desa adat penglipuran

8
Desa Adat Penglipuran Desa adat merupakan suatu komunitas tradisional dengan fokus fungsi dalam bidang adat berdasarkan agama Hindu, dan merupakan satu kesatuan wilayah dimana para anggotanya secara bersama-sama melaksanakan kegiatan sosial dan keagamaan yang ditata oleh suatu sistem budaya (awig-awig). Hal ini mengacu pada kelompok tradisional dengan dasar ikatan adat istiadat, dan terikat oleh adanya tiga pura utama yang disebut Kahyangan Tiga atau pura lain, yang disebut Kahyangan Desa. Desa Penglipuran alah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk fasad rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan teratur. Selain sebagai identitas, keberadaan Desa Adat Penglipuran adalah sebuah kekayaan ilmiah yang merupakan objek untuk terus dipelajari guna peningkatan pengetahuan. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui penelitian terhadap kondisi desa, baik secara struktural maupun tatanan sosial. Selain sebagai identitas, keberadaan Desa Adat Penglipuran adalah sebuah kekayaan ilmiah yang merupakan objek untuk terus dipelajari guna peningkatan pengetahuan. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui penelitian terhadap kondisi desa, baik secara struktural maupun tatanan sosial.

Upload: bagus-putrautama

Post on 03-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desa Adat Penglipuran

Desa Adat Penglipuran

Desa adat merupakan suatu komunitas tradisional dengan

fokus fungsi dalam bidang adat berdasarkan agama Hindu, dan

merupakan satu kesatuan wilayah dimana para anggotanya secara

bersama-sama melaksanakan kegiatan sosial dan keagamaan yang

ditata oleh suatu sistem budaya (awig-awig). Hal ini mengacu pada

kelompok tradisional dengan dasar ikatan adat istiadat, dan terikat

oleh adanya tiga pura utama yang disebut Kahyangan Tiga atau pura

lain, yang disebut Kahyangan Desa. Desa Penglipuran alah satu

desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai tatanan

sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga

nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat

Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang

sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk fasad rumah

yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan teratur. Selain sebagai

identitas, keberadaan Desa Adat Penglipuran adalah sebuah kekayaan ilmiah yang merupakan objek

untuk terus dipelajari guna peningkatan pengetahuan. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui

penelitian terhadap kondisi desa, baik secara struktural maupun tatanan sosial. Selain sebagai

identitas, keberadaan Desa Adat Penglipuran adalah sebuah kekayaan ilmiah yang merupakan objek

untuk terus dipelajari guna peningkatan pengetahuan. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui

penelitian terhadap kondisi desa, baik secara struktural maupun tatanan sosial.

Sejarah singkat

Nama desa Pengelipuran menurut sesepuh desa diambil dari kata 'Pengeling

Pura 'yang artinya ingat kepada leluhur. Kisah ini dikaitkan dengan ziarah masyarakat

leluhur di wilayah Bayung Gede terletak di Desa Kintamani daerah ke desa

Penglipuran. Untuk mengingat doa nenek moyang mereka, mereka membangun tempat untuk

berdoa sama dengan altar yang ada di Bayung Gede desa. Tempat mereka berdoa disebut

Bale Agung, Puseh Temple, Pura Dalem dan pura Dukuh. Candi-candi keempat yang saat ini

masih didukung oleh penduduk desa Penglipuran. Rasa menyadari atau mengingat tanah

leluhur mereka Desa Bayung Gede adalah arti sebenarnya dari pembangunan pura.

Page 2: Desa Adat Penglipuran

LOKASI OBJEK

Desa adat Penglipuran berada di bawah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan bangli,

Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km dari kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi

di sekitar kaki Gunung Batur. Berdasarkan data tahun 2001 yang dihimpun pemerintah, Desa Adat

Penglipuran memiliki luas wilayah sekitar 1,12 Ha. Untuk menuju desa ini dapat dicapai melalui sisi

timur Desa Bangli, yakni Jalan Raya Bangli – Kintamani, maupun dari sisi utara desa, yakni Jalan

Kintamani Kayuambua – Bangli. Desa Adat Penglipuran memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Adat Kayang

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Adat Kubu

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Adat Gunaksa

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Adat Cekeng Desa Penglipuran resmi

ditunjuk oleh Pemerintah Daerah Bali menjadi desa adat tradisional yang menjadi

tujuan pariwisata sejak tahun 1992.

Page 3: Desa Adat Penglipuran

KONDISI FISIK Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Bali yang memiliki

tatanan yang teratur dari struktur desa tradisional, perpaduan tatanan tradisional dengan banyak ruang

terbuka pertamanan yang asri membuat desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali pada dahulu

kala. Penataan fisik dan struktur desa

tersebut tidak lepas dari budaya yang

dipegang teguh oleh masyarakat Adat

Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga

sudah berlaku turun temurun. Keunggulan

dari desa adat penglipuran ini dibandingkan

dengan desa-desa lainnya di Bali adalah

bagian depan rumah serupa dan seragam dari

ujung utama desa sampai bagian hilir desa.

Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana

daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk

depan yang sama, ada juga keseragaman bentuk dari bahan untuk membuat rumah tersebut. Seperti

bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan

diseluruh desa.

Lokasi dari desa Penglipuran ini pada daerah dataran tinggi merupakan salah satu lingkup dari

kaki Gunung Batur, kabupaten Bangli, Bali. Hal tersebut menyebabkan keadaan topografi pada Desa

Penglipuran berkontur, tidak rata dan mempunyai hirarki yang tertinggi yang dimanfaatkan sebagai

pura, yaitu tempat bersembahyang dan pelaksaan upacara adat di desa tersebut. Semakin kearah utara

topografi tanah semakin tinggi hingga didapatkan suatu hirarki tertinggi pada pura panataran dan pura

puseh yang digunakan untuk sembahyang umat Hindu di daerah tersebut dan upacara rutin tiap enam

bulan sekali. Semakin ke arah selatan topografi tanah semakin rendah yang digunakan untuk kuburan

umat Hindu di daerah tersebut. Umat Hindu percaya arah ke utara adalah arah mulia sehingga

digunakan untuk tempat pura apalagi didukung dengan ketinggian tanah yang mencapai tertinggi pada

area tersebut, serta arah selatan digunakan sebagai kuburan orang desa tersebut, kuburan anak-anak

serta kuburan Alah pati dan Ulah pati. Untuk vegetasi yang ada di wilayah Desa Penglipuran

termasuk desa yang subur dan mayoritas menghasilkan bambu, hal ini dapat terlihat dari penduduknya

yang banyak menggunakan bambu sebagai bahan bangunan rumah mereka.

Page 4: Desa Adat Penglipuran

Objek observasi

Paon tradisional Penglipuran

Paon (dapur) adalah wadah bagi pemilik rumah

sebagai tempat aktifitas memasak. Namun ada sedikit

perbedaan fungsi antara dapur masyarakat desa Penglipuran

dengan dapur masyarakat sekarang yang pada umumnya

hanya berfungsi sebagai tempat memasak. Fungsi dapur

disini kompak, terdiri dari beberapa fungsi yaitu untuk

memasak dan sebagai tempat beristirahat (tempat tidur), dikarenakan desa panglipuran yang

notabena terlertak di dataran tinggi berkisar 700 m diatas permukaan laut yang memiliki

hawa dingin dan lembab, maka dapur yang difungsikan sebagai tempat memasak dengan

kegiatan menggunakan api, dapur menjadi tempat yang hangat untuk beristirahat (tidur).

Dimensi dan tata letak

1. Bale saka enem

2. Paon

3. Bale daja

4. Bale delod

5. Merajan

U

Page 5: Desa Adat Penglipuran

MATERIAL BAHAN

Ditinjau dari elemen pembentuk yaitu

a. Elemen atas

b. Elemen samping

c. Elemen bawah (alas)

1. Elemen atas yaitu atap berbentuk limasan dengan sudut kurang lebuh 45 derajat, yang di bentuk

oleh material kayu lokal sekitas panglipuran serta di bungkus dengan genteng sirap yang berbahan

dasar bambu yang didapat disekeliling desa yang mayoritas hutan bambu

2. Elemen samping berupa dinding yang terbuat dari anyaman bambo lokal

3. Pengaku dinding (tulangan) menggunakan material bahan kayu lokal

4. Elemen bawah (alas) yaitu lantai, terbuat dari batu padas (paras panglipuran) batu padas lokal yang

diambil dari sungai dan digunakan sebagai elemen pondasi dari bangunan yang direkatkan dengan

tanah liat (popolan).

Ditinjau dari elemen struktur

1. Elemen atas (atap). Kuda-kuda terbuat dari kayu lokal tanpa paku hanya menggunakan pasak

(lait)

2. Elemen samping sebagai struktur (saka-lambang) menggunakan kayu lokal

3. Elemen alas (pondasi jongkok asu ) menggunakan material batu kali dengan perekat tanah liat.

1

2

3

4

Page 6: Desa Adat Penglipuran