rikkyo kaishu nichiren shu 28 april 1253, dan 2 tahun ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan...

24
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA NO.07 April 2005 1 P ada 752 tahun yang lalu adalah waktu dimana Nichiren Shonin berjanji kepada langit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal 28 April tahun Kencho ke-5 (1253), seorang bhiksu muda berjalan menaiki puncak bukit Asahigamori di Gunung Kiyosumi daerah Kominato, Propinsi Awa (Sekarang Propinsi Chiba), Jepang. Beliau berdiri menghadap matahari yang mulai terbit di samudera Pasifik dan dengan suara yang indah, mulai menyebut “Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo..” Bhiksu muda itu adalah pendiri kita, Nichiren Shonin; ketika itu Beliau telah berusia 32 tahun. Menghadap ke arah matahari pagi yang indah dengan angin sepoi-sepoi lautan Pasifik menerpa wajah, Beliau berjanji akan menyelamatkan negaranya dan seluruh umat manusia dari kehancuran, penderitaan serta membimbing umat manusia mencapai Nirvana. Tempat tinggal Nichiren Shonin berada dipinggir pantai, karena orangtuanya adalah seorang nelayan. Dalam beberapa tulisanNya, RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN NICHIREN SHU INDONESIA Oleh: Sidin Ekaputra,SE

Upload: buidat

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA

NO.07April 2005

1

Pada 752 tahun yang lalu adalah waktu dimana Nichiren Shonin berjanji kepada langit dan bumi untuk melenyapkan

kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal 28 April tahun Kencho ke-5 (1253), seorang bhiksu muda berjalan menaiki puncak bukit Asahigamori di Gunung Kiyosumi daerah Kominato, Propinsi Awa (Sekarang Propinsi Chiba), Jepang. Beliau berdiri menghadap matahari yang mulai terbit di samudera Pasifik dan dengan suara yang indah, mulai menyebut “Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo..” Bhiksu muda itu adalah pendiri kita, Nichiren Shonin; ketika itu Beliau telah berusia 32 tahun. Menghadap ke arah matahari pagi yang indah dengan angin sepoi-sepoi lautan Pasifi k menerpa wajah, Beliau berjanji akan menyelamatkan negaranya dan seluruh umat manusia dari kehancuran, penderitaan serta membimbing umat manusia mencapai Nirvana. Tempat tinggal Nichiren Shonin berada dipinggir pantai, karena orangtuanya adalah seorang nelayan. Dalam beberapa tulisanNya,

RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU28 APRIL 1253, dan 2 TAHUNNICHIREN SHU INDONESIA

Oleh: Sidin Ekaputra,SE

Page 2: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

2

ia menyebutkan bahwa Ia lahir di keluarga Chandala. Chandala (Ghandaran dalam bahasa India) berarti kasta yang paling rendah, karena mempunyai mata pencaharian dari membunuh binatang seperti para nelayan, peternak, penjagal dan lain-lain. Kediaman Beliau terletak didaerah Kataumi, desa Tojo yang berada diantara wilayah Nagasa dan Propinsi Awa. Sistem kasta memang tidak berlaku di negara Jepang seperti India, namun secara tingkat sosial Nichiren Shonin berasal dari keluarga yang miskin. Sebuah keberuntungan bahwa orangtuanya adalah bekas seorang samurai sehingga masih mempunyai sedikit pengaruh dan relasi dengan beberapa keluarga bangsawan. Nichiren Shonin yang ketika kecil bernama Yakuo-Maro, pergi belajar di Kuil Seicho-ji pada usia 12 tahun. Pada waktu itu belum ada sistem pendidikan seperti saat sekarang, sehingga kuil-kuil buddhis atau shinto adalah tempat untuk menuntut ilmu, dan untuk dapat menjadi murid harus mempunyai

hubungan atau koneksi dengan para bangsawan. Semasa kecil Yakuo-Maro seorang yang sangat cerdas dan pintar, berbagai pertanyaan yang ingin beliau temukan antara lain; “Diantara sekian banyak sutra-sutra Buddha pasti terdapat sebuah Sutra yang merupakan Raja dari seluruh sutra yang ada?” dan “Buddha mana yang seharus kita puja dan sesuai dengan masa akhir dharma?”. Setelah belajar dibawah bimbingan Dozen-bo dan menjadi Bhiksu dengan nama Zesho-bo Rencho. Ia berjanji, “Aku akan menjadi guru dari Buddhisme dan mencapai Kesadaran Buddha serta menyelamatkan seluruh mahluk hidup.” Kemudian setelah menempuh pembelajaran yang panjang,

mempelajari semua sekte buddhis yang ada dan seluruh sutra-sutra Buddha, bahkan ajaran Konghucu, dan lain-lain, Beliau sampai pada sebuah kesimpulan bahwa, “ S a d d h a r m a Pundarika Sutra adalah Raja dari segala Sutra”, sebagaimana yang tertera dalam Bab.XXIII, dan “Hanya Buddha Sakyamuni Abadi b e r d a s a r k a n Bab.XVI, Saddharma Pundarika Sutra yang seharusnya dipuja pada masa akhir dharma.”

Beliau menyadari bahwa untuk menyelamatkan umat manusia pada masa sekarang, tidak lain hanya melalui kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra dengan penyebutan Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo”. Nichiren Shonin membuktikan Saddharma Pundarika Sutra dalam pelaksanaan dengan badannya, untuk menyelamatkan negara dan umat manusia dari penderitaan. Saddharma Pundarika Sutra dapat menyelamatkan seluruh umat manusia pada masa akhir dharma dan mencapai Kesadaran Buddha karena merupakan ajaran sesungguhnya dari Buddha Sakyamuni Abadi. Pada Bab III “Perumpamaan“ Saddharma Pundarika Sutra, Sang Buddha menyatakan, “Sekarang, Triloka ini adalah milikKu. Seluruh mahluk hidup adalah anak-anakKu, terdapat begitu banyak penderitaan di dunia ini. Hanya Aku yang dapat menyelamatkan seluruh mahluk hidup.” Triloka adalah bumi dan seluruh isinya, dimana kita tinggal, dan Buddha Sakyamuni Abadi berjanji untuk menyelamatkannya. Oleh karena itu, seluruh mahluk hidup di Triloka ini adalah anak-anak dari Buddha Sakyamuni Abadi. Pada hari ini, 28 April 1253, Beliau menganti namanya menjadi Nichiren (Nichi berarti Matahari, Ren berarti Teratai) yang bermakna bagaikan sinar matahari yang akan melenyapkan segala kegelapan dan bunga teratai yang tetap putih bersih tanpa ternoda oleh air yang kotor. Nama ini diambil mengacu pada Saddharma Pundarika Sutra, Bab.XXIII menyatakan,"..Seperti

Page 3: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

halnya sang surya yang indah yang mampu menyirnakan semua kegelapan, maka begitu jugalah Hukum Saddharma Pundarika Sutra ini, yang mampu memusnahkan segala kegelapan yang nista." Kemudian Beliau berprasetya, “Aku akan menjadi tiang, mata, dan bahtera bagi negeriKu,” pernyataan ini disebut sebagai Tiga Janji Agung Nichiren Shonin, dan kita menyebutnya Rikkyo Kaishu, atau hari berdirinya Nichiren Shu dan penyebaran ajaran Nichiren Buddhisme. Nichiren Shonin dalam keinginan untuk menyelamatkan seluruh negeri dari kehancuran karena kesesatan dan pelaksanaan ajaran yang salah dari berbagai sekte yang ada, membuat sebuah tulisan yang dikirimkan kepada KeShogunan Kamakura berjudul Rissho Ankoku-ron (Risalah untuk menyelamatkan negara dan menciptakan kedamaian melalui penegakkan ajaran Buddhisme yang sesungguhnya). Kenapa Nichiren Shonin mengucapkan Tiga Janji Agung itu. Nichiren Shonin menerima secara penuh Buddha Sakyamuni Abadi sebagai satu-satunya Buddha yang harus kita puja dan mampu menyelamatkan penderitaan seluruh mahluk hidup di dunia ini, Dia adalah majikan, guru dan juga orangtua kita. Nichiren Shonin berkeinginan menjadi tiang dari hati kepercayaan seluruh orang di Jepang dan dunia, mata untuk memimpin seluruh umat manusia dan bahtera untuk menyelamatkan manusia dari lautan penderitaan. Nichiren Shonin ingin menghancurkan semua kegelapan dalam hati semua

manusia di masa Mappo. Hanya melalui penyebarluasan Odaimoku yang mampu mewujudkan seluruh keinginan Beliau, inilah hati dari Kosenrufu (Mewujudkan perdamaian dunia melalui ajaran Buddhisme yang sesungguhnya). 28 April 2003 merupakan hari yang penting karena adalah hari berdirinya Nichiren Shu Indonesia dan untuk pertama kali ajaran Nichiren Buddhisme yang sesungguhnya dan sesuai dengan keinginan hati Nichiren Shonin tersebarluaskan di Indonesia. Ini adalah hari Rikkyo Kaishu untuk menyebarkan ajaran Nichiren Buddhisme yang sebenarnya di bumi nusantara. Berpuluh-puluh tahun ajaran Nichiren Buddhisme telah mengalami distorsi dari makna dan hati yang sesuai dengan pendiri kita. Saatnya sekarang kita mewujudkan hakikat Kosenrufu yang sebenarnya. Sekarang waktunya untuk menegakkan pemujaan yang sejati kepada Buddha Sakyamuni Abadi yang didasarkan pada Bab.XVI “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata”, Saddharma Pundarika Sutra dan penyebarluasan Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo.” Sebagaimana Janji luhur dan agung dari guru kita, maka kita sebagai murid-murid Beliau hendaknya dapat melakukan hal yang sama. Kita hendaknya dapat menjadi tiang dari negara dan masyarakat kita melalui pelaksanaan hati kepercayaan yang kuat kepada Saddharma Pundarika Sutra, Kita juga harus mampu menjadi mata bagi keluarga, masyarakat

dan negara untuk melihat kebenaran dan keadilan, kita juga harus bisa menjadi Bahtera melalui Kendaraan Tunggal untuk menyeberangi lautan penderitaan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga orang lain. 2 tahun sudah berdirinya Nichiren Shu di Indonesia. Sekarang Nichiren Shu Indonesia telah mempunyai susunan di Propinsi Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Hal ini bagaikan sinar matahari yang terbit di ufuk timur dan memusnahkan kegelapan dan kesesatan dan seperti sinar bulan yang memberitahukan arah bagi perjalanan kita ditengah kegelapan malam. Kosenrufu tidak hanya menjadi sebuah kata-kata belaka tetapi juga harus menjadi jalan hidup kita. Kosenrufu dimulai dari dalam diri kita, keluarga, tetangga, masyarakat dan negara serta kemudian keseluruh dunia. Semoga semua umat Nichiren Shu Indonesia dapat menemukan Kesejatian dirinya, menyadari tugas kejiwaan, dan mampu menjadi manusia yang luhur sebagaimana cita-cita Nichiren Shonin. Selamat Ulang Tahun Nichiren Shu Indonesia ke-2. Semoga semua mahluk berbahagia. Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo. SELESAI.

3

Page 4: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

4

Tidak peduli agama apapun yang kamu jalankan, semua orang pasti setuju bahwa

bagaimanapun keluarga itu adalah bagian yang terpenting. Menurut mu siapakah keluarga itu ? Siapa saja anggota keluargamu ? Kamu dapat mengatakan bahwa keluarga adalah mereka yang dekat denganmu seperti suami, istri, orangtua, kakak,adik dan anak-anak. Tetapi bagaimana jika definisi keluarga itu diperluas mencakup kakek nenek, cucu, paman, bibi, keponakan, dan sepupu. Kamu pasti setuju bahwa mereka semua itu adalah bagian dari keluargamu. Namum banyak orang tidak merasakan demikian, dan mereka hanya dekat dengan keluarga yang terlihat oleh mereka saja. Bagaimana perasaanmu, jika ketika kamu sudah meninggal, dan anggota keluarga lain seperti kemenakan, sepupu atau saudara jauh tidak merasakan kehilangan atau tidak merasa jasa baik yang telah kamu berikan kepada mereka?. Bagaimana pendapatmu tentang mereka yang telah meninggal seperti orangtua, kakek nenek, nenek moyang dan leluhur lainnya? Semua pasti akan menyetujui bahwa semua

Sebuah Hal Yang Penting Dalam Buddhisme

KENAPA KITA HARUS MELAKSANAKAN UPACARA PERINGATAN BAGI LELUHUR ?

Oleh: YM.Bhiksu Chishin Hirai, Honolulu Hawaii

itu adalah bagian dari keluarga. Kamu akan berpikir bahwa nenek moyang itu juga bagian dari keluargamu?. Semua dari kita semua pasti suatu saat akan kehilangan orang tua, pada waktu yang lain akan kehilangan suami, istri, kakak, adik dan anak. Menurutmu setelah mati apakah mereka tetap bagian dari keluargamu? Menurut pandangan Buddhisme, mereka semua itu adalah keluargamu baik masih hidup maupun telah meninggal. Tidak peduli apa pun yang terjadi, hubungan keluarga ada untuk selamanya. Orangtua mu, kakek nenek, nenek moyang, bibi dan paman melakukan segala sesuatunya sebaik

apa yang telah kamu lakukan untuk anak-anak mu, cucu, kemenakan dan sepupu. Kita ada saat ini adalah karena usaha dari keluarga kita pada generasi-generasi yang lalu. Jika terdapat sebuah garis yang hilang dalam keluarga, mungkin kita tidak akan pernah lahir didunia ini. Kita tidak pernah hidup sendiri, terpisah dari masa lalu dan masa depan. Kita terhubung secara permanen antara masa lampau dan masa akan datang dari keluarga kita. Ini adalah sebuah tanggungjawab bagi kita untuk memperhatikan dan peduli kepada generasi masa lalu keluarga kita yang telah meninggalkan kita, berbuatlah yang terbaik dan sampaikan hal ini kepada keturunan kita. Jika seseorang tidak memperdulikan orangtua mereka, mereka tidak juga akan dipedulikan oleh anak-anaknya pada masa mendatang. Anak-anak kita belajar dari contoh yang kita tunjukkan. Sehingga semua keluarga adalah

Seluruh anggota keluarga hadir dalam upacara peringatan bagi para leluhur

Bersambung ke Hal.18

Page 5: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

5

Bimbingan Oleh:YM.Bhiksuni Myosho Obata(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)

Pada tanggal 16 Pebruari, kita memperingati hari kelahiran dari Nichiren Daishonin.

Sebab itu, saya ingin memberitahukan kepada kalian tentang kelahiran dan masa kecil dari Nichiren Daishonin. Hari ini, Saya ingin memberitahukan kamu tentang bagaimana kehidupan Nichiren Shonin di Kuil Seichoji. Pada tanggal 12 mei 1233, Zen-nichi-maro meninggalkan kampung halamannya di Kominato dan berjalan melewati jalanan setapak menuju bagian dari Kuil Seichoji bersama ayahNya dan Beliau masuk untuk pertama kali ke sekolah Kuil Seichoji di Gunung Kiyosumi. Sebagaimana para murid baru, Beliau juga dipenuhi dengan segala impian dan pengharapan yang tinggi. Kuil Seichoji adalah sebuah kuil dari Sekte Ten-Dai, sebuah sekte yang terkenal akan ajaran rahasia dari Shingon. Objek pemujaan utamanya adalah Bodhisattva Akasagarbha (Kokuzo Bosatsu). Makna nama dari Bodhisattva ini adalah gudang pusaka yang tiada batas dimana dipenuhi oleh kebijaksanaan yang luar biasa bagaikan langit yang luas. Dikatakan bahwa jika seseorang berdoa kepada Bodhisattva ini, akan diberkati oleh keberuntungan, kebajikan dan kebijaksanaan besar. Dan kepala Bhiksu disini adalah Guru Dozen-bo, seseorang yang sangat percaya kepada Buddha Amitabha. Guru Dozen menerima Zen-nichi-

NICHIREN DAISHONIN DAN KUIL SEICHO-JI

maro sebagai murid baru dan memberikan nama Yaku-O-Maro. Kemudian, Beliau mulai pelajarannya, tidak hanya mengenai dasar-dasar dari ajaran Buddha, tetapi juga ajaran Konghucu dipelajari dengan baik. Ajaran Konghucu, yang mana dibawa ke Jepang dari China, dipelajari sebagai bahan pelajaran bagi seluruh siswa. Selama empat tahun, Yaku-O-Maro dengan penuh semangat mempelajari berbagai macam ajaran Buddha dan Konghucu, berusaha untuk menemukan jawaban dalam dirinya, tetapi ia hanya menemukan semakin banyak pertanyaan. Khususnya mengenai begitu banyaknya ajaran yang berbeda-beda, begitu banyak pelaksanaan yang berbeda yang dihubungkan dengan objek pemujaan Buddhis. “Terdapat begitu banyak sutra,” Ia berkata, “Tetapi diantara semua ini, pasti terdapat sebuah ajaran Buddha yang sesungguhnya. Yang mana adalah Raja dari Sutra?” Setelah bertekad untuk menemukan jawabannya, Yaku-O-Maro akhirnya menjadi seorang Bhiksu pada tanggal

8 oktober 1237, dan diberinama bhiksu Ze-Sho-bo Rencho. Beliau telah berumur 16 tahun. Rencho, beliau terkenal sangat tekun dalam pembelajarannya, berjanji untuk membaca semua bahan-bahan ajaran yang terdapat di perpustakaan Kuil Seichoji dengan harapan dapat menemukan ajaran sesungguhnya. Tetapi pembelajarannya semakin membuat ia bertambah bingung.

Bodhisattva Akasagarbha (Kokuzo Bosatsu)

Bersambung ke Hal.12

Page 6: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

6

Seri Pelajaran Mahayana

EMPAT KEBENARAN MULIA(BAGIAN KE-TIGA)

Kebodohan batin [moha]

Keinginan atau kemauan seperti sebatang pohon besar yang memiliki banyak cabang.

Ada cabang keserakahan, cabang kebencian dan cabang kemarahan. Buah yang muncul dari cabang tersebut adalah buah penderitaan, tetapi bagaimana pohon keinginan ini masih bisa tumbuh ? Dimana pohon tersebut dapat tumbuh ? Jawabannya adalah pohon tersebut berakar pada ketidakpedulian atau kebodohan batin. Pohon tersebut tumbuh karena ketidak-pedulian atau kebodohan batin kita sendiri. Tanpa disadari maka hal tersebut akan menggeroti batin kita ke alam yang menyedihkan bagaikan karat yang timbul dari besi itu sendiri. Sang Buddha bersabda :“Bagaikan karat yang timbul dari besi, bila telah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri. Begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk akan menjerumuskan pelanggarnya ke alam yang menyedihkan.” (Dhammapada, 240). Kebodohan batin merupakan suatu kondisi ketidak-mampuan untuk melihat inti kebenaran dari segala sesuatu sebagaimana seharusnya. Terdapat banyak sekali kebenaran di dunia ini yang tidak dipedulikan oleh orang karena keterbatasan pengertian dan pengetahuan yang dimilikinya. Ini terdapat sebuah cerita yang menarik untuk mengambarkan tentang kekotoran batin seseorang. Mari kita simak cerita berikut.

Harta atau Tenggelam

Ada suatu cerita menarik yang dapat menggambarkan situasi ini. Dimana dalam suatu perahu yang sedang akan tenggelam, orang-orang semua berusaha menyelamatkan diri tanpa peduli akan harta bendanya lagi. Namun dalam perahu tersebut terdapat seseorang yang masih sibuk mengikatkan segala harta bendanya ke seluruh badannya tanpa memperdulikan perahu yang akan tenggelam tersebut. Teman-temannya yang sudah sampai ke tepian, berteriak agar dia membuang segala hartanya dan menyelamatkan dirinya. Namun hal itu ditolak mentah-mentah dan dia tetap mementingkan harta emasnya yang berat, sehingga akhirnya menenggelamkan dirinya bersamaan dengan tenggelamnya harta emas yang diikatkan ke seluruh badannya. Begitulah kita sulit sekali mempercayai sesuatu yang belum terbukti sebagaimana adanya, dan selalu berpegang teguh akan keyakinan sendiri tanpa peduli terhadap sekeliling kita. Ilmu fisika membuktikan, bahwa terdapat suara yang tidak dapat didengar dan gelombang cahaya yang tidak dapat dilihat. Orang mungkin tidak sadar adanya gelombang radio atau sinar ultra violet, kalau tidak ada alat khusus yang ditemukan untuk membolehkan mereka mengobservasi hal tersebut. Sejauh manusia masih tetap dilandasi ketidak-pedulian terhadap segala sesuatu yang menyangkut kehidupan di dunia ini, mereka akan tetap menderita yang

disebabkan oleh kesalah-pengertian dan pikiran ilusi (maya) mereka. Apabila manusia telah mengolah pikiran mereka dan memperoleh kebijaksanaan dari belajar, pemikiran yang benar dan meditasi yang benar, maka mereka akan melihat Kebenaran sebagai suatu Kebenaran. Mereka akan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Mereka akan mengerti penderitaan dan ketidak-kekalan dalam kehidupan ini, hukum Sebab Akibat dan Empat Kebenaran Mulia. Dengan mengalahkan nafsu keinginan rendah dan kebodohan batin serta selalu mengarahkan batin ke Kebebasan Sejati, mereka akan memperoleh kebahagiaan dan Pencerahan seperti yang dilakukan oleh Sang Buddha sekitar 2500 tahun yang lalu. Buddha Sakyamuni bersabda: “Mereka yang senantiasa sadar, tekun melatih diri siang dan malam, selalu mengarahkan batin ke nibbana, maka semua kekotoran batin dalam dirinya akan musnah.” (Dhammapada, 226)

Redaksi:Seri Pelajaran Mahayana ini kelanjutan dari edisi bulan lalu.-----------------------------------------------------

Page 7: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

7

Sang Buddha Sakyamuni mengajarkan, “Semua perbuatan tidaklah kekal.” Karma buruk juga tidak kekal dan tidak memiliki sifat diri yang mendasar. Jika kita berhenti menciptakan karma buruk dan terus menerus melakukan karma baik, suatu hari kita akan bebas dari penderitaan dan mencapai kebahagian. Sebagaimana suatu gelas berisi air garam yang apabila dituangi terus dengan air tawar, maka akan hilanglah rasa asin pada air gelas tersebut.

3. Kebenaran Mulia tentang Pelenyapan Penderitaan

Kesadaran pertapa Gautama akan pelenyapan penderitaan, sehingga

memperoleh Pencerahan Sempurna sebagai Buddha pada usia 35 tahun, membuktikan usaha Beliau mencari Kebenaran bisa berhasil. Selama enam tahun, pertapa Gautama mengalami usaha yang sia-sia dalam mencari solusi terhadap masalah penderitaan makhluk hidup. Beliau juga telah mencoba berbagai cara bertapa dari para guru pertapa untuk melenyapkan penderitaan yang ternyata mereka juga belum berhasil. Hingga akhirnya Beliau menemukan solusi masalah kehidupan tersebut dengan caranya sendiri . Keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha [Sraddha/Saddha] Setelah menyadari Kebenaran dengan usaha Beliau sendiri, Buddha Sakyamuni menawarkan kepada semua orang yang siap untuk mendengarkan.

Kura - Kura dan Ikan

Ada suatu cerita kuno mengenai kura-kura dan ikan. Kura-kura dapat tinggal di darat dan juga di laut, sedangkan ikan hanya tinggal di laut. Pada suatu hari, ketika kura-kura kembali dari perjalanannya

di darat, dia menceritakan kepada ikan tentang pengalamannya. Dia menjelaskan, bahwa segala makhluk hidup berjalan dan tidak ada yang berenang. Ikan tersebut menolak untuk percaya bahwa ada jalan yang kering di daratan, karena ikan tidak pernah mengalami hal tersebut. Sama seperti manusia yang belum mengalami pelenyapan penderitaan, tetapi bukan berarti bahwa tidaklah mungkin untuk melenyapkan penderitaan. Seorang pasien haruslah mempunyai kepercayaan terhadap dokter yang berpengalaman, kalau tidak dia tidak akan menebus obatnya di apotik, sebagaimana resep yang diberikan oleh dokter tersebut, sehingga sakitnya tidak bisa disembuhkan. Demikian juga kita harus mempercayai ajaran Buddha Sakyamuni yang telah memperlihatkan jalan untuk melenyapkan penderitaan.

Pelenyapan Penderitaan

Pelenyapan penderitaan merupakan tujuan utama Ajaran Buddha Sakyamuni. Hal tersebut dapat dialami oleh setiap orang dimanapun mereka berada. Sebagai contoh, apabila keserakahan dan kemarahan muncul di dalam pikiran akan menyebabkan ketidakbahagiaan. Apabila perasaan serakah dan marah tersebut telah lenyap, maka pikiran akan bahagia dan damai. Untuk melenyapkan penderitaan secara tuntas, seseorang harus menghilangkan nafsu keinginan rendah, kebencian dan kebodohan batin. Inilah yang disebut Kebenaran Mulia Ketiga, yaitu Pelenyapan Penderitaan. Mungkin Anda akan merasa bergidik, apabila mendengar kata `pelenyapan’ dimana seolah-olah Ajaran Buddha Sakyamuni menganjurkan agar semua

hal-hal duniawi harus lenyap dari diri Anda, sehingga Anda tidak bebas untuk berkeluarga, mencari uang, memiliki kedudukan yang tinggi dan menikmati kesenangan hidup duniawi. Semua kekhawatiran tersebut tidaklah benar adanya. Ajaran Buddha Sakyamuni adalah suatu ajaran yang bertujuan untuk mencari Kebahagiaan. Ajaran Buddha Sakyamuni tidak menolak kehidupan normal, tetapi hanya menolak kehidupan yang berlebihan akan kemelekatan terhadap kenikmatan materi duniawi yang rendah saja. Sehingga apabila Anda mempercayai Ajaran Buddha Sakyamuni, masih dapat berkeluarga, bekerja untuk mencari nafkah, dan hidup sebagaimana kehidupan normal. Dalam salah satu Sutra diuraikan, bahwa terdapat seorang umat awam yang bernama Vimalakirti yang sudah menikah dan sangat kaya. Akan tetapi dia tidak menjadi budak nafsu keinginan materi. Di dalam Sutra, ia digambarkan, “Meskipun menjalankan kehidupan berumah tangga, dia tidak memiliki keterikatan pada tiga jenis alam; meskipun menikah, dia selalu melatih kehidupan suci”

BERSAMBUNG

Page 8: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

8

Tahun lalu, banyak orang yang kehilangan hidupnya karena berbagai macam bencana, baik

di Jepang maupun diseluruh dunia. Saya bergabung bersama kalian semua berdoa dengan sungguh hati bagi mereka yang mengalami musibah. Kita juga berdoa untuk kesembuhan dan kebangkitan kembali dari para korban penyakit dan bencana baik secara phisik maupun mental. Tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa hari ini kita hidup dalam dunia hidup dan mati. Meskipun demikian, kita harus selalu mengingat ajaran dari pendiri kita, Nichiren Shonin, yang mengatakan bahwa, “Dari semua kekayaan dan keberuntungan, Hidup adalah yang paling utama.” Ketika kita mendapatkan keuntungan dapat terlahir sebagai manusia dan bertemu dengan ajaran Buddha, makna dari sebuah kehidupan dapat kita lihat dari empat cara pandang:1. HidupKu bukanlah milik diriKu.

Ini adalah merupakan karunia dari langit dan bumi, kurnia besar dari para Buddha, yang diberikan kepadaKu dan membuat diriku menjadi hidup.

2. HidupKu adalah Terbatas.Terimalah ini dengan serius dan rendah hati, aku harus hidup setiap saat untuk diriku dan orang lain.

3. HidupKu adalah saling berhubungan satu sama lain. Menelusuri kembali asal mula manusia, kita akan menemukan bahwa semua manusia berhubungan satu sama lain.

MARILAH KITA TIDAK MELUPAKAN TUJUAN UTAMA DARI PENDIRI KITA, NICHIREN SHONIN

Oleh YM.Bhiksu Tansei Iwama, Kepala Administrasi Nichiren Shu Pusat

Hidupku adalah kelanjutan dari nenek moyang / leluhur dan akan dilanjutkan oleh keturunanKu.

4. HidupKu dapat terlahir kembaliSebagaimana yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra, setiap kehidupan akan mengalami kelahiran kembali melalui masa lampau, sekarang dan akan datang. Nichiren Shonin berkata, “Myo berarti Kesadaran.” Ketika kita percaya dalam Saddharma Pundarika Sutra, hidup kita akan hidup kembali dalam kehidupan yang luar biasa karena karunia kebajikan dari Buddha Sakyamuni Abadi. Dengan begitu kita akan menyadari bahwa hidup ini akan cepat berlalu, kenyataannya, kita dapat berganti pada kehidupan abadi sebagaimana Buddha Abadi dan selanjutnya terus bersinar melampau masa lampau, sekarang dan akan

datang. Seseorang yang dalam kehidupan lampau dan telah berlindung pada Buddha Abadi adalah profil dari para penganut Nichiren Shu yang menyebut Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo”

Tahun Heisei Ke-33 adalah peringatan hari kelahiran pendiri kita, Nichiren yang ke-800. Melihat kepada tahun yang penuh kesan ini, pada masa mendatang, kita sebagai Nichiren Buddhis harus melihat fakta bahwa pendiri kita, Nichiren selalu melihat dunia ini dan orang-orang yang tinggal didalamnya dan Ia meninggalkan ajaran Odaimoku untuk kita dalam pelaksanaan Saddharma Pundarika Sutra untuk disebarluaskan tidak hanya di negeri Jepang saja, tetapi juga keseluruh dunia sehingga tercipta dunia yang damai dan murni. Kita, sebagai pengikut Nichiren, harus melakukan hal yang terbaik untuk mencapai tujuan dan keinginanNya. Nichiren Shonin melaksanakan dengan badannya dalam tugas penyebarluasan dengan dasar penghargaan terhadap kehidupan yang menjadi dasar ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra. Semua para pengikut harus mempunyai hati kepercayaan yang kuat kepada Odaimoku dan menyebarkan mulai dari keluarga dan masyarakat disekitar kita. Kita harus mengikuti langkah dan jejak dari pendiri kita, Nichiren yang melakukan perjalanan tanpa henti sedikitpun untuk Kosenrufu. SELESAI

YM.Bhiksu Tansei Iwama

Page 9: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 2Edited by George Tanabe.Jr, Compiled by Kyotsu HoriTerbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - JapanDiterjemahkan oleh Sidin Ekaputra,SE

9

HAKII SABURO-DONO GO-HENJI(SURAT BALASAN KEPADA SABURO-DONO)

-BAGIAN 2-

ISI GOSHO

Lagipula, di dalam Bab XX “Bodhisattva Sadaparibhuta” Saddharma Pundarika

Sutra, Sang Buddha menceritakan tentang kehidupanNya pada masa lampau: “Pada suatu masa, terdapatlah seorang Bodhisattva yang bernama Sadaparibhuta ……. Ia menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra dengan penuh semangat meskipun mendapat penganiayaan.” Sutra ini menguraikan bagaimana orang-orang jahat menjelek-jelekan, mencaci maki dan menganiaya dia dengan mengunakan tongkat kayu atau potongan kayu, dan melemparkan batu kearahnya. Kutipan sutra ini untuk memperlihatkan tentang pelaksanaan pada masa lampau Sang Buddha, dan memberikan dorongan kepada mereka yang akan menyebarluaskan Sutra ini pada Masa Akhir Dharma. Menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra, Bodhisattva Sadaparibhuta mendapatkan penganiayaan dan diserang dengan tongkat dan batu, tetapi ia memperoleh Kesadaran Buddha dengan segera. Ketika Aku menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra, rumahKu di Matsubagayatsu dibakar, dan Aku

diserang oleh Tojo Kagenobu di Komatsubara, dibuang ke semanjung Izu, dan diasingkan ke Pulau Sado. Oleh karena itu, tanpa keraguan Aku pasti akan mencapai KeBuddhaan pada masa mendatang.

Bahkan Empat Yang Terpercaya (Empat orang yang dikategori sebagai Bodhisattva, mereka para Buddhis yang menjadi pembimbing setelah kemoksaan Sang Buddha) sepanjang Masa Kebenaran Dharma dan Masa Persamaan Dharma mendapat berbagai kemalangan ketika mereka mencoba untuk menyebarluaskan sutra ini. Sebagai contoh, Bodhisattva Deva, pewaris Dharma langsung ke-20, telah dibunuh secara kejam, dan penerus ke-25, Arya Simha telah dipenggal oleh seorang raja jahat. Buddhamitra, pewaris langsung Dharma ke-8, menyebarluaskan dengan membawa bendera merah didepan pintu gerbang istana selama 12 tahun sedangkan Bodhisattva Nagarjuna, pewaris ke-13, melakukan hal yang sama selama 7 tahun. Di China, Tao-sheng dihukum buang ke Gunung Sushan karena ia menegaskan bahwa semua orang dapat mencapai KeBuddhaan; Fa-tsu telah dikucilkan sebab ia menyebarluaskan dengan bersemangat di Chang-an; Guru Tripitaka Fatao mendapatkan cacat diwajahnya dan diusir karena mengkritik Kaisar Hui-Tsung dari Dinasti Sung; Hui-yuan telah di

hukum karena mengkritik kebijakan Anti Buddhis yang dilakukan oleh Kaisar Wu dari Chou Utara.

Mahaguru T’ien-tai terlibat perdebatan yang sengit dengan para guru agama; 3 dari selatan dan 7 dari utara dalam menegakkan ajaran barunya, dan Mahaguru Dengyo di Jepang harus berdebat melawan 6 sekte Buddhis di Nara sepanjang pemerintahan Kaisar Kammu. Diterima atau tidaknya para guru Buddhis ini tergantung dari apakah pandangan mereka diterima oleh raja yang bijaksana atau ditolak oleh raja yang bodoh; maka ini bukan karena penyebarluasan ajaran sesuai atau tidak dengan kehendak Buddha.

Keadaan ini sudah berlangsung selama Masa Kebenaran Dharma (Saddharma) atau Masa Persamaan Dharma (Pratirupadharma), apalagi ketika Masa Akhir Dharma ! Aku, Nichiren mendapatkan kecaman dari KeShogunan Kamakura demi Saddharma Pundarika Sutra. Ini adalah sebuah kebahagiaan terbesar yang pernah terjadi pada diriKu; hal ini seperti menukar sebuah potongan kayu atau batu yang tidak berharga dengan potongan emas dan perak.

Bagaimanapun, ada hal yang membuat Aku prihatin. Didalam Sutra Raja Yang Baik Hati (Ninno-Kyo) atau Manusendra diramalkan bahwa: “Tujuh bencana akan pasti terjadi, ketika orang suci

Redaksi:Gosho ini lanjutan dari edisi bulan lalu....................................................................

Page 10: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

10

meninggalkan suatu negeri.” Tujuh bencana berarti terjadi kekacauan dan peperangan serta kekeringan yang akan menyengsarakan orang banyak. Sutra Kemuliaan Keemasan (Konkomyo-kyo), dikatakan: “Ketika seorang raja mengikuti orang jahat dan dengan kebodohan menghukum orang berbudi luhur, pergerakkan matahari, bulan dan bintang akan terganggu, atau perubahan angin dan musim hujan tidak akan sesuai dengan waktunya.” Siapakah mereka yang dikatakan dalam sutra sebagai “Orang jahat yang diikuti oleh sang raja ?” Mereka adalah para bhiksu seperti Doryu, Ryokan, dan Shoichi yang disebutkan diatas. Siapakah yang dikatakan dalam sutra sebagai “menghukum orang berbudi luhur?" Mereka adalah yang diusir dari biara-biara berulang kali seperti yang dinyatakan dalam Bab.XIII “Dorongan Untuk Menegakkan Sutra Ini”, Saddharma Pundarika Sutra. Ketidakteraturan didalam bergeraknya gejala alam mengacu pada gejala aneh yang terjadi dilangit dan bencana alam diatas bumi yang telah sering terjadi dua puluh tahun terakhir ini. Jika kutipan kalimat dari Sutra Raja Yang Baik Hati (Ninno-kyo) dan Sutra Kemuliaan Keemasan (Konkomyo-kyo) ini benar, hukum pembuangan yang Aku, Nichiren terima adalah suatu pertanda kemusnahan dari negeri ini. Disamping itu, mengenai hal ini sebelum Aku dihukum pembuangan, telah disampaikan dalam risalah “Rissho Ankoku-ron” atau Risalah “Menyebarkan Kedamaian Keseluruh Negeri Dengan Menegakkan Ajaran Yang Sesungguhnya” kepada KeShogunan. Oleh karena itu, tidak terdapat sedikitpun keraguan mengenai hal ini. Ini sungguh sesuatu yang sangat disayangkan, bahwa dengan menganiaya pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, negeri ini akan jatuh dalam bencana nasional dan hal ini sangat memperihatinkan

Nichiren.Setelah 2.222 tahun setelah

Kemoksaan Sang Buddha. Dharma Buddha telah disebarluaskan oleh para Bodhisattva seperti Nagarjuna dan Vasubandhu di India sepanjang 1.000 tahun Masa Kebenaran Dharma (Saddharma). Ajaran yang mereka sebarkan bukanlah ajaran Mahayana yang sesungguhnya, tetapi hanya ajaran Hinayana dan Mahayana Sementara. Maha Guru T’ien-t’ai yang lahir di negeri China pada Masa Persamaan Dharma (Pratirupadharma), mengkritik doktrin sesat dari tiga guru selatan dan tujuh guru utara dan menjelaskan tentang Saddharma Pundarika Sutra sebagai Yang Tertinggi diantara semua Sutra Buddha. Didalam perbandingan keunggulan sutra, T’ien-t’ai menegakkan sebuah teori baru tentang Lima Periode Pengajaran, dimana ini dibuat untuk menyempurnakan ajaran tentang Saddharma Pundarika Sutra. Didalam pelaksanaan dan perenungan, Ia membuktikan bahwa 3.000 gejala keberadaan terdapat dalam sekejap pikiran dari semua orang, mereka yang belum tercerahkan. Sehingga, seluruh orang di China menyebut Beliau sebagai “Buddha Kecil” dan menghormati Beliau. Bagaimanapun, mengenai Tiga Susun Ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra, beliau hanya menyebarkan dua Dharma sempurna yakni Kebijaksanaan dan Meditasi tanpa pengajaran Ajaran Yang Sempurna. Maha guru Dengyo yang muncul di Jepang sekitar 1.800 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha. Beliau mengkritik kesalahan pemahaman terhadap Buddhisme yang dilakukan oleh Enam Sekte Buddhisme di Nara, 200 tahun setelah Buddhisme pertama kali diperkenalkan di Jepang pada masa pemerintahan Kaisar Kimmei. Lebih dari itu, untuk pertama kali, Ia menyebarluaskan Ajaran Yang Sempurna, yang mana tidak

dilakukan oleh T’ien-t’ai. Ini adalah ajaran agung dan sempurna dari Kuil Enryakuji di Gunung Hiei.

Selama lebih dari 2.000 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha, Buddhisme tersebarluas di India, China dan Jepang, terdapat banyak kuil di negara-negara itu. Bagaimanapun, tidak terdapat satu kuil pun yang pernah menempatkan Buddha Sakyamuni yang telah mencapai Penerangan Agung sejak masa lampau yang abadi, sebagaimana yang diungkapkan didalam bagian pokok dari Saddharma Pundarika Sutra, dan tak seorangpun pernah menyebarkan Dharma Utama yang terdiri dari lima aksara “Myo, Ho, Ren, Ge Kyo”, yang telah diberikan kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi, para murid dari Buddha Sakyamuni Sejati dan Abadi. Meskipun didalam sutra dikatakan bahwa, Sutra ini akan tersebarluas pada awal Masa Akhir Dharma, tetapi tidak tersebarkan dinegara manapun. Apakah ini berarti bahwa waktu yang tepat untuk penyebarluasan belum tiba? Atau, Apakah karena kemampuan dari orang-orang untuk memahami belum matang? Sang Buddha membabarkan dalam Bab.XXIII “Kehidupan Lampau Bodhisattva Baisyajaraja” Saddharma Pundarika Sutra dikatakan, “Sebarkanlah Sutra ini keseluruh dunia pada awal 500 tahun ke lima setelah kemoksaanKu, agar ia tidak musnah.” Mahaguru T’ien-t’ai menjelaskan ini dalam “Hokke Mongu“ (Kata-kata dan Ungkapan dalam Saddharma Pundarika Sutra), “Dharma yang luar biasa ini akan tersebarluaskan pada periode 500 tahun kelima.” Mahaguru Dengyo mengatakan dalam risalahnya “Melindungi Negara” bahwa, “Masa Kebenaran Dharma dan Masa Persamaan Dharma telah berlalu, dan pada Masa Akhir Dharma, ketika Ajaran Kendaraan Tunggal Saddharma Pundarika Sutra

Page 11: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

11

akan tersebarluaskan, adalah begitu dekat ditangan.”

Kutipan kalimat dalam sutra dan komentar ini mengarah pada awal permulaan dari Masa Akhir Dharma sebagai waktu dimana Saddharma Pundarika Sutra akan tersebarluaskan. Seorang Brahman di India menprediksikan bahwa, “Buddha akan muncul pada 100 tahun kemudian” dan cendikiawan Kongfucu di Negeri China meramalkan, “Buddhisme akan diperkenalkan di negeri China 1.000 tahun kemudian.” Meskipun ramalan ini dibuat oleh orang biasa, tetapi terbukti kebenarannya, apalagi jika hal itu dibuat oleh para guru suci seperti T’ien-t’ai dan Dengyo? Apalagi kata-kata emas dari Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabutharatna! ini tidak diragukan lagi bahwa waktu bagi Saddharma Pundarika Sutra untuk tersebarluaskan telah tiba, dan Buddha Sakyamuni dan Lima Aksara dari Dharma Luar Biasa akan diterima diseluruh penjuru dunia.

Namun demikian, meskipun mereka yang sudah sering mendengarkan pengajaran Buddhisme yang penting dari Aku, Nichiren, mungkin saja meninggalkan hati kepercayaan ketika mereka melihat begitu banyak penyiksaan dan penganiayaan yang dialami. Anda mendengarkan hukum ini hanya sekali dua kali, dan juga hanya sekali waktu saja, kamu masih menjaga hati kepercayaan didalam Saddharma Pundarika Sutra. Hal ini pasti karena adanya hubungan yang erat dari masa lampau.

Mahaguru Miao-lo menyatakan dalam “Hokke Mongu-ki” (Catatan tambahan atas kalimat dan ungkapan dalam Saddharma Pundairka Sutra); “Jika seseorang pada Masa Akhir Dharma, hanya sebentar mendengarkan Saddharma Pundarika Sutra dan menaruh hati kepercayaan didalamnya, hal ini

disebabkan karena ia mempunyai hubungan yang dekat sutra itu yang didengarnya pada masa lampau.” Ia juga mengatakan dalam “Makashikan fugyoden guketsu” (Catatan tambahan atas Pengertian yang mendalam dan Konsentrasi Yang benar); “Tanpa adanya hubungan yang erat dalam kehidupan lampau, seseorang yang tidak dilahirkan pada masa kehidupan Sang Buddha atau Masa Kebenaran Dharma tetapi hanya terkait pada akhir dari Masa Persamaan Dharma tidak akan dapat menerima Saddharma Pundarika Sutra, Sutra Yang Terunggul diantara seluruh sutra.” Dalam Bab.XVIII “Kebajikan Karena Gembira Mendengarkan Sutra Ini” dalam Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan; “Seseorang yang telah melayani 10 trilyun para Buddha di masa lampau dapat terlahir sebagai seorang manusia dan dapat mempunyai hati kepercayaan dalam Saddharma Pundarika Sutra.” Sutra Nirvana juga mengatakan bahwa, “Seseorang yang telah dilahirkan di dunia iblis (Masa Akhir Dharma) setelah kemoksaan Sang Buddha dan dapat mempunyai hati kepercayaan dalam Sutra Nirvana adalah seseorang yang telah melayani para Buddha bagaikan banyaknya pasir di sungai Hiranyavati pada masa lampau."

Ajatasatru adalah seseorang yang sangat jahat, yang telah membunuh ayahnya dan memenjarakan ibunya, tetapi ketika Sang Buddha membabarkan Sutra Nirvana, ia hadir mendengarkan pembabarannya dan mempunyai kesempatan juga mendengarkan pembabaran Saddharma Pundarika Sutra. Kemudian karena itu, tidak hanya penyakit tumor yang menulari tubuhnya, dalam kaitannya dengan karma membunuh ayahnya, telah musnah dengan segera, tetapi juga ia, yang seharusnya telah mati, telah dapat hidup selama lebih dari 40 tahun

lagi. Bahkan dengan segera sang raja, yang dikenal sebagai orang tidak mempunyai hati kepercayaan, setelah menerima ajaran Sang Buddha dapat memasuki tingkatan Shoju dalam Jalan KeBodhisattvaan.

Devadatta, seorang keponakan Sang Buddha, adalah orang yang dikenal sebagai orang yang telah melukai Sang Buddha. Oleh karena itu, Devadatta dikatakan bahwa adalah mustahil untuk dapat diselamatkan dalam pembabaran sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra. Namun, pada Bab.XII “Devadatta” Saddharma Pundarika Sutra, dibabarkan bahwa ia akan menjadi Raja Surgawi Buddha (Tathagata Devaraja) pada masa mendatang.

Merenungkan hal-hal tersebut diatas, Aku menyakini bahwa orang-orang biasa didalam Masa Akhir Dharma yang melakukan sedikit atau banyak karma buruk. Ya atau tidak seseorang itu dapat mencapai KeBuddhaan tidak tergantung pada besar atau kecilnya karma buruk yang dibuat tetapi tergantung pada ada atau tidaknya hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra. Sebagai seorang anggota keluarga prajurit, kamu tentu selalu berhadapan dengan perbuatan membunuh orang lain, yang mana dalam Buddhisme hal tersebut sangat dilarang. Hal ini membuat kamu seperti seorang yang jahat. Jika kamu tidak dapat meninggalkan keluargamu dan keluar dari masyarakat, bagaimana kamu dapat menghindari diri, jatuh dalam Tiga Dunia Buruk seperti Neraka? Kamu sebaiknya memikirkankan hal ini secara mendalam.

Saddharma Pundarika Sutra membabarkan bahwa orang-orang biasa yang penuh dengan karma buruk dan keterikatan hawa nafsu dapat mencapai KeBuddhaan. Oleh karena itu, kamu juga dapat mencapai KeBuddhaan tanpa perlu merubah dirimu sebagai orang biasa atau orang jahat. T’ien-t’ai mengatakan

Page 12: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

12

dalam “Hokke Mongu” (Kata-kata dan Ungkapan dalam Saddharma Pundarika Sutra); “Sutra yang dibabarkan sebelum Saddharma Pundarika Sutra memberikan kemungkinan pencapaian KeBuddhaan kepada orang-orang yang mempunyai kebajikan luhur tetapi tidak untuk orang jahat; bagaimanapun, keduanya baik orang yang berkebajikan atau orang jahat dapat mencapai KeBuddhaan didalam Saddharma Pundarika Sutra.” Miao-lo menyatakan dalam Hokke Mongu-ki (Catatan tambahan Kata-kata dan Ungkapan dalam Saddharma Pundarika Sutra) bahwa,”Ajaran Sempurna dari Saddharma Pundarika Sutra menjelaskan bahwa meskipun bertentangan dapat menjadi selaras, tetapi Tiga Ajaran lainnya (Pitaka, Umum dan Pengajaran Berbeda)

menjelaskan bahwa bertentangan adalah bertentangan, dan selaras adalah selaras, yang dengan jelas memisahkan antara kebajikan dan kejahatan.” Kamu harus berpikir keras tentang arti semua ini.

Aku bermaksud menulis tentang pertanyaan bahwa apakah seseorang itu dapat atau tidak mencapai Penerangan dari sutra-sutra sementara, selain Saddharma Pundarika Sutra, tetapi aku sedikit khawatir terhadap mereka yang hanya memiliki sedikit pengetahuan dasar Buddhisme, yang hanya mengerti sebatas nama dan jumlah ajaran saja. Meskipun demikian, ada beberapa murid saya, yang telah aku ajarkan secara garis besar mengenai hal itu. Kamu bisa menanyakan tentang hal tersebut kepada mereka. Kemudian, aku akan menulis surat kepadamu lagi.

Tanggal 3 bulan 8 Tahun Bun-ei ke-10Surat Balasan Kepada Tuan Nambu Rokuro Saburo di Propinsi KaiHormat Saya,

Nichiren (Tanda tangan)

Catatan tambahan : Para muridKu seperti Chikugo-bo Ben-ajari dan Daishin-ajari sedang berada di Kamakura. Bisakah kamu untuk bertemu dan bertanya kepada mereka ? Aku telah memberitahukan kepada mereka tentang ajaran yang penting didalam pikiranKu. Mereka kurang lebih telah memahami ajaran tertinggi Saddharma Pundarika Sutra yang belum tersebarluas di Jepang sehingga mereka dapat menjelaskan apa yang kamu ingin ketahui dan pelajari.

Akhirnya, dalam keputusasaan, ia memasuki tempat suci dari kuil dewa pelindung. Disini, dalam keheningan dan kegelapan dari aula suci, Ia berlutut dihadapan altar dari Kokuzo Bosatsu dan berdoa untuk mendapatkan berkah dan bimbingan. Selama 21 hari, ia berdoa dan berpuasa, mengucapkan sebuah janji dihadapan dewa bahwa ia akan belajar semua ajaran dari semua sekte sampai ia mengerti ajaran Buddha yang sesungguhnya. Sebagai hasilnya, Ia mendapatkan berkah dari Bodhisattva itu untuk menjadi orang yang paling bijaksana dan berpengetahuan diseluruh Jepang. Setelah dua puluh satu hari berakhir, usaha Rencho yang melelahkan, seorang teman, yang berfungsi untuk menjaga para bhiksu muda, bergegas ke tempat suci tersebut untuk menemui beliau. Tetapi Rencho tidak ada disana. Ia ada

diluar bangunan diatas tanah, terjatuh tidak sadarkan diri, jubahnya terletak didekat rumpun bambu ternoda oleh darah yang ia muntahkan sebagai akibat dari ketegangan yang besar yang ia alami. Segera, temannya merawat beliau sehingga ia sadar. Tetapi, dengan segera, Rencho membuka matanya, tersenyum dan badan dan jiwanya telah menjadi bersih setelah melewati hari-hari yang berat. Melalui usaha yang tekun dalam belajar, Beliau mulai dapat melihat perbedaan diantara semua sutra. Pengetahuan ini didasarkan kepada Pusaka Permata, hal dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama, diperoleh dari Sutra Nirvana dimana dikatakan, “Bersandar kepada Dharma, dan tidak kepada orang.” Kemudian, Seperti seorang laki-laki yang tidak pernah disesatkan oleh orang pintar. Bagian kedua, "Diperoleh dari pengamatannya sendiri, dimana

harus bersandar pada alasan, bukti tertulis, dan bukti yang diperoleh dari pengalaman." Setelah memperoleh pengetahuan ini, Rencho merasa bahwa apa yang ia peroleh sangat sedikit di Gunung Kiyosumi. Untuk pembelajarannya, ia berkeinginan untuk pergi ke kota besar Kamakura. SELESAI.

Sambungan dari Hal. 05

Page 13: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

13

Salinan Saddharma Pundarika Sutra dan Komentar Nichiren

Seri Penjelasan Saddharma Pundarika SutraOleh: YM.Bhiksu Shokai KanaiSumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu MuranoDiterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE

RINGKASAN

Buddha Sakyamuni bangkit dari samadhiNya dan mulai membabarkan kebijaksanaan

yang mendalam dan tak terukur dari para Buddha. Ajaran-ajaran dalam bab ini dapat diringkas menjadi empat poin utama : 1. Semua hal yang kita rasakan

dengan kelima indera kita hanyalah bersifat sementara. Mereka terwujud dalam seribu cara yang berbeda-beda, dan kesemuanya sama pentingnya dalam hubungan keberadaan timbal balik. Akan tetapi, semua hal tersebut senantiasa berubah, sementara mereka hadir dalam keharmonisan satu dengan lainnya di seluruh alam semesta ini. Semua tercakup dalam hukum Kebenaran.

2. Oleh karena itulah, semua mahkluk adalah perwujudan dari Kebenaran (Kebijaksanaan Buddha) dan memiliki jiwa Buddha.

3. Sang Buddha muncul di dunia untuk membabarkan Kebenaran. Para Buddha telah muncul untuk menyadarkan semua mahkluk akan jiwa Buddha mereka, mempraktekkan jalan Bodhisattva, dan pada akhirnya mencapai penerangan.

4. Karena orang-orang pada

awalnya tidak m a m p u m e m a h a m i K e b e n a r a n akibat pikiran mereka tertutup oleh gaya hidup keduniawian, Sang Buddha mengajarkan b e r b a g a i ajaran menurut k e m a m p u a n mereka masing-masing. Seperti ajaran untuk orang-orang kaum Sravaka (Shomon), Pratyekabuddha (Engaku), dan Bodhisattva (Bosatsu). Akan tetapi, semua ajaran sementara inilah yang membimbing semua mahkluk kepada Kebenaran dari Kendaraan Tunggal, ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Maka dari itu, ajaran sementara dan ajaran sesungguhnya adalah tak terpisahkan.

PENJELASAN

samadhi (P.23, L.2):

Pemusatan pikiran pada satu objek tunggal. Dalam bab ini, samadhi berarti meditasi yang mendalam. Buddha Sakyamuni bangkit dari

meditasiNya yang mendalam dan akan mulai mengungkapkan Dharma penting yang telah lama dinanti-nanti.

Kebijaksanaan dari para Buddha (P.23, L.3):

Kebijaksanaan untuk menyadari ketiga kebenaran dari semua fenomena: kesetaraan, perbedaan, dan keseluruhan. Contohnya: 1. Semua mahkluk hidup adalah setara karena mereka semua memiliki jiwa Buddha dan mampu untuk mencapai Kebuddhaan; 2. Semua orang berbeda dalam hal ras, jenis kelamin, pendidikan, latar belakang, umur, dll.; 3. Oleh karena itulah, kita harus memandang semua hal secara menyeluruh.

Dharma sesuai dengan kemampuan semua mahkluk hidup (P.23, L.12):

BAB IIUPAYA KAUSALYA

Page 14: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

14

Sang Buddha selalu membabarkan ajaran-ajaranNya sesuai dengan kemampuan pemahaman dari masing-masing pendengarNya.

ajaran sementara yang tak terhitung (P.23, L.18):

ajaran sementara berarti memberitahukan ketidakbenaran untuk menuntun orang lain menuju kebenaran. Lebih lanjut lagi, sebuah kebohongan menandakan pemberitahuan ketidakbenaran demi keuntungan dan manfaat dari pendengar.

paramita (P.23, L.20):

Mengacu kepada penyeberangan pantai kelahiran dan kematian ini menuju pantai seberang Nirvana.

paramita pengertian/wawasan (P.23, L.20):

Adalah salah satu paramita yang berarti pemahaman menyeluruh atas ketiga cara pandang berbeda: ku, ke dan chu.

Kenyataan dari semua hal (P.24, L.7):

Adalah menyadari sepenuhnya cara pandang ku, ke dan chu, dan juga menyadari proses bagaimana sesuatu terbentuk di masa lalu, sedang berlangsung di masa sekarang, dan akan terwujud di masa mendatang. Sebagai contoh, sebatang pohon di masa lalu, kemudian sekarang menjadi sebuah meja, dan akan menjadi kayu bakar di masa mendatang.

Sepuluh Nyo-ze (P.24, LL.8-12): Buddha Sakyamuni menganalisa kebenaran universal dalam berbagai macam cara. Salah satu dari cara tersebut adalah dengan Sepuluh Nyo-ze dalam Bab 2, “Upaya

Kausalya” dari Saddharma Pundarika Sutra. Ia memilah-milah hakekat dari semua hal menjadi sepuluh bagian untuk mengamati tampilan, hakekat dasar, fisik, kekuatan, kegiatan, sebab pokok dan jodoh, efek, akibat, dan kesatuan dari kesembilan faktor tersebut dalam setiap hal. Setiap orang memiliki wajah. Ekspresi muka seseorang berubah sesuai dengan apa yang ia rasakan pada saat tertentu. Sebagai contoh, mimik yang lembut mencerminkan ketenangannya. Wajah yang marah mencerminkan perasaan marahnya. Sifat kelembutan dan kemarahan terdapat dalam tubuh dan pikiran seseorang. Semua tubuh fisik memiliki penampilan/rupa dan pikiran. “Nyoze-so” berarti “penampilan yang demikian”, “Nyoze-Sho” berarti “hakekat dasar yang demikian”, dan “Nyoze-tai” berarti “perwujudan fisik suatu hal yang demikian”; oleh karena itu, semua hal memiliki berbagai penampilan/rupa, karakteristik, dan tubuh fisik. Anda bisa saja berpikir bahwa benda seperti meja atau kursi tidak memiliki hakekat terpendam karena mereka tidak memiliki pikiran. Akan tetapi mereka punya, tergantung dari bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Sebuah kursi kayu dapat memiliki “perasaan” atau sifat hangat, sedangkan kursi besi memiliki sifat dingin. Es adalah dingin, api adalah panas, dan begitu pula dengan semua hal lainnya. Semua hal juga memiliki kekuatan dan kegiatannya masing-masing. Lantai memiliki kekuatan untuk menahan tubuh kita dan perabotan. Pilar memiliki kekuatan untuk menahan atap dan langit-langit. Kekuatan, maka dari itu, hadir dalam benda-benda itu. Ketika kekuatan ini muncul ke permukaan, ia menjadi kegiatan/aktivitas. “Nyoze-riki” berarti “kekuatan potensial yang demikian”, sedang “Nyoze-sa” berarti “interaksi yang demikian”. Seorang pria dikatakan memiliki

kekuatan yang lebih besar daripada seorang wanita, sehingga ia mampu mengangkat sekarung beras sendirian. Seorang wanita dikatakan memiliki kekuatan yang lembut, sehingga ia mampu merawat pasien lebih baik daripada seorang pria. Ketika segala sesuatu terjadi, selalu ada sebab pokok/utama atau “Nyoze-in” dan jodoh lingkungan atau “Nyoze-en”. Tindakan menyalakan sebatang korek api adalah sebab pokoknya, tetapi tergantung dari apakah anda menyalakannya di air atau di udara akan memberikan hasil yang berbeda. Ketika anda menyalakan korek api di udara, akan timbul api yang dapat membakar benda lain, “Nyoze-ka”; dan makanan bisa dimasak, yakni “Nyoze-ho”. Jika korek api dinyalakan dalam air, korek tersebut tidak akan pernah meyala karena jodoh lingkungannya salah. Hukum sebab akibat tidak selamanya membawa hasil yang sama. Sebagai contoh, meski benih-benih ditanam pada saat bersamaan, ada benih yang dapat tumbuh dan ada pula yang tidak, tergantung dari faktor lingkungan sekitarnya. Oleh karena itulah, kita harus mempertimbangkan dampak lingkungan kita dengan seksama. Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas terkandung secara sama dalam semua mahkluk. Yakni “Nyoze Hon Matsu Ku Kyo To”. Jika kesemua faktor ini selaras satu dengan yang lainnya, akan ada kebahagiaan dan kedamaian. Dalam kenyataannya tidak selalu demikian, karena meski sebab langsungnya baik, hasilnya mungkin saja buruk. Meski seseorang memiliki sifat baik, tapi jika ia tidak menunjukkannya kepada orang lain, ia tidak akan diterima dengan baik oleh orang lain. Ini adalah contoh ketidak-selarasan. Maka dari itu, Sepuluh Nyoze menunjukkan kenyataan dari semua hal. Cobalah untuk menerapkan ajaran yang demikian ini dalam kehidupan sehari-hari anda.

Page 15: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

15

TIGA CARA UNTUK MEMANDANG SESUATU

Kenapa kita mengulang penyebutan: "Nyoze-so, Nyoze-tai, ...Nyoze-

honmatsu-kukyoto? " Karena ada tiga cara berbeda untuk memandang sesuatu. Antara lain kesetaraan (ku), perbedaan (ke), dan keseluruhan (chu). Hal ini didasarkan pada ajaran T’ein-T’ai “Tiga Jenis Kebenaran; ku, ke, dan chu”. Menurut ajaran ini, tidak ada satupun hal yang hadir (ku) dengan sendirinya karena semua hal hadir secara sementara (ke) tergantung dari keberadaan hal lainnya; oleh karena itu, kita harus memandang semua hal secara menyeluruh (chu). Mari kita ambil sebuah meja sebagai perumpamaan. Sebuah meja haruslah memiliki permukaan datar yang ditopang oleh keempat kakinya. Jika saya melepaskan masing-masing kaki ini, benda tersebut tidaklah lagi disebut sebagai meja; hanyalah sepotong papan kayu. Oleh karena itu, benda-benda seperti meja, hanya hadir bersifat sementara. Sebuah contoh lain: Saya ada hari ini karena orang tua saya ada. Saya juga ada karena udara, air, panas, makanan, dan orang lain. Jika tidak ada udara, air, makanan, atau orang lain, saya tidak mungkin ada. Maka dari itu saya ada sementara karena ada udara, air, makanan, dan orang lain. Cara lain untuk memandang semua hal dengan 3 cara berbeda, sesuai ajaran Sang Buddha, semua orang adalah sama/setara (ku) karena semua orang memiliki jiwa Buddha, tetapi semua orang juga berbeda (ke) karena ada orang yang bijak dan bodoh, ada yang kaya dan miskin, pria dan wanita. Wanita memiliki keistimewaan karena mampu melahirkan sedangkan pria tidak. Kita semua adalah setara tetapi berbeda-beda (chu).

Meski semua orang memiliki sebuah hidung, mulut, dan mata (ku), bentuk kesemuanya itu berbeda-beda sama halnya seperti sisik jari (ke). Oleh sebab itulah kita adalah setara tetapi berbeda-beda (chu). Orang tua mencintai anak-anaknya sama rata (ku), tetapi cara mereka memperlakukan anak laki-laki berusia 18 tahun akan dengan sendirinya berbeda dengan perlakuan terhadap anak perempuan berusia 2 tahun (ke). Jika sang orang tua memberi mereka berdua makanan dalam jumlah yang sama, hal ini justru tidaklah wajar. Orang tua mencintai anaknya sama rata, tetapi mereka akan memperlakukan masing-masing anak berbeda sesuai usia, jenis kelamin, dan minat sang anak. Orang tua yang bijaksana memperlakukan anak-anaknya secara menyeluruh untuk tiap-tiap individu (chu). Oleh karena itu, perdamaian dan kebahagiaan tidak akan pernah terwujud jika kita hanya memaksakan kesetaraan semata atau perbedaan semata. Kita harus mampu meyadari persamaan dalam perbedaan-perbedaan, dan perbedaan-perbedaan dalam kesetaraan. Mengetahui perbedaan tiap-tiap orang, tetapi tetap menghormati minat, bakat, pendidikan, serta kondisi fisik mereka adalah jalan menuju perdamaian dan harmoni. Untuk mengingatkan diri kita atas ajaran inilah, kita mengulang bait terakhir dari bab Hoben-pon sebanyak tiga kali.

UPACARA "TIGA PENOLAKAN DAN TIGA PERMOHONAN"

Pada permulaan Bab. dua, Buddha Sakyamuni berkata bahwa Ia tidak akan berkata-

kata lagi tentang kebenaran tertinggi yang dicapai oleh para Buddha karena hal ini terlampau sukar untuk dipahami selain oleh Buddha. Akan

tetapi, Sariputra, murid terbijak diantara kesemua murid Buddha Sakyamuni, bersikeras untuk mendengar Dharma tersebut dan tiga kali mengajukan permohonan kepada Sang Buddha untuk membabarkan Saddharma Pundarika Sutra. Penolakan Pertama Sakyamuni: “Tidak lagi, Sâriputra, Aku akan berkata karena Dharma yang dicapai oleh Buddha adalah Kebenaran yang tertinggi, yang langka untuk didengar, dan yang sulit untuk dimengerti.” (P.24, L.4) Permohonan Pertama Sâriputra: “Jelaskanlah semua ini! Kenapa Anda begitu tinggi memuji Dharma ini? “ (P.28, L.4) Penolakan Kedua: “Tidak,tidak, tidak akan Aku lakukan. Jika Aku melakukannya, semua dewa dan manusia di dunia akan ketakutan dan kebingungan.” (P.29, L. 17) Permohonan Kedua: “Jelaskanlah! Jelaskanlah!” (P.29, L.25) Penolakan Ketiga: “Tidak. Jika Kulakukan, semua dewa, manusia, dan asura di dunia akan ketakutan dan kebingungan dan bhiksu-bhiksu yang tinggi hati akan terjatuh dalam lubang yang amat dalam. “ (P.30, L.4) Permohonan Ketiga: “Yang Dimuliakan-sedunia! Babarkanlah Dharma ini, babarkanlah Dharma ini!” (P.30, L.18) Dengan itu, Sâriputra meyakinkan Sang Buddha untuk membabarkan Kebenaran Tertinggi “Engkau memohon kepadaKu tiga kali dengan begitu bersemangat. Bagaimana mungkin akan Kubiarkan Dharma ini tidak terbabarkan?” (P.31, L. 8)

5,000 Orang yang Sombong Pergi

Pada saat itu, 5.000 orang-orang sombong yang mengira bahwa mereka telah memahami Kebenaran tertinggi pergi meninggalkan tempat itu:

Page 16: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

16

“Lima ribu orang diantara para bhiksu, bhiksuni, upasaka, dan upasika dari pesamuan ini bangkit berdiri dari tempat duduk mereka, membungkuk kepada Sang Buddha, dan pergi karena mereka begitu berdosa dan tinggi hati hingga mereka mengira bahwa mereka telah mendapatkan apa yang sesungguhnya belum mereka dapatkan, dan memahami apa yang sesungguhnya belum mereka pahami.” (P.31, L.11) Buddha Sakyamuni menunjukkan kesabaran dan welas asihNya yang tak terbatas kepada orang-orang yang sombong ini. Kita haruslah selalu rendah hati ketika menemui ajaran Sang Buddha dan kita seharusnya selalu berusaha mencari ajaran tertinggi dari Sang Buddha.

Kedatangan Sang Buddha (P.32, L. - 11):

Seusai upacara “Tiga Penolakan dan Tiga Permohonan”, Sang Buddha membabarkan ajaran tentang Satu Tujuan Agung dari Kemunculan Sang Buddha ke dunia ini. Adalah tugas kita untuk membuka pintu wawasan dari Sang Buddha, untuk mensucikan diri kita sendiri, untuk memperoleh pengetahuan Sang Buddha, dan memasuki jalan menuju pengetahuan Sang Buddha. Ada suatu alasan tersendiri mengapa setiap orang dari kita terlahir dan hidup di jaman sekarang ini. Konsekwensinya, kita semua memiliki peran yang berbeda-beda dalam dunia ini dan untuk mencapai tujuan tertentu. Jika kita bisa menyadari tujuan unik hidup kita ini, setiap harinya akan menjadi penuh makna.

Wawasan/Pengetahuan Sang Buddha (P.32, L.4): Yakni untuk memahami kebijaksanaan Sang Buddha atau kenyataan dari semua hal yang ada. Semua hal selalu berubah secara terus

menerus. Sebagai contoh, kita berada dalam suatu proses berkesinambungan dari kelahiran menuju ke kematian. Lahir, usia tua, penyakit, dan kematian adalah semua bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita. Oleh karena itu, baik kebahagiaan ataupun ketidak bahagiaan tidak akan dapat berlangsung selamanya. Kita harus selalu siap menghadapi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Semua hal ada karena hubungannya dengan hal lainnya; maka dari itu mereka sendiri tidak memiliki hakekat. Sebagai contoh, kita tidak dapat hidup tanpa makanan, air, dan udara. Kita tidak dapat terlahir tanpa orang tua. Anda tidak dapat membuat sendiri apa yang sedang anda kenakan saat ini. Semua mahkluk dan semua hal saling tergantung satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, kita memiliki kewajiban untuk selalu menghargai orang lain. Kita mengatupkan kedua tangan kita dengan hormat kepada orang lain dan sebagai tanda penghargaan kita berkata, “Karena andalah, saya bisa ada hari ini!”

SATU KENDARAAN, DUA, ATAU TIGA?

Tiga Kendaraan adalah sebagai berikut:

1. Sravaka atau pendengar (Shomon): dimana seseorang memahami Buddhisme dengan cara mendengarkan pembicaraan orang lain.

2. Pratyekabuddha or Buddha pribadi (Engaku): dimana seseorang memahami Buddhisme untuk dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Bodhisattva (Bosatsu): dimana seseorang mencari Penerangan dan juga berusaha membimbing orang lain mencapai Kebuddhaan.

Semua mahkluk hidup memiliki berbagai macam keinginan dan keterikatan jauh di dalam pikiran mereka. Oleh sebab itu, para Buddha membabarkan pelbagai ajaran untuk mereka dengan cerita-cerita kehidupan di masa lampau, perumpamaan, perbandingan, dan ceramah-ceramah. Atau dengan kata lain, Mereka membabarkan Buddhisme dengan berbagai sarana sesuai keadaan mereka. Buddhisme tampaknya memiliki banyak kendaraan, tetapi Buddha menjelaskan bahwa sesungguhnya hanya ada satu Kendaraan Tunggal “Aku membabarkan berbagai ajaran kepada semua mahkluk hidup hanya demi untuk mengungkapkan Kendaraan Tunggal Buddha. Tiada ada kendaraan lain, tidak kedua maupun ketiga.” (P.32, LL. 16-18) Ia melanjutkan, “Aku melakukan ini semua demi tujuan menyadarkan mereka kepada ajaran dari Kendaran Tunggal Buddha, yakni untuk memperoleh pengetahuan tentang kesetaraan dan perbedaan semua hal, Sariputra! Tidak ada kendaraan kedua di sepulh penjuru dunia lainnya. Bagaimana mungkin bisa ada yang ketiga?” (P.33, LL. 14-18) Lebih lanjut Ia menjelaskan, “Mahkluk hidup begitu penuh dengan ilusi, begitu tamak, dan begitu dengki sehingga mereka menanam begitu banyak akar iblis. Maka dari itu, para Buddha membagi Kendaraan Tunggal Buddha menjadi tiga sebagai suatu upaya kausalya.” (P.33, LL. 23-26) “Aku membabarkan ajaran tentang Tiga Kendaraan hanyalah sebagai suatu upaya kausalya.” (P.39, LL.5-6) Shingyo Suguro menjelaskan Ketiga Kendaraan dalam bukunya, Pengenalan terhadap Saddharma Pundarika Sutra, “Karena Ketiga Kendaran melambangkan semua aliran Buddhisme terpadu melalui prinsip ini, Kendaraan Tunggal juga bisa berarti kesatuan dari semua

Page 17: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

17

agama yang ada di dunia, baik non-Buddhis maupun Buddhis. Akan tetapi dalam kenyataannya, kita semua tinggal di dunia yang relatif. Kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman selalu ada di dunia ini. Menurut Saddharma Pundarika Sutra, keaneka ragaman pendapat ini haruslah dihargai dan dipahami sebagai langkah nyata yang kita ambil di atas jalan menuju kebenaran dan nilai tertinggi yang diidealkan oleh manusia.”

PENJELASAN:

Sutra-sutra dari Buddhisme Theravada mendiskusikan secara mendetail tentang

bagaimana seharusnya seseorang bersikap secara bijaksana. Oleh sebab itu, orang-orang di masa selanjutnya menyebut sutra-sutra tersebut sebagai Kendaraan yang Kurang dari yang lainnya. Sutra-sutra Buddhisme Mahayana menghasilkan sejumlah besar spekulasi filosofi dan keselamatan untuk semua mahkluk hidup; oleh sebab itu sutra ini dikenal sebagai Kendaraan Agung. Meski Buddha Sakyamuni membabarkan berbagai ajaran sesuai tingkat pemahaman dari pendengarNya, tujuan utamanya adalah agar semua mahkluk hidup menjadi sama seperti Buddha. Saddharma Pundarika Sutra mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal tujuan dari Ketiga Kendaraan (Shomon, Engaku, dan Bosatsu), ataupun dari Kendaraan yang Kurang dari yang Lainnya atau Kendaraan Agung. Dengan kata lain, ada begitu banyak cara untuk diajarkan, akan tetapi hanya ada satu tujuan, yakni pencapaian Kebuddhaan. Tetapi tidak pula berarti bahwa semua cara adalah baik. Ajaran Theravada haruslah dibawa menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menjaga moralitas adalah baik, tetapi menjaga hanya demi diri sendiri tidaklah cukup. Haruslah disadari bahwa

adalah kepribadian yang lebih tinggi daripada hanya sekedar memelihara moralitas. Bagaimana seseorang bisa membimbing orang lain menuju Kendaraan Tunggal? Shaku-buku atau Sho-ju? Shaku-buku berarti mengalahkan iblis dengan agresif. “Apa yang Anda lakukan adalah salah. Jadi lakukanlah seperti yang kulakukan yang selalu benar!” Sho-ju berarti menerima atau merangkul orang lain dengan penuh kehangatan, “Anda benar, tetapi masih ada jalan lain yang lebih baik.” Sebagai contoh: Ada sepuluh lantai yang menuju ke atap. Seseorang berada di lantai tertingggi dan ingin agar orang lain juga naik ke lantai tersebut. Seorang yang melaksanakan shaku-buku akan berkata, “Kamu bodoh tinggal di lantai lima. Cepat naik ke atas seperti yang telah kulakukan!” Seorang yang melaksanakan Sho-ju akan berkata, “Tidak mengapa tinggal di lantai lima, tetapi lantai tertinggi jauh lebih baik lagi, jadi cepatlah naik kemari.” Sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra membagi ketiga kendaraan menjadi Sravaka, Pratekyabuddha, dan Bodhisattva. Sang Buddha berkata di sutra-sutra ini bahwa orang-orang yang berada pada golongan Sravaka dan Pratekyabuddha tidak bisa mencapai Kebuddhaan. Akan tetapi, Ia tidak bermaksud meninggalkan orang-orang dari kedua kendaran tersebut. Yang Ia maksudkan adalah seseorang tidak boleh menjadi puas akan tingkatan-tingkatan ini, tetapi masih ada tingkatan tertinggi yakni pencapaian Kebuddhaan seperti yang telah Ia capai. Maka Sang Buddha berkata dalam Saddharma Pundarika Sutra, “Ketahuilah, wahai Sariputra! Aku pernah bersumpah bahwa Aku akan membuat semua mahkluk hidup menjadi sama persis seperti Aku.”

(P.37, LL.24-27)APA SAJAKAH PELAKSANAAN UNTUK MENCAPAI KE-BUDDHAAN ?

Mendirikan stupa (tempat pemujaan). Membuat stupa Buddha dengan

timbunan pasir. Mengukir gambar Sang Buddha. Membuat patung Buddha. Menggambar atau menyebabkan orang lain menggambar lukisan berwarna Sang Buddha. Mempersembahkan bebungaan, dupa, pita, dan tudung kepada patung atau gambar Sang Buddha. Membungkuk kepada gambar Sang Buddha atau hanya sekedar mengatupkan kedua belah tangan menghadapnya. Atau membuat orang lain melakukan hal yang sama. Shingyo Suguro mengatakan dalam bukunya, “Ajaran ini menyatakan bahwa ketika seseorang menunjukkan kepercayaan yang tulus dan sungguh-sungguh kepada Sang Buddha dengan melakukan perbuatan baik, tidak peduli seberapa pun kecilnya, tindakan ini akan mengarahkannya kepada jalan pencapaian Kebuddhaan, dan ia kelak pasti akan menjadi seorang Buddha. Meski orang ini belumlah menjadi Buddha, ia sedang dalam prosesnya, dan layak memperoleh penghormatan sebagai calon Buddha.” SELESAI

Page 18: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

18

sangat penting dan sama, baik yang telah meninggal lama sebelum kamu lahir atau yang akan lahir setelah kamu telah meninggal dunia. Sebuah agama yang tidak mengajarkan tentang pentingnya keluarga kita pada masa lampau dan masa mendatang, tidaklah mengajarkan nilai keluarga yang benar. Melaksanakan upacara peringatan untuk para jiwa leluhur kita adalah sebuah bentuk penghormatan kita atas usaha-usaha mereka pada masa lampau sehingga adanya kita hari ini. Kita akan mendapatkan kebajikan yang besar dengan menyebut "Namu Myoho Renge Kyo" dan kemudian melimpahkan jasa kebajikan tersebut kepada para jiwa leluhur keluarga kita. Dalam Buddhisme, dikatakan bahwa terdapat sepuluh tingkatan dunia setelah kita meninggal yakni; neraka, kelaparan, kebinatangan, kemarahan, manusia, surga, sravaka, pratyekabuddha, bodhisattva dan buddha. Setelah seseorang meninggal dunia, mereka akan terlahir kembali diantara 10 dunia tersebut. Kita hidup di dunia manusia. Kita mempunyai kemampuan untuk melakukan hal baik dan buruk dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita akan mendapatkan karma baik atau buruk dari hasil perbuatan kita. Karma kita akan menentukan kemana kita akan dilahirkan setelah kematian. Mereka yang telah meninggal, tidak dapat lagi menghimpun kebajikan untuk diri mereka sendiri. Inilah kenapa kita harus melimpahkan jasa kebajikan kepada mereka. Semakin banyak kita menyebut Odaimoku bersama keluarga, maka semakin besar kebajikan yang mereka terima. Upacara peringatan kematian adalah sebuah cara kita untuk membimbing para jiwa leluhur keluarga kita agar mereka terlahir kembali di dunia yang lebih

baik dan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan. Nichiren Shonin, mengatakan, “Kepala kita adalah pemberian dari orangtua kita, kaki kita adalah pemberian dari orangtua kita. Jari-jari kita adalah pemberian dari orangtua kita. Mulut kita adalah pemberian dari orangtua kita. Keseluruhan badan kita adalah warisan dari orangtua kita.” Badan kita bukan hanya milik kita. Kita menerima warisan badan ini juga dari leluhur kita dari generasi ke generasi. Keberuntungan yang kita nikmati berasal dari kebajikan yang telah dijaga dan dipelihara oleh leluhur kita. Berdoa untuk jiwa para leluhur berarti berdoa untuk diri kita sendiri kareana tubuh kita keseluruhan dan pikiran berisi warisan dari masa lampau, generasi demi generasi. Bagaimana cara kita menjaga keluarga dan anak cucu kita pada masa mendatang? kita harus memberitahukan kepada anak-anak kita, cucu, kemenakan dan sepupu tentang makna sesungguhnya dari sebuah keluarga. Kita harus melaksanakan sebuah upacara peringatan kematian untuk para jiwa leluhur bersama-sama dengan seluruh keluarga. Melalui ajaran dan contoh dari kita, maka generasi baru keluarga kita akan mengerti tentang makna dan sejarah keluarga dan pengorbanan

yang telah mereka lakukan untuk kita. Cara terbaik untuk menjaga keluarga kita adalah menjalankan ajaran Buddhisme sebagai bagian terpenting dari keluarga. Sebagian orang mengatakan bahwa Buddhisme telah ketinggalan jaman dan tahayul, ini karena mereka gagal memahami makna hubungan karma antara sesama kita, mereka yang sebelum kita dan mereka yang sesudah kita. Sebagaimana kita yang telah belajar Buddhisme, bahwa ajaran Buddha itu sangat logika dan ajaran ini melampaui waktu dan ruang. Buddhisme adalah sebuah agama yang mengajarkan kita sebuah kebenaran hubungan antara keluarga kita dimasa lampau, sekarang dan masa mendatang. Usaha keras dari para leluhur kita membuat kita ada saat ini dan menikmati segala keberuntungan. Usaha kita saat ini yang menentukan bahagia atau menderita pada masa mendatang. Ini adalah sebuah kebajikan yang diberikan kepada kita oleh para leluhur untuk dapat bertemu dengan Dharma Buddha dalam kehidupan kita sekarang. Kita berhutang kepada para leluhur kita dan mempunyai tanggungjawab kepada generasi mendatang setelah kita. SELESAI.

Pelaksanaan Upacara Peringatan Untuk Para Leluhur, Kuil Nichiren Shu Hawai, AS.

Sambungan dari Hal.04

Page 19: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

Nichiren Buddhist International Center (NBIC) melaksanakan seminar rutin untuk para

Shami (Calon Bhiksu) yang ke-8 dari tanggal 27 – 31 Oktober 2004 bertempat di gedung pelatihan di Hayward, California, Amerika Serikat. Shami Kanjin Cederman dari Toronto, Canada; Shamini Myokei Caine-Barret dari Houston, Texas; Shami Ryunin Sorenson dari Portland, Oregon dan Shami Shoken Conley dari London, Inggris ikut berpartisipasi dalam seminar tahun ini. Seminar ini adalah yang ke-empat kalinya bagi Shami Cederman, Shamini Caine-Barret’s untuk kedua kalinya dan untuk pertama kali bagi Shami Sorenson dan Shami Conley. YM.Bhiksu Ryuken Akahoshi, direktur dari NBIC, YM.Bhiksu Kanto Tsukamoto dari Toronto, YM.Bhiksu Chisen Maeda dari Honolulu, Hawaii dan instruktur khusus dari Jepang, YM.Bhiksu Junsei Kimura yang akan melatih secara intensif seminar tersebut. YM.Bhiksu Kimura adalah seorang instruktur untuk Sodo-rin di Jepang, yang mana merupakan latihan khusus di Nichiren Shu, sebelum para Shami dapat ikut dalam Shingyo Dojo (untuk dapat menjadi seorang Bhiksu Nichiren Shu). Karena pengalamannya yang luar biasa dalam pelatihan para Shami, dia diundang untuk ikut memberikan pelatihan dan pengalamannya kepada para Shami dari Amerika Utara dan Inggris. NBIC telah melaksanakan seminar Shami ini sebanyak tujuh kali. Kali ini kurikulum pelatihan mengikuti model Sodo-rin sebagai berikut:

SEMINAR LIMA HARI PELATIHAN PARA SHAMINBIC, 27-31 Oktober 2004

ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU

Ket.Empat Shami Nichiren Shu (dari kiri - belakang) : Shami Kanjin Cederman, Ryunin Sorenson, Shoken Conley (Inggris), dan Shamini Myokei Caine-Barret), dan (dari kiri-depan) YM.Bhiksu Chisen Maeda, Ryuken Akahoshi, Kanto Tsukamoto dan Junsei Kimura.

1. Untuk menguasai disiplin seorang Shami

2. Untuk mengetahui cara hidup dalam sebuah kelompok atau biara

3. Untuk mengetahui cara melayani orang lain sebagai prioritas utama

4. Untuk menguasai tata krama sebagai seorang bhiksu / bhiksuni

Sebuah metode tradisional pelatihan yang disebut Ichi-Ichi Mon-Mon digunakan selama pelaksanaan pembacaan sutra bagi para Shami. Seorang instruktur dan seorang Shami duduk berhadapan, dan instruktur akan membaca sebuah kalimat dari sutra. Para Shami harus mengulangi secara tepat apa yang dibacakan oleh instruktur. Metode ini membantu para Shami membaca sutra dengan benar dan baik dengan lafal yang tepat dari karakter Kanji. Para Shami belajar

semangat dari melayani Tiga Pusaka, Buddha, Dharma dan Sangha, dan pelaksanaan maitri karuna kepada orang lain, selama lima hari seminar belangsung. Shami Kanjin Cederman mengatakan, “Saya belajar bagaimana cara saling mendukung antara sesama Shami dalam pembelajaran dan pelaksanaan bersama-sama.” “Aku belajar tentang tujuan dan kekuatan dari membaca sutra sehingga kata-kata Buddha itu dapat dimengerti oleh orang lain ketika mereka mendengarkannya, “ kata Shamini Myokei Caine-Barret. “Saya belajar tentang arti kata Sabar dalam diri saya, dan menyelesaikan segala permasalahan dengan Odaimoku,” kata Shami Ryunin Sorenson. Shami Shoken Conley menegaskan,”Saya merasa senang, banyak pelajaran baru yang saya dapat, dan mengerti arti dari Itai Doshin.* Tiga orang

19

Page 20: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

20

yang belum pernah aku ketemui dan telah menjadi satu seperti sebuah keluarga. Kepercayaan dan ikatan yang kita terima tidak hanya

Ket: Para Shami, melakukan pelatihan cara memimpin upacara gongyo

antara kami saja, tetapi juga dengan para Bhiksu Nichiren Shu adalah sangat dalam dan luas seperti Maitri Karuna dari Sang Buddha.” Kami

mengharapkan bahwa para Shami yang berpartisipasi dalam kegiatan ini akan dapat mengikuti Shingyo Dojo, dan pada masa mendatang menjadi Bhiksu Nichiren Shu secara resmi dan dapat memulai misi mereka untuk menyebarluaskan Dharma. Kami juga mengharapkan orang-orang yang merasa terpanggil oleh Buddha dan Nichiren Shonin untuk dapat menjadi seorang Shami dan selanjut untuk membesarkan Nichiren Shu dan menyebarluaskan Odaimoku ke seluruh dunia. SELESIA.

*Itai Doshin – berarti “Tubuh yang berbeda, bersatu dalam pikiran; ini adalah konsep yang digunakan oleh Nichiren Shonin untuk menunjukkan tentang kesatuan dalam Sangha.

PERTEMUAN DENGAN UMAT BUDDHIS

DAERAH SERANG - BANTEN9 MARET 2005

Pertemuan dengan umat Buddhis daerah Serang - Banten, pada tanggal 9 Maret

2005, pada awal tidak direncanakan sama sekali, karena kedatangan kita kesana adalah untuk berdoa bagi kesembuhan dari salah satu anggota keluarga Ibu Yap, yang mengalami sakit. Acara ini terselenggara atas bantuan dari Ibu Yap Ie Soe, dan bertempat di rumah keluarganya. Berangkat dari Jakarta sekitar jam 11:00 dan tiba di rumah keluarga Ibu Yap Ie Soe sekitar jam 12:00. Setelah saling berkenalan, dilanjutkan dengan acara makan siang. Acara dimulai dengan awali pembacaan paritta (Gongyo) bersama, membaca Bab.II,XVI-Jigage, XXV, dan XXVI-Dharani, bagi kesembuhan anggota keluarga yang sedang sakit. Setelah Dokyo,

dilanjutkan dengan Shodai, dan satu persatu anggota melakukan Shoko atau persembahan dupa. Altar s e m e n t a r a didirikan dengan mengantungkan Gohonzon didekat foto-foto leluhur keluarga. Gongyo ini dipimpin oleh Sdr.Sidin Ekaputra dibantu oleh Bpk.Tony Soehartono. Selesai Gongyo dilakukan Ceramah Dharma dan dialog dengan para umat yang hadir, dan ternyata diikuti oleh kurang lebih 15 orang. Mereka, tidak begitu mengetahui tentang ajaran Nichiren Buddhisme, beberapa diantaranya ada yang aktif di kelenteng dan vihara mahayana,

jugaTheravada. Beberapa anggota mengajukan pertanyaan seputar perbedaan antara Nichiren Shoshu dan Ni chiren Shu. Ada juga yang ingin mengetahui dasar-dasar pokok ajaran Nichiren Shu, seperti penyebutan Odaimoku dan kepercayaan kepada Gohonzon. Pertemuan ini adalah langkah awal hubungan antar umat Buddha. SEKIAN.

Para umat Buddhis dengan serius mendengarkan pembabaran

Page 21: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

PEMBENTUKAN SUSUNAN NICHIREN SHU YOGYAKARTA DAN

NICHIREN SHU JAWA TENGAH10-12 Maret 2005

Pada tanggal 10-12 Maret 2005, kembali Pengurus Pusat melakukan kunjungan

Dharma ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yang meliputi Semarang, dan Karang Anyar. Mengunakan Kereta Api Argoanggrek, Sdr.Sidin Ekaputra dan Bpk.Tony Soehartono, berangkat dari Jakarta menuju Semarang pada tanggal 10 Maret, menempuh perjalanan 7 jam lamanya. Setelah tiba di stasiun Semarang, dijemput oleh Bpk.Sudarmadi dan Bpk.Nur Alamsyah langsung menuju Hotel dan disana bertemu dengan Bpk.Kwik Ing Hao serta Bpk.Yoe Hwat. Pada malam hari sekitar jam 20:00 diadakan pertemuan dan diskusi seputar ajaran Nichiren Buddhisme, yang sebelumnya diadakan Gongyo bersama ditempat kediaman Bpk.Kwik Ing Hao. Diskusi berjalan cukup serius, banyak sekali pokok-pokok pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan pandangan Nichiren Shu, dan pembahasan beberapa gosho yang ada. Acara diskusi dipandu langsung oleh Sdr.Sidin Ekaputra

Suasana pertemuan di Semarang

Ket.Keluarga besar Bpk.Sugeng Santosa,

dan Bpk.Tony S o e h a r t o n o . M e s k i p u n keadaan tempat pertemuan sangat sederhana, namun rasa keakraban, k e k e l u a r g a a n dan kebersamaan begitu kental. Inilah s e s u n g g u h n y a dikatakan sebagai Dunia Buddha, P a d a kunjungan kali ini didaerah Semarang, muncul kesepakatan untuk membentuk dan memulai aktifitas susunan Nichiren Shu untuk Wilayah Propinsi Jawa Tengah yang terpusat di Kota Semarang. Atas dasar keinginan luhur untuk meluruskan dan menyebarluaskan ajaran yang sesungguhnya dari guru kita, Nichiren Shonin, maka disepakati kepengurusan untuk wilayah Jawa Tengah periode 2005-2007 adalah sebagai berikut: Ketua: Bpk.Kwik Ing Hao, Wakil: Bpk.Nur Alamsyah, Sekretaris: Bpk.Sudarmadi

Wakil Sekretaris: Bpk.Yoe HwatBendahara:Ibu.Yunari Puspita K e p u t u s a n mengenai kepengurusan Nichiren Shu Propinsi Jawa Tengah ini diperkuat dengan Surat Keputusan Pembina Yayasan tertanggal 22 maret 2005 No.002/SK/PEMBINA/III/2005.

Keesokan harinya, berangkat ke daerah Karang Anyar bertemu seorang anggota, dan setelah selesai pertemuan tersebut, langsung berangkat ke Yogyakarta. Berkunjung Ke Candi Borobudur, dan beberapa tempat penjualan cendramata. Rencana pada bulan April akan diadakan acara penerimaan Gohonzon, Gojukai dan pemberkatan bagi umat Yogyakarta dan Semarang yang dipusatkan di kota Yogyakarta. Kepengurusan Nichiren Shu DI.Yogyakarta dengna susunan sebagai berikut:Ketua: Bpk.Sugeng Santosa, B.SCSekretaris: Bpk.Bambang Haryo Indro SusantoWakil Sekretaris: Bpk.Agus HidayatBendahara: Bpk.Djoko Suwarto. Keputusan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Pembina tertanggal 10 Maret 2005, No.001/SK/PEMBINA/III/2005. Selamat berjuang, dan Kosenrufu dapat terwujud di seluruh Jawa dan seluruh Indonesia. Gassho, Namu Myoho Renge Kyo.SEKIAN.

21

Page 22: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

22

Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu(Menjelajahi Kuil-kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia)Oleh: Sidin Ekaputra,SE

• Nama Resmi: Kuil Seichoji, Gunung Senko• Sekte: Nichiren Shu, Buddhisme • Didirikan tahun: 771 M oleh Bhiksu Jikaku-daishi• Alamat: 322-1 Kiyosumi, Amatsu Kominato-cho, Awa-gun, Chiba Prefecture • Transportasi: Kereta Api JR Sotobo-line berhenti Stasiun Awa-Amatsu, 15 menit ke Kuil Seicho-ji dengan bus,

keluar diperbentian terakhir, kemudian 3 menit jalan kaki.

Ini adalah tempat suci, dimana Nichiren Shonin masuk menjadi Bhiksu, dan kuil utama dimana

Beliau mendirikan Hukum Agung “Namu Myoho Renge Kyo” yang didasarkan pada Saddharma Pundarika Sutra (Rikkyo Kaishu). Kuil ini dekat dengan tempat kelahiran Nichiren Shonin di Kominato, untuk naik ke Gunung Kiyosumi sedikit curam dapat ditempuh dengan naik mobil. Udara yang segar menyambut kita dan disertai kesederhanaan serta keagungan terasa didalam sanubari ketika memasuki tempat suci ini. Meskipun gunung ini hanya mempunyai ketinggian 383 meter dari permukaan laut, Gunung Kiyosumi adalah gunung paling tinggi kedua di dalam daerah semanjung Boso. Kecuraman yang menaik dari garis pantai memberikan kesan keagungan bagi Gunung Hiei. Gunung Kiyosumi ini adalah salah satu tempat yang sangat dipuja-puja oleh sekte Tendai. Dewa yang paling dipuja di kuil ini adalah Kokuzo Bosatsu (Bodhisattava Akasagarbha), yang mempunyai kekuatan untuk memberikan kekayaan dan kesuksesan / keberuntungan.

Pada tanggal 12 mei 1233, pada umur 12 tahun, Nichiren Shonin mendaki Gunung Kiyosumi bersama ayahNya. Disini, Beliau belajar tentang ajaran Eksoterik Buddhisme dari sekte Tendai. Pada tanggal 8 Oktober 1239, pada umur 16 tahun, Beliau menjadi Bhiksu dibawah bimbingan Dozen-bo, dan menganti nama Beliau menjadi Rencho.

Nichiren Shonin pernah berdoa kepada Bodhisattva Akasa-garbha untuk membuat Beliau menjadi orang yang paling bijaksana di Jepang. Setelah dua puluh satu hari berdoa, Beliau menerima sebuah mutiara kebijaksanaan dari seorang bhiksu tua (sebenarnya adalah perwujudan dari Bodhisattva Akasa-garbha) dalam sebuah mimpi. Mulai dari

KUIL SENKO SAN SEICHO-JI

ket. Pintu masuk Kuil Seicho-ji

Page 23: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005 No.007/ April 2005

23

hari itu, Beliau dengan tekun dan kerja keras belajar dan melatih diri, pada akhirnya Ia menemukan ajaran sesungguhnya yaitu Saddharma Pundarika Sutra. Kuil Seicho-ji adalah dasar dari pembelajarannya, Nichiren Shonin juga ingin belajar ketempat seperti Kamakura, Gunung Hiei, Kuil Mii, Nara dan Gunung Koya. Beliau belajar banyak hal, termasuk ajaran Eksoterik, Jodo, Zen dan Ritsu Buddhisme, tetapi dari pembelajaran itu tidak menemukan ajaran yang sesungguhnya. Beliau terus melanjutkan pembelajarannya atas berbagai naskah-naskah buddhis lainnya, dan pada akhirnya hanya ajaran dalam Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran yang sesungguhnya. Beliau kemudian kembali ke Kuil ini untuk menkoreksi ajaran yang salah dari berbagai sekte, dan menyebarkan ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Setelah

berpikir panjang lebar, Ia mengambil keputusan untuk menyebarluaskan ajaran Saddharma Pundarika Sutra, dan pada pagi hari tanggal 28 April 1253, pada usia 32 tahun, Beliau menyebut Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo” ketika matahari

terbit. Ini disebut deklarasi Rikkyo Kaishu. Rikkyo Kaishu berarti "Menegakkan ajaran keagamaan baru dan menyebarluaskannya kepada orang lain." Secara resmi pada tanggal itu berdirilah Sekte Nichiren (Nichiren Shu). Pada waktu itu, Ia juga menganti namaNya menjadi “Nichiren”. Nama ini didasarkan pada Saddharma Pundarika Sutra, melambangkan sinar terang dari matahari dan bulan (Nichi) dan kemurnian dari teratai (Ren). Bagaimanapun, reaksi dari masyarakat begitu dingin. Bangsawan Kagenobu Tojo, seorang penganut Nembutsu Buddhisme, sangat tidak menyukainya dan tidak hanya mengusir Nichiren dari Gunung Kiyosumi, tetapi juga berencana untuk membunuhnya. Setelah bersembunyi di Kuil Renge-ji di Hanabusa, Ia mengambil keputusan meninggalkan Kiyosumi, rumah

phisik dan spritualNya, dan pergi ke Kamakura dan tinggal di Kamakura lebih dari sembilan tahun.

Ringkasan Sejarah

Kuil bersejarah ini dibangun pada tahun 771A.D. yang kemudian direkontruksi

oleh Bhiksu Jikaku-daishi pada periode Heian, ini merupakan Kuil sekte Tendai terbesar yang ada disemenanjung Boso. Kuil ini telah berubah menjadi Kuil Sekte Shingon dari sekte Tendai setelah menerima perintah dari Shogun Ieyasu Tokugawa pada periode Edo, dan menerima status yang sama dengan seratus ribu goku (sebuah unit ukuran bagi seorang Daimyo(raja) atau penguasa Samurai pada jaman feodal). Sebagai sebuah cabang dari Kuil Daigo-ji Sanpo-in, Kuil Seicho-ji juga merupakan salah satu biara utama dari tiga biara yang terdapat didaerah Kanto dan Kuil ini telah berganti menjadi Kuil Sekte Nichiren (Nichiren Shu) pada tanggal 16 Pebruari 1949, tepat pada hari kelahiran Nichiren. Bangunan dari kuil ini, mulai dari Aula Utama, pada ruangan ini terdapat rupang Bodhisattva Akasa-garbha, ini satu

Ket. Aula pelatihan bagi para bhiksu dan umat awam

Ket.Rupang Nichiren Shonin menghadap ke lautan, dan tempat dimana pertama kali Ia menyebut Odaimoku

Page 24: RIKKYO KAISHU NICHIREN SHU 28 APRIL 1253, dan 2 TAHUN ... filelangit dan bumi untuk melenyapkan kegelapan yang menyelimuti dunia ini dengan menyebarluaskan O’daimoku. Pada tanggal

No.007 / April 2005

24

Topik Utama:~Rikkyo Kaishu Nichiren Shu,

Hal. 01

Ceramah :~Kenapa Kita Harus

Melaksanakan Upacara Peringatan Bagi Leluhur ?,

Hal.04~Nichiren Shonin dan Kuil

Seicho-Ji, Hal.05~Mari Kita Tidak Melupakan

Tujuan Utama Dari Pendiri Kita, Nichiren Shonin, Hal.08

Gosho / Goibun:~Hakii Saburo-Dono Go-Henji,

(Bagian ke-2) Hal.09

Serba Serbi:~Seri Penjelasan Saddharma

Pundarika Sutra, Hal.13~Seri Pengenalan Kuil-Kuil

Nichiren Shu, Hal.22~Seri Pelajaran Mahayana:

Empat Kebenaran Mulia, Hal.06

Aneka Peristiwa:~Seminar lima hari, pelatihan

untuk para Shami, Hal.19~Pertemuan dengan umat

Buddhis Serang-Banten, Hal.20~Pembentukan susunan Nichiren Shu Yogyakarta, dan Semarang,

Hal. 21

Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email: [email protected] Website: www.nshi.org

PENGUMUMAN

Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo

Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:

Bank Central Asia (BCA)KCP.Muara Karang

No.Account : 637-012-8152A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia

dari tiga rupang yang masih ada saat sekarang di Jepang, pada bagian dasar kuil terdapat ruang Dai-soshi-do, sebuah aula untuk pendiri kuil, dibangun pada tahun 1971 untuk memperingati hari kelahiran dari pendiri ke 750, kemudian Kyaku-den dibangun pada tahun 1921 untuk memperingati hari kelahiran dari pendiri yang ke 700 tahun, Kuri dibangun pada tahun 1647, Aula pelatihan dibangun pada tahun 1999 untuk memperingati 750 tahun Rikkyo Kaishu, dan Gerbang Kuil dibangun pada tahun 1646. Sebuah rupang perunggu dari pendiri dalam Asahi-ga-mori, di kuburan Dozen-bo, pemerintah melindungi pohon dan bell kuil pada tahun 1392 sebagai benda pusaka nasional. Sebagai tambahan, sebuah rupang suci dari pendiri

disumbangkan oleh bangsawan Oman-no-kata dan sebuah tempat tinta dari pendiri (disimpan dalam kotak berhias) diabadikan di aula Dai-soshi-do.

Acara Tahunan

Acara tahunan kuil yang rutin adalah upacara Rikkyo Kaishu-e pada tanggal 27-28 April, Upacara ini memperingati masuknya Nichiren sebagai bhiksu pada tanggal 12 mei, Festival Bodhisattva Akasa-garbha pada tanggal 13 september dan Upacara Oeshiki pada 27-28 Oktober. Upacara tanda kebhiksuan “Docho” (tanda kelulusan sebagai bhiksu) dilaksanakan pada Januari, April, Juli dan Oktober, dan ini adalah langkah pertama untuk menjadi seorang bhiksu Nichiren Shu. SELESAI.

Ket. kiri - kuburan dari Dozen-bo dan kanan- Upacara Setsubun

Dana Paramita Buletin "LOTUS"

Rp.6.000,-