rkt · 2019 serta kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan. adapun ......
TRANSCRIPT
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik (good governance) dan
memerangi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) maka telah secara tegas
dituangkan dalam TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas KKN, Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, serta Inpres Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Akuntabilitas kinerja
merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara periodik.
Upaya mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik dan dapat dipercaya melalui cara
dikembangkannya Sistem AKIP (SAKIP). Salah satu unsur yang ada dalam SAKIP adalah
perencanaan kinerja tahunan. Rencana kinerja tahunan (RKT) merupakan perencanaan
kinerja yang akan dicapai dalam satu tahun dan akan dievaluasi pada akhir tahun untuk
mengukur keberhasilan atau kegagalan atas pertanggungjawaban yang telah ditetapkan
oleh suatu instansi.
Salah satu upaya untuk mewujudkan pertanggungjawaban instansi yang bersih
dan bebas KKN, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan menyusun Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) 2019 dengan menetapkan indikator kinerja yang akan dicapai pada tahun
2019 serta kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan. Adapun
hasil atau outcome Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan yang telah ditetapkan pada
tahun 2019 adalah jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
sebanyak 2.900 orang dan Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi
kesehatan sebanyak 2.900 orang. Untuk indikator Tenaga Kesehatan Teregistrasi pada
tahun 2019 sudah menjadi indikator satuan kerja baru Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
(KTKI).
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 2
Untuk mencapai hasil atau outcome tersebut perlu direncanakan upaya kegiatan
yang dituangkan dalam bentuk Rencana Kegiatan Tahunan (RKT), dengan sasaran
terselenggaranya pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan karir dan
tata kelola sertifikasi, dan pengembangan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan
berkelanjutan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun
2019 dimaksudkan sebagai penjabaran dari rencana strategis dan acuan dalam
penyusunan perjanjian kinerja dan pelaksanaan kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah:
a. Menyusun RKT Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019.
b. Menyediakan arahan penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) Pusat Peningkatan
Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas, ketertiban, transparansi serta
akuntabilitas kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025
3. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
4. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 3
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi Nomor
29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 (Revisi 1)
D. STRUKTUR ORGANISASI
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehtan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan merupakan satuan kerja Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan), memiliki tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang peningkatan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Tugas pokok dan fungsi Pustanserdik SDM Kesehatan
sebagai unit eselon II berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
adalah Satuan Kerja di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan Kementerian.
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dipimpin oleh Kepala Pusat yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan PPSDM
Kesehatan, dalam melaksanakan tugas secara teknis fungsional berkoordinasi
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 4
dengan semua Pusat-Pusat di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan dan secara
teknis administrasi berkoordinasi dengan Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan.
2. Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan mempunyai tugas dalam
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan jabatan fungsional
kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan
pengembangan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan.
b. Pelaksanaan di bidang pengembangan jabatan fungsional kesehatan,
pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan pengembangan
kualifikasi sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan.
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemantauan, evaluasi, dan
laporan di bidang pengembangan jabatan fungsional kesehatan,
pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan pengembangan
kualifikasi sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan; dan
d. Pelaksanaan administrasi Pusat.
3. Struktur organisasi
Struktur organisasi Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan terdiri dari:
a. Kepala Pusat
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan
d. Bidang Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
e. Bidang Pengembangan Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan
f. Sub Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan I
g. Sub Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan II
h. Sub Bidang Pengembangan Karir
i. Sub Bidang Tata Kelola Sertifikasi
j. Sub Bidang Pengembangan Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan I
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 5
k. Sub Bidang Pengembangan Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan II
l. Kelompok jabatan fungsional
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
sebagaimana bagan dibawah ini.
Struktur Organisasi Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
PUSAT PENINGKATAN
MUTU SDM KESEHATAN
SUB. BAGIAN TATA
USAHA
BIDANG
PENGEMBANGAN JABATAN
FUNGSIONAL KESEHATAN
BIDANG
PENGEMBANGAN KARIR DAN
TATA KELOLA SERTIFIKASI
BIDANG PENGEMBANGAN
KUALIFIKASI SDM
KESEHATAN BERKELANJUTAN
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN I
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN II
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
KARIR
SUB BIDANG
TATA KELOLA
SERTIFIKASI
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
KUALIFIKASI SDM
KESEHATAN
BEREKELANJUTAN I
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
KUALIFIKASI SDM
KESEHATAN
BEREKELANJUTAN II
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 6
4. Visi
Rencana Kinerja Tahunan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan mendukung
pencapaian Visi Presiden Republik Indonesia, yaitu: “Terwujudnya Indonesia Yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong “.
5. Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi dan Nawacita Presiden (9 agenda prioritas
Nasional), maka Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya bertujuan untuk:
(1) Melaksanakan pengembangan jabatan fungsional kesehatan.
(2) Melaksanakan pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi SDM Kesehatan.
(3) Meningkatkan kualitas SDM Kesehatan melalui pendidikan berkelanjutan.
6. Sasaran
Sasaran yang ditetapkan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan adalah
terselenggaranya pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan
karir dan tata kelola sertifikasi SDM Kesehatan, serta pengembangan kualifikasi
SDM Kesehatan berkelanjutan, dengan indikator sebagai berikut:
a. Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
sebanyak 2.900 orang.
b. Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sebanyak
2.900 orang.
7. Strategi
Untuk mencapai sasaran diatas perlu adanya strategi dan kebijakan pelaksanaan
meliputi:
a. Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan.
b. Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi SDM kesehatan.
c. Pengembangan Kualifikasi SDM Kesehatan Berkelanjutan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 7
d. Penguatan manajemen dan peningkatan dukungan pengembangan jabatan
fungsional kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi SDM
Kesehatan serta pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana Kinerja Tahunan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Landasan Hukum
D. Sistematika Penulisan
BAB II. HASIL EVALUASI KINERJA TAHUN 2017 DAN 2018
BAB III. RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2019
A. Indikator Kinerja Tahun 2019
B. Rencana Kegiatan Tahun 2019
C. Rencana Kerja Tahun 2019
D. Anggaran Tahun 2019
E. Kesenjangan Rencana Kegiatan Dengan Rencana Kerja Tahun 2019
BAB IV. MONITORING DAN EVALUASI
BAB V. PENUTUP
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 8
BAB II
HASIL EVALUASI KINERJA
TAHUN 2017 DAN 2018
A. HASIL EVALUASI KINERJA TAHUN 2017
Pengukuran kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun 2017
bertumpu pada target indikator kinerja kegiatan yang telah dituangkan dalam Perjanjian
Kinerja (PK) tahun 2017. Hasil capaian kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
tahun 2017 seperti tercantum dalam tabel 2.1, sebagai berikut:
Tabel 2.1. Pengukuran Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2017
No
Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK)
Target
Realisasi
Capaian
Kinerja
(%)
1
2
3
Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
175.000
Orang
3.635 Orang
2.882
Orang
384.901 Orang
3.601
Orang
2.893 Orang
219,94
99,06
100,38
Indikator kinerja berupa jumlah tenaga kesehatan teregistrasi pada tahun 2017
tercapai sebanyak 384.901 orang dari 175.000 orang yang ditargetkan (219,94%). Jika
dibandingkan dengan capaian indikator pada tahun 2016 sebesar 191,00% (target:
115.000 orang, realisasi: 219.564 orang), capaian indikator kedua ini juga mengalami
kenaikan dari 191,00% menjadi 219,94%, tapi capaian kinerja masih lebih dari 100%.
Capaian indikator kinerja kegiatan jumlah tenaga kesehatan teregistrasi melebihi
100%, hal ini disebabkan karena pengajuan STR selain secara manual juga dilaksanakan
secara online (baik registrasi online, re-registrasi online dan one day service registrasi online).
One day service registrasi online merupakan terobosan MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 9
Indonesia) dalam rangka mendekatkan pelayanan STR kepada MTKP (Majelis Tenaga
Kesehatan Provinsi) dan organisasi profesi yang telah siap melakukan One day service
STR. Penerbitan STR melalui One day service atau on site di selenggarakan di 9 Provinsi,
yaitu; Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Banten, Jawa Tengah, D I Yogyakarta,
Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara. Selain itu adanya tambahan 4 jenis tenaga
kesehatan (Epidemiolog Kesehatan, Tenaga Promotor dan Pendidik Kesehatan, Tenaga
Kesehatan Tradisional Komplementer dan Audiologis) ikut berkontribusi dalam
peningkatan jumlah STR yang diterbitkan.
Selanjutnya indikator kinerja berupa jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan pada tahun 2017 tercapai sebanyak 3.601 orang (99,06%) dari
3.635 orang yang ditargetkan. Capaian kinerja sebanyak 3.601 orang tersebut terdiri dari
peserta lama sebanyak 2.171 orang dan peserta baru berdasarkan SK penetapan oleh
Menteri Kesehatan tahun 2017 sebanyak 1.430 orang. Bila dibandingkan dengan capaian
kinerja pada tahun 2016 sebesar 50,14%, capaian kinerja tahun 2017 jauh lebih baik dan
hampir mencapai 100%.
Selanjutnya tidak tercapainya 100% indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan
penerima bantuan pendidikan berkelanjutan pada tahun 2017 ini dipengaruhi oleh
penyelesaian masa studi lebih cepat dari kurikulum yang telah ditentukan oleh institusi
pendidikan terutama peserta tugas belajar strata dua (S-2). Selain itu ada beberapa jenjang
strata satu (S-1) yang seharusnya diprediksi selama empat semester tetapi penetapan
kurikulum dari institusi pendidikan hanya tiga semester, seperti di UNDIP untuk
peminatan Gizi, sehingga mengakibatkan terjadinya efisiensi anggaran. Selanjutnya
anggaran yang tidak terserap dari capaian indikator ini juga karena banyaknya peserta
yang tidak mengajukan biaya kedatangan dari tempat asal dan kepulangan dari institusi
pendidikan.
Untuk indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
tercapai sebanyak 2.893 orang (100,38%) dari 2.882 orang yang ditargetkan. Capaian
kinerja sebanyak 2.893 orang tersebut terdiri dari peserta lama sebanyak 2.472 orang dan
peserta baru berdasarkan SK penetapan oleh Menteri Kesehatan tahun 2017 sebanyak 421
orang. Bila dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2016 sebesar 49,50%,
capaian kinerja tahun 2017 jauh lebih baik dan melebihi 100%. Walaupun capaian
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 10
indikator kinerja ketiga ini lebih dari 100%, tetapi serapan anggaran sebesar 91,79% dari
pagu sebesar Rp. 145.343.490.000,-. Serapan anggaran indikator ini tidak optimal atau
kurang dari 100% disebabkan kaena tidak terbayarnya biaya penunjang pendidikan
seperti; biaya penelitian/riset, biaya seminar, kursus dan biaya ujian nasional karena
dalam pengajuan usulan biaya penunjang pendidikan peserta penerima bantuan
pendidikan profesi kesehatan (peserta PPDS/PDGS) tidak melengkapi persyaratan
administrasi yang sudah ditentukan sehingga tidak dapat dibayarkan dan penyerapan
anggaran menjadi tidak optimal. Sedangkan capaian indikator kinerja lebih dari 100%
disebabkan adanya beberapa peserta PPDS/PDGS yang cuti akademik di tahun 2016 dan
kembali aktif melanjutkan pendidikan di tahun 2017.
B. HASIL EVALUASI KINERJA TAHUN 2018
1. Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi.
Capaian indikator kinerja jumlah tenaga kesehatan teregistrasi selain dokter dan
dokter gigi pada tahun 2018 termasuk kategori berhasil, bahkan realisasinya jauh
melampaui target (190,16%), sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Capaian Kinerja Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi
Tahun 2015 - 2018
Indikator
Target
(Orang)
2018
Realisasi
(Orang)
2018
Capaian
Kinerja
2018
(%)
Capaian Kinerja (%)
2015 2016 2017
Jumlah Tenaga
Kesehatan
Teregistrasi
150.000
285.242
190,16
246,89
191.00
219,94
Tabel 2.2 diatas menunjukkan bahwa capaian kinerja indikator jumlah tenaga
kesehatan teregistrasi selama empat tahun pelaksanaan Renstra 2015-2019 sudah
melampaui dari target yang ditetapkan (capaian kinerja diatas 100%).
Pada tahun 2018 ini target output tenaga kesehatan teregistrasi mengalami
perubahan/penyesuaian. Berdasarkan hasil pembahasan Rencana Anggaran
Kementerian/Lembaga (RAK/L) satuan kerja antara Pusat Peningkatan Mutu SDM
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 11
Kesehatan dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan disepakati
perubahan target output tenaga kesehatan teregistrasi yang semula sebanyak 150.000
orang menjadi 175.000 orang. Penambahan target ini dilakukan mengingat hasil capaian
kinerja output kegiatan ini pada tahun sebelumnya dan indeks penganggaran tahun 2017.
Capaian kinerja jumlah tenaga kesehatan teregistrasi tahun 2018 terealisasi
sebanyak 285.242 orang atau 190,16% dari target sebanyak 150.000 orang (berdasarkan
target Renstra) dan sebesar 163,00% berdasarkan target RKP/Renja K/L seperti dijelaskan
pada matriks sandingan tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi
Tahun 2018
Indikator Kinerja
Kegiatan
Renstra RKP Renja K/L
Target 2018
Realisasi 2018
% Target 2018
Realisasi 2018
% Target 2018
Realisasi 2018
%
Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi (Orang)
150.000 285.242 190,16 175.000 285.242 163,00 175.000 285.242 163,00
Indikator kinerja jumlah tenaga kesehatan teregistrasi dihitung berdasarkan
jumlah STR yang diterbitkan/dikirim ke Provinsi. Penerbitan STR menurut Provinsi
tahun 2018 sebagaimana diperlihatkan pada grafik 2.1 berikut ini:
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 12
Grafik 2.1 Penerbitan STR Menurut Provinsi Tahun 2018
Pada grafik 2.1 diatas, diketahui bahwa penerbitan/pengiriman STR tahun 2018
yang paling banyak adalah Provinsi Jawa Timur sebanyak 40.107 STR, diikuti Provinsi
Jawa Barat sebanyak 29.339 STR dan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 24.815 STR.
Sedangkan Provinsi yang paling sedikit menerbitkan STR adalah Provinsi Kalimantan
Utara dengan 612 STR.
Sampai dengan akhir tahun 2018 tenaga kesehatan yang sudah teregisterasi
meliputi 27 jenis profesi yaitu: Perawat, Bidan, Fisioterapi, Perawat Gigi, Refraksionis
Optisien, Terapis Wicara, Radiografer, Okupasi Terapis, Ahli Gizi, Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan, Teknisi Gigi, Sanitarian, Elektromedis, Analis Kesehatan, Perawat
Anestesi, Akupuntur Terapis, Fisikawan Medis, Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi Darah,
10.068
15.389
10.776
3.532
7.074
2.003
2.206
8.640
3.331
6.144
6.448
20.489
29.339
24.815
6.806
40.107
3.188
6.529
12.973
5.131
7.503
5.672
1.794
3.192
1.872
3.407
2.170
16.158
3.837
2.252
4.125
1.314
6.346
612
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Riau
Kep. Riau
Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Maluku
Papua Barat
Papua
Kalimantan Utara
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 13
Kesehatan Masyarakat, Tenaga Promotor dan Pendidik Kesehatan, Psikologi Klinis,
Tenaga Kesehatan Tradisional Komplementer, Teknik Kardiovaskuler, Epidemiologis,
Audiologis dan Pembimbing Kesehatan Kerja. Dari 27 profesi tenaga kesehatan tersebut,
profesi perawat paling banyak memiliki STR dan yang paling sedikit memiliki STR adalah
profesi Epidemiolog Kesehatan. Untuk profesi Audiologis pada tahun 2018 ini belum ada
STR profesi Audiologis yang diterbitkan oleh MTKI. Untuk lebih jelasnya profesi
kesehatan yang telah teregistrasi diperlihatkan pada grafik 2.2 di bawah ini:
Grafik 2.2 Penerbitan STR Per Profesi Kesehatan Tahun 2018
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 14
Capaian indikator kinerja jumlah tenaga kesehatan teregistrasi tahun 2018 sudah
melebihi dari 100% baik berdasarkan target Renstra, RKP maupun Renja K/L, hal ini
disebabkan karena pengajuan STR selain secara manual juga dilaksanakan secara online.
Selain itu adanya tambahan 5 jenis tenaga kesehatan (Epidemiologi Kesehatan,
Tenaga Promotor dan Pendidik Kesehatan, Tenaga Kesehatan Tradisional Komplementer,
Audiologis dan Pembimbing Kesehatan kerja) ikut menyumbang peningkatan jumlah STR
yang diterbitkan. Capaian kinerja indikator jumlah tenaga kesehatan teregistrasi tahun
2018 ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan capaian kinerja selama tiga tahun
terakhir, yakni rata-rata lebih besar dari 100%. Capaian kinerja indikator jumlah tenaga
kesehatan teregistrasi tahun 2015- 2018 sebagaimana ditampilkan pada grafik 2.3 dibawah
ini:
Grafik 2.3 Capaian Kinerja Indikator Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi
Tahun 2015- 2018
Capaian indikator tenaga kesehatan teregistrasi sampai dengan akhir periode
Renstra Tahun 2015-2019, bila dibandingkan dengan capaian indikator kinerja dari awal
periode Renstra 2015-2019 sampai dengan pelaksanaan tahun keempat tahun 2018, maka
capaian kinerja indikator tenaga kesehatan teregistrasi sudah tercapai, bahkan melebihi
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
2015 2016 2017 2018
100.000 115.000
175.000 175.000
246.895
219.654
384.901
285.242
Target
Realisasi
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 15
dari 100%. Pada tahun 2019 indikator kinerja tenaga kesehatan teregistrasi sudah lepas
dari satuan kerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dan akan menjadi indikator
kinerja pada satuan kerja baru, yakni Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI). Oleh
karena itu KTKI perlu menyesuaikan besaran target indikator ini mengingat target yang
telah ditetapkan dibawah angka capaian. Selanjutnya untuk realisasi anggaran yang
digunakan untuk pencapaian kinerja jumlah tenaga kesehatan teregistrasi sesuai dengan
dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan tahun 2018 (kode 051: output Penerbitan STR Tenaga Kesehatan dan kode 060:
output Operasional Konsil Tenaga Kesehatan) sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.4
dibawah ini:
Tabel 2.4 Realisasi Anggaran
Indikator Kinerja Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi Tahun 2018
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Target
(Orang)
Realisasi
(Orang)
Alokasi
Anggaran (Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
%
Terselenggaranya Fasilitasi Standardisasi dan Profesi Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan
Teregistrasi
175.000 Orang
285.242 Orang (163%)
6.117.694.000
5.476.413.718
89,52
Tabel 2.4 diatas menunjukkan bahwa anggaran untuk indikator kinerja ini tidak
terserap maksimal. Dari alokasi anggaran sebesar Rp. 33.005.447.000,- terserap 86,10%
atau anggaran terserap sebesar Rp. 28.416.588.673,-, tetapi capaian kinerja indikator ini
sudah melebihi 100% (capaian kinerja sebesar 163,00%). Hal ini disebabkan antara lain
karena beberapa kegiatan yang mendukung pelaksanaan penerbitan STR dan operasional
Konsil Tenaga Kesehatan seperti; pengelolaan STR, monitoring dan evaluasi registrasi
tenaga kesehatan dan operasional MTKP di 34 Provinsi tidak terserap secara optimal.
Anggaran kegiatan pengelolaan STR tidak terserap maksimal karena beberapa komponen
kegiatan seperti; kegiatan koordinasi dengan lintas sektor terkait registrasi (belanja
perjalanan biasa), uang narasumber dan moderator (belanja jasa profesi) dan belanja
perjalanan dinas paket meeting dalam kota (rapat-rapat di luar jam kerja) tidak terserap
optimal. Selain itu adanya sisa anggaran dari pengadaan barang/jasa kegiatan Program
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 16
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dan honor anggota KTKI tidak bisa
dibayarkan karena belum terbentuknya KTKI serta adanya paket kegiatan penyusunan
regulasi/persiapan KTKI yang tidak dapat dilaksanakan ikut berkontribusi tidak
optimalnya serapan anggaran dari output kegiatan ini.
2. Capaian kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan.
Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan berasal dari
peserta lama (aktif) dan peserta baru. Peserta lama adalah peserta penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan yang belum menyelesaikan pendidikan dan masih
mendapatkan bantuan pendidikan dari Kementerian Kesehatan. Sedangkan peserta baru
adalah peserta penerima bantuan pendidikan tugas belajar SDM Kesehatan tahun 2018
yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan.
Capaian kinerja indikator ini berdasarkan hasil pelaksanaan empat tahun periode
Renstra Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.5 Capaian Kinerja Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
Empat Tahun Periode Renstra 2015-2019
Indikator
Target
2018
(Orang)
Realisasi
2018
(Orang)
Capaian
Kinerja
2018
(%)
Capaian Kinerja (%)
2015
2016
2017
Jumlah SDM
kesehatan
penerima bantuan
pendidikan
berkelanjutan
2.929
3.974
135,68
104,89
74,42
99,06
Target output indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan ini, berdasarkan hasil pembahasan Rencana Anggaran
Kementerian/Lembaga (RAK/L) satuan kerja antara Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan juga mengalami
perubahan target dari 2.929 orang menjadi 3.989 orang dikarenakan meningkatnya jumlah
peserta baru tubel SDM Kesehatan pada tahun 2017.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 17
Pada tabel 2.5 diatas terlihat bahwa capaian kinerja indikator kinerja jumlah SDM
Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan sampai dengan tahun 2018 ini
sebesar 135,68% atau sebanyak 3.974 orang dari target 2.929 orang. Capaian kinerja
sebanyak 3.974 orang tersebut berasal dari peserta lama sebanyak 2.563 orang dan peserta
baru sebanyak 1.411 orang. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2017, capaian tahun
2018 ini lebih lebih baik karena capaian indikator kinerja berdasarkan Renstra sudah
melebihi 100% .
Capaian kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan tahun 2018 berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan terealisasi
sebanyak 3.974 orang atau 135,68% dari target sebanyak 2.929 orang. Dan berdasarkan
RKP dan Renja K/L capaian kinerja indikator ini sebesar 99,62% dari target sebanyak 3.989
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.6 Capaian Indikator Kinerja Jumlah SDM Kesehatan
Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan Tahun 2018
Indikator Kinerja
Kegiatan
Renstra RKP Renja K/L
Target 2018
Reali-sasi 2018
% Target
2018
Reali-sasi 2018
% Target
2018
Reali-sasi 2018
%
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendididkan Berkelanjutan (Orang)
2.929 3.974 135,68 3.989 3.974 99,62 3.989 3.974 99,62
Peserta tubel baru tahun 2018 terdiri dari peserta tubel reguler dan peserta tubel
pasca Nusantara Sehat. Jumlah peserta baru tugas belajar SDM Kesehatan yang melamar
tahun 2018 berdasarkan aplikasi tubel online (tubel.bppsdmk.kemkes.go.id) tercatat sebanyak
3.307 orang, dan setelah melalui seleksi administrasi pusat dan seleksi akademik, tercatat
jumlah kelulusan akademik sebanyak 1.407 orang. Dan melalui seleksi akhir di Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan, ditetapkan sebanyak 1.381 orang yang diusulkan
menerima bantuan pendidikan tugas belajar. Sementara itu untuk peserta tubel baru yang
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 18
berasal dari pasca Nusantara Sehat berjumlah 32 orang (2 orang peserta memilih
peminatan pendidikan dokter spesialis dan dimasukkan ke Program Pendidikan Dokter
Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PDGS), sehingga total peserta tubel
baru tahun 2018 telah diusulkan berjumlah 1.411 orang.
Capaian indikator kinerja jumlah SDM kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan tahun 2018 ini terbilang cukup baik. Bila dijumlahkan peserta tubel lama
dan peserta tubel baru, maka total peserta tubel SDM Kesehatan menjadi 3.974 orang.
Capaian kinerja indikator ini berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan sudah melebihi
100% atau sebesar 135,68% dari target sebanyak 2.929 orang. Dan berdasarkan RKP dan
Renja K/L capaian kinerja indikator ini sebesar 99,62% dari target sebanyak 3.989 orang.
Selanjutnya tidak tercapainya 100% indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima
bantuan pendidikan berkelanjutan pada tahun 2018 ini dipengaruhi oleh; (1) Beberapa
institusi pendidikan menetapkan persyaratan tertentu bagi calon peserta tubel yang akan
mengikuti seleksi akademik seperti; bagi lulusan profesi yang ingin melanjutkan
pendidikan harus kuliah di Perguruan Tinggi yang sama, (2) Mengundurkan diri sebagai
peserta tubel setelah dinyatakan lulus akademik karena alasan kesehatan, diterima
menjadi petugas Kesehatan Haji, bencana alam di lombok dan palu, (3) Peserta yang sudah
lulus seleksi akademik tidak bisa diterbitkan SK Tugas Belajar, karena pindah peminatan
atau pindah universitas dan, (4) Beberapa calon peserta tubel yang telah lulus akademik
tidak dapat diterbitkan SKnya, karena mengikuti program double degree program Australia
Award Schoolarship.
Data capaian indikator kinerja jumlah SDM kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan (tugas belajar) ini diperoleh dengan menghitung jumlah SDM
Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan (diploma/strata/profesi) tahun
2018 (peserta lama/lanjutan/aktif). Jumlah peserta tugas belajar lama/aktif dihitung
berdasarkan SPP yang dibayarkan. Distribusi peserta tugas belajar SDM Kesehatan
(pendidikan diploma dan strata) yang diberikan bantuan biaya pendidikan berkelanjutan,
sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.7 di bawah ini:
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 19
Tabel 2.7 Jumlah SDM Kesehatan penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
Tahun 2018
D4/S1 S2 S3 JML D3 D4/S1 S2 S3 JML D4/S1 S2 S3 JML D4/S1 S2 S3 JML
1 Universitas Indonesia 27 20 10 57 16 224 14 254 13 165 10 188 16 158 18 192 691
2 Universitas Diponegoro 6 2 8 32 44 2 78 52 50 4 106 60 44 3 107 299
3 Institut Pertanian Bogor 4 4 4 6 3 13 8 3 3 14 9 4 1 14 45
4 Universitas Negeri Jakara 2 2 1 1 3
5 Universitas Jambi 2 2 1 1 3
6 Universitas Mulawarman 2 2 2
7 Universitas Syiah Kuala 5 5 1 1 1 1 2 9 7 16 24
8 Universitas Negeri Semarang 1 1 1
9 Universitas Lampung 3 3 16 16 4 4 23
10 Universitas Nasional 26 26 15 15 41
11 Institut Sains dan Teknologi
Nasional
11 11 1 1 12
12 Universitas Pancasila 28 28 38 38 66
13 Unversitas Negeri Riau 2 2 4 7 1 8 13 3 16 28
14 Universitas Pendidikan
Indonesia
2 2 2 2 4
15 Institut Teknologi Bandung 3 3 3
16 Universitas Padjadjaran 10 10 15 46 61 2 43 45 1 43 1 45 161
17 Universitas Gajah Mada 8 8 121 11 132 83 3 86 82 7 89 315
18 Universitas Nusa Cendana 7 7 16 1 17 8 8 32
19 Universitas Sam Ratulangi 3 8 11 5 5 2 2 4 20
20 Poltekkes Manado 1 1 4 4 7 7 12
21 Universitas Andalas 22 22 29 28 57 48 38 1 87 36 30 1 67 233
22 Universitas Negeri Padang 3 3 1 1 4
23 Univeritas Sriwijaya 5 12 17 7 13 20 7 20 27 64
24 Univrsitas Jenderal
Soedirman
1 1 6 5 11 47 1 48 31 1 32 92
25 Universitas Sebelas Maret 2 2 15 2 17 - 15 15 30 2 32 66
26 Universitas Lambung
Mangkurat
1 1 5 4 - 9 22 6 28 20 8 28 66
27 Universitas Udayana 6 5 5 16 2 6 3 11 2 4 6 33
28 STIA LAN Jakarta 1 1 1 1 1 1 3
29 Poltekkes Surakarta 43 43 43
30 Poltekes Banjarmasin 5 5 5
31 Poltekkes Kendari 4 4 4
32 Universitas Brawijaya 2 2 20 3 23 73 10 1 84 51 25 1 77 186
33 Poltekkes Malang 1 1 2 2 3
34 Universitas Malang 1 1 1 1 2 2 4
35 UIN Kalijaga 1 1 1
36 Universitas Negeri Yogyakarta 1 1 1 1 2
37 STIA LAN Makassar 1 1 8 8 5 5 14
38 Universitas Negeri Jember 1 1 1 1 6 6 8
39 Universitas Hasanuddin 7 1 8 30 63 5 98 61 83 144 40 99 6 145 395
40 Poltekkes Yogyakarta 40 40 25 25 65
41 Poltekkes Jakarta II 7 7 10 10 17
42 Poltekkes Jakarta III 5 5 5
43 Poltekkes Makassar 15 15 25 25 40
44 Poltekkes Palu 1 1 1 1 2
45 Poltekkes Tasikmalaya 2 2 12 12 14
46 Poltekkes Semarang 19 19 47 43 90 67 34 101 210
47 Poltekkes Palangkaraya 1 1 1
48 Universitas Sumatera Utara 1 1 43 2 45 17 53 2 72 2 37 4 43 161
49 Universitas Medan 2 2 2
50 Universitas Cendrawasih 3 3 7 2 9 10 1 11 23
51 Universitas Airlangga 1 7 8 43 36 6 85 62 62 8 132 55 48 5 108 333
52 Universitas Negeri Tanjung
Pura
5 5 5
53 Institut Teknologi Surabaya 3 1 4 1 3 4 2 2 10
54 Poltekkes Bengkulu 1 1 1
55 Poltekkes Surabaya 30 30 40 40 70
56 Poltekkes Bandung 3 3 3
57 Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta
1 1 1
80 21 41 142 2 208 718 59 987 683 715 36 1.434 666 688 57 1.411 3.974 TOTAL
NO UNIVERSITASANGKATAN 2015 ANGKATAN 2016 ANGKATAN 2017 ANGKATAN 2018
TOTAL
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 20
Dari tabel 2.7 diatas, terlihat bahwa peserta penerima bantuan pendidikan tugas
belajar tahun 2018 (Diploma III, Diploma IV/Strata Satu, Strata Dua dan Strata Tiga)
sebanyak 3.974 orang tersebar di 57 institusi pendidikan, dengan peserta penerima
bantuan pendidikan tugas belajar terbanyak di Universitas Indonesia. Peserta penerima
bantuan pendidikan SDM Kesehatan terdiri dari jenjang Diploma III sebanyak 2 orang,
Diploma IV/Strata Satu sebanyak 1.637 orang, Strata Dua sebanyak 2.142 orang dan Strata
Tiga sebanyak 193 orang.
Selanjutnya untuk realisasi anggaran yang digunakan untuk pencapaian kinerja
jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan sesuai dengan
dokumen DIPA Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun anggaran 2018,
ditampilkan pada tabel 2.8 dibawah ini:
Tabel 2.8 Realisasi Anggaran
Indikator Kinerja Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan Tahun 2018
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Target
(Orang)
Realisasi
(Orang)
Alokasi Anggaran
Rp)
Realisasi
(Rp)
%
SDM Kesehatan yang
bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan berkelanjutan
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
3.989
Orang
3.974
Orang (99,62%)
141.052.730.000,-
138.997.956.492,-
98,54
Tabel 2.8 diatas terlihat bahwa untuk mencapai target kinerja jumlah SDM
Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan, Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan pada tahun 2018 mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 141.052.730.000.-.
Capaian kinerja indikator ini sebesar 99,62% dari target indikator kinerja sebanyak 3.989
orang.
Capaian kinerja anggaran indikator ini tidak mencapai 100% disebabkan oleh
karena anggaran yang telah direncanakan untuk 3.989 orang peserta tubel SDM Kesehatan
hanya terserap untuk 3.974 peserta tubel SDM Kesehatan. Sebanyak 15 calon peserta tubel
SDM Kesehatan yang gagal menjadi peserta tubel SDM Kesehatan dikarenakan hal-hal
senagai berikut: mengundurkan diri sebagai peserta tubel setelah dinyatakan lulus
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 21
akademik karena alasan kesehatan, menjadi petugas haji, bencana alam dan calon peserta
tubel yang telah lulus akademik tidak dapat di SK-kan sebagai peserta tubel SDM
Kesehatan, karena mengikuti program double degree program Australia Award
Schoolarship.
3. Capaian kinerja jumlah peserta penerima bantuan pendidikan kesehatan.
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan berasal dari
peserta lama (aktif) dan peserta baru. Peserta lama adalah peserta penerima bantuan
program pendidikan dokter spesialis/pendidikan dokter gigi spesialis (PPDS/PDGS)
yang belum menyelesaikan pendidikan dan masih mendapatkan bantuan pendidikan dari
Kementerian Kesehatan. Sedangkan peserta baru adalah peserta penerima bantuan
PPDS/PDGS tahun 2018 yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan.
Capaian kinerja indikator ini berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan sejak awal
periode Renstra 2015-2019 sampai dengan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut:
Tabel 2.9 Capaian Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan
Profesi Kesehatan Empat Tahun Periode Renstra 2015-2019
Indikator
Target
(Orang)
Realisasi
(Orang)
Capaian
Kinerja
2018
(%)
Capaian Kinerja (%)
2015
2016
2017
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
2.987
2.572
86,11
95,17
72,65
100,38
Pada tabel 2.9 terlihat bahwa capaian kinerja indikator kinerja jumlah peserta
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tahun 2018 sebesar 86,11% atau sebanyak
2.572 orang dari target 2.987 orang. Capaian kinerja sebanyak 2.572 orang tersebut, berasal
dari peserta lama X-XIX) sebanyak 2.127 orang dan 445 peserta PPDS/PDGS berasal dari
Angkatan XX tahun 2018 sebanyak 195 orang, Angkatan XXI tahun 2018 sebanyak 248 dan
2 orang lagi berasal dari tubel pasca Nusantara Sehat.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 22
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tahun 2018 ini
tersebar di 18 Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi, sebagaimana tabel 2.10 di
bawah ini:
Tabel 2.10 Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
Tahun 2018
Jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan terdiri dari
peserta PPDS/PDGS Angkatan X-XXI. Berdasarkan aplikasi ppds online tercatat pelamar
Angkatan XX yang mendaftar online sebanyak 751 orang dan pelamar Angkatan XXI yang
mendaftar online sebanyak 766 orang. Setelah melalui seleksi administrasi pusat dan
seleksi akademik, jumlah peserta penerima bantuan PPDS/PDGS Angkatan XX
ditetapkan sebanyak 195 orang melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/289/2018 tanggal 31 Mei 2018 tentang Penerima Bantuan Program
Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Angkatan Kedua Puluh Tahun 2018.
ANGKATAN X-XIX ANGKATAN XX JUMLAH ANGKATAN X-XIX ANGKATAN XX ANGKATAN XXI JUMLAH
1 FK/FKG UGM 232 232 196 13 16 225 261
2 FK/FKG UNAIR 344 344 299 32 35 366 411
3 FK UNSYIAH 47 47 46 8 1 55 56
4 FK USU 164 164 135 16 27 178 207
5 FK UNSRI 75 75 61 6 3 70 84
6 FK UNUD 124 124 103 7 15 125 146
7 FK/FKG UI 164 164 157 11 29 197 204
8 FK UNS 120 120 106 16 18 140 154
9 FK UNDIP 159 159 123 19 19 161 197
10 FK/FKG UNPAD 244 244 173 11 17 201 272
11 FK UNHAS 240 240 227 27 43 297 310
12 FK UNBRAW 99 99 84 14 12 110 125
13 FK UNSRAT 34 34 28 5 2 35 41
14 FK UNAND 81 81 67 10 13 90 104
JUMLAH 2.127 - 2.127 1.805 195 250 2.250 2.572
NO. FAKULTAS
SEMESTER I SEMESTER II
TOTAL
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 23
Selanjutnya peserta penerima bantuan PPDS/PDGS Angkatan XXI ditetapkan sebanyak
248 orang melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan yang ditetapkan dalam tiga tahap,
yaitu; Nomor HK.01.07/V/002103/2018 tanggal 13 September 2018 tentang Penerima
Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis dan Pendidikan
Dokter Subspesialis Angkatan Ketiga Tahap Pertama Tahun 2018, kemudian Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/V/002156/2018 tanggal 20 September
2018 tentang Penerima Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/ Dokter Gigi
Spesialis Angkatan Kedua Puluh Satu Tahap Kedua Tahun 2018, dan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/V/002253/2018 tanggal 28 September 2018 tentang
Penerima Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/ Dokter Gigi Spesialis Angkatan
Kedua Puluh Satu Tahap Ketga Tahun 2018. Selanjutnya tambahan 2 orang peserta
PPDS/PDGS berasal dari peserta tubel pasca Nusantara Sehat sebagai penghargaan bagi
tenaga kesehatanyang telah menyelesaikan penugasan khusus tenaga kesehatan melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/I/002335/2018 tanggal 11 Oktober
2018 tentang Penerima Beasiswa Tenaga Kesehatan Pasca Nusantara Sehat Angkatan
Tahun 2018.
Distribusi peserta PPDS/PDGS Angkatan XX dan peserta PPDS/PDGS Angkatan
XXI sebagaimana disajikan pada grafik 2.4 dan 2.5 dibawah ini.
Grafik 2.4 Peserta PPDS/PDGS Angkatan XX Tahun 2018
0
5
10
15
20
25
30
35
5
3
5
1
3 32
4
7
1415
1
32
6 6
4
21
9
1 1
78
2
11
34
67
4
10
35
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 24
Grafik 2.5 Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXI
Tahun 2018
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis Angkatan XX dan Angkatan XXI sebagimana ditampilkan pada grafik 3.5 dan
3.6, terbanyak berasal dari Pusat (Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan dan
Kepolisian Republik Indonesia). Selanjutnya diikuti peserta yang berasal dari Provinsi
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Sedangkan Provinsi
lainnya paling sedikit peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis sebanyak 1 sampai 2 orang.
Capaian kinerja indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi
kesehatan baik berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan maupun berdasarkan RKP
dan Renja K/L pada tahun 2018 sebesar 86,11% dari target sebanyak 2.987 orang. Capaian
indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tidak mencapai
100% atau alokasi anggaran indikator ini tidak terserap secara optimal. Ada beberapa
faktor yang mengakibatkan tidak optimalnya capaian indikator indikator jumlah peserta
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan, yaitu: (1) Program bantuan pendidikan
dokter spesialis/dokter gigi spesialis merupakan program prioritas nasional dimana
output tidak bisa berubah karena sudah ditetapkan dalam rencana strategis 5 tahunan, (2)
Rendahnya tingkat kelulusan seleksi akademik calon peserta penerima bantuan
pendidikan profesi kesehatan. Hasil seleksi calon peserta PPDS/PDGS Angkatan XX dari
0
5
10
15
20
25
AC
EH
BA
BE
L
BA
LI
BA
NT
EN
BE
NG
KU
LU DIY
GO
RO
NT
ALO
JAB
AR
JAM
BI
JAT
EN
G
JAT
IM
KA
LBA
R
KA
LSE
L
KA
LTA
RA
KA
LTE
NG
KA
LTIM
KE
MH
AN
KE
PR
I
LAM
PU
NG
MA
LUK
U
NT
B
NT
T
PA
PB
AR
PA
PU
A
PO
LRI
PU
SA
T
RIA
U
SU
LBA
R
SU
LSE
L
SU
LTE
NG
SU
LTR
A
SU
LUT
SU
MB
AR
SU
MS
EL
SU
MU
T
10
4
10
5
23
6
910
9
15
45
2
67
12
5
8
3
9
43
5 5
21
5
3
15
67
3
10
4
15
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 25
751 pelamar hanya 195 pelamar yang lulus akademik (25,96%). Kemudian hasil seleksi
calon peserta PPDS/PDGS Angkatan XXI dari 766 pelamar hanya 248 pelamar yang lulus
akademik (32,37%). Dan apabila ditelaah lebih lanjut dari 195 peserta PPDS/PDGS
Angkatan XX ternyata hanya 83 orang yang lulus akademik (43%), selebihnya adalah
peserta yang berasal dari residen (telah menjadi mahasiswa semester 1-4) sebanyak 112
orang (57%). Demikian pula hasil seleksi calon peserta PPDS/PDGS Angkatan XXI dari
248 peserta PPDS/PDGS ternyata hanya 147 orang yang lulus akademik (59%), selebihnya
adalah peserta yang berasal dari residen sebanyak 101 orang (41%).
Untuk realisasi anggaran yang digunakan untuk pencapaian kinerja jumlah
peserta penerima bantuan profesi kesehatan tahun 2018 diperlihatkan pada tabel 2.11
dibawah ini:
Tabel 2.11 Realisasi Anggaran
Indikator Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan Tahun 2018
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Target
(Orang)
Realisasi
(Orang)
Alokasi
Anggaran (Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
%
SDM Kesehatan
yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan berkelanjutan
Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
2.987
Orang
2.572
Orang (86,11%)
145.747.072.000,-
123.270.391.884,-
84,58
Tabel 2.11 diatas menunjukkan bahwa serapan anggaran indikator kinerja
jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sebesar 84,58% dan
capaian indikator kinerja sebesar 86,11%. Serapan anggaran indikator kinerja ini tidak
optimal disebabkan karena rendahnya tingkat kelulusan seleksi akademik calon peserta
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sehingga anggaran yang sudah tersedia
tidak dapat diserap. Selain itu biaya bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis seperti; SPP, biaya hidup, ujian jenjang dan biaya
penunjang pendidikan (ujian nasional, seminar dan penelitian) menjadi tidak terserap
optimal.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 26
4. Indikator Pendukung Kinerja Kegiatan.
4.1. Pengelolaan Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
4.1.1. Manajemen dan Integrasi Data
Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional telah melaksanakan kegiatan
manajemen dan integrasi data pejabat fungsional kesehatan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan lanjutan tahun 2017 dimana telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara
Menteri Kesehatan dengan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan Perjanjian
Kerjasama antara Deputi Sistem Informasi Kepegawaian dengan Kepala Badan PPSDM
Kesehatan tentang Pertukaran dan Pemanfaatan Data Pegawai Aparatur Sipil Negara
dalam rangka Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Pangkalan data pejabat fungsional kesehatan di Indonesia telah mulai dibangun
pada tahun anggaran 2016 dengan menggunakan sumber data dari Sistem Aplikasi
Pelayanan Kepegawaian (SAPK) milik BKN. Data yang diperoleh adalah seluruh pejabat
fungsional yang dibina oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan jenis, jenjang, wilayah
dan instansi menggunakan sistem dumping (periode). Adapun pemanfaatan pangkalan
jabatan fungsional kesehatan diantaranya:
- Pemetaan persebaran pejabat fungsional kesehatan
- Aplikasi e-PAK dan e-Jabfung
- Aplikasi e-Ukom
- Perencanaan pengembangan jabatan fungsional kesehatan
Kegiatan manajemen dan integrasi data pejabat fungsional kesehatan, yaitu:
a. Evaluasi dan Pengembangan Pangkalan Data.
Stakeholder pejabat fungsional kesehatan adalah unit pembina, instansi pengguna,
dan pejabat fungsional kesehatan itu sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan variabel
data di pangkalan data jabatan fungsional kesehatan bagi para stakeholder tersebut,
perlu dilakukan kegiatan pertemuan rapat dalam kantor di luar jam kerja dengan
mengundang Pusat Data dan Infromasi, Instansi Pembina, Instansi Pengguna dan
Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai penyedia data. Output dari kegiatan
tersebut adalah kesepakatan kebutuhan data yang akan disediakan dalam pangkalan
data jabatan fungsional (sistem informasi Jabatan fungsional) serta mekanisme dan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 27
periode updating data dari Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) milik
BKN.
b. Harmonisasi dan integrasi data Jabatan fungsional dengan stakeholder di unit
pusat dan UPT vertikal.
Kegiatan tersebut dilaksanakan berupa perjalanan dinas dalam kota dan pemaparan
kondisi data pejabat fungsional yang bekerja di unit pusat dan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) vertikal. Kegiatan tersebut bertujuan sebagai “pemicu” penyebaran informasi
pejabat fungsional dan program pengembangannya. Selain itu kegiatan tersebut
juga digunakan sebagai “aktivitas” koordinasi dengan Direktorat Pengolahan Data
dan Informasi Kepegawaian-BKN dalam hal pemenuhan kebutuhan data,
penyeragaman kode, perumusan pemutakhiran data serta pengelolaan pangkalan
data.
c. Harmonisasi dan integrasi data jabatan fungsional dengan stakeholder UPT di
Daerah (Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Barat/Banten).
Sistem Administrasi Pelayanan Kepegawaian-BKN dapat dimanfaatkan oleh
seluruh pengelola kepegawaian PNS yang ada id daerah maupun pusat. Namun
sering terjadi adanya kesenjangan jumlah pegawai yang tercatat dalam aplikasi
dengan kondisi yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan kurang aktifnya pemegang
akun aplikasi SAPK dalam melakukan pemutakhiran data.
Pada tahun 2018 dilaksanakan uji kompetensi bagi pejabat fungsional Perawat,
Perawat Gigi, Perekam Medis, Teknisi Elektromedis, Radiografer dan Pembimbing
Kesehatan Kerja yang akan naik jenjang. Untuk mendukung kegiatan uji komptensi
tersebut, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan menggunakan aplikasi E-Ukom
yang berguna dalam hal perencanaan penyelenggaran uji kompetensi, pendaftaran
calon peserta uji komptensi, pembuatan proposal dan pemberian nomor sertifikat
bagi peserta yang lulus uji kompetensi. Agar penyelenggaraan uji kompetensi
berjalan dengan optimal maka perlu dilakukan pemeliharaan aplikasi E-Ukom.
Kegiatan harmonisasi dan integrasi data jabatan fungsional ini dimanfaatkan selain
sebagai harmonisasi data di pangkalan data jabatan fungsional dengan data di
daerah juga menjadi kegiatan sosialiasasi pelaksanaan uji kompetensi.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 28
c. Sistem Informasi Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan Republik
Indonesia Berbasis Web.
Sistem informasi yang dikembangkan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan, SI
BANG JANGKRI (sibangjangkri.kemkes.go.id) bermanfaat untuk memudahkan para
Stakeholder Instansi Pembina dan Instansi Pengguna Jabatan Fungsional Kesehatan
untuk mendapatkan informasi yang adekuat, terjangkau, cepat, efektif dan efisien
yang berkaitan dengan Jabatan Fungsional Kesehatan Republik Indonesia dengan
mengakses 8 menu utama yaitu, Menu Database JFK, Menu Regulasi, Menu Formasi,
Menu Pengangkatan, Menu Penilaian Angka Kredit, Menu Standar Kompetensi,
Menu Uji Kompetensi, Menu Monitoring dan Evaluasi.
4.1.2. Pengelolaan E-Jabfung Kesehatan dan E-PAK
Berdasarkan undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP) pada pasal ke 7 ayat 3 disebutkan Badan Publik harus membangun
dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi
Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Saat ini berdasarkan
PMK nomor 73 tahun 2013 terdapat 99 jenis jabatan fungsional yang ada dilingkungan
Kementerian Kesehatan untuk jabatan fungsional kesehatan yang telah ditetapkan oleh
Kemenpan RB sebanyak 30 jenis jabatan fungsional. Dengan kondisi yang ada saat ini
muncul berbagai permasalahan terkait dengan data dan informasi tentang jabatan
fungsional pada instansi pembina dan instansi pengguna dan ini merupakan persoalan
yang harus diselesaikan dengan seefektif dan seefisien mungkin.
Solusi dari permasalahan diatas pada tahun 2018 Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan membangun aplikasi Jabatan Fungsional Elektronik (E-Jabfung) untuk 5 jenis
jabatan fungsional antara lain Psikolog Klinis, Pembimbing Kesehatan Kerja, Entomolog
Kesehatan, Teknisi Transfusi Darah, dan Perawat Gigi. Kegiatan penyusunan rancangan
e-jabfung kesehatan dan e-PAK untuk 5 jabatan fungsional tersebut dilaksanakan dalam
bentuk swakelola dengan menggunakan beberapa metoda yaitu:
(1) Pengadaan Paket Aplikasi E-Jabfung dan E-PAK
(2) Perjalanan dinas biasa dalam rangka uji coba aplikasi E-Jabfung dan E-
PAK
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 29
(3) Perjalanan dinas biasa dalam rangka Sosialisasi Rancangan E-Jabfung dan E-
PAK
4.1.3. Penyusunan/Revisi Regulasi Terkait Jabatan Fungsional Kesehatan:
a. Penyusunan/Revisi Regulasi Jabatan Fungsional
b. Revisi Pedoman Penilaian Jabatan Fungsional Kesehatan
c. Penyusunan Standar Kompetensi Teknis Jabfungkes
d. Penyusunan Standar Kualitas Hasil Kerja Jabatan Fungsional Kesehatan
Rincian sub kegiatan dari kegiatan penyusunan/revisi regulasi terkait jabatan
fungsional kesehatan antara lain:
a. Penyusunan/Revisi Regulasi Terkait Pengembangan Jabatan Fungsional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2013 tentang
Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa
terdapat 99 jenis, namun penetapan Jabatan Fungsional Kesehatan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemenpan-RB) terdiri dari 30 jenis, yaitu: Dokter Pendidik Klinis, Dokter,
Dokter Gigi, Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Radiografer, Pranata Labkes, Perekam
Medis, Fisioterapis, Teknisi Elektromedik, Ortotis Prostetis, Okupasi Terapis, Terapis
Wicara, Refraksionis Optisien, Teknisi Gigi, Teknisi Transfusi Darah, Fisikawan Medik,
Psikolog Klinis, Sanitarian, Epidemolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Nutrisionis,
Apoteker, Asisten Apoteker, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesmas, Pembimbing
Kesehatan Kerja, Penata Anestesi dan Asisten Penata Anastesi.
Kondisi yang dirasakan saat ini regulasi yang mengatur tentang penetapan
angka kredit Jabatan Fungsional Kesehatan baik itu yang ditetapkan melalui
Permenpan dan Permenkes dirasakan sudah tidak relevan lagi, dalam arti tahun terbit
beberapa regulasi Jabatan Fungsional Kesehatan sudah terlalu lama dan belum
menyesuaikan dengan Undang Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. Sehingga dirasakan perlu dilaksanakan harmonisasi dan sinkronisasi terhadap
berbagai regulasi tersebut dengan melakukan revisi kebijakan terkait jabatan
fungsional kesehatan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 30
Kegiatan Revisi Kebijakan Terkait Pengembangan Jabfung 22 (dua puluh dua)
Jabfung) terdiri dari kegiatan:
(1) Pertemuan Rapat Koordinasi
Kegiatan revisi kebijakan terkait pengembangan jabatan fungsional diawali
dengan pertemuan koordinasi melalui rapat di dalam dan/atau di luar kantor
dalam rangka menginventarisir dan mengidentifikasi regulasi dan kebijakan
terkait pengembangan jabatan fungsional kesehatan untuk 22 (dua puluh dua)
jabatan fungsional dengan lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan.
(2) Penyusunan Naskah Akademik dan Matriks Butir Kegiatan
Untuk selanjutnya dilaksanakan pertemuan dalam bentuk fullday dalam rangka
penyusunan Naskah Akademik dan Butir Butir Kegiatan jabatan fungsional (11
jabatan fungsional) antara lain; Adminkes, Fisioterapis, Dokter Gigi, Ortotis
Prostetis, Teknisi Transfusi Darah, Teknis Gigi, Psikolog Klinis, Perekam Medis,
Teknisi Elektromedis, Radiografer dan Pembimbing Kesja dengan para
pemangku kepentingan terkait diantaranya; Unit Pembina Jabatan fungsiona di
lingkungan Kemenkes, Organisasi Profesi, Fasyankes (user jabfung), Biro Hukor
Kemenkes, pihak Kementerian/Lembaga seperti; Kemenpan-RB dan BKN. Dalam
koordinasi ini juga mengundang para narasumber dan praktisi/konsultan yang
membidangi pengembangan jabatan fungsional.
(3) Sounding Naskah Akademik dan Matriks Butir Kegiatan
Tahap selanjutnya dilakukan pertemuan dalam rangka sounding naskah
akademik dan butir-butir kegiatan untuk 11 jabatan fungsional yang telah disusun
untuk mendapat masukan dan penyempurnaan draft. Pertemuan ini melibatkan
para pemangku kepentingan terkait diantaranya; Unit Pembina Jabatan
fungsional di lingkungan Kemenkes RI, Organisasi Profesi, Fasyankes (user
jabfung), Biro Hukor Kemenkes, Pusat Pusat di Lingkungan Badan PPSDM
Kesehatan, Unit Eselon II terkait dan UPT Badan PPSDM Kesehatan, pihak
Kementerian/Lembaga seperti; Kemenpan-RB dan BKN.
(4) Ekspose Naskah Akademik dan Matriks Butir Kegiatan
Pada tahun 2018 dilaksanakan ekspose naskah akademik dan butir butir kegiatan
untuk 9 (sembilan) jabatan fungsional kesehatan yang tahapan sebelumnya sudah
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 31
difasilitasi pada tahun 2017 antara lain; bidan, perawat, perawat gigi, dokter,
epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, nutrisionis, apoteker, dan asisten
apoteker, dengan melibatkan para pemangku kepentingan terkait, diantaranya;
Unit Pembina Jabfung di lingkungan Kemenkes RI, Organisasi Profesi, Fasyankes
(user jabfung), Biro Hukor Kemenkes RI, Unit Eselon II terkait dan UPT Badan
PPSDM Kesehatan, pihak Kementerian/Lembaga seperti; Kemenpan-RB dan
BKN.
(5) Penyusunan Rancangan Permenpan Jabatan Fungsional Kesehatan
Pusat Peningkatan Mutu melaksanakan fasilitasi penyusunan rancangan
Permenpan RB terhadap draft naskah akademik dan butir butir kegiatan untuk 9
(sembilan) jabfung yang telah melaksanakan ekspose naksah akademik dan
matriks butir di tahun 2018 dan 2 (dua) jabatan fungsional, yaitu; sanitarian dan
penyuluh kesehatan masyarakat yang sudah melaksanakan ekspose di tahun
2017. Pertemuan ini melibatkan para pemangku kepentingan terkait diantaranya;
Unit Pembina Jabatan fungsional di lingkungan Kemenkes, Organisasi Profesi,
Fasyankes (user jabfung), Biro Hukor Kemenkes, Unit Eselon II terkait dan UPT
Badan PPSDM Kesehatan serta pihak Kementerian/Lembaga seperti;
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
(6) Fasilitasi Pertimbangan Teknis BKN
Untuk selanjutnya dilakukan fasilitasi pertimbangan teknis BKN terhadap draft
naskah akademik dan butir butir kegiatan untuk 11 (sebelas) jabatan fungsional
yang telah disusun. Pertemuan ini melibatkan para pemangku kepentingan
terkait diantaranya: Unit Pembina Jabfung dilingkungan Kemenkes, Organisasi
Profesi, Fasyankes (user jabfung), Biro Hukor Kemenkes, Unit Eselon II terkait dan
UPT Badan PPSDM Kesehatan serta pihak Kementerian/Lembaga seperti;
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan
Badan Kepegawaian Negara.
(7) Penyelenggaraan Uji Beban Kerja Jabatan Fungsional
Tahapan selanjutnya dalam revisi Permenpan-RB Jabatan Fungsional adalah uji
beban kerja. Tujuan uji beban kerja antara lain; untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan beban kerja di lapangan, mengecek apakah butir-butir kegiatan yang
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 32
sudah dirumuskan sudah lengkap atau masih ada kekurangan dan mengetahui
waktu yang dibutuhkan pada tiap pelaksanaan butir kegiatan. Penyelenggaraan
uji beban kerja jabatan fungsional (3 Jabfung) yaitu; dokter, apoteker dan
nutrisionis wilayah barat sebanyak 90 pejabat fungsional dokter, apoteker dan
nutrisionis, dan wilayah timur sebanyak 90 pejabat.
(8) Pengolahan Data Hasil Uji Beban Kerja
Tahapan setelah pelaksanaan uji beban kerja adalah pengolahan data hasil uji
beban kerja untuk mendapatkan jumlah jam kerja dalam satu tahun dan angka
kredit. Pertemuan tabulasi data hasil uji beban kerja jabatan fungsional (3 Jabfung)
sebanyak 50 orang terdiri dari unit pembina jabatan fungsional kesehatan, tim
penyusun naskah akademik dan matriks butir kegiatan, organisasi profesi dan
Badan PPSDM Kesehatan. Selanjutnya adalah pertemuan validasi hasil uji beban
kerja jabatan fungsional (3 Jabfung) sebanyak 50 orang terdiri dari unit pembina
jabatan fungsional kesehatan, tim penyusun naskah akademik dan matriks butir
kegiatan, organisasi profesi dan Badan PPSDM Kesehatan.
Output yang dihasilkan pada kegiatan revisi regulasi terkait pengembangan
jabatan fungsional adalah:
(1) Tersusunnya draf naskah akademik 11 jabatan fungsional kesehatan yaitu
Adminkes, Fisioterapis, Dokter Gigi, Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi
Darah, Teknis Gigi, Psikolog Klinis, Perekam Medis, Teknisi Elektromedis,
Radiografer dan Pembimbing Kesehatan Kerja.
(2) Tersusunnya draf matriks butir kegiatan 11 jabatan fungsional kesehatan
yaitu Adminkes, Fisioterapis, Dokter Gigi, Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi
Darah, Teknis Gigi, Psikolog Klinis, Perekam Medis, Teknisi Elektromedis,
Radiografer dan Pembimbing Kesja.
(3) Tersusunnya draf Permenpan 11 Jabatan Fungsional Kesehatan yaitu bidan,
perawat, perawat gigi, dokter, epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
nutrisionis, apoteker, dan asisten apoteker, sanitarian dan penyuluh
kesehatan masyarakat.
(4) Terlaksananya uji beban kerja 3 (tiga) jabatan fungsional kesehatan yaitu
dokter, nutrisionis dan apoteker.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 33
(5) Terlaksananya tabulasi hasil uji beban kerja jabatan fungsional kesehatan 11
jabatan fungsional kesehatan yaitu bidan, perawat, perawat gigi, dokter,
epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, nutrisionis, apoteker, dan
asisten apoteker, sanitarian dan penyuluh kesehatan masyarakat.
(6) Tersusunnya draf Petunjuk Teknis Asisten Penata Anestesi dan Penata
Anestesi.
(7) Tersusunnya draft Pedoman Tata Cara Pengusulan Revisi Permenpan Jabatan
Fungsional Kesehatan.
(8) Tersusunnya draft Grand Design Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
(9) Tersusunnya draft Revisi PMK 60 tahun 2016 tentang Pembinaan Jabatan
Fungsional Kesehatan
(10) Tersusunnya draft Rancangan Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat
Fungsional Kesehatan
(11) Tersusunnya draft Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2017
tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Ke Dalam Jabatan Fungsional
Kesehatan Melalui Penyesuaian/Inpassing.
(12) Tersusunnya draft Naskah Akademik Dokter Gigi Spesialis dan Dokter
Spesialis.
b. Revisi Pedoman Penilaian Jabatan Fungsional Kesehatan
Kondisi saat ini masih terdapat kelemahan pengaturan khususnya dalam
pengembangan dan pembinaan/pengawasan jabatan fungsional, antara lain; belum
adanya regulasi yang mengatur tentang standardisasi dan akreditasi tim penilai angka
kredit jabatan fungsional kesehatan, belum ada regulasi yang mengatur pengembangan
perencanaan pola karir jabatan fungsional kesehatan, belum adanya pedoman
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan jabatan fungsional kesehatan dan
permasalah-permasalah lainnya yang berkaitan dengan implementasi dari unit
pembina, tim penilai dan unit pengguna serta para pejabat fungsional kesehatan.
Menyadari masih banyaknya permasalahan yang ada, maka perlu dilakukan
penentuan prioritas penanggulangan masalah. Salah satu prioritasnya adalah revisi
atas pedoman penilaian jabatan fungsional kesehatan. Sehingga dengan adanya
pedoman tersebut, maka diharapkan proses penilaian angka kredit jabatan fungsional
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 34
kesehatan dapat berjalan sebagaimana seharusnya, para tim penilai angka kredit
jabatan fungsional kesehatan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya selama proses
penilaian dengan baik serta para pejabat fungsional dapat memperoleh penetapan
angka kredit tepat waktu sehingga proses kenaikan jenjang dan atau kenaikan pangkat
dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebih baik.
Bentuk pertemuan kegiatan revisi pedoman penilaian jabatan fungsional
kesehatan adalah rapat dalam kantor di luar jam kerja dan full day meeting. Dari setiap
pertemuan diharapkan hadir sejumlah 50 orang peserta yang terdiri dari undangan dan
panitia pelaksana. Tahapan kegiatan revisi pedoman penilaian jabatan fungsional
kesehatan yang akan diselenggarakan yaitu;
(1) Penyusunan draft pedoman: dilakukan dalam bentuk pertemuan full day
meeting. Peserta pertemuan berasal dari para pemangku kepentingan yang
terdiri dari unit pelaksana teknis dan satuan kerja yang ada di lingkungan
Kemenkes RI, Kementerian/Lembaga di luar Kemenkes sebagi instansi
pengguna jabatan fungsional kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi,
kabupaten dan kota yang ada di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi.
(2) Pembahasan draft pedoman: dilakukan dalam bentuk pertemuan full day
meeting. Peserta pertemuan berasal dari para pemangku kepentingan yang
terdiri dari unit pelaksana teknis dan satuan kerja yang ada di lingkungan
Kemenkes RI, Kementerian/Lembaga di luar Kemenkes sebagi instansi
pengguna jabatan fungsional kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi,
kabupaten dan kota yang ada di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi.
(3) Rapat dalam kantor di luar jam kerja: dialokasikan 4 kali pertemuan, untuk
penyempurnaan draft pedoman mennindaklanjuti hasil pertemuan dari setiap
tahapan kegiatan.
Output yang dihasilkan pada kegiatan ini adalah draft Revisi Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 153 Tahun 2007 tentang Penilaian Angka Kredit Jabatan
Fungsional Kesehatan.
c. Penyusunan Standar Kompetensi Teknis Jabatan Fungsional Kesehatan
Upaya percepatan reformasi birokrasi mutlak perlu dilaksanakan dalam
penataan jabatan yang berbasis kompetensi sebagai langkah strategis yang harus
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 35
diaktualisasikan oleh seluruh jajaran Pemerintahan. Setiap jabatan fungsional
kesehatan harus memiliki 3 (tiga) standar kompetensi jabatan fungsional yang
meliputi; Standar Kompetensi Manajerial, Standar Kompetensi Teknis dan Standar
Kompetensi Sosial Kultural.
Penyusunan standar kompetensi ini dirasakan mendesak dikerjakan karena
masih banyaknya jabatan yang belum berbasis fungsi kerja, fungsi jabatan yang belum
dirumuskan standar kompetensinya, serta belum adanya pengukuran komprehensif
terkait aspek kemampuan kompetensi (BKN, 2013).
Tujuan implementasi kompetensi adalah agar kompetensi pegawai teknis
dan manajerial dapat terukur secara akurat dan diakui oleh organisasi; agar setiap
jabatan fungsional di lingkungan instansi pemerintah memiliki standar kompetensi
dan kualifikasi jabatan yang sesuai tuntutan fungsi jabatan/kerjanya, serta agar setiap
pemangku jabatan fungsional dapat ditempatkan sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, maka Puskat Mutu SDM Kesehatan memfasilitasi
penyusunan Standar Kompetensi Teknis (SKT) bagi seluruh jenis jabatan fungsional
kesehatan bersama-sama dengan unit pembina jabatan fungsional kesehatan yang ada
di lingkungan Kemenkes. Perangkat Standar Kompetensi Teknis adalah kemampuan
kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan atau keahlian serta sikap
kerja yang berdasarkan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai
peraturan perundang-undangan.
Melalui perangkat ini, profesionalisme SDM aparatur berbasis kompetensi
diharapkan dapat terukur terutama pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
diri PNS/ASN yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku kerjanya sesuai
tugas dan atau fungsi jabatannya masing-masing.
Hasil perumusan Jabatan Fungsional Kesehatan berdasarkan Permenpan-RB
periode tahun 2013-2014, yang telah selesai disusun adalah jabatan fungsional
Perawat, Perawat Gigi, Pembimbing Kesehatan Kerja, Perekam Medik, Radiografer
dan Teknisi Elektro. Dalam Permenpan-RB tersebut, pada perumusan untuk
pemangku jabatan fungsional Perawat telah ditetapkan bahwa, kenaikan karir sejak
tahun 2016 dipersyaratkan harus telah dinyatakan lulus uji kompetensi. Oleh sebab itu
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 36
sasaran pada ke enam jabatan fungsional tersebut diprioritaskan untuk dilanjutkan
prosesnya dalam perumusan Standar kompetensi teknisnya yang telah difasilitasi
pada tahun 2017. Pada tahun 2018 telah difasilitasi penyusunan standar kompetensi
teknis bagi 5 (lima) jabatan fungsional kesehatan yaitu; teknisi dietisien, dietisien,
nutrisionis, epidemilog kesehatan, dan entomolog kesehatan dengan metode jasa
konsultan dan beberapa metode lainnya yaitu; pemetaan fungsi kerja dan identifikasi
kompetensi, perumusan unit kompetensi teknis, validasi dan pemaketan unit
kompetensi teknis serta pembahasan unit kompetensi.
Dalam proses penyusunan SKT ini Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
melibatkan organisasi profesi, tim penilai jabatan fungsional yang ada di lingkungan
Kemenkes, pengelola jabatan fungsional kesehatan yang ada di Unit Pembina,
narasumber dan fasilitator dari BKN dan Kementerian serta Lembaga lintas sektor dan
program terkait lainnya.
Pada tahun 2018 output yang dihasilkan adalah Standar Kompetensi Teknis
Jabatan Fungsional Kesehatan (proses permohonan persetujuan dari Menkes ke
Menpan) terdiri dari; Jabatan fungsional Perawat, Perawat Gigi, Perekam medis,
Radiografer, Teknisi Elektromedis, Perekam Medis dan Pembimbing Kesehatan Kerja.
Dan Rancangan Standar Kompetensi teknisi dietisien, dietisien, nutrisionis,
epidemilog kesehatan, dan entomolog kesehatan.
d. Penyusunan Standar Kualitas Hasil Kerja Jabatan Fungsional Kesehatan
Dalam rangka melaksanakan kegiatan peningkatan dan penjaminan mutu
SDM Kesehatan, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan semakin di tuntut untuk
menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang menuntut
azas akuntabilitas, dimana setiap penyelenggaraan negara harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerja atau hasil dari seluruh program dan kegiatannya
kepada masyarakat atas penggunaan dana dan kewenangan yang di berikan.
Berdasarkan pasal 12 ayat (2) undang-undang no 43 tahun 1999 tentang
Perubahan atas undang-undang nomor 8 tahun 1974, tentang pokok-pokok
kepegawaian, dinyatakan bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan diperlukan pegawai negeri sipil yang professional,
bertanggungjawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang di laksanakan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 37
berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karir yang di titik beratkan pada sistem
prestasi kerja.
Standart kualitas hasil kerja pejabat fungsional kesehatan adalah
persyaratan mutu suatu kegiatan fungsional kegiatan yang harus dipenuhi oleh
pejabat fungsional kesehatan untuk mendapatkan penilaian kinerja dari pejabat
penilai kinerja dan tim penilai kinerja fungsional kesehatan.
Kualitas hasil kerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang di perlihatkan
dan kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat. Kualitas hasil kerja
jabatan fungsional kesehatan akan dinilai dengan membandingkan hasil yang telah
di capai dengan standard dan kriteria yang telah di tetapkan.
Penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil bertujuan untuk menjamin
obyektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan system prestasi kerja dan
sistem karier. Dalam penilaian prestasi kerja, standar penilaian dan pengembangan
digunakan sebagai acuan dalam mengukur capaian hasil-hasil tersebut. Jabatan
fungsional kesehatan memiliki tugas tertentu yang keberadaannya dapat di ukur
sesuai dengan standar-standar yang sudah di tetapkan.
Oleh karena itu disusun pedoman yang mengatur mengenai penilaian
kualitas hasil kerja jabatan fungsional kesehatan. Pada tahun 2018 output yang
dicapai adalah tersusunnya draft Pedoman Kualitas Hasil kerja Pejabat Fungsional
Kesehatan
Penerima manfaat dari kegiatan revisi kebijakan jabatan fungsional
kesehatan adalah seluruh pemangku kepentingan terkait baik itu pusat dan daerah,
Kementerian Lembaga lainnya, instansi pengguna jabatan fungsional kesehatan, unit
pembina jabatan fungsional kesehatan, pejabat fungsional kesehatan serta pihak
lainnya.
4.1.4. Manajemen Pengelolaan Jabatan Fungsional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS,
Kementerian Kesehatan sebagai instansi pembina jabatan fungsional kesehatan
mempunyai tugas diantaranya adalah melakukan koordinasi dengan instansi pengguna
dalam rangka pembinaan karier pejabat fungsional. Sehubungan dengan hal tersebut
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 38
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan menyelenggarakan rapat koordinasi
pengelolaan jabatan fungsional bidang kesehatan dengan Unit Pembina Jabatan
Fungsional di lingkungan Kemenkes, Organisasi Profesi, Institusi Pengguna Biro Hukor
Kemenkes RI, Biro Kepegawaian, Unit Eselon II terkait dan UPT Badan PPSDM Kesehatan
serta pihak Kementerian/Lembaga seperti; Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara.
Pengelolaan jabatan fungsional kesehatan melibatkan banyak stakeholder baik
tingkat pusat maupun daerah, organisasi profesi kesehatan dan pejabat fungsional
kesehatan. Karena keterbatasan SDM dalam pengelolaan ini maka didukung dnegan
pengadaan tenaga lepas dalam pengelolaan jabatan fungsional kesehatan agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
4.1.5. Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan bahwa pengembangan karier
Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang meliputi: a. kompetensi teknis yang diukur dari
tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja
secara teknis; b. kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan c. kompetensi sosial
kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk
dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Perlunya uji kompetensi jabatan fungsional, adalah didasarkan pada suatu
kenyataan, bahwa lingkup pekerjaan Jabatan Fungsional tersebut memiliki cakupan
pekerjaan yang cukup luas, membutuhkan penguasaan pengetahuan standar teoritis di
bidangnya, serta memerlukan penguasaan khusus secara substansial menurut tingkat
keahlian pada bidang tertentu. Disamping itu tuntutan perkembangan jenis pekerjaan
atau bidang garapan profesi fungsional dimasa mendatang, akan menuntut ketajaman
pemikiran yang terspesialisasikan menurut bidang kompetensi masing-masing secara
professional.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 39
Kegiatan persiapan penyelenggaraan uji kompetensi jabatan fungsional nasional
dilaksanakan dalam bentuk swakelola dengan menggunakan beberapa metoda yaitu :
a. Penyiapan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Nasional
Penyiapan uji kompetensi jabatan fungsional nasional dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan, diantaranya:
(1) Sosialisasi uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan
(2) Koordinasi pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional lintas program
dan lintas sektor
(3) Penyusunan materi uji kompetensi (uji tulis/uji lisan/wawancara) jabatan
fungsional kesehatan
(4) Penyusunan Pedoman Akreditasi Penyelenggaraan Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Kesehatan
(5) Pendampingan pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional di
daerah
(6) Pembekalan Tim Penguji Uji Kompetensi Tingkat Pusat dan Daerah
Output yang dihasilkan pada kegiatan penyelenggaraan uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan antara lain:
(1) Jumlah pejabat fungsional kesehatan yang lulus uji kompetensi kenaikan
jenjang dan sudah diterbitkan nomer sertifikat sebanyak 19.699 orang (data
per 28 desember 2018)
(2) Terselenggaranya uji kompetensi kenaikan jenjang di 33 provinsi
(3) Terlaksananya pembekalan bagi tim penguji kompetensi kenaikan jenjang
jabatan fungsional sebanyak kurang lebih 550 orang
4.1.6 Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Jabatan Fungsional
Kesehatan
Berbagai kebijakan berkenaan dengan pengelolaan jabatan fungsional telah
ditetapkan, namun berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dalam bentuk diskusi
kelompok terarah kepada Unit Pembina dan instansi pengelola jabatan fungsional di
tahun 2017, ditemukan beberapa permasalahan dalam pengelolaan jabatan fungsional,
diantaranya; (1) pelatihan bagi pejabat fungsional yang belum sesuai kebutuhan, (2)
pengangkatan pejabat fungsional belum didukung adanya pedoman formasi, (3) belum
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 40
optimalnya pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan jabatan fungsional, (4)
belum adanya sistem informasi yang mendukung pemetaan dan pendataan jabatan
fungsional yang terintegrasi dan terkini secara berkesinambungan, (5) belum semua
jabatan fungsional memiliki organisasi profesi.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 Tentang Manajemen PNS
pada pasal 99 mengamanatkan bahwa, salah satu tugas instansi pembina jabatan
fungsional adalah melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan jabatan fungsional di
seluruh instansi pemerintah yang menggunakan jabatan fungsional dan melaporkan hasil
pelaksanaan sesuai dengan perkembangan kepada Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara-RB dengan tembusan BKN.
a. Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Kesehatan
Di dalam manajemen SDM menyatakan bahwa perencanaan SDM merupakan
dasar bagi penyusunan program kerja bagi satuan kerja yang menangani SDM dalam
organisasi. Tanpa perencanaan SDM, akan ditemui kesulitan dalam menyusun
program kerja yang realistik. Untuk itu, salah satu komponen yang sifatnya mendesak
untuk ditata saat ini adalah perencanaan pegawai, utamanya perencanaan untuk
formasi jabatan fungsional kesehatan. Penyusunan formasi jabatan fungsional
kesehatan di institusi pengguna menggunakan perhitungan yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi
Jabatan Fungsional Kesehatan.
(1) Pelaksanaan Uji Kompetensi Inpassing Jabatan Fungsional Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 42 Tahun 2018 sebagai revisi dari Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 26 Tahun 2016 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional Melalui
Penyesuaian/Inpassing, maka Kementerian Kesehatan selaku instansi pembina
jabatan fungsional kesehatan pada tahun 2018 telah melaksanakan proses
Inpassing Jabatan fungsional Kesehatan.
Pelaksanaan inpassing jabatan fungsional kesehatan adalah pengelola jabatan
fungsional dari instansi pengusul dan pejabat pembina kepegawaian yang ada di
lingkungan Kementerian Kesehatan, Badan dan Lembaga lintas program dan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 41
sektor pengguna jabatan fungsional kesehatan yang ada di tingkat Pusat dan
Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan inpassing ini berlaku nasional diperpanjang
sampai dengan April 2021. Oleh karena pelaksanaan inpassing dilaksanakan di
berbagai instansi pengusul dan pejabat pembina kepegawaian maka dalam
pelaksanaan inpassing perlu dilakukan koordinasi dan pemantauan tahapan
pelaksanaan inpassing dalam bentuk:
• Persiapan pelaksanaan uji kompetensi inpassing di lingkungan Unit
Pembina jabatan fungsional kesehatan, UPT dan satuan kerja Kementerian
Kesehatan
• Pemantauan pelaksanaan inpassing di lingkungan UPT dan satuan kerja
Kementerian Kesehatan dan Provinsi
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
(1) Jumlah pejabat fungsional kesehatan yang diusulkan inpassing nasional
sebanyak 13.753 orang dari 30 Jabatan fungsional kesehatan.
(2) Tersusunnya draft Surat Edaran Inpassing Jabatan Fungsional Penata Anestesi
dan Asisten Penata Anestesi oleh Menteri Kesehatan.
4.2. Pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Tenaga Kesehatan
Dalam rangka penyiapan tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya ke luar
negeri dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perdagangan bebas serta
penyamaan pengakuan/perhargaan (recognition) dengan negara lain melalui pemberian
sertifikasi kompetensi kerja. Untuk mencapai rekognisi sertifikasi tenaga kesehatan yang
terstandar di tingkat internasional dengan tenaga perawat sebagai pilot project,
Kementerian Kesehatan menginisiasi pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi Tenaga
Kesehatan (LSP Nakes) berdasarkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
Nomor KEP. 1229/BNSP/XII/2016 tanggal 28 Desember 2016 tentang Lisensi Kepada
Lembaga Sertifikasi Profesi Tenaga Kesehatan. LSP Nakes bertujuan untuk penjaminan
mutu, peningkatan daya saing, dan penyetaraan pengakuan kompetensi tenaga kesehatan
Indonesia yang akan didayagunakan di luar negeri.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 42
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.02.02/MENKES/262/2016 tentang Lembaga Sertifikasi Profesi Tenaga Kesehatan,
Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana LSP
Nakes yang membawahi empat Bidang, yaitu; (1) Bidang Pengembangan Skema
Sertifikasi dan Standar Kompetensi Kerja, (2) Bidang Sertifikasi dan Koordinasi Asesor,
(3) Bidang Kerjasama, dan (4) Bidang Manajemen Mutu.
4.2.1. Bidang Pengembangan Skema Sertifikasi dan Standar Kompetensi Kerja
Saat ini LSP Nakes sudah memiliki 4 skema sertifikasi yang disusun mengacu
kepada peta jabatan keperawatan yang tercantum di dalam standar kompetensi nasional
dan sudah mendapatkan pengesahan dari BNSP, diantaranya yaitu; Skema sertifikasi
kompetensi pelaksana keperawatan rawat inap di rumah sakit. Selain itu LSP Nakes juga
melakukan pengembangan 3 skema sertifikasi internasional sesuai permintaan negara
tujuan, yaitu:
(a) Skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan ICU (Intensive Care Unit)
di rumah sakit Arab Saudi dan Timur Tengah.
(b) Skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan hemodialisa di rumah
sakit dan klinik Arab Saudi dan Timur Tengah.
(c) Skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan home health care di fasilitas
pelayanan Arab Saudi dan Timur Tengah.
Dalam proses penyusunan pengembangan 3 skema sertifikasi tersebut
menggunakan standar kompetensi khusus, yaitu standar yang diadopsi dari negara
tujuan yaitu:
(1) Skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan ICU di rumah sakit Arab
Saudi dan Timur Tengah (diadopsi dari standar Critical Care Nursing yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, Arab Saudi Tahun 2011).
(2) Skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan hemodialisa di rumah
sakit dan klinik Arab Saudi dan Timur Tengah (diadopsi dari standar Council
of Health Service Supervisory Committee For The National Program Negara Arab
Saudi Tahun 2013).
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 43
(3) Skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan home health care di fasilitas
pelayanan Arab Saudi dan Timur Tengah (diadopsi dari Standar Home Health
Care Regualtion Dubai Health Authority Tahun 2012).
Ketiga standar tersebut sudah didaftarkan ke Kementerian Tenaga Kerja dan
sudah mendapat persetujuan dan pengesahan oleh BNSP. LSP Nakes juga sudah
melakukan penyederhanaan skema sertifikasi kompetensi pelaksana keperawatan rawat
inap di rumah sakit dari 92 unit kompetensi menjadi 19 unit kompetensi, hal ini dilakukan
karena banyak kesamaan metode pada unit kompetensi yang terdapat pada skema
tersebut, sehingga bisa di kelompokan dan dilakukan penyederhanaan unit
kompetensinya.
4.2.2. Bidang Sertifikasi dan Koordinasi Asesor
Dalam upaya melakukan pengembangan dan mempermudah sertifikasi, saat ini
LSP Nakes menambah Asesor Kompetensi sebanyak 54 orang sesuai 3 (tiga) skema
sertifikasi yang baru, yaitu; ICU, hemodialisa dan home care. Penambahan asesor
kompetensi itu dilaksanakan pada:
(1) Workshop Asesor Kompetensi dan ACA LSP Nakes angkatan IV.
Worskshop asesor angkatan IV dilaksanakan pada tanggal 19 - 22 Maret 2018
di The Belleza Suite Residence Permata Hijau. Peserta pelatihan asesor terdiri
dari 30 orang yang mewakili dari masing-masing Skema Sertifikasi, yaitu
Skema ICU, Skema Hemodialisa dan Skema Home Care.
Workshop asesor kompetensi dibagi menjadi dua kelas pengajaran, yang
masing-masing kelas dibimbing oleh Master Asesor dari BNSP.
Pelaksanaan workshop Asesor Kompetensi dilaksanakan selama 4 hari kerja
dan 1 hari kerja untuk pelaksanaan Ujian ACA (Asesemen Calon Asesor).
Untuk pelaksanaan ACA dibagi menjadi 2 (dua) Tempat Uji Kompetensi,
untuk skema ICU dan Skema Hemodialisa dilakukan proses ACA di TUK
(Tempat Uji Kompetensi) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, sedangkan
untuk skema sertifikasi Home Care dilakukan ACA di TUK BBPK Jakarta
Cilandak.
(2) Workshop Asesor Kompetensi dan ACA LSP Nakes angkatan V.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 44
Workshop asesor angkatan V dilaksanakan pada tanggal 5-9 November 2018
di Hotel RA Simatupang, Jakarta. Peserta pelatihan asesor angkatan V ini
terdiri dari 24 peserta mewakili dari 3 skema sertifikasi, yaitu: Skema ICU,
Skema Hemodialisa, Skema Home Care.
Pelatihan asesor ini dilaksanakan selama 4 hari kemudian dilanjutkan dengan
Asesmen Calon Asesor (ACA) pada hari kelima. Untuk peserta kali ini
mayoritas berasal dari daerah luar jawa, hal ini dikarenakan untuk
pengembangan proses uji kompetensi di daerah-daerah agar lebih banyak
Perangkat Asesmen yang ada di daerah.
4.2.3. Bidang Kerjasama
Dalam upaya melakukan recognize dengan negara tujuan, LSP Nakes sudah
melakukan upaya kerjasama dengan lembaga review center TOP RANK & ICCA dari
Filipina untuk melaksanakan kegiatan review dan test center selama 2 minggu di Jakarta
untuk mempersiapakan Uji Internasional PROMETRIC. LSP Nakes juga sudah
memfasilitasi untuk uji internasional PROMETRIC ke negara Qatar yang diikuti oleh 40
peserta, 17 orang diantaranya dinyatakan Lulus Uji dan 23 orang dinyatakan Belum Lulus
Ujian.
4.2.4. Bidang Manajemen Mutu
Untuk menjaga mutu kelembagaan, sudah dilakukan audit internal LSP Nakes
oleh auditor Sistem Manajemen Mutu (SMM) terhadap dokumen-dokumen pelaksana
LSP Nakes. Selain itu LSP Nakes juga sudah menyebarkan kuesioner peminatan bekerja
di luar negeri, untuk mengetahui minat lulusan sekolah perawat yang ingin bekerja di
luar negeri.
4.3. Penganugerahan tenaga kesehatan teladan
Penganugerahan atau pemberian penghargaan tenaga kesehatan teladan di
Puskesmas Tingkat Nasional tahun 2018 ini diselenggarakan bertepatan dengan perayaan
ulang tahun Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke 73. Kegiatan ini bertujuan
sebagai pengakuan atas keteladanan tenaga kesehatan dalam pembangunan kesehatan di
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 45
Puskesmas yang dilaksanakan secara obyektif dan transparan. Selain itu kegiatan
penganugerahan ini memiliki tujuan khusus, yaitu:
(a) Terpilihnya tenaga kesehatan teladan di Puskesmas tingkat Provinsi yang
memenuhi persyaratan administrasi dan bobot penilaian.
(b) Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan strata pertama
melalui Puskesmas.
(c) Meningkatnya profesionalisme tenaga kesehatan di dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya.
(d) Meningkatnya minat tenaga kesehatan untuk bekerja di Puskesmas.
(e) Tumbuhnya kompetisi yang sehat di antara tenaga kesehatan dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan strata pertama di Puskesmas.
Jenis tenaga kesehatan yang mendapatkan penghargaan sebagai tenaga kesehatan
teladan di Puskesmas meliputi 9 jenis tenaga kesehatan, yaitu; dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, tenaga kefarmasian. Penetapan 9 jenis tenaga
kesehatan teladan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang juga dituangkan di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian
Penghargaan Bagi Tenaga Kesehatan Teladan di Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kegiatan penganugerahan tenaga kesehatan teladan di Puskesmas tingkat
nasional ini telah diselenggarakan selama tujuh hari dari tanggal 15-21 Agustus 2018 di
Hotel Bidakara, Jakarta. Peserta kegiatan Pemberian Penghargaan Tenaga Kesehatan
Teladan Di Puskesmas Tingkat Nasional Tahun 2018 berjumlah 163 orang yang berasal
dari 34 Provinsi terdiri dari 36 orang laki-laki (22,09%) dan 127 orang perempuan (77,91%).
Setiap Provinsi diwakili oleh maksimal 5 orang tenaga kesehatan teladan terdiri dari;
Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Nutrisionis/Gizi, Ahli Teknologi Laboratorium
Medik, Tenaga Kefarmasian, Tenaga Kesehatan Lingkungan dan Tenaga Kesehatan
Masyarakat).
Selama seminggu para teladan mengikuti jadwal acara yang cukup padat, mulai
dari mengikuti acara pertemuan dengan eselon I dan Menteri Kesehatan sampai dengan
acara kenegaraan, seperti; mendengarkan pidato kenegaraan Presiden di gedung
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 46
DPR/MPR, Upacara Penaikan dan Penurunan Bendera di Istana Negara. Acara
pertemuan dengan pejabat eselon I diisi dengan mengikuti paparan terkait dengan
program prioritas dan inovatif di masing-masing unit eselon I dan dilanjutkan dengan
diskusi dan tanya jawab. Selanjutnya acara dengan Menteri Kesehatan dilakukan dengan
dialog inter-aktif di hadapan para pejabat eselon I terkait permasalahan dan kendala yang
dihadapi di daerah masing-masing. Para teladan (yang terpilih) juga diberikan
kesempatan ramah tamah dengan Presiden Republik Indonesia.
Gambar 2.1. Para Peserta Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan terpilih, terlihat bergembira ketika berphoto di tangga Gedung Kura Kura, Gedung DPR/MPR, sebelum mengikuti Sidang Tahunan DPR/MPR dan mendengarkan pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2018.
Selain itu panitia juga menyediakan waktu para teladan untuk berkunjung ke
Kementerian Kesehatan dan Badan PPSDM Kesehatan. Kunjungan ke Kementerian
Kesehatan diselenggarakan agar peserta mengetahui lebih jauh unit-unit utama yang ada
di Kementerian Kesehatan dan layanan informasi, seperti; penyebaluasan informasi
layanan, mengunjungi Pojok Info, Halo Kemkes, Layanan 119 (Gawat Darurat), Unit
Layanan Terpadu (ULT) dan Taman Hijau Kementerian Kesehatan. Sedangkan
kunjungan di Badan PPSDM Kesehatan para teladan mengikuti arahan Kepala Badan
PPSDM Kesehatan terkait dengan struktur organisasi dan tupoksi di lingkungan Pusat-
Pusat.
Atas permintaan peserta berdasarkan hasil musyawarah, panitia melalui loby-
loby dengan pihak penyelenggara INASGOC (Indonesia Asean Games 2018 Organizing
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 47
Committee) memberikan kesempatan kepada para teladan untuk menyaksikan acara
pembukaan ASEAN GAMES ke XVIII tanggal 18 Agustus 2018 di Stadion Gelora Bung
Karno (GBK) Senayan Jakarta. Dan bagi teladan yang tidak pergi ke Stadoin GBK panitia
memfasilitasi para teladan untuk ke lokasi wisata ke Sea World Taman Impian Jaya Ancol
dan wisata belanja ke Thamrin City. Kegiatan penganugerahan tenaga kesehatan teladan
di Puskesmas tingkat nasional tahun 2018 ini juga menampilkan perform gelar budaya dari
masing-masing daerah yang kelompokan dalam pulau-pulau. Penampilan perform gelar
budaya ini memang sangat menarik karena banyak menampilkan beragam budaya di
tanah air.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 48
BAB III
RENCANA KINERJA TAHUNAN
TAHUN 2019
A. INDIKATOR KINERJA TAHUN 2019
Sesuai Permenkes Nomor 30 Tahun 2018 dan berdasarkan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L) tahun 2019, Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan memiliki target kinerja sebanyak dua indikator dengan rencana alokasi
anggaran sebesar Rp. 274.629.718.000,-. Adapun indikator kinerja berdasarkan Rencana
Strategis (Renstra) dan perjanjian kinerja yang akan dicapai pada tahun 2019 dapat dilihat
di tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Indikator kinerja Kegiatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Berdasarkan Renja K/L Tahun 2019
SASARAN
INDIKATOR KINERJA
TARGET (Orang)
RENCANA ANGGARAN
(Rp)
(1) (2) (3)
Terselenggaranya pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan pendidikan berkelanjutan dan pengembangan jabatan fungsional
1. Jumlah SDM Kesehatan
penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan
2.900
Rp.
274.629.718.000,-
2. Jumlah Peserta Penerima
Bantuan Pendidikan
Profesi Kesehatan
2.900
Berdasarkan hasil pembahasan Rencana Anggaran Kementerian/Lembaga (RAK/L)
satuan kerja antara Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dengan Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian Keuangan, target indikator kinerja mengalami perubahan target;
(1) Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan dari target 2.900 orang
menjadi 3.011 orang dan, (2) Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan dari
target 2.900 orang menjadi 2.700 orang. Perubahan besaran target indiator dikarenakan peserta
tubel baru tahun 2018 hasil rekrutmen sudah mencapai 1.411 orang, sehingga peserta tubel baru
tahun 2019 hanya ditargetkan sebanyak 50 orang (tubel strata 1). Sedangkan perubahan target
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 49
jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan dikarenakan target peserta baru
program bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis tahun 2019 sebesar 300 orang.
B. RENCANA KEGIATAN TAHUN 2019
Untuk mencapai sasaran program, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
merencanakan kegiatan pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan
karir dan tata kelola sertifikasi, dan pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan
berkelanjutan dengan output terselenggaranya peningkatan mutu SDM Kesehatan
seperti dijelaskan pada tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019
No PROGRAM KEGIATAN/KEGIATAN TARGET
WAKTU PELAKSANAAN
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Bantuan Pendidikan SDM Kesehatan (Tugas Belajar Untuk Diploma dan Strata)
3.011 Orang
2. Bantuan Pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PPDGS)
2.700 Orang
3. Bantuan Pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PPDGS) Provinsi Papua dan Papua Barat
20 Orang
4. Jabatan Fungsional Yang Terstandardisasi 7 Jabatan Fungsional
5. Kebijakan Teknis Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
4 Rancangan Kebijakan
6. Layanan Sarana dan Prasarana Internal 1 Layanan
7. Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 Layanan
8. Layanan Perkantoran 1 Layanan
C. RENCANA KERJA TAHUN 2019
Berdasarkan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) Program
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Tahun Anggaran 2019, sasaran
program yang akan dicapai adalah meningkatnya ketersediaan dan mutu SDM Kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Sasaran ini harus didukung oleh pencapaian
indikator kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 50
Rencana kerja berdasarkan output Tahun 2019 yang mendukung tercapainya
indikator kinerja kegiatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan, yaitu:
1. Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan dengan
target sebanyak 3.011 orang.
Pendidikan berkelanjutan tenaga kesehatan merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu tenaga kesehatan. Tujuan dari pendidikan berkelanjutan
tenaga kesehatan adalah meningkatnya mutu dan profesionalisme tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan pelayanan kesehatan.
Program tugas belajar Kementerian Kesehatan diselenggarakan dalam rangka
menyediakan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan
oleh pembangunan dan pelayanan kesehatan.
Definisi operasional dari indikator ini adalah:
Jumlah SDM Kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan
kemampuannya melalui tugas belajar diploma, strata dan profesi (peserta lama
dan baru).
Indikator ini menghitung jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan (diploma/strata/profesi) peserta lama dan baru selama tahun 2019.
2. Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan dengan target
sebanyak 2.700 orang.
Bantuan pendidikan profesi kesehatan dalam hal ini bantuan pendidikan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis diselenggarakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan spesialistik di tanah air.
Definisi operasional dari indikator ini adalah:
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/pendidikan dokter
gigi spesialis serta yang disetarakan (peserta lama dan baru).
Indikator ini menghitung jumlah peserta penerima bantuan pendidikan dokter
spesialis/pendidikan dokter gigi spesialis (peserta lama dan baru) selama tahun
2019.
Target indikator kinerja kegiatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun
2019 sebagaimana dijelaskan diatas, tertuang pada tabel 3.3 dibawah ini:
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 51
Tabel 3.3 Target Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019
No
Indikator Kinerja
Kegiatan
Definisi
Operasional
Cara
Perhitungan
Target
(Orang)
1 Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
Jumlah SDM Kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya melalui tugas belajar Diploma, Strata dan Profesi (peserta lama dan baru)
Menghitung jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan (Diploma/Strata/ Profesi) per tahun (peserta lama dan baru)
3.011
2
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan program dokter spesialis/program dokter gigi spesialis (PDS/PDGS) serta yang disetarakan (peserta lama dan baru)
Menghitung jumlah peserta penerima bantuan pendidikan PDS/PDGS per tahun (peserta lama dan baru)
2.700
D. ANGGARAN TAHUN 2019
Pagu yang tercantum pada alokasi anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan tahun 2019 sebesar Rp. 274.629.718.000,- tercantum dalam dokumen anggaran,
yaitu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan Tahun 2019 Nomor: SP DIPA-024.12.1.648500/2019 tanggal 5 Desember 2018.
Anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun 2019 bila dipilah berdasarkan
output kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 52
Tabel 3.4 Distribusi Anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Berdasarkan Rencana Kerja Tahun 2018 Menurut Output Kegiatan Tahun 2019
No
Output
Target Output
Alokasi Anggaran
(Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bantuan Pendidikan (Tugas Belajar untuk Diploma dan Strata) Bantuan Pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PDGS) Bantuan Pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PDGS) Provinsi Papua dan Papua Barat Jabatan Fungsional yang Terstandardisasi Kebijakan Teknis Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi Layanan Sarana dan Prasarana Internal Layanan Dukungan Manajemen Satker Layanan Perkantoran
3.011 Orang
2.700 Orang
20 Orang
7 Jabfung
4 Rancangan Kebijakan
1 Layanan
1 Layanan
1 Layanan
113.704.581.000,-
139.502.960.000,-
4.323.120.000,-
5.142.473.000,-
6.899.780.000,-
133.700.000,-
3.125.472.000,-
1.797.632.000,-
Total Pagu Anggaran
274.629.718.000,-
E. KESENJANGAN RENCANA KEGIATAN DENGAN RENCANA KERJA TAHUN 2019
Rencana kegiatan adalah dokumen yang berisi rencana program pengembangan
jabatan fungsional kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan
pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan satu tahun ke depan yang
disusun berdasarkan rencana kerja untuk mengatasi kesenjangan yang ada antara
kenyataan dengan yang diharapkan menuju terpenuhinya peningkatan mutu SDM
Kesehatan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 53
Rencana kerja adalah suatu dokumen yang memuat rencana program
pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola
sertifikasi, dan pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan tiga tahun ke
depan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki menuju terselenggaranya
pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola
sertifikasi, dan pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan.
Rencana kegiatan yang telah disusun pada tahun 2019 pada dasarnya tidak
terdapat kesenjangan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Program pengembangan
kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan diukur dengan capaian indikator kinerja kegiatan
“Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan” sebanyak 3.011
orang dan jumlah penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sebanyak 2.700 orang.
Target yang ditetapkan berdasarkan rencana kegiatan dalam RKA-K/L sama dengan
besarnya target pada rencana kerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 54
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memantau pencapaian
target kegiatan yang ditetapkan, memberikan informasi yang akurat dalam deteksi dini
pencapaian kinerja, mempertajam pengambilan keputusan, tindak lanjut penyelesaian
kendala yang dihadapi dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan monev akan dilakukan secara internal oleh Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan maupun pihak eksternal oleh lembaga pemeriksa/pengawas pemerintah,
sebagai upaya untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan serta mendapatkan solusi terbaik
untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.
A. MONITORING
Monitoring kegiatan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dilakukan melalui:
(1) Kegiatan penyusunan RKT yang menjelaskan secara rinci meliputi; input,
proses/aktivitas yang dilakukan, dan output yang ingin dicapai. RKT harus
jelas menunjukkan jadwal kegiatan dan penanggungjawab dalam
penyediaan input, proses dan output. RKT harus digunakan sebagai dasar
dalam mengawasi kemajuan kegiatan.
(2) Rapat/pertemuan untuk menyampaikan masalah-masalah yang terkait
dengan pelaksanaan suatu kegiatan. Berdasarkan isu dan masalah yang
dikemukakan, maka pertemuan dapat dilakukan secara berjenjang dari
lingkup bidang sampai pada tingkat satuan kerja dalam periode tertentu.
Hal-hal teknis mungkin ditangani pada tingkat pelaksana kegiatan,
sedangkan isu-isu kebijakan yang memiliki implikasi penting dapat
didiskusikan pada tingkat yang lebih tinggi.
(3) Pelaporan secara berkala yang dilaksanakan setiap triwulan dengan
menggunakan formulir yang telah ditetapkan dan disampaikan oleh pihak
pelaksana/penanggung jawab kegiatan secara berjenjang. Setiap satker
pelaksana diwajibkan menyampaikan laporan monitoring secara berkala
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 55
setiap triwulan terhadap capaian indikator kinerja yang telah ditetapkan
dalam dokumen RKT.
(4) Laporan akhir pelaksanaan kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan yang memuat keberhasilan maupun kegagalan, serta
saran/rekomendasi untuk tindakan lanjut pelaksanaan kegiatan.
B. EVALUASI
Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan minimal satu kali dalam
satu tahun. Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain; persiapan awal
evaluasi yang diawali dengan menyusun hal-hal penting yang harus dilakukan
sebelum evaluasi dilaksanakan, yang meliputi serangkaian langkah-langkah
logis mulai dari masalah pokok dan maksud yang mendorong dilakukannya
evaluasi sampai dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digali dengan cara
yang secara analitik dapat diterima melalui langkah-langkah:
(1) Identifikasi tujuan evaluasi, antara lain; memperbaiki sistem pengelolaan
kegiatan; menjamin adanya kebertanggunggugatan; dan membantu dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengalokasian sumber-sumber
penganggaran.
(2) Menentukan lingkup evaluasi: identifikasi masalah dan upaya yang telah
dilakukan.
(3) Menyusun agenda analisis: menyusun kerangka logis (logical structure) yang
dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan
dalam evaluasi. Kerangka ini juga merupakan suatu cara untuk
menjabarkan pertanyaan-pertanyaan umum ke dalam pertanyaan-
pertanyaan yang lebih rinci, cermat dan tepat.
(4) Menentukan tingkat pencapaian baku/normal (benchmarking): membuat
penilaian tentang derajat kinerja kegiatan (baik/buruk) dan seharusnya
secara ideal memungkinkan kita melakukan perbandingan dengan
perangkat kebijakan lain yang terkait atau yang bidangnya sama.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 56
(5) Mengumpulkan informasi yang tersedia: untuk hampir semua kegiatan,
sistem pemantauan seharusnya menjadi sumber pertama bagi informasi
yang ada dan dibutuhkan.
(6) Menyusun rencana kerja dan memilih evaluator dengan persyaratan/
kriteria tertentu.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019 | 57
BAB V
PENUTUP
Program pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan karir dan tata
kelola sertifikasi, dan pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan merupakan
pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan dalam
rangka meningkatkan mutu SDM Kesehatan. Sumber daya yang memadai baik SDM
maupun sarana prasarana serta partisipasi seluruh komponen di lingkungan Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan sangat dibutuhkan untuk mencapai target output
yang telah ditetapkan. Dukungan lain yang dibutuhkan adalah komitmen dan koordinasi
dari seluruh jajaran struktural, fungsional, adminitrasi maupun pendukung lainnya. Juga
tidak kalah penting yaitu perencanaan yang baik serta penganggaran yang memadai turut
menentukan keberhasilan suatu satker untuk mencapai kinerja yang akuntabel.
RKT Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun 2019 diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan dalam pencapaian kegiatan yang telah ditetapkan khususnya
pada tahun anggaran 2019. Dengan disusunnya RKT ini diharapkan target kegiatan yang
telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pelaksanaan monev yang
dilakukan secara berkala, diharapkan dapat memecahkan masalah yang mungkin timbul
selama pelaksanaan kegiatan, serta untuk perbaikan sistem perencanaan di waktu
mendatang.
LAMPIRAN
2015 2016 2017 2018 2019
1 1 Jumlah tenaga kesehatan teregistrasi 100.000 115.000 175.000 150.000 150.000
2 Jumlah SDM Kesehatan penerima
bantuan pendidikan berkelanjutan
2.167 4.288 3.635 2.929 2.900
a Peserta Lama 1.467 2.088 2.535 1.429 1.800
b Peserta Baru 700 2.200 1.100 1.500 1.100
3 Jumlah peserta penerima bantuan
pendidikan profesi kesehatan
4.387 4.446 2.882 2.987 2.900
a Peserta Lama 4.087 3.646 2.582 2.687 2.600
b Peserta Baru 300 800 300 300 300
Terselenggaranya Peningkatan Mutu
Mutu SDM Kesehatan
INDIKATOR
MATRIKS INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
TARGET (Orang)
Lampiran-1
PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019
NO SASARAN
Semula Menjadi Semula Menjadi Semula Menjadi
1 Jumlah tenaga
kesehatan
teregistrasi
1 Tenaga Kesehatan selain
Dokter, Dokter Gigi dan
Tenaga Farmasi yang Memiliki
STR
100.000 115.000 175.000 175.000 150.000 150.000 150.000 150.000
2 Jumlah SDM
Kesehatan
penerima bantuan
pendidikan
berkelanjutan
(orang)
2 Jumlah SDM kesehatan yang
bekerja di bidang kesehatan
yang ditingkatkan
kemampuannya melalui tugas
belajar Diploma, Strata dan
Profesi (peserta lama dan baru)
2.167 4.288 3.635 3.635 4.000 2.929 4.030 2.900
a. Peserta Lama 1.467 2.088 2.535 2.535 2.500 1.429 2.930 1.800
b. Peserta Baru 700 2.200 1.100 1.100 1.500 1.500 1.100 1.100
3 Jumlah peserta
penerima bantuan
pendidikan profesi
kesehatan (orang)
3 Jumlah peserta penerima
bantuan pendidikan profesi
kesehatan serta yang
disetarakan (peserta lama dan
baru)
4.387 4.446 4.660 2.882 3.689 2.987 3.720 2.900
a. Peserta Lama 4.087 3.646 4.435 2.582 3.339 2.687 3.320 2.600
b. Peserta Baru 300 800 225 300 350 300 400 300
2017 2019
2015 2016
2018
Lampiran-2
RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN (REVISI KE-1)TAHUN 2015-2019
INDIKATOR TARGET
RPJMNDEFINISI OPERASIONAL
RENSTRA
Lampiran-3
2015 2016 2017 2018 2019
PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN
Alokasi Pendanaan 469.028.750.000 506.883.094.000 459.803.028.000 482.793.178.000 506.932.835.500 2.425.440.885.500
FASILITASI STANDARISASI DAN PROFESI TENAGA KESEHATAN
Alokasi Pendanaan 15.137.040.000 12.111.756.000 13.944.014.000 14.641.214.000 15.373.274.000 71.207.298.000
Jumlah Tenaga Kesehatan TeregistrasiTarget Kinerja 100.000 115.000 175.000 150.000 150.000
Jumlah Dokumen Fasilitasi Pengembangan Profesi Tenaga
Kesehatan
Target Kinerja 1 2 36 36 36
Fasilitasi Standardisasi dan Sertifikasi Tenaga Kesehatan
Alokasi Pendanaan 13.074.510.000 8.690.751.000 6.864.144.000 7.138.700.000 7.495.645.000
Fasilitasi Profesi Tenaga Kesehatan
Alokasi Pendanaan 2.062.530.000 3.421.005.000 7.079.870.000 7.502.514.000 7.877.629.000
PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
Alokasi Pendanaan 441.909.990.000 464.281.935.000 416.789.212.000 437.628.672.000 459.510.105.000 2.220.119.914.000
Bantuan Pendidikan (Tubel untuk Diploma, Strata dan Profesi)
Alokasi Pendanaan 89.638.500.000 124.353.980.000 121.780.588.000 125.002.441.000 136.507.587.000
Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)/
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PDGS)
Alokasi Pendanaan 352.271.490.000 339.927.955.000 295.008.624.000 312.626.231.000 323.002.518.000
Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan
Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan
Target Kinerja (peserta lama dan baru) 2.167 4.288 3.635 2.929 2.900
Jumlah dokumen manajemen pendidikan berkelanjutan SDM
Kesehatan
Target Kinerja 3 3 3 3 3
MATRIKS ALOKASI PENDANAAN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATANTAHUN 2015-2019
TOTALSASARANSTATUS
AWAL
TAHUN ANGGARAN
Lampiran-4
2015 2016 2017 2018 2019
Pendidikan Berkelanjutan Profesi Kesehatan
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
Target Kinerja 4.387 4.446 2.882 2.987 2.900
Jumlah Dokumen manajemen pendidikan berkelanjutan profesi
kesehatan
Target Kinerja 3 1 3 3 3
PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
Alokasi Pendanaan 0 21.559.955.000 19.500.802.000 20.475.842.000 21.499.634.000 83.036.233.000
Analisis dan pemetaan jabatan fungsional
Alokasi Pendanaan 9.870.425.000 8.883.380.000 9.238.700.000 9.700.635.000
Pemantauan dan evaluasi jabatan fungsional
Alokasi Pendanaan 11.689.530.000 10.617.422.000 11.237.142.000 11.798.999.000
Analisis dan pemetaan jabatan fungsional
Jumlah dokumen analisis dan pemetaan jabatan fungsional
Target Kinerja 4 7 7 7
Pemantauan dan evaluasi jabatan fungsional
Jumlah dokumen pemantauan dan evaluasi jabatan fungsional
Target Kinerja 2 13 12 12
Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan
Target Kinerja 136 306 206 206 206
KETATAUSAHAAN PENINGKATAN MUTUSDM KESEHATAN
Alokasi Pendanaan 11.981.720.000 8.929.448.000 9.569.000.000 10.047.450.000 10.549.822.500 51.077.440.500
Jumlah Dokumen Perencanaan, Program Anggaran dan Evaluasi
Pelaporan
Target Kinerja 3 3 3 3
Jumlah Dokumen Pengelolaan Keuangan dan BMN
Target Kinerja 2 2 2 2
Jumlah Dokumen Kepegawaian dan Ketatausahaan
Target Kinerja 2 2 2 2
MATRIKS ALOKASI PENDANAAN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN
TAHUN 2015-2019
SASARANSTATUS
AWAL
TAHUN ANGGARAN
TOTAL
Instansi/Unit Organisasi : Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Tahun : 2019
1 2 4 5
1 Terselenggaranya Fasilitasi Standardisasi dan
Profesi Tenaga Kesehatan Kesehatan
1500,000 Orang
Fasilitasi Profesi Tenaga Kesehatan:
36 Dokumen
2 Meningkatnya mutu SDM Kesehatan 2.900 Orang
(1)
1.800 Orang
(b) Peserta Baru 1.100 Orang
(c) Jumlah Dokumen manajemen pendidikan
berkelanjutan SDM kesehatan
3 Dokumen
2.900 Orang
(1)
2.600 Orang
(b) Peserta Baru 300 Orang
(c) Jumlah Dokumen manajemen pendidikan
berkelanjutan SDM kesehatan
3 Dokumen
20 Orang
a) Jumlah dokumen analisis dan pemetaan jabatan
fungsional
7 Dokumen
b) Jumlah dokumen pemantauan dan evaluasi jabatan
fungsional
12 Dokumen
c) Penganugerahan tenaga kesehatan teladan 170 Orang
3 Ketatausahaan Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan7 Dokumen
13
Dokumen
2 2 Dokumen
32
Dokumen
. .
Drg. Oscar Primadi, MPH
NIP : 196110201988031013
Pengembangan Jabatan Fungsional
Jumlah dokumen kebijakan perencanaan, program dan
laporan evaluasi
Jumlah dokumen pengelolaan keuangan dan BMN
Jumlah dokumen pengelolaan kepegawaian dan
ketatausahaan
Terlaksananya Ketatausahaan Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan
Jakarta, 19 September 2011
Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM
Form RKT
RENCANA KINERJA TAHUNAN
Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan
Pendidikan Berkelanjutan Profesi Kesehatan
Kepala,
TARGET SATUAN
(a) Peserta Lama
Program Prioritas Pantauan Kantor Staf Presiden (KSP)
Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi
Spesialis Provinsi Papua dan Papua Barat
(a) Peserta Lama
Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi
Kesehatan:
NO SASARAN Indikator Kinerja
Jumlah tenaga kesehatan teregistrasi
Jumlah dokumen fasalitasi profesi tenaga kesehatan
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan
Berkelanjutan:
3
Form PK
Instansi/Unit Organisasi : Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Tahun : 2019
1 2 4 5
1 Terselenggaranya Fasilitasi Standardisasi dan
Profesi Tenaga Kesehatan
150.000 Orang
2 Meningkatnya mutu SDM Kesehatan 2.900 Orang
1.800 Orang
1.100 Orang
2.900 Orang
2.600 Orang
300 Orang
20 Orang
3 Rancangan Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK)
61 Dokumen
36Dokumen
3Dokumen
3 Dokumen
7 Dokumen
12Dokumen
3 Ketatausahaan Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan 7 Dokumen
13 Dokumen
2 2 Dokumen
3 2 Dokumen
Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis
Jumlah rancangan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK)
Jumlah dokumen kebijakan perencanaan, program dan laporan
evaluasi
2) Jumlah dokumen manajemen pendidikan berkelanjutan SDM
Kesehatan
4) Jumlah dokumen analisis dan pemetaan jabatan fungsional
5) Jumlah dokumen pemantauan dan evaluasi jabatan fungsional
2. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
(1) Peserta Lama
(2) Peserta Baru
3. Program Prioritas Pantauan Kantor Staf Presiden (KSP)
PENETAPAN KINERJA
(1) Peserta Lama
(2) Peserta Baru
Jumlah tenaga kesehatan teregistrasi
1) Jumlah dokumen fasilitasi standardisasi dan profesi tenaga kesehatan
Jumlah dokumen pengelolaan keuangan dan BMN
Jumlah dokumen pengelolaan kepegawaian dan ketatausahaan
3) Jumlah dokumen manajemen pendidikan profesi Kesehatan
Terlaksananya Ketatausahaan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
1. Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan
Berkelanjutan
NO SASARAN Indikator Kinerja TARGET SATUAN
3