salep.docx

43
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu mengenai kesehatan dan meningkatnya kebutuhan kepada seorang farmasis, maka sekolah dan perguruan tinggi yang membuka jurusan tentang farmasi menjadi salah satu jurusan yang banyak diminati di kalangan para pelajar. Farmasi sendiri adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana mencampur obat, meracik formula, identifikasi, kombinasi serta menganalisis mengenai obat serta pengobatan. Dalam pembuatan obat ada beberapa sediaan obat yang akan dibuat atau diracik salah satunya salep. Salep biasa digunakan untuk penggunaan topikal. Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (Syamsuni,H., 2006). Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan salep menggunakan 2 resep. Pada resep pertama digunakan zat aktif berupa miconazole dan chlorampenicol dengan basis salep yaitu lanolin. Pada resep dua menggunakan

Upload: rahmat-panigoro

Post on 23-Oct-2015

1.267 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu mengenai kesehatan dan

meningkatnya kebutuhan kepada seorang farmasis, maka sekolah dan

perguruan tinggi yang membuka jurusan tentang farmasi menjadi salah satu

jurusan yang banyak diminati di kalangan para pelajar. Farmasi sendiri adalah

suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana mencampur obat, meracik

formula, identifikasi, kombinasi serta menganalisis mengenai obat serta

pengobatan.

Dalam pembuatan obat ada beberapa sediaan obat yang akan dibuat atau

diracik salah satunya salep. Salep biasa digunakan untuk penggunaan topikal.

Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar (Syamsuni,H., 2006).

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan salep menggunakan 2 resep.

Pada resep pertama digunakan zat aktif berupa miconazole dan

chlorampenicol dengan basis salep yaitu lanolin. Pada resep dua menggunakan

zat aktif hidrokortison dan basis salep yang digunakan yaitu adeps lanae dan

vaselin album. Sediaan salep di pasaran seperti hidrokortison, acyclovir, dan

miconazol, yang digunakan sebagai obat luar untuk menghilangkan gatal-gatal

dan iritasi pada kulit yang disebabkan jamur, bakteri, dan virus.

2

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

I.2.1.2 Mengetahui bahan dasar salep.

I.2.1.3 Mengetahui metode pembuatan salep.

I.2.1.4 Mengetahui persyaratan salep

I.2.2 Tujuan Percobaan

I.2.2.1 Menentukan bahan dasar salep

I.2.2.2 Menentukan metode pembuatan salep

I.2.2.3 Menentukan persyaratan salep

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum

Menurut farmakope edisi IV salep adalah sediaan setengah padat

ditujukan untuk pemakaian topikal. Salep digunakan untuk mengobati

penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi

kedalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek yang diinginkan.

Peraturan pembuatan salep menurut F. Van Duin (Tungadi, R., 2013)

1. Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan ke dalamnya

jika perlu dengan pemanasan

2. Bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan

lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat

diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi

dari basis salepnya

3. Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan

air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak

No.60

4. Salep-salep yang dibuat dengan mencairkan, campurannya harus digerus

sampai dingin bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus

dilebihkan 10-20% umtuk mencegah kekurangan bobotnya

Menurut Farmakope Edisi III, persyaratan pembuatan salep yaitu:

Pemerian : tidak boleh berbau tengik

Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung

obat keras atau obat narkotika, kadar bahan obat adalah 10%

4

Dasar salep : kecuali dinyatakan lain sebagai bahan dasar salep digunakan

vaseline putih (Vaseline album)

Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain

yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen

Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

Penggolongan salep:

1. Menurut konsistensinya salep dapat dibagi (Anief, 2007):

a) Unguenta : salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak

mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai

tenaga.

b) Cream (krim) : salep yang banyak mengandung air, mudah diserap

kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

c) Pasta : salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk),

suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian

kulit yang diolesi.

d) Cerata : salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang

tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).

e) Gelones/spumae/jelly : salep yang lebih halus, umumnya cair dan

sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelican atau basis,

biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak

dengan titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan

air mendidih).

2. Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya, salep dapat

dibagi (Ansel, H., 2011):

5

a) Salep epidermis (epidermic ointment; salep penutup) guna melindungi

kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang

ditambahkan antiseptik, astringensia untuk meredakan rangsangan

atau anestesi lokal.

b) Salep endodermis : salep yang bahan obatnya menembus ke dalam

kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagian, digunakan untuk

melunakkan kulit atau selaput lendir.

c) Salep diadermis: salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh

melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan.

3. Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi (Ansel, H., 2011):

a) Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan

dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air.

b) Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air.

4. Menurut Formularium Nasional (Dirjen POM, 1978)

a) Dasar salep 1 (ds. Senyawa hidrokarbon)

b) Dasar salep 2 (ds. serap)

c) Dasar salep 3 (ds. Yang dapat dicuci dengan air atau ds. Emulsi M/A)

d) Dasar salep 4 (ds. Yang dapat larut dalam air) (Syamsuni, H., 2006).

Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak

terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam

salep harus halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang

mengalami banyak masalah, salep yang harus digerus dengan homogen, agar

6

semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserap oleh kulit

(Ansel, H., 2011).

II.2 Resep

1. Resep 1

Dr. Farhan Adnan, Sp.KK

SLK : 56 / FM / GTO / 2007

Jl. Balinggata No. 12 P.P

Telp. 0435 – 890079

Gorontalo, 02 – 06 – 2011

R/

Chloromphenicol 200 mg

Miconazole cream 1 tube

Lanolin q.s

Acid Salicyl 0,5 %

LCD 3 %

m.f Ungt. da in pot No. II

ʃ u.e m.et.vesp

Pro : Ismi

Umur : 18 tahun

7

2. Resep 2

Dr. Fransiska Latif, Sp.KK

SLK : 09 / FM / GTO / 003

Jl. Kancil Tengah No. 214 iter 2x

Telp. 0435 – 890079

Gorontalo, 09 – 01 – 2012

R/

Hidrokortison 1 tube

Propylenglikol 1

Adeps lanae 1

Vaselin album 10

Acid salicyl 1%

m.f Ungt. da in pot No. 1

ʃ u.e t d.d 1

Pro : Tn. Haris

Umur : 40 tahun

8

II.2.1 Uraian Bahan

1. Resep I

a) Chloramphenicolum (IAI, 2012; Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007)

Nama resmi : Chloramphenicolum

Sinonim : Chloramex, Alpharma, Kemicetine

Rumus molekul : C11H12Cll2N2O5

Berat Molekul : 561,5382

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang putih sampai putih kelabu atau putih

kekuningan; tidak berbau ; rasa pahit ; dalam

larutan asam lemah mantap

Kelarutan : Larutan dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam

2,5 bagian etanol (95%) dan dalam 7 bagian

propilenglikol;sukar larut dalam kloroform dan

dalam eter

Khasiat : Antibiotikum

Kegunaan : Meningkatkan kekebalan tubuh

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya

H H

N NHCOCHCl3

C – C – CH2OHO2N

9

b) Miconazole cream (Tjay, H., 2007; Dirjen POM, 1979; Tjay, H.,

2007)

Nama resmi : Miconazole cream

Sinonim : Mikonazol, Doktarin, Gyno-Doktarin

Rumus molekul : C18H14Cl4N2O.HNO3

Berat Molekul : 479,1414

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur putih hingga kuning muda

Kelarutan : Larut dalam air

Khasiat : Anitifungi

Kegunaan : Anti jamur

Penyimpanan : Dalam tube atau dalam wadah tertutup rapat

c) Acid Salicyl (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007)

Nama resmi : Acid Salicyl

Sinonim : Asam salisilat, aspirin, asetosal

Rumus molekul : C7H6O3

Berat Molekul : 138, 12

Rumus struktur :

O O

ClCl

Cl

CC

N

N

OH

COOH

10

Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus

atau serbuk hablur putih; rasa agak manis, tajam

dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih

dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat

alami.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah

larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air

mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.

Khasiat : Antiseptikum ekstern

Kegunaan : Membunuh bakteri dan mikroorganisme

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

d) Lanolin (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007; Excipients 6th, 2009)

Nama Resmi : Lanolin

Nama Lain : Adeps Lanae, Cera Lanae, Lanolina anhydrous

Rumus Molekul: C48H69NO2

Berat Molekul : 756,0646

Rumus Struktur :

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning; bau

khas

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air

kurang lebih 2 kali beratnya, agak sukar larut

H2C

CH2

H2C

CH2

HOH

CH2

H

2CO

CH2

N

OO O

O

CH2

11

dalam etanol panas; mudah larut dalam eter, dan

dalam kloroform

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai basis salep

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu

kamar terkendali

2. Resep 2

a) Hidrokortison (Dirjen POM, 1979; Gunawan, S., 2007; IAI, 2012;

Tjay, H., 2007)

Nama resmi : Hydrocortisonum

Sinonim : Hidrokortison, Dexametason, Predniso(10)n

Rumus molekul : C21H30O5

Berat molekul : 326,47

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih sampai praktis, putih; tidak

berbau

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam eter; agak

sukar larut dalam aseton dan dalam etanol; sukar

larut dalam kloroform

Khasiat : Antiinflamasi, antialergi, dan antipruritus

H

O

CH2OH

COOH

CH3

H CH3

HO

12

Kegunaan : Menekan reaksi radang pada kulit yang bukan

disebabkan infeksi; alergi kulit seperti dermatitis

atopic/kontal, neurodermatitis

Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat

b) Propylenglikol (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Propylenglycolum

Sinonim : Propylenglikol

Rumus Molekul: C3H8O2

Berat Molekul : 76,09

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna; rasa khas;

praktis tidak berbau; menyerap air pada udara

lembab

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan

dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam

beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat

bercampur dengan minyak lemak

Kegunaan : Sebagai basis salep

Khasiat : Pelarut, humektan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

c) Adeps Lanae (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007).

Nama Resmi : Adeps Lanae

O

O

HH

13

Sinonim : Lanolin, Lanolina anhydrous, Cera Lanolin

Rumus Molekul: C48H69NO2

Berat Molekul : 756,0646

Rumus Struktur :

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning; bau

khas

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air

kurang lebih 2 kali beratnya, agak sukar larut

dalam etanol panas; mudah larut dalam eter, dan

dalam kloroform

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai basis salep

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu

kamar terkendali

d) Vaselinum Album (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)

Nama Resmi : Vaselin album

Sinonim : Vaselin putih, Soft paraffin, White pretoletum

Rumus molekul : -

Berat molekul : -

Rumus Struktur : -

H2C

CH2

H2C

CH2

HOH

CH2HH

2CO

O

CH2

OO

CH2

N

O

14

Pemerian : Putih atau kekuningan pucat; massa berminyak

transparan dalam lapisan tipis setelah

didinginkan pada suhu 0o C

Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol

dingin atau panas dan dalam etanol mutlak

dingin; mudah larut dalam benzena, dalam

karbon disulfida, dalam kloroform; larut dalam

heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak

dan minyak atsiri

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai basis salep

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e) Acid Salicyl (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Asam salisilat

Sinonim : Acidum salicylicum, Asetosal, Aspirin, Salicyl

acid acetat

Rumus molekul : C7H6O3

Berat molekul : 138, 12

Rumus struktur :

OH

COOH

15

Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus

atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis,

tajam dan stabil di udara

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah

larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air

mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.

Khasiat : Antiseptikum Ekstern

Kegunaan : Membunuh bakteri dan mikroorganisme

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

II.2.2 Farmakologi

1. Resep 1

Berdasarkan resep 2 yang merupakan zat aktif adalah

chloramphenicolum dan miconazole cream. Kedua zat aktif ini

memiliki khasiat sebagai penghambat pertumbuhan jamur dan dapat

menghancurkan dinding sel jamur tersebut. Apabila dioleskan di bagian

kulit yang terkena infeksi maka akan memberikan efek sistemik pada

bagian kulit tersebut. Sedangkan zat lainnya hanya merupakan zat

tambahan (Gunawan, S., 2007)

2. Resep 2

Berdasarkan resep 1 yang merupakan zat aktif adalah

hidrokortison, dimana hidrokortison diabsorpsi di kulit melalui lapisan

epidermis kemudian didistribusikan ke tempat yang membutuhkan zat

aktif tersebut melalui pembuluh darah, lalu dimetabolisme untuk

perombakan zat-zat tertentu. Selanjutnya diekskresikan melalui kelenjar

16

keringat. Jadi krim hidrokortisan mencapai efek sistemik karena

didistribusi melalui pembuluh darah. Krim ini merupakan

kortikosteroid topikal yang mempunyai efek antiinflamasi, antialergi

dan antipruritus pada penyakit kulit, sehingga apabila dioleskan pada

kulit yang infeksi akan memberikan efek farmakologi (Gunawan, S.,

2007)

II.2.3 Nama Latin

1. Resep 1

P.P : Pro Paupere : Untuk si miskin

R/ : Recipe : Ambillah

200 : Duo Centum : Dua ratus

1 : Unus : Satu

q.s : Quantum Satis : Secukupnya

0,5 : Zero Punctum Quinque : Nol koma lima

m.f : Misce Fac : Campur dan buatlah

Ungt : Unguenta : Salep

da in : da in : Kedalam

Pot : Pot : Tempat salep

No. : Numero : Sebanyak

II : Duo : Dua

∫ : Signa : Tandai

u.e : Usus Eksternus : Pemakaian Luar

m : Mane : Pagi

et : et : Dan

17

vesp : Vespere : Malam

Pro : Pro : Untuk

2. Resep 2

da in : da in : ke dalam

Iter : iteretur : ulang, ulangi

m.f : misce fac : campur, buat

no. : numero : sebanyak

Pot : pot : wadah/ Tempat salep

Pro : pro : untuk

R/ : Recipe : ambillah

t.d.d : ter de die : 3 kali sehari

tube : tube : tube

u.e : usus eksternus : pemakaian luar

ungt : unguenta : salep

ʃ : signa : tandai

1 : unus : satu

2 : duo : dua

10 : decem : sepuluh

18

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan Percobaan

III.1.1 Alat yang digunakan

1. Resep 1

1) Alu

2) Batang Pengaduk

3) Kaca Arloji

4) Lap Kasar

5) Lumpang

6) Neraca Analitik

7) Pipet Tetes

8) Pot Salep 10 g

9) Sendok Tanduk

10) Sudip

2. Resep 2

1) Alu

2) Batang Pengaduk

3) Kaca Arloji

4) Lap Kasar

5) Lumpang

6) Neraca Analitik

19

7) Pipet Tetes

8) Pot Salep 15 g

9) Sendok Tanduk

10) Sudip

11) Waterbath

III.1.2 Bahan yang digunakan

1. Resep 1

1) Acid Salicyl

2) Alkohol 70%

3) Chloramphenicolum

4) Kapas

5) Kertas Perkamen

6) Lanolin

7) Miconazole Cream

8) Plastik Obat

9) Tissue

2. Resep 2

1) Acid Salicyl

2) Adeps Lanae

3) Alkohol 70%

4) Hidrokortison Cream

5) Kapas

6) Kertas Perkamen

7) Propylenglikol

20

8) Plastik Obat

9) Tissue

10) Vaselin Album

III.2 Cara Kerja

1. Resep 1

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Dibersihkan alat berupa lumpang dan alu dengan menggunakan

kapas dan alkohol 70%

3) Ditimbang chloramphenicolum 0,1 g , miconazole cream 5 g serta

acid salicyl 0,0125 g

4) Dimasukkan acid salicyl sebanyak 0,0125 g ke dalam lumpang

dengan ditetesi alkohol 70% sebanyak 3 tetes

5) Digerus hingga halus

6) Dimasukkan chloramphenicolum sebanyak 0,5 g ke dalam lumpang

7) Digerus hingga homogen

8) Dimasukkan miconazole cream sebanyak 5 g ke dalam lumpang yang

berisi chloramphenicolum dengan menggunakan sudip

9) Digerus hingga homogen

10) Ditambahkan lanolin secukupnya

11) Digerus hingga sediaan homogen

12) Dimasukkan ke dalam pot 10 g menggunakan sudip

13) Dimasukkan ke dalam plastik obat

14) Diberi etiket biru

21

2. Resep 2

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Dibersihkan alat berupa lumpang dan alu dengan menggunakan

kapas dan alkohol 70%

3) Ditimbang propylenglikol 1 g, adeps lanae 1 g, vaseline album 10 g

dan acid salicyl 0,1 g

4) Dileburkan vaseline album 10 g dengn menggunakan waterbath dan

ditetesi propylenglikol sebanyak 20 tetes

5) Dimasukkan acid salicyl dengan ditetesi alkohol 70% 3 tetes ke dalam

lumpang

6) Digerus acid salicyl yang ditetesi alkohol 70% tadi searah jarum jam

menggunakan alu

7) Dimasukkan hidrokortison 10 g ke dalam lumpang

8) Digerus acid salicyl 0,1 g dan hidrokortison 10 g tadi searah jarum

jam

9) Dimasukkan vaseline album dan ditetesi propylenglikol ke dalam

lumpang

10) Digerus Vaseline album yang ditetesi propylenglikol bersama

hidrokortison dan acid salicyl

11) Dimasukkan adeps lanae 1 g ke dalam campuran vaseline album, acid

salicyl dan hidrokortison dan digerus hingga sediaan homogen

12) Dimasukkan ke dalam pot 15 gram

22

13) Dimasukkan ke dalam plastik obat

14) Diberi etiket biru

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan

IV.1.1 Perhitungan Bahan

1. Resep 1

Chloromphenicolum = 200 mg

2

= 100 mg

= 0,1 g

Miconazole Cream = 10 g

2

= 5 g

Lanolin = Secukupnya

Acid Salicyl = 0,5 g100

x 5

= 0,025

= 0,025

2

= 0,0125 g

2. Resep 2

Hidrokortison cream = 1 tube

= 10 g

Propylenglikol = 1 g

= 1 ml

23

= 20 tetes

Adeps lanae = 1 g

Vaseline album = 10 g

Acid salicyl = 1%

= 1

100 x 10

= 0,1 g

IV.2 Pembahasan

1. Resep 1

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar (Dirjen POM, 1979).

Pada resep 1 digunakan zat aktif miconazole dan chloramphenicol.

Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang

akan digunakan. Setelah itu alat dibersihkan dengan menggunakan

alkohol 70% sebagai antiseptikum dan desinfektan untuk mensterilkan alat

(Tjay, H., 2007).

Kemudian ditimbang chloramphenicolum 0,1 g, miconazole cream 5 g

serta acid salicyl 0,0125 g dengan menggunakan neraca analitik, setelah

itu dimasukkan acid salicyl sebanyak 0,0125 g ke dalam lumpang, dan

ditetesi dengan alkohol 95% agar mempercepat penguapan dari alkohol

tersebut (Syamsuni,H.,2006) dan digerus hingga halus. Langkah

selanjutnya yaitu memasukkan chloramphenicolum sebanyak 0,5 g ke

dalam lumpang dan digerus hingga homogen, lalu dimasukkan

miconazole cream sebanyak 5 g ke dalam lumpang yang berisi

chloramphenicolum dengan menggunakan sendok tanduk, dan digerus

24

hingga homogen. Setelah digerus hingga homogen ditambahkan basis

salep lanolin (Adeps Lanae) atau dasar salep berlemak (Syamsuni, H.,

2006) secukupnya serta digerus lagi hingga sediaan homogen. Terakhir

sediaan salep yang sudah homogen dimasukkan ke dalam pot 10 g

menggunakan sudip, ditutup dan dimasukkan ke dalam plastik obat dan

diberi etiket biru untuk penandaan pemakaian luar.

2. Resep 2

Pada resep kedua menggunakan zat aktif hidrokortison dimana

hidrokortison diindikasikan untuk menekan reaksi radang pada kulit yang

bukan disebabkan oleh infeksi, alergi kulit seperti dermatitis atopik/kontak

neurodermatitis (IAI, 2012).

Pertama-tama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang

akan digunakan. Setelah itu alat dibersihkan dengan menggunakan

alkohol 70% sebagai antiseptikum untuk mensterilkan alat (Tjay, H.,

2007).

Dalam resep 2 ini bahan-bahannya yaitu propylenglikol 1 g, adeps

lanae 1 g, vaselinum album 10 g, hidrokortison 10 g, dan acid salicyl 0,1

g. Pertama dileburkan Vaseline album 10 g dengan ditetesi propylenglikol

sebanyak 20 tetes. Lalu dimasukkan acid salicyl dengan ditetesi alkohol

70% 3 tetes ke dalam lumpang dan digerus searah jarum jam

menggunakan alu.

Setelah acid salicyl digerus hingga homogen, dimasukkan

hidrokortison 10 g ke dalam lumpang dan digerus searah jarum jam.

Langkah selanjutnya dimasukkan basis salep vaselin album yaitu dasar

25

salep senyawa hidrokarbon (Syamsuni, H., 2006) yang ditetesi

propylenglikol ke dalam lumpang dan digerus bersama hidrokortison dan

acid salicyl yang telah ditimbang. Terakhir dimasukkan adeps lanae 1 g ke

dalam campuran vaseline album, acid salicyl dan hidrokortison dengan alu

searah jarum jam hingga sediaan homogen.

Sediaan salep yang telah homegen tadi kemudian dimasukkan ke

dalam pot 15 gram serta pengemasannya dilengkapi etiket berwarna biru

sebagai tanda obat luar.

IV.2.1 Informasi Obat

1. Resep 1

Cara penyimpanan

Salep biasanya disimpan pada temperature dibawah 300 C untuk

mencegah sediaan melembek karena dasar salepnya yang bersifat dapat

mencair. Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube

(Ansel, 2011).

Cara pemakaian

Salep digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian kulit yang

terkena infeksi (Ansel, 2011)

Komentar

Resep ini rasional karena zat aktif dan zat tambahan dari resep

berinteraksi dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari berbagai indikasi

masing-masing zat tersebut. Sehingga dapat memberikan efek

farmakologi (efek penyembuhan) bagi pasien. Pada resep terdapat

26

keterangan bahwa pasien adalah orang yang kurang mampu dan pasien

meminta setengah dari resep yang ada.

2. Resep 2

Cara Penyimpanan

Salep biasanya disimpan pada temperature dibawah 300 C untuk

mencegah sediaan melembek karena dasar salepnya yang bersifat dapat

mencair. Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube

(Ansel, 2011).

Cara pemakaian

Salep digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian kulit

yang terkena infeksi (Ansel, 2011).

Komentar

Resep ini rasional karena zat aktif dan zat tambahan dari resep

berinteraksi dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari berbagai indikasi

masing-masing zat tersebut. Sehingga dapat memberikan efek

farmakologi (efek penyembuhan) bagi pasien. Pada resep tertera iter 2x

sehingga resep dapat diulang dua kali oleh pasien.

IV.2.2 Interaksi Obat

1. Resep 1

Miconazole

Mikonazole yang meningkat dapat mengakibatkan peningkatan

dari efek farmakologi dan toksikologi dari hydation, peningkatan

kadar plasma fenitoin akan meningkat bersamaan dengan pemakaian

27

mikonazol dan flucytosin. Kadar plasma darah meningkat selama

pemakaian miconazol dan flocytosin (Tatro, 1996).

Kloramfenikol

Kloramfenikol menghambat enzim metabolisme hati sitokrom

P450 irreversibel memperpanjang T12

pada bahan aktif seperti

dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide. 

Kloramfenikol mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya,

merupakan antagonis kerja bakterisidal penisilin, mikonazol dan

aminoglikosida (Tatro, 1996).

1. Resep 2

Hidrokortison

Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti

fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens

kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan

bersama-sama obat-obat tersebut,maka dosis kortikosteroid harus

ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Obat-obat seperti troleandomisin dan ketokonazol dapat menghambat

metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens

atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan,

maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari

toksisitas steroid.

Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi

yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat

28

di dalam serum, dan apabila  terapi kortikosteroid dihentikan akan

meningkatkan risiko toksisitas salisilat.

Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan

bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita

hipoprotrombinemia. Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan

oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan

dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek

antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid

(Sukandar, 2008; Tatro, 1996).

29

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan percobaan dapat disimpulkan bahwa salep

dibedakan atas bahan dasar salep yang terdiri atas basis salep hidrokarbon,

basis salep absorpsi, basis salep yang dapat dicuci dengan air, dan basis

salep yang larut dalam air.

Dalam pembuatan salep terdapat dua metode yang digunakan yakni

metode pencampuran dan metode peleburan.

Persyaratan pada salep yakni pemerian, kadar, dasar salep,

homogenitas dan penandaan etiket biru sebagai obat luar.

V.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh asisten farmasetika dasar untuk konsisten

dalam pembuatan format jurnal agar kami selaku praktikan tidak

kebingungan dalam membuat jurnal. Selain itu fasilitas laboratorium

farmasetika agar segera terfasilitasi karena kurang memadai.

30

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.2007. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ansel, H.2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press

DIRJEN POM.1978.Formularium Nasional edisi kedua. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

DIRJEN POM.1979. Farmakope Indonesia edisi Ketiga. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

DIRJEN POM.1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Gunawan, S dkk.2007.Farmakologi Dan Terapi 5. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

I.A.I.2012. Informasi Spesialite Obat volume 47. Jakarta: ISFI Penerbitan

Rolve, R.C, dkk.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

edition.United State Of America: Pharmaceutical

Press

Sukandar, E.Y,dkk.2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan

Syamsuni, H.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Tungadi, R.2013. Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar.Gorontalo:

Universitas Negeri Gorontalo

Tjay,H dkk. 2006. Obat- Obat Penting. Jakarta: PT Elexmedia Komputindo

31