilayah yang

sulit terjangkau dan daerah perbatasan yang dilakukan oleh Pos Pengawasan Obat

dan Makanan (Pos POM).

Sampling produk pangan beredar dilakukan secara terencana berbasis risiko.

Disamping pengawasan yang terencana dan rutin, pengambilan sampel juga dapat

dilakukan sewaktu waktu jika diperlukan misalnya dalam rangka intensifikasi atau

terjadinya kasus akibat pangan di peredaran.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator unit kerja

sebagai berikut:

“Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat, dengan target 90,1

pada akhir 2019”

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

22

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku

kepentingan serta partisipasi masyarakat melalui kerjasama, komunikasi, informasi

dan edukasi.

Kebijakan pengawasan pangan merupakan ebijakan multisektoral Kebijakan

pengawasan pangan merupakan kebijakan multisektoral dengan keterlibatan

berbagai sektor baik pemerintah maupun non pemerintah. Hal tersebut dikenal

dengan 3 (tiga) pilar pengawasan pangan yang meliputi Pemerintah, Pelaku usaha

dan Masyarakat. Agar fungsi dan tujuan pengawasan pangan dapat terwujud,

diperlukan koordinasi dan komunikasi yang baik dan intensif antar pihak terkait.

Peranan masing-masing pilar pengawasan sangat penting dalam pelaksanaan fungsi

pengawasan pangan.

Pengawasan oleh pelaku usaha seyogyanya dilakukan sejak dari hulu sampai hilir,

dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk

tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha mempunyai peran dalam

memberikan jaminan produk pangan yang memenuhi syarat (aman, bermanfaat

dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengawasan pangan, pelaku usaha perlu

memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk mengembangkan dan memelihara

sistem manajemen risiko secara mandiri. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

sedang menyusun kebijakan dan regulasi terkait persyaratan yang harus dipenuhi

oleh pelaku usaha dan industri pangan didorong untuk menerapkan Risk

Management Program. Dengan demikian, diharapkan kemandirian pelaku usaha

tersebut dapat berkontribusi secara nyata terhadap peningkatan daya saing produk

pangan di pasar lokal, regional maupun global. Terkait dengan subsistem

pengawasan pangan oleh masyarakat sebagai konsumen, perlu diciptakan kondisi

masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya

pangan yang aman, bermutu dan bergizi. Masyarakat harus lebih cerdas dalam

memilih dan mengkonsumsi pangan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Upaya

peningkatan kesadaran masyarakat tersebut dilakukan oleh Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan melalui kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi,

layanan Informasi, dan Edukasi (KIE). Apabila masyarakat sudah cerdas dalam

memilih dan menentukan pangan yang sesuaiuntuk dikonsumsinya, akan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

23

berdampak secara nyata terhadap pelaku usaha untuk memproduksi dan

mengedarkan produk pangan.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkan

indikator dan target sebagai berikut:

“Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan pada

tahun 2019”

Tabel 2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA

Obat dan

Makanan Aman

Meningkatkan

Kesehatan

Masyarakat dan

Daya Saing Bangsa

Meningkatkan

sistem

pengawasan dan

makanan

berbasis risiko

untuk melindungi

masyarakat

Meningkatnya jaminan produk pangan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat

Menguatnya Sistem Pengawasan Makanan

Persentase makanan yang memenuhi syarat

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan

Meningkatnya daya saing pangan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendu kung inovasi

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan;

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

24

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi III

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang pengawasan keamanan pangan

dan bahan berbahaya, pada periode tahun 2015-2019, Deputi III mendukung agenda

Nawacita ke 5, 6 dan 7, sebagaimana pada butir dibawah ini:

Nawa Cita 5 : Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

Program prioritas:

1. Revitalisasi Pengawasan Pangan Fortifikasi

2. Kontribusi Badan POM dalam Perlindungan Kesehatan Anak Sekolah (PJAS)

Nawa Cita 6 : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

Program prioritas:

1. Perkuatan Program pasar aman bahan berbahaya (mendukung 5000 pasar tradisional)

2. Intensifikasi Pengawasan Produk Impor Ilegal

Nawa Cita 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik

Program prioritas:

1. Perkuatan UMKM Pangan

2. Perkuatan Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD)

Dalam rangka mencapai sasaran strategis Badan POM untuk periode 2015- 2019, maka

ditetapkan arah kebijakan dan strategi sebagai acuan langkah- langkah penyusunan

target outcome program. Arah kebijakan dan strategi Deputi Bidang Pengawasan

Keamanan dan Bahan Berbahaya dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan sasaran

strategis BPOM periode 2015-2019 pada bidang makanan, adalah:

1. Penguatan Sistem Makanan Berbasis Risiko untuk melindungi masyarakat.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

25

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari

perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial.

Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan

memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar

pengawasan yang dilakukan lebih optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan

BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di bidang pengawasan

Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu

diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di

masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus

dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat

dan Makanan di catchment area-nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Makanan juga didorong untuk

meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia

sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan pangan, kelompok rentan ini

bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan

immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui

pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng),

pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan kemamanan dan daya saing produk

pangan.

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan Deputi III dapat meningkatkan

kemandirian ekonomi utamanya daya saing pangan. Pendekatan dalam kebijakan ini

meliputi antara lain penerapan Risk Management Program secara mandiri dan terus

menerus oleh produsen pangan. Ketersediaan tenaga pengawas internal atau auditor

internal merupakan tanggung jawab produsen. Namun Deputi III perlu memfasilitasi

pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan

bimbingan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian

tersebut.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

26

3. Peningkatan koordinasi, kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi publik

melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan pangan

Dengan keterbatasannya dari sisi kelembagaan dan sumber daya (SDM dan biaya),

Deputi III memerlukan kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengawasan pangan. Dalam hal ini Deputi

III harus proaktif dalam meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan

berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah,

pelaku usaha, asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat

sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa pangan yang beredar di

masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. Bentuk kerjasama/kemitraan harus

dirancang dengan fleksibel, namun tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak

yang terlibat dalam kerjasama, serta terpantau dan berkelanjutan.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik merupakan salah satu upaya yang strategis

dalam pengawasan pangan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu

harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan yang

dikampanyekan, serta mampu menjangkau khalayak yang ingin dituju. Salah satunya

adalah dengan memanfaatkan berbagai media sosial yang ada.

4. Perkuatan kapasitas kelembagaan pengawas pangan melalui penataan struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang

sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan

efisien

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan

efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk mewujudkan

tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

Pengelolaan persediaan, penataan aset, perkuatan kapasitas laboratorium,

penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung pelayanan publik,

pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

27

control, penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi

keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan,

para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan

upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), penguatan

perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas laporan keuangan (LK),

peningkatan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan

penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan

evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan

penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, Deputi III perlu

mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses secara

online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta penyebaran

sarana produksi & sarana distribusi pangan), peta capaian hasil kinerja pengawasan

(misalnya peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya).

Selain itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja

pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam pelaksanaan program

pengawasan pangan berbasis risiko.

Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi Deputi III, kebijakan ini perlu

disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke pihak

eksternal yang strategis

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

28

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1. Perkuatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan pangan;

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi

(KIE) kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang pangan;

Internal:

1. Perkuatan regulatory system pengawasan pangan berbasis risiko;

2. Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

3. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk

mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

4. Meningkatkan kapasitas SDM di Deputi III secara lebih proporsional dan akuntabel;

5. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas pengawasan pangan, termasuk pemanfaatan teknologi informasi.

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Dalam rangka mencapai sasaran strategis Badan POM untuk periode 2015- 2019, maka

ditetapkan arah kebijakan dan strategi sebagai acuan langkah- langkah penyusunan

target outcome program. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-

2019 pada bidang makanan, adalah:

1. Penguatan Sistem Makanan Berbasis Risiko untuk melindungi masyarakat.

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari

perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial.

Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan

memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar

pengawasan yang dilakukan lebih optimal.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

29

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan

BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di bidang pengawasan

Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu

diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di

masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus

dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat

dan Makanan di catchment area-nya. Selain itu, penguatan sistem pengawasan

Makanan juga didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan

meliputi balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan pangan,

kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil,

orang dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara

lain melalui pengawasan pangan beresiko tinggi (seperti susu formula dan produk

kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan

fortifikasi.

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku

usaha dalam memberikan jaminan kemamanan dan daya saing produk pangan.

Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk Management

Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan.

Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM

perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui

pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi

kemandirian tersebut.

Adapun stategi yang akan dilaksanakan mencakup strategi eksternal dan strategi

internal.

Strategi eksternal

1. Dengan melakukan penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan

Makanan;

2. Melakukan peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan

Strategi internal

1) Penguatan Regulatory System pengawasan Makanan berbasis risiko;

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

30

2) Membangun Manajemen Kinerja individu/pegawai Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan;

3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk

mendorong peningkatan kinerja unit dan pegawai;

4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di unit.

5) Peningkatan kemandirian pengawasan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan

pelaku usaha;

6) Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong

peningkatan daya saing produk Makanan;

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelakuusaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Makanan

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan

pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Makanan

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Makanan melalui penataan struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai

dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

3.3. Kerangka Regulasi

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Makanan, maka dibutuhkan adanya

regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai unit kerja BPOM yang

mempunya tupoksi melakukan pengawasan makanan, maka dibutuhkan adanya regulasi

sebagai payung hukum dalam melakukan tugas pengawasan. Pengawasan Makanan

merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam

praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah

maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian mungkin agar sesuai

dengan tugas pengawasan Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Makanan masih dijumpai kendala yang

berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Pengawasan Makanan

merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan,

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

31

Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan

masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan

seorang manusia. Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior

dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang

kesehatan, dari sisi ekonomi, Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi

pelaku usaha (produsen dan distributor) selain itu sektor industri Makanan dapat

menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada pengurangan

jumlah pengangguran.

Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa mempunyai beberapa

maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal ini adalah dengan Makanan

yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan

membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi

maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani dan rohaninya/kecerdasannya. Obat

yang aman dan bermutu akan dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit

yang tidak berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Makanan secara optimal, perlu

ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yang kuat dalam lingkup

pengawasan Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh BPOM dalam

rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Makanan. Peraturan ini dapat

berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM atau Rancangan

Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk meningkatkan efektivitas

pengawasan Makanan. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun non-

teknis dapat diidentifikasi oleh unit kerja baik di pusat maupun balai sebagai

pelaksana dari kegiatan.

2. Rancangan Peraturan Pemerintah(RPP) tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan

serta RPP Label dan Iklam Pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012

tentang Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan makanan perlu

dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Permasalahan

pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan pangan saja, namun juga

pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan penyesuaian terhadap amanat

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

32

UU pangan itu sendiri, yaitu pangan tidak boleh bertentangan dengan agama dan

keyakinan masyarakat Indonesia.

3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah

konkuren. Diharapkan terbentuknya NSPK ini akan dapat menciptakan sinergi

antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16

dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Makanan dan (2) Sebagai pedoman

Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Makanan. Untuk

mendukung upaya ini perlu penguatan koordinasi dengan melibatkan kementerian

terkait (contoh. Kemendagri) dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan

di daerah, monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan

peraturan bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah dalam hal

pelaksanaan NSPK didaerah. Diharapkan NSPK ini juga termasuk pola tindak lanjut

hasil pengawasan Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini bertujuan

agar pengawasan Makanan dapat berjalan lebih lancar, hasil pengawasan dapat

ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.

4. Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Makanan di

wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau. Hal

ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutu untuk

daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus pulau.

5. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Makanan dan Early

Warning System (EWS) yang informatif.

6. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi terkait Makanan.

Adanya Juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki Sistem

penyebaran informasi Makanan yang belum terintegrasi.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

33

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target kinerja

Sebagaimana sasaran strategis BPOM yang telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,

maka target sesuai dengan indicator dan target kinerja untuk masing-masing sasaran

strategis Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Target Kinerja periode 2015- 2019

Sasaran Strategis

Indikator Baseline Target

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase Pangan Yang Memenuhi Syarat

88.1 88.6 89.1 89.6 90.1

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

3 5 7 9 11

Sasaran Kegiatan

Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi Pangan

1. Jumlah inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang dilakukan dalam rangka pendalaman mutu

490 500 550 600 650 700

2. Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan mutu dan kemanan produk pangan (dihitung dari 1300 temuan ketidaksesuaian)

90 90 90 92 94

3. Persentase berkas 70 72 75 78 80

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

34

permohonan sertifikasi pangan yang mendapatkan keputusan tepat waktu (dihitung dari 39000 permohonan)

B. Kerangka Pendanaan

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka

kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Kerangka Pendanaan Tahun 2015- 2019

Sasaran Strategis

Indikator Alokasi (Rp. Miliar)

2015

2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase Pangan Yang Memenuhi Syarat

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam

rangka menjamin keamanan pangan

1.10 1.20 1.50 1.60 2.00

Sasaran Kegiatan

Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi Pangan

1.Jumlah inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang dilakukan dalam rangka pendalaman mutu

9.9 10.45 11.14 11.78 12.46

2.Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan mutu dan kemanan produk pangan (dihitung dari 1300 temuan ketidaksesuaian)

6.10 6.5 6.70 7.00 7.30

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

35

3.Persentase berkas permohonan sertifikasi pangan yang mendapatkan keputusan tepat waktu (dihitung dari 39000 permohonan)

0.90 0.90 0.90 0.90 0.90

Untuk mencapai peningkatan sarana produksi dan distribusi pangan, beberapa program

prioritas dalam melaksanakan kegiatan Inspeksi dan Sertifikasi Pangan yaitu Perkuatan

Risk Management Program; Review dan Ujicoba Code of Practice’s (Pedoman

Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan berdasarkan pengendalian tahapan kritis proses

produksi per kategori produk); dan Pengembangan database sarana produksi, risk

cluster dan risk ranking.

Pencapaian kegiatan ini diukur dengan indikator:

a) Jumlah inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang dilakukan dalam rangka

pendalaman mutu dan sertifikasi, dengan target 700 pada tahun 2019.

b) Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan mutu dan keamanan produk

pangan, dengan target 94% pada tahun 2019.

c) Persentase berkas permohonan sertifikasi pangan yang mendapatkan keputusan tept

` waktu dengan target 80% pada tahun 2019.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

36

BAB V

PENUTUP

Renstra Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Tahun 2015-2019 merupakan panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan untuk 5 (lima)

tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh

kesiapan SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf di

Direktorat Inspeksi an Sertifikasi Pangan.

Renstra ini diharapkan untuk dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi khususnya Deputi

Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya dan seluruh unit di Badan

Pengawas Obat dan Makanan. Diseminasi Renstra ini akan memungkinkan seluruh anggota

organisasi memiliki kesamaan pandangan mengenai kemana arah organisasi akan dibawa

(tujuan bersama), bagaimana setiap anggota organisasi harus saling bekerjasama (teamwork)

untuk mencapai tujuan tersebut, dan bagaimana kemajuan dan tingkat keberhasilan kelak akan

diukur. Dengan demikian seluruh kegiatan Direktorat Inspeksi dan Sertifikas Pangan yang

direncanakan akan terlaksana, terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara harmonis demi

tercapainya tujuan- tujuan strategis.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - Republik Indonesia · Ruang lingkup tugas di bidang pengawasan pangan adalah post market vigilance dengan melakukan sampling, pengujian laboratorium, inspeksi

Renstra 2015- 2019 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

37

Dengan dirumuskannya Rencana Strategis Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan ini, semua

kegiatan tahun 2015- 2019 diharapkan akan mengacu pada Renstra yang telah disepakati

bersama. Setiap awal tahun Renstra ini dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kerja dan

pada akhir tahun pencapaian kinerja dilaporkan melalui Lapora Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan