rks teknis masjid plumbon tahap i

Upload: baihaky

Post on 13-Jan-2016

679 views

Category:

Documents


123 download

DESCRIPTION

JABAR

TRANSCRIPT

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 1

    BAB XII

    SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

    Pasal 1

    LINGKUP PEKERJAAN 1.1 Nama Pekerjaan

    Nama Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pekerjaan Pembangunan Masjid Provinsi

    Jawa Barat di Plumbon Kabupaten Cirebon Tahap I , Tahun Anggaran 2015.

    1.2 Lokasi Pekerjaan

    Lokasi Pekerjaan Pembangunan Masjid adalah di Jalan Raya Plumbon KM.12

    Kabupaten Cirebon.

    1.3 Lingkup Pekerjaan

    Pekerjaan Pembangunan Masjid ini meliputi :

    a. Pekerjaan Persiapan

    b. Pekerjaan Struktur

    1) Pekerjaan Tanah dan Pondasi

    2) Pekerjaan Struktur Lantai Dasar/1

    3) Pekerjaan Struktur Lantai 2

    4) Pekerjaan Struktur Lantai 3 / Mezanine

    5) Pekerjaan Struktur Atap Dak

    6) Pekerjaan Struktur Atap Kubah

    c. Pekerjaan Mekanikal dan ELektrikal

    1) Pekerjaan Penangkap Petir

    2) Pekerjaan Sparing Instalasi Air Bersih, Air Kotor dan Air Hujan

    d. Pekerjaan Site Development

    1) Pembersihan

    2) UIrugan Pematangan Lahan

    3) Pekerjaan Keermir Batu Kali, dan Lain-lain sesuai gambar kerja

    Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pemborong termasuk pula pengadaan

    tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan segala keperluan yang berhubungan

    dengan pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan.

    1.4 Acuan Pelaksanaan Pekerjaan

    a. Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam RENCANA

    KERJA DAN SYARAT-SYARAT dan Bill Of Quantity pekerjaan ini ;

    b. Gambar-gambar yang dilampirkan pada RENCANA KERJA DAN SYARAT-

    SYARAT pekerjaan ini ;

    c. Keterangan-keterangan dan gambar-gambar yang diberikan oleh Konsultan

    kepada pelaksana pada waktu Rapat Penjelasan Pekerjaan/Rapat Aanwijzing

    Pekerjaan /Risalah Aanwijzing.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 2

    Pasal 2

    PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

    1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan

    Syarat-syarat ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentua dibawah ini termasuk segala

    perubahan dan tambahannya :

    a. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP No. 29 Tahun.2000 jo PP No.

    59 Tahun 2010.

    b. Perpres RI No. 54 Tahun 2010 jo. Perpres RI No. 35 Tahun 2010 jo Pepres RI No. 70

    Tahun 2012 jo Pepres RI No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah.

    c. Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

    d. Pergub Jabar No. 99 Tahun 1999 tentang Pedoman Pelaksanaan Jasa Konstruksi

    Pembangunan Bangunan Gedung Daerah.

    e. Kepgub Jabar No. 910/Kep.1269-Org/2014 tanggal 9 September 2014 tentang

    Standar Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk TA. 2015.

    f. Perda. Provinsi Jawa Barat No. 13 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung

    g. Peraturan Presiden RI Nomor : 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan

    Gedung Negara

    h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis

    Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan

    i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis

    Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

    j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum

    Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

    k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis

    Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

    l. Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung serta standar teknis yang

    terkait

    m. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah

    setempat yang bersangkutan dengan masalah bangunan.

    2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :

    a. Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disahkan oleh Pemberi

    Tugas termasuk pula Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) yang diselesaikan

    oleh Kontraktor dan sudah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan BoQ.

    c. Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

    d. Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran tentang Penetapan Kontraktor.

    e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

    f. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui oleh Pengawas

    Lapangan dan Pemberi Tugas.

    Pasal 3

    PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

    1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);

    termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara

    Penjelasan Pekerjaan.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 3

    2. Ukuran :

    a. Pada dasanya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :

    As - As

    Luar - Luar

    Dalam - Dalam

    Luar - Dalam

    b. Khusus ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya ukuran yang tertulis

    adalah ukuran jadi terpasang atau dalam keadaan selesai/finished.

    3. Perbedaan Gambar.

    a. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,

    maka Gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku / mengikat.

    b. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka yang

    berlaku / mengikat adalah Gambar Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi

    Konstruksi dan kekuatan Struktur.

    c. Bila ada perbedaan antara gambar Kerja Arsitektur dengan Sanitasi/Mekanikal, maka

    Gambar Kerja yang dipakai adalah ukuran fungsional dalam Gambar Kerja Arsitektur.

    d. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Elektrikal, maka yang

    dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam Gambar Arsitektur.

    e. Bila ada perbedaan - perbedaan itu, ketidakjelasan, maupun kesimpangsiuran

    menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan

    kesalahan, maka Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pengawas Lapangan, dan

    mengadakan pertemuan dengan Konsultan Perencana, untuk mendapatkan

    keputusan dari Konsultan Perencana Gambar mana yang akan dijadikan pegangan.

    f. ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang

    waktu pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.

    4. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).

    a. Gambar Detail pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib

    dibuat Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan

    dengan keadaan lapangan.

    b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail-detail khusus yang belum

    tercakup lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta oleh

    Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.

    c. Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang

    diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari semua bahan, keterangan produk,

    cara pemasangan dan atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi

    pabrik yang belum tercakup secara lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen maupun

    Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

    d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas dan

    Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.

    5. Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawings)

    Kontraktor wajib membuat gambar-gambar yang sesuai dengan hasil pelaksanaan (As

    Built Drawings) yang selesai sebelum serah terima ke 1, dan telah disetujui oleh konsultan

    Pengawas dan diketahui oleh konsultan Perencana.

    6. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum

    dalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahun Konsultan Pengawas. Segala akibat

    yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu

    pelaksanaan.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 4

    Pasal 4

    JADWAL PELAKSANAAN

    1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana kerja

    pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart dan S-Curve Bahan dan

    Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepada Pengawas Lapangan, sehingga

    pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak menggangu kelancaran proyek secara

    keseluruhan dan kelancaran kegiatan disekitar lokasi pekerjaan.

    2. Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas

    Lapangan, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah SPK diterima

    Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan

    disyahkan oleh Pemberi Tugas.

    3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja 4 (empat) rangkap kepada

    Pengawas Lapangan, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada bangsal

    Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi

    kerja.

    Pasal 5

    LAPORAN HARIAN

    1. Pelaksana Lapangan setiap hari akan membuat laporan harian mengenai segala hal

    yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik teknis

    maupun administratif.

    2. Dalam pembuatan laporan tersebut pihak pemborong harus memberikan data-data

    yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.

    3. Laporan tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan

    sebagai bahan monitoring.

    Pasal 6

    KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN

    1. Dilapangan pekerjaan Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa

    disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan

    mendapat kuasa penuh dari Kontraktor.

    2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab

    sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

    3. Kontraktor wajib memberi tahu kepada Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,

    nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.

    4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,

    Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan

    diberitahu kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.

    5. Dalam waktu 7(tujuh) hari kalender setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor

    harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (Penanggung jawab/

    Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 5

    Pasal 7

    TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR

    1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak,

    Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor

    telepon di lokasi kepada Tim pengelola Teknis setempat dan Konsultan Pengawas.

    2. Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel kerja (Workshop) dan

    peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.

    3. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan. Bila terjadi

    perubahan alamat Kontraktor, Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

    Pasal 8

    PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN

    1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik

    Proyek, Pengawas Lapangan dan milik Pihak Ketiga yang ada dilapangan.

    2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Pengawas Lapangan/

    Konsultan Perencana, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung

    jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

    3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggungjawab atas akibatnya, baik yang

    berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor diwajibkan

    menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan di

    tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Pengawas.

    Pasal 9

    JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

    1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut Syarat-syarat Pertolongan

    Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di

    lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan

    pekerja dilapangan.

    2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat

    kesehatan bagi semua Petugas dan Pekerja yang ada dibawah kekuasaan Kontraktor.

    3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC yang layak dan bersih

    bagi semua Petugas dan pekerja.

    4. Tidak diperkenankan membuat penginapan didalam lapangan pekerjaan untuk Pekerja,

    kecuali untuk Penjaga Keamanan.

    5. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib

    diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

    Pasal 10

    ALAT-ALAT PELAKSANAAN

    Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum

    pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :

    a. Beton Molen yang jumlahnya minimal 2 Buah dalam kondisi yang baik.

    b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh Pengawas Lapangan.

    c. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.

    d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk sistem pengeringan, jika diperlukan.

    e. Penggetar beton (vibrator).

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 6

    f. Scafolding

    g. Mesin Pemadat.

    h. Alat-alat besar sesuai dengan besaran (magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.

    l. Mesin Pemotong Besi dan Keramik

    k. dan lain-lain disesuaikan dengan lingkup pekerjaannya.

    Pasal 11

    S I T U A S I

    11.1 Hal mana pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya

    pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para calon Pemborong wajib meneliti situasi

    medan terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain

    yang berpengaruh terhadap harga penawaran.

    11.2 Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk klaim

    dikemudian hari.

    11.3 Dalam rapat penjelasan akan ditunjukan dimana pembangunan akan dilaksanakan.

    Pasal 12

    PEKERJAAN PERSIAPAN TAPAK

    Pekerjaan Persiapan Tapak meliputi :

    12.1 Pembuatan jalan masuk sementara untuk lalu-lintas orang dan bahan.

    Peletakan jalan masuk sementara, diatur sedemikian rupa sehingga tidak

    mengganggu lalu lintas kerja.

    12.2 Pembuatan saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar areal pekerjaan

    selalu dalam keadaan kering.

    12.3 Pengadaan air untuk keperluan pekerja dan pekerjaan, kualitas air harus baik dan

    memenuhi persyaratan kerekatan.

    Pengadaan listrik kerja dan pembuatan tempat pembuangan air kotor sementara.

    Pasal 13

    PEKERJAAN PERSIAPAN BANGUNAN

    1. Lingkup Pekerjaan.

    a. Pekerjaan pagar konstruksi/pengaman.

    b. Pekerjaan pembuatan bangsal kerja

    c. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.

    d. Pekerjaan penyediaan alat pemadam kebakaran.

    e. Pekerjaan Drainage tapak sementara.

    f. Pekerjaan jalan masuk dan jalan konstruksi sementara.

    g. Pekerjaan pembongkaran, pengamanan dan pembersihan sebelum pelaksanaan.

    h. Pekerjaan pemasangan patok ukur dan papan bangunan (bouwplank)

    i. Perijinan dan lain lain.

    2. Pekerjaan Pagar Konstruksi/Pengaman.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 7

    a. Kontraktor harus membuat pagar konstruksi/pengaman pada batas sekeliling tapak

    pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan, serta untuk pengaman

    terhadap barang-barang milik Proyek, Konsultan Pengawas maupun Pihak Ketiga.

    b. Pagar konstruksi/pengaman dibuat dari bahan kayu atau bahan lain.

    3. Pekerjaan Bangsal Kerja / Direkskeet.

    a.Kontraktor harus membuat bangsal kerja dan gudang material/bahan diatas tapak

    pekerjaan.

    Bangsal Kerja terdiri dari :

    - Bangsal Konsultan Pengawas

    - Bangsal Kontraktor

    - Los - los kerja untuk Pekerja.

    b. Luas Bangsal/Direkskeet adalah 12 m2 (dua belas) meter persegi dengan spesifikasi :

    - Lantai plesteran 1 PC : 5 pasir

    - Rangka bangunan : kayu kelas II

    - Dinding : panel tripleks/multipleks tebal 4 mm, dengan rangka kayu kelas II

    - Atap : Asbes semen gelombang, seng gelombang, dengan rangka kayu kelas II

    - Jendela : kayu kelas II, dengan jumlah secukupnya

    - Pintu : kayu kelas II, jumlah secukupnya dan dapat dikunci dengan baik.

    - Dilengkapi dengan sebuah kamar mandi/WC dan tempat cuci tangan dengan

    persediaan air yang cukup

    c. Perlengkapan Bangsal Konsultan Pengawas :

    - Meja tulis + kursi

    - Papan tulis ukuran 90 x 180 cm (White Board)

    - Alat-alat tulis (spidol,tipp ex) dan mesin tik

    - Papan untuk menempelkan gambar

    - Meja besar / meja rapat ukuran 100 x 200 cm

    - Kursi untuk perlengkapan meja besar kapasitas minimal 8 Orang

    - Peti untuk contoh bahan.

    - 1 (satu) buah almari yang dapat dikunci

    - 6(enam) buah Helm Proyek Untuk Direksi

    - 6 (enam) buah Sepatu Boot untuk Direksi

    d. Kontraktor harus pula membuat Bangsal Los kerja (workshop) untuk para pekerja dan

    gudang penyimpan bahan/material yang dapat dikunci.

    e. Lokasi tempat bangsal kerja, khususnya gudang penyimpanan bahan/material harus

    sedemikian rupa sehinggga :

    - Mudah dicapai oleh truk pengangkut bahan/material dari luar tapak.

    - Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan

    Lokasi tempat Bangsal kerja dan gudang penyimpanan bahan/material akan

    ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

    4. Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja

    a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di

    tapak atau didatangkan dari luar tapak dan disediakan pula tempat penampungannya.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 8

    Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang

    merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan

    Pengawas.

    b. Kontraktor harus membuat tempat penampungan air yang senantiasa terisi penuh

    untuk sarana kerja dengan kapasitas minimal 3,5 m3, dibuat dari pasangan bata

    merah setengah bata dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester, atau dari drum-drum.

    c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan

    sementara PLN setempat selama masa pembangunan berlangsung dan

    pemasangan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk

    penggunaaan sementara atas persetujuan Konsultan Pengawas.

    5. Pekerjaan Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran

    Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan tabung alat pemadam

    kebakaran (fire Extinguiser) lengkap dengan isinya sehingga siap digunakan, minimal 1

    buah kapsitas 5 kg.

    6. Pekerjaan Drainase Tapak Sementara

    a. Dipersyaratkan tidak boleh ada genangan air didalam tapak selama pekerjaan

    berlangsung. Untuk itu Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi

    untuk pembuangan air dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kontur tanah

    yang ada di tapak.

    b. Disarankan sebaiknya saluran drainase tapak sementara sesuai dengan rencana tapak

    dalam gambar kerja dokumen dan petunjuk Konsultan Pengawas.

    7. Pekerjaan Jalan Masuk dan Jalan Konstruksi/Sementara

    a. Jalan masuk dan jalan konstruksi/sementara harus diadakan oleh Kontraktor menurut

    petunjuk pada Gambar Kerja Dokumen atau petunjuk dan persetujuan Konsultan

    Pengawas.

    b. Disarankan sebaiknya posisi, letak dan jalur masuk dan jalan konstruksi/sementara

    sesuai dengan rencara jalan jalan aspal dalam Gambar Kerja Dokumen.

    c. Sewa jalan masuk, mengingat lahan yang berkontur cukup besar, maka perlu ada jalan

    masuk lagi untuk memudahkan mobilisasi barang, tempatnya akan ditunjukkan

    langsung oleh Konsultan Pengawas.

    8. Pekerjaan Pembongkaran, Pembersihan dan Pengamanan sebelum Pelaksanaan

    Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah

    permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di

    dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di

    tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai ketentuan Pasal-pasal yang lain dari

    Spesifikasi ini.

    Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan

    harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.

    a) Syarat-syarat Pelaksanaan

    1) Umum

    Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan

    menentukan seluruh pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 9

    harus tetap berada di tempatnya. Kontraktor harus menjaga semua jenis benda

    yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya.

    2) Pembersihan, Pembongkaran dan Pembuangan Pohon-pohon

    Semua objek yang berada di atas muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu

    lapuk, tunggul, alar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-

    rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukkan berada di sana, harus

    dibersihkan dan/atau dibongkar, dan dibuang bila perlu.

    Pada daerah-daerah tertentu di bawah timbunan badan jalan, dimana lapisan

    tanah permukaan atau material tak terpakai harus dibuang atau harus

    dipadatkan, seluruh tunggul dan akar harus dibuang sampai habis dan bersih.

    Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang sampai habis dan

    bersih.

    Pembersihan dan pembongkaran terowongan, kanal dan selokan hanya

    ditentukan sampai kedalaman yang diperlukan oleh pekerjaan penggalian pada

    daerah-daerah tersebut.

    Lubang-lubang akibat pembongkaran akar harus diurug dengan material yang

    memadai dan dipadatkan kembali.

    3) Pengupasan Lapisan Tanah Permukaan (Topsoil Stripping)

    Pada daerah di bawah timbunan badan jalan atau pada tempat yang ditentukan

    Konsultan Pengawas. Kontraktor harus mengupas lapisan tanah permukaan

    dan membuangnya sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.

    Secara umum pembuangan tanah permukaan hanya mencakup lapisan tanah

    yang subur bagi tumbuhnya tumbuh-tumbuhan dan maksimal tebal 20 cm.

    Pembuangan lapisan tanah permukaan pada daerah-daerah yang telah

    ditentukan harus sampai pada kedalaman yang sesuai dengan petunjuk

    Konsultan Pengawas, dan lapisan atas tanah itu harus dipisahkan dari material

    hasil penggalian lainnya.

    Bila lapisan tanah permukaan tersebut akan dipergunakan untuk menutupi

    lereng timbunan atau daerah lainnya yang telah ditentukan Konsultan Pengawas

    atau sebagaimana ditunjukkan dalam gambar, pekerjaan pengupasan lapisan

    tanah tersebut dianggap mencakup juga penimbunannya bila perlu, dan

    pembuangannya serta penempatan dan penebarannya di daerah-daerah yang

    ditentukan Konsultan Pengawas. Setelah ditebarkan, lapisan atas tanah tersebut

    harus digaru untuk membentuk permukaan yang rata yang bersih dari gulma,

    akar, rerumputan dan batu-batu besar.

    4) Perlindungan Untuk Tempat Tertentu Yang Harus Tetap Dipertahankan

    Pada daerah-daerah yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, kontraktor

    bertanggung jawab untuk selalu melindungi dan memelihara semak-semak,

    pepohonan dan rerumputan yang ada pada daerah tersebut. Patok pengukuran,

    patok kilometer, instalasi pelayanan umum, dan benda lainnya yang ditunjuk

    Konsultan Pengawas untuk ditinggalkan harus dilindungi dari kerusakan yang

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 10

    dapat diakibatkan oleh operasi kontraktor. Bila pekerjaan telah selesai, daerah-

    daerah tersebut harus dikembalikan kepada Pemberi Tugas dengan keadaan

    yang sama seperti sebelumnya, dan setiap kerusakan akibat langsung atau

    tidak langsung dari pekerjaan kontraktor harus diperbaiki dengan biaya sendiri.

    b. Pembuangan Material Hasil Pembersihan

    Kontraktor berhak memanfaatkan kayu-kayu (bila ada ijin dari badan Pemerintah

    yang berwenang) untuk tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kontrak, dengan

    syarat kontraktor telah memenuhi ketentuan-ketentuan dari badan Pemerintah yang

    berwenang.

    Kayu-kayu lainnya, kecuali yang akan dipergunakan, dan semua semak-semak,

    tunggul, akar, batang kayu dan material tak terpakai lainnya hasil operasi

    pembersihan dan pembongkaran harus dibuang dilokasi yang sudah disediakan oleh

    kontraktor.

    Jalan dan daerah-daerah di sekitarnya harus dijaga kerapihannya. Tidak boleh

    terdapat puing-puing di atau di sekitar daerah milik jalan.

    c. Metode Pengukuran

    Pembersihan pembongkaran, pengupasan lapisan atas tanah dan pembuangan

    bekas-bekas pembongkaran dan perlindungan untuk daerah-daerah tertentu, akan

    dipandang sebagai pekerjaan pembersihan tempat kerja, dan akan dibayar

    berdasarkan ukuran meter persegi.

    Pekerjaan pembersihan tempat kerja dan pembuangan pohon-pohon pada daerah

    yang diperuntukan bagi daerah pembuangan, daerah material, daerah

    penambangan material timbunan, daerah jalan kerja dan semua daerah konstruksi

    sementara, tidak akan dibayar bila daerah-daerah tersebut berada diluar daerah

    yang telah ditetapkan untuk dibersihkan akan dibongkar, dan kontraktor diijinkan

    menentukan apakah memilih menggunakan daerah pembuangan ataupun

    penambangan material timbunan.

    9. Pekerjaan Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank)

    a. Patok Ukur

    1). Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 10 x 10 cm,

    tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul diatas

    muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil +0,00, sesuai dengan gambar

    kerja. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur

    sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

    2). Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai dengan patokan ketinggian atau

    peil permukaan yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.

    3). Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor pada tiap bagian pekerjaan

    atau bangunan adalah minimal 2(dua) buah dan lokasi penanamannya sesuai

    petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak

    mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

    4). Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan

    dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi

    dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 11

    b. Papan Bangunan (Bouwplank)

    1). Papan bangunan (Bouwplank) dibuat dari Kayu Borneo dengan ukuran tebal 2 cm

    dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

    Papan bangunan dipasang pada patok Kayu Borneo 5/7 cm yang jaraknya satu

    sama lain adalah 150 cm, tertancap kuat di tanah sehingga tidak dapat

    digerak-gerakkan atau diubah.

    2). Papan bangunan dipasang minimal sejarak 200 cm dari as pondasi terluar.

    3). Tinggi sisi atas bangunan harus sama satu dengan yang lain dan atau rata

    "waterpass", kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.

    4). Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan

    kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor harus

    menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini

    sampai tidak diperlukan lagi.

    10. Perijinan dan lain lain

    01. a. Ijin Bangunan (IMB)

    Ijin bangunan secara administrasi akan diurus oleh Pemberi Tugas, dalam

    pelaksanaannya ijin bangunan akan diurus oleh Kontraktor.

    Biaya pengurusan ijin Bangunan sudah termasuk dalam pekerjaan ini dan

    menjadi tanggung jawab Kontraktor

    b. Papan Reklame

    Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk

    apapun dalam lingkungan halaman tapak pekerjaan atau pada pagar

    halaman pekerjaan.

    c. Papan Nama Proyek.

    Kontraktor diwajibkan memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    02. Administrasi Lapangan dikerjakan tiap harinya

    03. setiap Kemajuan Pekerjaan harus didokumentasikan dari mulai kondisi

    eksisting sampai pekerjaan selesai 100%.

    Pasal 14

    PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

    14.1 Lingkup pekerjaan area gedung ini meliputi :

    a. Galian Tanah Pondasi Poer

    b. Galian Tanah Sloof

    c. Urugan Kembali

    d. Urugan Tanah Peninggian Bangunan

    e. Urugan Pasir Bawah pondasi Poer dan Sloof t.10 cm

    f. Urugan Pasir Bawah Plat Lantai Dasar t. 10 cm

    g. Cut and Fill untuk area Keermir

    h. dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 12

    14.2 Pekerjaan Galian

    a. Galian tanah harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah yang

    dianggap cukup menahan beban bangunan. Apabila diperlukan untuk

    mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan/ ditumbuk.

    b. Untuk Galian Tanah Bored Pile harus mencapai Lapisan tanah keras dari muka

    tanah asli dan secara detail dapat dilihat pada gambar kerja.

    c. Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali

    dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.

    d. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ke

    tempat yang direncanakan, atau tempat sementara yang disetujui Direksi.

    14.3 Pekerjaan Urugan / Timbunan dan Pemadatan

    a. Tanah yang dipergunakan untuk pengurugan harus dari tanah yang baik dan

    memenuhi syarat teknis, bebas dari akar, bahan-bahan organis, barang

    bekas/sampah dan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan direksi dan jika

    diizinkan dapat digunakan tanah bekas galian.

    b. Tanah bekas galian harus ditimbun sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu

    bouwplank dan lobang pondasi.

    c. Urugan tanah peninggian lantai, harus dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.

    Ukuran yang tercantum dalam gambar kerja adalah ukuran tanah urugan dalam

    keadaan padat.

    Untuk urugan tanah peninggian lantai dengan tinggi ukuran lebih dari 20 cm, maka

    pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dimana tebal setiap lapisan adalah 20

    cm (maksimal).

    Pemadatan tanah peninggian lantai, harus menggunakan Stamper dan

    dilaksanakan sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran dinding.

    d. Pemadatan subgrade fill khusus termasuk pasir kerikil dan batu harus seluruhnya

    dipadatkan hingga mencapai 90% kepadatan maximum. Ini meliputi semua daerah

    (bangunan dan bukan bangunan) untuk jalan pengerasan aspal dan di bawah

    bangunan-bangunan di dalam batas areal yang harus dilaksanakan.

    e. Urugan pada lereng harus dilakukan dengan membuat bertangga pada lereng

    tersebut untuk memberikan kaitan yang kokoh terhadap tanah urugan.

    f. Urugan pasir dilaksanakan pada bagian-bagian seperti ditunjukkan pada gambar.

    Lapisan pasir urug, harus dipadatkan dengan cara di timbris setelah terlebih dahulu

    disiram air secara merata, sehingga urugan pasir tersebut benar-benar padat.

    14.4 Pembentukan Muka Tanah ( finish grading )

    Muka tanah dimana bangunan akan berdiri di atasnya harus dibentuk dengan rata dan

    baik, sesuai dengan garis ketinggian atau kedalaman menurut gambar rencana.

    a. Alinemen Horisontal dan Vertikal

    Konsultan Pengawas harus memberitahu Kontraktor mengenai lokasi titik-titik

    potong garis tangent dan landai jalan (Points of interection of Tangents and grade

    lines). Gambar harus menunjukan data-data kurva horizontal dan vertical, dan

    angka superelevasi bila perlu. Kontraktor harus membuat gambar penampang

    melintang berdasarkan pada data-data tersebut dan melaksanakan pematokan

    (stake out) sebelum memulai pekerjaan. Bila menurut konsultan pengawas, perlu

    ada modifikasi garis ataupun ketinggian, baik sebelum maupun setelah stake out,

    konsultan pengawas harus memberikan instruksi terperinci kepada kontraktor, dan

    kontraktor harus merevisi stake-out untuk dimintakan lagi persetujuan Konsultan

    Pengawas. Ketentuan-ketentuan itu harus ditaati tanpa diadakan pembayaran

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 13

    tambahan dan segala pembayaran sudah tercakup didalam harga penawaran

    untuk mata pembayaran dalam kontrak ini.

    b. Kuantitas Pekerjaan

    Kuantitas pekerjaan dari berbagai galian dan timbunan yang harus diukur untuk

    pembayaran dalam kontrak, didasarkan pada garis-garis pada profil dan

    penampang melintang yang telah disetujui atau sebagaimana perintah Konsultan

    Pengawas. Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik tanah, Konsultan Pengawas

    dapat menentukan sudut kemiringan galian dan urugan, atau pembentukan

    bangku (bench) pada lereng saat pekerjaaan berlangsung.

    Penampang melintang merupakan dasar kalkulasi pekerjaan galian tetapi bila

    perlu disertai pengukuran di tempat kerja agar penentuan kuantitas pekerjaan

    untuk setiap mata pembayaran dilakukan dengan tepat. Batas galian dan urugan

    yang sebenarnya, harus diukur dan dicatat oleh kontraktor. Konsultan Pengawas

    harus memeriksa cacatan tersebut dan bila benar akan disetujui untuk dijadikan

    dasar pembayaran. Penggalian dan pengurugan yang melewati batas penampang

    melintang yang telah disetujui tidak dibayar.

    Material galian yang berlebih dari yang dibutuhkan pada Bab 5. Galian Struktur dan memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini, harus digunakan untuk daerah

    urugan, dan harus disimpan bila tidak diperlukan pada saat penggalian.

    Penggakian yang berlebihan harus diurug lagi sesuai petunjuk Konsultan

    Pengawas, dengan material lapis pondasi agregat (sub-base) atau material

    lainnya yang sesuai tanpa ada pembayaran tambahan.

    c. Metoda Pengukuran

    Kuantitas pekerjaan tanah yang akan dibayar adalah jumlah meter kubik material

    diukur dan dihitung dengan metoda luas rata-rata (average end-area method),

    kecuali bila kesalahan mencapai 5 persen sesuai dengan perbandingan dengan

    formula prismodail, maka konsultan pengawas akan mengijinkan metoda

    pengukuran lain yang lebih akurat. Tetapi kontraktor harus mengajukan ijin itu

    sebelum menyerahkan hasil pengukurannya untuk disetujui. Kuantitas pekerjaan

    yang diukur dengan average end-area method, bila sudah diajukan dan disetujui

    Konsultan Pengawas, tak dapat ditinjau lagi dengan tujuan untuk menerapkan

    metoda lain yang lebih akurat.

    d. Galian.

    Galian mencakup semua penggalian dalam batas daerah milik jalan kecuali galian

    struktur, pemindahan, pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan segala

    material galian, pembentukan bidang galian, dan penyempurnaan bidang galian

    yang terbuka (exposed), sesuai dengan Spesifikasi dan garis, ketinggian,

    kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang tercantum dalam gambar dan

    petunjuk Konsultan Pengawas.

    e. Penggunaan Material Galian

    Material yang memenuhi persyaratan dan berasal dari galian menurut Pasal ini

    harus dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan permanent menurut Rks ini atau

    material galian dianggap sebagai sampah (waste) bila Konsultan Pengawas

    menentukan demikian dan diperlakukan sesuai ketentuan dalam RKS ini.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 14

    f. Pembuangan Material yang tidak Memenuhi Persyaratan

    Bila diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, kontraktor harus

    membongkar material yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan

    dan harus membuangnya sesuai dengan ketentuan Pasal S4.06.

    Bila dari penggalian diperoleh material yang memenuhi syarat da yang tidak,

    kontraktor harus melaksanakan penggalian sedemikian rupa sehingga material

    yang memenuhi syarat digali secara terpisah tanpa dicampuri material lain, untuk

    digunakan dalam pekerjaan.

    Bila material yang tidak memenuhi syarat berada di bawah subgrade pada daerah

    galian atau di bawah pondasi timbunan diperintahkan oleh Konsultan Pengawas

    dibuang, maka tanah bekas galian tersebut harus dipadatkan, sampai kedalaman

    20 cm, sampai kepadatan 90% dari kepadatan kering maksimum manurut

    AASHITO T99. pembayaran untuk pekerjaan pemadatan itu tercakup dalam

    Harga Satuan untuk pekerjaan Galian Biasa.

    g. Urugan

    Pekerjaan ini meliputi timbunan badan jalan dan pengurugan kembali yang tidak

    diatur ketentuan lain, dengan penyediaan, penempatan, pemadatan dan

    pengolahan material dengan mutu yang dapat diterima, yang diperoleh dari

    sumber yang disetujui sesuai dengan spesifikasi dan sesuai dengan garis,

    ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang seperti tampak dalam

    gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

    h. Pelaksanaan Pekerjaan

    1) Pemadatan Fondasi Badan Jalan

    Kontraktor harus menggali tanah berumput, sampah, atau bahan tak terpakai

    lainnya sampai kedalaman yang diminta oleh konsultan pengawas. Pekerjaan

    ini harus dianggap termasuk dalam pekerjaan pembersihan tempat kerja.

    Sebelum memulai pekerjaan timbunan badan jalan, kontraktor harus terlebih

    dahulu mengurug kembali segala lubang di seluruh daerah yang sudah

    dibersihkan dan dikupas, dan daerah itu harus disesuaikan kerataannya

    dengan ketinggian setelah pengupasan tanah permukaan. Material urugan

    harus disetujui dulu oleh Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini tidak dibayar

    langsung, melainkan merupakan kewajiban tambahan kontraktor.

    Sebelum pelaksanaan timbunan, Konsultan Pengawas dapat memerintahkan

    pemadatan areal yang telah dibersihkan atau telah dikupas tanah

    permukaannya, sehingga kepadatannya memenuhi ketentuan dalam RKS ini.

    2) Penghamparan dan Pemadatan

    (i) Material untuk timbunan badan jalan sebagaimana diatur di atas, harus

    dihampar selapis demi selapis horizontal secara sama tebal dengan lebar

    sesuai dengan ketentuan dari konsultan pengawas dan sesuai dengan

    garis, kelandaian, penampang melintang dan ukuran yang tercantum

    pada gambar. Lapisan material gembur (sebelum dipadatkan) selain

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 15

    batuan, tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali bila alat pemadatannya

    mampu melakukan pemadatan sampai kedalaman lebih dari 20 cm

    dengan kepadatan yang seragam dan dapat diterima oleh konsultan

    pengawas. Setelah kadar airnya disesuaikan untuk tercapainya

    kepadatan maksimum, material itu harus dipadatkan sampai tingkat

    kepadatan yang telah ditentukan.

    (ii) Bila tumpukan material untuk timbunan dalam keadaan sedemikian rupa

    sehingga tidak bisa dipadatkan menurut ketentuan dari kontrak, maka

    kontraktor dengan biaya sendiri harus bertanggung jawab untuk:

    Memperbaiki dengan memindahkan material tersebut untuk diproses

    dampai berada dalam kondisi bisa digunakan, dan atau

    menggantinya dengan material lain yang sesuai, atau

    Memperbaiki kondisi material secara mekanis atau pun kimiawi, atau

    Menangguhkan pekerjaan sampai material tersebut kondisinya sesuai

    untuk dipadatkan sesuai ketentuan kontrak.

    (iii) Bila badan jalan terletak pada lereng bukit, atau urugan baru harus

    dipadatkan pada badan jalan lama, atau urugan harus dilakukan

    setengah lebar badan jalan, maka lereng bukit atau badan jalan lama atau

    urugan setengah meter yang pertama itu harus dipotong sedemikian rupa

    sehingga memudahkan penggunaan peralatan pemadatan pada waktu

    urugan baru diletakan brupa lapisan horizontal dan material hasil

    pemotongan tersebut dapat dicampurkan dan dipadatkan dengan urugan

    baru.

    Dalam pengukuran pekerjaan ini, tidak ada pembayaran untuk volume

    material yang dipotong dari lereng bukit atau dari bahan jalan lama atau

    dari separuh lebar yang urugan pertama, tetapi akan dihitung volume

    netto urugan pada lereng bukit, badan jalan lama atau urugan separuh

    lebar pertama.

    (iv) Untuk mencegah terganggunya pelaksanaan konstruksi badan jembatan

    (abutment), dinding samping (wing walts) dan gorong-gorong, kontraktor

    harus menghentikan pembuatan badan jalan dimuka struktur-struktur

    tersebut, sampai pekerjaan-pekerjaan struktur itu mendekati penyelesaian

    sehingga daerah-daerah di dekatnya bisa dikerjakan tanpa menggangu

    pekerjaan jembatan. Biaya penangguhan pekerjaan ini sudah harus

    termasuk ke dalam Harga Satuan untuk Galian Biasa dan Borrow Material.

    (v) Material untuk badan jalan pada keadaan yang tidak memungkinkan

    pemadatan dilakukan secara normal harus dihamparkan secara horizontal

    dengan ketebalan lapisan tidak melebihi 10 cm dan dipadatkan dengan mechanical hammers.

    (vi) Dalam melaksanakan timbunan badan jalan melewati atau di atas gorong-

    gorong dan jembatan bila memang dikehendaki dalam kontrak, kontraktor

    harus mengerjakan timbunan sama tingginya pada kedua sisi. Bila

    diperlukan pengurugan atau penimbunan dengan sisi yang satu lebih

    tinggi dari pada sisi yang lain, maka penambahan material untuk sisi yang

    lebih tinggi tidak boleh dilakukan sebelum ada ijin dari Konsultan

    Pengawas, dan sebelum struktur berusia 14 hari; dan hasil test

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 16

    laboratorium yang diawasi konsultan pengawas menunjukan bahwa

    struktur sudah cukup kuat menahan tekanan yang diakibatkan tanpa

    mengalami kerusakan atau tegangan di atas faktor aman.

    Bila material khusus untuk urugan di dekat struktur ditentukan dalam

    kontrak, pengurugan dapat dilakukan dengan lebar kurang dari lebar total

    timbunan badan itu dan dilakukan secara bertahap sehingga perbedaan

    tinggi areal yang berbatasan tidak lebih dari satu lapisan.

    Pada timbunan batu, material harus ditempatkan secara hati-hati pada

    jarak tertentu dan struktur sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini.

    Pekerjaan harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak terjadi desakan

    terhadap struktur, dan di semua lereng didaerah urugan harus dibentuk

    bench atau sengkedan untuk mencegah timbulnya desakan. Penimbunan

    dan pembentukan bench pada lereng harus bertahap lama sehingga

    terbentuk lapisan horizontal dari material padat dalam jarak sekurang-

    kurangnya sama dengan tinggi penopang (abutment) atau dinding yang

    diurugi, kecuali bila ada material yang dapat merusak daerah struktur itu.

    3) Percobaan Pemadatan

    Sebelum memulai pekerjaan timbunan, kontraktor harus mengadakan

    percobaan pemadatan sesuai dengan perintah Konsultan Pengawas. . lokasi

    untuk percobaan adalah tanah yang ditemui di sepanjang daerah milik jalan,

    dan peralatan pemadatan harus sama dengan yang akan dipakai dalam

    pekerjaan utama dan telah disetujui konsultan pengawas.

    Tujuan percobaan adalah untuk memastikan kadar air optimum dan

    mengetahui hubungan antara jumlah lintasan alat pemadatan dan kepadatan

    yang diperoleh dengan tanah sejenis itu. untuk pekerjaan ini, tak ada

    pembayaran khusus, dan dianggap sebagai kewajiban tambahan kontraktor

    sesuai dengan ketentuan Pasal lain dalam Spesifikasi.

    4) Kepadatan yang diisyaratkan

    Kepadatan yang disyaratkan untuk setiap lapisan timbunan adalah sebagai

    berikut :

    (i) Lapisan yang berada lebih dari 20 cm di bawah subgrade harus

    dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai

    ketentuan AASHITO T 99. untuk semua jenis tanah, kecuali material

    urugan batu, yang mengandung lebih dari 19,9 mm (3/4 inci), kepadatan

    kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi sesuai jumlah

    kandungan material oversize tersebut sebagaimana petunjuk Konsultan

    Pengawas. Penghamparan dan pemadatan lapisan berikutnya tidak boleh

    dilakukan sebelum lapisan sebelumnya dipadatkan secara sempurna dan

    disetujui oleh konsultan pengawas.

    (ii) Lapisan 20 cm atau kurang di bawah subgrade harus dipadatkan sampai

    100% kepadatankering maksimum yang ditentukan dengan AASHTO T

    99.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 17

    5) Kadar air

    Material timbunan yang tidak mengandung kadar air yang memadai harus

    ditambah kadar airnya dengan cara disiram atau diaduk. Material yang

    mengandung kadar air yang melebihi kadar air yang diperlukan untuk mencapai

    kepadatan maksimum, tidak boleh digunakan dalam timbunan, tanpa

    persetujuan Konsultan Pengawas, dan sebelum dikeringkan secara sempurna.

    Pengeringan material yang basah dapat dilakukan dengan cara dijemur atau

    dicampur material yang lebih kering atau cara lain yang disetujui.

    Pemadatan timbunan harus dikerjakan pada kadar air optimum. Dalam

    membentuk timbunan itu, kontraktor harus mencegah masuknya air hujan ke

    daerah pekerjaan, dan harus memperhitungkan ketinggian dan lebar timbunan

    dengan faktor susut atau muai.

    6) Urugan Batu

    Urugan batu tidak dapat dilaksanakan sebelum permintaan penggalian dan

    pengurugan telah disetujui Konsultan Pengawas. Untuk memperoleh

    permukaan ketinggian yang seragam, material penutup urugan batu harus

    disediakan oleh kontraktor setempat.

    Bila material tersebut tak dapat disediakan, sehingga diperlukan pemakaian

    borrow material, maka borrow material itu harus disediakan dan dihamparkan

    oleh kontraktor tanpa tambahan pembayaran.

    Urugan batu harus dihamparkan dengan tebal lapisan dalam keadaan tidak

    padat tidak lebih dari 60 cm dan dipadatkan sesuai dengan ketentuan. Bagian

    teratas urugan ini tidak boleh kurang dari 20 cm di bawah subgrade, dan celah-

    celah harus diurug dengan kerikil, butiran, atau material sejenis lainnya yang

    telah disetujui, dan dipadatkan secara merata sesuai dengan petunjuk

    Konsultan Pengawas.

    Suatu urugan akan dianggap sebagi urugan batuan bila tanah atau material

    halus lainnya jika dicampurkan merata diseluruh urugan tidak cukup memenuhi

    rongga sehingga partikel batuan dalam keadaan bersentuhan satu sama lain

    dan tidak dipisahkan oleh tanah atau material sejenis lainnya. Selain dari pada

    hal tersebut diatas, material urugan akan diperlakukan dan dianggap sebagai

    urugan tanah yang dihamparkan dan dipadatkan sesuai ketentuan Pasal

    S4.05.

    Bila batuan akan dicampurkan pada urugan atau menjadi bagian dari urugn

    yang sebagian besar terdiri dari material tanah yang mudah remuk, maka batu-

    batu itu harus dibatasi sampai ukuran maksimum tidak lebih dari 75% ketebalan

    lapisan. Agar permukaan urugan seragam dan rata, urugan batu harus ditutup

    dengan tanah secukupnya.

    7) Material campuran untuk urugan

    Bila timbunan akan menggunakan material campuran seperti pasir, kapur atau

    lempung atau material lain yang berlainan sifat, maka material tersebut harus

    diletakkan pada lapisan berselang-selang pada seluruh lebar timbunan dengan

    ketebalan yang ditentukan Konsultan Pengawas.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 18

    Bila kualitas material urugan bermacam-macam, kontraktor harus bekerja

    sedemikian rupa sehingga material yang menurut Konsultan Pengawas lebih

    baik harus diletakkan pada lapisan yang lebih atas. Batu cadas atau lempung

    harus dihancurkan dan gumpalan atau bongkahan-bongkahan tidak boleh

    terkumpul pada kaki timbunan.

    8) Perataan timbunan yang sudah ada

    Sebelum urugan ditempatkan dan diletakan pada badan jalan, timbunan badan

    jalan lama harus diratakan dengan digali, digaruk atau cara mekanis lainnya

    yang disetujui sampai ketinggian yang ditentukan Konsultan Pengawas. Tanah,

    aspal lama atau material lainnya hasil dari pekerjaan ini akan ditentukan oleh

    konsultan pengawas cocok atau tidaknya digunakan untuk timbunan. Bila bisa

    dipakai, material tersebut harus dipergunakan pada timbunan di dekatnya

    sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, dan ketentuan pada Pasal S4.03 Galian Biasa. Bila tidak bisa material itu harus dibuang sesuai ketentuan Pasal S4.06 Sampah (waste).

    Pasal 15

    PEKERJAAN PONDASI

    1. Lingkup Pekerjaan

    Semua pekerjaan pondasi seperti tercantum dalam gambar kerja diantaranya : a. Pondasi Tiang Pancang beton dan b. Pondasi pasangan batu kali

    2. Persyaratan Bahan a. Tiang pancang yang digunakan adalah produk pabrik yang telah memenuhi standard

    SII, tiang pancang yang dipakai berbentuk segi empat dengan ukuran 25 x 25 sesuai dengan gambar. Produk yang digunakan setaraf produk dari PT.Beton Elemenindo Perkasa, dengan spesifikasi sebagai berikut:

    Sistem pemancangan menggunakan sistem hidrolik Jack Piling System dimana tiang pancang ditancapkan dengan tenaga hidrolik, dengan demikian tidak

    menimbulkan kebisingan akibat pukulan ataupun getaran/ vibrasi.

    Adapun jenis tiang yang dipergunakan adalan dengan dimensi penampang 25x25 cm

    dengan panjang tiang 3 m dan 6 m tiap unitnya, untuk lebih jelasnya kami uraikan

    berikut ini :

    Ukuran Penampang : 25 x 25 cm

    Mutu Beton : K 450 Mutu Baja tulangan (Bj TD) : U 39 Ukuran dan jumlah tulangan : 4 d 16 mm

    Tulangan spiral : d 6 mm

    Luas Baja Tulangan : 8,043 cm2

    Luas Penampang Tiang Netto : 625 cm 2

    P axial yang dapat dipikul oleh Square :

    P = (148,5 x 625) + (2.262 x 8.043) = 11.105 Kg = 111 Ton

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 19

    P izin : 45 Ton

    Safety Factor : 2,47

    b. Batu kali Batu kali yang dipakai harus batu pecah dari jenis yangkeras, bersudut runcing dan

    tidak porous.

    3. Persyaratan Pelaksanaan

    a. Pelaksanaan Pemancangan

    a.1. Driving cap

    Selama pekerjaan pemancangan, kepala tiang harus dilindungi dengan suatu bantalan/driving cap.

    a.2. Alat Pancang

    Menggunakan sistem hidrolik Jack Piling System a.3. Pengikat

    Selama pekerjaan pemancangan, tiang pancang harus diikat demikian sehingga tiang tidak dapat bergerak pada arah horizontal.

    a.4. Penetrasi

    Tiang pancang harus dipancang sampai suatu kedalaman atau dipancang menurut penetrasi yang diminta dalam dokumen. Pencatatan yang teliti dari penetrasi pada tiap tiang pancang untuk mendapatkan data yang tidak diragukan.

    Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu kepada Direksi untuk disetujui Perencana, alat pancang yang akan dipakai lengkap dengan spesifikasinya untuk dapat disetujui.

    Untuk tiap tiang yang dipancang, maka grafik kalendering harus dibuat oleh Kontraktor dan disetujui Direksi dan seterusnya dievaluasi daya dukungnya. Pada keadaan pemancangan dihentikan sebelum penetrasi akhir tercapai, pencatatan penetrasi baru boleh diambil setelah mencapai paling sedikit 30 cm dari posisi tiang yang terhenti.

    a.5. Tiang pancang tambahan

    Suatu tiang pancang yang rusak pada saat pemancangan atau pengangkatan/pengangkutan, yang mengakibatkan kebutuhan struktur tiang tidak dapat dipertanggung jawabkan, harus dicabut dan diganti atau dipakai tiang pancang tambahan dengan persetujuan Direksi tanpa tambahan biaya.

    Tiang-tiang pancang tidak boleh menyimpang lebih dari 1,25 % kemiringan, &dan bertengger tidak lebih dari yang dibatasi oleh daftar berikut ini :

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Jumlah tiang toleransi toleransi satu toleransi kelompok perkelompok sendiri tiang terhadap tiang ( titik berat - ( cm ) tiang lain kenyataan terhadap (cm) beban ) ( cm ) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 7,5 - 7,5 2,3 7,5 11 5 4,5 7,5 11 4,5 6 7,5 11 4 7 7,5 12,5 2,5 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 20

    Paling lambat 5 hari setelah pemancangan selesai dengan sepengetahuan Direksi lapangan, Kontraktor mengirim data kemiringan dan letak akhir tiang pencang terhadap as bangunan.

    a.6. Perubahan poer

    Perubahan poer akibat penambahan tiang dan/atau toleransi jarak antara tiang yang tidak dipenuhi, maka biaya tambahan pekerjaan poer menjadi tanggung jawab Kontraktor.

    a.7. Penyambungan

    - Kontraktor harus menggunakan dolly baja dengan panjang maksimum 2 meter, apabila kalendering yang disyaratkan tidak tercapai pada saat seluruh panjang tiang masuk dalam tanah.

    - Apabila tiang pancang dengan kalendering yang disyaratkan tercapai pada

    kedalaman di bawah peil atau poer, semua biaya penyambungan tiang termasuk galian, menjadi beban Kontraktor. Penyambungan tiang dilakukan dengan sambungan overlap tulangan dengan panjang 40 kali diameter tulangan yang disambung.

    - Apabila panjang dolly telah masuk 1 meter ke dalam tanah, Kontraktor harus

    mengadakan pencatatan kalendering pada sisa panjang 30 cm berikutnya, dan apabila kalendering yang disyaratkan masih belum tercapai, pemancangan dihentikan dan harus melaporkan pada Direksi. Dalam hal ini semua biaya akibat perubahan tersebut, antara lain penambahan tiang pancang, penyambungan dan lain-lain alternatif pemecahan menjadi beban Kontraktor Pondasi.

    a.8. Data-data karakteristik dari alat-alat pancang yang akan cipakai berikut usul

    kalenderingnya harus diberikan kepada Perencana Konstruksi minimum 2 minggu sebelum start pemancangan dan harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.

    Data-data pemancangan dari semua tiang pancang harus diberikan paling

    lambat hari berikutnya sesudah hari pemancangan tiang yang bersangkutan, dan data-data ini harus disyahkan oleh Direksi Pengawas untuk diteruskan pada Perencana.

    a.9. Jika tiang pancang dicabut, karena kesalahan dalam pemancangan, jika tidak

    dipancang kembali, maka ruangan yang timbul harus diisi dengan batu-batu koral atau pasir tanpa biaya tambahan.

    a.10. Bagian atas dari semua tiang-tiang harus berada disebelah atas dari elevasi

    pemotongan (setelah pemancangan), dimana beton akan dipotong sampai permukaan yang tepat 7,5 cm diatas sisi bawah pile caps dengan besi-besi betonnya tetap diteruskan sepanjang 40 kali diameter.

    a.11. Bila ada batu-batu atau gangguan-gangguan lainnya yang menyulitkan

    pemancangan, Kontraktor harus mengusahakan berbagai cara dengan persetujuan Direksi Lapangan untuk mengatasinya tanpa tambahan biaya.

    a.12 Jika dibutuhkan tambahan dalam penyelidikan tanah untuk menambah

    data-data mengenai stratifikasi lampisan-lapisan tanah, maka biayanya ditanggung oleh Kontraktor.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 21

    a.13 Semua tiang harus dipancang secara kontinu tanpa berhenti sampai tiang mencapai lapisan yang diperlukan dengan kalendering sesuai dengan daya dukung tiang yang disyaratkan.

    a.14 Penghitungan volume tiang pancang adalah sesuai dengan panjang tiang

    pancang yang dikeluarkan oleh pabrik, yaitu 3 meter, dengan demikian pemakaian pancang dihitung berdasarkan kelipatan 3 meter.

    a.15. Besarnya volume pancang yang tertanam harus sesuai dengan hasil final set

    di lapangan, jika terjadi kelebihan atau kekurangan berdasarkan volume dalam penawaran, dapat dilakukan pekerjaan tambah/kurang.

    b. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Batu Kali

    1) Persyaratan pekerjaan galian pondasi harus memenuhi persyaratan galian pondasi seperti terurai dalam pasal pekerjaan tanah dalam buku RKS ini.

    Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi, dimensi atau seperti tercantum dalam gambar kerja dengan penampang lereng galian kanan dan kiri dimiringkan 10 derajat keluar pondasi.

    2) Galian harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan. 3) Untuk menjaga lereng lubang galian agar tidak longsor, maka apabila dianggap

    perlu oleh Pengawas Lapangan kontraktor harus memasang (casing) sementara. Biaya untuk pekerjaan ini sudah termasuk dalam penawaran dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.

    4) Dasar galian harus diurug dengan pasir urug setebal 5 -10 cm sesuai gambar, kemudian disiram air sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan / ditimbris.

    5) Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi terlebih dahulu harus dibuat profil-profil bentuk pondasi dari bambu atau kayu pada setiap ujung sesuai ukuran gambar dan disetujui oleh pengawas lapangan.

    6) Konstruksi pasangan pondasi batu kali - Lantai kerja pondasi adalah pasangan batu kosong (aanstamping) yang

    disusun berdiri tegak, teratur dan bersilangan, diurug pasir hingga merata dan mengisi lubang diselah-selah batu, kemudian disiram air dan ditimbris.

    - Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran 1 pc : 5 ps , terkecuali disyarakat pasangan kedap air / trassram dalam gambar kerja harus dipasang dengan adukan 1 pc : 3 ps.

    - Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada dari bagian pondasi yang berongga atau tidak padat, khusus pada bagian tengahnya. Pemasangan batu kali/belah disusun bersilang dan bagian nat/lubang kecil diisi batu pecahan/kricak.

    - Setiap jarak 75 cm atau seperti gambar harus ditanam stek tulangan beton diameter 10 mm sedalam + 30 - 40 cm untuk pengait sloof dan pasangan dinding bata, ukuran panjang stek tulangan adalah 100 cm atau sesuai gambar.

    - Dalam proses pengeringan, pondasi harus selalu dibasahi atau disiram air. Selama pondasi belum mencapai bentuk profilnya, lubang galian tidak boleh diurug.

    - Pada setiap perletakan kolom beton, kolom praktis pada pondasi harus pula ditanam stek tulangan kolom sedalam minimal 40 D, dengan diameter dan jumlah tulangan yang sama dengan tulangan pokok .

    - Untuk pekerajaan Kirmir terdapat pasangan sulingan dari pipa pvc 1, penempatan sesuai dengan gambar kerja.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 22

    Pasal 16

    PEKERJAAN BETON BERTULANG DAN TIDAK BERTULANG

    16.1 Lingkup Pekerjaan meliputi :

    a. Pekerjaan Beton Bertulang terdiri dari :

    Pondasi Tiang Pancang, Poer Plat, Sloof, Kolom Struktur, Kolom Praktis, Sirip

    Beton, Plat Lantai Beton, Balok, Struktur Tangga dan Pondasi, Balok Struktur, Plat

    Atap Dak, Ring Balok, dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.

    b. Pekerjaan Beton tidak bertulang terdiri dari :

    Lantai kerja, Rabat, dan segala sesuatu yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini

    sesuai gambar.

    16.2 Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan ketentuan yang tercantum pada :

    a. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SKSNI T-15-1991-03

    b. PUBB NI-3 tahun 1970, NI-8 tahun 1964

    c. PBI NI-2 tahun 1971 terutama mengenai :

    1. Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton ( PBI 1971 NI-2, Bagian

    II Bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9)

    2. Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan beton (PBI 1971 NI-2, Bagian II Bab 4-

    5-6 seluruh pasal).

    3. Syarat-syarat pekerjaan tulangan (PBI 1971 NI-2, Bagian IV Bab 8 seluruh

    pasal).

    16.3 Persyaratan Beton :

    Penjelasan Mutu Beton

    a. Untuk beton bertulang yang bersifat struktur mutu beton yang digunakan K-250

    dimana beton harus mempunyai kekuatan tekan dan kareakteristik sebesar 250

    kg/cm2 (minimal). Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang disyaratkan, maka

    Pemborong harus membuat MIX DESIGN di Laboratorium Beton milik Pemerintah

    atau yang ditunjuk oleh Direksi, untuk mendapatkan komposisi campuran dari

    bahan-bahan yang digunakan

    Termasuk Mutu Beton K-250 dimana beton harus mempunyai kekuatan tekan dan

    kareakteristik sebesar 250 kg/cm2 (minimal) dan Mutu Beton K-400 dimana beton

    harus mempunyai kekuatan tekan dan kareakteristik sebesar 400 kg/cm2

    (minimal)

    b. Untuk beton bertulang yang bersifat praktis, seperti kolom praktis, balok lintel dll,

    campuran beton yang digunakan adalah K-175 atau campuran 1PC : 2 PS : 3

    KR.

    c. Untuk beton tidak bertulang, adukan dibuat dengan campuran : 1PC : 3PS : 5KR,

    seperti untuk lantai kerja dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.

    16.4 Persyaratan Bahan

    a. Semen Portland / PC

    Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen

    Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No. 12 tahun 1965 Semen

    harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta dalam kantong asli

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 23

    dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri seperti, Tiga Roda, atau

    yang setaraf dipersyaratkan satu merek PC yang disetujui Konsultan Pengawas

    untuk seluruh pekerjaan. Semen harus disimpan dalam gudangyang kedap air,

    cukup ventilasi di atas lantai setingi 30 cm dari atas tanah. Penyimpanan harus

    berurutan dan terpisah menurut menurut pengiriman. Kantong-kantong semen

    tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.

    b. Pasir

    1). Semua pasir yang akan dipakai harus pasir alam tidak di perkenankan memakai

    pasir laut.

    2). Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan substansi lain yanjg

    merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5 %.

    3). Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai

    bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh seberat 15 kg dari

    pasir alam yang diusulkan untuk dipakai sedikitnya 14 (empat belas) hari

    sebelum diperlukan.

    4). Timbunan pasir alam harus dibersihkan semua dari tumbuh-tumbuhan, kotoran

    dan bahan-bahan lain yang tidak dapat dipakai harus disingkirkan. Bahan harus

    diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk mengahasilkan

    c. Agregat (Kerikil atau Batu Pecah)

    Agregat dapat dipakai agragat alami ata buatan memenuhipersyaratan PBI 1971

    (NI-2) pasaln 3.3, 3.4, dan 3.5 Agragat tidak boleh mengandung bahan yang dapat

    merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus

    mengajukan contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dahulu.

    d. Air

    Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesui/mortar dan speci injeksi harus

    dari aiar yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air

    tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal3.6.

    e. Baja tulangan

    1). Baja tulangan yang dipakai adalah mutu baja U-32 (Ulir) untuk baja diameter

    lebih besar dan sama dengan 16mm serta mutu baja U-24 untuk baja diameter

    lebih kecil atau sama dengan 12mm, sesuai dengan PBI 1971. JIS SR 24 British

    Standard No. 785. 1938 atau ASTM Designation A-15.

    2). Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai dengan gambar kerja, penggantian

    dengan diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari direksi. Segala biaya

    yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap gambar sejauh Gambar

    Kerja adalah Kontraktor.

    3). Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab

    disesuaikan diameter serta asal pembelian.

    4). Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran dan

    lemak serta sejauh mungkin terhadap karat.

    f. Bahan campuran (additives)

    1). Pemakaian bahan tambahan kimiawi (Konkret admixtures additives) kecuali yang

    disebut tegas dalam Gambar Kerja (RKS) harus seijin tertulis dari Konsultan

    Pengawas.

    2). bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set) tidak boleh

    dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air dalam tanah hidrostatik pressure tidak

    boleh bahan kedap air yang mengandung bahan stearate. bahan campuran

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 24

    tambahan beton harus sesua dengan iklim tropis AS 1978 & ASTM C 494 Type B

    & D sekaligus sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.

    3). Semua admixture yang akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan

    benda uji/contoh-contoh yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan

    Pengawas.

    4). Untuk penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai

    bahan perekat CALBOND sebelum dicor dengan beton baru serta permukaannya

    harus dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 M2 adalah 0,3 liter CALBOND

    dicampur dengan larutan semen/PC sekitar 25 %nya dengan cara ditaburkan.

    g. Bekisting

    1). Bekisting dibuat dari panel multiplex 12 mm atau papan borneo tebal minimal 2 cm

    dengan rangka penguat penyokong dan penyangga dibuat dari kayu borneo 5/7,

    5/10 secukupnya, sehingga mampu mendapatkan kekakuan dan kekuatan

    mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton. Untuk kolom struktur dipakai

    papan borneo tebal 3/20.

    2). Steger cetakan/bekisting dipakai kayu borneo dengan ukuran minimum 5/10 cm

    atau pipa besi (scaffolding). Tidak diperkenankan mempergunakan bambu.

    3). Khusus cetakan bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih

    kaku, permukaan panel lurus, halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan

    halus.

    16.5 Persyaratan teknis

    a. Komposisi campuran beton

    1). Beton dibentuk dari semen portland/PC, pasir, kerikil, batu pecah, air seperti yang

    ditentukan ; semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah

    sebaik-baiknya sehingga sampai didapat kekentalan yang tepat.

    2). Untuk mengetahui karakteristik dari beton tersebut, harus memenuhi syarat mutu

    beton menurut PBI 1971, disertai sertifikat hasil pengujian laboratorium pengujian

    beton dilaksanakan 4 (empat) kali tahapan.

    3). Ukuran maksimum dari agragat kasar dalam beton tidak boleh melampaui ukuran

    yand ditetapkan dalam persyaratan bahan beton dan harus memperhitungkan celah

    lubang anatar tulang agar tidak terjadi rongga-rongga beton.

    4). Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai

    pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama

    berjalannya pekerjaan demikian juga pemeriksaan terhadap agrqgat dan beton

    yang dihasilkan. Pebandingan campuran dan faktor air semen yan tepat akan

    ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kekedapan,

    keawetan, dan kekuatan yang dikehendaki. Faktor air semen dari beton tidak

    terhitung air yang dihisap oleh agregat dan tidak boleh melebihi 0,55 (dari

    beratnya). Pengujian beton akan dilakukan oleh Kontraktor dan perbandingan-

    perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan-tujuan seperti di atas

    dan Kontraktor tidak berhak claim atas perubahan-perubahan yang demikian.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 25

    b. Pengujian dari Konsistensi Beton dan benda-benda uji Beton

    1). Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keprluan untuk

    menjamin beton dengan Konsistensi yangn baik dan untuk penyesuaian variasi

    kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam

    mesin pengaduk (mixer). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat

    hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang

    tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan

    sengat perlu. Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump) tidak boleh kurang

    dari 8 cm dan tidak melampaui 12 cm untuk segala beton yang dipergunakan.

    2). Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan melaui pengujian biasa dengan silinder

    berukuran 15 x 30 cm atau kubus 15 x 15 x 15 cm atau kubus 20 x 20 x 20 cm

    dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI 1971. Pengujian slump disesuaikan dengan

    NI-2 PBI 1971 dan Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk

    mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang erpresetatif, frekuensi akan

    ditetapkan oleh Pengawas Lapangan (Pengawas Lapangan).

    c. Benda uji

    Selama pengecoran beton harus terdapat benda-benda uji sebagai berikut :

    - Minimum 1 benda uji setiap hari

    - Minimum 20 benda uji pada akhir pelaksanaan

    - Setiap pengecoran 5 m3 dibuat 1 benda uji

    - Yang terbesar menentukan

    d. Persyaratan pelaksanaan

    1). Rencana Cetakan

    - Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan

    pada Gambar Kerja. bahan yang akan dipakai untuk rencana cetakan harus

    mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas sebelum pembuatan cetakan

    dimulai.

    - Panel cetakan hanya boleh dipergunakan 2 (dua) kali bolak-balik, atau

    setiap permukaan hanya 1 (satu) kali.

    - Semua cetakan harus kokoh

    Konstruksi untuk cetakan harus diperkuat dengan kaso secukupnya sehingga

    menghasilkan beton yang lurus rata. Dipersyaratkan untuk beton tampak

    (Exposed) adalah semi exposed aratinya setelah cetakan dibongkar memberikan

    bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.

    - Sebelum beton dicor permukaan panel cetakan diminyaki secara

    merata untuk cegah lekatnya beton pada cetakan.

    - Celah - celah antara papan atau panel cetakan harus rapat sehingga

    pada waktu pengecoran tidak ada air adukan yangkeluar.

    2). Baja Tulangan

    a). Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih,

    karat minyak gemuk dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi

    daya lekat dalam beton. Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan

    ukuran yang tertera pada gambar.

    b). Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesua dengan Gambar Kerja.

    Agar tulangan tetap tepat di tempatya maka tulangan harus diikat kuat dengan

    dengan kawat beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak/beton

    decking atau kursi- kursibesi/cakar ayam, perenggang, specer atau logam

    gantung (metal hanger) sesuai dengan kebutuhan. Dalam segala hal untuk

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 26

    baja tulangan yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat sehingga

    tidak akan ada batang yang turun.

    c). Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung

    dinding atau dasar cetakan serta harus mempunyai jarak tetap

    untuk setiap bagian - bagian konstruksi tertentu seperti : kolom dan balok

    2,5 cm, plat beton 1,5 cm.

    d). Penyambungan Jika diperlukan untuk menyambung tulangan Overlap

    pada sambungan untuk tulang - tulangan dinding tegak (vertikal) dan

    kolom sedikitnya harus 40 (empat puluh) diameter batang.

    3). Pengadukan, pengangkutan, pengecatan, pemadatan dan perawatan beton harus

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI 1971 pasal 6.1. sampai

    dengan pasal 6.6.

    4). Mengaduk

    Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam Mesin Pengaduk Beton yaitu Bath Mixer atau Portabel Continues Mixer, dalam hal ini hars dujaga adukan plastis merata danntidak boleh ada bagian air yang tidak terikat oleh

    bahan beton. Truk Pengaduk (Truck Mixer) diatur sedemikian rupa, sehingga beton

    dari adukan ke adukan mempunyai konsistensi dan mutu yang sama. Pengaduk

    yang sewaktu-waktu memproduksi dengan hasil yang tidak memuaskan harus

    diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralisir (Batching Mixing Plant) harus diatur,

    sehingga pekerjaan mengaduk dapat dapat diawasi dengan mudah dari station

    operator. Tiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur

    waktu dan jumlah adukan.

    Disarankan memakai adukan beton siap pakai Beton Ready Mix agar kualitas beton lebih konsisten dan lebih cepat dalam pelaksanaannya.

    5). Suhu

    Suhu beton waktu di Cor/dituang tidak boleh lebih dari 32 derajat dan biula suhu dari

    beton yang ditaruh berada anatara 27 sampai 32 derajat celciuis, beton harus

    diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian di Cor.

    6). Pengangkutan Beton

    Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus

    sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan

    dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan nilai

    slump.

    7). Pengecoran

    - Beton tidak boleh di cor sebelum semua pekerjaan cetakan bekisting selesai,

    Ukuran dan letak baja tulangan baja tulangan beton sesuai dengan Gambar

    Pelaksanaan pemasangan instalasi - instalasi yang harus ditanam, besi

    penggantung plafond sesuai pola kerangka langit -langit, besi penggantung,

    cable tray dan stek-stek penyokong dan pengikatan serta lain-lain telah selesai

    dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan - permukaan yang

    berhubungan telah disetujui Pengawas Lapangan.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 27

    - Sebelum pengecoran beton semua permukaan pada tempat

    pengecoran beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan

    dan barang lepas. Permukaan bekisting dari bahan - bahan yang

    menyerap pada tempat-tempat yang akan di cor harus dibasahi dengan

    merata sehingga kelembaban air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.

    - Pada pengecoran, beton baru ke permukaan beton yang telah di cor

    terlebih dahulu permukaan beton lama tersebut harus bersih,

    dilembabkan dan dikasarkan. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai

    perekat beton yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.

    - Perlu diperhatikan letak jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang

    akan masih berlanjut terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.

    - Koordinasi dengan pekerjaan elektrikal, sanitasi dan mekanikal harus dilakukan

    sebelum pengecoran dimulai. Terutama yang menyangkut pipa-pipa sparing

    yang menembus/tertanam dalam beton untuk keprluan setiap disiplin kerja.

    - Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas serta Kontraktor ada di

    tempat kerja dan persiapan betul-betul memadai.

    - Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar

    pengangkutannya ke posisi terakhir harus sependek mungkin, sehingga tidak

    terjadi pemisahan antar kerikil dan spesi pada waktu pengecoran.

    - Pengecoran beton untuk bagian yang vertikal seperti kolom, harus

    menggunakan tremie dengan tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 2 (dua) m.

    Pengecoran beton untuk bagian horizontal seperti : plat, balok, parapet harus

    dicor lapis demi lapis horizontal menyeluruh dengan ketebalan perlapis < 50

    cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut

    apabila pengecoran dengan tebal lapisaan 50 cm tidak dapat memenuhi

    spesifikasi.

    - Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama

    sehingga sedemikian rupa sehinggga speci/mortal terpisah dari

    agregat kasar. Suatu pengecoran yang sudah dimulai pada suatu

    bagian tidak boleh terputus sebelum bagian itu selesai.

    - Setiap lapisan beton harus dipadatkan sepadat mungkin sehingga ia bebas

    dari kantong - kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan

    dari cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan

    dari beton kepala alat penggetar (Vibrator) harus dapat menembus

    dan menggetarkan beton pada bagian atas dari lapisan yang

    terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan

    terpisahnya bahan beton dengan airnya.

    - Untuk pengecoran kolom, plat lantai ataupun balok, agar dalam

    pelaksanaannnya lebih efektif diwajibkan menggunakan tremie yang

    disediakan oleh Pengusaha beton ready mix.

    8. Waktu dan Cara-cara Pembukaaan Cetakan

    Waktu dan cara-cara pembukaan dan pemindahan cetakan, harus dilakukan

    dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton baru dapat

    diijinkan dibebani setelah berumur 28 (dua puluh delapan) hari, kecuali beton yang

    menggunakan bahan additives. Permukaan beton harus diperiksa dengan

    teliti, permukaan yang tidak rata, berongga dan tidak rata/rapi harus segera

    diperbaiki sampai disetujui oleh Pengawas Lapangan.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 28

    9. Perawatan (Curing)

    Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan dibawah ini.

    Beton yang dirawat (cured) dengan air harus tetap basah paling sedikit 14 (empat

    belas) hari secara terus menerus sesudah beton cukup keras, untuk mencegah

    kerusakan dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau dengan

    pipa berlubang. Pengawas Lapangan berhak menentukan cara/sistem perawatan

    yang harus dilaksanakan pada tiap bagian pekerjaan beton.

    10. Perlindungan (Protection)

    Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan

    sebelum dapat diterima oleh Pengawas Lapangan. Permukaan beton yang

    terbuka harus dilindungi dari sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 (tiga)

    hari sesudah pengecoran. Perlindungan seperti itu harus dibuat efektif

    secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.

    11. Perbaikan permukaan beton

    - Jika hasil pembukaan cetakan terdapat beton yang tidak tercetak

    dengan baik menurut gambar atau diluar garis permukaan atau

    ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan

    spesifikasi dan harus dibuang/dibongkar dan diperbaiki atas biaya

    pemborong. Apabila kerusakan tersebut dapat diperbaiki atas izin

    Pengawas Lapangan dengan cara ditambal pada tempat yang rusak, maka

    teknik penambalan harus dilaksanakan sebagai berikut.

    - Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang

    terdiri dari ; sarang kerikil, kerusakan - kerusakan karena cetakan,

    lubang - lubang baut, ketidakrataan dan bengkok kecil, maka

    dilaksanakan dengan pemahatan kemudian digosok dengan gurinda.

    Lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran tajam dan dicor sedemikian

    rupa sehingga pengisian akan terkunci rapat ditempatnya. Semua lubang

    harus terus menerus dibasahi selama 24 (dua puluh emapat) jam

    sebelum dicor.

    12. Pipa sparing listrik

    Pipa sparing untuk listrik digunakan dengan pipa PVC sekwalitas AW dengan alur

    sesuai gambar kerja yang dilengkapi dengan doos dan kawat penarik kabel

    didalam sparing pipa. Untuk posisi pipa sparing ini, kontraktor harus

    memperhatikan dan meneliti gambar kerja elektrikal.

    13. Beton tumbuk

    Semua beton tumbuk untuk rabat atau lantai harus mempunyai kemiringan agar

    air tidak menggenang pada permukaan tanpa ada cekungan.

    14. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)

    - Semua gambar detail pelaksanaan (shop drawing) harus memenuhi

    persyaratan seperti yang terurai dalam RKS ini.

    - Pembuatan cetakan beton (bekisting) yang menyangkut detail prinsif harus di

    buat Shop Drawing untuk dimintakan persetujuan tertulis dari Pengawas

    Lapangan.

    15. Pipa-pipa instalasi

    - Semua pipa-pipa (air hujan, elektrikal, gas dan lain-lain) serta bagian-bagian

    yang tertanam didalam atau bersinggungan dengan beton harus dibuat dari

    bahan yang tidak merusak beton.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 29

    - Pipa-pipa yang ditanam didalam plat, balok beton dan kolom tidak boleh

    mempunyai diameter lebih dari 1/3 tebal plat atau balok tempat pipa tersebut

    tertanam, dan jarak dari pusat ke pusat pipa tidak boleh lebih kecil dari 3 kali

    diameter pipa.

    - Semua pipa serta serta bagian - bagian yang menembus lantai, balok dan

    kolom harus mempunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi kekuatan

    konstruksi (harus dipilih tempat momen = 0) atau sesuai petunjuk Pengawas

    Lapangan.

    PASAL 17

    BETON KEDAP AIR / WATERPROFING

    17.1 Lingkup Pekerjaan

    Pekerjaan beton kedap air dan lapisan waterprofing dilaksanakan pada plat beton area

    basah.

    Persyaratan bahan

    Cairan kedap air dari full acrylic berbasis air, tidak berbau dan tidak menggunakan

    cairan berbahaya atau mudah terbakar, menghasilkan satu membrane tanpa

    sambungan, daya rentang yang tingggi didukung fiberglass, mempunyai kemampuan

    menahan atau menutup keretakan, mempunyai Elastisitas yang tinggi.

    Jenis bahan yang dipakai setaraf Master Guard Exposed sistem Chopped Strand

    Fiberglass Matt. 220 grm/m2.

    Produk Spesifikasi :

    > Primer : Cairan mastergurad campur air 25% sampai 35%

    mecakup 150 grm/m2

    > Bodycoat : Cairan mastergurad gunakan langsung / campur air 15%

    mencakup 450 grm/m2

    > Finish / Top Coat : Cairan mastergurad gunakan langsung / campur air 15%

    mencakup 450 grm/m2

    > Fiberglass 220g/m2 : Aplikasikan untuk dapat dilalui oleh pejalan kaki

    > Fiberglass 300g/m2 : Aplikasikan untuk dek parkir kendaraan

    > Completed System : DFT = 700 800 mircons > Coverage : 2.4 kg/m2

    > Coverage (Coating) : 0.6 kg/m2

    > Packing : 24 kg/20kg/4kg

    17.2 Persyaratan Pelaksanaan

    Persiapan permukaan (plesteran semen).

    Pastikan permukaan kokoh dan tahan tehadap pergerakan dan pemuaian, sistem

    pengaliran air yang baik dan tidak membentuk genangan air. Pastikan permukaan

    telah halus , bersih , bebas dari debu dan minyak serta tidak ada sisa serpihan

    benda-benda yang kasar atau tajam.

  • Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 30

    Persiapan permukaan (beton).

    Pastikan permukaan kokoh dan tahan tehadap pergerakan dan pemuaian, sistem

    pengaliran air yang baik dan tidak membentuk genangan air. Semua permukaan

    beton hasru dihaluskan dengan steel trowel..

    Langkah pertama

    Permukaan dibasahi untuk megurangi suhu perukaan untuk menghindari

    pembentukan kantong udara atau terjadinya reaksi sewaktu proses primer. Lapisi

    permukaan dengan cairan masterguard yang telah dicampur dengan air 25%

    hingga 35% cakupa 150 grm/m2

    Langkah kedua

    Roll / kuas satu lapisan masterguard pertama (gunakan langsung / campur air

    max. 15% cakupan 450 grm/m2), segera bentangkan satu lapis fiberglass (220

    grm/m2) pada lapisan dalam kondisi basah, segera lanjutkan lapisan masterguard

    kedua (gunakan langsung / campur air 15 % cakupan 450 grm/m2) pada

    fiberglass untuk menekan fiberglass dan pastikan tidak ada udara yang

    terperangkap. Gunakan kuas untuk rataka semua kantong udara.Pastikan

    Masterguard kedua benar-benar kering sebelum proses selanjutnya.

    Langkah ketiga.

    Setelah fiberglass kering, cek semua permukaan. Bila terdapat kantong udara,

    harus dipotong dan dihaluskan dengan ampelas dan diulang pada bagian

    tersebut. Sedang untuk fiberglass berlebih dirataka dengan kapi dan lakukan

    proses fiberglass pada bagian permukaan yang tidak terlapisi. Pastikan

    permukaan benar-benar kering sebelum proses selanjutnya.

    Langkah keempat.

    Lapiskan minimum 2 lapisan Masterguard (gunakan langsung / campur air

    max.15% cakupan 450 grm/m2) dengan arah menyilang. Pastikan tidak ada pori-

    pori setelah kering maka harus diulang lagi dengan arah menyilang, ulang sampai

    tidak ada pori-pori setelah kering.

    Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran terutama untuk

    permukaan horizontal plat. Cara pengujian ini adalah dengan menuang