rinderpest

19
PENYAKIT INFEKSIUS RINDERPEST KELOMPOK 4 (EMPAT) NANDAR HIDAYAT (O111 12 105) KHARISMA (O111 12 106) MUHAMMAD ZULFADILLAH SINUSI (O111 12 107) CERDINAWAN(O111 12 108) RYAN JEHANSA(O111 12 109) ANDI HUSNUL KHATIMAH (O111 12 274) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

Upload: andi-husnul-khatimah

Post on 17-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rinderpest adalah

TRANSCRIPT

Page 1: Rinderpest

PENYAKIT INFEKSIUS

RINDERPEST

KELOMPOK 4 (EMPAT)

NANDAR HIDAYAT (O111 12 105) KHARISMA (O111 12 106) MUHAMMAD ZULFADILLAH SINUSI (O111 12 107) CERDINAWAN(O111 12 108) RYAN JEHANSA(O111 12 109) ANDI HUSNUL KHATIMAH (O111 12 274)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

1

Page 2: Rinderpest

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN 3

BAB II

2.1 Penyakit Rinderpest 62.2 Etiologi 72.3 Epidemiologi 82.4 Struktur Virus 82.5 Infeksi virus 82.6 Penyebaran Rinderpest 92.7 Sel target 92.8 Hewan peka 92.9 Sifat Virus Rinderpest 10

2.10 Gejala Klinis 102.11 Diagnosis 102.12 Patogenesis dan Imunitas 112.13 Pengobatan, Pencegahan, Pengendalian 11

BAB III

Kesimpulan 13

Daftar Pustaka 14

2

Page 3: Rinderpest

BAB I

PENDAHULUAN

Rinderpest adalah penyakit menular akut terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan ditandai dengan peradangan dan nekrosis pada selaput mukosa.

Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penyakit ini sangat besar terutama karena tingkat kematian yang ditimbulkannya sangat tinggi. Penyakit ini pernah menghancurkan dunia peternakan selama berabad-abad di Asia, Eropa dan Afrika.

Rinderpest dianggap berasal dari Asia dan menyebar melalui sapi tertular yang diperdagangkan atau dibawa pasukan tentara yang melakukan invasi ke negara lain. Dari literatur diketahui bahwa rinderpest sudah ada di Mesir sejak 5 ribu tahun lampau. Pada abad ke-4, suku bangsa Hun di Asia yang sering bercocok tanam dengan berpindah-pindah lokasi dianggap membawa penyakit ini ke Eropa.

Penyakit ini menyebar seiring dengan kejatuhan kerajaan Romawi dan ditaklukkannya kaum Kristen Eropa oleh Charlemagne. Kemudian virus terus terbawa mengikuti invasi balatentara Mongol Jenghis Khan dari Asia Tengah ke Eropa dan juga oleh para kolonialis yang menjajah Afrika pada abad ke-13.

Jadi sejak zaman purba sebenarnya sudah terjadi perang biologis, dimana pasukan tentara Asia menyebarkan sapi-sapi jenis Grey Steppe yang resisten terhadap virus rinderpest dan mampu mengeluarkan virus berbulan-bulan setelah itu dan menularkannya ke ternak lain. Penyebaran ini memicu terjadinya epidemi yang sengaja dimaksudkan untuk menciptakan kelaparan, ketidakstabilan bahkan kematian di negara-negara yang diinvasi.

3

Page 4: Rinderpest

Akibat dari invasi ini, timbul pandemi besar Afrika (Great African Rinderpest Pandemic) yang membunuh 90% populasi sapi mulai dari Ethiopia sampai ke Tanjung Harapan di ujung Afrika Selatan. Musnahnya hampir seluruh populasi sapi menyebabkan meninggalnya 30% penduduk Ethiopia dan 60% suku Maasai di Kenya dan Tanzania akibat kelaparan hebat. Juga 50% hewan berkuku genap liar mati, membentuk kondisi yang cocok untuk pengembangbiakan lalat Tzetze dan penyebaran penyakit Trypanosoma Afrika (sleeping sickness).

Pada abad ke-18, diperkirakan rinderpest telah memusnahkan 200 juta ekor sapi di Eropa barat yang memprovokasi kerusuhan sosial sebelum timbulnya revolusi Perancis. Sebagai respon dari dampak kerusakan yang ditimbulkan wabah rinderpest ini, Perancis mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia di Lyon pada tahun 1761 sebagai upaya merintis pendidikan untuk pengendalian penyakit ini.

Begitu juga bencana epidemi rinderpest di Inggris pada tahun 1865-1867, mendorong negara ini membangun kelembagaan kesehatan hewan nasional (State Veterinary Services) pertama di dunia tahun 1865. Hal ini secara tidak langsung memicu Amerika Serikat membentuk Bureau of Animal Industry sebagai biro terdepan dari United States Department of Agriculture (USDA) dalam memelopori upaya perlawanan terhadap rinderpest.

Keresahan yang timbul akibat masuknya rinderpest ke Belgia tahun 1920 mendorong dilangsungkannya suatu konferensi di Paris pada tahun berikutnya. Sebagai konsekuensinya didirikanlah Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health atau Office Internationale des Epizooties) tahun 1924 untuk mensiasati kesulitan yang dihadapi dalam melakukan tindakan-tindakan terkait batas-batas internasional sebagai upaya menghadang ancaman rinderpest yang terus berlanjut.

Penyebaran penyakit yang terus meluas setelah Perang Dunia ke-2 dan upaya pengendaliannya juga merupakan salah satu alasan utama dari dibentuknya Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations) pada tahun 1945.

Dalam sejarahnya, virus rinderpest tidak pernah menyeberang melalui Samudra Atlantik untuk sampai di Amerika atau Australia/Selandia Baru, meskipun dilakukan importasi sapi. Satu-satunya introduksi rinderpest ke Amerika Selatan adalah melalui sapi yang diimpor dari Belgia ke Brazil pada tahun 1920. Kontinen ini tetap bebas rinderpest sampai saat ini dan begitu juga Oceania.

4

Page 5: Rinderpest

Rinderpest di Indonesia

Wabah rinderpest di Indonesia pertama kali terjadi tahun 1879 dan berlanjut sampai tahun 1880. Literatur mengatakan bahwa asal wabah dintroduksi oleh sapi-sapi Eropa yang diimpor dari negeri Belanda selama penjajahan di akhir abad ke-19. Dampak wabah rinderpest tersebut sangat hebat karena memusnahkan 90% populasi ternak sapi. Upaya bagaimana sulitnya wabah rinderpest di Jawa Barat dikendalikan di zaman Hindia Belanda diceritakan oleh seorang Belanda bernama G. Derwes yang dapat dibaca dibawah ini.

5

Page 6: Rinderpest

BAB II

ISI

2.1 Penyakit Rinderpest

Rinderpest merupakan penyakit sistemik akut atau subakut yang sangat menular pada sapi, yang dicirikan oleh nekrosis dan erosi mukosa pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan serta serangan penyakit ini secara tiba-tiba. Konstipasi awal, biasanya didahului oleh dehidrasi dan kelemahan yang hebat, akan diikuti oleh mencret. Karena angka kematiannya yang tinggi, penyakit ini dapat menyebabkan malapetaka kerugian ekonomi.

Virus rinderpest menyebabkan kematian hebat pada sapi di banyak bagian dunia selama berabad-abad. Penyakit ini pertama kali diperikan pada abad keempat dan tidak dapat dimusnahkan dari Eropa sampai abad ke 19. Dewasa ini, penyakit ini masih menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di Afrika, Timur Tengah dan berbagai tempat di Asia.

Selain itu virus rinderpest juga menyerang kerbau dan ruminansia liar. Virus ini termasuk dalam genus Morbillivirus dan family Paramyxoviridae.

Berdasarkan kajian genetik diperkirakan bahwa virus rinderpest merupakan prototipe dari morbillivirus, yang menghasilkan virus distemper anjing dan virus campak manusia sekitar 5000-10.000 tahun yang lalu.

Virus rinderpest merupkan agen pertama yang bertanggungjawab terhadap penyakit campak, canine distemper, peste des petites ruminansia, dan phocine distemper.

6

Page 7: Rinderpest

Rinderpest virus, penyebab penyakit “wabah lembu" di Jerman, menjadi virus yang paling membinasakan penyakit ternak dalam sejarah.Virus ini menginfeksi hewan anggota artiodactyla. Virus Rinderpest ( RPV) telah digolongkan sebagai Morbillivirus, dari genus Paramyxoviruses. Rinderpest tidak berefek pada manusia (tidak bisa menginfeksi manusia, namun virus dapat menginfeksi anjing, biri biri dan kambing, yang kemudian menjadi pembawa dan penyebar virus ini walaupun virus ini sangat mematikan, namun virus ini dapat dengan mudah pecah dan rusak oleh panas, pengeringan, dan sinar matahari.

Angka kematian dari penyakit Riderpest ini sangat tinggi. Penyebaran virus Rinderpest dapat melalui kontak langsung dengan hewan penderita rinderpest, meminum air yang terkontaminasi virus, dan dapat juga ditularkan lewat udara pernafasan. Gejala penyakit ini meliputi demam, hilangnya selera makan, dan radang pada hidung serta mata. kemudian diikuti dengan pendarahan pada mulut, hidung, dan organ kelamin hewan, serta diare akut (diare berdarah). Umumnya hewan yang terinfeksi rinderpest akan mati setelah 6-12 hari setelah menunjukkan gejala klinis.

2.2 Etiologi

Rinderpest disebabkan oleh virus yang termasuk genus morbillivirus dari famili Paramyxovirus.

Virus lain yang termasuk dalam genus morbillivirus adalah canine distemper, measles, porcine distemper, equine morbillivirus pneumonia dan peste des petis ruminants.

Virus rinderpest relative tidak stabil dan tidak dapat bertahan lama dalam sekresi yang telah mongering dan pada karkas hewan mati. Virus ini sangat sensitive terhadap suhu ( inaktif pada suhu 56°C ) basa dan asam kuat.

7

Page 8: Rinderpest

2.3 Epidemiologi

Kisaran inangnya meliputi sapi piaraan, kerbau air, domba dan kambing. Unta adalah rentan tetapi tidak berperan penting dalam epidemiologi penyakit. Babi piaraan dapat menunjukkan gejala klinis dan dianggap sebagai sumber virus yang penting di Asia. Sesama hewan liar, semua spesies dari genus Artiodactyla adalah rentan.

Di daerah endemis, penyakit ini menular dari satu hewan ke hewan lainnya melalui kontak, infeksi yang terjadi lewat udara. Virus dikeluarkan dalam sekresi dari hidung, tenggorokan, dan konjungtiva, serta dalam tinja, air kemih, dan susu. Sapi yang terinfeksi mengeluarkan virus selama masa inkubasi, sebelum gejala klinis tampak, dan di Afrika serta Asia, hewan yang demikian itu merupakan sumber terpenting bagi masuknya rinderpest ke daerah yang bebas penyakit ini. Karena virus tidak tahan panas, penularan tidak langsung lewat daging segar dan produk daging, makanan, dan kendaraan pengangkut tidak biasa terjadi.

2.4 Struktur Virus Virus ini memiliki kapsid berbentuk bola dengan selubung protein di

dalamnya. Materi genetiknya berupa RNA Memiliki 6 protein struktural (large, fosfoprotein, hemaglutinin,

nucleoprotein, fusion, dan membran protein)

2.5 Infeksi virus

Protein permukaan virus berikatan dengan reseptor sel hospes, kemudian terjadi fusi dan perpindahan materi genetik virus ke sel hospes. Polimerase

8

Page 9: Rinderpest

langsung mulai membentuk 6 mRNA untuk masing-masing protein struktural virus. Lalu ribosom hospes mentranslasi mRNA membentuk protein virus, dan terjadi perakitan virus. Virus-virus baru yang telah selesai dirakit kemudian keluar dari sel untuk menginfeksi sel lain dengan membentuk budding.

2.6 Penyebaran Rinderpes

Rinderpes tersebar antara hewan melalui kontak langsung. Virus itu dapat di sekresi dari mata, hidung, atau mulut, dan kotoran, urine, darah, susu, atau reproduksi cairan dari hewan yang terinfeksi. Virus juga dapat disebarkan oleh fomites seperti peralatan yang terkontaminasi, pakan palung dan penyiraman tank. Erosol penularan dapat terjadi, tetapi biasanya hanya jarak yang sangat pendek.

2.7 Sel target Virus

Sel target virus adalah kelenjar getah bening (limfa), epitelium sel pernafasan dan gastrointestinal.

2.8 Hewan Peka

Hewan yang peka terutama sapi dan kerbau, meskipun demikian sebagian besar ruminansia peka terhadap rinderpest hanya tingkat kepekaannya sangat berbeda. Hewan lain yang peka adalah babi, domba, kambing, jerapah, warthtogs, anthelop.

2.9 Sifat Virus Rinderpest

9

Page 10: Rinderpest

Terdapat hanya satu serotipe, yang secara antigenik stabil dan mempunyai reaksi silang dengan morbillivirus yang lain.

Virusnya labil dan secara cepat menjadi tidak aktif pada bangkai, hanya dalam beberapa jam pada kondisi tropis.

Pada tinja, virus tetap menular selama sekitar 48 jam, sedangkan daging, limpa, dan buku limfa pada temperatur 5o C tetap menular sampai 2-3 hari.

Untuk disinfeksi, natrium hidroksida, deterjen, dan semua disinfektan komersial adalah ampuh.

2.10 Gejala Klinis Gejala klinisnya beragam tergantung kepada kerentanan bangsa atau

spesies atau ruminansia dan status kekebalan dari hewannya. Setelah masa inkubasi 4 sampai 15 hari, temperatur meningkat mencapai

41o C, dan terjadi anoreksia, kelemahan dan depresi. Terjadi pengeluaran air mata dan ingus yang meningkat, disertai oleh

pengeluaran air liur. Nekrosis terpusat, erosi luar, dan bercak perdarahan timbul pada mukosa

mulut. Sesak nafas, batuk-batuk, dan mencret terjadi antara hari ke-4 dan ke-7

demam. Tinja berair dan mengandung darah serta mukosa yang mengelupas;

dehidrasi terjadi pada kasus yang ganas. Kematian biasanya terjadi antara 6 dan 12 hari setelah mulainya gejala

klinis. Pada populasi sapi yang sangat rentan, semua hewan yang terinfeksi akan sakit, dengan angka kematian mencapai 90%.

Bangsa sapi asli di Afrika mempunyai angka kematian yang lebih rendah, sampai 50%. Sapi yang mampu bertahan akan sembuh dalam 4-5 minggu setelah mulainya penyakit dan kebal seumur hidup; tidak ada status pembawa virus.

2.11 Diagnosis Laboratorium

Di negara tempat berjangkitnya rinderpest secara endemis, diagnosis klinis biasanya sudah memadai. Di negara yang bebas dari penyakit ini tetapi melakukan impor hewan, rinderpest dapat dikelirukan oleh penyakit lain yang mempengaruhi mukosa, seperti mencret virus sapi, dan penyakit ingusan, dan pada stadium awal, sulit membedakannya dengan rhinotrakeitis sapi menular dan penyakit mulut-dan-kuku. Virus menginfeksi berbagai macam sel, tetapi isolasi untuk diagnosis laboratorium secara rutin dilakukan pada biakan sel ginjal sapi.

Diagnosis Serologis

10

Page 11: Rinderpest

Uji penetralan ELISA

2.12 Patogenesis dan Imunitas

Setelah infeksi dalam hidung (intranasal), virus bereplikasi dan antigen virus dapat diamati pada tonsil, dan buku limfa pada rahang bawah dan farings 24 jam setelah infeksi. Viremia timbul 2-3 hari setalah infeksi dan 1-3 hari sebelum hewan menderita demam. Setelah terjadi penyebaran sistemik, virus dapat ditemukan pada buku limfa, limpa, sumsum tulang, dan mukosa saluran pernafasan bagian atas, paru-paru, dan saluran pencernaan. Virus bereplikasi pada mukosa hidung, menyebabkan nekrosis, erosi, dan eksudasi fibrin. Sapi yang sembuh dari rinderpest mempunyai kekebalan seumur hidup. Antibodi penetral tampak 6-7 hari setelah mulainya gejala klinis, dan titer maksimumnya tercapai selama minggu ketiga dan keempat.

2.13 Pengobatan, pencegahan dan pengendalian

Sebelum vaksin rinderpest ditemukan, penyakit ini dicegah dengan mengkarantina hewan-hewan ternak. Baru kemudian setelah tahun 1890, mulai dilakukan imunisasi terhadap penyakit ini dengan menyuntikkan lembu yang sehat dengan darah lembu lain yang terinfeksi rinderpest.

Kemudian vaksin rinderpest ditemukan, dengan merekombinasi protein permukaan RPV ke vaccinia (vaksin untuk cacar sapi)

Di negara bebas rinderpest, upaya kesehatan masyarakat veteriner dimaksudkan untuk mencegah masuknya virus. Dilarang mengimpor daging mentah dan produk daging dari negara yang terinfeksi, dan hewan kebun binatang harus dikarantina sebelum dikirim ke negara yang demikian itu. Di negara tempat rinderpest bersifat endemis, atau ada kemungkinan besar penyakit itu akan masuk, digunakan vaksin virus hidup teratenuasi.

Vaksin didasarkan kepada galur virus yang diadaptasikan pada kelinci dan secara beruntun disepihkan pada sel ginjal pedet, menghasilkan vaksin yang aman karena tidak dikeluarkan oleh penerima (resipien), ampuh karena vaksin itu menimbulkan kekebalan jangka panjang, dan murah pembuatannya. Itu merupakan salah satu vaksin yang paling baik untuk mengatasi penyakit hewan, tetapi vaksin yang digunakan dewasa ini tidak tahan panas dan memerlukan ”rantai-dingin” yang harus dipertahankan dengan baik, suatu masalah praktis yang sulit diatasi bagi banyak daerah yang kejangkitan rinderpest. Dengan vaksin virus hidup teratenuasi yang ditumbuhkan dalam biakan sel, antibodi untuk pertama kali dapat dideteksi 7-17 hari setelah vaksinasi, dan antibodi penetral tetap ada seumur hidup.

11

Page 12: Rinderpest

12

Page 13: Rinderpest

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Rinderpest adalah penyakit menular akut terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan ditandai dengan peradangan dan nekrosis pada selaput mukosa.

Rinderpest merupakan penyakit sistemik akut atau subakut yang sangat menular pada sapi, yang dicirikan oleh nekrosis dan erosi mukosa pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan serta serangan penyakit ini secara tiba-tiba

13

Page 14: Rinderpest

DAFTAR PUSTAKA

http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Rinderpest_Virus

http:// www.oie.int

http://www.thestar.com/news/sciencetech/article/997679--cattle-plague-rinderpest-wiped-out

http://veterinarianinnaples.com/a1241918-dreaded-cattle-plague-disease-eradicated.cfm

http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Rinderpest_Virus

http://www.iah.ac.uk/disease/rinderpest1.shtml#20thCentury

http://www.au-ibar.org/index.php/en/focus-areas/rinderpest?format=pdf

Rweyemamu M.M., Roeder P.L., Benkirane A., Wojciechowski K., and Kamata A. (1995). Emergency prevention system for transboundary animal and plant pests and diseases: The livestock diseases component. In: World Animal Review 50 Years. FAO, Rome, Italy.

14