s k r i p s irepository.uinjambi.ac.id/155/1/ses141257 dedeh ratna...dan berguna bagi nusa, bangsa....
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS FINTECH OFFICE BANK INDONESIA DALAM
MANAJEMEN RISIKO DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
UNTUK KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN
S K R I P S I
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh:
DEDEH RATNA SARI
NIM: SES141257
KONSENTRASI AKUNTANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018 M/1440 H
ii
Pernyataan
iii
Nota Dinas
iv
Pengesahan
v
MOTTO
يَا مَعْشَزَ الْجِهِّ وَالْإِوْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَىْفُذُوا مِهْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
فَاوْفُذُوا لَا تَىْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ ۚ
Artinya:
Wahai golongan jin dan manusia! jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan
mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah). 86
86
Q.S. Ar-Rahman (55) : 33.
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur atas karunia-Mu Ya Allah
Dengan penuh kerendahan hati kupersembahkan karya ini
teruntuk kedua orang tuaku yang tercinta: Ibunda (Yoyoh Rodiah) dan
Ayahanda (Suhermanto), terimakasih atas kasih sayang dan dukungan serta doa dan motivasi
yang paling berharga dalam hidup saya. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan nikmat kesehatan, rezeki dan kesejahteraan.
Teruntuk adikku (Silvia Nabilah), gapailah cita-citamu setinggi langit.
Semoga kelak menjadi anak yang sholehah, berbakti kepada kedua orang tua
dan berguna bagi Nusa, Bangsa. dan Agama.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
Dosen Pembimbing I (Bapak Drs. Muhammad Ismail, M.Ag.) dan
Dosen Pembimbing II (Ibu G.W.I. Awal Habibah, M.E.Sy.)
yang senantiasa sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Serta ucapan terimakasih juga kepada Bapak Addiarahman, S.HI.,M.SI.
Semoga kebaikan Bapak Ibu Dosen Pembimbing dibalas oleh Allah SWT.
Untuk sahabatku tercinta yang tergabung dalam komunitas penerima beasiswa Bank
Indonesia GenBI Jambi tahun 2017 dan teman-teman Kelompok Studi Ekonomi Islam
(KSEI) Al-Fath Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi serta Komunitas Duta Baca Provinsi Jambi tahun 2018, kalian
adalah orang-orang luar biasa yang sangat menginspirasi dan memberikan motivasi.
Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
kesuksesan di hidup saya, mohon maaf tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Semoga Allah
SWT senantiasa membalas kebaikan kalian semua.
Teruntuk semua teman-teman di kampus terimakasih atas suka citanya.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses.
Aamiin.
vii
ABSTRAK
Financial technology (fintech) terbukti membawa manfaat dan potensi risiko yang
apabila tidak dimanajemen dengan baik dapat mengganggu kelancaran sistem
pembayaran. Oleh sebab itu, skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan kinerja
dan efektivitas Fintech Office Bank Indonesia dalam manajemen risiko dan
perlindungan konsumen untuk kelancaran sistem pembayaran. Metode
pengumpulan data kualitatif deskriptif ini melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, manajemen kinerja Fintech Office BI
terdiri dari perencanaan yang dilaksanakan melalui empat fungsi yakni, fungsi
katalisator atau fasilitator, fungsi business intelligence, fungsi asesmen, fungsi
koordinasi dan komunikasi. Sedangkan dari sisi pengelolaan Bank Indonesia
mengelola regulatory sandbox sebagai wahana uji coba terbatas bagi
penyelenggara fintech khusus yang berkaitan dengan sistem pembayaran.
Kemudian Bank Indonesia dinilai mampu menghimpun 21 perusahaan
penyelenggara fintech berkaitan dengan sistem pembayaran, 6 fintech pendukung
pasar, 3 fintech penyelenggara penunjang dan 1 penyelenggara fintech di
regulatory sandbox. Efektivitas Fintech Office BI didukung oleh faktor integrasi
dan adaptasi, yaitu kemampuan mengadakan sosialisasi dan komunikasi melalui
empat tahap yakni edukasi, konsultasi, fasilitasi dan pengawasan serta enam
metode pendekatan melalui mentoring, capacity building, connecting, swing, slide
dan sandbox. Namun disisi lain, efektivitas Fintech Office BI terkendala dalam
pencapain tujuan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya batasan waktu tertentu
dalam rangka mencapai visi dan misi, serta rencana jangka panjang dan jangka
pendek yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Efektivitas, Fintech Office Bank Indonesia, Manajemen Risiko,
Perlindungan Konsumen, Kelancaran Sistem Pembayaran.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wata’ala yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan
kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di
samping itu, tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam.
Skripsi ini dengan judul: Efektivitas Fintech Office Bank Indonesia
dalam Manajemen Risiko dan Perlindungan Konsumen Untuk Kelancaran
Sistem Pembayaran. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) program studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Subhan, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Dr. Rafidah, S.E., M.E.I. selaku Wakil Dekan I, Dr. Novi Mubyarto, S.E.,
M.E. selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Halimah Dja’far, S.Ag, M.Fil.I. selaku
Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Dr. Sucipto, S.Ag., MA dan G.W.I. Awal Habibah, M.E.Sy. selaku Ketua dan
Sekretaris program studi Ekonomi Syaiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Drs. Muhammad Ismail, M.Ag. selaku Pembimbing I dan G.W.I. Awal
Habibah, M.E.Sy. selaku Pembimbing II, terimakasih atas arahan dan
bimbingannya semoga Allah senantiasa membalas kebaikannya.
ix
6. Bapak dan Ibu dosen serta Asisten dosen yang telah memberikan materi
perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
memberikan pelayanan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu narasumber atau informan yang telah bersedia memberikan
data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini
diselesaikan dengan baik.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih atas jasa yang telah kalian berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar dan semoga amal kebajikan kalian
semua dinilai oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, apabila terdapat kesalahan, mohon dimaafkan.
Sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun supaya bisa menjadi catatan
untuk kedepan yang lebih baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penelitian selanjutnya.
Jambi, 25 Oktober 2018
Penulis,
Dedeh Ratna Sari
NIM: SES141257
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ii
NOTA DINAS iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR SINGKATAN xv
DAFTAR ISTILAH xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Batasan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 7
F. Kerangka Teori 8
G. Tinjauan Pustaka 21
H. Kerangka Pemikiran 24
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 25
B. Objek dan Waktu Penelitian 25
C. Unit Analisis 26
D. Jenis dan Sumber Data 27
E. Instrumen Pengumpulan Data 28
xi
F. Teknik Analisis Data 29
G. Sistematika Penulisan 32
H. Operasionalisasi Konsep 32
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Fintech di Indonesia 35
B. Kedudukan Fintech dalam Sistem Keuangan 39
a) Peluang 39
b) Tantangan 40
C. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran 42
D. Sharia Compliant Financial Technology 45
a) Larangan Utama dalam Transaksi Keuangan Syariah 45
b) Implementasi Fintech dalam Sharia Compliant 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Manajemen Kinerja Fintech Office Bank Indonesia 49
a) Perencanaan Kinerja Fintech Office BI 49
b) Pengelolaan Kinerja Fintech Office BI 54
c) Penilaian Kinerja Fintech Office BI 61
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Fintech
Office Bank Indonesia dalam Manajemen Risiko dan
Perlindungan Konsumen Untuk Kelancaran Sistem
Pembayaran 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Sektor Fintech di Indonesia 4
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
24
Gambar 2.1 Komponen dalam Analisis Data 30
Gambar 4.1 Alur Pengaturan Bagi Penyelenggara Fintech 57
Gambar 4.2 Alur Perlindungan Konsumen 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Berumur Lima Tahun ke Atas
yang Mengakses Internet Menurut Jenis Kelamin di
Provinsi Jambi Tahun 2017 2
Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu 22
Tabel 2.1 Operasionalisasi Konsep 33
Tabel 3.1 Jumlah Perusahaan Fintech di Indonesia 38
Tabel 3.2 Market Size Fintech di Indonesia, 2013-2016 38
Tabel 4.1 Penyelenggara Fintech Berkaitan dengan Sistem
Pembayaran 62
Tabel 4.2 Penyelenggara Fintech Berkaitan dengan Pendukung
Pasar 66
Tabel 4.3 Penyelenggara Fintech Berkaitan dengan
Penyelenggara Penunjang 68
Tabel 4.4 Penyelenggara Fintech Terdaftar di Regulatory
Sandbox 69
Tabel 4.5 Indikator Efektivitas Fintech Office BI 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Informan
Lampiran 2 : Instrumen Pengumpulan Data (IPD)
Lampiran 3 : Lampiran Wawancara
Lampiran 4 : Lampiran Observasi dan Data Sekunder
Lampiran 5 : Lampiran Dokumentasi
xv
DAFTAR SINGKATAN
AI : Artificial Intelligence
AFI : Asosiasi Fintech Indonesia
AAOIFI : Accounting Organization for Islamic Financial Institutions
APJII : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
APMK : Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
ATM : Anjungan Tunai Mandiri
BBM : BlackBerry Messenger
BI : Bank Indonesia
BI-RTGS : Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BI-SSSS : Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System
BCA : Bank Central Asia
BPSK : Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
DPS : Dewan Pengawas Syariah
DSN : Dewan Syariah Nasional
e-commerce : electronic commerce
e-wallet : electronic walet
e-money : electronic money
Fintech : Financial technology
FSB : Financial Stability Board
GCI : Gift Card Indonesia
GPN : Gerbang Pembayaran Nasional
KI : Keuangan Inklusif
KPR : Kredit Perumahan Rakyat
xvi
LA : Layanan Administrasi
LSB : Lembaga Selain Bank
P2P : Peer to Peer
PADG : Peraturan Anggota Dewan Gubernur
PBI : Peraturan Bank Indonesia
PTF : Penyelenggara Teknologi Finansial
PMN : Pusat Mediasi Nasional
POJK : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
PLTM : Produk, Layanan, Teknologi dan Model
PUR : Pengelolaan Uang Rupiah
SP : Sistem Pembayaran
SPN : Sistem Pembayaran Nasional
UKM : Usaha Kecil dan Menengah
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UUPK : Undang-Undang Perlindungan Konsumen
xvii
DAFTAR ISTILAH
A
Acceleration : Upaya percepatan yang digunakan dalam uji coba
fintech di regulatory sandbox
Arbitrase : Cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa
Assesment : Istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
memantau dan memetakan potensi, manfaat serta
risiko inovasi model bisnis dan produk yang
ditawarkan sebagai dasar bagi perumusan kebijakan
B
Base of guidelines : Basis pedoman
BI-RTGS (Real Time
Gross Settlement)
: Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran
yang dilakukan pertransaksi dan bersifat real-time,
dimana rekening peserta dapat di debit atau di kredit
berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah
pembayaran dan penerimaan pembayaran
BI- SSSS (Scripless
Securities Settlement
System)
: Sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaan surat berharga secara elektronk dan
terhubung langsung antara peserta, penyelenggara
san sistem BI-RTGS
Branchless Banking : Suatu kegiatan layanan perbankan atau layanan
keuangan lainnya yang dilakukan tidak melalui
jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan
pihak lain dan perlu di dukung dengan penggunaan
sarana teknologi informasi
Bussiness Intelligent : Suatu kegiatan untuk memberikan update dari hasil
kajian dan pertemuan termasuk dengan kementerian
dan otoritas serta lembaga internasional
C
xviii
Capacity Building : Kegiatan pengembangan keahlian yang dilakukan
Bank Indonesia melalui workshop dan talkshow
Capital Raising : Penyediaan modal
Comparison Site : Mengumpulkan dan mengoleksi data finansial untuk
dijadikan referensi oleh pengguna
Corporate Plan : Rencana perusahaan untuk memelihara tingkat
profitabilitas dan tingkat kesehatan bank
Cross Border : Antar negara
Crowdfunding : Penggalangan dana seperti untuk mendanai sebuah
karya, membantu korban bencana dan lainnya.
Dengan adanya fintech, penggalangan dana dapat
dilakukan secara online, sehingga penggalangan
akan lebih mudah dan efisien
Customer : Pelanggan
Cyber Risk : Risiko keamanan data
D
Disruptive : Ancaman akibat perubahan yang secara drastis
mengubah sendi-sendi dasar lingkungan organisasi
bisnis
Demand Side : Kekuatan Permintaan
E
e-commerce : Perdagangan malalui elektronik
e-money / Digital
Cash
: Uang elektronik berbasis server yang memanfaatkan
teknologi aplikasi di handphone dan USSD, atau
disebut sebagai uang tunai di handphone, dimana
penggunanya dapat melakukan transaksi tanpa harus
melakukan pembukaan rekening ke bank
Equal Treatment : Salah satu prinsip bagi penyelenggara fintech untuk
memberikan kesetaraan atau perlakuan yang sama
kepada setiap konsumen
xix
e-wallet : Uang elektronik atau dompet elektronik
F
Financial
Aggregator
: Pembanding produk keuangan
Financial Education : Edukasi keuangan untuk peningkatkan literasi
keuangan
Financial Planning : Perencanaan keuangan yang ditawarkan oleh fintech
Fintech : Inovasi di bidang jasa finansial yaitu penggunaan
teknologi dalam sistem keuangan yang
menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan atau
model bisnis baru
Fintech Office BI : Suatu wadah yang resmikan oleh Bank Indonesia
untuk melakukan asesmen, mitigasi risiko, dan
evaluasi atas model bisnis dan produk atau layanan
dari fintech, serta inisiator riset terkait kegiatan
layanan keuangan berbasis teknologi
Forward Looking : Salah satu prinsip bagi penyelenggara fintech untuk
selalu mempertimbangkan potensi pengembangan ke
depan agar lebih memberikan manfaat kepada
masyarakat
Fraud : Kecurangan
G
Gift Card Indonesia : Metode pembayaran atau pemberian hadiah dari satu
pihak ke pihak lain melalui kartu
Go-Pay : Salah satu aplikasi pembayaran pada perusahaan jasa
Gojek
H
Hustler Worksop : Lokakarya yang dilakukan untuk membahas bisnis
Hacker : Peretas, pencuri data
I
xx
Involvement : Salah satu prinsip dari empat sifat utama menurut
Denison yaitu keterlibatan anggota-anggota
organisasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Intermediary : Lembaga perantara
K
Keuangan Inklusif : Suatu bentuk layanan keuangan yang ditujukan
kepada masyarakat untuk memanfaatkan produk dan
jasa keuangan formal
L
Lending : Layanan peminjaman yang diberikan fintech
Linkage : Keterkaitan
M
Market Agregator : Pembanding produk keuangan, dimana fintech akan
mengumpulkan dan mengoleksi data finansial untuk
dijadikan referensi oleh pengguna
Market Support : Pendukung pasar
Mobile Payments : Cara pembayaran dengan menggunakan ponsel
sebagai sarana
N
New Entrants : Pendatang baru
O
One Stop Services : Merupakan program Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP)
Online : Suatu keadaan yang terhubung dengan internet
P
Payment : Pembayaran
Payment Gateway : Layanan pedagang yang disediakan oleh penyedia
layanan aplikasi e-commarce yang mengotorisasi
kartu kredit atau pemrosesan pembayaran langsung
xxi
untuk e-bisnis dan pengecer online
Peer to Peer (P2P)
Lending Platform
: Sebuah layanan dari aplikasi fintech yang sangat
membantu masyarakat UMKM sehingga mereka
dapat meminjam dana dengan mudah walaupun
mereka belum memiliki rekening di bank
Personal of
Financial Planning
: Suatu proses dimana seorang individu berusaha
untuk memenuhi tujuan finansialnya melalui
perencanaan keuangan yang komprehensif
Platform : Sebuah aplikasi atau software yang disediakan oleh
fintech.
R
Regulatory Sandbox : Ruang uji coba terbatas untuk penyelenggara fintech
Risk and Investment
Management
: Penyedia layanan manajemen investasi dan risiko
oleh penyelenggara fintech
S
Settlement : Sistem penyelesaian
Startup : Perusahaan rintisan merujuk pada semua perusahaan
yang belum lama beroperasi
Sharia Complaint : Kepatuhan Syariah
Supply Demand : Kekuatan penawaran
V
Virtual Currency : Uang digital yang diterbitkan oleh pihak selain
otoritas moneter yang diperoleh dengan cara mining,
pembelian, atau transfer pemberian (reward). Uang
jenis ini bukan merupakan alat pembayaran yang sah
di Indonesia. Seperti Bitcoin dan BlackCoin.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan mengenai teknologi pada aspek finansial sudah tidak asing
lagi. Hingga saat ini dikenal istilah fintech (financial technology). Fintech
merupakan penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan
produk, layanan, teknologi, dan atau model bisnis baru.87
Banyak perusahaan
fintech yang hadir di Indonesia, seperti Amartha yang menyediakan jasa peer to
peer (P2P) lending platform dengan sasaran spesifik UMKM. Kemudian Doku,
yang menyediakan platform pembayaran online untuk berbagai jenis layanan
seperti transfer uang sesama pengguna Doku Wallet, pembayaran pulsa, premi
asuransi, dan berbagai pilihan lainnya, serta yang populer di masyarakat yakni
Go-Pay, layanan jasa pembayaran di bawah perusahaan Gojek.88
Berdasarkan data survei dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) menyebutkan bahwa peringkat pertama pengguna internet terbesar di
Indonesia saat ini berada di pulau Jawa, dan pulau Sumatera berada di posisi kedua
dengan jumlah 20,75 juta jiwa atau 15,7 persen.89
Untuk di Provinsi Jambi khususnya,
data pada tahun 2017 menunjukkan bahwa angka tertinggi penduduk berumur lima tahun
ke atas yang mengakses internet termasuk Facebook, Twitter, BBM, dan Whatsapp dalam
tiga bulan terakhir menurut jenis kelamin di Provinsi Jambi yakni sebesar 27,87 persen
diakses oleh laki-laki dan 25,43 persen diakses
87Bank Indonesia, Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Teknologi Finansial, hlm.
11, Disampaikan dalam acara Marketing week.com, di Jakarta, tanggal 3 Mei 2017. 88
Fauzi Maulana Hakim dan Almi Nibach Mauludila, Perkembangan Financial
Technology dan Dasar Hukumnya di Indonesia, (Jawa Barat: GenBI, 2017), hlm. 18. 89
Tim APJII, “Saatnya Jadi Pokok Perhatian Pemerintah dan Industri”, Buletin APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), Edisi 05 November 2016. hlm. 1.
2
oleh perempuan di wilayah perkotaan dan perdesaan, sebagaimana data yang disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Persentase Penduduk Berumur Lima Tahun ke Atas yang Mengakses Internet Menurut
Jenis Kelamin di Provinsi Jambi Tahun 2017.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi90
Demi menjaga pesatnya penggunaan teknologi di Indonesia, maka perlu adanya
peran dari banyak pihak, termasuk pemerintah. Melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani
mengatakan bahwa pemerintah sangat mendukung pengembangan teknologi karena
kehadiran Fintech membuat biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih kecil, efisien,
dan risiko yang tidak terlalu besar. Namun, Sri juga mengatakan bahwa ini merupakan
90
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi
2017, katalog: 4101001.15. hlm. 226.
3
tantangan bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang masih menggunakan
model bisnis yang lama.91
Namun hal tersebut bertentangan dengan pendapat dari Manajer Unit Pengawasan
Sistem Pembayaran (SP), Pengelolaan Uang Rupiah (PUR) dan Keuangan Inklusif (KI)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, bahwa Fintech dikhawatirkan dapat
mengganggu stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem
pembayaran yang merupakan tugas dan fungsi Bank Indonesia.92
Selain itu, Cristensen
juga mengungkapkan bahwa teknologi dan inovasi bisnis yang dihasilkan sekarang telah
mengubah secara drastis sendi-sendi dasar dan lingkungan organisasi bisnis tersebut.
Inovasi semacam ini disebut “disruptive”.93
Inovasi disruptif biasanya mengambil segmen
pasar tertentu yang kurang diminati atau dianggap kurang penting bagi penguasa pasar,
namun inovasinya mampu meredefinisi sistem atau pasar yang sudah eksis.94
Terbukti
bahwa internet sekarang hampir meluluhlantakan beberapa industri seperti, industri
percetakan ensiklopedia dan biro perjalanan akibat kehadiran jasa pengganti yang tersedia
di internet.95
Untuk menghadapi gencarnya inovasi pada penggunaan internet tersebut, Bank
Indonesia (BI) telah berinisiatif meluncurkan Fintech Office BI pada hari Senin, 14
November 2016. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendukung pengembangan
91
Miftah Ardhian, “Presiden Dorong Teknologi Finansial Buat Transaksi Keuangan”,
https://katadata.co.id/berita/2016/08/30/presiden-dorong-teknologi-finansial-buat-transaksi-keuang
an, akses 12 Januari 2018. 92
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manajer Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Tentang Risiko Kehadiran Fintech Bagi Bank
Indonesia, 27 Februari 2018. 93
Kenneth C. Loudon dan Jane P. Laudon, Sistem Informasi Manajemen Mengelola
Perusahaan Digital, (Jakarta: Salemba Empat, 2015), hlm. 91. 94Nofie Iman, Financial Technology dan Lembaga Keuangan, disampaikan dalam acara
Gathering Mitra Linkage Bank Syariah Mandiri, di Hotel Grand Aston Yogyakarta pada 22 November 2016, https://docplayer.info/31194120-financial-technology-dan-lembaga-keuang an.html, akses 27 Februari 2018.
95Kenneth C. Loudon dan Jane P. Laudon, Sistem Informasi Manajemen ..., hlm. 102.
4
fintech atau industri kreatif dengan layanan keuangan berbasis teknologi informasi.96
Respon BI terhadap perkembangan teknologi finansial ini juga tertuang pada PBI Nomor
19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, dan PADG Nomor
19/14/PADG/2017 Tentang Ruang Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi
Finansial serta PADG Nomor 19/15/PADG/2017 Tentang Tata Cara Pendaftaran,
Penyampaian Informasi, dan Pemantauan Penyelenggara Teknologi Finansial.97
Berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia (AFI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di
Indonesia pada tahun 2017, fintech lebih banyak di dominasi oleh sektor pembayaran atau
payment seperti pada gambar berikut:
Gambar 1.1
Data Sektor Fintech Di Indonesia
Sumber : Asosiasi Fintech Indonesia dan OJK98
Data di atas menjelaskan bahwa sektor pembayaran atau payment jumlahnya
lebih besar yaitu 43%, sedangkan agregator sebesar 13%. Landing sebesar 17%,
96
Fajar Febrianto, “BI Luncurkan Fintech Office”, https://bisnis.tempo.co/read/819992/
bi-luncurkan-Fintech-office, akses 28 Februari 2018. 97
Bank Indonesia, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Penerbitan PBI
No. 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, hlm. 1, Disampaikan dalam
acara sosialisasi dengan jajaran Humas dan Penyelenggara Teknologi Finansial di Jakarta, tanggal
8 Desember 2017. 98Muliaman D. Hadad, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Financial Technology (Fintech) di
Indonesia, hlm.7, Disampaikan dalam acara kuliah umum dengan jajaran Civitas Akademika Indonesia Banking School (IBS) di Jakarta, Tanggal 2 Juni 2017. http://www.ibs.ac.id/img/doc/
MDH%20-%20Fintech%20IBS%20June%202017.pdf, akses 10 Januari 2018.
43%
13%
17%
8%
8% 11%
Sektor Fintech di Indonesia Payment
Agregator
Landing
Crowdfunding
Personal or Financial planning
others
5
crowdfunding sebesar 8,15% dan sisanya berbentuk personal or financial planning
sebesar 8,15% dan lain-lain sebesar 11,11%. Berdasarkan besarnya persentase payment
pada sektor Fintech di Indonesia, maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan
mengenai fintech yang berkaitan dengan sistem pembayaran.99
Besarnya jumlah fintech yang bergerak pada sistem pembayaran belum sebanding
dengan jumlah fintech yang terdaftar di Bank Indonesia sebagai upaya untuk menjaga
kepercayaan masyarakat melalui manajemen risiko yang baik dan perlindungan data
konsumen. Oleh sebab itu, pendirian Fintech Office BI secara umum mencakup
manajemen risiko dan perlindungan konsumen. Jika ada perusahaan startup yang
menggunakan fintech berkaitan dengan sistem pembayaran, maka perusahaan tersebut
diharapkan mampu melakukan manajemen risiko, melindungi data konsumen, dan tetap
menjaga kelancaran sistem pembayaran.100
Dengan adanya keberhasilan pada sistem pembayaran akan menunjang
perkembangan sistem keuangan dan perbankan, sebaliknya risiko ketidaklancaran atau
kegagalan pada sistem pembayaran akan berdampak negatif pada kestabilan ekonomi
secara keseluruhan.101
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan tadi maka, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektivitas Fintech Office Bank
Indonesia dalam Manajemen risiko dan Perlindungan Konsumen Untuk
Kelancaran Sistem Pembayaran.
99
Muliaman D. Hadad, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Financial Technology (Fintech) di Indonesia, hlm.7, Disampaikan dalam acara kuliah umum dengan jajaran Civitas Akademika Indonesia Banking School (IBS) di Jakarta, Tanggal 2 Juni 2017. http://www.ibs.ac.id/img/doc/
MDH%20-%20Fintech%20IBS%20June%202017.pdf, akses 10 Januari 2018. 100
Iqbal Kurniawan, “Peran dan Inisiatif Bank Indonesia dalam Mendukung Inovasi di
Sektor Fintech”, https://id.techinasia.com/bi-Fintech-office, akses 23 April 2018. 101
Sri Tri Subari Mulyati dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran Di Indonesia, Seri
Kebanksentralan Nomor 8 (Jakarta: PPSK BI, 2003), hlm. 1.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah manajemen kinerja Fintech Office Bank Indonesia dalam manajemen
risiko dan perlindungan konsumen?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat efektivitas Fintech Office Bank
Indonesia dalam upaya melakukan manajemen risiko dan perlindungan konsumen
untuk kelancaran sistem pembayaran?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah manajemen kinerja Fintech Office BI ini diteliti dari sisi
perencanaan, pengelolaan dan penilaian kinerja. Sedangkan untuk mengetahui efektivitas
Fintech Office BI diteliti dari faktor pendukung dan penghambat dalam pencapaian
tujuan, integrasi, dan adaptasi berdasarkan indikator efektivitas menurut teori Steers.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui manajemen kinerja Fintech Office Bank Indonesia dalam
manajemen risiko dan perlindungan konsumen.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat efektivitas Fintech Office
Bank Indonesia dalam manajemen risiko dan perlindungan konsumen untuk
kelancaran sistem pembayaran.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi dan sebagai kontribusi peneliti dalam proses pengembangan keilmuan
7
mengenai Fintech Office BI berkaitan dengan mata kuliah Manajemen Sistem
Informasi.
3. Akademisi
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai manajemen kinerja Fintech Office
BI serta faktor-faktor yang menentukan efektivitas Fintech Office BI terhadap
kelancaran sistem pembayaran serta dapat menjadi referensi, sumber diskusi bagi
penelitian selanjutnya.
2. Masyarakat
Memberikan informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan oleh
penyelenggara fintech untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran serta
memberikan informasi mengenai perlindungan konsumen dan manajemen risiko
yang dilakukan oleh Fintech Office BI.
3. Bank Indonesia
Meningkatkan manajemen kinerja serta meningkatkan faktor pendukung efektivitas
Fintech Office BI seperti sosialisasi dan edukasi.
F. Kerangka Teori
1 Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil,
tepat dan manjur.102
Sedangkan pada kamus bahasa Indonesia, efektif berarti
membawa dampak baik, mujarab atau manjur.103
Pengertian ini sama seperti yang
102
Krisdianto, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Jakarta:
Barus, 2006), hlm. 74.
103
Hadi Syuaeb, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Solo: Sendang Ilmu, 2009),
hlm.139.
8
dijelaskan oleh Nana, dimana efektif artinya menyelesaikan kegiatan-kegiatan
sehingga dapat mencapai sasaran organisasi.104
Menurut Ulum, efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan
target yang telah ditetapkan. Sedangkan definisi efektivitas menurut Robins adalah
sebagai tingkat pencapaian organisasi jangka pendek dan jangka panjang. Schein
dalam bukunya Organizational Psychology mengemukakan bahwa efektivitas
organisasi adalah kemampuan untuk bertahan, menyesuaikan diri, memelihara diri
dan tumbuh, lepas dari fungsi tertentu yang dimilikinya.105
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan
unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap
organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bisa disebut efektif apabila
tujuan ataupun sasaran yang telah ditetapkan tercapai dan sebaliknya dikatakan
belum efektif apabila tujuan dan sasaran yang ditetapkan belum tercapai.
Selanjutnya Denison mengemukan bahwa ada empat prinsip integratif
mengenai efektivitas kinerja perusahaan. Keempat prinsip ini diberi nama empat
sifat utama (main culture traits) yang mencakup keterlibatan (involvement),
konsistensi (consistency), adaptabilitas (adabtability), dan misi (mission). Empat
sifat utama tersebut dijelaskan sebagai berikut:106
a) Keterlibatan (involvement)
Keterlibatan merupakan faktor utama dalam organisasi, dapat diketahui
bahwa keterlibatan yang tinggi dari anggota-anggota organisasi berpengaruh
104
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 20.
105
Moh Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cetakan Pertama, hlm. 129. 106
Ibid., hlm. 136-138.
9
terhadap kinerja perusahaan khususnya menyangkut manajemen, strategi
perusahaan, struktur organisasi, biaya-biaya transaksi, dan sebagainya.
b) Konsistensi (consistency)
Konsistensi menyangkut keyakinan, nilai-nilai, simbol, dan peraturan-
peraturan yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
c) Adaptabilitas (adabtability)
Adabtabilitas menyangkut kemampuan untuk menyadari dan berinteraksi
pada lingkungan eksternal dan internal.
d) Misi (mission)
Kemampuan perusahaan untuk menetapkan dan menjalankan nilai-nilai
serta peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi untuk
mencapai efektivitas kinerja suatu perusahaan.
Sedangkan teori pengukuran efektivitas menurut Steers ada tiga, yakni
sebagai berikut:107
a) Pencapaian tujuan, terdiri dari beberapa faktor yaitu, kurun waktu dan sasaran
yang merupakan target kongkrit.
b) Integrasi, adalah pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi
dengan berbagai macam organisasi lainnya.
c) Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Jadi, untuk mengetahui tingkat efektivitas dapat diukur dengan cara
membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang
107
Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 53.
10
telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan tidak tepat dan menyebabkan tujuan tidak tercapai atau tidak tepat
sasaran seperti yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak atau belum efektif.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan teori pengukuran
efektivitas menurut Steers untuk mengetahui efektivitas manajemen kinerja Fintech
Office BI dari faktor pendukung dan penghambat dalam upaya melakukan
manajemen risiko dan perlindungan konsumen terhadap kelancaran sistem
pembayaran dengan mepertimbangkan bahwa teori tersebut cocok untuk diteliti
berdasarkan kriteria dari pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi suatu organisasi.
2 Manajemen Kinerja Organisasi
Manajemen kinerja merupakan penggabungan dari kata manajemen dan
kinerja. Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur atau
mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan
fungsi-fungsi manajemen. Jadi, menajemen merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan. 108
Robin Stephen S. dan Cotllter Mary
mengemukakan bahwa manajemen adalah proses pengoordinasi kegiatan-kegiatan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif melalui orang
lain dengan penilaian kinerja.109
Sedangkan Griffin Ricky W. dan Ebert Rinal J. mendefinisikan
manajemen sebagai proses perencanaan dan pengorganisasian sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif, artinya menyelesaikan
kegiatan-kegiatan sehingga dapat mencapai sasaran organisasi. Sedangkan efisien
108
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm. 19. 109
Ibid., hlm. 20.
11
berarti memperoleh output terbesar dengan input terkecil.110
Salah satu fungsi
manajemen adalah perencanaan. Perencanaan memiliki peran penting dan mendasar,
karena perencanaan melihat jauh ke depan dan mewujudkan berbagai cita-cita dan
keinginan yang diharapkan. Dengan begitu, peranan perencanaan menjadi sentral
dalam suatu organisasi.
Joel G. Seigel dan K. Shim mendefinisikan perencanaan adalah pemilihan
tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta merencanakan titik dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut. 111
Amstron dan Baron, mendefinisikan kinerja sebagai
hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. 112
Indra Bastian juga
menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis
(strategic planning) suatu organisasi.113
Sedangkan yang dimaksud manajemen kinerja dalam pembahasan ini adalah
suatu pendekatan baru dalam mengevaluasi kinerja organisasi yang dikenal dengan
performance management. Untuk mengetahui manajemen kinerja Fintech Office BI
dalam upaya melakukan manajemen risiko dan perlindungan konsumen terhadap
kelancaran sistem pembayaran peneliti akan meneliti bagaimana manajer melakukan
pencapaian atas pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi melalui tahapan dan proses
perencanaan kinerja, pengelolaan kinerja, dan penilaian kinerja.
110
Ibid., hlm. 20. 111
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2015),
Cetakan Keempat, hlm. 2. 112
Ibid., hlm. 2. 113
Ibid., hlm. 3
12
3 Teknologi Finansial (Financial Technology)
1) Definisi Fintech
Financial Stability Board (FSB) mendefinisikan fintech sebagai
integrasi dari layanan keuangan dan teknologi yang dapat mentransformasi
model bisnis keuangan konvensional. Sejalan dengan itu, Chris Skinner,
pengamat Fintech dan penulis buku, menyatakan Fintech sebagai sebuah pasar
baru yang mengintegrasikan keuangan dan teknologi, yaitu mengganti dan
menyederhanakan proses tradisional melalui proses berbasiskan teknologi.114
Sedangkan menurut Bank Indonesia (BI), Fintech merupakan penggunaan
teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan,
teknologi, dan atau model bisnis baru.115
Definisi fintech sejalan dengan kondisinya yang sudah mulai merambah
di kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena,
masyarakat tidak dapat dilayani pada industri keuangan tradisional karena dunia
perbankan terikat dengan aturan yang ketat serta keterbatasan industri
perbankan dalam melayani masyarakat di daerah tertentu.116
Adapun kategori
penyelenggara teknologi finansial (Fintech) menurut BI yaitu harus inovatif,
berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat, dapat digunakan secara luas, dan
kriteria lain yang ditetapkan oleh BI.117
114
Farida Peranginangin, dkk., Financial Technology dan Penerapan Regulatory Sandbox
dalam Mendukung Inovasi Sistem Keuangan, (Bank Indonesia: Departemen Kebijakan Sistem
Pembayaran, 2017), hlm. 243-244.
115
Bank Indonesia, Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Teknologi Finansial, hlm.
11, Disampaikan dalam acara Marketing week.com, di Jakarta, tanggal 3 Mei 2018. 116
Financial Technology Perlu Adanya Perlindungan Masyarakat, https://www.goodnews
fromindoneisa.id/2018/02/16/financial-technology-di-indonesia-perlu-adanya-perlindungan-masya
rakat, akses 20 maret 2018. 117
Bank Indonesia, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Penerbitan PBI
No. 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, hlm. 23, Disampaikan dalam
13
2) Kewajiban Penyelenggara Fintech
Penyelenggaraan teknologi finansial yang akan atau telah melakukan
kegiatan yang memenuhi kriteria teknologi finansial pada sistem pembayaran,
wajib melakukan pendaftaran kepada BI sebagaimana yang tertuang dalam
Pasal 5 PBI Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial. Kemudian BI akan mengumumkan penyelenggara teknologi finansial
yang telah terdaftar pada laman resmi BI yaitu www.bi.go.id. Sedangkan
kewajiban penyelenggara teknologi finansial yang terdaftar harus menerapkan
prinsip perlindungan konsumen, menjaga kerahasiaan data, dan atau informasi
konsumen termasuk data dan atau informasi transaksi, menerapkan prinsip
manajemen risiko dan kehati-hatian, serta memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.118
3) Manfaat Fintech
Fintech memiliki beberapa manfaat baik bagi masyarakat, pelaku bisnis
dan ekonomi. Manfaat bagi konsumen yaitu; perluasan pilihan produk,
peningkatan kualitas layanan, dan variasi harga yang ditawarkan lebih murah.
Manfaat bagi pelaku bisnis yaitu; memperpendek rantai transaksi,
meningkatkan efisiensi modal dan resiliensi operasional, meningkatkan iklusi
keuangan, serta memperlancar arus informasi. Sedangkan manfaat bagi
perekonomian yaitu; mempercepat transmisi kebijakan moneter, meningkatkan
kecepatan uang beredar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 119
4) Macam-macam Fintech
acara sosialisasi dengan jajaran Humas dan Penyelenggara Teknologi Finansial di Jakarta, tanggal
8 Desember 2017. 118
Ibid., hlm. 4-5. 119
Bank Indonesia Fintech Office, Financial Technology Perkembangan dan Respon
Kebijakan Bank Indonesia,Disampaikan dalam acara sosialisasi dengan jajaran Humas dan
Penyelenggara Fintech, di Jakarta 25 November 2017 hlm. 11.
14
Berikut adalah empat klasifikasi fintech menurut Bank Indonesia:120
a) Crowdfunding dan Peer to Peer Lending
Crowdfunding sangat berguna untuk melakukan penggalangan dana
seperti untuk mendanai sebuah karya, membantu korban bencana
dan lainnya. Dengan adanya fintech, penggalangan dana dapat
dilakukan secara online, sehingga penggalangan akan lebih mudah
dan efisien. Sedangkan, (Peer to Peer) P2P Lending merupakan
sebuah layanan fintech yang sangat membantu masyarakat UMKM
sehingga mereka dapat meminjam dana dengan mudah walaupun
mereka belum memiliki rekening di bank. Beberapa contoh startup
fintech pada klasifikasi ini yaitu, UangTeman.com dan
TemanUsaha.com untuk contoh pembiayaan dalam bentuk utang.
Wujudkan.com dan Kitabisa.com untuk contoh pembiayaan masal.
Koinworks.com dan Danadidik.com untuk contoh peer to peer
lending. Kredivo.com dan ShootYourDream.com cicilan tanpa kartu
kredit.
b) Market Agregator
Pada klasifikasi ini, fintech akan berperan sebagai pembanding
produk keuangan, dimana fintech tersebut akan mengumpulkan dan
mengoleksi data finansial untuk dijadikan referensi oleh pengguna.
Klasifikasi ini juga dapat disebut dengan nama comparison site atau
financial aggregator. Contohnya, jika seorang konsumen ingin
120
Elen Chandra, “Fintech”, https://www.finansialku.com/definisi-Fintech-adalah/, akses
20 maret 2018.
15
memilih produk KPR, platform fintech akan menyesuaikan data
finansial pribadi konsumen dan memberikan pilihan produk KPR
sesuai dengan data pribadi yang dimasukkan. Pilihan ini akan
diberikan sesuai dengan keinginan dan kemampuan finansial serta
preferensi konsumen. Beberapa contoh startup fintech pada
klasifikasi ini adalah, Cekaja.com dan Kreditgogo.com untuk contoh
pembanding produk keuangan. RajaPremi.com dan Asuransi88.com
untuk pembanding produk asuransi.
c) Risk and Investment Management
Konsep yang ditawarkan fintech dalam klasifikasi ini memiliki fungsi
seperti financial planner yang berbentuk digital. Pengguna akan dibantu
untuk mendapatkan produk investasi yang paling cocok sesuai dengan
preferensi yang diberikan. Selain manajemen risiko dan investasi, pada
klasifikasi ini, juga terdapat manajemen aset, dimana fintech akan
membantu operasional sebuah usaha sehingga lebih praktis. Fintech yang
bergerak dalam bidang perencanaan keuangan (financial planning) juga
tergolong dalam klasifikasi jenis ini. Beberapa contoh Fintech jenis ini
yaitu, Finansialku.com, yang memiliki fokus pada financial education,
untuk meningkatkan literasi keuangan serta perencanaan keuangan.
NgaturDuit.com dan Dompet Sehat sebagai contoh pelacak pengeluaran
untuk pribadi. Jurnal.id dan Sleekr sebagai contoh pelacak pengeluaran
UMKM. Online-Pajak.com untuk pengatur pajak.
d) Payment, Settlement, and clearing
16
Jenis fintech yang tergabung di dalam klasifikasi ini adalah
pembayaran (payments) seperti payment gateway dan e-wallet. Klasifikasi
ini diawasi oleh Bank Indonesia (BI) karena proses pembayaran ini juga
meliputi perputaran uang yang nantinya akan menjadi tanggung jawab BI.
Seperti yang telah disebutkan, payment gateway merupakan sebuah
jembatan antara pelanggan dan e-commerce (perusahaan penyedia jual beli
online) yang difokuskan pada sistem pembayaran.
Adanya fintech yang berbentuk payment gateway, pelanggan dapat
memilih metode pembayaran yang diinginkan. Salah satu contohnya adalah
iPaymu.com. Selain payment gateway, contoh lain fintech dalam klasifikasi
ini yang sangat terkenal adalah uang elektronik dan dompet elektronik (e-
wallet). Uang elektronik merupakan uang yang dikemas dalam bentuk
digital yang mana uang tersebut dapat menjadi alat pembayaran pada
umumnya, untuk berbelanja, membayar tagihan dan lainnya hanya dengan
melalui sebuah aplikasi. Berikut contoh perusahaan fintech dalam bidang
pembayaran yaitu, DoKu, Kartuku (perusahaan pembayaran) dan GCI
Indonesia (Gift Card Indonesia). Sakuku BCA, Uangku Smartfren
(perusahaan pembayaran dengan mobile)
4 Fintech Office Bank Indonesia
1) Pendirian Fintech Office Bank Indonesia
Seiring dengan tingginya terobosan fintech yang begitu besar di tanah air,
membuat Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu regulator keuangan di
Indonesia mendirikan Fintech Office pada November 2016. Fintech Office BI
merupakan wadah asesmen, manajemen risiko, dan evaluasi atas model bisnis
dan produk atau layanan dari fintech, serta inisiator riset terkait kegiatan
17
layanan keuangan berbasis teknologi.121
Pembentukan Fintech Office BI ini
bertujuan untuk menekankan bahwa dalam rangka menghadapi perkembangan
Teknologi Finansial, BI berkomitmen untuk mendorong inovasi dengan tetap
memanajemen risiko yang muncul. Dengan kata lain, peran otoritas adalah
untuk menjaga keseimbangan antara inovasi dan risiko.122
2) Fungsi Fintech Office Bank Indonesia
Fintech Office BI memiliki empat fungsi yakni pertama, sebagai
katalisator atau sebagai wadah dalam pertukaran ide antara regulator dan juga
pelaku industri fintech, atau antara para pelaku industri fintech. Kedua, sebagai
bussiness intelligent akan menjadi Lembaga yang memfasilitasi teknik dan alat
untuk mentransformasi data mentah menjadi informasi terbaru sebagai bahan
analisis. Ketiga adalah sebagai assesment atau pengujian ide dan regulasi yang
akan dikeluarkan dan fungsi yang keempat adalah, Bank Sentral akan
menyediakan wadah koordinasi dan kolaborasi antara pemangku kepentingan di
industri fintech. 123
Fintech Office BI dibentuk guna mengeluarkan aturan-aturan yang
bertujuan mendorong pertumbuhan inovasi-inovasi baru, terutama yang
berkaitan dengan teknologi dan sektor keuangan. Selain itu, Fintech Office BI
dilengkapi pula dengan regulatory sandbox, yang memungkinkan unit usaha
121
Hutabarat Arbonas, “Gubernur BI Resmikan Bank Indoensia Fintech Office”,
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/pages/sambutan-gbi-launching-fintec
h-Office-14Nov2016.aspx, akses 22 April 2018. 122
Sosialisasi Ketentuan Penyelenggaraan Tekfin bersama BI Fintech Office,
https://Fintech.id/news-and-event/news-detail?id=529, akses 20 agustus 2018.
123Fadhly Fauzi Rachman, “Beri Wadah Untuk Pelaku Fintech, BI Resmikan Fintech Office”,
https://finance.detik.com/moneter/d-3344738/beri-wadah-untuk-pelaku-fintech-bi-resmikan-fintec
h-office, akses akses 22 April 2018.
18
fintech melakukan kegiatan secara terbatas, tentunya setelah memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh BI. Regulatory sandbox diberlakukan agar pelaku fintech
yang kebanyakan adalah perusahaan startup dengan skala kecil mendapatkan
kesempatan untuk mematangkan konsep dan berkembang dengan sehat serta
pada waktunya mampu menyediakan layanan finansial yang aman kepada
masyarakat.124
3) Regulatory Sandbox
Inisiatif regulatory sandbox ini dapat dianalogikan sebagai sebuah
laboratorium yang digunakan bersama oleh pelaku fintech dan regulator untuk
menguji model bisnis dan produk atau layanan sebelum masuk ke dalam rezim
perizinan secara penuh. Melalui Regulatory Sandbox, regulator dapat memonitor
secara intensif keberlangsungan fintech dalam parameter risiko yang terjaga. Selain
digunakan untuk evaluasi, hal ini juga memberikan ruang bagi regulator untuk
mengambil langkah antisipatif dan korektif di waktu yang tepat apabila diperlukan,
sehingga data yang dihasilkan dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas
respon kebijakan.125
Fintech Office BI ini juga menjelaskan tentang proses
pendaftaran, perizinan dan persetujuan, pemantauan dan pengawasan, hingga
sanksi yang diberlakukan. BI melakukan pengawasan terhadap sistem pembayaran
dengan maksud untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran.126
124
Hutabarat Arbonas, “Gubernur BI Resmikan Bank Indoensia Fintech Office”,
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/pages/sambutan-gbi-launching-fintec
h-Office-14Nov2016.aspx, akses 22 April 2018. 125
Kunthi Fahmar Sandy, “Ini Empat Fungsi Bank Indonesia Fintech Office”,
https://ekbis.sindonews.com/read/1155326/178/ini-empat-fungsi-bank-indonesia-Fintech-office-
1479138270, akses 21 agustus 2018.
126Sri Tri Subari Mulyati dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran Di Indonesia, Seri
Kebanksentralan Nomor 8 (Jakarta: PPSK BI, 2003), hlm. 2.
19
5. Manajemen risiko
Widigdo Sukarman menjelaskan manajemen risiko sebagai keseluruhan
sistem pengelolaan dan pengendalain risiko yang dihadapi oleh bank yang terdiri
dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen dan organisasi yang ditujukan untuk
memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank yang ditetapkan dalam
corporate plan.127
Siahaan mendefinisikan manajemen risiko adalah suatu perbuatan
(praktik) dengan penggunaan metode dan peralatan untuk mengelola risiko atas
sebuah proyek.128
Sedangkan menurut Bank Indonesia, manajemen risiko adalah
serangkaian prosedur dan metoda yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan suatu
usaha.129
Manajemen risiko merupakan suatu desain prosedur serta implementasi
prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha. Keberadaan manajemen risiko
merupakan antisipasi atas semakin kompleknya aktivitas badan usaha atau
perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi. Kemajuan di bidang teknologi membawa manfaat bagi kehidupan
manusia. Di sisi lain, berpotensi menciptakan risiko yang dapat merugikan
kehidupan.130
Darmawi mendefinisikan manajemen risiko merupakan suatu usaha
untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi.131
127
Taswan, Manajemen Perbankan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), hlm. 296. 128
Siahaan, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Elex Media Computindo, 2007), hlm. 4. 129
Robert Tampubolon, Risk Management Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk
Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm 33. 130
Drs. Kasidi, M.Si, Manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 3.
131Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Edisi Satu,
Cetakan kelima, hlm. 17.
20
Manajemen risiko pada penelitian ini adalah manajemen risiko menurut
definisi dari Bank Indonesia yakni, serangkaian prosedur dan metoda yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko
yang timbul dari kegiatan suatu usaha. Itu berarti peneliti akan meneliti bagaimana
Bank Indonesia khususnya Fintech Offfice bekerja untuk menangani masalah yang
timbul melalui serangkaian prosedur yang ditetapkan.
6. Perlindungan Konsumen
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, perlindungan konsumen
adalah perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa
keuangan.132
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen (UUPK) Nomor 8 Tahun 1998 menyatakan bahwa konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.133
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen.134
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,
keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.135
Jadi, yang
dimaksud perlindungan konsumen dalam penelitian ini adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
132
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan, BAB I, Pasal I, https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/POJK-
tentang-Perlindungan-Konsumen-Sektor-Jasa-Keuangan.aspx, akses 1 Mei 2018. 133
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, BAB I, Pasal 1, http://www.pom.go.id/pom/garam/konsumen.pdf, akses 20 Maret
2018. 134
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi Sistem
Keamanan dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.150 135
R. Serfianto D.P., Iswi Hariyani dan Cita Yustisia Serfiani, Untung dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, dan Uang Elektronik, (Jakarta: Visi Media, 2012), Cetakan Pertama, hlm. 163
21
G. Tinjauan Pustaka
Adapun studi literatur terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Tabel 1.2
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan dan
Perbedaan
1 Immanuel
Adithya
Wulanata
Chrismastianto.
Jurnal Fakultas
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Pelita Harapan
Tangerang,
2017.
Analisis SWOT
Implementasi
Teknologi
Finansial
Terhadap
Kualitas
Layanan
Perbankan
di Indonesia
Analisis SWOT pada
teknologi finansial
memiliki tingkat
efektivitas yang baik
untuk meningkatkan
kualitas layanan
perbankan di
Indonesia, sehingga
perbankan dapat
menjangkau
masyarakat Indonesia
khususnya masyarakat
di daerah 3T yaitu
(terdepan, terluar, dan
terpencil).136
Persamaannya ada
dua faktor dari
analisis SWOT,
yaitu faktor
pendukung
(Strenght) dan
penghambat
(weaknes).
Perbedaannya
peneliti tidak
menganalisis
kualitas layanan
perbankan di
Indonesia, tetapi
menganalisis
kinerja Fintech
Office Bank
Indonesia.
2 Muhammad Said
Hannaf dan
Wimpi Gea
Linkage
Pembiayaan
dan Manajemen
Strategi bisnis linkage
pembiayaan pada
Fintech merupakan
Persamaanya
membahas
manajemen risiko
136
Imanuel Aditya Wulanata Crismastianto, “Analisis SWOT Implementasi Teknologi
Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia”, Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pelita Harapan Tangerang, 2017, http://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view /641, akses
20 April 2018.
22
Seprina Putri
Paper Forum
Riset Ekonomi,
Universitas
Brawijaya, 2017.
Risiko Ber
basis Modal
Sosial Pada
Financial
Technology:
Strategi
Peningkatan
Pembiayaan
Inklusif
bentuk upaya
keberlanjutan
pembiayaan serta
solusi atas problem
pembiayaan
konsumtif dan
terjebaknya pola
pembiayaan
menggunakan akad
murabahah.137
khususnya pada
Fintech.
Perbedaanya
Peneliti mem bahas
manajemen kinerja
bukan strategi
peningkatan
pembiayaan
inklusif.
3 Ni Nyoman
Anita
Candrawati
Jurnal
Mahasiswa
Magister Ilmu
Hukum
Universitas
Udayana, 2016.
Perlindungan
Hukum
Terhadap
Pemegang
Kartu E-Money
Sebagai Alat
Pembayaran
Dalam
Transaksi
Komersial
Perlindungan hukum
bagi pemegang e-
money dilakukan
dalam upaya
perlindungan hukum
secara preventif dan
represif yaitu melalui
aturan-aturan yang
telah di tetapkan oleh
pemerintah serta
penyelesaian sengketa
melalui pengadilan.138
Persamaanya
membahas
perlindungan
konsumen.
Perbedaanya,
penelitian ini fokus
pada perlindungan
konsumen Fintech
yang terdaftar di
Bank Indonesia.
4 Secioktaviany
Zhaskia Ajeng
dan Hudi Asrori
Optimalisasi
Manajemen
Risiko Sebagai
Upaya
Branchless banking
adalah sebuah metode
baru dalam industri
keuangan di
Persamaanya
membahas
manajemen risiko.
Perbedaanya
137
Muhammad Said Hannaf dan Wimpi Gea Seprina Putri, “Linkage Pembiayaan dan
Manajemen Risiko Berbasis Modal Sosial Pada Financial Technology: Strategi Peningkatan”
Paper Forum Riset Ekonomi: Universitas Brawijaya, 2017, https://www.academia.edu
/35184863/Manajemen_Risiko_ Financial_Technology_Aspek_Modal_Sosial.pdf, akses 3 Mei
2018. 138
Ni Nyoman Anita Candrawati, “Perlindungan Hukun Terhadap Pemegang Kartu e-
money Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Komersial”, Jurnal Mahasiswa Magister Ilmu
Hukum Universitas Udayana 2016, https://media.neliti.com/media/publications/44104-ID-
perlindungan-hukum-terhadap-pemegang-kartu-e-money-sebagai-alat-pembayaran-dalam.pdf,
akses 3 Mei 2018.
23
Jurnal,
Universitas
Sebelas Maret
Surakarta, 2016.
Preventif
Risiko Hukum
Pada Bank
Penyelenggara
Branchless
Banking di
Indonesia
Indonesia, dengan
menggunakan agen
sebagai pihak ketiga
untuk memberikan
layanan yang lebih
baik dan lebih mudah
kepada nasabah.139
peneliti fokus
membahas
manajemen risiko
penyelenggara
Fintech yang
terdaftar pada Bank
Indonesia.
5 Muhammad
Sofyan Abidin
Jurnal,
Universitas
Negeri
Surabaya, 2015.
Dampak
Kebijakan
E-Money di
Indonesia
Sebagai Alat
Sistem
Pembayaran
Keuangan
(APMK) Baru
Kebijakan ini
memberikan banyak
manfaat bagi
masyarakat,
mencegah peredaran
uang palsu,
pertumbuhan ekonomi
Indonesia, dan
kestabilan ekonomi
serta APMK telah
menjadi tren baru
sistem pembayaran
dalam masyarakat.140
Persamaanya
membahas tentang
kebijakan
khususnya
kebijakan Bank
Indonesia.
Perbedaanya
peneliti tidak
membahas
kebijakan e-money
melainkan
kebijakan
regulatory sandbox
untuk fintech.
H. Kerangka Pemikiran
Peneliti menggunakan alur berfikir secara kualitatif, dimana manajemen kinerja
Fintech Office BI akan diteliti melalui proses perencanaan, pengelolaan dan penilaian
kinerja. Sedangkan efektivitas Fintech Office BI akan diukur dengan teori Steers yaitu
139
Zhaskia Ajeng Secioktaviany dan Hudi Asrori, “Optimalisasi Manajemen Risiko
Sebagai Upaya Preventif Risiko Hukum Pada Bank Penyelenggara Branchless Banking di
Indonesia”, Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2016, https://media.neliti.com/media/
publications/164668-ID-none.pdf, akes 3 Mei 2018. 140
Sofyan Muhammad Abidin, “Dampak Kebijakan e-money di Indonesia Sebagai Alat
Sistem Pembayaran Baru”, Jurnal Universitas Negeri Surabaya, 2015, http://jurnalmahasiswa.
unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/view/13212/12129, akses 2 Mei 2018.
24
pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi dari faktor pendukung dan penghambat dalam
manajemen risiko dan perlindungan konsumen terhadap kelancaran sistem pembayaran
apakah Fintech Office BI tersebut sudah efektif atau tidak, seperti yang dijelaskan pada
gambar berikut ini:
Gambar 1.4
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: diolah peneliti
Manajemen Kinerja
(Perencanaan, Pengelolaan dan Penilaian
Kinerja)
(
Fintech Office BI
Manajemen risiko dan Perlindungan Konsumen
Kelancaran Sistem
Pembayaran
Faktor Penghambat
(Pencapaian tujuan,
Integrasi dan Adaptasi)
Apakah Efektif?
YA TIDAK
Faktor Pendukung
(Pencapaian tujuan,
Integrasi dan Adaptasi)
25
26
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dekriptif yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan dengan variabel lain.141
Penelitian kualitatif deskriptif ditujukan untuk
mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, mengidentifikasi masalah,
membuat perbandingan atau evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan orang lain
dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan di waktu mendatang. Dengan demikian, penelitian
kualitatif deskriptif hanyalah menguraikan tanggapan terhadap situasi atau peristiwa,
sehingga tidak menjelaskan hubungan kausalitas maupun melakukan uji hipotesis.142
B. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian adalah Fintech Office Bank Indonesia yang dilakukan di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, dimana peneliti memperoleh informasi dari
Manajer yang berkaitan dengan sistem pembayaran, yaitu Ibu Berti Pracimasanti selaku
Manajer Unit Pengawasan Sistem Pembayaran (SP), Pengelolaan Uang Rupiah (PUR)
dan Keuangan Inklusif (KI). Selain itu, peneliti juga memperoleh informasi dari pegawai
maupun staf yang berada di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi,
perwakilan perbankan, serta masyarakat awam dan masyarakat berpendidikan. Penelitian
ini dilakukan dari bulan Januari hingga September 2018. Namun, batasan waktu
141
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), Cetakan
Ke Satu, hlm. 11. 142
Suyanto dan Sutinah, Metode penelitian sosial, (Jakarta: PT Kencana Persada, 2006),
hlm. 35.
27
pengambilan data pada website resmi Bank Indonesia mulai dari 14 November 2016
hingga 14 Mei 2018.
C. Unit analisis
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan sosial situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintegrasi secara sinergis.143
Unit
analisis dalam pengambilan sampel disebut juga dengan teknik sampling. Teknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan
digunakan pada penelitian. Adapun teknik sampling yang sering digunakan pada
penelitian kualitatif ada dua (2) yaitu, purposive sampling dan snowball sampling. Kedua
teknik tersebut dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:144
a) Purposive sampling
Yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya peneliti memilih general manajer sebagai orang
yang dianggap tahu sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi
sosial yang diteliti.
b) Snowball sampling
Adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awal jumlahnya
sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah sumber data yang
sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari
orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data, seperti bola salju yang
menggelinding, lama-lama menjadi besar. Penelitian ini, menggunakan gabungan
dari kedua teknik tersebut, yakni teknik purposive sampling dan snowball sampling.
143
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2017), hlm. 218. 144
Ibid., hlm. 219.
28
Alasan peneliti menggunakan kedua teknik tersebut agar informasi yang disajikan
lengkap serta mampu memberikan data yang memuaskan bagi para pembaca.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data
sekunder.
a) Data primer adalah data yang yang diambil atau dihimpun langsung oleh peneliti.145
Pada penelitian ini sumber data primer diambil dan dihimpun langsung dari Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi yang berkaitan dengan fintech dan sistem
pembayaran, kemudian informan dari masyarakat Provinsi Jambi dan masyarakat
berpendidikan atau mahasiswa.
b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai data
pendukung yang diperoleh dari lapangan. Data sekunder merupakan sumber data
yang sudah tersedia baik melalui media cetak ataupun media elektronik.146
Media
cetak yang dapat dijadikan sumber pada penelitian ini adalah laporan penelitian
sebelumnya, jurnal-jurnal yang telah diterbitkan, baik itu paper atau makalah serta
materi dalam bentuk slide show oleh institusi, dan lain sebagainya. Sementara
sumber dari media elektronik, yaitu dengan mengunjungi situs-situs tertentu pada
internet, seperti website resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id, dan website
resmi lainnya.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode:
a) Wawancara
145
Ridwan, Metedologi dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 24. 146
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta:
Gramedia Publishing, 2013), hlm. 94-95.
29
Wawancara merupakan alat yang baik untuk meneliti pendapat, keyakinan, motivasi,
perasaan dan proyeksi seseorang terhadap sesuatu yang akan ditanyakan.147
Esterberg mengemukakan ada wawancara terstrukur (Structured Interview), semi
terstruktur (Semi Structured Interview), dan tidak terstruktur (Unstructured
Interview).148
Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung baik informan yang berasal dari Bank Indonesia, Perbankan, maupun
masyarakat. Langsung dengan cara face to face, sedangkan tidak langsung melalui
pesawat telepon atau e-mail kepada informan.
b) Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
peneliti terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan untuk memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena atau perilaku berdasarkan pengetahuan dan
gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.149
Sedangkan teknik observasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik observasi partisipasi pasif, dimana
peneliti datang langsung ke Bank Indonesia untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya.150
Sedangkan menurut Sugiono, dokumentasi bisa berupa
147
Ibid., hlm. 83. 148
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2017), hlm. 73-74. 149
Ibid., hlm. 93. 150
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 274.
30
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.151
Adapun bentuk
dokumentasi yang dihasilkan dari penelitian ini berupa buku, majalah, materi slide
show, buku buletin riset sistem pembayaran, buku panduan kegiatan serah terima
Jabatan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dan dokumen
pelengkap lainnya seperti rekaman suara melalui tape recorder, foto atau gambar
saat wawancara telah berlangsung yang dilampirkan pada bab bagian akhir
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Nasution menyatakan bahwa
analisis dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan
dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.152
a) Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki
lapangan. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk ke lapangan.153
b) Analisis data di lapangan model miles dan huberman
Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data, yaitu: data
collection, data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
Langkah-langkah analisis dapat ditunjukkan pada gambar berikut:154
151
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2017), hlm. 75. 152
Ibid., hlm. 245. 153
Ibid., hlm. 246. 154
Ibid., hlm. 247.
31
Gambar 2.1
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
1 2
3
4
1) Data collection
Adalah langkah pertama pada penelitian kualitatif yang dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang di wawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah di analisis dirasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
tertentu hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
2) Data reduction (reduksi data)
Adalah data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu, perlu
dicatat secara teliti dan rinci, semakin lama peneliti ke lapangan, maka akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
3) Data display (penyajian data)
Data collection Data
display
Data
Reduction
Conclusion:
drawing atau
verifying
32
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
4) Conclusion drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisis ini menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
G. Sistematika Penulisan
BAB I: Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka dan
kerangka pemikiran.
BAB II: Berisi metode penelitian yang mencakup, pendekatan penelitian, objek dan
waktu penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data, instrumen
pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan dan
operasionalisasi konsep.
BAB III: Menjelaskan sejarah perkembangan fintech di Indonesia, kedudukan fintech
dalam sistem keuangan, peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran dan
Sharia Complaint financial technology.
BAB IV: Menjelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian.
33
BAB V: Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta dilengkapi
dengan daftar pustaka, daftar informan, instrumen pengumpulan data,
lampiran wawancara, lampiran observasi dan lampiran dokumentasi serta
biodata peneliti.
H. Operasionalisasi Konsep
Terdiri dari definisi teori yang diteliti, unsur-unsur teori yang diteliti dan jenis
data yang diteliti. Konsep ini dimaksudkan untuk mengurangi kekeliruan atau
kesalahpahaman persepsi antara peneliti dengan narasumber dan peneliti dengan
pembaca, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Operasionalisasi Konsep
No Konsep Definisi Konsep Unsur-unsur yang
Diteliti
Jenis
Data
1 Efektivitas Efektivitas merupakan
tingkat pencapaian
organisasi jangka pendek
dan jangka panjang.155
Bagaimana pencapaian
tujuan, jangka pendek
dan jangka panjang
Fintech Office BI
selama ini?
Seperti apa integrasi
dan adaptasi yang
dilakukan oleh BI?
Kualitatif
155
Moh Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cetakan Pertama, hlm. 129.
34
2 Manajemen
Kinerja
Ilmu yang memadukan
seni untuk menerapkan
konsep manajemen yang
memiliki tingkat
fleksibelitas yang
representatif dan
aspiratif guna
mewujudkan visi dan
misi perusahaan dengan
mempergunakan orang
yang ada di organisasi
tersebut secara
maksimal.156
Apa visi dan misi
Fintech Office BI?
Bagaimana pencapaian
kegiatan, dalam
mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi
organisasi melalui
tahapan proses
perencanaan,
pengelolaan, dan
penilaian kinerjanya?
Kualitatif
3 Fintech Office
BI
Merupakan wadah
asesmen, manajemen
risiko, dan evaluasi atas
model bisnis dan produk
atau layanan dari
Fintech, serta inisiator
riset terkait kegiatan
layanan keuangan
berbasis teknologi.157
Seperti apa fungsi
katalisator atau
fasilitator, fungsi
business intelligence,
fungsi asesmen dan
fungsi koordinasi dan
komunikasi pada
Fintech Office BI?
Kualitatif
4 Manajemen
risiko
Digunakan untuk
mengidentifikasi,
mengukur, memantau,
dan mengendalikan
risiko yang timbul dari
kegiatan suatu usaha.158
Apa saja faktor
pendukung dan
penghambat dalam
memanajemen risiko
terhadap kelancaran
sistem pembayaran?
Kualitatif
5 Perlindungan
Konsumen
Adalah segala upaya
yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk
memberi perlindungan
kepada konsumen.159
Apa saja faktor
pendukung dan
penghambat upaya
perlindungan konsumen
terhadap kelancaran
sistem pembayaran?
Kualitatif
156
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2015),
Cetakan Keempat, hlm. 2. 157
Robert Tampubolon, Risk Management Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk
Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm 33. 158
Ibid., hlm. 33. 159
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi Sistem
Keamanan dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 150.
35
6 Sistem
Pembayaran
Sistem pembayaran
adalah suatu sistem
yang mencakup
pengaturan, kontrak atau
perjanjian, fasilitas
operasional, dan
mekanisme teknis yang
digunakan untuk
penyampaian,
pengesahan, dan
penerimaan instruksi
pembayaran, serta
pemenuhan kewajiban
pembayaran melalui
pertukaran nilai antar
perorangan, bank, dan
lembaga lainnya baik
domestik maupun cross
border (antarnegara).160
Bagaimana upaya
Bank Indonesia dalam
mengatur kelancaran
sistem pembayaran?
Kualitatif
160
Sri Tri Subari Mulyati dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, Seri
Kebanksentralan Nomor 8, (Jakarta: PPSK BI, 2003), hlm. 1 dan 2.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Fintech di Indonesia
1) Evolusi Fintech161
Evolusi Fintech sesungguhnya berawal dari inovasi kartu kredit pada tahun
1960-an, kartu debit dan terminal yang menyediakan uang tunai, seperti Anjungan
Tunai Mandiri (ATM/ Automatic Teller Machine) pada tahun 1970-an. Kemudian
disusul dengan munculnya telephone banking pada tahun 1980-an dan beragam
produk keuangan menyusul deregulasi pasar modal dan obligasi pada tahun 1990-an.
Selanjutnya, muncul internet banking yang kemudian mendorong eksisnya
perbankan tanpa cabang (branchless banking) dan aktivitas perbankan yang
dilakukan jarak jauh.
Perubahan ini membuat para nasabah tidak perlu lagi bertemu berhadap-
hadapan dengan pihak bank. Lebih lanjut, muncul teknologi perangkat selular
(mobile) yang lebih memudahkan dalam transaksi keuangan. Perubahan tersebut
telah mendorong munculnya pembiayaan dan intermediasi langsung, yang diprediksi
akan menggantikan pembiayaan tidak langsung dan intermediasi keuangan yang
mahal dan tidak efisien. Ada dua faktor utama yang menggerakkan terjadinya
evolusi dalam inovasi teknologi keuangan, yaitu; kekuatan permintaan (demand
side) dan kekuatan penawaran (supply side).
Faktor yang bersumber dari sisi permintaan antara lain adalah Pertama,
pergeseran preferensi konsumen yang mempengaruhi permintaan (demand)
161
Muhammad Afdi Nizar, “Teknologi Keuangan (Fintech): Konsep dan
Implementasinya di Indonesia”, Warta Fiskal Edisi 5 Desember 2017, hlm 7,
https://www.researchgate.net/ publication /323629323, akses 25 Oktober 2018.
37
konsumen terhadap inovasi. Akses internet yang mudah dan kemampuan pengguna
jaringan internet bertransaksi real-time telah mendorong ekspektasi yang tinggi
terutama menyangkut kenyamanan, kecepatan, biaya yang lebih murah, dan
kemudahan penggunaan layanan keuangan. Selain itu, perubahan preferensi juga
terjadi karena pengaruh faktor demografi yang mendorong permintaan, seperti
akseptansi yang meningkat dari kelompok yang memang tumbuh dengan teknologi
digital (digital natives) dan para millennials. Kedua, evolusi teknologi. Inovasi
teknologi dalam layanan keuangan berkembang dengan pesat dan dengan cara-cara
baru serta memanfaatkan model-model bisnis yang berbeda. Misalnya model bisnis
dengan menggunakan teknologi big data, artificial intelligence (AI), machine
learning, cloud computing dan biometrics.
Sementara itu, faktor penggerak dari sisi penawaran adalah perubahan
regulasi keuangan dan struktur pasar, terutama paska krisis keuangan global
2008/2009. Perubahan tersebut ditujukan untuk mereduksi risiko terjadinya krisis di
masa yang akan datang. Sebutlah misalnya regulasi terkait ketentuan neraca, seperti
persyaratan modal yang lebih tinggi dan leverage yang lebih rendah di sektor
perbankan untuk menangani risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas dan entitas
shadow banking, evaluasi ketahanan (robustness) rezim resolusi dan pemulihan serta
persyaratan stress test. Kombinasi perubahan berbagai regulasi keuangan tersebut
telah menimbulkan banyak perubahan dalam aktivitas keuangan dan yang terkait
dengan penetapan harga (pricing). Akibatnya perusahaan-perusahaan keuangan
tradisional, termasuk bank, didesak untuk menekan biaya dan menggunakan modal
secara lebih efisien, sehingga mengurangi aktivitas perusahaan-perusahaan keuangan
tersebut. Bahkan ada diantaranya yang menarik diri dari sejumlah aktivitas.
Persyaratan modal yang lebih tinggi, misalnya telah mengakibatkan perubahan
38
perilaku sejumlah bank dalam memberikan pinjaman. Hal ini memberikan peluang
bagi pemberi pinjaman online untuk mendapatkan traksi dalam penyediaan kredit
karena bank mengurangi sejumlah pinjaman berisiko. Selain itu, ada kemungkinan
dimana regulasi baru telah menciptakan insentif untuk mengembangkan layanan dan
model bisnis baru dengan solusi fintech.
2) Perkembangan Fintech di Indonesia162
Terjadinya evolusi global dalam inovasi teknologi keuangan juga turut
mempengaruhi perkembangan fintech di Indonesia. Hanya saja indikator yang
tersedia dan dapat digunakan untuk melihat konfigurasi fintech di Indonesia saat ini
masih sangat terbatas. Berdasarkan data yang tersedia, hanya jumlah perusahaan dan
market size yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk menjelaskan konfigurasi
tersebut. Jika dilihat dari jumlah perusahaan, dalam periode sebelum tahun 2006
sudah ada 4 perusahaan fintech yang berkontribusi di Indonesia, kemudian
mengalami peningkatan menjadi 16 perusahaan pada tahun 2007 dan pada tahun
2011 hingga tahun 2012 perusahaan fintech bertambah menjadi 25 perusahaan.
Peningkatan jumlah perusahaan juga terjadi pada tahun 2013 hingga tahun 2014
sebanyak 40 perusahaan dan pada tahun 2015 hingga tahun 2016 jumlah perusahaan
fintech di Indonesia meningkat drastis hingga berjumlah 165 perusahaan. Artinya
dalam dekade terakhir ini telah terjadi tren peningkatan fintech sebesar 40,25 persen.
Sebagaimana data jumlah perusahaan fintech di Indonesia yang dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
162
Ibid., hlm. 8
39
1.82
2.63
2.26
35.5
0 10 20 30 40
2013
2014
2015
2016
Market Size Fintech di Indonesia, 2013 - 2016
Gambar 3.1
Jumlah Perusahaan Fintech di Indonesia
Sumber : Asosiasi Fintech Indonesia dan OJK (2017)
Sedangkan dari sisi market size Indonesia dikatakan sebagai salah satu
negara di kawasan Asia Pasifik dengan laju pertumbuhan pasar (market size)
tertinggi dalam layanan Fintech. Meskipun dalam periode 2013 – 2015, market size
jasa layanan Fintech tumbuh sekitar 24,2% rata-rata per tahun, dalam tahun 2016
menjadi titik balik bagi kegiatan pembiayaan alternatif dengan total nilai
pembiayaan mencapai US$35.35 juta atau setara dengan Rp470,6 miliar. Artinya
terjadi kenaikan yang sangat substansial dibandingkan tahun 2015 yang hanya
mencapai US$2.26 juta (setara dengan Rp30,3 miliar) atau tumbuh dengan laju lebih
dari 1.464% atau terjadi ekspansi yang begitu pesat.
Gambar 3.2
Market Size Fintech di Indonesia, 2013 - 2016
Sumber: CCAF (September 2017).
4 16 25 40
165
0
100
200
<2006 2006-2007 2011-2012 2013-2014 2015-2016
Profil Fintech di Indonesia (Berdasarkan Jumlah Perusahaan)
40
a) Peluang (Opportunities)163
Walaupun belum banyak jenis pilihan model fintech yang tersedia di
Indonesia, namun hampir dapat dipastikan bahwa keberadaan fintech akan
memberikan warna dan membawa implikasi pada layanan jasa keuangan dan
para pihak (stakeholders) di dalam negeri. Pertama, bagi layanan keuangan,
Fintech memiliki potensi untuk memecah (unbundling) dan merestrukturisasi
jasa keuangan yang ada. Keberadaan Fintech bisa memecah konsentrasi yang
terjadi di pasar keuangan sehingga market share akan terdistribusi antar
pesaing yang menawarkan jasa layanan yang sama. Akibatnya, tidak ada lagi
dominasi lembaga perantara (intermediari) keuangan tertentu di pasar
keuangan dan kompetisi yang terjadi berpotensi menurunkan tingkat harga
jasa layanan keuangan. Selain itu, fintech juga akan mengubah kontestabilitas
dalam jasa layanan keuangan karena relatif murahnya biaya bagi pendatang
baru (new entrants) untuk memasuki pasar.
Dengan terpecahnya konsentrasi pasar dan terjadinya perubahan
kontestabilitas dalam jasa layanan keuangan maka komposisi (struktur) jasa
layanan keuangan juga akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut selain
membuka peluang terjadinya diversifikasi dan desentralisasi juga berpotensi
mendorong efisiensi dalam sistem keuangan. Implikasi yang tidak kalah
pentingnya bagi sistem keuangan adalah terciptanya transparansi sehingga
dapat mengurangi, kalaupun tidak dapat menghilangkan informasi yang
163
Muhammad Afdi Nizar, “Teknologi Keuangan (Fintech): Konsep dan Implementasinya
di Indonesia”, Warta Fiskal Edisi 5 Desember 2017, hlm 10, https://www.researchgate.net/
publication /323629323, akses 25 Oktober 2018.
B. Kedudukan Fintech dalam Sistem Keuangan
41
asimetris (asymmetric information) dan memperbaiki kemampuan pelaku
pasar dalam mengelola risiko.
Kedua, keberadaan fintech membuka peluang yang lebih besar bagi
konsumen rumah tangga dan kalangan dunia usaha, termasuk Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) untuk mengakses jasa keuangan. Selain itu fintech juga
menawarkan kemudahan, kecepatan layanan, dan biaya yang lebih murah serta
kenyamanan bagi konsumen dalam menikmati layanan jasa keuangan. Implikasi dan
dividen terpenting dari berbagai manfaat fintech tersebut adalah inklusi keuangan
(financial inclusion). Hal ini lebih lanjut diharapkan akan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan memungkinkan dilakukannya diversifikasi
eksposur terhadap risiko investasi secara keseluruhan.
b) Tantangan (Chalanges)164
Keberadaan fintech selain membawa manfaat juga berpotensi membawa
sejumlah risiko. Risiko fintech yang paling awal ditanggung oleh konsumen,
terutama risiko keamanan data (cyber risks), privasi, dan kepemilikan data serta tata
kelola (governance) data. Risiko ini bisa muncul karena kerentanan sistem dan
proses yang berbasis komputer yang saling terkait dan dapat dimanfaatkan oleh para
hacker untuk kesenangan atau niat kriminal. Risiko yang dihadapi konsumen tentu
saja turut berpengaruh pada operasional (operational risks) perusahaan fintech,
infrastruktur pasar keuangan, atau bahkan sektor-sektor yang rentan terhadap
guncangan. Kristalisasi risiko-risiko tersebut lebih lanjut bisa memiliki dampak
sistemik terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.
164
Ibid., hlm. 11
42
Dengan berbagai implikasi tersebut, peranan regulator menjadi sentral
terutama dalam merancang dan menerapkan regulasi keuangan yang proporsional.
Keberadaan fintech membutuhkan regulasi yang tidak lagi semata-mata tergantung
pada entitas intermediari (entity-based regulation) dan atau aktivitas (activity-based
regulation), melainkan memberikan proporsi yang lebih pada regulasi berbasis
aktivitas. Langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia yakni menetapkan regulasi
bagi para penyelenggara fintech yang aktivitasnya terkait dengan sistem
pembayaran. Hal ini tertuang Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial dan ketentuan
pelaksanaannya dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) Nomor
19/14/PADG/2017 tentang Ruang Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox)
Teknologi Finansial dan PADG Nomor 19/15/PADG/2017 tentang Tata Cara
Pendaftaran, Penyampaian Informasi, dan Pemantauan Penyelenggara Teknologi
Finansial.
Salah satu poin penting yang tertuang dalam peraturan tersebut adalah
ditetapkannya kewajiban para penyelenggara fintech di bidang jasa sistem
pembayaran keuangan untuk melakukan pendaftaran kepada Bank Indonesia. Selain
itu, para penyelenggara diwajibkan untuk melakukan uji coba terbatas atas produk
layanan teknologi dan model bisnis keuangannya dalam regulatory sandbox.
Pendekatan regulatory sandbox ini akan membantu regulator memahami risiko yang
mungkin muncul jika suatu produk fintech digunakan secara luas, namun berada
dalam lingkungan yang terkendali. Ini akan membantu para penyelenggara fintech,
terutama perusahaan pemula (start-up), untuk menguji produk tanpa harus
menanggung biaya penuh regulasi atau menghadapi tindakan penegakan hukum.
43
C. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran165
Dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini, telah melahirkan pola pemikiran
baru yang turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Ketika mekanisme
pembayaran dituntut untuk selalu mengakomodir setiap kebutuhan masyarakat dalam hal
perpindahan dana secara cepat, aman dan efisien, maka inovasi-inovasi teknologi
pembayaran semakin bermunculan dengan sangat pesat. Memberikan jawaban dengan
berbagai fasilitas kemudahan dan semakin tiada batas. Bank Indonesia dituntut untuk
selalu memastikan bahwa setiap perkembangan sistem pembayaran harus selalu berada
pada koridor ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan
jalannya kegiatan sistem pembayaran.
Berkaca pada kondisi tersebut, perkembangan sistem pembayaran tidak pernah
terpisahkan dengan inovasi-inovasi infrastruktur teknologi, maka perkembangan sistem
pembayaran di Indonesia saat ini mengarah pada upaya penguatan infrastruktur dan
pengembangan sistem dengan bertopang pada kemajuan teknologi informasi. Industri
pembayaran baik yang melibatkan bank maupun lembaga selain bank berlomba-lomba
melakukan pengembangan sistem pembayarannya. Bahkan saat ini peranan Lembaga
Selain Bank (LSB) di dalam penyelenggaraan sistem pembayaran semakin nyata dengan
semakin banyaknya LSB yang melakukan kerjasama dengan perbankan baik
sebagai penyedia jaringan dan tidak menutup kemungkinan sebagai penerbit dari
instrumen-instrumen pembayaran tersebut.
Bank Indonesia sebagai penyelenggara kegiatan setelmen transaksi-transaksi
melalui Sistem Bank Indonesia (BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI), dan Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) juga
165
https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/di-indonesia/Contents/Default.aspx, akses
28 Oktober 2018
44
terus berupaya memperbaiki dan memperbaharui mekanisme sistem yang ada agar selalu
efisien, aman dan sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat
yang selalu berkembang. Bank Indonesia adalah lembaga yang mengatur dan menjaga
kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Sebagai otoritas moneter, bank sentral
berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, Bank Indonesia juga
memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan
pengawasan (oversight) atas SPN.
Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically
important), bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar
bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Selain itu masih
ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem kliring antarbank
untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga
yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah.
Bank Indonesia juga berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang
sudah tak berlaku dari peredaran.
Berbekal kewenangan tersebut, Bank Indonesia pun menetapkan sejumlah
kebijakan dari komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh
dipergunakan di Indonesia. Bank Indonesia juga menentukan standar alat-alat
pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan atau memproses
alat-alat pembayaran tersebut. Bank Indonesia juga berhak menetapkan lembaga-
lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem
kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem
saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa
menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya Bank Indonesia juga mesti
45
menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata kelola
(governance) SPN.
Adapun komitmen Bank Indonesia untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran
merupakan salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Tentang Bank Indonesia. Dengan demikian Bank Indonesia senantiasa
berupaya dan memastikan kelancaran sistem pembayaran, termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan perlindungan konsumen.166
Oleh sebab itulah, kenapa pentingnya
peranan Bank Indonesia dalam menjaga kelancaran sistem pembayaran terutama di era
teknologi finansial yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sistem pembayaran.
Sehingga, kelancaran sistem pembayaran perlu di atur dan diawasi oleh Bank Indonesia
terhadap penyelenggara teknologi finansial atau Fintech demi menjaga perlindungan
konsumen dan manajemen risiko.
D. Sharia Compliant Financial Technology
a. Larangan Utama dalam Transaksi Keuangan Syariah167
1) Bunga (Riba)
Larangan yang paling utama dalam hukum syariah adalah riba yang berarti
tambahan. Tambahan dalam meminjamkan uang dengan bunga tertentu.
Riba juga diartikan sebagai peningkatan modal yang tidak dapat dibenarkan.
Sedangkan jangkauan larangan riba cakupannya lebih luas dari sekedar
bunga pinjaman. Belakangan ini transaksi peminjaman yang diberikan oleh
fintech kepada masyarakat melibatkan bunga didalamnya sehingga dalam
166
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manager Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, tentang Komitmen BI Jambi Untuk Tetap
Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran di Jambi, tanggal 2 September 2018. 167
Maria Todorof, Shariah-compliant Fintech in the banking industry,
https://doi.org/10.1007/s12027-018-0505-8, akses 23 Oktober 2018.
46
hukum keuangan syariah fintech menembus batas syariah yang sebelumnya
telah diatur dalam Al-Qur’an.
4. Spekulasi/Perjudian (Qimar)
Secara harfiah al-qimar berarti taruhan. Ini mengacu pada game atau
permainan berupa peluang dimana selalu ada dua pihak yang menang dan
ada pihak yang kalah. Praktik ini dapat dengan mudah ditemukan di
beberapa Instrumen keuangan konvensional karena sifat dasarnya adalah
spekulatif. Secara eksplisit hal ini dilarang oleh hukum keuangan syariah.
5. Penghasilan yang belum diakui (Maysir)
Maysir adalah istilah yang lebih luas dan mencakup perjudian. Alasan
mengapa hukum Syariah melarang jenis pendapatan maysir karena
pendapatan berdasarkan pada keberuntungan, bukan berdasarkan pada
keuntungan, yang diperoleh melalui pertimbangan atas risiko yang terjadi.
6. Risiko / ketidakpastian (Gharar)
Dalam praktik konvensional gharar merupakan transaksi yang sulit untuk
diukur tingkat ketidakpastiannya. Apakah risiko tersebut dapat
dikualifikasikan sebagai ketidakpastian. Seperti sebuah iklan yang
menawarkan berbagai kelebihan dan keunggulan suatu produk tanpa adanya
persyaratan dan kontrak yang jelas.
7. Larangan atas Perdagangan beberapa jenis produk dan industri
Hukum Syariah melarang perdagangan produk seperti alkohol, babi (dan
semua daging yang tidak disembelih sesuai dengan hukum Syariat Islam),
tembakau, obat-obatan terlarang dan kegiatan ilegal, senjata, terutama yang
47
menyebabkan kerusakan dan industri hiburan (seperti hiburan dewasa,
beberapa jenis musik dan film non-Islam serta perjudian). Jika produk
Fintech terindikasi melalukan perdagangan yang telah disebutkan tadi maka
jelas hal tersebut tidak akan diizinkan dalam hukum keuangan syariah.
b. Implementasi Fintech dalam Sharia compliant
Sebelum fintech hadir, keuangan Islam terlebih dahulu menawarkan solusi
keuangan inovatif untuk pasar yang kurang terlayani. Solusi yang dimaksud bukan
berarti solusi fintech, namun pada aspek ini menyangkut aspek Syariah yang berkaitan
dengan seberapa cepat hukum Islam dapat menyerap inovasi. Karena usia fintech yang
relatif muda maka Keuangan Islam menawarkan sejumlah fitur yang nyaman.168
Fitur-fitur tersebut misalnya, tidak adanya pilihan yang lebih luas dalam
instrumen investasi yang sesuai dengan syariah. bisa menjadi suatu masalah
tertentu, jika kita mempertimbangkan investasi jangka pendek. Selain itu,
bank-bank Syariah sangat kaku karena tidak mendukung pemberian pinjaman
pribadi. bank syariah lebih memilih untuk langsung berinvestasi melalui
produk-produk musyarakah dan mudharabah. Namun, bank syariah lebih
likuid. Karena lebih suka bermain aman dengan mengamankan ekuitas atau
rasio utang yang mendukung ekuitas, sampai pada tingkat yang lebih besar
daripada yang biasanya terlihat pada bank konvensional. Di sisi lain, harapan
pengembalian cepat pada pinjaman pemohon bank, khususnya yang jangka
panjang bertentangan dengan salah satu prinsip Syariah, yaitu, memelihara
168
Maria Todorof, Shariah-compliant Fintech in the banking industry, ERA (Europaiche
Rechtsakademie Academy of European Law), hlm. 4, https://doi.org/10.1007/s12027-018-0505-8,
akses 23 Oktober 2018.
48
kekayaan yang diciptakan oleh tenaga kerja dan usaha seperti risiko
spekulasi.169
Konsekuensi dari masalah ini adalah keseluruhan dari masyarakat Muslim
tidak terwakili dalam konteks jasa keuangan. Tidak hanya ini diskriminatif,
tidak adil dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah (yang berusaha
untuk mencapai keadilan, sosial inklusi dan distribusi kekayaan yang seimbang
dalam masyarakat), tetapi juga tidak berpandangan jauh ke depan sehubungan
dengan pengembangan sistem layanan keuangan berbasis Syariah yang efisien.
Regulasi merupakan pedoman hukum yang kompleks dalam perbankan
maupun kegiatan jasa keuangan lainnya dalam mewujudkan kegiatan operasional
sesuai dengan aturan. Regulasi mengenai kewajiban melaporkan kegiatan kepatuhan
syariah di Indonesia, termasuk pada penerapan financial technology bank syariah
belum disediakan secara rigid. Pada praktiknya, laporan kepatuhan syariah di
Indonesia hanya sebatas ditunjukan melalui laporan yang difatwakan oleh Dewan
Pengawas Syariah. Standar Syariah Internasional AAOIFI di Indonesia berperan
sebagai base of guidelines, sedangkan di negara dengan pelaksanaan perbankan
syariah yang maju menempatkan standar ini sebagai mandatory base. Pada
pelaksanaannya, peranan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah
Nasional (DSN) dalam mengawasi pelaksanaan prinsip syariah pada bank syariah
belum terlaksana secara optimal.170
169
Ibid., hlm. 5-6 170
Firdaus Fahmi, Febiola Agnes, dan Faiqoh Silvana, Ketegasan Regulasi Laporan
Ketaatan Syariah dalam Optimalisaisi Financial Technology Lembaga Keuangan Syariah, Islamic
Banking and Finance Journal, Perisai, Vol 1 (3), October 2017, hlm. 67-68.
http://doi.org/10.21070/ perisai.v1i3.1173, akses 5 November 2018.
49
Sedangkan Industri keuangan syariah sekarang harus berekspansi menjadi jasa
keuangan berbasis teknologi finansial (fintech).171
Maka dari itu, pentingnya regulasi
mengatur para pelaku fintech untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat akan
kemudahan yang ditawarkan serta dapat diterima dengan cepat inovasi yang
berkembang dan diharapkan mampu mengatasi permasalahan ekonomi nasional yang
ada belakangan ini. Seperti krisis kepercayaan terhadap kepatuhan syariah yang
diterapkan untuk pelaku fintech.
171
Fuji Pratiwi, Industri Keuangan Syariah Harus Memasuki Fintech,
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/17/10/04/oxa1ah440-industri-keuang
an-syariah-harus-masuki-fintech, akses 5 November 2018.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Manajemen Kinerja Fintech Office Bank Indonesia
Manajemen kinerja merupakan pencapaian atas pelaksanaan suatu kegiatan,
program, atau kebijakan dalam mewujudkan tujuan, visi dan misi organisasi melalui
tahapan dan proses perencanaan, pengelolaan, dan penilaian kinerja. Adapun tujuan
didirikannya Fintech Office Bank Indonesia yaitu:
1. Memfasilitasi perkembangan inovasi dalam ekosistem keuangan berbasis teknologi
di Indonesia.
2. Mempersiapkan Indonesia untuk mengoptimalkan perkembangan teknologi dalam
rangka pengembangan perekonomian.
3. Meningkatkan daya saing industri keuangan berbasis teknologi Indonesia.
4. Menyerap informasi dan memberikan umpan balik untuk mendukung perumusan
kebijakan BI, sebagai respons terhadap perkembangan teknologi.
Sedangkan visi dari pembentukan Fintech Office Bank Indonesia adalah:
“Menjadi wadah asesmen, manajemen risiko, dan evaluasi atas model bisnis dan
produk atau layanan dari fintech, serta inisiator riset terkait kegiatan layanan keuangan
berbasis teknologi.” 172
a) Perencanaan Kinerja Fintech Office Bank Indonesia
Demi tercapainya empat tujuan utama Fintech Office BI, Bank Indonesia akan
beroperasi dengan empat fungsi yaitu:
1. Fungsi katalisator atau fasilitator
172
Pidato: Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, “Launching Bank
Indonesia Fintech Office Jakarta, 14 November 2016”, https://www.bi.go.id/id/ruang-
media/pidato-dewan-gubernur/Pages/Sambutan-GBI-Launching-Fintech-Office-14Nov2016.aspx,
akses 28 maret 2018.
51
2. Fungsi business intelligence
3. Fungsi asesmen
4. Fungsi koordinasi dan komunikasi.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Junanto Herdiawan selaku Acting
Head of Fintech Office Bank Indonesia pada masa jabatannya tahun 2017 tentang
empat (4) fungsi yang dijalankan dalam rangka mencapai empat tujuan utama:
“Fungsi katalisator atau fasilitator yaitu pertukaran ide inovatif dari berbagai pelaku
Fintech dengan sering mengadakan pertemuan secara rutin dengan para pelaku-
pelaku Fintech di tanah air, kemudian fungsi business intelligence adalah melakukan
komunikasi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak dari luar negeri, lembaga
internasional, melihat bagaimana perkembangan Fintech di negara-negara lain dan
bagaimana regulator mengurus ini. Sedangkan fungsi asesmen yakni memantau dan
memetakan potensi risiko. Dalam hal ini, BI akan membuat sebuah peraturan untuk
Fintech atau semacam wahana laboratorium disebut Regulatory Sandbox atau kotak
pasir ini adalah sebuah wilayah secara maya yaitu pelaku-pelaku Fintech bisa
beroperasi secara terbatas di dalam itu, jadi inovasi dibiarkan berkembang tapi
dimasukkan dalam kotak, artinya dilihat oleh Bank Indonesia bagaimana potensi
risikonya, bagaimana impikasi lain-lainnya dan sampai pada tahap-tahap tertentunya
nanti setelah pelaku Fintech keluar baru diatur lebih lanjut bagaimana
perkembangannya. Syaratnya dia harus inovatif dan harus memiliki manfaat bagi
masyarakat dan yang terakhir adalah fungsi koordinasi dan komunikasi dimana kita
memberikan pemahaman atas kerangka pengaturan yang ada, dan mendorong
harmonisasi regulasi lintas otoritas.”173
Adapun upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia provinsi Jambi dalam
mendukung perencanaan jangka panjang Bank Indonesia Fintech Office, yaitu salah
satunya dengan mengadakan kegiatan kampanye Gerbang Pembayaran Nasional
(GPN) yang telah dilaksanakan di Jalan Ahmad Yani Nomor 14 Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi pada hari minggu tanggal 16 September 2018.
173
Dokumentasi: Video dokumenter Fintech oleh Plt Kepala BI Fintech Office, Junanto
Herdiawan, https://www.youtube.com/watch?v=Mcvx69lPA9g, akses 28 Maret 2018.
52
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Bayu Martanto selaku Pimpinan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa:
“Salah satu tugas BI adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
maka kegiatan GPN ini dalam rangka mewujudkan sistem pembayaran yang lancar,
aman, efisien dan andal serta memperhatikan perkembangan informasi, komunikasi,
teknologi dan inovasi.”174
Melalui perencanaan jangka panjang dan jangka pendek yang ditetapkan,
Bank Indonesia menjalankan tugasnya melalui tiga hal yakni, Pertama perlindungan
konsumen dan manajemen risiko. Kedua, melakukan pemetaan industri fintech di
Indonesia, dan yang ketiga yaitu membuat regulasi terkait inovasi baru.
Implementasi tiga hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh Bank Indonesia diantaranya tertuang dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) antara lain,
sebagai berikut:
1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan
Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan
Pemrosesan Transasksi Pembayaran.
3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial.
4) Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/14/PADG/2017 Tentang Ruang
Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial.
174
Wawancara: Bayu Martanto, selaku Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, tentang Tujuan Kegiatan Kampanye GPN, tanggal 16 September 2018.
53
Sedangkan untuk mencapai visi Fintech Office BI, Bank Indonesia
melakukan evaluasi, asesmen, dan menyusun analisis untuk manajemen risiko terkait
fintech, memberikan dukungan terhadap pengembangan fintech agar dapat berperan
sebagai aset dalam menunjang perekonomian nasional, menyediakan one stop
services bagi industri fintech untuk memahami kebijakan dan kerangka pengaturan
Bank Indonesia dalam mendukung pengembangan fintech. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Berti Pracima Santi selaku Manajer Unit Pengawasan Sistem
Pembayaran (SP), Pegelolaan Uang Rupiah (PUR) dan Keuangan Inklusif (KI):
“Kalo untuk mencapai visi Fintech Office, Bank Indonesia tentu akan melakukan
evaluasi atas hasil percobaan para pelaku fintech seletah keluar dari regulatory
sandbox. Regulatory sandbox itu sebenernyakan media yang dibikin sama BI
Fintech Office untuk perusahaan-perusahaan startup. Regulatory sandbox itu kayak
tempat bermain sebenernya, bayangannya. Jadi nih, aku punya ide, banyak banget,
trus aku mainnya cuma’ di tempat bermainnya itu tok. Trus nanti, di coba coba coba
nanti akan ada tiga (3) hasilnya, berhasil, tidak berhasil, atau kriteria lain sesuai
dengan parameter BI. Kalo berhasil, baru aku boleh jualan model bisnis itu di luaran.
Kalo tidak berhasil, jelas aku gak bisa jualan. Kalo untung, katakanlah BI punya
kriteria yang lain. Jadi, misalkan bisa dilakukan sepanjang si fintech nya menambah
sesuai ketentuan BI, baru bisa jualan. Jadi, Regulatory sandbox itu sebenernya
menyediakan tempat bermain untuk perusahaan-perusaaan startup.”175
Sedangkan dalam rangka menunjang perekonomian nasional Bank Indonesia
Provinsi Jambi turut berkontribusi untuk mengadakan sosialisasi guna mendukung
perkembangan fintech dalam menunjang perekonomian nasional sebagaimana misi
yang terdapat pada butir b. Hal ini di paparkan oleh Ibu Berti Pracimasanti selaku
Manajer Unit Pengawasan Sistem Pembayaran (SP), Pegelolaan Uang Rupiah (PUR)
dan Keuangan Inklusif (KI) bahwa:
175
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manajer Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
tentang Regulatory Sandbox, tanggal 5 Mei 2018.
54
“Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran Fintech Office BI, kegiatan yang telah
dilakukan oleh KPw BI Provinsi Jambi dalam mendukung tujuan dan sasaran
tersebut diantaranya yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi dengan pengembangan
industri fintech antara lain, seminar tentang peran fintech dalam mendukung
pengembangan UMKM berbasis ekonomi kreatif pada tanggal 10 Oktober 2017
yang lalu dan memfasilitasi pengembangan salah satu UMKM binaan kantor
perwakilan BI Provinsi Jambi melalui salah satu perusahaan fintech di Indonesia.”176
Kemudian, menyediakan one stop services bagi industri fintech untuk memahami
kebijakan dan kerangka pengaturan Bank Indonesia dalam mendukung
pengembangan fintech dengan cara memberikan pelayanan yang baik serta fasilitator
bagi para pelaku fintech yang membutuhkan pengembangan sumber daya manusia.
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak A. Pandu Wirawan selaku Asisten Direktur
Kepala Tim Sistem Pembayaran (SP), Pengelolaan Uang Rupiah (PUR), dan
Layanan Administrasi (LA):
“One stop services itu mulai dari perizinan hingga sebagai fasilitator bagi para
pelaku fintech yang membutuhkan untuk difasilitasi. Misalkan ada fintech yang mau
membuat produk baru, terus dia mau mencobanya di regulatory sandbox. Kalo
misalkan sudah bermain di regulatory sandbox, kemudian pengembangannya nanti
kira-kira bagaimana, dan misalkan mereka butuh difasilitasi untuk ditemukan sama
yang ahli-ahli, maka BI bisa memfasilitasinya.”177
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa perencanaan kinerja Fintech Office
Bank indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek
dilakukan dengan empat fungsi utama yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi
business intelligence, fungsi asesmen, fungsi koordinasi dan komunikasi. Sedangkan
perencanaan untuk mencapai visi Fintech Office BI yaitu dengan menjadikan Bank
Indonesia sebagai fasilitator antara regulator dengan inovator dalam melakukan
percobaan terkait inovasi fintech yang bergerak di bidang sistem pembayaran,
176
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manager Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
tentang Perencanaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Fintech Office BI, tanggal 22 Juni 2018. 177
Wawancara: A. Pandu Wirawan, selaku Asisten Direktur Kepala Tim Sistem
Pembayaran (SP), Pengelolaan Uang Rupiah (PUR), dan Layanan Administrasi (LA), tentang One
Stop Service, tanggal 5 Juni 2018.
55
melakukan evaluasi, asesmen, dan menyusun analisis untuk mitigasi risiko terkait
fintech, memberikan dukungan terhadap pengembangan fintech agar dapat berperan
sebagai aset dalam menunjang perekonomian nasional, menyediakan one stop
services bagi industri fintech untuk memahami kebijakan dan kerangka pengaturan
Bank Indonesia dalam mendukung pengembangan fintech.
b) Pengelolaan Kinerja Fintech Office BI
Setelah Bsnk Indonesia melakukan perencanaan dengan yang baik maka,
selanjutnya adalah melihat pengelolaan kinerja Bank Indonesia, dalam rangka
memastikan bahwa rencana yang sudah disepakati Bank Indonesia yang telah
tertuang dalam berbagai kebijakan diperlukan umpan balik terhadap pencapaian
kinerja untuk meninjau serta memperbaharui sasaran. Salah satu pengelolaan
tersebut dapat dilihat dari umpan balik atas kebijakan regulatory sandbox yang
merupakan sebuah wadah khusus bagi para inovator di industri fintech yang
memiliki produk-produk inovatif, namun terkendala regulasi yang belum ada atau
tertinggal relevansinya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Berti Pracimasanti selaku Manajer
Unit Pengawasan Sistem Pembayaran (SP), Pegelolaan Uang Rupiah (PUR) dan
Keuangan Inklusif (KI) mengenai regulatory sandbox:
“Regulatory sandbox itu kayak kotak pasir. Jadi, startup-startup yang punya proses
bisnis baru atau produk-produk baru, gakpapa silahkan mainnya disitu, di awasi, tapi
dengan jumlah customer yang tertentu. Jadi, dia belum publish di seluruh Indonesia.
Nah itu, bener-bener yang tertentu aja dan bener-bener di awasi oleh Fintech Office
kira-kira nanti akan ada dampaknya apa nggak. Kalo dampaknya positif, dan
mitigasi risikonya sudah oke maka perusahaan startup bisa keluar dari regulatory
sandbox itu bisa melanjutkan usahanya dan bisa dikembangkan.”178
178
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manager Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
tentang Regulatory Sandbox, tanggal 5 Mei 2018.
56
Sebelum masuk ke proses regulatory sandbox, penyelenggara fintech
terlebih dahulu harus masuk ke salah satu kategori yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, diantaranya yaitu sebagai berikut:179
a) Kategori Sistem Pembayaran, yakni mencakup otorisasi, kliring, penyelesaian
akhir, dan pelaksanaan pembayaran. Contoh penyelenggaraan teknologi
finansial pada kategori sistem pembayaran ini antara lain: penyelenggara
transfer dana, uang elektronik, dompet elektronik, dan mobile payments.
b) Kategori Pendukung Pasar, yakni teknologi finansial yang menggunakan
teknologi informasi dan teknologi elektronik untuk memfasilitasi pemberian
informasi yang lebih cepat dan lebih murah terkait dengan produk dan/atau
layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Contoh: penyelenggaraan fintech
pada kategori pendukung pasar (market support) antara lain penyediaan data
perbandingan informasi produk atau layanan jasa keuangan.
c) Kategori Manajemen Investasi dan Manajemen Risiko, contoh penyelenggaraan
teknologi finansial pada kategori manajemen investasi dan manajemen risiko
antara lain: penyediaan produk investasi online dan asuransi online.
d) Kategori Pinjaman, Pembiayaan, dan Penyediaan Modal, contoh
penyelenggaraan teknologi finansial pada kategori pinjaman (lending),
pembiayaan dan penyediaan modal (capital raising) antara lain: layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi informasi (peer-to-peer lending) serta
pembiayaan atau penggalangan dana berbasis teknologi informasi
(crowdfunding).
179
Data sekunder: Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, BAB II, Pasal 3, Ayat (1).
57
e) Kategori Jasa Finansial Lainnya, yaitu teknologi finansial selain kategori sistem
pembayaran, pendukung pasar, manajemen investasi dan manajemen risiko,
serta pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal.
Jika perusahaan penyelenggara fintech sudah termasuk dalam salah satu
kategori yang telah dietapkan tersebut maka, mitigasi risiko dan perlindungan
konsumen juga perlu diperhatikan, sebagaimana ketetapan yang diberlakukan sama
untuk seluruh penyelenggara fintech agar mengikuti proses pendaftaran sebagai
penyelenggara teknologi finansial yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial dan PADG
Nomor 19/15/PADG/2017 Tetang Tata Cara Pendaftaran, Penyampaian Informasi
dan Pemantauan Penyelenggara Teknologi Finansial.180
Oleh karena itu, penyelenggara teknologi finansial harus mengikuti alur dari
ruang lingkup pengaturan yang ada. Alur tersebut mulai dari tahap pendaftaran,
presentasi, regulatory sandbox, perizinan dan persetujuan, pemantauan dan
pengawasan. Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.1
Alur Pengaturan Bagi Penyelenggara Fintech181
180
Data Sekunder: PBI Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial dan PADG Nomor 19/15/PADG/2017 Tetang Tata Cara Pendaftaran, Penyampaian
Informasi dan Pemantauan Penyelenggara Teknologi Finansial. 181
Data Sekunder: PBI Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial dan PADG Nomor 19/15/PADG/2017 Tetang Tata Cara Pendaftaran, Penyampaian
Informasi dan Pemantauan Penyelenggara Teknologi Finansial.
5a 5b
58
Penjelasan alur:
1) Penyelenggara Teknologi Finansial (PTF) mengajukan pendaftaran atau
penyampaian informasi ke Bank Indonesia (BI).
2) Bank Indonesia (BI) melakukan tahap analisa tehadap Produk, Layanan,
Teknologi dan Model (PLTM).
3) Penyelenggara Teknologi Finansial (PTF) melakukan persentasi Produk,
Layanan, Teknologi dan Model (PLTM) kepada Bank Indonesia (BI).
4) Tim panel di Bank Indonesia (BI) menetapkan Penyelenggara Teknologi
Finansial (PTF) dan Produk, Layanan, Teknologi dan Model (PLTM) serta
skenario.
5) Penyelenggara Teknologi Finansial (PTF) melaksanakan uji coba di Regulatory
Sandbox sesuai skenario.
a) Jika Penyelenggara Teknologi Finansial (PTF) tidak berhasil, maka harus
dihentikan
b) Jika Penyelenggara Teknologi Finansial (PTF) berhasil, maka ke tahap
selanjutnya yaitu perizinan
6) Bank Indonesia melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap
Penyelenggara Teknologi Finansial yang telah terdaftar.
Jika Berhasil,
Lanjut ke Perizinan
Jika PTF tidak
berhasil, dihentikan
6 Pemantauan dan
Pengawasan
5
59
Sedangkan proses yang terdapat pada Regulatory Sandbox, penyelenggara
fintech harus memenuhi beberapa prinsip seperti; Criteria-Based Process,
transparansi, proporsionalitas, keadilan, kesetaraan dan forward looking.182
1) Criteria-Based Process, yaitu prinsip yang diterapkan dalam proses uji coba
dengan memperhatikan pemenuhan kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia
yaitu bersifat inovatif, dapat berdampak pada produk, layanan, teknologi dan
atau model bisnis finansial yang eksis, dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, dapat digunakan secara luas dan kriteria lain yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
2) Transparansi, adalah prinsip yang dilakukan melalui publikasi hasil regulatory
sandbox secara berkala.
3) Proporsionalitas, dilakukan dengan mempertimbangkan jenis, skala, dan risiko
dari produk, layanan, teknologi, dan atau model bisnis yang diuji coba.
4) Keadilan (fairness), yaitu memastikan penyelenggara memperlakukan
konsumen secara adil dan tidak diskriminatif serta memastikan penyelenggara
memberikan jasa sistem pembayaran yang akurat dan aman baik dari aspek;
aturan, kelembagaan, mekanisme, infrastruktur, dan instrumen dan alat
pembayaran.
5) Kesetaraan (Equal Treatment), yaitu penyelenggara memberikan perlakuan
yang sama kepada setiap konsumen terhadap layanan jasa sistem pembayaran
dengan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen.
6) Forward Looking dalam regulatory sandbox ini yaitu, selalu
mempertimbangkan potensi pengembangan ke depan agar lebih memberikan
182
Data Sekunder: Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/14/PADG/2017 Tentang Ruang Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial, BAB IV, Pasal 8, Ayat (1).
60
manfaat kepada masyarakat antara lain lebih murah, lebih mudah, dan lebih
cepat sedangkan manfaat bagi perekonomian yaitu membuka lapangan kerja
baru, memperlancar transaksi ekonomi dan membawa efisiensi dalam transaksi
ekonomi.
Sedangkan jangka waktu yang dibutuhkan dalam uji coba pada regulatory
sandbox ditetapkan paling lama 6 bulan yang terhitung sejak tanggal penetapan dari
Bank Indonesia atau pra sandbox setelah Bank Indonesia menyetujui usulan atas
skenario yang diajukan oleh penyelenggara teknologi finansial. Jangka waktu yang
dimaksud dapat diperpanjang 1 kali untuk waktu paling lama 6 bulan. Perpanjangan
diajukan secara tertulis oleh penyelenggara teknologi finansial kepada Bank
Indonesia paling lambat 1 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu pelaksanaan uji
coba sandbox dan penyelenggara teknologi finansial harus menginformasikan alasan
dan jangka waktu perpanjangan yang dibutuhkan dengan cara mengajukan
permohonan secara tertulis.183
Sedangkan prinsip perlindungan konsumen bagi penyelenggara fintech
sebagai penyedia jasa sistem pembayaran dimuat dalam Peraturan Bank Indonesia
diantaranya meliputi:184
a. Keadilan dan kehandalan, yaitu pihak penyelenggara fintech memperlakukan
konsumen secara adil dan tidak diskrminatif.
b. Transparansi, artinya memberikan informasi secara jelas dan lengkap dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
183
Data Sekunder: Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/14/PADG/2017 Tentang Ruang Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial, BAB IV, Pasal 16, Ayat (1).
184Data Sekunder: Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang
Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran, BAB IV, Pasal 24, Ayat (2).
61
c. Perlindungan data dan informasi, yaitu menjaga kerahasiaan dan keamanan
data dan informasi.
d. Penanganan dan penyelesaian pengaduan secara efektif, efisien, responsif, dan
tepat.
Jangkauan perlindungan konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia
sebagai pengawas jasa sistem pembayaran mencakup dari awal hingga ke konsumen
terakhir sebagaimana yang dijelaskan pada alur berikut:
Gambar 4.2
Alur Perlindungan Konsumen185
Berdasarkan gambar tadi, dapat dijelaskan alur perlindungan konsumen oleh
Bank Indonesia, dimana konsumen melakukan proses pengaduan terlebih dahulu
baik melalui telepon, surat, atau datang langsung ke Bank Indoneisa, selanjutnya
Bank Indonesia menerima pengaduan. Kemudian, Bank Indonesia melakukan
edukasi, konsultasi dan fasilitasi, setelah itu Bank Indonesia menindaklanjuti dan
menyelesaikan pengaduan serta mengajak pihak terkai sepakat atau tidak sepakat
185
Dokumentasi: Sosialisasi PBI Perlindungan Konsumen Sistem Pembayaran BI.
1 2 3 4 5 6 7
62
untuk kemudian dilanjutkan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),
Pusat Mediasi Nasional (PMN), arbitrase, pengadilan atau lainnya.
Selain Bank Indonesia, penyelenggara fintech penyedia jasa sistem
pembayaran juga diwajibkan untuk menerapkan prinsip perlindungan konsumen,
yaitu dengan menjaga kerahasiaan data dan informasi konsumen, termasuk data dan
informasi transaksi antara lain dilakukan dengan menatausahakan dokumen, tidak
memberikan data dan informasi transaksi konsumen kepada pihak lain, kecuali atas
persetujuan tertulis dari konsumen atau diwajibkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan.186
c) Penilaian Kinerja Fintech Office BI
Setelah Bank Indonesia melakukan pengelolaan kinerjanya melalui
regulatory sandbox, maka tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian atas kinerja
Fintech Office BI dengan meneliti seberapa banyak kuantitas perusahaan yang
terdaftar sebagai perusahaan penyelenggara fintech serta perusahaan startup yang
terdaftar di regulatory sandbox mulai dari periode awal peresmian Fintech Office BI
tanggal 14 November 2016 hingga batasan penelitian yaitu tanggal 14 Mei 2018.
Setelah meneliti dari website Bank Indonesia di www.bi.go.id hingga saat ini
peneliti memperoleh data bahwa setelah berdirinya Fintech Office BI selama delapan
belas (18) bulan sudah terdapat dua puluh satu (21) perusahaan penyelenggara
fintech yang terdaftar berkaitan dengan sistem pembayaran, kemudian ada enam (6)
perusahaan fintech yang terdaftar sebagai pendukung pasar, tiga (3) perusahaan
fintech yang terdaftar sebagai penyelenggara penunjang dan satu (1) perusahaan
186
Data Sekunder: Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Finansial, Pasal 1, Ayat (1), butir a dan b.
63
penyelenggara fintech yang terdaftar di regulatory sandbox, sebagaimana yang
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Penyelenggara Fintech Berkaitan dengan Sistem Pembayaran187
No
Nama
Penyelenggara
dan Nama
Produk
Alamat
Jangkauan
Wilayah
Operasi
Sasaran
Produk Produk Tersedia di
1. PT Cashlez
Worldwide
Indonesia
(Cashlezz)
Jalan Letjend
S. Parman,
Kelurahan
Tanjung
Duren
Selatan,
Kecamatan
Grogol,
Jakarta
Barat.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
Merchant
menerima
transaksi
pembayaran
melalui Kartu
Kredit, atau
Debit berbasis
aplikasi pada
Smarthphone
Apps Store, Google
Play Store
(Cashlezz) dan
tersedia pada aplikasi
lain seperti
Blanja.com,
Blibli.com,
BukaLapak,
Elevenia,
Mataharimall,
Ralali.com, Shopee,
danTokopedia
2. PT Dimo Pay
Indonesia
(Pay by QR)
Dimo Space
Lantai
Ground
Floor, Jalan
Timor,
Nomor 6.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
transaksi
pembayaran
Pelanggan dan
pebisnis hanya
dengan
melakukan
Scan QR Code
Tersedia di berbagai
aplikasi Mobile
Banking dan e-wallet
Seperti; Uangku,
t-money,
Simobi,Dompetku,
BRI Credit Card
Access, UnikQu, dan
Paypro
3. PT Sprint Asia
Technology
(Duitku)
Jalan RS.
Fatmawati
Nomor 7,
Jakarta
12140.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
Merchant
menerima
pembayaran di
dunia online,
melalui aplikasi
mobile maupun
ditoko
Tersedia di Kartu
Kredit (Visa dan
Master Card),
Internet Banking
(BCA Klikplay,
CIMB Clicks,
Mandiri Clickpay),
Virtual Account
(Permata Bank,
Maybank, CIMB
187
Data Sekunder: Website Bank Indonesia, https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran
/fintech/Pengumuman-Penyelenggara/Contents/default.aspx, akses 15 Mei 2018.
64
Bank, BNI, ATM
Bersama),
Dishburshmen
(ATM Bersama),
Gerai Retail
(Alfamart,
Pegadaian, Pos
Indonesia)
4. PT Toko Pandai
Nusantara
(Toko Pandai)
Jalan Raden
Saleh I,
Nomor 3A,
Jakarta
Pusat.
Wilayah
Yogyakarta
dan
Jabodetabe
k
Meningkatkan
daya saing dan
kinerja toko
retail skala
kecil dan
menengah
Website
(www.tokopandai.id)
dan Mobile Apps
5. PT Moneta
Digital
Internasional
(YoOk Pay)
Gedung
Millenium,
1st Floor
Jalan Kramat
Raya Nomor
38, Jakarta -
10450.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Menawarkan
berbagai
kebutuhan
mulai dari
pakaian, sepatu,
aksesoris, tas
hingga sistem
pembayaran
Website
(https://www.yoox.
com/id/)
6. PT Virtual
Online
Exchange
(Duithape)
Jalan HR
Rasuna Said
Kavling 1,
Setiabudi,
Jakarta
Selatan-
12980.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Masyarakat
yang ingin
melakukan
Pembayaran
(belanja di toko
atau warung
berlogo
Duithape, tarik
uang dan setor
uang), isi ulang
(Pulsa Hp,
Token PLN,
dan Pulsa
Data), Bayar
Tagihan
(Listrik,
Telepon dan
Hp,
Multifinance,
BPJS dan TV
Berlangganan)
Website
(www.duithape.com)
dan UMB (USSD
Menu Browser)
7. PT Mitra
Pembayaran
Jalan Ruko
Vila Bukit
Jawa,
Sumatera,
Masyarakat
yang ingin
Website
(www.saldomu.com)
65
Elektronik
(Saldomu)
Mas RE - 7,
Kelurahan
Dukuh Pakis,
Kecamatan
Dukuh Pakis,
Surabaya,
Jawa Timur -
60225
Kalimantan,
Sulawesi,
Ambon dan
Papua
mendapatkan
penghasilan
dengan
bergabung
menjadi agen
perbankan pada
aplikasi
Saldomu
dan Google Play
Store (Saldomu)
8.
PT Wallezz
Finansial
Teknologi
(Wallezz)
Jalan Letjend
Suprapto,
Kelurahan
Sumur Batu,
Kecamatan
Kemayoran,
Jakarta Pusat
– 10640.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
pelanggan
melakukan
pembayaran
pada Merchant
dengan Scan
QR Code,
pembelian
pulsa dan
pembayaran
dan pembelian
di HP
Aplikasi Google Play
Store (Wallezz)
9. PT Netzme
Kreasi Indonesia
(Netzme)
Jalan Jendral
Sudirman,
Nomor 86,
Karet
Tengsing,
Tanah
Abang,
Jakarta
Pusat.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Berlaku untuk
masyarakat
yang ingin
mendapatkan
penghasilan
dengan cara
bergabung
menjadi Agen
Netzme dengan
berbisnis jual
pulsa dan token
PLN
Aplikasi Google Play
Store (Netzme)
10. T Mareco Prima
Mandiri
(Mareco Pay)
Komplek
Golden Gate,
Blok G,
Nomor 02,
Batam,
29444
Indonesia.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
masyarakat
melakukan
transaksi
pembayaran
offline maupun
online dengan
teknologi Scan
QR Code
Aplikasi Google Play
Store (Marecopay)
11. PT Inti Prima
Mandiri Utama
Jalan Melati,
Nomr 30H,
Cilandak
Barat,
Seluruh
masyarakat
Indonesia
Memudahkan
masyarakat
melakukan
transaksi
Website
(http://iPaymu.com)
66
(iPaymu) Jakarta
Selatan, DKI
Jakarta
12430
pembayaran
belanja online,
donasi, dan
penarikan uang
serta
memudahkan
Merchant
menerima
transaksi
pembayaran
dari pelanggan
12 PT Aplikasi
Solusi Data
Indonesia
Kanten
(KT-Pay)
Greenlake
City, Rukan
Cbd Blok E,
Nomor 5,
Tangerang
City, Banten,
15417.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
masyarakat
melakukan
order makanan
sekaligus
transaksi
pembayaran
Aplikasi Google Play
Store (Kanten)
13 PT Monokrom
Digital
Teknologi
(Emvazo)
Jalan Jend
Sudirman
Kavling 52-
53 SCBD,
Jakarta
Selatan.
Skala
Inter-
nasional
Memudahkan
transaksi
transfer
antarbank dan
antarnegara
Website
(www.emvazo.com/)
14. PT Reksa
Transaksi
Sukses Makmur
(OttoPay)
Plaza
Mutiara,
Lantai 21,
Suite 2103.
Jalan Dr. Ide
Agung Gde
Agung
Kavling
E.1.2 Nomor
1&2,
Kuningan
Timur,
Setiabudi,
Jakarta
12950.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
Merchant
menerima
transaksi
pembayaran
dari pelanggan
dan
menawarkan
masyarakat
untuk menjadi
agen untuk
berbisnis pulsa
dan berbagai
tagihan (listrik,
air,pulsa,dll)
Website
(http://ottopay.id)
dan Google Play
Store (OttoPay)
15. PT Indo Sukses
Mandiri
Jalan Letjend
Suprapto,
Sumur Batu,
Kemayoran,
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memberikan
penjadwalan
keuangan,
pengingat dan
Website
(https://satubon.com)
dan Google Play
Store (Satubon)
67
(SatuBon) Jakarta
10640
pembayaran
otomatis untuk
prabayar
tagihan
16. PT Transaksi
Artha Gemilang
(OttoCash)
Jalan Dr. Ide
Agung Gde
Agung
Kavling
E.1.2 Nomor
1&2, Jakarta
12950
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
pengguna untuk
melakukan
transaksi
pembayaran,
pembelian dan
transfer uang
Aplikasi Google Play
Store (OttoCash)
17. PT Paprika
Multi Media
(Paprika)
Four Points
Hotel By
Sheraton,
Level
Ground,
Jalan Gatot
Subroto
Nomor 395
Medan.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Memudahkan
masyarakat
melakukan
pembayaran
untuk toko,
pulsa, paket
data, tagihan
PLN, PDAM,
BPJS, Telkom.
Apps Store dan
Google Play Store
(Paprika)
18. PT Celengan
Inovasi
Keuangan
(Celengan.ID)
Jalan Yos
Sudarso
Nomor 21m
Kotabaru,
Gondokusum
an, Kota
Yogyakarta,
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
55224.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Semua orang
dapat
mempunyai e-
money dengan
menggunakan
kembali uang
receh (kecil)
dan
menukarkannya
pada agen
tertentu atau
mitra
CelenganID
Aplikasi Google Play
Store (CelenganID)
19. PT Infra Digital
Nusantara
(Jaringaan IDN
& Sistem IDN)
Eightyeight
Kasablanka
Tower A,
Lantai 18.
Jalan
Kasablanka
Raya
Kavling 88,
Jakarta
12870.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Menjembatani
penyedia jasa
dengan aplikasi
pembayaran
online yang
sudah ada di
Indonesia yaitu
kemudahan
dalam
pembayaran
atas tagihan
sekolah,
Website
(Diginusantara.com)
68
apartemen,
parkir, dan
enterprise
20. PT Hensel
Davest
Indonesia
(Davestpay)
Travellers
Hotel Phinisi
Lantai 12,
Jalan
Lamadukelle
ng Nomor
59,
Makassar.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Pembayaran
multiguna,
masyarakat
dapat menjadi
Merchant
dengan menjual
kembali produk
digital dan e-
commerce
Aplikasi Google Play
Store (Davestpay)
21. PT Esta Digital
Niaga
(EstaKios)
Wisma
D’esta,
Kompleks
Komersial
Sektor II
Nomor 7a,
Rawa Buntu,
Serpong,
Tangerang
Selatan
15318.
Mencakup
pengguna di
seluruh
Indonesia
Menyediakan
wadah bagi
Stakeholder
untuk
memberikan
pinjaman dan
pengajuan
pinjaman bagi
masyarakat
pencari modal
usaha
Website
(www.setacapital.
com)
Tabel 4.2
Penyelenggara Fintech Berkaitan dengan Pendukung Pasar
No
Nama
Penyelenggara
dan Nama
Produk
Alamat
Jangkauan
Wilayah
Operasi
Fungsi Aplikasi Produk Tersedia di
1 PT Money
Guru Indonesia
(Halomoney)
Jalan HR
Rasuna
said X-5,
Jakarta
Selatan
12950.
Mencakup
pengguna
di seluruh
Indonesia
Membandingkan
ajuan atas pinjaman
kredit, pinjaman
pribadi, asuransi,
dan pinjaman
lainnya
Website
(www.halomoney.co.id)
2 PT Gapura
Data Kreasi
(Disitu)
Jalan
Panjang
Nomor
9C,
Jakarta
Barat
Mencakup
pengguna
di seluruh
Indonesia
Menawarkan kredit
tanpa agunan,
membandingkan
kredit Multiguna,
kredit motor baru,
kredit mobil baru,
kredit motor bekas
Website
(https://m.disitu.com)
69
11530. dan kredit mobil
bekas
3. PT Trusting
Social
Indonesia
(Trusting
Social)
Grand
Slipi
Tower,
Lantai 9,
Unit G,
Jalan S
Parman
Kavling
22-24,
Palmera,
Jakarta
Barat.
Mencakup
pengguna
di seluruh
Indonesia
Membantu para
pemberi kredit
memprediksi
kelayakan atas
pengajuan kredit
dengan mengukur
kelayakan kredit
dari identitas online
dalam tiga dimensi
(keaslian, kualitas
jaringan dan
kredibilitas
keuangan)
Website
(https://trustingsosial.com)
4 PT Synergys
Lima
(Danaxtra)
Equity
Tower
35th
Floor
Sudirman
Center
Business
District
(SCBD).
Jalan
Jendral
Sudirman
Kavling
52-53,
Jakarta
12190
Mencakup
pengguna
di seluruh
Indonesia
Menghadirkan
promo diskon dari
berbagai kartu
kredit dari
Merchant ternama
(restoran,
supermarket,online
shop, klinik
kecantikan,dll),
memberikan tips
dan artikel seputar
keuangan,
menawarkan
produk keuangan
perbankan (kartu
kredit, pinjaman
Kredit Multiguna
dan Asuransi)
Website
(https://danaxtra.com)
dan Google Play Store
(Danaxtra)
5. PT Dwi
Cermat
Indonesia
(Cermati)
Jalan S
Parman
Kavling
22-24,
Slipi,
Palmera,
Jakarta
Barat.
Mencakup
pengguna
di seluruh
Indonesia
Membantu
pengajuan produk
pinjaman online,
kartu kredit,
asuransi mobil,
asuransi kesehatan
dan juga
menyediakan
informasi finansial,
produk simpanan
yang diinginkan,
Website
(www.cermati.com) dan
Google Play Store
(Cermati)
70
tips-tips produk
keuangan, dan info
harga emas antam.
6. PT Kredit
Gogo
Informatika
(Kreditgogo)
Gedung
Menara
MTH,
Lantai
18. Jalan
MT.
Haryono
Kavling
23,
Jakarta
Timur
12820
Mencakup
pengguna
di seluruh
Indonesia
Menyediakan
berbagai pilihan
kartu yang sesuai
dengan gaya hidup,
kartu cashback,
kartu travel, kartu
cicilan, Investasi
(deposito,
tabungan, tabungan
berencana),
Pinjaman (kredit
tanpa agunan,
KPR/KPA, kredit
mobil, kredit
motor, kredit
multiguna),
Asuransi
(Kendaraan,
kesehatan,
perjalanan, jiwa
dan properti),
Internet (Paket
Smartphone),
Pomosi (Diskon
restoran, travel)
Website
(https://kreditgogo.com)
Tabel 4.3
Penyelenggara Fintech Berkaitan dengan Penyelenggara Penunjang
No
Nama
Penyelenggara
dan Nama
Produk
Alamat
Jangkauan
Wilayah
Operasi
Sasaran
Produk Produk Tersedia di
1 PT Achilles
Financial
Systems
(PajakPay)
Jalan Hr
Rasuna
Said, Jakarta
Selatan.
Mencakup
pengguna di
seluruh
indonesia
Memberikan
kemudahan
pembayaran
pajak secara
online
Website
(https://www.online-
pajak.com) dan Google
Play Store (PajakPay)
2 PT Privy Jalan Tb Mencakup Penyelenggara Website
71
Identitas Digital
(PrivyID)
Simatupang
Nomor 41,
Jakarta
12550.
pengguna di
seluruh
indonesia
tanda tangan
elektronik yang
sah dan
mengikat secara
hukum
(https://privy.id),
Google Play Store dan
Apss Store (PrivyID)
3 PT Infinitium
Solutions
(Mobile Secure,
Bank Payment
Gateway)
Jalan
Kendal
Nomor 4,
Menteng,
Jakarta
Pusat.
Mencakup
pengguna di
seluruh
indonesia
Menyediakan
server deteksi
penipuan untuk
pedagang
perusahaan dan
Bank payment
gatewey (BPG)
Website
(www.infinitium.com)
Tabel 4.4
Penyelenggara Fintech Terdaftar di Regulatory Sandbox
No
Nama
Penyelenggara
dan Nama
Produk
Alamat
Jangkauan
Wilayah
Operasi
Sasaran Produk Produk Tersedia di
1 PT Toko Pandai
Nusantara
(TokoPandai)
Jalan
Raden
Saleh I,
Jakarta
Pusat.
Wilayah
Yogyakarta
dan
Jabodetabek
Meningkatkan
daya saing dan
kinerja toko retail
skala kecil dan
menengah
Website
(www.tokopandai.id)
dan Mobile Apps
Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa Fintech Office BI
dinilai telah mencapai sasaran dan tujuannya dalam rangka memfasilitasi
perkembangan inovasi dalam ekosistem keuangan berbasis teknologi di Indonesia
melalui regulatory sandbox, kemudian mempersiapkan Indonesia untuk
mengoptimalkan perkembangan teknologi dalam rangka pengembangan
perekonomian melalui berbagai macam inovasi yang dihadirkan oleh para pelau
fintech, meningkatkan daya saing industri keuangan berbasis teknologi Indonesia
dengan kerangka pengaturan yang ada serta menyerap informasi dan memberikan
72
umpan balik untuk mendukung perumusan kebijakan BI, sebagai respons terhadap
perkembangan teknologi.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menganalisis bahwa Bank
Indonesia telah menyusun secara sistematis perencanaan kinerjanya mulai dari
perencanaan jangka panjang, jangka pendek dan visi utama Fintech Office BI
melalui empat fungsi yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business
intelligence, fungsi asesmen, dan fungsi koordinasi dan komunikasi. Sedangkan
perencanaan dalam mencapai visi dengan melakukan evaluasi, asesmen, dan
menyusun analisis untuk mitigasi risiko terkait fintech, memberikan dukungan
terhadap pengembangan fintech agar dapat berperan sebagai aset dalam menunjang
perekonomian nasional, menyediakan one stop services bagi industri fintech untuk
memahami kebijakan dan kerangka pengaturan Bank Indonesia dalam mendukung
pengembangan fintech.
Kemudian dari sisi pengelolaan kinerjanya Fintech Office BI telah
menetapkan regulatory sandbox sebagai ruang uji coba terbatas bagi penyelenggara
fintech. Jika dilihat dari sisi penilaian kinerja Fintech Office Bank Indonesia didapati
data jumlah kuantitas penyelenggara fintech yang terdaftar di Bank Indonesia
sebanyak 30 penyelenggara fintech yang terdiri dari 21 penyelenggara fintech
berkaitan dengan sistem pembayaran, 6 penyelenggara fintech berkaitan dengan
pendukung pasar, 3 penyelenggara fintech berkaitan dengan penyelenggara
penunjang. Sedangkan 1 nama penyelenggara fintech yang sama berkaitan dengan
sistem pembayaran terdaftar di regulatory sandbox.
Maka dari itu, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan Bank Indonesia
mampu meningkatkan manajemen kinerja Fintech Office dari sisi perencanaan yang
73
didukung dengan kemampuan sumber daya manusia dan infratruktur maupun sarana
dan prasarana yang menunjang untuk mencapai tujuan. Kemudian dapat
menigkatkan pengelolaan kinerja dari segi pengawasan dan pembinaan bagi para
penyelenggara fintech bukan hanya untuk fintech yang berkaitan dengan sistem
pembayaran saja, tetapi juga untuk fintech yang berkaitan dengan penyelenggara
penunjang dan pendukung pasar. Selain itu, Bank Indonesia juga perlu
memperbaharui informasi kepada publik mengenai daftar penyelenggara fintech
sebagai dasar penilaian masyarakat atas kinerja Bank Indonesia yang lebih
transparan dan akuntabel.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Fintech Office Bank Indoneisa
dalam Mitigasi Risiko dan Perlindungan Konsumen Terhadap Kelancaran Sistem
Pembayaran.
80
Bank Indonesia menghadapi banyak tantangan dari lingkungan. Perubahan-
perubahan terjadi begitu cepat dan kadang-kadang tidak dapat diduga. Perubahan-
perubahan ini antara lain penggunaan teknologi pada aspek finansial atau dikenal dengan
istilah fintech (financial technology) yang selanjutnya akan disebut fintech. Perubahan ini
mengharuskan Bank Indonesia harus bertindak cepat dan tepat untuk menghadapi tingkat
persaingan di era ekonomi digital. Di satu sisi, fintech memberikan banyak manfaat,
namun di sisi lain juga berpotensi memiliki risiko yang apabila tidak dimitigasi secara
baik dapat mengganggu stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan kelancaran
sistem pembayaran yang merupakan tugas dan fungsi Bank Indonesia.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Berti Pracimasanti selaku Manajer
Unit Pengawasan Sistem Pembayaran (SP), Pegelolaan Uang Rupiah (PUR) dan
Keuangan Inklusif (KI):
“Fintech itu dikhawatirkan bisa menganggu stabilitas moneter, stabilitas SSK, dan Sistem
Pembayaran. Fintech dilihat bisa berpotensi menganggu stabilitas sistem keuangan ketika
dia bisa mengganggu fungsi Bank Sentral. Karena Bank Sentral kan punya fungsi untuk
mengeluarkan mata uang yang sah (rupiah), nah ketika ada fintech, fintech kan sekarang
bisa pake virtual currency, aku gak ngomongin yang di Indonesia ya kalau di luar negeri
itu kan bisa pake virtual currency, nah itu yang dibilang dapat mengganggu sistem
keuangan. Kemudian, fintech bisa dibilang berpotensi untuk menganggu stabilitas sistem
moneter ketika semua kebijakan moneter ini kan pake lembaga intermediasi nya bank,
karna sekarang udah ada fintech jadi gak jalan kan ini nya, efektivitas kebijakan
moneternya gitu.”102204
Selain itu, dari sisi perbankan konvensional fintech juga memiliki dampak positif
dan negatif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Winda Wulan Sari sebagai
Pelaksana Analis Kredit PT Bank Pembangunan Daerah Jambi:
“Menurut kami dampak positif atas kehadiran fintech yaitu, akan semakin mendukung
kelancaran dan kehandalan aktivitas operasional perbankan, serta memudahkan
perbankan untuk berinovasi dalam menciptakan produk-produk baru kepada masyarakat.
204204204204204204
81
Sedangkan dampak negatifnya, dapat menjadi sasaran kelemahan perbankan bagi pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab apabila fintech tersebut belum memiliki sumber
kekuatan hukum yang memadai.”205
Kemudian, Risiko merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari setiap pekerjaan
Bank Indonesia. Demikian pula yang terjadi pada perusahaan penyelenggara fintech atau
perusahaan rintisan yang biasa disebut dengan startup, dimana risiko tidak dapat
dihilangkan, tetapi hanya dapat dikurangi, diperkecil, dan dipindahkan dari suatu obyek
ke obyek lainnya. Maka dari itu dibutuhkan suatu konsep untuk melakukan mitigasi
risiko serta perlindungan konsumen. Bank Indonesia mendukung penyelenggara fintech
untuk pentingnya memperhatikan prinsip manajemen risiko dan perlindungan konsumen.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Berti Pracimasanti selaku Manajer Unit
Pengawasan Sistem Pembayaran (SP), Pegelolaan Uang Rupiah (PUR) dan Keuangan
Inklusif (KI) bahwa ada beberapa macam risiko yang mungkin dapat ditimbulkan atas
sistem pembayaran:
“Di sistem pembayaran itu ada risiko kredit, risiko likuiditas, hukum, dan sistematis.
Kayak risiko kredit misalkan, kayak peer to peer lending misalkan kalo duitnya nggak
balik itu resiko kredit. Risiko operasional, misalkan kamu udah beli Go-Pay, udah keluar
dari rekeningmu tapi di Go-Pay nya nggak nambah. Nah, itu risiko operasional. Kalo
risiko likuiditas misalkan Go-Pay itu kan biasanya perusahaan Go-Jek nya kan biasanya
nyimpen uang tertentu di rekening Bank, terus Go-Pay itu kan ngambil dari situ, kalo ini
perhitungan nya nggak pas, duit yang dia tarok di rekening itu misalkan nggak cukup
ternyata banyak orang yang ngambil berartikan nggak cukup dana nya. Nggak, likuid.
Risiko hukum itu kalo perusahaan fintech nya belum ada izin, jadi kalo ada pengaduan
konsumen jadi gimana, belum legal. Kalo risiko sistematis itu kan dari satu risiko aja dia
bisa dampaknya misalkan dari satu kejadian bisa nge hit dua risiko itu kan bisa. Nah, itu
sebutannya untuk risiko sistemetik.”206
205
Wawancara: Winda Wulan Sari, selaku Pelaksana Analis Kredit PT Bank Pembangunan Daerah Jambi, tentang Dampak Positif dan Negatif Kehadiran Fintech Bagi Perbankan, tanggal 18 September 2018.
206Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manager Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
tentang Macam-macam Risiko Fintech Pada Sistem Pembayaran. Tanggal 3 Juli 2018
82
Oleh sebab itu, inilah alasan yang membuat Bank Indonesia membentuk Fintech
Office BI. Hal ini didasari oleh kesadaran Bank Indonesia, sebagai otoritas sistem
pembayaran, mengenai perlunya mendukung perkembangan transaksi keuangan berbasis
teknologi yang sehat. Hal ini juga dilakukan demi menjaga keseimbangan antara inovasi
dan pengelolaan risiko, menyusun regulasi yang mengedepankan perlindungan
Penjelasan sebelumnya diterangkan bahwa berbagai macam risiko bisa saja
terjadi dalam lalu lintas sistem pembayaran, termasuk pada perusahaan penyelenggara
teknologi finansial atau perusahaan startup di Indonesia. Seperti contoh kasus yang telah
disebutkan tadi, jika seumpamanya terjadi risiko dari penggunaan fitur Go-Pay pada
aplikasi Gojek. Maka, diperlukan suatu usaha untuk melakukan manajemeni risiko dan
perlindungan konsumen oleh Bank Indonesia selaku otoritas yang mengatur kelancaran
sistem pembayaran untuk menjamin konsumen agar tidak merasa khawatir ataupun
merasa tidak nyaman atas transaksi pembayaran yang dilakukan. Sehingga, perlu
diketahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat Fintech Office Bank
Indonesia dalam upaya manajemen risiko dan perlindungan konsumen untuk kelancaran
sistem pembayaran.
Adapun pembahasan mengenai efektivitas Fintech Office BI dalam upaya
manajemen risiko dan perlindungan konsumen untuk kelancaran sistem pembayaran akan
diukur dengan tiga indikator menurut teori Steers, yakni sebagai berikut:207
1. Pencapaian tujuan, yang terdiri dari beberapa faktor yaitu, kurun waktu dan sasaran
yang merupakan target kongkrit.
2. Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi.
207
M. Richard Steers, Efektivitas Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 53
83
3. Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Berdasarkan tiga indikator tersebut, peneliti menjelaskan secara ringkas hasil penelitian
efektivitas Fintech Office BI melalui faktor pendukung dan faktor penghambat yang
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Indikator Efektivitas Fintech Office BI
No Indikator
Penilaian Pendukung penghambat
1. Pencapaian Tujuan Manajemen Kinerja:208
a. Visi dan misi
Fintech Office BI
Dijalankan melalui 4 tujuan utama
Fintech Office BI dan 4 Fungsi
Fintech Office BI yakni: Fungsi
katalisator/fasilitator, business
intelligence, asesmen, koordinasi
dan komunikasi.
Memerlukan waktu
yang tidak terbatas
untuk mencapai visi
misi tersebut selama
masih ada fintech di
Indonesia.
b. Perencanaan
Fintech Office
Tertuang dalam komitmen
Gubernur Bank Indonesia melalui
perencanaan jangka panjang dan
jangka pendek
Tidak dapat diprediksi
berapa kurun waktu
yang dibutuhkan
untuk menjalankan
perencanaan jangka
panjang dan jangka
pendek tersebut.
c. Ruang Uji Coba
Terbatas Bagi
Penyelenggara
Fintech
(Regulatory
Sandbox)
BI telah mengumumkan secara
resmi beberapa penyelenggara
Fintech di website resmi BI.
21 fintech bidang sistem
pembayaran, 6 fintech bidang
pendukung pasar, 3 fintech bidang
penyelenggara penunjang, dan 1
fintech terdaftar di Regulatory
Masih terdapat
penyelenggara fintech
yang belum
terpublikasi oleh
Bank Indonesia,
karena masih dalam
proses.
208
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manager Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
tentang Pencapaian Tujuan Manajemen Kinerja, tanggal 5 Juli 2018.
84
Sandbox
2. Integrasi Pendukung Penghambat
a. Kemampuan
Fintech Office BI
untuk sosialisasi
Telah ditetapkan dan dilakukan
dengan beberapa tahap yaitu tahap
edukasi, konsultasi, fasilitasi dan
pengawasan.
Sulit mengajak
Penyelenggara fintech
untuk ikut pertemuan
BI.209
Tahap Edukasi dilakukan untuk
memberikan pemahaman tentang
produk sistem pembayaran
melalui berbagai media seperti
media cetak dan media elektronik.
Media cetak berupa buku,
majalah, artikel, koran, dan lain
sebagainya. Sedangkan media
elektronik disampaikan dalam
website Bank Indonesia di
www.bi.go.id
Masih banyak
masyarakat yang
belum paham
mengenai fintech
walaupun edukasi
telah dilakukan
melalui berbagai
media.210
Tahap Edukasi kepada akademisi,
pelajar, ibu rumah tangga dan
masyarakat umum serta
penyelenggara jasa sistem
pembayaran yang diundang ke
berbagai acara seperti sosialisasi,
seminar, dan talkshow.
Yang teredukasi
hanya akademisi,
pelajar, ibu rumah
tangga dan
penyelenggara jasa
sistem pembayaran
yang hadir untuk
mengikuti acara
sosialisasi tersebut.
Sedangkan
masyarakat awam
diluar undangan dan
bukan sebagai peserta
masih belum
teredukasi.211
Tahap Konsultasi bisa dilakukan
melalui telepon di 500-131, atau
Untuk saat ini di BI
Provinsi Jambi belum
209
Wawancara: Berti Pracimasanti, selaku Manager Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
tentang Kesulitan BI Mengajak Pelaku Fintech untuk diberikan Sosialisasi, tanggal 5 Juli 2018. 210
Hasil wawancara dari: Ernawati (PNS), Wandoyo (Unja), Renny Noprianti (Marketing Dealer Suzuki), Pemahaman Tentang Fintech, 8-20 September 2018.
211Wawancara: Wandoyo, selaku Mahasiswa Universitas Jambi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, tentang Terbatasnya Sosialisasi yang dilakukan oleh BI. 10 November 2018.
85
e-mail di [email protected], surat
menyurat maupun datang
langsung ke Departemen
Kebijakan dan Sistem
Pembayaran Bank Indonesia pusat
di Jalan M.H Thamrin Nomor 1,
Gedung D, Lantai 5, Jakarta.
Sementara untuk di Provinsi
Jambi konsumen dapat datang
langsung ke alamat Jalan Ahmad
Yani Nomor 14 Kecamatan
Telanaipura, Kota Jambi.
terdapat adanya
laporan terkait
dengan
permasalahan sistem
pembayaran.
Sehingga tahap
konsultasi belum
dapat dilakukan.212
Tahap Fasilitasi dilakukan
dengan cara memanggil,
mempertemukan, mendengar, dan
memotivasi pihak yang
bersangkutan.
Tahap fasilitasi baru
akan dilakukan jika
terdapat laporan
pada tahap
konsultasi.213
Tahap Pengawasan dilakukan
dalam rangka memberikan
perlindungan konsumen kepada
seluruh industri sistem
pembayaran baik itu Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu,
uang elektronik, transfer dana,
dan penyedia uang rupiah oleh
penyelenggara sistem
pembayaran, termasuk
penyelenggara fintech yang
menyediakan jasa sistem
pembayaran di Indonesia.
Pengawasan masih
terus dilakukan oleh
Bank Indonesia.214
b. Pendekatan
Komunikasi
dengan
penyelenggara
Fintech.215
Tahap Mentoring, BI melakukan
pendampingan oleh jaringan
mentor yang memiliki keahlian
dan pengalaman di berbagai
bidang dari bisnis, media, hingga
pemrograman.
Masih dilaksanakan
212
Observasi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Juli 2018. 213
Observasi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Agustus 2018. 214
Observasi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, September 2018. 215
Dokumentasi: Bank Indonesia Fintech Office, tentang Financial Technologi
Perkembangan dan Respon Kebijakan Bank Indonesia.
86
Tahap Capacity Buiding,
melakukan berbagai kegiatan
pengembangan keahlian melalui
workshop dan talkshow.
Masih dilaksanakan
Tahap Connecting,
menghubungkan startup dengan
berbagai elemen dari mahasiswa,
developer, hingga korporasi untuk
dapat berkolaborasi.
Masih dilaksanakan
Tahap Swing, berupa pendekatan
awal untuk pengetahuan
ekosistem keuangan, cara
melakukan sesuatu, permasalahan
yang kerap timbul dan situasi
regulasi yang ada. Kegiatan ini
berupa: Talkshow.
Masih dilaksanakan
Tahap Slide, kegiatan yang
dilakukan sendiri dan memerlukan
arahan kegiatan ini berupa:
Developer Workshop
(Pemrograman), Hustler
Workshop (Bisnis), dan Workshop
lainnya.
Masih dilaksanakan
Tahap Sanbox, yaitu tahap
menguji coba produk atau layanan
startup di pasar dengan
pendampingan mentor ataupun
pendukung yang sesuai.
Kegiatannya berupa: Inkubasi )
dan Acceleration (percepatan
pengguna saat uji coba).
Masih dalam proses
3. Adaptasi Pendukung Penghambat
a. Kemampuan untuk
menyesuaikan diri
dengan kehadiran
Fintech
Telah menetapkan dan
mengeluarkan berbagai kebijakan
melalui Peraturan Bank Indonesia
(PBI) dan Peraturan Anggota
Dewan Gubernur (PADG) untuk
Regulasi belum
matang, laju inovasi
fintech begitu
cepat.216
216
Wawancara: Bayu Martanto, selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi tentang Response Time BI Membuat Kebijakan Fintech, 10 September 2018.
87
penyelenggara fintech.
Telah ditetapkan hak dan
kewajiban penyelenggara fintech
untuk menerapkan prinsip
mitigasi risiko dan perlindungan
konsumen.
-
Sumber: Disarikan dari Hasil Wawancara, Dokumentasi dan Observasi Penulis, 2018.
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara dari beberapa
informan, dapat dilihat bahwa manajemen kinerja Fintech Office BI dalam manajemen
risiko dan perlindungan konsumen untuk kelancaran sistem pembayaran tersusun secara
sistemtis melalui perencanaan, pengelolaan dan penilaian kinerja. Namun, dari hasil
penelitian indikator pencapaian tujuan, Fintech Office BI belum cukup efektif dalam
rangka mencapai tujuan disebabkan memerlukan kurun waktu yang tidak terbatas untuk
mencapai visi, misi, rencana jangka panjang, jangka pendek dan regulatory sandbox
untuk mengatur penyelenggara fintech di Indonesia.
Sedangkan hasil dari indikator integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat
kemampuan Fintech Office Bank Indonesia untuk mengadakan sosialisasi dan
komunikasi sudah cukup efektif karena telah dijalankannya empat tahap sosialisasi
kepada konsumen serta masyarakat dan enam pendekatan komunikasi kepada
penyelenggara fintech, namun hingga saat ini tahap tersebut masih berlanjut. Jika diteliti
dari indikator adaptasi yang dilakukan oleh Fintech Office Bank Indonesia sudah cukup
baik dan efektif, namun perlu ditingkatkan lagi kebijakan terbarunya untuk penyelenggara
fintech di Indonesia agar tetap terjaga kelancaran sistem pembayaran yang aman, handal
dan efisien serta meningkatkan pengawasan kepada penyelenggara fintech agar tidak ada
indikasi pelanggaran terhadap prinsip mitigasi risiko dan perlindungan konsumen.
88
Maka dari itu, dibutuhkan sinergitas dan kerjasama yang lebih baik antara
Fintech Office Bank Indonesia dengan regulator di Indonesia, Pemerintah, dan
penyelenggara fintech yang berkaitan dengan sistem pembayaran. Kemudian juga
diharapkan Fintech Office Bank Indonesia dapat membuat kebijakan untuk mengatur tiga
kategori fintech selain sistem pembayaran yakni kategori pendukung pasar, manajemen
investasi dan manajemen risiko, serta pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal demi
menjaga tingkat kepercayaan masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi
menggunakan teknologi digital.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Manajemen kinerja Fintech Office Bank Indonesia dari sisi perencanaan, dilaksanakan
dengan empat fungsi utama yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business
intelligence, fungsi asesmen, fungsi koordinasi dan komunikasi. Selain itu, Bank
Indonesia menjalankan tugasnya melalui tiga hal yakni, perlindungan konsumen dan
manajemen risiko, melakukan pemetaan industri fintech di Indonesia, dan membuat
regulasi terkait inovasi baru. Sedangkan dari sisi pengelolaan, Bank Indonesia
mengelola regulatory sandbox sebagai wahana uji coba terbatas bagi penyelenggara
fintech khusus yang berkaitan dengan sistem pembayaran dengan berbagai kategori,
prinsip dan alur dalam proses pendaftaran. Berdasarkan hasil penilain kinerja, Bank
Indonesia mampu menghimpun 21 perusahaan penyelenggara fintech berkaitan
dengan sistem pembayaran, 6 fintech pendukung pasar, 3 fintech penyelenggara
penunjang dan 1 penyelenggara fintech di regulatory sandbox.
2) Efektivitas Fintech Office Bank Indonesia didukung oleh faktor integrasi dan adaptasi,
yaitu kemampuan mengadakan sosialisasi dan komunikasi melalui empat tahap yakni
edukasi, konsultasi, fasilitasi dan pengawasan serta enam metode pendekatan melalui
mentoring, capacity building, connecting, swing, slide dan sandbox. Namun disisi lain,
efektivitas Fintech Office BI terkendala dalam pencapain tujuan. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya batasan waktu tertentu dalam rangka mencapai visi dan misi,
serta rencana jangka panjang dan jangka pendek yang telah ditetapkan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tadi, peneliti dapat memberikan saran terhadap apa
yang menjadi permasalahan dalam pembahasan skripsi ini:
80
1) Untuk meningkatkan manajemen kinerja Fintech Office Bank Indonesia perlu adanya
aspek batasan waktu atau deadline agar target yang direncanakan dapat tercapai dan
terealisasi sesuai dengan apa yang diharapkan.
2) Untuk meningkatkan faktor pendukung efektivitas Fintech Office Bank Indonesia
diperlukan keterbukaan informasi mengenai fintech kepada masyarakat luas.
Kemudian, diharapkan Fintech Office BI dapat menjalin sinergitas dan kerja sama
yang lebih baik dengan berbagai regulator, pemerintah, dan penyelenggara fintech di
Indonesia. Fintech Office BI diharapkan tidak hanya mampu mengatur penyelenggara
fintech yang berkaitan dengan sistem pembayaran saja, namun juga mampu mengatur
jenis inovasi fintech lainnya seperti fintech penyelenggara penunjang dan pendukung
pasar. Selain itu, Fintech Office BI perlu memantapkan regulasi yang sudah ada dan
meningkatkan fleksibelitas regulasi yang akan datang demi terciptanya kelancaran
sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur’an
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi Sistem
Keamanan dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi
Jambi 2017, katalog: 4101001.15
Bank Indonesia Fintech Office, Financial Technology Perkembangan dan Respon
Kebijakan Bank Indonesia, (Jakarta: Bank Indonesia, 2017)
Bank Indonesia, Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Teknologi Finansial,
(Jakarta: Bank Indonesia, 2017)
Bank Indonesia, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Penerbitan
PBI No. 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,
(Jakarta: Bank Indonesia, 2017)
Drs. Kasidi, M.Si, Manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)
Farida Peranginangin, dkk., Financial Technology dan Penerapan Regulatory
Sandbox dalam Mendukung Inovasi Sistem Keuangan, (Bank Indonesia:
Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, 2017)
Fauzi Maulana Hakim dan Almi Nibach Mauludila, Perkembangan Financial
Technology dan Dasar Hukumnya di Indonesia, (Jawa Barat: GenBI,
2017)
Hadi Syuaeb, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Solo: Sendang Ilmu, 2009)
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam,
(Jakarta: Gramedia Publishing, 2013)
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Edisi Satu, Cetakan kelima, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1999)
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, Cetakan Keempat
(Bandung: Alfabeta, 2015)
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ke Satu, (Jakarta: Gaung
Persada, 2009)
Kenneth C. Loudon dan Jane P. Laudon, Sistem Informasi Manajemen Mengelola
Perusahaan Digital, (Jakarta: Salemba Empat, 2015)
Krisdianto, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,
(Jakarta: Barus, 2006)
Moh Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Cetakan Pertama, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006)
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013)
R. Serfianto D.P., Iswi Hariyani dan Cita Yustisia Serfiani, Untung dengan Kartu
Kredit, Kartu ATM-Debit, dan Uang Elektronik, Cetakan Pertama,
(Jakarta: Visi Media, 2012)
Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985)
Ridwan, Metedologi dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian, (Bandung:
Alfabeta, 2009)
Robert Tampubolon, Risk Management Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif
untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004)
Siahaan, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Elex Media Computindo, 2007)
Sri Tri Subari Mulyati dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran Di Indonesia,
Seri Kebanksentralan Nomor 8 (Jakarta: PPSK BI, 2003)
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2017)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010)
Suyanto dan Sutinah, Metode penelitian sosial, (Jakarta: PT Kencana Persada,
2006)
Taswan, Manajemen Perbankan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006)
Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/15/PADG/2017 Tetang Tata Cara
Pendaftaran, Penyampaian Informasi dan Pemantauan Penyelenggara
Teknologi Finansial.
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/14/PADG/2017 Tentang Ruang
Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan
Pemrosesan Transaksi Pembayaran
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
B. Sumber lainnya
Elen Chandra, Fintech, akses: https://www.finansialku.com/definisi-Fintech-
adalah/
Fadhly Fauzi Rachman, Beri Wadah Untuk Pelaku Fintech, BI Resmikan Fintech
Office, https://finance.detik.com/moneter/d-3344738/beri-wadah-untuk-
pelaku-fintech-bi-resmikan-fintech-office
Fajar Febrianto, BI Luncurkan Fintech Office,
https://bisnis.tempo.co/read/819992/ bi-luncurkan-Fintech-office
Financial Technology Perlu Adanya Perlindungan Masyarakat,
https://www.goodnews fromindoneisa.id/2018/02/16/financial-technology-
di-indonesia-perlu-adanya-perlindungan-masyarakat
Firdaus Fahmi, Febiola Agnes, dan Faiqoh Silvana, Ketegasan Regulasi Laporan
Ketaatan Syariah dalam Optimalisaisi Financial Technology Lembaga
Keuangan Syariah, Islamic Banking and Finance Journal, Perisai, Vol 1
(3), October 2017, akses: http://doi.org/10.21070/ perisai.v1i3.1173
Fuji Pratiwi, Industri Keuangan Syariah Harus Memasuki Fintech, akses:
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah/ekonomi/17/10/04/oxa
1ah440-industri-keuang an-syariah-harus-masuki-fintech
Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, Launching Bank Indonesia
Fintech Office Jakarta, 14 November 2016, akses:
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/Pages/
Sambutan-GBI-Launching-Fintech-Office-14Nov2016.aspx
Pengumuman penyelenggara fintech, akses: https://www.bi.go.id/id/sistem-
pembayaran/fintech/Pengumuman-Penyelenggara/ Contents/default. aspx
Hutabarat Arbonas, Gubernur BI Resmikan Bank Indoensia Fintech Office, akses:
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-
gubernur/pages/sambutan-gbi-launching-fintec h-Office-14Nov2016.aspx
Imanuel Aditya Wulanata Crismastianto, Analisis SWOT Implementasi Teknologi
Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, Jurnal
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pelita Harapan Tangerang, 2017,
akses: http://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view /641
Iqbal Kurniawan, Peran dan Inisiatif Bank Indonesia dalam Mendukung Inovasi
di Sektor Fintech, akses: https://id.techinasia.com/bi-Fintech-office
Kunthi Fahmar Sandy, Ini Empat Fungsi Bank Indonesia Fintech Office, akses:
https://ekbis.sindonews.com/read/1155326/178/ini-empat-fungsi-bank-
indonesia-Fintech-office-1479138270
Maria Todorof, Shariah-compliant Fintech in the banking industry, ERA
(Europaiche Rechtsakademie Academy of European Law), akses:
https://doi.org/10.1007/s12027-018-0505-8
Miftah Ardhian, Presiden Dorong Teknologi Finansial Buat Transaksi Keuangan,
akses: https://katadata.co.id/berita/2016/08/30/presiden-dorong-teknologi-
finansial-buat-transaksi-keuangan
Muhammad Afdi Nizar, Teknologi Keuangan (Fintech): Konsep dan
Implementasinya di Indonesia, Warta Fiskal Edisi 5 Desember 2017, hlm
7-8, akses: https://www.researchgate.net/ publication /323629323
Muhammad Said Hannaf dan Wimpi Gea Seprina Putri, Linkage Pembiayaan dan
Manajemen Risiko Berbasis Modal Sosial Pada Financial Technology:
Strategi Peningkatan, Paper Forum Riset Ekonomi: Universitas
Brawijaya, 2017, akses: https://www.academia.edu
/35184863/Manajemen_Risiko_Financial_Technology_Aspek_Modal_
Sosial.pdf
Muliaman D. Hadad, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Financial Technology
(Fintech) di Indonesia, akses: http://www.ibs.ac.id/img/doc/ MDH%20-
%20Fintech%20IBS%20June%202017 .pdf,
Ni Nyoman Anita Candrawati, Perlindungan Hukun Terhadap Pemegang Kartu e-
money Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Komersial, Jurnal
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana 2016, akses:
https://media.neliti.com/media/publications/44104-ID-perlindungan-
hukum-terhadap-pemegang-kartu-e-money-sebagai-alat-pembayaran-
dalam.pdf
Nofie Iman, Financial Technology dan Lembaga Keuangan, akses:
https://docplayer.info/31194120-financial-technology-dan-lembaga-
keuangan.html
Sofyan Muhammad Abidin, Dampak Kebijakan e-money di Indonesia Sebagai
Alat Sistem Pembayaran Baru, Jurnal Universitas Negeri Surabaya, 2015,
akses: http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/
article/view/13212/12129
Sosialisasi Ketentuan Penyelenggaraan Tekfin bersama BI Fintech Office, akses:
https://Fintech.id/news-and-event/news-detail?id=529
Tech in Asia, akses: https://id.techinasia.com/bi-fintech-office
Tim APJII, Saatnya Jadi Pokok Perhatian Pemerintah dan Industri, Buletin APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), Edisi 05 November
2016.
Zhaskia Ajeng Secioktaviany dan Hudi Asrori, Optimalisasi Manajemen Risiko
Sebagai Upaya Preventif Risiko Hukum Pada Bank Penyelenggara
Branchless Banking di Indonesia, Jurnal Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2016, akses: https://media.neliti.com/media/
publications/164668-ID-none.pdf
Lampiran 1
DAFTAR INFORMAN
No Nama Informan Jabatan/Pekerjaan Institusi
1 Bayu Martanto Direktur/ Kepala Kantor Bank Indonesia
Provinsi Jambi
2 A. Pandu Wirawan Asisten Direktur/ Kepala
TIM SP, PUR dan LA
Bank Indonesia
Provinsi Jambi
3 Berti Pracimasanti Manajer Unit Pengawasan
SP, PUR dan KI
Bank Indonesia
Provinsi Jambi
4 Winda Wulan Sari Pelaksana Analis Kredit PT. BPD Cabang
Sutomo, Kecamatan
Pasar, Kota Jambi
5 Ernawati Pegawai Negeri Sipil
(PNS)
Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah
Kota Jambi
6 Renny Noprianti Marketing Promosi Dealer Suzuki
Angsana Jaya Indah
Jambi
7 Wandoyo Mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik
(FISIPOL)
Universitas Jambi
(Unja)
Lampiran 2
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
PANDUAN WAWANCARA
Indikator
Efektivitas: Pertanyaan: Informan:
Panduan Wawancara Informan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi:
1. Pencapaian
tujuan
1. Kapan FinTech Office BI didirikan?
2. Apa visi dan misi FinTech Office BI ?
3. Apa saja perencanaan yang terdapat pada
FinTech Office BI?
4. Apa maksud dan tujuan didirikannya
FinTech Office BI ini?
5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai visi, misi dan perencanaan
FinTech Office BI?
6. Berapa jumlah penyelenggara FinTech
yang terdaftar di BI saat ini?
7. Siapa saja sasaran atas didirikannya
FinTech Office BI ini?
8. Upaya apa yang dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
dalam rangka mendukung FinTech untuk
mendukung ekonomi kreatif?
9. Apa output yang akan dicapai dari
FinTech Office BI?
Berti
Pracimasanti
(Manajer
Unit
Pengawasan
SP, PUR dan
KI Kantor
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
Jambi)
2. Integrasi
1. Media apa saja yang digunakan oleh BI
untuk sosialisasi FinTech Office BI
khususnya tentang mitigasi risiko dan
perlindungan konsumen?
2. Siapa sajakah yang teredukasi dalam
sosialisasi ini?
3. Pendekatan apa saja yang dilakukan oleh
FinTech Office BI kepada penyelenggara
FinTech ?
4. Bagaimana perkembangan pendekatan
Berti
Pracimasanti
(Manajer
Unit
Pengawasan
SP, PUR dan
KI Kantor
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
yang dilakukan oleh FinTech Office BI
tersebut?
5. Bagaimana konsumen melakukan
konsultasi jika terdapat masalah terkait
sistem pembayaran?
6. Apakah FinTech Office BI menyediakan
fasilitas sebagai mediator dalam
penyelesaian masalah terkait sistem
pembayaran dan perlindungan konsumen?
7. Seperti apa pengawasan yang dilakukan
oleh FinTech Office BI dalam upaya
melakukan perlindungan konsumen
terhadap kelancaran sistem pembayaran?
8. Faktor pendukung apa saja yang membuat
sosialisasi ini berjalan dengan lancar?
9. Apakah ada faktor penghambat dalam
melakukan sosialisasi ini?
Jambi)
3. Adaptasi
1. Apa upaya yang dilakukan Bank Indonesia
provinsi Jambi dalam mendukung
perencanaan jangka panjang Bank
Indonesia FinTech Ofice?
2. Dimana kegiatan ini di laksanakan?
3. Bagaimana Bank Indonesia merespon
cepatnya laju inovasi dibidang FinTech saat
ini?
Bayu
Martanto
(Kepala
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
Jambi)
Panduan Wawancara Perbankan:
PT. BPD Jambi Di Indonesia Financial Technology (FinTech)
hadir dengan berbagai macam bentuk layanan,
mulai dari layanan peminjaman (lending),
penggalangan dana (crowdfunding), jasa
pembayaran dan pengiriman uang, manajemen
investasi hingga layanan edukasi dan
pengelolaan keuangan pribadi.
1. Apakah dengan kehadiran FinTech tersebut
dapat mengganggu tugas dan fungsi
perbankan?
2. Menurut Bapak/Ibu, apa dampak positif
Winda Wulan
Sari
(Pelaksana
Analis Kredit,
PT. BPD
Jambi)
dan negatif atas kehadiran FinTech
tersebut?
Salah satu contoh aplikasi FinTech di
Indonesia diantaranya adalah perusahaan
rintisan atau biasa disebut dengan StartUp,
seperti Amartha, yang menyediakan jasa peer
to peer (P2P) lending platform dengan sasaran
spesifik Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), dan Doku, yang menyediakan
platform pembayaran online untuk berbagai
jenis layanan seperti transfer uang sesama
pengguna Doku Wallet, pembayaran pulsa,
premi asuransi, dan berbagai pilihan lainnya,
serta yang populer di masyarakat saat ini yaitu
Go-Pay, layanan jasa pembayaran di bawah
perusahaan Gojek.
3. Adakah contoh aplikasi atau produk
FinTech yang disediakan oleh perusahaan
Bapak/Ibu seperti perusahaan rintisan
(StartUp) diatas, Jelaskan contoh produk
dan kegunaan produk FinTech tersebut di
perusahaan Bapak/Ibu.
4. Apakah perusahaan Bapak/Ibu
berkolaborasi dengan salah satu
perusaaahan penyelenggara FinTech di
Indonesia, Sebutkan.
Bank Indonesia sebagai pengawas di bidang
sistem pembayaran berupaya untuk tetap
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Salah
satu upaya tersebut ditandai dengan
diresmikannya FinTech Office BI pada
November 2016 lalu. Berbagai kebijakan dan
ketentuan telah ditetapkan, salah satunya
dengan menyediakan wahana Regulatory
Sandbox untuk para penyelenggara teknologi
finansial. Sedangkan yang dimaksud dengan
Regulatory Sandbox adalah suatu wahana
khusus bagi para inovator FinTech yang
memiliki produk-produk inovatif untuk
melakukan mitigasi risiko dan perlindungan
konsumen.
5. Menurut Bapak/Ibu, apakah sudah efektif
dengan adanya Regulatory Sandbox untuk
para penyelenggara FinTech dalam upaya
memitigasi risiko dan perlindungan
konsumen terhadap pengguna
penyelenggara FinTech. Jika belum,
kebijakan dan ketentuan apa yang dapat
Bapak/Ibu sarankan?
Bank Indonesia Provinsi Jambi telah
melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi
dalam rangka mendukung kehadiran FinTech
untuk mendukung pengembangan UMKM
berbasis ekonomi kreatif pada tanggal 10
Oktober 2017.
6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu, apakah
kegiatan sosialisasi dan edukasi yang baru
dilakukan satu kali oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jambi dapat
dikatakan efektif untuk pengembangan
UMKM berbasis ekonomi kreatif di Jambi
khususnya?
7. Apa saran yang bapak/ibu ajukan agar
kehadiran Fintech untuk mendukung
pengembangan UMKM di Jambi dapat
berjalan efektif?
8. Apa respon profit dan nonprofit Bapak/Ibu
jika, di Provinsi Jambi lahir perusahaan
Rintisan (StartUp) yang menggunakan jasa
Teknologi Finansial (FinTech)?
9. Kemudian apa pendapat Bapak/Ibu
terhadap kinerja Bank Indonesia Jika, di
Provinsi Jambi belum ada perusahaan
Rintisan (StartUp) atau perusahaan
penyelenggara FinTech yang lahir?
Panduan Wawancara Masyarakat Provinsi Jambi:
Pegawai Negeri
Sipil Jambi
1. Apakah Ibu sudah mengenal istilah
FinTech?
2. Apakah Ibu sudah mengenal produk-
produk FinTech, aplikasi FinTech apa saja
yang sudah Ibu gunakan saat ini?
Ernawati
(PNS, Badan
Perpustakaan
dan Arsip
Daerah)
Karyawan Dealer
Suzuki Angsana
Jaya Indah Jambi
1. Bagaimana sistem pembayaran yang
diterapkan oleh Dealer Suzuki Angsana
Jaya Indah Jambi, dimana saja konsumen
Dealer Suzuki Angsana Jaya Indah Jambi
dapat melakukan pembayaran?
2. Apakah FinTech sudah diterapkan di
Dealer Suzuki Angsana Jaya Indah?
Renny
Noprianti
(Marketing,
Dealer
Suzuki
Jambi)
Mahasiswa Unja 1. Anda merupakan salah satu penerima
beasiswa Bank Indonesia dan juga sebagai
ketua GenBI saat ini, apakah GenBI selama
ini telah mengikuti sosialisasi yang
diadakan oleh Bank Indonesia?
2. Apakah kalian merasa teredukasi dengan
adanya sosialisasi yang diadakan oleh Bank
Indonesia?
3. Apakah sifat sosialisasi yang diadakan oleh
Bank Indonesia sifatnya terbuka untuk
umum atau terbatas?
4. Siapa saja yang biasanya diundang dalam
sosialisasi yang diadakan oleh Bank
Indonesia ini?
Wandoyo
(Mahasiswa
Universitas
Jambi, dan
sebagai
Penerima
Beasiswa
Bank
Indonesia
Provinsi
Jambi
Periode 2017-
2018)
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA
Informan : Berti Pracimasanti
Jabatan : Manajer Unit Pengawasan Sistem Pembayaran (SP),
Pengelolaan Uang Rupiah (PUR) dan Keuangan Inklusif (KI)
Instansi : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Tanggal : 27 Februari 2018
Pertanyaan:
1. Kapan FinTech Office BI didirikan?
2. Apa visi dan misi FinTech Office BI ?
3. Apa saja perencanaan yang terdapat pada FinTech Office BI?
4. Apa maksud dan tujuan didirikannya FinTech Office BI ini?
5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai visi, misi dan
perencanaan FinTech Office BI?
6. Berapa jumlah penyelenggara FinTech yang terdaftar di BI saat ini?
7. Siapa saja sasaran atas didirikannya FinTech Office BI ini?
8. Upaya apa yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Jambi dalam rangka mendukung FinTech untuk mendukung ekonomi kreatif?
9. Apa output yang akan dicapai dari FinTech Office BI?
10. Media apa saja yang digunakan oleh BI untuk sosialisasi FinTech Office BI
khususnya tentang mitigasi risiko dan perlindungan konsumen?
11. Siapa sajakah yang teredukasi dalam sosialisasi ini?
12. Pendekatan apa saja yang dilakukan oleh FinTech Office BI kepada
penyelenggara FinTech ?
13. Bagaimana perkembangan pendekatan yang dilakukan oleh FinTech Office
BI tersebut?
14. Bagaimana konsumen melakukan konsultasi jika terdapat masalah terkait
sistem pembayaran?
15. Apakah FinTech Office BI menyediakan fasilitas sebagai mediator dalam
penyelesaian masalah terkait sistem pembayaran dan perlindungan
konsumen?
16. Seperti apa pengawasan yang dilakukan oleh FinTech Office BI dalam upaya
melakukan perlindungan konsumen terhadap kelancaran sistem pembayaran?
17. Faktor pendukung apa saja yang membuat sosialisasi ini berjalan dengan
lancar?
18. Apakah ada faktor penghambat dalam melakukan sosialisasi ini?
Jawaban:
1. FinTech Office Bank Indonesia diresmikan oleh Bpk. Agus D.W.
Martowardojo (Gubernur Bank Indonesia) pada tanggal 14 November 2016.
FinTech Office merupakan salah satu grup yang berada di bawah Departemen
Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran – Kantor Pusat Bank
Indonesia.
2. Menjadi wadah asesmen, mitigasi risiko, dan evaluasi atas model bisnis dan
produk atau layanan dari FinTech, serta inisiator riset terkait kegiatan layanan
keuangan berbasis teknologi.
3. Perencanaan jangka panjang FinTech Office Bank Indonesia tertuang pada
komitmen Gubernur Bank Indonesia pada saat ini menjabat (2018-2023)
yaitu Bapak Perry Warjiyo: “Mendukung strategi nasional ekonomi keuangan
digital baik dari sisi GPN (Gerbang Pembayaran Nasional), elektronifikasi,
Bansos (Bantuan sosial), maupun pengembangan produk FinTech.”
Sedangkan, perencanaan jangka pendeknya yaitu: “Mencermati dan mengatur
industri FinTech di bidang pembayaran, kliring dan settlement.”
4. Maksud dan tujuannya adalah untuk:
a) Melakukan evaluasi, asesmen, dan menyusun analisis untuk mitigasi
risiko terkait FinTech.
b) Memberikan dukungan terhadap pengembangan FinTech agar dapat
berperan sebagai aset dalam menunjang perekonomian nasional.
c) Menyediakan one stop services bagi indistri FinTech untuk memahami
kebijakan dan kerangka pengaturan Bank Indonesia dalam mendukung
pengembangan FinTech.
5. Sejak didirikan sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan.
6. Dapat dilihat pada website BI di www.bi.go.id
7. Seluruh penyelenggara teknologi finansial yang berkaitan dengan
penyelenggara jasa sistem pembayaran
8. Kegiatan sosialisasi dan edukasi berkaitan dengan pengembangan industri
FinTech di Indonesia yang telah dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jambi antara lain:
a) Seminar tentang peran FinTech dalam mendukung pengembangan
UMKM berbasis ekonomi kreatif pada tanggal 10 Oktober 2017.
b) Memfasilitasi pengembangan salah satu UMKM binaan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui salah satu perusahaan
startup di Indonesia.
9. Adapun output yang akan dicapai yaitu:
a) Hasil asesmen dan mapping terkait risiko FinTech kajian di bidang
FinTech sebagai dasar penyusunan atau penyempurnaan kebijakan, dan
implementasi kebijakan Bank Indonesia dalam regulatory sandbox.
b) Wadah pertukaran ide dan informasi bagi pengembangan FinTech di
Indonesia dan koordinasi lintas otoritas (di dalam dan luar negeri) terkait
FinTech.
c) Layanan informasi dan advisory bagi industri FinTech.
10. Melalui berbagai media seperti media cetak dan media elektronik.
11. Akademisi, pelajar, ibu rumah tangga dan masyarakat umum serta
penyelenggara jasa sistem pembayaran.
12. Tahap mentoring, capacity building, connecting, swing, slide dan sandbox.
13. Masih dilaksanakan hingga saat ini.
14. Tahap Konsultasi bisa dilakukan melalui telepon di 500-131, atau e-mail di
[email protected], surat menyurat maupun datang langsung ke Departemen
Kebijakan dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia pusat di Jalan M.H
Thamrin Nomor 1, Gedung D, Lantai 5, Jakarta. Sementara untuk di Provinsi
Jambi konsumen dapat datang langsung ke alamat Jalan Ahmad Yani Nomor
14 Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
15. BI menjadi fasilitator dengan cara memanggil, mempertemukan, mendengar,
dan memotivasi pihak yang bersangkutan.
16. Pengawasan dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan konsumen
kepada seluruh industri sistem pembayaran baik itu Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK), uang elektronik, transfer dana, dan penyedia
uang rupiah oleh penyelenggara sistem pembayaran, termasuk penyelenggara
FinTech yang menyediakan jasa sistem pembayaran di Indonesia.
17. Faktor pendukungnya karena adanya support dari BI FinTech Office.
18. Sulit mengajak Penyelenggara FinTech untuk ikut pertemuan BI.
Informan : Bayu Martanto
Jabatan : Kepala Perwakilan
Instansi : Bank Indonesia Provinsi
Tanggal : 10 September 2018
Pertanyaan
1. Apa upaya yang dilakukan Bank Indonesia provinsi Jambi dalam mendukung
perencanaan jangka panjang Bank Indonesia FinTech Ofice?
2. Dimana kegiatan ini di laksanakan?
3. Bagaimana Bank Indonesia merespon cepatnya laju inovasi dibidang FinTech
saat ini?
Jawaban:
1. Salah satu tugas BI adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, maka kegiatan GPN ini dalam rangka mewujudkan sistem
pembayaran yang lancar, aman, efisien dan andal serta memperhatikan
perkembangan informasi, komunikasi, teknologi dan inovasi.
2. Jalan Ahmad Yani Nomor 14 Kecamatan Telanaipura Kota Jambi pada hari
minggu tanggal 16 September 2018.
3. Sekarang ini laju inovasi sangat cepat, khususnya yang berkaitan dengan
FinTech. Membuat BI harus bergerak cepat juga untuk mendukung
terciptanya sistem pembayaran yang aman, lancar dan efisien.
Informan : A. Pandu Wirawan
Jabatan : Asisten Direktur/ Kepala Tim SP, PUR dan LA
Instansi : Bank Indonesia Provinsi
Tanggal : 5 Juni 2018
Pertanyaan
1. Seperti apa regulatory sandbox yang diterapkan oleh Bank Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan one stop service bagi industri fintech?
Jawaban:
1. Regulatory sandbox itu adalah semacam wahana yang disediakan oleh fintech
office bank indonesia khusus untuk para penyelenggara fintech untuk
melakukan uji coba produk bagi fintech
2. One stop services itu mulai dari perizinan hingga sebagai fasilitator bagi para pelaku
fintech yang membutuhkan untuk difasilitasi. Misalkan ada fintech yang mau
membuat produk baru, terus dia mau mencobanya di regulatory sandbox. Kalo
misalkan sudah bermain di regulatory sandbox, kemudian pengembangannya nanti
kira-kira bagaimana, dan misalkan mereka butuh difasilitasi untuk ditemukan sama
yang ahli-ahli, maka BI bisa memfasilitasinya
Informan : Winda Wulan Sari
Jabatan : Pelaksana Analis Kredit
Instansi : PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jambi
Tanggal : 18 September 2018
Pertanyaan
1. Apakah dengan adanya kehadiran FinTech dapat mengganggu tugas dan
fungsi perbankan?
2. Menurut Bapak/Ibu, apa dampak positif dan negatif atas kehadiran FinTech?
3. Adakah contoh aplikasi atau produk FinTech yang disediakan oleh
perusahaan Bapak/Ibu seperti perusahaan rintisan (Startup)?
4. Apakah perusahaan Bapak/Ibu berkolaborasi dengan salah satu perusaaahan
penyelenggara FinTech di Indonesia, Sebutkan.
5. Menurut Bapak/Ibu, apakah sudah efektif dengan adanya Regulatory Sandbox
untuk para penyelenggara FinTech dalam upaya memitigasi risiko dan
perlindungan konsumen terhadap pengguna penyelenggara FinTech. Jika
belum, kebijakan dan ketentuan apa yang dapat Bapak/Ibu sarankan?
6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu, apakah kegiatan sosialisasi dan edukasi yang
baru dilakukan satu kali oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Jambi dapat dikatakan efektif untuk pengembangan UMKM berbasis
ekonomi kreatif di Jambi khususnya?
7. Apa saran yang bapak/ibu ajukan agar kehadiran FinTech dapat mendukung
pengembangan UMKM di Jambi agar dapat berjalan efektif?
8. Apa respon profit dan nonprofit Bapak/Ibu jika, di Provinsi Jambi lahir
perusahaan Rintisan (Startup) yang menggunakan jasa Teknologi Finansial
(FinTech)?
9. Kemudian apa pendapat Bapak/Ibu terhadap kinerja Bank Indonesia Jika, di
Provinsi Jambi belum ada perusahaan Rintisan (Startup) atau perusahaan
penyelenggara FinTech yang lahir?
Jawaban:
1. Tidak mengganggu, justru akan mendukung kegiatan operasional perbankan.
2. Dampak positif : akan semakin mendukung kelancaran dan kehandalan
aktivitas operasional perbankan, serta memudahkan perbankan untuk
berinovasi dalam menciptakan produk-produk baru kepada masyarakat.
Dampak negatif : dapat menjadi sasaran kelemahan perbankan bagi pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab apabila FinTech tersebut belum memiliki
sumber kekuatan hukum yang memadai.
3. Mobile banking PT BPD Jambi
4. Saya belum mengetahui hal tersebut
5. Sudah efektif untuk memitigasi risiko dan perlindungan konsumen.
6. Efektif, namun sebaiknya lebih diintensifkan lagi kegiatan sosialisasi dan
edukasi tersebut agar dapat semakin bermanfaat bagi pelaku UMKM di
Jambi.
7. Terus memantau perkembangan FinTech di Jambi agar memiliki peran positif
dalam pengembangan UMKM dan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
8. Tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek profit maupun non profit.
9. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan FinTech di Provinsi
Jambi.
Informan : Ernawati
Jabatan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Instansi : Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jambi
Tanggal : 20 Agustus 2018
Pertanyaan
3. Apakah Ibu sudah mengenal istilah FinTech?
4. Apakah Ibu sudah mengenal produk-produk FinTech?
5. Aplikasi FinTech apa saja yang sudah Ibu gunakan saat ini?
Jawaban
1. Saya sih udah pernah denger.
2. Kalo produk-produknya saya tidak terlalu banyak tau.
3. Fitur aplikasi yang sudah saya gunakan saat ini kayak fitur Go-pay di aplikasi
Gojek dan Mobile Banking juga saya pake.
Informan : Renny Noprianti
Jabatan : Marketing
Instansi : Dealer Suzuki Angsana Jaya Indah Jambi
Tanggal : 8 September 2018
Pertanyaan
3. Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan oleh Dealer Suzuki Angsana
Jaya Indah Jambi, dimana saja konsumen Dealer Suzuki Angsana Jaya Indah
Jambi dapat melakukan pembayaran?
4. Apakah FinTech sudah diterapkan di Dealer Suzuki Angsana Jaya Indah?
Jawaban
1. Kalo Sistem pembayaran di Dealer Suzuki Angsana Jaya Indah Jambi ini
kami biasanya menerima cash, kalo ada konsumen yang melakukan
pembelian secara mengangsur atau kredit itu kami arahkan ke Suzuki Finance
sebagai pihak ketiga
Konsumen bisa melakukan transfer melalui Indomaret, dan Suzuki Finance
tersebut yang akan membayar ke Dealer kami
2. Jadi istilahnya Financial Technology itu sih kayaknya belum ada, karena
sistem pembayaran kami masih konvensional
3. Belum ada aplikasi khusus yang disediakan untuk konsumen melakukan
pembayaran secara online.
Informan : Wandoyo
Status : Mahasiswa
Jurusan/Fakultas : Ilmu Pemerintahan/FISIPOL
Instansi : Universitas Jambi
Tanggal : 10 September 2018
Pertanyaan
5. Anda merupakan salah satu penerima beasiswa Bank Indonesia dan juga
sebagai ketua GenBI saat ini, apakah GenBI selama ini telah mengikuti
sosialisasi yang diadakan oleh Bank Indonesia?
6. Apakah kalian merasa teredukasi dengan adanya sosialisasi yang diadakan
oleh Bank Indonesia?
7. Apakah sifat sosialisasi yang diadakan oleh Bank Indonesia sifatnya terbuka
untuk umum atau terbatas?
8. Siapa saja yang biasanya diundang dalam sosialisasi yang diadakan oleh
Bank Indonesia ini?
Jawaban
1. Selama kami di GenBI kami sering mengikuti kegiatan sosialisasi yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
2. Kami merasa teredukasi
3. Namun sosialisasi ini sifatnya masih terbatas
4. Kalangan Perbankan dan komunitas penerima beasiswa Bank Indonesia atau
komunitas GenBI.
Lampiran 4
LAMPIRAN OBSERVASI
No Observasi Halaman
1 Mengamati ada atau tidaknya kunjungan konsumen untuk
konsultasi permasalahan sistem pembayaran ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
76
2 Mengamati ada atau tidaknya kunjungan konsumen terkait
masalah sistem pembayaran untuk dilakukan tahap fasilitasi
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
76
3 Mengamati ada atau tidaknya Pengawasan di bidang sistem
pembayaran yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jambi
76
LAMPIRAN DOKUMENTASI
No Dokumentasi Penelitian Halaman
1 Video dokumenter FinTech oleh Plt Kepala BI FinTech Office,
Junanto Herdiawan. Akses: http://www.youtube.com/watch?v=
Mcvx691PA9g
50
2 Materi Slideshow: Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia, tentang PBI Perlindungan Konsumen Sistem
Pembayaran Bank Indonesia
60
3 Materi Slideshow: Bank Indonesia FinTech Office, tentang
Financial Technology Perkembangan dan Respon Kebijakan
Bank Indonesia
77
4 Alur Sosialisasi PBI Perlindungan Konsumen Sistem
Pembayaran BI
60
5 Dokumentasi saat peneliti melakukan wawancara bersama
Informan
LAMPIRAN DATA SEKUNDER
No Data Sekunder Halaman
1 Daftar penyelenggara fintech, http://www.bi.go.id/id/sistem-
pembayaran/fintech/pengumuman-
62
penyelenggara/contens/default.apsx
2 Peraturan Bank Indonesia: PBI Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang
Penyelenggara Teknnologi Finansial
55, 56, 57,
61,
3 Peraturan Anggota Dewan Gubernur: PADG Nomor
19/15/PADG/2017 Tentang Tata Cara Pendaftaran,
Penyampaian Informasi dan Pemantauan Penyelenggara
Teknologi Finansial
56, 57,
4 Peraturan Anggota Dewan Gubernur: PADG Nomor
19/14/PADG/2017 Tentang Ruang Uji Coba Terbatas
(Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial
58, 59
Lampiran 5
DOKUMENTASI MEDIA
DOKUMENTASI WAWANCARA
(Wawancara: Berti Pracimasanti, Manajer Unit Pengawasan SP, PUR dan KI,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi)
(Wawancara: Ernawati, Pegawai Negeri Sipil, Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi)
(Wawancara: Reni Noprianti, Marketing Promosi, Dealer Suzuki Angsana Jaya
Indeh Jambi)
(Wawancara: Wandoyo, Mahasiswa, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Jambi)
(Wawancara: Winda Wulan Sari, Pelaksana analis Kredit PT. BPD Jambi)
(Bayu Martanto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi)
BIODATA PENULIS
IDENTITAS DIRI
Nama : Dedeh Ratna Sari
NIM : SES.141257
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
TTL : Bajubang, 17 Agustus 1996
Alamat Alamat : Jl.Brigjend Katamso Rt.12 Kel.Kasang, Kota Jambi.
HP HP : 085357905391
Email Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2001 – 2002 : TK Pertiwi VII Kasang, Kota Jambi.
2. 2002 – 2008 : SD Negeri 23 Kasang, Kota Jambi.
3. 2008 – 2011 : SMP Negeri 10 Rajawali, Kota Jambi.
4. 2011 – 2014 : SMK Negeri 1 Telanaipura, Kota Jambi.
5. 2014 – 2018 : Universitas Islam Negeri (UIN) STS Jambi
PENGALAMAN
1. 2012 Magang di Kantor TASPEN Jambi
2. 2013 Magang di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jambi
3. 2015 Finalis Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam di Universitas Padang
4. 2016 Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)
5. 2017 Penerima Beasiswa Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi
6. 2017 Magang di Bank Indonesia Provinsi Jambi
7. 2017 Juara I Duta Ekonomi Syariah Provinsi Jambi
8. 2018 Sepuluh Besar Finalis Duta Baca Provinsi Jambi
9. 2018 News Anchor (Presenter) JekTV Jambi