ringkasan.docx

2

Click here to load reader

Upload: erryz-jogjuzz

Post on 09-Aug-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: RINGKASAN.docx

RINGKASAN

Nugroho, Ian, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang, Oktober 2012. Pengaruh Pemberian angkak Terhadap Pembentukan Vakuola Lemak Sel Hepar Tikus Wistar Dengan Diet Aterogenik. Komisi Pembimbing, Ketua: Doti Wahyuningsih, Anggota: Muhammad Zainul Fadli.

Pendahuluan: Penyakit perlemakan hepar non alkohol atau Non-alkoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu bentuk penyakit hepar kronik yang cukup banyak diderita di negara-negara berkembang. Salah satu faktor resiko penyakit perlemakan hepar non alkohol yang paling banyak ditemukan adalah dislipidemia. Kondisi dislipidemia berkaitan erat dengan intake lemak yang berlebihan. Angkak merupakan produk olahan yang berasal dari fermentasi kapang Monascus purpureus dan beras yang mengandung serat yang berfungsi untuk mengurangi absorbsi lemak di usus. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian angkak terhadap pembentukan vakuola lemak sel hepar tikus wistar dengan diet aterogenik.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Randomized Post-Test Only Control Group Design, dengan menggunakan tikus wistar jantan (20 ekor), umur 2-3 bulan, berat 80-160 gram, yang terbagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (diet normal), kelompok kontrol positif (diet aterogenik), kelompok perlakuan 1 (diet aterogenik+angkak dosis 27mg/kgBB/hari), kelompok perlakuan 2 (diet aterogenik+angkak dosis 54 mg/kgBB/hari), kelompok perlakuan 3 (diet aterogenik+angkak dosis 108 mg/kgBB/hari) yang diberikan secara sonde lambung selama 8 minggu. Vakuola lemak dilihat dan dihitung dengan menggunakan mikroskop cahaya pada zona 3 asinus hepar dengan perbesaran 200 dan 400 kali pada 2 lapang pandang untuk setiap sediaan.

Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara perlakuan III (diet aterogenik dan angkak dosis 108 mg/kgBB) dan perlakuan II (diet aterogenik dan angkak dosis 54 mg/kgBB) dengan perlakuan I (diet aterogenik dan angkak dosis 27 mg/kgBB) dan kontrol positif (diet aterogenik) (p<0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara perlakuan III dan perlakuan II dengan kontrol negatif (diet normal) (p>0,05).

Kesimpulan: Pemberian angkak (54 dan 108 mg/kgBB/hari) pada tikus dengan diet aterogenik mampu menurunkan jumlah vakuola lemak mendekati kontrol negatif.

Kata Kunci: Angkak, Vakuola lemak, Perlemakan hepar non alkohol