ringkasan penglipuran

Upload: yoga-aditya

Post on 04-Jun-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    1/12

    RINGKASAN

    Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat Penglipuran

    yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten

    Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5

    jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai, 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara500600 meter di atas permukaan laut.

    Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap

    terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur

    bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di

    tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan

    pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat

    istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat

    pedesaan di Bali.

    Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola

    Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap

    peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier).

    Axis linier ini juga berfungsi sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini

    berorientasi ke arah kaja kelod dan membagi desa menjadi dua bagian. Openpsace Desa

    Tradisional penglipuran menanjak menuju ke arah gunung (utara) dimana terdapat bangunan suci

    dengan orientasi ke Gunung Batur. Pola tata ruang dan tata letak bangunan rumah di Desa Adat

    Penglipuran pada umumnya mengikuti Pola Tri Mandala.

    Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang memisahkan

    kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan masyarakat Desa Penglipuran

    khususnya dalam bidang upacara keagamaan (yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep

    Tri Hita Karana. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa Adat

    Penglipuran Bangli. Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang Desa Adat

    Penglipuran, akan terjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, Manusia

    dengan Manusia, Manusia dengan Lingkungan,

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Analisi SituasiDesa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap

    terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur

    bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di

    tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan

    pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    2/12

    istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat

    pedesaan di Bali.

    Pola tata ruang Desa Adat Penglipuran Bangli di bagi menjadi tiga bagian yaitu : Nista

    Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Ketia bagian tersebut memiliki peranan dan

    fungsi yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat Desa Adat Penglipuran.Pola tata ruang yang terdapat di Desa Adat Penglipuran Bangli tidak hanya dibuat

    berdasarkan seni saja namun ada tujuan lain dibalik seni tersebut. Salah satunya adalah untuk

    mengharmoniskan kehidupan masyarakat Desa Penglipuran. Hal itulah yang melatarbelakkangi

    penulis untuk mengangkat judul Fungsi Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran sebagai

    Pengharmonis Kehidupan Masyarakat Penglipuran.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pola tata ruang desa adat penglipuran ?

    2. Apakah fungsi dari pola tata ruang Desa Adat Penglipuran sehingga dapat mengharmoniskan

    kehidupan masyarakat penglipuran ?

    BAB II

    TUJUAN DAN MANFAAT

    A. Tujuan Penyusunan Laporan

    Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

    1. Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum dari penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai syarat untuk

    kelulusan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui Pola Tata Ruang dri Desa Adat Penglipuran Kabupaten Bangli.

    b. Mengetahui Fungsi dari Pola Tata Ruang yang dapat mengharmoniskan mengharmoniskan

    kehidupan masyarakat Penglipuran

    B. Manfaat Penyusunan Lapooran

    Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

    a. Bagi Dosen

    Sebagai Acuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian selanjutnya dan sebagai bahan evaluasi

    perkembangan Mahasiswa

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    3/12

    b. Bagi Mahasiswa

    Sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta untuk lebih mengembangkan

    diri mahasiswa.

    c. Bagi Masyarakat

    Untuk memperkenalkan dan sebagai wahana untuk melestarikan kebudayaan daerah yang masihada sampai dengan sekarang.

    BAB III

    KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

    Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penulis mengambil langkah-langkah untuk

    menyelesaikan masalah terkait. Adapun kerangka penyelesaian masalahnya adalah sebagai

    berikut :

    1. Identifikasi Masalah

    Pada bagian ini merupakan langkah awal dari suatu penyelesaian masalah. Penulis

    mengidentifkasi masalah-masalah yang ada terkait dengan pementasan Tari Sakral Baris di Desa

    Penglipuran Kabupaten Bangli. Adapun masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut

    :

    a. Bagaimana pola tata ruang desa adat penglipuran ?

    b. Apakah fungsi dari pola tata ruang Desa Adat Penglipuran sehingga dapat mengharmoniskan

    kehidupan masyarakat penglipuran ?

    2. Pengumpulan Informasi dan Data

    Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, penulis mulai mencari informasi dan data yang

    diperlukan untuk menyelesaikan/menjawab permasalahan yang ada. Pengumpulan data ini

    dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

    a. Observasi langsung ke objek, dalam kegiatan ini penulis langsung turun kelapangan untuk

    menggali informasi yang ada untuk pemecahan masalah tersebut diatas. selain hal tersebut

    penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa penduduk di Desa Adat Penglipuran.b. Mengumpulkan data tambahan, dalam hal ini penulis mencari data tambahan terkait dengan

    masalah diatas. data tambahan tersebut berupa : Monografi Desa Penglipuran, Literatur dari

    internet terkait masalah tersebut.

    3. Analisa Permasalahan

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    4/12

    Setelah mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan, penulis melakukan Analisa

    Permasalahan dan mulai mencari penyelesaian masalah berdasarkan informasi dan data yang

    diperoleh.

    4. Penyusunan Laporan

    Setelah menganalisa masalah, penulis langsung melaksanakan penyusunan Laporan sebagairealisasi dari hasil yang telah didapat di lapangan..

    5. Penyelesaian Masalah

    Setelah tersusunnya Laporan, maka penyelesaian masalah akan tercantum dalam laporan

    tersebut. Hasil dari laporan berupa penyelesaian masalah akan sesuai dengan identifikasi masalah

    berupa rumusan masalah.

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    5/12

    BAB IV

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    A. Realisasi Penyelesaian Masalah1. Gambaran Umum Desa Adat Penglipuran

    Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat Penglipuran

    yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten

    Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5

    jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai, 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara

    500600 meter di atas permukaan laut.

    Luas Desa Tradisional Penglipuran 112 ha, terdiri dari pekarangan 5,5 ha, hutan bambu 75

    ha, hutan vegetasi lainnya 10 ha dan lahan pertanian 21,5. Secara historis ada dua pendapat

    tentang pengertian Penglipuran :

    Pangeling Pura artinya ingat pada leluhur, dalam hal ini leluhur Penglipuran berasal dari Desa

    Tradisional Bayung Gede, Kintamani.

    Penglipur artinya menghibur dimana pada jaman dulu para raja sering menggunakan daerah ini

    sebagai tempat untuk menghibur diri atau mencari ketenangan.

    Potensi Desa Adat Penglipuran mengacu pada Konsepsi Tri Hita Karana yaitu tiga sebab

    sebagai sumber adanya keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan yaitu : hubungan harmonis

    manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya yang

    diimplementasikan wujudnya menjadi :

    Parhyangan, merupakan unit lokasi kawasan suci dan tempat suci (pura) tertentu besar maupunkecil sebagai pengejawantahan unsur ke-Tuhanan-nya.

    Pawongan, berarti masyarakat penghuni kawasan beserta keorganisasian tradisional yang ada

    sebagai perwujudan unsur manusianya (penghuninya).

    Palemahan, bermakna wilayah dalam batas-batas definitif beserta unsur perumahan, pekarangan,

    lingkungan sebagai wujud proyeksi unsur alamnya.

    Selain hal tersebut Desa Adat Penglipuran Bangli juga memiliki potensi lingkungan yang

    mendukung perekonomia Desa. Di Desa Penglipuran terdapat hutanbambu seluas 75 ha yang

    terdiri dari berbagai jenis bambu yang ada di Bali seperti bambu petung, jajang, tali dan lain-lain

    yang merupakan bahan bangunan khas Penglipuran dan bahan baku kerajinan. Untuk menikmatihutan bambu ini telah dibuatkan jalan setapak. Pengelolaan bambu di Desa Penglipuran telah

    diatur dalam awig-awig, bahwa siapa saja yang akan menebang bambu harus meminta ijin kelian

    adat.

    Disekitar hutan bambu tersebut juga terdapat laboratorium dan workshop bambu yang

    sayang sekali aktivitasnya sementara berhenti, namun fasilitasnya masih utuh. Potensi lainnya

    adalah hutan vegetasi, kebun salak, kebun jeruk serta pemandangan sawah terasering dan sungai.

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    6/12

    Adanya pura-pura yang tergolong peninggalan kuno dengan kelengkapan, letak serta bahan

    bangunan yang terjaga keasliannya. Adanya Tugu Pahlawan yang mempunyai nilai historis,

    karena pada tahun 1947 di lingkungan tersebut beberapa pahlawan daerah gugur dalam

    peperangan melawan NICA. Tugu Pahlawan ini mempunyai bentuk tugu susun sembilan dengan

    arsitektur bali. Tugu ini dilengkapi dengan tempat parkir, tempat upacara dan Gedung CuraYudha. Dimana bangunan ini merupakan salah satu tempat pariwisata di daerah Kabupaten

    Bangli.

    2. Pola Tata Ruang dan Bangunan Desa Adat Penglipuran

    Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap

    terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur

    bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di

    tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan

    pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat

    istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat

    pedesaan di Bali.

    Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola

    Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap

    peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier).

    Axis linier ini juga berfungsi sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini

    berorientasi ke arah kaja kelod dan membagi desa menjadi dua bagian. Openpsace Desa

    Tradisional penglipuran menanjak menuju ke arah gunung (utara) dimana terdapat bangunan suci

    dengan orientasi ke Gunung Batur. Pola tata ruang dan tata letak bangunan rumah di Desa Adat

    Penglipuran pada umumnya mengikuti Pola Tri Mandala.

    Dari kondisi fisik orientasinya adalah utara selatan (dalam bahasa Bali berarti Kaja Klod)

    atau lebih sederhana lagi tinggi rendah (ulu teben). Dari konsep itulah, maka di paling utara desa

    yaitu sebuah tempat suci yaitu Pura Bale Agung (Penataran) yang merupakan konsep utama

    mandala yang terletak di sebelah utara sebagai kiblat umat Hindu.

    Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan wilayah permukiman

    penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur. Sedangkan bagian ketiga adalah nista

    mandala tempatnya bagian paling rendah yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang

    Bali menyebutnya sebagai setra. Tata ruang seperti ini ternyata juga diterapkan dalam setiaprumah masyarakat desa setempat. Setiap kaveling rumah penduduk, konsepnya setiap rumah

    dibangun angkul-angkul atau pintu gerbang merupakan ciri pintu masuk sekaligus dianggap

    sebagai bangunan penjaga pintu rumah depan. Saat hari suci, dilakukan sesajen di tempat ini.

    Tak heran jika bangunan seluruh masyarakat di desa ini sama, yaitu bagian depan merupakan

    sanggah atau merajan sebagai utama mandala yang digunakan anggota keluarga untuk

    bersembahyang. Kemudian seluruh rumah menghadap ke timur sebagai tempat matahari terbit.

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    7/12

    Di setiap bangunan rumah terdapat ruang kosong yang dinamakan halaman (natah) sebagai

    tempat berkumpul anggota terletak di bagian tengah (madya). Sementara bagian nista mandala

    biasanya diisi dengan toilet, tempat jemuran, atau sarana atau kegiatan ekonomi seperti warung,

    kandang ternak, dan sebagainya.

    3. Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran sebagai Pengharmonis Kehidupan Masyarakat

    Penglipuran

    Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang memisahkan

    kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan masyarakat Desa Penglipuran

    khususnya dalam bidang upacara keagamaan (yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep

    Tri Hita Karana, yang dalam agama hindu Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagian dan

    keharmonisan manusia. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa

    Adat Penglipuran Bangli. Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang Desa Adat

    Penglipuran, akan terjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, Manusia

    dengan Manusia, Manusia dengan Lingkungan, adapun bagan yang menyatakan proses

    hubungan tersebut adalah sebagai berikut :

    Berdasarkan bagan diatas, seluruh komponen yang ada mempunyai peranan yang sangat

    penting dalam mengharmoniskan kehidupan masyarakat di Desa Penglipuran Bangli. Di Desa

    Penglipuran saling menjaga keselarasan hubungan baik dengan Tuhan, Manusia, maupun

    lingkungan, hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan keharmonisan yang sejati.

    Adapun kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penglipuran dalam upaya untuk

    menjagakeharmonisan tersebut adalah sebagai berikut :

    a) Parhyangan/ Unsur Ketuhanan

    Pada komponen yang pertama yaitu parhyangan, masyarakat Desa Adat Penglipuran

    senantiasa melaksanakan Upacara Dewa Yadnya. Dimana upacara tersebut dilaksanakan pada

    tingkatan Utama Mandala, yaitu tingkatan yang paling tinggi yang letaknya ada di Wilayah Desa

    Bagian Utara. Di Uatama Mandala tersebut terdapat tempat suci berupa Pura Penataran yang

    menjadi tempat melaksanakan upacara dewa yadnya.

    b) Pawongan / Unsur ManusiaDalam agama hindu memperhatikan pembinaan keluarga mulai dari terbentuknya janin

    sampai meninggal penuh dengan upacara adat dan agama. Dalam hal ini adalah upacara

    Manusa dan Fitra Yadnya, dimana kegiatan tesebut dilaksanakan di Madya Mandala untuk

    manusa yadnya dan di Nista Mandala untuk fitra yadnya. Selain hal tersebut dalam

    menjaga keharmonisan antara manusia, masyarakat Desa Penglipuran juga melaksanakan

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    8/12

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    9/12

    BAB V

    HASIL KEGIATAN

    A.

    Evaluasi Kegiatan

    Dari seluruh kegiatan penyusunan laporan ini sudah berjalan dengan sangat baik. Dari

    mulai menganalisis masalah hingga penyusunan laporan. Namun dalam penulisan laporan ini

    penulis juga mengalami beberapa kesulitan yaitu karena informasi yang penulis dapatkan kurang

    jelas dan ada perbedaan informasi yang diberikan oleh narasumber tetapi untuk menanggulangi

    hal tersebut penulis mencari informasi tentang Pola Tata Ruang di internet dan beberapa

    literatur untuk menambah informasi dan data dalam penyusunan laporan ini.

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    10/12

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A Kesimpulan

    Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran di bedakan menjadi 3 bagian sesuai dengan

    konsep Tri Hita Karana. Dari konsep itulah, maka di paling utara desa yaitu sebuah tempat suci

    yaitu Pura Bale Agung (Penataran) yang merupakan konsep utama mandala yang terletak di

    sebelah utara sebagai kiblat umat Hindu.

    Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan wilayah permukiman

    penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur. Sedangkan bagian ketiga adalah nista

    mandala tempatnya bagian paling rendah yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang

    Bali menyebutnya sebagai setra.

    Kesluruhan kosep dari tata ruang tersebut yang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana

    adalah bertujuan untuk senantiasa mengharmoniskan kehidupan masyarakat Penglipuran, Baik

    dalam Hubungan dengan Tuhan, Manusia maupun Lingkungan.

    B Saran

    Dari keseluruhan laporan ini adapun saran yang ingin penulis sampaikan agar senantiasa

    dijaga dan dilestarikan Pola Tata Ruang yang sesuai dengan Tri Hita Karana karena kedepannya

    akan membawa keharmonisan dalam kehidupan.

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    11/12

  • 8/13/2019 RINGKASAN penglipuran

    12/12

    DAFTAR PUSTAKA

    Nyoman, 2005, Penerapan Konsep Tri Hita Karana dalam Perencanaan Perumahan Bali

    Diakses melaluiwww.google.comDesember 2010

    Artikel Pariwisata, 2010,Profil Potensi Desa Penglipuran_______________,Monografi Desa Penglipuran

    http://www.google.com/http://www.google.com/http://www.google.com/