upacara adat meruba di dusun sengkuang desa benua …
TRANSCRIPT
i
UPACARA ADAT MERUBA DI DUSUN SENGKUANG
DESA BENUA KRIO KECAMATAN HULU SUNGAI
KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT
(Kajian Sosiologi Antopologi)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh :
Valentinus Suhendra
152011003
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
UPACARA ADAT MERUBA DI DUSUN SENGKUANG
DESA BENUA KRIO KECAMATAN HULU SUNGAI
KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT
(Kajian Sosiologi Antopologi)
Valentinus Suhendra
Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
E-mail: [email protected]
Tri Widiarto
Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya, salah satunya Upacara Adat
Meruba yang ada di Kalimantan Barat. Khususnya di Dususn Sengkuang, Desa
Benua Krio, Kec. Hulu sungai, Kab. Ketapang Kal-Bar. Di tempat ini Upacara
Adat Meruba adalah sesuatu yang “wajib” dilaksanakan setiap tahunnya pada
tanggal 25 juni. Upacara Meruba sangat menarik untuk di ikuti karena dianggap
sakral dan tidak ada di tempat lain. Pokok permasalahan penelitian ini adalah
bangaimana berjalannya Upacara Adat Meruba di Dusun Sengkuang dan
perkembangannya di masyarakat Sengkuang itu sendiri. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun teori yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, teori ritual untuk mengetahui pelaksanaan Upacra Adat
Meruba. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data
memecahkan setiap masalah yang ditemukakn dalam penelitian ini dan untuk
mengetahui keberadaan Upacara Adat Meruba pada masyarakat Sengkuang
Kecamatan Hulu Sungai Provinsi Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa adanya pergeseran kebudayaan setempat terhadap
perkembangan zaman, terlihat pada keyakinan masyarakat yang semakin hari
semakin berkurang terhadap Upacara Adat Meruba tersebut.
Kata Kunci : Plaksanaan Upacara Adat Meruba dan
perkembangannya.
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebudayaan merupakan suatu kebudayaan dan manusia yang tidak
bisa dipisahkan karena kebudayaan pada hakekatnya adalah manusia. Kita
dapat memahami sesuatu individu di luar kebudayaan yang telah
dihidupkan oleh individu, dengan demikian hendaklah kebudayaan di lihat
dalam posisi antar manusia, akan tetapi juga sebagai gerak dari manusia itu
sendiri ( UU. Hamidi, 2005 : 24 ).
Dalam hal ini kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan
dengan masyarakat dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak
ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pelakunya”. Kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari beberapa
pendapat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa
Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan dan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
viii
hidup, organisasi, sosial, religi, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Selo
Soemardjan, 1980 : 30).
Berbicara tentang Budaya Dayak, Kalimantan adalah rumpun
Budaya Dayak yang memiliki beragam suku, dengan beragamnya suku-
suku yang ada di Kalimantan maka dapat di jumpai bermacam-macam adat
istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan sampai pada saat
sekarang masih tetap di lestarikan. Namun tradisi yang dimiliki setiap
daerah tidak terlepas dari norma-norma, nilai dan hukum yang berlaku.
Rumusan Masalah
Banyak hal yang terkandung dalam Upacara Adat Maruba yang
perlu dikaji lebih mendalam dan ditinjau dari aspek kebudayaan. Dari latar
belakang yang di jelaskan dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang
sekaligus menjadi batasan masalah. Bagaimanakah keberadaan Upara Adat
Meruba dan pelaksanannya pada masyarakat Sengkuang Kecamatan Hulu
Sungai Provinsi Kalimantan Barat.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data
memecahkan setiap masalah yang ditemukakn dalam penelitian ini. Secara
khusus, penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui keberadaan Upacara
Adat Meruba pada masyarakat Sengkuang Kecamatan Hulu Sungai
Provinsi Kalimantan Barat.
ix
LANDASAN TEORI
Konsep Ritual
Ritual adalah suatu hal yang berhubungan terhadap keyakinan dan
kepercayaan spritual dengan suatu tujuan tertentu. Ritual juga disebut hal
ihwal tatacara dalam upacara keagamaan. (Situmoran, 2004: 175 ).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Ritual dapat diartikan
sebagai peranan yang dilakukan oleh komunitas berdasarkan suatu agama,
adat-istiadat, kepercayaan, atau prinsip, dalam rangka pemenuhan
kebutuhan akan ajaran atau nilai-nilai budaya dan spritual yang diwariskan
turun-temurun oleh nenek moyang mereka. (Purba dan Pasaribu, 2004:
134).
Pengertian Ritual adalah sistem aktifitas atau rangkaian tindakan
yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang
berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi
dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat ,1990: 190).
Teori Ritual
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan
tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan
arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya (Mowen, 1995: 45).
x
Ritual adalah serangkaian kegiatan stereotip yang melibatkan gerak-
gerik, kata-kata, dan benda-benda yang digelar di suatu tempat dan
dirancang untuk mempengaruhi entitas atau kekuatan alam demi
kepentingan dan tujuan pelakunya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa
karakteristik kunci semua Ritual adalah perilaku yang berulang yang tidak
memiliki dampak langsung seperti teknologi. Simbol Ritual berkaitan
dengan nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan-kepercayaan, sentimen-
sentimen, peran-peran dan hubungan-hubungan sosial dalam sistem budaya
dari komunitas penyelenggara Ritual, yang dapat dijabarkan sesuai dengan
konteksnya (Helman,1984:123).
Dalam Wikipedia mengemukakan Ritual merupakan serangakaian
kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual
dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi
dari suatu komunitas tertentu. kegiatan-kegiatan dalam Ritual biasanya
sudah diatur atau ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara
sembarangan.
Teori Pelaksanaan Ritual
Pelaksanaan adalah suatu hal yang berlangsung dalam rangkaian
kegiatan tertentu yang berhubungan dengan tempat, ruang, waktu yang
diselenggarakan, pemimpin, perlengkapan dalam kegiatan tersebut (
Vandem, 2009 : 12 ).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pelaksanaan yang terdiri dari
kata pelaksa-an yang diberi imbuhan pe- dan akhiran an yang artinya
xi
proses, cara, melaksanakan perbuatan ( 2002 : 351 ). Lanjutan dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengemukakan pelaksanaan adalah laku,
perbuatan, menjalankan atau melakukan sesuatu
Dalam setiap tradisi sering dijumpai upacara-upacara dan bentuk
Ritual lainnya sebagai pengiring kehidupan pada suatu daerah. Dimana
peristiwa kehidupan biasanya telah berlangsung dengan upacara-upacara,
setiap upacara akan meliputi ruang, waktu dan tempat pelaksanaan, teks
(pesan-pesan upacara), pelaku dan peserta upacara (UU Hamidi, 2009 : 21-
22).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Diskriptif dengan data kualitatif. Penulis menggunakan metode diskriptif
dengan data kualitatif karena penelitian dilakukan dengan pendekatan
terhadap objek kajian yang diteliti. Dengan metode penelitian ini supaya
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Metode dalam penelitian ini
juga sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, juga
memberi kemudahan bagi peneliti dalam menjalankan proses penelitian
yang akan dijalankan dilapangan.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang banyak berada di
lapangan, peneliti kebanyakan berurusan dengan fenomena atau gejala
sosial. Fenomena itu perlu di dekati oleh peneliti dengan terlibat langsung
pada situasi real, tidak cukup meminta bantuan orang atau sebatas
xii
mendengar penuturan secara jarak jauh. Penelitian ini pada dasarnya
dengan partisipasi langsung kepada objek yang di teliti, sesuai dengan
pendekatan etnografi. Penelitian etnografi (budaya) merupakan metode
penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang antropologi terutama yang
berhubungan dengan setting budaya masyarakat dalam bentuk cara
berprilaku, cara hidup, adat berprilaku sosial.
Dalam penelitian ini, adapun lokasi yang menjadi tempat
penelitian adalah di Dusun Sengkuang Kecamatan Hulu Sungai Provinsi
Kalimantan Barat. Lokasi ini dipilih oleh penulis sebagai tempat penelitian,
karena lokasi ini adalah tempat tinggal penulis. Sehingga bisa
mempermudah penulis dalam memperoleh data, tidak memakan biaya yang
mahal terutama dalam hal transfortasi dan bisa lebih mudah berintraksi
dengan masyarakat setempat.
Sumber data dalam penelitian ini berupa wawancara, pengamatan
lansung, buku-buku yang relevan, dokumen-dokumen, serta tempat
diadakanya Upacara Adat Meruba.
Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan penulis dalam
penelitian untuk memperoleh data yang benar-benar abash. Seperti yang
diungkapkan oleh dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (Moleong,
2002:178), yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat
dilakukan melalui tiga unsur yaitu sumber, metode dan teori.
xiii
Untuk memperoleh simpulan yang benar, data yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, selanjutnya adalah
mengorganisir catatan lapangan berdasarkan catatan-catatan khusus secara
lengkap untuk dianalisi. Dalam menganalisis data penelitian menggunakan
tiga komponen yaitu, Reduksi data, Sajian Data, dan Penarikan Kesimpilan
atau verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis
Dusun Sengkuang Desa Benua Krio termasuk wilayah Kecamatan
Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, yang termasuk daerah dataran rendah
dan dibatasi oleh perbukitan dengan batas-batas sebangai berikut :
Sebelah Timur : Desa Menyumbung
Sebelah Barat : Dusun Sepanggang
Desa Benua Krio terletak disebelah Timur ibu kota Kabupaten
Ketapang dengan jarak tempuh 284, 4 km, serta berjarak 1 km dari ibu kota
Kecamatan Hulu Sungai. Untuk mencapai Dusun Benua Krio ini, dapat
ditempuh dengan menggunakan roda dua, roda empat dan menggunakan
moda transportasi air yakni motor kelotok atau speed boot.
Kira-kira waktu yang ditempuh dari ibu kota Kabupaten Ketapang menuju
desa Benua Krio sekitar 8 jam 20 menit, dikarenakan jalan yang dileawati
masih banyak yang belum teraspal jadi jarak tempuh perjalanan sangat
lama untuk menuju Dusun Sengkuang Desa Benua Krio (Suardi. G).
xiv
Kepercayaan dan Adat Istiadat Masyarakat Dusun Sengkuang
Pengaruh Agama Nasrani
Raja Tungkat Rakyat ke-1 sampai ke Raja Tungkat Rakyat ke-49
masih menyakini kepercayaan leluhur. Agama mulai dikenal setelah Raja
Tungkat Rakyat ke-50 Raja Poncin. Beliu ini mulai mengenali Agama
Katholik sebangai agama yang dipeluknya. Karena agama ini dianggap
sangat akrab dan tidak membatsi atau menyekat apalagi melarang
kepercayaan leluhur. Agama ini tampaknya cocok dan bias diterima dalam
kehidupan adat istiadat masyarakat Laman Sembilan Domong Sepuluh.
Agama ini dianggap cukup mampu mengiringi dan mendampingi
masyarakat adat. Makanya setelah Raja Tungkat Rakyat atau Raja Hulu
Aik diserahkan kepada adiknya Singa Bansa. Raja Tungkat Rakyat ke-51
ini juga memeluk agama Katholik.
Jadi salah, kalau ada pengamat atau ada orang yang mengatakan
kalau seseorang yang menjadi Raja Tungkat Rakyat atau Raja Hulu Aik
harus meninggalkan agama itu, akan tetapi menurut Raja Singa Bansa kalau
agama itu justru melengkapi apa yang telah ada. Menurut beliau asalnya
dari Tuhan, sedangkan Adat dan Kramat juga berasal dari Tuhan, hanya
saja cara datang atau cara hadirnya dimuka bumi ini berbeda-beda. Kini
keluarga Raja Singa Bansa dan seluruh masyarakat Dusun Sengkuang
memeluk agama Katholik. Mereka juga mengamalkan kenyakinan dan
kepercayaan agamnya itu, dan tentunya tidak akan akan meninggalkan
xv
Adat dan Istiadat yang diwarisi nenek moyang terlebih dahulu (Singa
Bansa).
Adat Istiadat
Benda Peninggalan Keramat
Benda-benda peninggalan keramat Raja Tungkat Rakyat yang
masih ada sampai sekarang ini yakni, Tungkat Rakyat, Bosi Koling,
Pinggan Pemali, Damar Penyangkak, Telaga Tujuh Bidadari, Keramat
Nibung Sebelas, Lingga Butuh Sengkumang, Lelabi Putih, Pancor Kramat,
dan Keramat Botong Serumpun.
Konon dahulu Kramat Bosi Koling Tungkat Rakyat adalah seperti,
Keris, Bosi Kuning, Piring dan Kotak benda-benda berasal dari Bila’ sudah
berubah menjadi sebuah Keris Besi kuning, Kebambang sudah berubah
menjadi sebuah Peti, dan Tanah Cekung sudah berubah menjadi sebuah
Piring, Tongkat Rakyat, dan Api Damar. Sesuai Lamat yang diberikan Raja
Tungkat Rakyat harus menjaga dan memilihara ketiga benda keramat
tersebut secara turun temurun. Keris Bosi Koling, keramat tersebut tidak
boleh dilihat termasuk oleh Pang Ukir Mpu Gremeng sekalipun pada
zamanya. Bila melanggar larangan tersebut maka mata akan mengalami
kebutaan, bila mengintip atau melirik dengan satu mata maka satu mata
xvi
yang melihat akan menjadi buta, yang menjaga benda tersebut melalui
upacara adat dinobatkan menjadi Raja Tungkat Rakyat.
Pembahasan
Menurut Singa Bansa, Keris Keramat Bosi Koling dahulu kala
bentuknya jauh lebih besar dari yang sekarang. Karena semakin tahun ke
tahun, keris itu semakin mengecil. Semakin banyak kesalahan masyarakat
adat, benda keramat inipun ikut menyusut. Konon ceritanya bila keris
keramat Bosi Koling ini menyusut habis, maka berakhirlah keberadaan
dunia ini. Perlambang sebagai tanda dari Ranying Hatala kepada
masyarakat adat Dayak melalui Raja Tungkat Rakyat atau kini dikenal Raja
Ulu Aik.
Agar Keris Keramat Bosi Koling tidak habis, maka setiap tahunnya
harus diadakan Upacara Adat Meruba yang pada saat ini diadakan pada
setiap tanggal 25 Juni. Dalam Upacara Adat Meruba terdiri dari beberapa
ritual yang diantaranya , Tapa., Penghormatan Kepada Keramat-keramat
Tungkat Rakyat dan Raja, Membersihkan Kramat Bosi Koling Tungkat
Rakyat, Mandi Tolak Bala, Minum Tuak dengan Tanduk Kerbau.
PENUTUP
Simpulan
Upacara tersebut digunakan sebagai upacara ritual ucapan syukur
yang diberikan Ranying Hatala atau Tuhan atas berkat panen dan di
xvii
berikan yang juga kesehatan selama satru tahun dan memberikan minyak
atau memandikan benda pusaka berupa Bosi Koling Tungkat Rakyat, yang
di percayai masyarakat setempat sebangai penyangga langit. Kini hanya
warisan Upacara Adat Meruaba yang sanggup merangkul kerabat-kerabat
setianya setiap tahunnya. Hadir sebagai sosok Raja Hulu Aik di Kabupaten
Ketapang saat Upacara Adat Meruba, yang membuka mata setiap orang
yang ada di tanah Dayak. Inilah raja Dayak yang kini hanya sebangai
simbol pemersatu adat Dayak ketika Upacara Adat Meruba berlansung.
Saran
Kepada masyarakat Dusun Sengkuang agar dapat terus
mempertahankan dan melestarikan Upacara Adat Meruba yang merupakan
warisan leluhur dan warisan budaya bangsa. Untuk Penjabat Pemerintah
Kabupaten Ketapang agar dapat lebih serius melestarikan Upacara Adat
Meruba sebangai kebudayaan daerah. Bantuan berupa dana dalam setiap
kengiatan, akan lebih baik untuk mencapai tujuan tersebut, supaya generasi
muda Dusun Sengkuang untuk lebih menghargai dan melestarikan nilai-
nilai budaya yang terkandung dalam Upacara Adat Meruba yang ada di
daerahnya. Khususnya kepada para pengajar mata pelajaran sejarah
terutama yang berada di Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang agar
dapat memamfaatkan hasil penelitian ini sebangai mata pelajaran sejarah
lokal.
DAFTAR PUSTAKA
xviii
Hamidy, U.U. 2010. Toponomi Riau, Pekan Baru : Jagat Melayu Di Riau.
_____. 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan Pengembangan
Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Maleong, Lexy A. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T.
Gramedia
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : P.T. Rineka
Cipta.
Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta
: Rineka Cipta.
Muhadjir, Neong. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: P.T
Remaja Rosdakarya.
Koentjoroningrat. 1987. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan.
Jakarta: Gramedia.
Koencoro. 2006. Teknik Analisi Data Penelitian Kualitatif. Bandung P.T.
Gramedia