rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). · 2020. 6. 6. · bab 6 kurikulum 2013 mata pelajaran...

210

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang No.28

    Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

    1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

    ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

    Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling

    lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba-nyak

    Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

    2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

    pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

    dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana

    denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

    pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,

    dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana

    denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

    4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

    (3) yang dilakukan dalam bentauk pembajakan, dipidana dengan pidana

    penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling

    banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

  • MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA

    Implementasi Kurikulum 2013 di SMA

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

  • MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA

    Implementasi Kurikulum 2013 di SMA

    Copyright©2020, Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

    Diterbitkan pertama kali oleh CV Amerta Media Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved

    Hak penerbitan pada Penerbit Amerta Media Dilarang mengutip atau memperbayak sebagian atau seluruh isi buku ini

    tanpa seizin tertulis dari Penerbit

    Anggota IKAPI Cetakan Pertama: Mei 2020 15 cm x 23 cm ISBN: 978-623-93687-5-3

    Penulis : Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. Editor : Aan Herdiana, M.Sos Tegar Roli A., M.Sos Desain Cover : Adji Azizurrachman Tata Letak : Zaini Adroi

    Diterbitkan Oleh : CV. Amerta Media

    NIB. 0220002381476 NP. 202003-1708-4520-1345-639

    Email : [email protected] Website: www.penerbitbuku.id Whatsapp : 081-356-3333-24

    Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KdT)

    MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA

    Implementasi Kurikulum 2013 di SMA

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

    Editor - Aan Herdiana, Tegar Roli A

    Cet.1 – Purwokerto, Penerbit Amerta Media

    Isi di luar tangung jawab penerbit Amerta Media

  • Buku ini kupersembahkan untuk :

    ayahku tersayang, Bapak Sahlan yang selalu mendoakanku;

    suamiku tercinta Mas Wibawanto; anak-anak kebanggaanku Rifqi

    Rahmattullah Darmawan, Rafi Muhammad Iqbal dan Hilmy

    Zahran Muafa, yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap

    langkah kehidupanku.

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

    V

  • Pengantar Penulis

    uku ini mengkaji tentang manajemen pembelajaran kimia dalam implementasi kurikulum 2013 di tingkatan SMA. Seperti yang kita

    pahami, kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan

    menentukan arah pendidikan. Berhasil atau tidaknya sebuah

    pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang

    digunakan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan

    lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

    yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang disempurna-

    kan dengan kurikulum 2006, yang mencakup kompetensi sikap,

    pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.

    Pemberlakuan kurikulum baru ini menurut pihak Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan bersifat urgen dan harus dilaksanakan

    secepatnya di tahun ajaran baru nanti. Adapun fokus kajian dalam

    buku ini meliputi: pengertian manajemen pembelajaran,

    pembelajaran kimia SMA, kurikulum 2013 mata pelajaran kimia,

    model pembelajaran, penilaian otentik dalam pembelajaran kimia,

    dan studi lapangan tentang implementasi kurikulum 2013 di SMA

    Kota Bandung.

    Mei, 2020

    Penulis

    VI

    MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

    B

  • Daftar Isi

    Pengantar Penulis .......................................................................... VI Daftar Isi ………………………………………………….. VII Daftar Tabel ……………………………………………….. VIII Daftar Gambar …………………………………………….. X

    BAB 1 Pengantar .......................................................................... 1

    BAB 2 Merdeka Belajar ............................................................... 9

    BAB 3 Pembelajaran Daring di Era Covid-19 ....................... 17

    BAB 4 Manajemen Pembelajaran ............................................. 27

    BAB 5 Pembelajaran Kimia SMA ............................................ 41

    BAB 6 Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Kimia ...................... 49

    BAB 7 Model-Model Pembelajaran pada Kurikulum

    2013 untuk Mata Pelajaran Kimia ............................... 69

    BAB 8 Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Kimia ........... 87

    BAB 9 Media dan Sumber Belajar dalam Pembelajaran

    Kimia .............................................................................. 103

    BAB 10 Manajemen Pembelajaran Kimia:

    Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Guna

    Dharma dan SMA PGRI 3 Kota Bandung .............. 109

    BAB 11 Telaah Kirits Implementasi Kurikulum 2013

    di SMA ........................................................................... 145

    BAB 12 Penutup ........................................................................... 191

    Daftar Pustaka ……………………………………………………... 196

    Lampiran ......................................................................................... 199

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

    VII

  • Daftar Tabel

    Tabel 4.1 Konsep dan Sudut Pandang Pembelajaran.......... 36

    Tabel 6.1 Tingkatan Kompetensi Berdasarkan

    Permendikbud Tentang Standar Isi................................................................................. 51

    Tabel 6.2 Indikator Keterampilan Proses Dasar

    dan Terpadu.............................................................. 59

    Tabel 6.3 Indikator Keterampilan Proses Sains Beserta

    Sub Indikatornya...................................................... 60

    Tabel 7.1 Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah

    Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah................ 79

    Tabel 7.2 Tahapan - Tahapan Model PBL............................ 80

    Tabel 7.3 Contoh Matrik Pemilihan Model........................... 86

    Tabel 8.1 Waktu Penilaian........................................................ 97

    Tabel 8.2 Tingkat Ketuntasan Sikap..................................... 99

    Tabel 8.3 Tingkat Ketuntasan Pengetahuan dan

    Keterampilan............................................................ 100

    Tabel 8.4 Konversi Skor dan Predikat Hasil Belajar

    Untuk Setiap Ranah................................................. 101

    VIII

    MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Tabel 10.1 Kondisi Peserta Didik SMAS Guna

    Dharma Tahun Pelajaran 2015-2016.................... 114

    Tabel 10.2 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA

    Guna Dharma Tahun Pelajaran 2015-2016........ 115

    Tabel 11.1 Deskripsi Langkah Pembelajaran.......................... 156

    Tabel 11.2 Deskripsi Ranah Sikap Spiritual dan

    Sikap Sosial .............................................................. 166

    Tabel 11.3 Deskripsi Ranah Pengetahuan............................... 167

    Tabel 11.4 Deskripsi Ranah Keterampilan.............................. 169

    Tabel 11.5 Nilai Ketuntasan Kompetensi Sikap..................... 171

    Tabel 11.6 Nilai Ketuntasan Kompetensi Pengetahuan

    dan Keterampilan..................................................... 172

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

    IX

  • Daftar Gambar

    Gambar 4.1 Proses Belajar Mengajar ......................................34

    Gambar 6.1 Hasil Belajar Melahirkan Peserta Didik yang Produktif, Inovatif, dan Afektif Melalui Penguatan Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang Terintegrasi …………........... 55

    Gambar 7.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek……………………………. 75

    Gambar 9.1 Alat Peraga Molymod ........................................... 105

    Gambar 9.2 Alat Proses Elektrolisis ..................................... 106 X

    MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • BAB 1

    PENGANTAR

    ndonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau

    besar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.500. Penduduk

    Indonesia berdasarkan pada sensus penduduk tahun 2010

    berjumlah lebih dari 238 juta jiwa. Keragaman yang menjadi

    ka-rakteristik dan keunikan Indonesia adalah antara lain dari segi

    geo-grafis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana,

    latar belakang dan kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman

    lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut

    selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan

    pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka

    meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di

    setiap daerah. Sehingga pembangunan di bidang pendidikan

    amatlah penting.

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 1

    I

  • Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing

    daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik

    daerah. Begitu pula halnya dengan kurikulum sebagai jantungnya

    pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara

    kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan,

    dan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional.

    Kurikulum 2013 di Indonesia dikembangkan atas dasar teori

    “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori

    kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar

    merupakan pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai

    kualitas minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan.

    Kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai

    kualitas standar nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional

    dinyatakan sebagai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi

    lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar

    kompetensi lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi

    Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTs,

    SMA/MA, SMK/MAK.

    Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    perlu menetapkan dan mengembangkan kurikulum pendidikan

    yang telah ada menjadi lebih baik lagi sehingga dapat memberikan

    dampak positif bagi peserta didik sendiri, masyarakat, maupun

    bangsa dan negara. Hal ini dilakukan pemerintah karena selama ini

    kurikulum yang ada belum mampu memberikan solusi mengenai

    problematika yang sedang dihadapi bangsa. Selain itu,

    perkembangan zaman yang semakin pesat sehingga bangsa ini

    harus cepat tanggap untuk menyesuaikan diri supaya tidak

    tertinggal terlalu jauh dengan bangsa-bangsa lain.

    Berdasarkan pertimbanan-pertimbangan itulah, pemerintah

    melalui Kemendikbud berusaha sekuat tenaga untuk menyusun,

    2 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • mengembangkan, dan menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku

    pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum baru ini diperkenalkan

    oleh pemerintah dengan sebutan Kurikulum 2013 (KURTILAS).

    Dengan kurikulum baru ini, harapannya apa yang menjadi persoalan-

    persoalan yang menimpa bangsa ini akan cepat teratasi sehingga

    secara berkelanjutan cita-cita bangsa tercinta Indonesia akan mudah

    tercapai, yakni menjadi Negara yang makmur, adil, dan sejahtera.

    Pemerintah pada tahun 2013 menggulirkan Kurikulum 2013

    sebagai perbaikan dan pengganti Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 tersebut diberlakukan pada

    tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/

    Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pemerintah memilih sekolah–

    sekolah sebagai pilot projec untuk pelaksanaan Kurikulum 2013.

    Berkenaan dengan hal tersebut Dinas Pendidikan Kota Bandung

    pada tahun 2013 memilih untuk mewajibkan SMA dan SMK

    menggunakan Kurikulum 2013. Kemudian tahun pelajaran

    2015/2016 sekolah diberi kebebasan untuk memilih kembali ke

    kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau tetap

    menggunakan kurikulum 2013. Pada kesempatan ini, di kota Bandung

    hampir semua sekolah tetap melaksanakan kurikulum 2013, tetapi di

    kabupatan Bandung sekolah negeri tetap menggunakan kurikulum

    2013 dan sekolah swasta kembali ke kurikulum 2006.

    Permasalahan yang muncul pada implementasi kurikulum 2013

    antara lain (1) Kompetensi guru yang belum siap karena belum

    mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013; (2) Kesiapan belajar

    yang memerlukan waktu cukup lama untuk penyesuaian dari

    kebiasaan mencatat dan menghafal kepada kebiasaan berfikir ilmiah,

    yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring;

    (3) Adanya kesalahan ketik dan adanya hirarki materi yang tidak

    runtut, untuk itu perlunya revisi sumber belajar dalam hal ini buku

    pegangan dan guru; (4) Belum siapnya guru dan melaksanakan

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 3

  • proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah seperti yang di-

    amanatkan Kurikulum 2013 dan (5) Penilaian belum dilakukan

    secara komprehensif seperti yang diharapkan pada penilaian

    otentik (http://marion-rebai.blogspot.co.id/2013/12/identifikasi-

    masalah-implementasi.html).

    Masalah implementasi Kurikulum 2013 tidak sekadar perma-

    salahan pemahaman mereka terhadap kurikulum. Permasalahan guru

    mencakup ketidaksiapan penyelenggaraan Kurikulum 2013 secara

    keseluruhan; seperti ketersediaan sarana prasarana utama, seperti

    buku dan adanya pendampingan yang memadai bagi para guru, (Sinar

    Harapan: Sekjen Federasi Serikat Guru, Retno Listyarti).

    Pada pelaksanaannya Kurikulum 2013 di daerah masih me-

    nyisakan berbagai persoalan. Meski tujuan kurikulum baru itu baik,

    namun pelaksanaan di lapangan harus mendapat banyak perbaikan.

    Persoalan-persoalan yang muncul antara lain: (1) Guru sebagai

    manajer di kelas belum memahami benar implementasi kurikulum

    2013 yang seharusnya. Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan

    terhadap guru, tetapi belum semua guru memahaminya secara baik.

    Pun guru yang mengikuti pelatihan belum semua informasi terkait

    dengan implementasi kurikulum terserap dengan baik; (2) Kurangnya

    buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat. Bahkan di beberapa

    sekolah SMP yang menjadi pilot project penerapan Kurikulum 2013 di

    Kabupaten Tegal (dan mungkin di kabupaten lainnya di Indonesia),

    hanya terdapat dua buku panduan. Untuk mengatasi itu, pihaknya

    mengunduh buku panduan dari internet dan memperbanyaknya; (3) Buku yang idealnya juga dimiliki dengan komposisi satu buku satu

    masih belum dapat disediakan dengan cukup. Kondisi tersebut

    memaksa sekolah untuk melakukan pengadaan buku tersebut dengan

    penggandaan yang tentunya membutuhkan biaya tambahan;

    (4) Sistem rapor. Masalah mungkin muncul pada pertengahan

    Oktober depan, berkaitan dengan sistem rapor kepada orang tua.

    4 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Hingga sekarang belum ada petunjuk teknis bagaimana rapor itu nanti

    dibuat, yang mengacu kepada sistem penilaian di perguruan tinggi

    dengan nilai A, B, C, dan seterusnya; (5) Lainnya adalah keberatan

    para orang tua berkaitan dengan adanya kata-kata kasar dalam buku

    panduan Kurikulum 2013; dan (6) Terdapat beberapa daerah yang

    memaksakan diri dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Sebagai contoh

    Kota Tegal, pada tahun pelajaran 2013/2014 secara serentak

    mewajibkan seluruh sekolah untuk menerapkan kurikulum 2013. Hal

    ini jelas menimbulkan permasalahan, misalnya mahalnya biaya

    pengadaan buku. Masalah ini menjadi lebih parah manakala

    diwajibkan untuk membeli buku sendiri (sekolah menjadi terkesan

    sangat mahal), (http://farichinfarich.blogspot.co.id/2013/11/per-

    masalahan-implementasi-kurikulum-2013.html).

    Munculnya masalah tersebut disebabkan oleh :

    a. Sosialisasi dan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Dinas

    Pendidikan melalui pengwas dan Kepala Sekolah belum

    optimal dilaksanakan; b. Pendistribusian buku dan buku pegangan guru belum optimal; c. Belum optimalnya guru dalam memahami penerapan manaje-

    men pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013; d. Pelaksanaan Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum

    2013 belum dipahami secara utuh oleh guru SMA; e. Pembuatan Rencana Program Pengajaran (RPP) oleh guru se-

    bagian besar masih berupa copy paste dari contoh model yang

    dikeluarkan oleh pemerintah atau penerbit buku; f. Banyak guru yang belum membuat pemetakan Kompetensi

    Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan dalam

    pengembangan silabus; g. Masih ada SMA yang belum membentuk Tim Pengembang

    Kurikulum;

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd 5

  • h. Banyak SMA yang belum melakukan analisis konteks

    khususnya analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP) karena

    kepala sekolah SMA dan guru belum memahami esensi SNP

    dan tata cara melakukan analisis SNP; dan i. Peran komite sekolah dalam pengembangan Kurikulum 2013

    belum optimal.

    Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah

    secara nyata mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pen-

    cemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya potensi

    rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan glo-bal

    merupakan tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa

    kini dan di masa yang akan datang. Dalam konteks ini, kurikulum

    seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan

    kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan

    menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan pemecahan

    masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan

    pangan. Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu

    pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan.

    Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment), studi

    yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA,

    menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar

    terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International

    Mathematics and Science Study) menunjukkan Indonesia berada pada

    rangking amat rendah dalam kemampuan: (1) Memahami informasi

    yang komplek, (2) Teori, analisis dan pemecahan masalah,

    (3) Pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)

    Melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada

    perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak membebani peserta

    didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang

    diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam

    membangun negaranya pada abad 21.

    6 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan

    pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah

    dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang disempurnakan dengan

    kurikulum 2006, yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan

    keterampilan secara terpadu. Pemberlakuan kurikulum baru ini

    menurut pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersifat

    urgen dan harus dilaksanakan secepatnya di tahun ajaran baru nanti.

    Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penerapan dan pelaksanaan

    Kurikulum 2013 tidak berjalan sebagaimana mestinya, antara lain

    sosialisasi dan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh dinas pendidikan

    melalui pengawas dan kepala sekolah belum optimal dilaksanakan;

    pendistribusian buku dan buku pegangan guru belum optimal; belum

    optimalnya guru dalam memahami penerapan manajemen

    pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013; pelaksanaan

    Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 belum dipahami

    secara utuh oleh guru SMA; pembuatan Rencana Program Pengajaran

    (RPP) oleh guru sebagian besar masih berupa copy paste dari contoh

    model yang dikeluarkan oleh pemerintah atau penerbit buku; banyak

    guru yang belum membutpemetakan Kompetensi Inti (KI) dan

    Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan dalam pengembangan silabus;

    masih ada SMA yang belum membentuk Tim Pengembang

    Kurikulum; banyak SMA yang belum melakukan analisis konteks

    khususnya analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP) karena kepala

    sekolah SMA dan guru belum memahami esensi SNP dan tata cara

    melakukan analisis SNP; dan peran komite sekolah dalam

    pengembangan Kurikulum 2013 belum optimal Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 7

  • 8 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • BAB 2

    MERDEKA BELAJAR

    “Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan

    menjadi arah pembelajaran ke depan, yang fokus pada arahan

    bapak presiden dan wakil presiden dalam meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia,”

    Nadiem Anwar Makarim, (Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan Republik Indonesia)

    endidikan merupakan media untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Pendidikan yang berkualitas juga

    mencerminkan masyarakat maju dan modern. Pendidikan

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 9

    P

  • menjadi mesin penggerak kebudayaan. Kebiasaan-kebiasaan dari

    setiap zaman menjad berubah sejalan dengan perubahan yang

    diperoleh dari proses pendidikan itu sendiri. Pendidikan mampu

    melihirkan hal-hal yang kreatif, inovatif dalam menapaki setiap

    perkembangan zaman. Ketika suatu ingin negara menciptakan

    kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya, maka pendidikan

    menjadi elemen penting yang harus disiapkan untuk memenuhi

    keinginan dan cita-cita tersebut (Mustaghfiroh, 2020).

    Pemerintah Indonesia sebenarnya selalu memberikan perhatian

    lebih terhadap sektor pendidikan. Ini dibuktikan dengan telah

    ditetapkan beberapa kebijakan pemerintah di sektor pendidikan,

    mulai dari program wajib belajar, bea kepada masyarakat kurang

    mampu da program-program yang mengupayakan peningkatan

    kualitas pendidikan, serta menganggarkan 20 persen APBN untuk

    sektor pendidikan. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan besar

    adalah ke mana arah pendidikan Indonesia saat ini, dan kenapa

    kemudian pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dengan

    negara-negara di dunia (Mustaghfiroh, 2020)..

    Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko

    Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin

    untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar

    Makarim, menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan

    “Merdeka Belajar”. Program tersebut meliputi Ujian Sekolah

    Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan

    Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

    Untuk lebih jelaskan terkait dengan penjelasan empat program

    tersebut, mengutip pendapatnya Sutrisna Wibawa (2019) berikut

    penulis paparkan di bawah ini:

    10 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Pertama, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Prinsip

    dari kebijakan ini adalah sekolah memiliki kemerdekaan untuk

    menilai kompetensi secara komprehensif dalam bentuk tes tertulis,

    penilaian portofolio dan penugasan (esai, karya tulis, ataupun

    projek). Guru juga diberi kemerdekaan untuk menentukan sumber

    soal ujian sekolah, apakah dibuat sendiri ataupun sumber lainnya.

    Kedua, Ujian Nasional (UN). Tahun 2020 merupakan akhir dari

    pelaksanaan UN dan tahun 2021 diubah menjadi Asesmen

    Kompetensi Minimum dan Survai Karakter, yang terdiri dari

    kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan

    bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan

    pendidikan karakter. Arah dari kebijakan ini akan mengacu pada

    praktik penyelenggaraan PISA dan TIMSS. Menariknya, pelaksaan

    Asesmen diselenggarakan di tengah jenjang sekolah (misal kelas 4,

    8, 11). Hasilnya tidak digunakan untuk seleksi ke jenjang

    berikutnya. Ia hanya dijadikan instrumen pemetaan kualitas

    pendidikan secara nasional, sekaligus mendorong guru untuk

    memperbaiki mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing.

    Menurut Stanislaus Riyanta (2020), ada yang mengatakan UN tetap

    perlu sebagai alat ukur kemampuan seseorang atau lulusan secara

    akademis. Namun, beberapa pihak berpendapat, karena UN selama

    ini telah menimbulkan ketakutan dan rasa waswas, dihapuskan saja.

    Bertahun-tahun belakangan, lembaga bimbingan belajar pun

    bermunculan di mana-mana, seperti hendak menggantikan peran

    sekolah dalam mempersiapkan mengikuti UN. Kecurangan demi

    kecurangan di dalam UN pun terus terjadi setiap tahun walaupun

    sejak beberapa tahun lalu UN tak lagi berperan sebagai penentu

    kelulusan.

    Ketiga, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP). Dalam penyu-

    sunan RPP guru secara merdeka memilih, membuat, menggunakan,

    dan mengembangkan format RPP melalui tiga komponen inti RPP

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 11

  • yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen

    (komponen lainnya bersifat pelengkap dan dapat dipilih secara

    mandiri). Guru cukup menulis 1 halaman terkait tiga komponen

    inti RPP sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk

    mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.

    Keempat, Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

    sistem Zonasi. Kebijakan ini akan dibuat lebih fleksibel untuk

    mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai

    daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima minimal 50

    persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, jalur perpindahan

    maksimal 5 persen, dan jalur prestasi antara 0-30 persen

    disesuaikan dengan kondisi daerah. Daerah berwenang

    menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi.

    Keempat kebijakan tersebut membawa tanggapan positif dari

    masyarakat, politisi, pemerhati dan praktisi pendidikan, terutama

    terkait UN. Meski begitu penghapusan UN juga mendapat kritikan

    dari berbagai kalangan termasuk mantan Wakil Presiden Jusuf

    Kalla, yang menganggap ketiadaan UN yang menghasilkan generasi

    yang lembek. Bahkan JK mengaitkan bahwa sejak UN tidak lagi

    dijadikan syarat kelulusan (tahun 2015), maka terjadi penurunan

    mutu pendidikan, hal itu sejalan dengan riset Organisasi Kerjasama

    dan Pembangunan (OECD) lewat Programme for International Student

    Assessment (PISA), dimana peringkat Indonesia turun pada tahun

    2018 ketimbang 2015, dari peringkat 64 menjadi peringkat 72 dari

    79 negara yang disurvai.

    Empat perubahan di atas tentu digagas demi menunjang

    “kemerdekaan belajar”. Perubahan terhadap ujian (USBN dan UN)

    dilakukan demi memperbaiki mutu lulusan, sekaligus memerdekakan

    dari berbagai aktivitas belajar yang tak perlu dilakukan. Perombakan

    RPP yang dibuat guru dilakukan untuk efisiensi dan memerdekakan

    guru dari segala administrasi pembelajaran yang tidak benar-benar

    12 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • diperlukan. Dan, perubahan pada PPDB Zonasi dilakukan agar

    penerimaan di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan lebih fleksibel.

    Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI)

    yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem

    membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya,

    penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun

    2019 menunjukkan hasil penilaian pada peserta didik Indonesia hanya

    menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan

    literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara. Menyikapi

    hal itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan

    minimum, meliputi literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi

    bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga

    kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di

    baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran

    matematika, tetap penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam

    menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata. Satu aspek

    sisanya, yakni Survei Karakter, bukanlah sebuah tes, melainkan

    pencarian sejauh mana penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan

    Pancasila yang telah dipraktekkan oleh peserta didik (Mustaghfiroh,

    2020).

    Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului

    oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada peserta didik.

    Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apapun, tanpa ada

    proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada,

    maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.

    Program “Merdeka Belajar” dengan empat fokus di atas hendak

    menawarkan perubahan signifikan—bahkan bisa dibilang

    revolusioner—dalam dunia pendidikan. Berita tentang penghapusan

    UN menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 13

  • pada tahun 2021, misalnya, menjadi ramai, menimbulkan pro dan

    kontra (Stanislaus Riyanta, 2020).

    Dalam pelaksanaanya, tidak ada kebijakan tanpa kritik.

    Menanggapi berbagai kritik dan kekhawatiran tidak adanya standar

    akibat penghapusan UN, Nadiem menegaskan bahwa standar

    nasional tentu saja ada. Namun, cara penilaian dan bentuk tesnya akan

    menjadi kedaulatan pihak sekolah. Alasan Nadiem hanya pihak

    sekolahlah yang mengetahui kemampuan kognisi dan perkembangan

    psikologis anak. Adapun perihal sekolah yang belum siap untuk

    membuat asesmen, Nadiem mengatakan, mereka bisa menggunakan

    soal-soal dari USBN atau UN. Pada akhirnya, memberi kemerdekaan

    berarti tidak ada paksaan bagi sekolah untuk menggunakan sistem

    asesmen (https://mediaindonesia.com/ (2019).

    Pada prinsipnya sekolah dipacu untuk melakukan proses

    adaptasi. “Bagi yang belum siap, bagi yang masih mau belajar

    menggunakan cara penilaian baru. Silakan. Itu haknya sekolah.

    Namun, bagi sekolah-sekolah dan guru yang sudah siap, bisa maju

    duluan. Dan itu tentunya tidak akan kita tinggalkan sendiri, kita

    akan selalu memberikan contoh-contoh,” kata Nadiem saat rapat

    kerja dengan Komisi X DPR RI dikutip dari

    https://mediaindonesia. com/ (2019).

    Pada tahun mendatang, seperti dijelaskan (Mustaghfiroh, 2020),

    sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di

    dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih

    nyaman, karena peserta didik dapat berdiskusi lebih dengan guru,

    belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan

    guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani,

    mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan

    tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa

    survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya

    setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya

    14 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • dalam bidang masingmasing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar

    yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan

    masyarakat. Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim ter-

    dorong karena keinginannya menciptakan suasana belajar yang

    bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu.

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.

    15

  • 16 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • BAB 3

    PEMBELAJARAN DARING

    DI ERA COVID-19

    khir-akhir ini berbagai negara di dunia, tengah dikejutkan dengan wabah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

    bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah covid-19

    (Corona Virus Diseases-19). Virus ini awalnya mulai berkembang di

    Wuhan, China. Wabah virus ini memang penularannya sangat

    cepat menyebar ke berbagai negara di dunia. Sehingga oleh World

    Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus

    covid-19 sebagai pandemi dunia saat ini.

    Penyebaran virus covid-19 menjadi penyebab angka kematian

    yang paling tinggi di berbagai negara dunia saat ini. Sudah banyak

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.P 17

    A

  • korban yang meninggal dunia. Bahkan banyak juga tenaga medis yang

    menjadi korban lalu meninggal. Hal ini menjadi permasalahan yang

    harus dihadapi oleh dunia saat ini, untuk melakukan berbagai

    kebijakan termasuk di negara Indonesia sendiri. Indonesia pun juga

    merasakan akan dampak penyebaran virus ini. Semakin hari semakin

    cepat menyebar ke sejumlah wilayah di Indonesia (Puspitasari, 2020).

    Persebaran virus Corona yang massif di berbagai negara,

    memaksa kita untuk melihat kenyataan bahwa dunia sedang

    berubah. Kita bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan di

    bidang teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah

    krisis akibat Covid-19. Perubahan itu mengharuskan kita untuk

    bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan sekaligus selalu

    belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi

    bagi peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak

    pendidikannya. Sampai 1 April 2020, UNESCO mencatat

    setidaknya 1,5 milyar anak usia sekolah yang terdamapk Covid 19

    di 188 negara termasuk 60 jutaan diantaranya ada di negara kita.

    Akibat dari pandemi covid-19 ini, Pemerintah menerapkan

    kebijakan yaitu Work From Home (WFH). Kebijakan ini merupakan

    upaya yang diterapkan kepada masyarakat agar dapat

    menyelesaikan segala pekerjaan di rumah. Pendidikan di Indonesia

    pun menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya

    pandemi covid-19 tersebut. Dengan adanya pembatasan interaksi,

    Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan

    kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses

    Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem

    dalam jaringan (daring). Dengan menggunakan sistem

    pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul berbagai masalah

    yang dihadapi oleh peserta didik dan guru, seperti materi pelajaran

    yang belum selesai disampaikan oleh guru kemudian guru

    mengganti dengan tugas lainnya. Hal tersebut menjadi keluhan bagi

    peserta didik karena tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak

    (Puspitasari, 2020).

    18 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Penelitian yang dilakukan oleh Agus Purwanto dkk., (2020)

    menjelaskan tentang dampak yang dirasakan langsung oleh guru,

    peserta didik, dan orang tua karena proses pembelajaran online.

    Beberapa dampak yang dirasakan peserta didik pada proses belajar

    mengajar di rumah adalah para peserta didik merasa dipaksa belajar

    jarak jauh tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah. Fasilitas ini

    sangat penting untuk kelancaran proses belajar mengajar, untuk

    pembelajaran online di rumahnya seharusnya disediakan dulu

    fasilitasnya seperti laptop, computer ataupun hand phone yang akan

    memudahkan peserta didik untuk menyimak proses belajar mengajar

    online. Kendala selanjutnya yaitu peserta didik belum ada budaya

    belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah

    melalui tatap muka, peserta didik terbiasa berada di sekolah untuk

    berinteraksi dengan teman-temannya, bermain dan bercanda gurau

    dengan teman-temannya serta bertatap muka dengan para gurunya.

    Dengan adanya metode pembelajaran jarak jauh membuat para

    peserta didik perlu waktu untuk beradaptasi dan mereka menghadapi

    perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi daya

    serap belajar mereka. Dampak selanjutnya yang dialami peserta didik

    yaitu sekolah diliburkan terlalu lama membuat anak-anak jenuh, anak-

    anak mulai jenuh di rumah dan pingin segera ke sekolah bermain

    dengan teman-temannya, peserta didik terbiasa berada di sekolah

    untuk berinteraksi dengan teman-temannya, bermain dan bercanda

    gurau dengan teman-temannya serta bertatap muka dengan para

    gurunya.

    Dampak terhadap orang tua yaitu kendala yang dihadapi para

    orang tua adalah adanya penambahan biaya pembelian kuota

    internet, teknologi online memerlukan koneksi jaringan ke internet

    dan kuota oleh karena itu tingkat penggunaaan kuota internet akan

    bertambah dan akan menambah beban pengeluaran orang tua.

    Untuk melakukan pembelajaran online selama beberapa

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 19

  • bulan tentunya akan diperlukan kuota yang lebih banyak lagi dan

    secara otomatis akan meningkatkan biaya pembelian kuota

    internet.

    Dampak yang dirasakan guru yaitu tidak semua mahir

    menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana

    pembelajaran, beberapa guru senior belum sepenuhnya mampu

    menggunakan perangkat atau fasilitas untuk penunjang kegiatan

    pembelajaran online dan perlu pendampingan dan pelatihan terlebih

    dahulu. Dan kompetensi guru dalam menggunakan teknologi akan

    mempengaruhi kualitas program belajar mengajar oleh karena itu

    sebelum diadakan program belajar online para guru wajib untuk

    diberikan pelatihan terlebih dahulu. Dampak lain yang dirasakan guru

    yaitu pada proses belajar mengajar online di rumah tanpa sarana dan

    prasarana memadai di rumah. Fasilitas ini sangat penting untuk

    kelancaran proses belajar mengajar, untuk pembelajaran online di

    rumahnya seharusnya disediakan dulu fasilitasnya seperti laptop,

    computer ataupun hand phone yang akan memudahkan guru untuk

    memberikan materi belajar mengajar secara online. Kendala

    selanjutnya yaitu para guru belum ada budaya belajar jarak jauh karena

    selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah melalui tatap muka, para

    guru terbiasa berada di sekolah untuk berinteraksi dengan peserta

    didik, dengan adanya metode pembelajaran jarak jauh membuat para

    guru perlu waktu untuk beradaptasi dan mereka menghadapi

    perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

    kualitas hasil belajar.

    Permasalahan lain dari adanya sistem pembelajaran secara online

    ini adalah akses informasi yang terkendala oleh sinyal yang

    menyebabkan lambatnya dalam mengakses informasi. Peserta didik

    terkadang tertinggal dengan informasi akibat dari sinyal yang kurang

    memadai. Akibatnya mereka terlambat dalam mengumpulkan suatu

    tugas yang diberikan oleh guru. Belum lagi bagi guru yang memeriksa

    banyak tugas yang telah diberikan kepada peserta didik,

    20 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • membuat ruang penyimpanan gadget semakin terbatas. Penerapan

    pembelajaran online juga membuat pendidik berpikir kembali,

    mengenai model dan metode pembelajaran yang akan digunakan.

    Yang awalnya seorang guru sudah mempersiapkan model

    pembelajaran yang akan digunakan, kemudian harus mengubah

    model pembelajaran tersebut.

    Di balik masalah dan keluhan tersebut, ternyata juga terdapat

    berbagai hikmah bagi pendidikan di Indonesia. Seperti dijelaskan

    Puspitasari, (2020), diantaranya, peserta didik maupun guru dapat

    menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran secara online

    ini. Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, guru

    maupun peserta didik dituntut agar memiliki kemampuan dalam

    bidang teknologi pembelajaran. Penguasaan peserta didik maupun

    guru terhadap teknologi pembelajaran yang sangat bervariasi,

    menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Dengan adanya

    kebijakan Work From Home (WFH), maka mampu memaksa dan

    mempercepat mereka untuk menguasai teknologi pembelajaran

    secara digital sebagai suatu kebutuhan bagi mereka. Tuntutan

    kebutuhan tersebut, membuat mereka dapat mengetahui media

    online yang dapat menunjang sebagai pengganti pembelajaran di

    kelas secara langsung, tanpa mengurangi kualitas materi

    pembelajaran dan target pencapaian dalam pembelajaran.

    Berbagai media pembelajaran jarak jauh pun dicoba dan

    digunakan. Sarana yang dapat digunakan sebagai media pem-

    belajaran online antara lain, e-learning, aplikasi zoom, google classroom,

    youtube, maupun media sosial whatsapp. Sarana-sarana tersebut dapat

    digunakan secara maksimal, sebagai media dalam melangsungkan

    pembelajaran seperti di kelas. Dengan menggunakan media online

    tersebut, maka secara tidak langsung kemampuan menggunakan

    serta mengakses teknologi semakin dikuasai oleh peserta didik

    maupun guru (Puspitasari, 2020). Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 21

  • Setelah pendidik mampu menguasai berbagai sarana pembe-

    lajaran online, maka akan tercipta pemikiran mengenai metode dan

    model pembelajaran lebih bervariasi yang belum pernah dilakukan

    oleh pendidik. Misalnya, guru membuat konten video kreatif

    sebagai bahan pengajaran. Dalam hal ini, guru lebih persuasif

    karena membuat peserta didik semakin tertarik dengan materi yang

    diberikan oleh guru melalui video kreatif tersebut. Peserta didik

    tentu akan dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru melalui

    video kreatif yang dibuat oleh guru tersebut. Sehingga dengan

    adanya penerapan model pembelajaran di rumah ini, membuat

    peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran

    secara online.

    Penggunaan teknologi dalam menyelesaikan tugas pada peserta

    didik, juga dapat menimbulkan kreativitas dikalangan peserta didik

    dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki.

    Dengan metode pembelajaran yang bervariasi dari guru, mereka dapat

    menciptakan suatu produk pembelajaran kreatif yang dapat

    mengembangkan pemikiran melalui analisis mereka sendiri, tanpa

    keluar dari pokok bahasan materi yang telah disampaikan oleh guru.

    Dari tantangan-tantangan itu, menurut Dr. Gogot Suharwoto

    (2020), harus menumbuhkan keberanian, para guru dan aktivis

    pendidikan untuk menjadikan pembelajaran online sebagai

    kesempatan mentransformasi pendidikan kita. Menurutnya, ada

    beberapa langkah yang dapat menjadi renungan bersama dalam

    perbaikan sistem pendidikan kita khususnya terkait pembelajaran

    daring, yaitu:

    Pertama, semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang

    notabene harus menggunakan teknologi. Peningkatan kompetensi

    pendidik di semua jenjang untuk menggunakan aplikasi pembelajaran

    jarak jauh mutlak dilakukan. Memang jumlahnya sangat banyak, untuk

    memastikan sekitar 3 jutaan guru di Indonesia memiliki

    22 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • kompetensi yang memadai dalam memanfaatkan teknologi tentu

    bukan perkara mudah. Kompetensi minimal TIK guru level 2 harus

    segera diwujudkan termasuk kemampuan melakukan vicon (video

    conference) dan membuat bahan ajar online. Level 2 ini merupakan

    pengelompokan komptensi TIK guru yang ideal berdasarkan Teacher

    ICT Competencies Framework oleh UNESCO. Level tertinggi adalah

    level 4 dimana guru sudah mampu menjadi trainer bagi guru yang lain.

    Jika kompetensi guru sudah level 2, maka guru akan mampu

    menyiapkan sistem belajar, RPP dan metode pembelajaran dengan

    pola belajar digital atau online.

    Pemerintah tidak harus sendiri, upaya menggandeng banyak

    pihak penyedia portal daring sangat tepat dilakukan Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan. Namun leading sektor urusan

    kebijakkan pembelajaran daring harus dikendalikan dibawah ke-

    menterian Pendidikan dan Kebudayaan.

    Kedua, pemakaian teknologipun juga tidak asal-asalan, ada ilmu

    khusus agar pemanfaatan teknologi dapat menjadi alat mewujudkan

    tujuan Pendidikan yakni teknologi Pendidikan (TP). Pembelajaran

    online tidak hanya memindah proses tatap muka menggunakan

    aplikasi digital, dengan disertai tugas-tugas yang menumpuk. Ilmu

    teknologi pendidikan mendesain sistem agar pembelajaran online

    menjadi efektif, dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan secara

    khusus. Prinsip-prinsip pemanfaatan teknologi yang harus menjadi

    acuan guru dalam meamanfaatkan teknologi yaitu mampu

    menghadirkan fakta yang sulit dan langka ke dalam kelas, memberikan

    ilustrasi fenomena alam dan ilmu pengetahuan, memberikan ruang

    gerak peserta didik untuk bereksplorasi, memudahkan interaksi dan

    kolaborasi antara peserta didik - guru dan peserta didik - peserta didik,

    serta menyediakan layanan secara individu tanpa henti. Namun sangat

    sedikit guru yang memahami prinsip-prinsip diatas. Hal ini menuntut

    stakeholder terkahit utamanya para Pengembang Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 23

  • Teknologi Pembelajaran harus lebih banyak berinovasi dan mencari

    terobosan pembelajaran di masa darurat seperti Covid-19 saat ini.

    Ketiga, pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari

    semua pembelajaran meskipun hanya sebagai komplemen. Intinya

    supaya guru membiasakan mengajar online. Pemberlakuan sistem

    belajar online yang mendadak membuat sebagian besar pendidik

    kaget. Ke depan, harus ada kebijakan perubahan sistem untuk

    pemberlakuan pembelajaran online dalam setiap mata pelajaran.

    Guru harus sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi

    sesuai kapasitas dan ketersediaan teknologi. Inisiatif kementerian

    menyiapkan portal pembelajaran daring Rumah Belajar patut

    didukung meskipun urusan daring saat covid-19 yang memaksa

    peserta didik dan guru menjalankan aktifitas di rumah tetap perlu

    dukungan penyedia layanan daring yang ada di Indoesia.

    Empat, guru harus punya perlengkapan pembelajaran online.

    Peralatan TIK minimal yg harus dimiliki guru adalah laptop dan alat

    pendukung video conference. Keberadaan perangkat minimal yang harus

    dimiliki guru sangat perlu dipikirkan bersama baik pemerintah

    kab/kota, provinsi dan pusat termasuk ortang tua untuk sekolah yang

    diselenggarakan oleh masyarakat. Sudah banyak fintech yang bergerak

    dibidang pemberian bantuan pengadaan perangkat teknologi baik

    untuk peserta didik, guru maupun sekolah.

    Lima, ketimpangan infrastruktur digital antara kota besar dan

    daerah harus dijembatani dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk

    daerah yang kekurangan. Akses internet harus diperluas dan kapasitas

    bandwithnya juga harus ditingkatkan. Pemerintah Indonesia sudah

    berhasil membangun infrastruktur komunikasi Palapa Ring yang

    diresmikan Bapak Presiden Joko Widodo di akhir tahun 2019 menjadi

    tulang punggung infrastruktur digital dari Aceh hingga Papua. Tapi,

    jangkauan akses harus diperluas agar sebanyak mungkin sekolah,

    pendidik dan peserta didik merasakan manfaatnya.

    24 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Pandemi Covid-19 memang menjadi efek kejut bagi kita semua.

    Dunia seolah melambat dan bahkan terhenti sejenak. Negara-negara

    besar dan modern terpukul dengan sebaran Virus Corona yang cepat,

    mengakibatkan ribuan korban meninggal yang tersebar di berbagai

    negara. Indonesia mendapatkan banyak tantangan dari Covid-19 ini,

    yang membuat kita semua harus bersama-sama saling menjaga.

    Kelima isu penting diatas akan menjadi penentu seberapa cepat kita

    akan mampu meratakan kurva kecemasan peserta didik, guru, kepala

    sekolah, orang tua, dan kita semua.

    Di tengah pandemi Covid-19 ini, sistem pendidikan kita harus

    siap melakukan lompatan untuk melakukan transformasi

    pembelajaran daring bagi semua peserta didik dan oleh semua guru.

    Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah skill

    peserta didik, dan peningkatan kualitas diri dengan perubahan sistem,

    cara pandang dan pola interaksi kita dengan teknologi.

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 25

  • 26 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • BAB 4

    MANAJEMEN PEMBELAJARAN

    A. PENGERTIAN MANAJEMEN

    Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “management”, yang

    berarti seni melaksanakan dan mengatur. Kata manajemen berasal

    dari bahasa Italia (1561), maneggiare yang berarti “me-

    ngendalikan,” terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang

    berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”. Bahasa

    Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi

    ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

    (https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen).

    Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai

    suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 27

  • dengan orang-orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi.

    (http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-ma-

    najemen. html).

    Pengertian manajemen dari beberapa ahli adalah sebagai beriku :

    a. Mary Parker F mendefinisikan pengertian manajemen sebagai

    suatu seni, tiap tiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan orang

    lain. b. George Terry memberikan pendapat, manajemen merupakan

    ilmu sekaligus seni, manajemen adalah wadah didalam ilmu

    pengetahuan, sehingga manajemen bisa dibuktikan secara

    umum kebenarannya. c. Manajemen yang didefinisikan oleh Koontz adalah suatu seni

    yang produktif yang didasarkan pada suatu pemahaman ilmu.

    Koontz menambahkan, ilmu dan seni tidaklah bertentangan,

    namun masing masing saling melengkapi. d. Stoner memiliki pendapat, ilmu manajemen merupakan proses

    dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisisasian,

    pengendalian serta memimpin berbagai usahda dari anggota

    entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber

    daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. e. Wilson berpendapat definisi manajemen sebagai sebuah

    rangkaian tindakan tindakan yang dilakukan oleh para anggota

    organisasi dalam upaya mencapai sasaran organisasi. prosess

    merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dijalankan dengan

    sistematis. f. Menurut Oey Liang Lee, manajemen adalah ilmu dan seni

    perencanaan, pengorganisasian, penyusunann, pengarahan

    serta pengendalian (pengawasan) dari sumber daya perusahaan

    guna mencapai goal atau tujuan yang telah diputuskan.

    28 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • g. Menurut Lawrence A Appley, pengertian manajemen adalah

    sebuah seni dalam mencapai tujuan yang diinginkan yang

    dilaksanakan dengan usaha orang yang lain.

    Dari berbagai pengertian manajemen yang telah didefinisikan

    beberapa ahli di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa pengertian

    manajemen adalah ilmu serta seni dalam menjalankan aktivitas suatu

    organisasi, aktivitas-aktivitas tersebut bisa berupa pengorganisaisan

    yang meliputi tindakan perencanaan, penyusunan, dan aktivitas

    mengusahakan serta pengawasan yang mempergunakan semua

    sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang bertujuan tidak lain

    untuk mencapai goal keinginan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

    Fungsi manajemen dapat diimplementasikan dalam kegiatan

    manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan

    controlling/pengendalian/penilaian yang dikenal dengan POAC,

    diuraikan sebagai berikut : a. Perencanaan

    Perencanaan merupakan suatu proses yang meliputi upaya yang

    dijalankan guna mengantisipasi adanya kecenderungan di masa

    mendatang dan penentuan sebuah strategi maupun taktik yang

    tepat guna merealisasikan tujuan dan target organisasi.

    b. Pengorganisasian

    Pengorganisasian merupakan suatu proses yang meliputi

    bagaimaan taktik serta strategi yang sudah dirumuskan pada

    saat tahap perencanaan digambarkan pada sebuah strukturr

    organisasi yang tangguh, sesuai, dan lingkungan yang kondusif

    serta bisa memberikan kepastian bahwa pihak pihak yang ada

    didalam organisasi bisa bekerja secara efisien dan efektif untuk

    pencapaian tujuan yang ditetapkan. Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 29

  • c. Pelaksanaan

    Pelaksanaan adalah tahap dimana prorgram dimplemen-

    tasikan suapaya bisa dilakukan oleh semua pihak dalam

    sebuah organisasi dan juga proses memotivasi supaya pihak

    pihak tersebut bisa melaksanakan tanggung jawab dengan

    kesadaran penuh dan tingkat produktifitas yang sangat

    tinggi.

    d. Pengendalian

    Pengendalian adalah proses yang dijalankan guna rangkaian

    aktivitas-aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan, di-

    organisasikan serta diimplemantasikan dipastikan berjalan

    dengan semestinya sesuai target yang telah diharapkan

    walaupun ada beberapa perubahan yang terjadi didalam

    lingkungan yang dihadapi.

    B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN

    Dalam dunia pendidikan kita sering mengenal atau mendengar

    istilah “pembelajaran”. Pembelajaran tidak hanya berlaku di

    bangku sekolah saja, namun di luar lingkungan sekolah, pem-

    belajaranpun berlaku dalam hal apapun. Di mana yang kita

    ketahui tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara se-ngaja

    atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk

    perubahan segala tingkah laku kearah yang lebih baik. Atau

    sebuah proses belajar dari pengalaman hidup yang berlaku untuk

    perbaikan diri. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak berikut ini

    pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh sebagian para

    ahli dibidangnya. (http://www.seputarpengetahuan.com

    /2015/03/15-pengertian-pembelajaran-menurut-para.html)

    Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal

    dari kata dasar “ajar” yaitu petunjuk yang diberikan kepada orang

    30 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • supaya diketahui (dituruti) ditambah awalan “pe dan akhiran “an”

    menjadi “pembelajaran” yang berarti proses, perbuatan, cara

    mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belaja

    (Suwito, 2012: 133) .

    Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna

    sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok

    orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode

    dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah

    direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang ssebagai

    kegiatan gurusecara terprogram dalam desain instruksional untuk

    membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada

    penyediaan sumber belajar (Madjid, 2014: 4).

    Pengertian pembelajaran dari para ahli dapat diuraikan sebagai

    berikut : a. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

    secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

    dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subyek

    khusus dari pendidikan (Corey, 1986 dalam Madjid, 2014:4) b. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono merupakan

    aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui desain

    instruksional agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan

    lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan. c. Menurut Warsita, pembelajaran merupakan suatu bentuk usaha

    dalam membuat peserta didik agar mau belajar atau suatu

    bentuk aktivitas untuk membelajarkan peserta didik (); d. Sudjana menjelaskan pembelajaran ialah setiap upaya yang

    sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi

    yang edukatif antara guru dan peserta didik; e. Corey menjelaskan pembelajaran merupakan proses dimana

    suatu lingkungan secara disengaja dikelola untuk menghasilkan

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd 31

  • respon terhadap situasi dan kondisi tertentu yang mana pem-

    belajaran ini merupakan substansi dari pendidikan; f. Trianto mengatakan bahwa pembelajaran adalah salah satu aspek

    dari kegiatan manusia secara kompleks yang tidak sepenuhnya

    bisa dijelaskan atau dijabarkan. Secara lebih simpel, pembelajaran

    merupakan produk dari interaksi yang berkelanjutan antara

    pengembangan dan pengalaman. Secara umum, pembelajaran

    ialah usaha yang dilakukan secara sadar yang dilakukan seorang

    pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya dengan

    memberikan arahan sesuai dengan sumber-sumber belajar lainnya

    untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan; g. Menruut Slavin, pembelajaran merupakan perubahan ting-kah

    laku seseorang individu yang disebabkan oleh sebuah

    pengalaman; h. Menurut Knowles, pembelajaran merupakan cara pengkoor-

    dinasian peserta didik untuk menggapai tujuan dari pendidikan; i. Munif.Chatib menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan

    suatu proses transfer ilmu dari dua arah yakni antara pendidik

    (sebagai sumber ilmu atau informasi) dan peserta didik (sebagai

    penerima informasi); j. Pembelajaran menurut Syaiful Sagala ialah membelajarkan

    peserta didik dengan menggunakan atau menerapkan asas

    pendidikan ataupun teori belajar yang mana pembelajaran

    merupakan penentu terpenting dan utama dalam keberhasilan

    pendidikan; k. Pembelajaran menurut Rahil Mahyuddin merupakan sebuah

    proses perubahan tingkah laku yang didalamnya melibatkan

    keterampilan keognitifyakni penguasaan terhadap ilmu dan

    perkembangan keterampilan yang intelek;

    32 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • l. Achjar Chalil menjelaskan pembelajaran ialah sebuah proses

    interaksi antara peserta didik dengan gurunya dan sumber

    belajar terhadap lingkungan belajar; m. Woolfolk mengatakan pembelajaran bisa berlaku jika sebuah

    pengalaman menghasilkan perubahan yang kekal dalam tingkah

    laku dan pengetahuannya; n. G. A. Kimble mendefinisikan pembelajaran adalah perubahan

    yang kekal secara relatif dalam upaya tingkah laku akibat dari

    latihan yang diperkuat; o. OemarHamalikmenjelaskanpembelajaranmerupakankombinasi

    yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, perlengkapan,

    fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai

    tujuan dari pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga rumusan

    yang dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu:

    1) Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan

    lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan

    kondisi belajar bagi peserta didik.

    2) Pembelajaran merupakan upaya penting dalam memper-

    siapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang

    baik dan diharapkan.

    3) Pembelajaran merupakan proses dalam membantu peserta

    didik untuk menghadapi kehidupan atau terjun di

    lingkungan masyarakat.

    Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1

    Ayat 20, menyatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses

    interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

    dalam suatu lingkungan belajar. Agar guru mampu menunaikan

    tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya

    memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 33

  • belajar mengajar (pembelajaran). Terdapat tiga komponen dasar

    pada proses pembelajaran yaitu peserta didik, tujuan, dan guru

    (Makmun, 2007:155). a. Peserta didik, dengan segala karakteristiknya, yang terus

    berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui

    berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai

    dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya; b. Tujuan, ialah apa yang tadinya diharapkan tercapai setelah adanya

    kegiatan belajar–mengajar, yang merupakan seperangkat tugas

    atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau system

    nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan

    karakteristik kepribadian peserta didik (seperti yang telah dit-

    etapkan oleh peserta didik sendiri, guru atau masyarakat orang

    dewasa) yang seyogyanya diterjemahkan ke dalam berbagai ben-

    tuk kegiatan yang berencana dan dapat dievaluasi (terukur); dan c. Guru, ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal

    selalu mengusahakan terciptanya proses pengalaman belajar

    (learning experiences) dan menggunakan strategi belajar mengajar

    (teaching- learning strategy) yang tepat (appropriate).

    Secara skematik interrelasi antara ketiga komponen dasar itu

    dalam suatu model Proses Belajar Mengajar yang elementer, dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 4.1

    Proses belajar mengajar

    34 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Berdasarkan bagan di atas, maka kita dapat membuat suatu

    definisi tentatif sebagai dasar pegangan dalam rangka memahami

    proses belajar mengajar sebagai beriku: “Proses belajar mengajar

    dapat diartukan sebagai suatu rangkaian interaksi antara peserta

    didik dan guru dalam rangka mencapai tujuannya (Abin Syamsudin

    Makmun, 2007: 156).

    Sardiman (Majid, 2014: 5), dalam bukunya yang berjudul

    Interaksi Dan Motivasi dalam Belajar Mengajar, menyebutkan istilah

    pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurutnya, yang

    dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara

    sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka

    mengantarkan peserta didik kea rah kedewasaannya. Pembelajaran

    merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik

    di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan

    diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses

    edukatif memiliki ciri-ciri: 1) ada tujuan yang ingin dicapai; 2) ada

    pesan yang akan ditransfer; 3) ada pelajar; 4) ada guru; 5) ada

    metode; 6) ada situasi; dan 7) ada penilaian.

    Association for Educational Communication and Technology (AECT)

    menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian

    dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu system yang

    didalamnya terdiri dari komponen-komponen system instruksional,

    yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar

    atau lingkungan.

    Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan

    (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan,

    serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah

    kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.

    Pembelajaran dari sisi guru sering kali ditukar makna dengan

    “teaching” (mengajar). Oleh karena itu, manakala ditemukan kon-

    sepsi “teaching”, maka esensi maknanya menjadi tidak berbeda;

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 35

  • hal ini seperti diungkapkan oleh Nana Syaodih (2004) dalam Majid

    (2014: 5) bahwa pengajaran (teaching) dan pembelajaran

    (instruction) secara konsep memiliki perbedaan, tetapi dalam

    tulisan ini dipandang sama.

    Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang

    mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik

    agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan

    pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama,

    bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui

    kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan

    penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan

    demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan

    belajar yang – antara lain – dilakukan oleh guru dalam

    mengkondisikan seseorang untuk belajar. Paparan di atas

    mengilustrasikan bahwa belajar merupakan proses internal peserta

    didik, dan pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari

    segi guru, belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran.

    Untuk lebih jelas mengenai pembelajaran dapat dilihat pada

    table berikut:

    Tabel 4.1

    Konsep dan Sudut Pandang Pembelajaran

    Konsep Sudut Pandang

    Belajar (Learning) Peserta Didik/Pembelajar

    Mengajar (Teaching) Pendidik / Pengajar

    Pembelajaran (Instruction) Interaksi antara peserta didik, pendidik,

    dan atau media/sumber belajar

    36 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • C. PENGERTIAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN

    Manajemen pembelajaran dapat diartikan usaha untuk

    mengelola sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran,

    sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan

    efisien (Arifin, 2010: 1). Pada dasarnya, manajemen

    pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan

    pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran yang dikategorikan

    dalam kurikulum inti maupun penunjang, berdasarkan

    kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kementrian

    Pendidikan Nasional atau Kementrian Agama.

    Menurut Ibrahim Bafadhal, manajemen pembelajaran adalah

    segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka

    tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

    Manajemen program pembelajaran sering disebut dengan

    manajemen kurikulum dan pembelajaran.

    Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan

    secara luas, dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan ba-

    gaimana membelajarkan peserta didik mulai dari perencanaan

    pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran. Pendapat

    lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan

    bagian dari strategi pengelolaan pembelajaran.

    Manajemen pembelajaran dapat juga diartikan sebagai usaha ke

    arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang

    lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain,

    berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar

    belakang peserta didik (orang yang belajar), dengan memperluas

    cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada

    pengembangan gaya hidup di masa mendatang.

    Dengan berpijak dari pernyataan-pernyataan terkait definisi

    manajemen pembelajaran tersebut, maka dapat dibedakan

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 37

  • antara pengertian manajemen pembelajaran dalam arti luas dan

    manajemen pembelajaran dalam arti sempit.

    Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian

    proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan pebelajar –

    peserta didik— dengan diawali dengan kegiatan perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian.

    Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan

    sebagai kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya

    interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.

    Beberapa pakar pendidikan dan manajemen memiliki definisi

    masing-masing tentang manajemen pembelajaran, sesuai dengan pola

    pikir dan latar belakang profesionalisme mereka. Namun demikian,

    secara global definisi mereka nyaris memiliki kesamaan bahwa,

    manajemen pembelajaran merupakan proses mengelola, yang meliputi

    kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan),

    dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses

    membelajarkan peserta didik dengan mengikutsertakan berbagai

    faktor didalamnya, guna mencapai tujuan.

    Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manajemen pem-

    belajaran merupakan kegiatan mengelola proses pembelajaran,

    sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian

    dari serangkaian kegiatan dalam manajemen pendidikan.

    Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai ma-najer

    adalah guru atau pendidik. Sehingga dengan demikian, pen-didik

    memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa

    langkah kegiatan manajemen yang meliputi merencanakan

    pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengendalikan

    (mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

    Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menen-

    tukan tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah

    terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan

    38 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan

    peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena itulah,

    untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan

    maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan.

    Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan

    berdasarkan hasil berpikir secara rasional, tentang sasaran dan tujuan

    pembelajaran tertentu –perubahan tingkah laku peserta didik setelah

    melalui pembelajaran— serta upaya yang harus dilakukan dalam

    mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam perencanaan

    pembelajaran ini pendidik membuat perangkat pembelajaran.

    Pada kegiatan mengorganisasikan pembelajaran, pendidik

    mengumpulkan dan menyatukan berbagai macam sumber daya

    dalam proses pembelajaran; baik pendidik, peserta didik, ilmu

    pengetahuan serta media belajar. Dan dalam waktu yang sama,

    mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada dengan tujuan

    yang akan dicapai.

    Pada kegiatan mengendalikan (mengarahkan) pembelajaran,

    pendidik melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran yang telah

    dibuat di awal dalam perangkat pembelajaran, guna mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan.

    Pada kegiatan mengevaluasi pembelajaran, pendidik melakukan

    penilaian (evaluasi) terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

    Dalam kegiatan menilai itu lah pendidik dapat menemukan bagaimana

    proses berlangsungnya pembelajaran serta sejauh mana tujuan

    pembelajaran dapat tercapai. Sehingga kemudian dapat menemukan

    berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran beri-

    kutnya. Melalui kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini kemudian

    dapat dilakukan upaya perbaikan pembelajaran.

    Senyatanya, manajemen pembelajaran merupakan bagian pen-

    ting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam

    manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 39

  • hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa bagian terpenting

    dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: penciptaan

    lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan harapan kepada

    peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan

    kedisiplinan peserta didik. Di samping itu, dalam penyusunan ma-

    teri diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah

    psikomotorik, dan rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain

    rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.

    40 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • BAB 5

    PEMBELAJARAN KIMIA SMA

    urikulum 2013 menerapkan pendekatan ilmiah (saintifik) dalam pembelajaran dan penilaian otentik yang meng-gunakan

    prinsip penilaian sebagai bagian dari pembelajaran. Pendekatan

    saintifik dalam pembelajaran perlu diperkuat dengan menerapkan

    model pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian

    (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta

    didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual mau-pun

    kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan

    pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan

    masalah (problem based learning) dan pembelajaran berbasis projek

    (project based learning).

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 41

    K

  • Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu

    tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan,

    dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan

    penalaran. Para ahli kimia (kimiawan) mempelajari gejala alam

    melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses itu misalnya

    pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya

    objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data.

    Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu kimiawan

    memperoleh penemuan-penemuan yang dapat berupa fakta, teori,

    hukum, dan prinsip. Penemuan-penemuan ini yang disebut produk

    kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil

    belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai

    sikap, proses dan produk. Selama ini ada kecenderungan sebagian

    guru kimia kurang memperhatikan karakteristik ilmu kimia dalam

    pembelajaran dan penilaian hasil belajar kimia.

    Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan ekspe-

    rimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan

    bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan

    komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika

    zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari

    segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat,

    perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan

    dan penalaran. Ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro

    (molekuler) terhadap fenomena makro berbagai aspek tentang zat.

    Selain itu, ilmu kimia sangat membantu dan berkontribusi terhadap

    penguasaan ilmu lainnya terutama ilmu terapan seperti pertambangan,

    pertanian, kesehatan, perikanan dan teknologi.

    Saintis mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah

    tertentu. Proses itu misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan

    sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan

    menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu

    42 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • saintis memperoleh penemuan-penemuan yang dapat berupa fakta,

    teori, hukum, dan prinsip/konsep. Penemuan-penemuan itulah

    yang disebut produk kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia

    dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik

    ilmu kimia sebagai sikap, proses, dan produk.

    Kimia sebagai proses/metode penyelidikan (discovery/inquiry)

    meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan ilmiah

    untuk memperoleh produk-produk kimia, mulai dari menemukan

    masalah, mengumpulkan fakta-fakta terkait masalah, membuat

    asumsi, mengendalikan variabel, melakukan observasi, melakukan

    pengukuran, melakukan inferensi memprediksi, mengumpulkan

    dan mengolah data hasil observasi/pengukuran, serta

    menyimpulkan dan mengomunikasikan.

    Dalam konteks ini, kimia bukan sekadar bagaimana cara

    bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan sebagai jalan untuk

    mengetahui/menemukan. Sementara nilai-nilai kimia berhubungan

    dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, sikap dan tindakan

    seseorang dalam belajar atau mengembangkan kimia. Sikap dan

    tindakan ini misalnya keingintahuan, keseimbangan antara keter-

    bukaan dan skeptis, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati,

    toleran, dan hemat.

    Pembelajaran kimia seperti struktur atom, sistem periodik

    unsur, ikatan kimia, unsur-unsur di alam dan sebagainya berkaitan

    erat dengan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta

    alam ini. Dengan demikian pembelajaran kimia dapat dipandang

    sebagai wahana untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan

    Yang Maha Esa dan sebagai latihan berpikir untuk memahami

    alam dengan melakukan penyelidikan membangun sikap dan nilai

    serta membangun pengetahuan dan keterampilan.

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 43

  • Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan sebagai berikut:

    a. Membangun kesadaran tentang keteraturan dan keindahan

    alam sebagai wujud kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: sikap jujur dan

    obyektif terhadap data; disiplin dan bertanggung jawab dalam

    melaksanakan kegiatan; sikap terbuka (bersedia menerima

    pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika

    ada bukti bahwa pandangannya tidak benar); ulet dan tidak

    cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah (tidak mudah

    percaya tanpa ada dukungan hasil observasi/data empiris); dan

    bekerjasama dengan orang lain. c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah

    melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik

    melakukan pengujian hipotesis dengan melakukan eksperimen

    (yang mungkin melibatkan penggunaan instrumen),

    pengambilan data, pengolahan dan interpretasi data, serta

    mengomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. d. Meningkatkan kesadaran terhadap aplikasi ilmu kimia yang

    dapat bermanfaat dan juga mungkin merugikan bagi individu,

    masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya

    mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

    masyarakat. e. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya

    sebagai bekal belajar kimia di perguruan tinggi. f. Menerapkan konsep-konsep kimia untuk menyelesaikan

    masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. g. Membentuk sikap positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik

    untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena kemampuan kimia

    menjelaskan secara molekuler berbagai peristiwa alam dan

    berperan penting dalam pengembangan teknologi.

    44 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • Ruang lingkup kimia mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap

    dan nilai yang dirumuskan dalam kompetensi dasar kimia yang harus

    dimiliki peserta didik. Kompetensi dasar kimia di SMA/MA

    merupakan kelanjutan dari kompetensi dasar kimia di SMP (yang

    terintegrasi dalam mata pelajaran IPA) dan juga sebagai prasyarat

    untuk belajar kimia di kelas lebih lanjut sampai di perguruan tinggi.

    Kompetensi kimia SMA/MA juga ditekankan pada pengembangan

    kecakapan hidup (life skill) yang bermanfaat bagi semua peserta didik

    untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

    Perbedaan Kurikulum 2013 mata pelajaran kimia dengan

    kurikulum sebelumnya, antara lain: ada pengurangan materi kimia,

    diantaranya pembahasan bentuk molekul hanya ditinjau berdasarkan

    teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom. Bentuk molekul

    berdasarkan teori hibridisasi belum diajarkan di SMA/MA. Di

    samping itu, urutan materi juga berubah mengingat peminatan di

    SMA/MA dilakukan di kelas X sehingga peserta didik yang memilih

    peminatan MIPA dianggap lebih siap belajar kimia. Agar

    pembelajaran kimia lebih efektif dan efisien maka materi

    pembelajaran tentang struktur atom dan sistem periodik unsur serta

    ikatan kimia dibahas tuntas di kelas X sehingga pemahaman peserta

    didik lebih komprehensif dan pembelajaran lebih efisien. Terkait

    dengan hal ini, untuk mengurangi kepadatan materi di kelas X maka

    hidrokarbon dan minyak bumi dipindahkan ke awal kelas XI.

    Pada Kurikulum 2013, materi pembelajaran dirumuskan dari

    KD KI-3. Secara garis besar materi pembelajaran kimia di SMA/

    MA menurut Permendikbud No.69 Tahun 2013 adalah sebagai

    berikut: a. Kelas X

    1) Hakikat dan Peran Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

    (Hakekat Ilmu Kimia, Metode Ilmiah, Keselamatan Kerja

    di Laboratorium, dan Peran Kimia dalam Kehidupan);

    Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 45

  • 2) Struktur Atom dan Sistem Periodik (Perkembangan Model

    Atom, Struktur Atom, Konfigurasi Elektron dan Diagram

    Orbital, Letak Unsur dalam Tabel Periodik, Perkembangan

    Tabel Periodik, Sifat- sifat Periodik Unsur);

    3) Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul (Ikatan Ion, Ikatan

    Kovalen, Ikatan Kovalen Koordinasi, Ikatan Logam,

    Interaksi Antar Molekul, Kepolaran Senyawa, Bentuk

    Molekul);

    4) Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit;

    5) Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi dan Bilangan Oksidasi

    (Perkembangan Konsep Reaksi Redoks, dan Bilangan

    Oksidasi);

    6) Tatanama Senyawa Anorganik dan Organik ;

    7) Stokiometri (Ar, Mr, Persamaan Reaksi, Hukum Dasar

    Kimia, Konsep Mol, Perhitungan Kimia).

    b. Kelas XI

    1) Senyawa Hidrokarbon dan Minyak Bumi (Struktur, Sifat

    dan Penggolongan Senyawa Hidrokarbon, Pembentukan

    dan Pemisahan Minyak Bumi, Dampak Pembakaran

    Hidrokarbon),

    2) Termokimia (Reaksi Eksoterm dan Endoterm, Menentu-

    kan Entalpi Reaksi); Laju Reaksi (Teori Tumbukan, Faktor-

    faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi, Orde Reaksi);

    3) Kesetimbangan Kimia (Faktor-faktor yang mempengaruhi

    Pergeseran Kesetimbangan, Tetapan Kesetimbangan);

    4) Asam dan Basa (Perkembangan Konsep Asam dan Basa,

    Indikator asam-basa, pH, Titrasi Asam-Basa);

    5) Hidrolisis (Sifat Garam yang terhidrolisis, Tetapan Hidro-

    lisis, pH garam) ;

    46 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)

  • 6) Larutan Penyangga (Sifat Larutan Penyangga, pH larutan

    Penyangga, Peranan Larutan Penyangga dalam Tubuh

    Mahluk Hidup);

    7) Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan (memprediksi terben-

    tuknya Endapan, Pengaruh Penambahan Ion Senama);

    8) Sistem Koloid (Jenis Koloid, Sifat Koloid, Pembuatan

    Koloid, Peranan koloid dalam Kehidupan Sehar-hari dan

    Industri);

    c. Kelas XII

    1) Sifat Koligatif Larutan (Penurunan Tekanan Uap, Kenaikan

    Titik Didih, Penurunan Titik Beku, Tekanan Osmotik, Sifat

    Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit);

    2) Reaksi Redoks dan Elektrokimia (Penyetaraan Persamaan

    Reaksi redoks, Sel Elektrokimia dan Potensial Sel, Sel

    Elektrolisis dan Hukum Faraday, Korosi);

    3) Kimia Unsur (Kelimpahan Unsur-Unsur di Alam, Sifat

    Fisik dan Sifat Kimia Unsur; Gas Mulia, Halogen, Alkali,

    Alkali Tanah, Periode 3 dan Periode 4, Pembuatan unsur-

    unsur dan senyawa; Halogen, Alkali, Alkali Tanah,

    Aluminium, Nitrogen, Oksigen, Belerang, Silikon, Besi,

    Krom, Tembaga, Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa

    bagi Manusia dan Lingkungan);

    4) Senyawa Karbon (Struktur, Tata Nama, Sifat, Identifikasi dan

    Kegunaan Senyawa: Haloalkana, Alkanol dan

    Alkoksialkana, Alkanal dan Alkanon, Asam Alkanoat dan

    Alkilalkanoat, Benzena dan Turunannya);

    5) Makromolekul (Struktur, Tatanama, Sifat, Penggunaan, dan

    Penggolongan Polimer, Karbohidrat, Protein, Lemak).

    Ar