rks87

27
Pembangunan Basket Hall UNESA Rencana Kerja dan Syarat-syarat I. PEMBERSIHAN LAHAN 1.0. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini meliputi semua pengupasan tanah lapisan atas dan penumpu dengan lokasi, tinggi dan jarak seperti ditentukan Pengawas Lapangan/M Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak dibatasi pada hal – hal berikut : Menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan perlengkapannya Menyediakan operator berpengalaman, tenaga kerja terlatih dan engineer dengan latar belakang pekerjaan tanah Memuat, mengangkut dan membuang tumpukan tanah ke suatu tempat yang ditentukan Pengawas Lapangan. 2.0. STANDAR / RUJUKAN Semua standar dan peraturan yang berlaku, yang terkuat yang berlaku. 3.0. PROSEDUR UMUM .! "anah lapisan atas harus terdiri dari tanah organik yang bebas d tanah bawah, sampah, akar – akar, batu – batuan, kayu, alang – a sisa$sisa bongkaran bangunan lama. Pengupasan tanah lapisan atas penggalian bahan yang sesuai dari permukaan tanah asli pada bagi lokasi yang ditentukan dalam %ambar Kerja atau sesuai petunjuk P Lapangan. "anah lapisan atas harus dipisah dan ditumpuk di lokas untuk digunakan dalam pekerjaan lansekap dan / atau reklamasi. .& PengawasLapangan akan menentukan titik – titik lokasi yang akan dikerjakan, dan Kontraktor harus memasang tonggak – tonggak a#ua titik – titik ini. . Setelah pemasangan tonggak, daerah sesungguhnya harus diukur ber Pengawas Lapangan dan Kontraktor dan akan diterbitkan ole Lapangan untuk pelaksanaan. 'asil pengukuran tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas kesalahan dan ke yang dibuatnya. .( Kontraktor harus meren#anakan dan menempatkan penumpukan pada se jarak )* meterdan ditempatkan pada sisi jalan untuk memudahkan pengangkutan. 1

Upload: choyi-thegazette

Post on 04-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LO

TRANSCRIPT

PEMBERSIHAN LAHAN

Pembangunan Basket Hall UNESA

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

I. PEMBERSIHAN LAHAN

1.0. LINGKUP PEKERJAANPekerjaan ini meliputi semua pengupasan tanah lapisan atas dan penumpukan sesuai dengan lokasi, tinggi dan jarak seperti ditentukan Pengawas Lapangan/MK.

Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak dibatasi pada hal hal berikut :

Menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan perlengkapannya

Menyediakan operator berpengalaman, tenaga kerja terlatih dan pekerja serta engineer dengan latar belakang pekerjaan tanah

Memuat, mengangkut dan membuang tumpukan tanah ke suatu tempat yang ditentukan Pengawas Lapangan.

2.0. STANDAR / RUJUKANSemua standar dan peraturan yang berlaku, yang terkuat yang berlaku.

3.0. PROSEDUR UMUM3.1 Tanah lapisan atas harus terdiri dari tanah organik yang bebas dari campuran tanah bawah, sampah, akar akar, batu batuan, kayu, alang alang atau sisa-sisa bongkaran bangunan lama. Pengupasan tanah lapisan atas meliputi penggalian bahan yang sesuai dari permukaan tanah asli pada bagian dari lokasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Tanah lapisan atas harus dipisah dan ditumpuk di lokasi tertentu untuk digunakan dalam pekerjaan lansekap dan / atau reklamasi.

3.2 Pengawas Lapangan akan menentukan titik titik lokasi yang akan dikerjakan, dan Kontraktor harus memasang tonggak tonggak acuan dari titik titik ini.

3.3 Setelah pemasangan tonggak, daerah sesungguhnya harus diukur bersama Pengawas Lapangan dan Kontraktor dan akan diterbitkan oleh Pengawas Lapangan untuk pelaksanaan. Hasil pengukuran tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas kesalahan dan kelalaian yang dibuatnya.

3.4 Kontraktor harus merencanakan dan menempatkan penumpukan pada setiap jarak 50 meter dan ditempatkan pada sisi jalan untuk memudahkan pengangkutan.

3.5 Semua bahan galian yang harus dibuang harus diangkut ke daerah yang ditentukan Pengawas Lapangan.

3.6 Kontraktor harus membiarkan tanah tidak dikupas sedalam 50 sampai 70 mm sesuai petunjuk Pengawas Lapangan untuk keperluan pemadatan dan keseimbangan harus seluruhnya atau sebagian dipotong seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Kelebihan pemotongan harus diperbaiki.

3.7 Pada lokasi lokasi khusus terjadinya tekanan rendah menurut anggapan Pengawas Lapangan, harus diisi dengan tanah galian dan dipadatkan sampai kepadatan tanah maksimal yang disyaratkan.

4.0. BAHAN - BAHANTidak ada.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN5.1 Kedalaman pengupasan tanah lapisan atas 300 mm, kecuali bila ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan. Jarak / radius pengupasan minimal 50 mm atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/MK.

5.2 Bahan bahan yang mengganggu seperti ranting, akar dan batuan besar tidak boleh tercampur pada tempat penumpukan. Bahan bahan yang tidak sesuai harus dipisahkan dan dibuang ke tempat yang ditentukan Pengawas Lapangan/MK.

5.3 Sistem drainase sementara yang berfungsi dengan baik harus disediakan di sekeliling lokasi penumpukan.

5.4 Untuk pekerjaan pengupasan hanya dozer ringan atau motor scraper yang boleh digunakan. Penggantian peralatan harus digunakan dengan persetujuan Pengawas Lapangan/MK.

5.5 Sebelum menghentikan pekerjaan, semua lubang dan tanah lepas harus diisi atau ditutup, digilas dan diratakan dengan elevasi permukaan. Perataan sementara dan drainase yang diperlukan harus dibuat dan dirawat oleh Kontraktor untuk menjaga lokasi pekerjaan dari genangan air.

5.6 Tempat penumpukan tanah lapisan atas harus dilengkapi dengan pencegahan erosi dan harus dibuat sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/MK.

II. GALIAN, URUGAN KEMBALI, DAN PEMADATAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pada hal hal berikut :

Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan termasuk pelat turap sementara dan bendungan sementara jika diperlukan.

Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua pekerjaan yang membutuhkan galian dan / atau urugan tanah kembali seperti basement, jalan, saluran terbuka, gorong gorong, jalur utilitas, pondasi dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Membuang semua bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan.

Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat galian.

Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini.

2.0. STANDAR / RUJUKAN2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)

2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM)

2.3 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku

3.0. PROSEDUR UMUM3.1 Penggalian3.1.1 Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Lebar galian harus dibuat cukup lebar untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.

3.1.2 Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan rencana awal dan Pengawas Lapangan dapat menginstruksikan perubahan perubahan bila dianggap perlu.

3.1.3 Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.

3.1.4 Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.

3.1.5 Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, sampai kedalaman dimana daya dukung yang sesuai tercapai.

3.1.6 Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang dinding penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya tanah kedalam lubang galian. Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan saluran pengeringan sementara atau pompa.

3.1.7 Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas Lapangan tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek. Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja dapat dilakukan dengan peralatan standar seperti power shovel, bulldozer atau excavator. Bila ditemukan batu batuan, Kontraktor harus memberitahukannya kepada Pengawas Lapangan yang akan mengambil keputusan, sebelum penggalian dilanjutkan. Sesudah setiap pekerjaan penggalian selesai, Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan, dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali setelah Pengawas Lapangan menyetujui kedalaman penggalian dan sifat lapisan tanah pada dasar penggalian tersebut.

3.2 Urugan dan Timbunan3.2.1 Pekerjaan urugan dan timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan lokasi pengerjaan urugan telah disetujui Pengawas Lapangan.

3.2.2 Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan terdahulu disetujui Pengawas Lapangan.

3.2.3 Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan oleh Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan harus disetujui Pengawas Lapangan.

3.2.4 Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal 14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.

3.3 Pemadatan Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk memadatkan urugan maupun daerah galian. Untuk pemadatan tanah kohesif digunakan propelled rollers. Smooth steel wheel vibratory roller digunakan untuk memadatkan bahan urugan berbutir. Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak diijinkan.

Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai nilai pemadatan yang disyaratkan. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

4.0. BAHAN - BAHANLihat butir pelaksanaan pekerjaan dari spesifikasi teknis ini.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN5.1 Galian 5.1.1 Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Pengawas Lapangan.

5.1.2 Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Pengawas Lapangan sehingga bila dibutuhkan dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat digunakan untuk bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

5.1.3 Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau petunjuk Pengawas Lapangan yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor, kelebihan penggalian tersebut tidak dapat dibayar dan Kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya Kontraktor.

5.1.4 Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok patok pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.

5.1.5 Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada daerah elevasi akhir pada kedalaman minimal 150 mm di bawah elevasi akhir rencana. Batuan dapat berupa batu atau serpihan keras dalam batuan dasar asli, dan batu besar dengan volume lebih dari 0.5 cm3 atau berukuran lebih besar dari 100 cm, yang harus disingkirkan dengan alat khusus dan / atau diledakkan.

5.2 Urugan dan Timbunan5.2.1 Bahan Urugan Bahan urugan harus bebas dari bahan organik, dan bahan bahan lain yang mengganggu dan butiran batu lebih besar dari 100 mm dan memiliki gradasi sedemikian rupa agar pemadatan berjalan lancar.

Bila menurut pendapat Pengawas Lapangan, suatu bahan tidak dapat diperoleh, penggunaan batu batuan atau kerikil yang dicampur dengan tanah dapat diijinkan, dalam hal ini bahan yang lebih besar dari 150 mm dan lebih kecil dari 50 mm tidak diijinkan digunakan, dan persentase pasir harus berjumlah cukup untuk mengisi celah dan membentuk kepadatan tanah yang seragam dengan nilai kepadatan yang sesuai.

Semua bahan galian kecuali tanah tidak diijinkan digunakan sebagai bahan urugan kecuali disetujui oleh Pengawas Lapangan seperti disebutkan dalam butir 5.1.2. dari Spesifikasi Teknis ini.

Bahan urugan yang disimpan di dekat tempat ekrja untuk waktu lebih dari 12 jam harus dilindungi dengan lembaran plastik agar tidak terjadi penyimpangan pada bahan urugan yang telah disetujui tersebut.

Setiap lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi merata sampai tercapai kadar air tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.

5.2.2 PersiapanSebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan berikut harus sudah dikerjakan sebelumnya :

Pembersihan lokasi dan / atau penggalian sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan sebelum memulai penempatan bahan urugan dan Pengawas Lapangan akan memeriksa kondisi lokasi yang telah disiapkan untuk maksud tersebut.

Lokasi yang aka diberi bahan urugan / timbunan harus dikeringkan dahulu dari genangan air menggunakan pompa atau alat lain yang disetujui Pengawas Lapangan.

5.2.3 Penempatan Bahan Urugan Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan.

Bahan urugan di dalam atau di luar lokasi timbunan harus ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimal 300 mm (keadaan lepas) dan harus dipadatkan dengan baik.

Untuk timbunan di luar lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan sampai kepadatan yang sebanding dengan daerah sekitarnya atau sesuai ketentuan dalam butir 5.3. dari Spesifikasi Teknis ini.

Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan sesuai nilai kepadatan yang ditentukan dalam butir 5.3. dari Spesifikasi Teknis ini.

Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau syarat khusus, alat pemadat tangan tidak diijinkan sebagai pengganti alat pemadat mekanis.

Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan urugan sebelum pemadatan lapisan terdahulu disetujui Pengawas Lapangan.

Pengurugan tidak boleh dikerjakan tanpa persetujuan dari Pengawas Lapangan.

5.3 Pemadatan5.3.1 Umum Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus memiliki kadar air yang sesuai dengan ketentuan agar dihasilkan pemadatan dengan nilai kepadatan yang sesuai. Bahan harus memiliki kadar air yang seragam pada seluruh lapisan bahan yang akan dipadatkan. Setiap lapisan harus dipadatkan dengan merata menggunakan pneumatic tire rollers, grid rollers, three-wheeled power rollers, vibratory, sheep foot atau tamping rollers atau alat pemadatan lain yang disetujui.

Penggilasan harus dilakukan pada arah memanjang sepanjang timbunan dan biasanya dimulai dari sisi terluar dan menuju ke arah tengah dengan cara sedemikian rupa agar setiap bagian menerima tingkat pemadatan yang sama.

Minimal sebuah mesin gilas harus dioperasikan secata terus menerus untuk setiap 600 m3 atau penempatan bahan setiap jam. Bila beberapa timbunan kecil berada di beberapa tempat sehingga sebuah mesin gilas tidak dapat memadatkan dengan baik, harus disediakan mesin gilas tambahan.

Peralatan harus dioperasikan pada seluruh lebar setiap lapisan sedemikian rupa agar efisien.

5.3.2 Kepadatan Kering Maksimal dan Kadar Air OptimalKepadatan kering maksimal dan kadar air optimal harus ditentukan berdasarkan metoda ASTM D 1557 (AASHTO T 180) yang umum dikenal sebagai Modified Proctor Test.

5.3.3 Pengawasan KelembabanPada saat pemadatan yang membutuhkan nilai kepadatan tinggi, bahan urugan dan permukaan yang akan menerima bahan urugan harus memiliki kadar air yang disyaratkan. Kontraktor tidak diijinkan melakukan pemadatan sampai dicapai kadar air sesuai dengan yang disyaratkan. Kontraktor harus melembabkan bahan urugan atau permukaan yang akan diurug bila kondisinya terlalu kering. Bahan urugan yang terlalu basah harus dikeringkan sampai dicapai kadar air yang sesuai, bila perlu dengan bantuan peralatan mekanis.

5.3.4 Penggilasan Kontraktor harus melakukan pekerjaan penggilasan daerah yang dikupas atau dipotong sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, untuk memastikan adanya tanah lunak yang ada di lokasi tersebut. Kontraktor harus menggunakan truk bermuatan, mesin gilas atau peralatan pemadatan lainnya yang disetujui. Jenis ukuran dan berat peralatan harus sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

Kontraktor harus menempatkan dan memadatkan bahan urugan pada tempat rendah. Bila ditemui tempat basah, Kontraktor harus memberitahukannya kepada Pengawas Lapangan agar dapat ditentukan perbaikannya. Lokasi yang mendukung struktur / konstruksi harus diawasi selama pelaksanaan penggilasan dan harus disetujui Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan dilanjutkan.

5.3.5 Kepadatan Tanah KohesifUntuk tanah yang mengandung 30% atau lebih berat partikel yang melalui saringan No 200, yang membutuhkan pemadatan relatif, seperti ditentukan ASTM D 1557 (AASHTO T 180), dan dinyatakan dalam persentase kepadatan kering maksimal dan kadar air, pada saat pemadatan harus memenuhi ketentuan berikut :

Daerah PemadatanKepadatan Relatif

%Kadar Air

%

Pemadatan Umum90-3 W0 + 3

Jalan Utama dan Daerah Parkir Kendaraan Berat (100 cm lapisan atas)95-4 W0 + 2

Jalan Penghubung dan Daerah Parkir Kendaraan Ringan (50 cm lapisan atas)95-4 W0 + 3

Lantai Gudang dan Bengkel (50 cm lapisan atas)95-4 W0 + 2

Pemadatan Saluran (kecuali ditentukan lain)90-3 W0 + 3

*W0 = Kadar Air Optimal

5.3.6 Kepadatan Tanah Tidak KohesifUntuk tanah yang mengandung kurang dari 30% berat partikel yang melalui saringan No 200, yang membutuhkan pemadatan relatif, seperti ditentukan ASTM D 1557 (AASHTO T 180), dan dinyatakan dalam persentase kepadatan kering maksimal dan kadar air, pada saat pemadatan harus memenuhi ketentuan berikut :

Daerah PemadatanKepadatan Relatif

%

Timbunan di bawah lapisan drainaseTidak ada persyaratan khusus. Cukup digilas dengan bulldozer (mis. D-6)

Timbunan pengisi di bawah pelat lantai95

Bisa juga diperiksa dengan beberapa kali lintasan roller sesuai petunjuk Pengawas Lapangan

Dasar Jalan95

Pemadatan saluran92

SaluranTidak ada persyaratan khusus

5.4 Pembuangan Bahan GalianSemua bahan galian yang memenuhi persyaratan harus digunakan untuk urugan. Bahan yang tidak sesuai untuk pengurugan harus dibuang pada tempat yang ditentukan.

III. TIANG PANCANG

1.0. LINGKUP PEKERJAANPekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, peralatan, bahan serta pemancangan tiang pancang seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.0. STANDAR / RUJUKAN2.1 Japan Industrial Standard (JIS)

2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM)

2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)

2.4 Standar Nasional Indonesia (SNI)

2.5 American Welding Society (AWS)

2.6 Spesifikasi Teknis 03300 Beton Cor di Tempat

3.0. PROSEDUR UMUM3.1 Data Teknis dan Sertifikasi Pabrik.

Sebelum pengadaan bahan, Kontraktor harus menyerahkan data teknis bahan lengkap dengan sertifikat pabrik yang menyatakan bahwa bahan yang akan digunakan memenuhi ketentuan spesifikasi, untuk disetujui Pengawas Lapangan.

3.2 Metoda PelaksanaanSebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan usulan metoda pelaksanaan untuk disetujui Pengawas Lapangan, termasuk cara pengangkutan, penyimpanan, penanganan, pemancangan, peralatan pemancangan, pekerja dan juga detail cara pemotongan dan penyambungan tiang pancang.

3.3 Fabrikasi Tiang PancangSemua tiang pancang harus difabrikasi sesuai dengan dimensi, panjang dan jenis bahan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Semua tiang pancang yang telah lulus uji di pabrik harus diberi tanda tanda berikut dengan cara atau bahan yang tidak mudah dihapus :

Mutu / kelas tiang pancang

Dimensi

Nomor produksi

Nama pabrik pembuat

3.4 Penyimpanan Semua bahan harus disimpan dan diperlakukan dengan semestinya agar terhindar dari kerusakan.

Bahan tiang pancang disimpan di ruang terbuka dan diletakkan melintang di atas balok balok kayu atau bantalan kayu yang dipasang setiap jarak maksimal 3 meter sekitar panjang tiang pancang.

Tiang pancang tidak boleh ditumpuk lebih dari 4 (empat) susun.

3.5 Peralatan Pemancangan3.5.1 Sebelum memobilisasi peralatan pemacangan, Kontraktor harus menyerahkan rencana kerja detail pelaksanaan pengoperasian, Pengawas Lapangan berhak menolak alat ekrja yang tidak sesuai bila Kontraktor melalaikan kewajiban ini dan Kontraktor harus menanggung semua biaya yang diakibatkan karena hal ini.

3.5.2 Kontraktor harus mempertimbangkan jenis tanah dan batu batuan yang berada di dalamnya ketika memilih peralatan pemacangan.

3.5.3 Kontraktor harus mengusulkan jenis palu pemancang dan peralatan pemacangan agar tiang pancang dapat didorong mencapai kedalaman yang ditentukan atau nilai daya dukung yang diperoleh, tanpa menimbulkan kerusakan pada tiang pancang karena tekanan berlebih yang diakibatkan oleh pemancangan.

4.0. BAHAN - BAHAN4.1 Umum4.1.1 Tiang pancang harus difabrikasi dan dibuat sesuai detail yang ditunjukkan dalam Gambar kerja dan ketentuan lain, seperti ditetapkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

4.1.2 Panjang tiang pancang untuk pemasangan permanen yang akan difabrikasi dan dipancang harus ditentukan berdasarkan hasil uji beban yang harus dilakukan sebelum pekerjaan pemancangan permanen sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang ditetapkan dan semua hasil penyelidikan tanah.

4.2 Tiang Pancang Beton Pracetak4.2.1 Tipe Tiang Pancang.

Tipe tiang pancang harus dari tiang pancang dari beton pracetak seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, tipe Square Pile.

Ukuran, bentuk dan panjang tiang pancang sesuai petunjuk Gambar Kerja.

Tiang pancang harus dibuat dari beton mutu minimum K-450. Dimensi potongan melintang tiang pancang harus dalam batas toleransi ( 5 mm.

4.2.2 Ujung Tiang Pancang.

Ujung tiang pancang harus berbentuk sesuai Gambar Kerja dan harus dilengkapi dengan pelat penyambung tebal minimal 8 mm.

4.3 Sambungan Sambungan tiang pancang diperlukan bila tiang pancang terbagi dalam beberapa bagian dan harus sesuai butir 4.2.2. dari Spesifikasi Teknis ini.

Bahan las yang digunakan untuk penyambungan harus tipe E 7018 yang memenuhi ketentuan AWS atau yang setara.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN5.1 Fabrikasi Tiang PancangKontraktor harus mengadakan / memesan tiang pancang dengan dimensi, panjang, jenis dan mutu bahan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

5.2 Pemancangan 5.2.1 Kontraktor harus melaksanakan persiapan dengan sebaik baiknya yang antara lain meliputi penyetelan, penandaan tiang pancang, penopang sementara dan pekerjaan lain yang terkait, sebelum memulai pekerjaan pemancangan.

5.2.2 Panjang tiang pancang yang harus difabrikasi dan dipancangkan ditentukan oleh besar beban yang akan diterima yang berkaitan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam hasil penyelidikan tanah.

5.2.3 Semua peralatan untuk pemancangan seperti alat pemancang, palu, bantalan tiang pancang, dan alat alat lainnya serta tenaga kelas satu yang sesuai untuk pekerjaan pemancangan di lokasi yang telah ditentukan, harus disediakan oleh Kontraktor. Kontraktor wajib pula menyediakan peralatan pendukung lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan dan melancarkan pekerjaan.

5.2.4 Penembusan dan tahap akhir pemancangan dilaksanakan dengan mendorong tiang pancang ke bawah / ditanam sampai pada elevasi / kedalaman lapisan tanah kerjas dengan penyetelah akhir pemancangan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan untuk 10 (sepuluh) pukulan dengan tinggi jatuh palu pancang 1 meter untuk 3 (tiga) kali berturut turut pengambilan penyetelan akhir.

5.2.5 Semua tiang pancang yang ditanam harus dalam panjang penuh sesuai petunjuk Gambar Kerja, kecuali bila menurut Pengawas Lapangan beberapa tiang pancang tertentu dianggap memiliki panjang yang tidak praktis atau harus dimodifikasi, maka tiang pancang tersebut harus dipotong pada elevasi yang ditentukan.

5.2.6 Tiang pancang yang tidak mencapai nilai penetrasi yang ditentukan untuk setiap pukulan ketika puncak tiang pancang didorong pada elevasi tertentu, harus disambung dan didorong sampai kedalaman yang cukup sehingga nilai penetrasi yang disyaratkan untuk setiap pukulan tercapai.

5.2.7 Bila beberapa tiang pancang yang akan diperiksa harus diangkat, maka tiang pacang tersebut harus didorong kembali sampai nilai penetrasi yang disyaratkan tercapai.

5.2.8 Setiap tiang pancang yang cacat / rusak ketika pemancangan maupun pengangkutan dan akan mempengaruhi kekuatan strukturnya, harus diganti dengan yang baru, atau bagian yang cacat / rusak dibuang dan bagian sisanya disambung atau diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

5.2.9 Kontraktor harus menyerahkan laporan lengkap pemancangan setiap tiang pancang yang meliputi tetapi tidak terbatas pada nomor tiang pancang, lokasi, posisi, tanggap fabrikasi dan pemancangan, detail palu, elevasi, hitungan pukulan, dalam bentuk sudah dijilid.

5.3 Penyambungan 5.3.1 Bila panjang yang diperlukan lebih dari panjang tiang pancang yang ada, pertambahan panjang harus dilaksanakan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat tiang pancang.

5.3.2 Kedua bag yang akan disambungkan harus bersih dari karat, cat, oli, kelembaban dan kotoran lainnya. Kedua bag yang akan disambungkan harus tepat bertemu.

5.4 Toleransi5.4.1 Tiang pancang harus dipasang pada tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja dan dalam batas toleransi 100 mm terhadap posisi seharusnya dan 1 : 100 dari sumbu vertikal tiang pancang.

5.4.2 Bila pemasangan tiang pancang menyimpang dari toleransi yang diijinkan, tiang pancang tersebut harus diganti dengan tiang pancang baru atau struktur bagian atas dari kepala tiang pancang dan balok harus dimodifiksi, yang sepenuhnya menjadi kebijaksanaan Pengawas Lapangan dan tanpa ada biaya tambahan untuk Kontraktor.

5.5 Kepala Tiang PancangSetelah pemancangan selesai dilaksanakan, kepala tiang pancang harus dipotong dan diselesaikan dengan benar sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.

IV. PEKERJAAN BETON

1.0.LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, equipment, peralatan dan bahan untuk semua pekerjaan beton biasa, beton bertulang, beton telanjang berikut pembuatan dan pemasangan cetakan bekisting/mould penyelesaian dan lain-lain pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar rencana dan persyaratannya.

1.2 Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut pekerjaan pembetonan yaitu seperti :

Pekerjaan tanah untuk struktur, drainase/sistem saluran plumbing.

Pekerjaan arsitektur.

Pekerjaan kayu, tembokan, logam dan lain-lain sebagainya yang ada kaitannya dengan pekerjaan beton.

2.0.PERSYARATAN

Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan :

Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.

Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971; NI-2.

Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.

Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Konsultan Pengawas.

American Society for Testing and Material (ASTM).

American Concrete Institute (ACI).

Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton yang tidak sesuai standar akan ditolak, kecuali bila dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan mutu bahan, cara pengerjaan cetakan, cara pengecoran, kepadatan, textured finishing dan kualitas secara keseluruhan.

3.0.MUTU BETON

Mutu beton struktur adalah K-300 dan dianjurkan memakai ready mix concrete, dan mutu baja yang dipakai adalah BJTD untuk tulangan lebih dari ( 13 dan BJTP untuk tulangan kurang dari ( 12. Untuk pekerjaan beton lantai kerja dipakai beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr. Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat. Untuk menjamin kesamaan mutu beton, kontraktor dianjurkan menggunakan readymix concrete dari perusahaan terkenal yang khusus membuat readymix, terutama untuk pekerjaan struktur dinding beton, kolom, balok, lantai dan atap beton.

1. Lapisan penutup (protective concrete fill) di atas lapisan kedap air seperti pada lantai toilet (screed), reservoir dan lain-lain harus menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3Ps dan harus dicor segera setelah lapisan water proofing selesai dipasang.

2. Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture). Bilamana dianggap perlu tambahan untuk beton dapat dipergunakan concrete admixture. Penggunaan tersebut harus dengan persetujuan Ahli/ Konsultan Pengawas.

3. Pengadukan.

Kecuali ready mix concrete semua pengadukan jenis beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan, pengadukan harus rata hingga warna dan kekentalannya sama.

4. Takaran Perbandingan Campuran.

Semua bahan harus ditakar menurut perbandingan berat, bukan perbandingan isi.

4.0.PENGAWASAN CAMPURAN ADUKAN

4.1.Komposisi.

Semua agregat, semen, air, beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman, Pemborong harus tetap mengusahakan mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.4.2.Pengujian (testing).

Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7. termasuk pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok adukan tersebut tidak boleh dipakai. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur dalam PBI 1971.5.0. BAHAN-BAHAN.

Semen yang dipakai harus semen portland dari merk yang disetujui dan yang dalam segala hal memenuhi syarat seperti yang dikehendaki oleh "Peraturan Beton Bertulang Indonesia untuk beton kelas I Z 475 atau British Standard, nomor : 12-1965. Dalam pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampau1 2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.5.1. Agregate.

Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak, umpamanya yang bentuk atau kwalitasnya bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari tulangan besi beton. Agregat (butiran) dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki (ketentuan-ketentuan) PBI 1971. Bagian 3 dilakukan pengujian butiran.

Pasir Beton.

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.

Koral Beton/Split.

Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan adukan beton yang tepat.5.2. A i r.

Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dan dilakukan pengujian air/laboratorium test.5.3. Bahan Tambahan.

Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Ahli/ Konsultan Pengawas. 5.4. Baja Tulangan.

a. Jenis penulangan.

Batang tulangan besi beton terdiri dari BJTD-39 dan BJTP-24, bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1971, standar Jepang kelas SR 24 atau British Standard Nomor 785 1938. Grade yang dipergunakan adalah ST-37 dengan kategori, BJTP 24 yang sesuai dengan tabe 3.7.1. PBI 1971.

b. Penyimpanan.

Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.

c. Pemasangan.

Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat, lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak dapat berubah atau begeser pada waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan besi beton dan penutup beton tingginya harus tepat, dengan penahan-penahan jarak beton (tahu beton) yang telah disetujui Ahli/ Konsultan Pengawas.

d. Pengujian (testing).

Pada umumnya pengujian untuk tulangan besi beton dilakukan sesuai dengan PBI 1971 yaitu yang mempunyai kekuatan leleh minima 370 kg/cm2. Jika besi beton tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Uraian dan Syarat-syarat yang tercantum dalam pengujian, maka kelompok yang tidak memenuhi syarat-syarat itu tidak boleh dipakai dan pemborong harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.

e. Selimut Beton.

Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk plesteran), adalah sebagai berikut :

1. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah = 3 cm.

2. Kolom dan balok-balok beton = 2,5 cm.

3. Slab/plat beton diatas tanah = 2,0 cm.

5.5. Cetakan (bekisting).

a. B a h a n.

Bekisting harus dipakai multipleks 12 mm dan kayu klas II yang cukup kering dan sesuai dengan finishing yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana diperlihatkan dalam gambar arsitektur. Bekisting harus cukup untuk menahan getaran vibrator atau kejutan-kejutan lain yang diterima, tanpa berubah bentuk. Cetakan harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik atau plywood :

Untuk beton tidak diexposed dipakai kayu terentang tebal minimum 2,5 cm.

Untuk beton exposed dipakai multiplek, fibre glass atau bahan lain yang tidak reaktif terhadap beton.

Tebalnya tergantung dari kwalitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.

b. Konstruksi.

Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan-penumbukan untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi. Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton. Tiang-tiang acuan harus diatas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang dari dolken ukuran 8/10 cm atau kaso 5/7 cm. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok secara silang.

c. Alat untuk Membersihkan.

Pada pencetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan-perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kawat pengikat dan lain-lain.d. U k u r a n.

Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar arsitektur dan sama disemua tempat untuk bentuk dan ukuran tiang yang dikehendaki sama.

e. Kawat Pengikat.

Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng, dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971).

f. Pelapis Cetakan.

SUntuk mempermudah pembongkaran cetakan dan menyingkirkan penutup-penutup, pelapis cetakan dari merk yang telah disetujui dapat dipergunakan. Minyak pelumas, baik yang sudah maupun yang belum dipakai, tidak boleh digunakan untuk ini.

6.0. LINGKUP DAN MACAM PEKERJAAN

6.1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

6.2. Pekerjaan meliputi pekerjaan struktur, pondasi tiang pancang, pile cap (poer), sloof, kolom, balok, beton pelat lantai, pelat atap, beton tribun, dan tangga beton.

7.0. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

7.1.Syarat-syarat Cetakan untuk Beton.

a. Cetakan (bekisting) untuk beton telanjang (bila ada) dari plywood dengan tebal minimum 12 mm, bermutu baik yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Fibre glass atau bahan lain yang tidak reaktif terhadap beton sedangkan untuk beton biasa bisa dipakai cetakan dari papan klas II teba 2,5 3 cm lebar 20 cm.

b. Semua sudut terbuka yang runcing dari kolom atau balok harus dibulatkan (dihaluskan 1,5 cm).

c. Toleransi-toleransi memenuhi ketentuan ayat 8.4.4. PBI.

d. Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor, harus diplester dengan campuran perekat sedemikian rupa sehingga sesuai warna tekstur dan bentuknya dengan permukaan yang berdekatan. Untuk beton exposed harus dihindari adanya cacat permukaan.

e. Ukuran keseluruhan untuk kusen-kusen pintu dan jendela, harus diambil dari pekerjaan untuk menjamin ketepatan antara pekerjaan konstruksi beton dan ukuran pintu, jendela.7.2.Toleransi.

Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm, toleransi ini tidak boleh bertambah-tambah (kumulatif). Ukuran-ukuran masing-masing bagian harus seksama dalam -0,3 dan +0,5 cm.7.3.Pemberitahuan Tentang Pelaksanaan Pengecoran.

Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, Pemborong harus memberi tahu Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas, maka Pemborong dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri. 7.4.Pengangkutan Adukan

Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 2 m.7.5.Pembersihan Cetakan dan Alat-alat.

Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari cetakan. Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton, harus dibasahi dengan air sebelum dicor.7.6.Pengecoran.

Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atau persetujuan Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti kropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.7.7.Pemadatan beton.

Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 getaran dalam 1 menit. Penggetar harus dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya. Dalam cetakan yang vertikal, vibrator harus dekat dengan cetakan, tapi tidak boleh menyentuhnya sehingga dihasilkan suatu permukaan beton yang baik. Tidak boleh menggetarkan suatu bagian adukan, lebih dari 24 detik. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan kebagian-bagian adukan yang sudah mengeras.7.8.Perawatan.

Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari angin dan hujan, sampai beton itu mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat, harus diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai cetakan itu dibongkar.

b. Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.7.9.Pembongkaran Cetakan.

Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2 kali beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada Kontraktor dan perhatian pemborong mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke PBI 1971 dalam pasal yang bersangkutan. Pemborong harus memberi tahu Pemberi Tugas/Konsultasi Perancang bilamana ia bermaksud akal membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama minta persetujuan, tapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti Pemborong lepas dari tanggung jawab.7.10.Perubahan Konstruksi Beton.

Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

Konstruksi beton yang sangat keropos.

Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang direncanakan atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.

Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.7.11.Campuran dan Pengambilan Contoh (Sampling).

a. Untuk mencapai mutu beton K-300 sesuai dengan PBI 1971, Pemborong harus melakukan percobaan-percobaan membuat design mix campuran-campuran sedemikian rupa sehingga untuk kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm, pada umur 28 hari, harus mempunyai kekuatan hancur karakteristik minimal 225 kg/cm2, bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan-bahan yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan beton struktur. Kubus percobaan harus dibuat minimal 1 buah dalam 5 m3 beton, dan dibuat paling sedikit dalam 3 proses pengadukan yang tidak bersamaan waktunya. Reference pasa 4.6. PBI 1971.

b. Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji (sampling) paling sedikit tiga buah kubus percobaan yang waktu pengambilannya sepenuhnya ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pengetesan kubus percobaan tersebut hanya boleh dilakukan dilembaga-lembaga Penelitian Bahan Bangunan Resmi yang disetujui oleh Konsultan Konsultan Pengawas. Analis kekuatan berdasarkan pada rumus-rumus statistik sebagaimana tertera dalam PBI 1971, pasa 46. ayat 1 s/d 5. Biaya pengetesan termasuk dalam penawaran Pemborong atau tanggung jawab Kontraktor.V. PEKERJAAN BETON KOLOM, STOUS1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini, yaitu beton kolom, tiebeam, dan pilecap.

2.0. JENIS DAN MUTU BAHAN

Beton kolom portal, pilecap dan tiebeam: Mutu beton K 225 Mutu baja U 39 (tulangan utama)

Mutu baja U 24 (tulangan sengkang)

PAGE 27