sejarah buddhisme nichiren shu - perhimpunan buddhis ... of nichiren buddhism.pdf · pemilik tanah...

26
Sejarah Buddhisme Nichiren Shu oleh Senchu Murano (Penerjemah Sutra Bunga Teratai) Artikel ini hanya berisi Bab.V – Bab.VII DIterjemahkan dan Dipublikasikan oleh PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA WWW.PBNSHI.OR.ID

Upload: nguyenque

Post on 19-Apr-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 0

Sejarah Buddhisme Nichiren Shu oleh Senchu Murano

(Penerjemah Sutra Bunga Teratai)

Artikel ini hanya berisi Bab.V – Bab.VII

DIterjemahkan dan Dipublikasikan oleh PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA

WWW.PBNSHI.OR.ID

Page 2: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 1

DAFTAR ISI

Bab V. Riwayat Hidup Nichiren

Belajar Daimoku Risshô-Ankoku-Ron Penganiayaan Peristiwa Tatsunokuchi Pembuangan ke Pulau Sado Pengasingan Diri di Gunung Minobu

Bab VI. Para Pengikut Utama Nichiren dan Nichirô

Rokurôsô atau Enam Pengikut Utama Nichiren Kurôsô atau Sembilan Pengikut Utama Nichirô

Bab VII. Buddhisme Nichiren pada Abad Pertengahan

1. Nikkô Disalah artikan sebagai Pendiri Nichiren Shôshû Buddhisme Nichiren di Kamakura Terancam Dimusnahkan Permasalahan Ortodoksi Nichiren Diidentikkan dengan Buddha Pokok Eksklusivisme yang terlalu Berlebihan

2. Myôkenji, Kuil Nichiren yang Pertama di Kyoto 3. Honkokuji and the Ashikaga Family 4. Toki Tsunenobu and Nakayama Hokekyôji 5. Nichiji and the Kempon Hokke Sect

Page 3: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 2

Bab V. Riwayat Hidup Nichiren

Belajar

Nichiren dilahirkan di Kominato, sebuah desa nelayan di propinsi Awa (Chiba-ken) pada tanggal 16 Februari 1222. Ia diberi nama Zennichimaro. Ayahnya adalah salah seorang pengurus dan pembantu tuan tanah didaerah Kominato. Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren. Toki Tsunenobu (1216-1299), seorang samurai dari propinsi Shimousa (Chiba-ken), juga memiliki hubungan khusus dengan keluarga Nichiren.

Pada tahun 1233, wanita pemilik tanah memasukkan Zennichimaro ke Kiyosumidera (Seichôji), sebuah kuil sekte Tendai, sebagai salah satu pembantu Kepala Kuil Dôzen. Kuil tersebut merupakan pusat pendidikan terbesar di daerah tersebut. Zennichimaro kemudian menjadi pendeta pemula yang berada di bawah bimbingan Dôzen. Pada tahun 1237, ia diberi nama bhiksu, Renchô.

Renchô menyadari bahwa perpustakaan kuil tersebut terlalu kecil untuk memenuhi keinginannya untuk belajar. Pada tahun 1241, ia pergi ke Kamakura dan belajar di perpustakaan kuil Hachimangûji. Pada masa itu Kamakura secara resmi adalah pusat pemerintahan negeri Jepang, yang dipimpin oleh Hôjô Yasutoki. Nama kedudukannya adalah Shikken atau Bupati, yang tugasnya adalah bekerja di bawah Shôgun Fujiwara-no-Yoritsune. Akan tetapi Shôgun pada saat itu hanyalah seorang anak kecil dan hanya sekedar boneka. Pemerintahan Kamakura pertama kali didirikan oleh Minamoto-no-Yoritomo pada tahun 1192. Yoritomo adalah Samurai pertama yang kemudian menjadi seorang Shôgun dalam sejarah negeri Jepang. Ia dengan sengaja mendirikan sebuah pemerintahan samurai di luar kota Kyoto, dan dari sanalah keluarga kekaisaran dan kaum bangsawan memonopoli pemeritahan Jepang selama empat abad terakhir. Meski tanah-tanah yang ada dikuasai oleh keluarga kekaisaran dan juga oleh kaum bangsawan, kuil-kuil dan tempat-tempat pemujaan masih dikuasai oleh keluarga kekaisaran. Setelah Shôgun Minamoto terakhir, Sanetomo, terbunuh pada tahun 1219, keluarga kekaisaran mencoba menggulingkan pemerintahan Kamakura yang dipimpin oleh Hôjô Yoshitoki, yang telah mengabdi kepada Shôgun Sanetomo sebagai Bupati. Meski ia berhasil mengalahkan tentara kekaisaran pada tahun 1221, Hôjô Yoshitoki mennyadari bahwa keshogunan Samurai terlalu lemah untuk mampu mengontrol seluruh negeri. Maka ia menjadikan seorang anak yang terlahir dari sebuah keluarga kaum bangsawan dari Kyoto sebagai Shôgun, dan memanipulasinya.

Kuil Hachimangûji adalah nama Buddhis dari Kuil Shinto Hachimangû. Pada masa itu, Kuil Shinto Hachimangû dipenuhi dengan dekorasi dan corak Buddhis. Kuil Hachimangûji berhubungan dengan Onjôji di propinsi Omi (Shiga-ken). Onjôji, juga ternyata berhubungan erat dengan Enryakuji di Hieizan (Gunung Hiei) di propinsi yang sama, tetapi kemudian melepaskan dirinya dari Enryakuji pada tahun 993, dan kemudian menyebut dirinya Kuil Kepala sekte Tendai Shû Jimon Ha.

Page 4: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 3

Pada 1242, Renchô masuk ke Enryakuji untuk belajar. Enryakuji adalah kuil utama dari sekte Tendai di Jepang. Sekte Tendai didirikan oleh Tendai Daishi (538-597) dari Cina, dan kemudian dibawa ke Jepang oleh Saichô (Dengyô Daishi, 767-822). Sekte ini juga dikenal sebagai Hokke Shû atau sekte Hokke (Sûtra Bunga Teratai) karena Sûtra Bunga Teratai adalah teks fundamentalnya. Semenjak awal masuknya Buddhisme, Sûtra Bunga Teratai telah menjadi salah satu sûtra paling terkenal di Jepang. Shôtoku Taishi (Pangeran Mahkota Shôtoku 574-622) menulis penjelasan dan komentar tentang sûtra tersebut. Kaisar Shômu (701-756) mendirikan kuil untuk bhiksu dan bhiksuni di tiap-tiap propinsi, dan memerintahkan para bhiksu untuk menyebut Konkômyôkyô, dan para bhiksuni untuk menyebut Hokekyô. Konkômyôkyô memiliki banyak kesamaan dari segi isi dengan Hokekyô. Sûtra Bunga Teratai dibaca dan diajarkan lebih sering dari sûtra-sûtra lainnya pada periode Heian. Hokke-hakkô atau Delapan-jilid Penjelasan atas Delapan Jilid Sûtra Bunga Teratai, sering digunakan dalam upacara-upacara resmi di Istana Kekaisaran. Apa yang dikenal sebagai shakyô atau penyalinan sûtra adalah dimaksudkan khusus hanya untuk Sûtra Bunga Teratai dan bukan sûtra lainnya.

Akan tetapi, segera setelah Saichô, sekte Tendai di Jepang memperkenalkan bagian-bagian lain dari Buddhisme. Ennin (Jikaku Daishi, 794-864) memperkenalkan Buddhisme Esoterik dan Buddhisme Tanah Suci dari Cina, dan mendirikan Taimitsu atau Sekolah Esoterik Tendai dan Tendai Jôdo Kyô atau Sekolah Tanah Suci Tendai di Hieizan. Buddha Sâkyamuni dari Sûtra Bunga Teratai diidentikkan dengan Buddha Amitâbha, dan penyebutan Nembutsu diperkenankan bersama dengan Sûtra Bunga Teratai.

Selain kecenderungan penyatuan ajaran dari sekte Tendai ini, gunung keramat Hieizan juga mengalami sekularisme (pergeseran ke aspek-aspek keduniawian) seiring dengan berjalannya waktu. Pada awal abad ke sepuluh, sebuah pasukan bhiksu diatur untuk bertempur dengan pasukan bhiksu dari kuil lainnya demi kepentingan politik. Pertempuran-pertempuran menjadi semakin sering terutama setelah kuil Onjôji melepaskan diri dari Enryakuji. Pada 1081, pasukan bhiksu Hieizan membakar Onjôji. Yang kemudian mengalami restorasi tetapi lagi-lagi dibakar oleh pasukan yang sama pada tahun 1121. Sebagai balasannya Enryakuji dibakar oleh pasukan bhiksu Onjôji pada tahun yang sama. Onjôji kemudian mengalami peristiwa yang sama berulang-ulang, pada 1140, 1163, dan kemudian pada 1214. Para pendiri dari banyak sekte-sekte baru pada periode Kamakura semuanya belajar di Hieizan, akan tetapi kemudian pergi karena kecewa atas kenyataan yang terjadi. Eisai meninggalkan Hieizan pada 1160; begitu juga Hônen pada 1175, Shinran pada 1201, dan Dôgen pada tahun 1213.

Renchô tinggal Hieizan selama sebelas tahun hingga awal 1253. Hal yang paling membuat ia kecewa adalah kenyataan bahwa para penganut Buddhis Tanah Suci yang dipimpin oleh Hônen sama sekali menolak untuk menyebut Sûtra Bunga Teratai. Mereka menganggap bahwa Sûtra Bunga Teratai terlalu sulit bagi orang-orang di masa Mappo; bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka adalah dengan menyebut Nembutsu. Renchô berkeinginan untuk mengganti Nembutsu dengan Daimoku untuk memulihkan keagungan Sûtra Bunga Teratai dan Buddha Sâkyamuni.

Page 5: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 4

Daimoku

Renchô meninggalkan gunung tersebut pada awal tahun 1253 dan kembali ke Kiyosumi-dera, biara asalnya. Di pagi hari tanggal 28 April, ia berdiri puncak bukit Senkôzan yang terletak di wilayah kuil Kiyosumi-dera, dan menyebut Daimoku “Namu Myoho Renge Kyo” untuk pertama kalinya sambil menghadap ke arah matahari yang sedang terbit. Disini ia memproklamirkan keyakinannya yang baru, dan ia mengubah namanya menjadi Nichiren. Dalam upacaranya yang pertama, yang ia laksanakan di kuil tersebut pada hari itu juga, Nichiren mengkritik pelaksanaan sekte Nembutsu. Gubernur Tôjô Kagenobu, seorang pendukung fanatik dari Nembutsu secara kebetulan berada di antara para hadirin, dan ia menjadi marah mendengar kritik dari Nichiren.

Nichiren kemudian bepergian ke Kamakura dan tinggal di Matsubagayatsu, daerah pinggiran dari kota tersebut. Selama kepergiannya dari Kamakura selama sebelas tahun, tiga hal luar biasa telah terjadi di kota itu. Yang pertama, pembangunan patung Buddha Agung selesai pada tahun 1252. Proyek pembuatan Daibutsu atau Buddha Agung dimulai oleh Minamoto-no-Yoritomo, yang berkeinginan mendekorasi ibukota baru negara Jepang dengan sebuah patung Buddha Agung seperti yang terdapat di ibukota tertua, Nara. Perlu dijelaskan sebagai tambahan disini bahwa patung Buddha Agung yang terdapat di Kamakura adalah patung Buddha Amitâbha, sedang yang terdapat di Nara adalah patung Buddha Vairocana.

Peristiwa penting kedua adalah kunjungan Dôryû ke Kamakura pada tahun 1246. Dôryû (Tao-lung, 1213-1278) adalah seorang bhiksu Zen Rinzai Cina, yang datang dari Cina Pusat. Pada masa itu, Cina Utara dikuasai oleh bangsa Mongol, dan pemerintahan Dinasti Sung, yang dulu pernah menguasai seluruh daratan Cina dari Pien di Cina Utara, terdesak hingga ke Cina Pusat pada tahun 1127. Dôryû diterima dengan hangat oleh Hôjô Tokiyori. Sekte Zen Rinzai telah dibawa dan diperkenalkan ke Kamakura oleh Eisai pada tahun 1200. Pada saat itu, posisi Bupati di Pemerintahan Kamakura sedang kosong, dan Masako, janda dari Minamoto-no-Yoritomo lah yang menjalankan pemerintahan. Ia mendirikan kuil Jufukuji untuk Eisai tapi melarangnya mempergunakan kuil tersebut hanya bagi Zen saja. Ia meminta agar Eisai juga mengajarkan ajaran dari sekte Tendai dan Shingon bersamaan dengan Zen. Sama halnya dengan Jôrakuji, sebuah kuil Zen lainnya yang didirikan oleh Gyôyû dengan dukungan dari Shikken Hôjô Yasutoki pada tahun 1237, juga merupakan sebuah kuil untuk mempelajari ajaran Zen, Tendai, dan Shingon.

Akan tetapi kombinasi ajaran ini menghilang ketika Kenchôji dibangun untuk Darya pada tahun 1253. Penyebab yang paling mungkin dari hal ini adalah karena rasa hormat orang Jepang yang tinggi kepada para bhiksu Cina. Ketika Dôryû tiba di Kamakura, Shikken Hôjô Tokiyori menawarkan Jôrakuji kepadanya sebagai tempat tinggal sementara, dan mulai membangun sebuah kuil baru untuknya. Bangunan tersebut selesai pada tahun 1253, dan diberi nama Kenchôji sesuai nama tahun pada saat itu.

Page 6: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 5

Peristiwa ketiga yang terjadi pada saat absennya Nichiren dari Kamakura adalah dilantiknya sebuah Kekaisaran Shôgun yang telah lama didambakan oleh pemerintahan Kamakura yang bertujuan untuk menguasai seluruh negeri dengan lebih efisien. Pada tanggal 19 Maret 1252, Pangeran Munetaka, putra pertama Kaisar Gosaga pindah ke Istana Omiya di Kamakura, diiringi dengan sebuah upacara yang amat mewah.

Nichiren mendorong semua orang yang ia temui untuk menyebut Daimoku, dan ia terus mengkritik Nembutsu, sehingga menyebabkan ia banyak mendapat penganiayaan dan tekanan. Tentunya, seiring dengan waktu, pengikutnya bertambah satu demi satu. Orang-orang yang menjadi pengikutnya kebanyakan adalah penduduk kota. Sedangkan para samurai yang menjadi pengikutnya bukanlah mereka yang memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan, akan tetapi pejabat-pejabat daerah yang datang dari berbagai propinsi ke ibukota untuk tujuan bisnis.

Segera setelah Nichiren datang di Kamakura, seorang bhiksu Tendai mengunjunginya dan kemudian menjadi muridnya. Nama pengunjung ini adalah Jôben, salah satu teman sekelas Nichiren pada saat berada di Hieizan. Nichiren memberinya nama baru Nisshô (1221-1323). Nisshô berusia setahun lebih tua daripada Nichiren. Terlahir di sebuah keluarga samurai di Propinsi Shimousa (Chiba-ken). Dikatakan bahwa, kepada ia sedang berada di Hieizan, ia diadopsi sebagai seorang yûshi (anak angkat tanpa hak waris) oleh Konoye Kanetsune, pemimpin ketiga dari keluarga Konoye, sebuah keluarga kaum terpandang di Kyoto. Pada tahun 1254, Kichijômaro, seorang kemenakan Nisshô, juga menjadi murid Nichiren. Ia diberi nama Nichirô (1245-1320).

Risshô-Ankoku-Ron

Kota Kamakura mengalami sebuah gempa bumi dahsyat pada tahun 1257. Wabah penyakit berjangkit pada tahun 1259, dan kelaparan pun menyusul. Nichiren menganggap bahwa semua malapetaka ini berasal dari sikap pemerintah dan negara yang tidak mau mengakui Saddharma Pundarika Sutra dan Buddha Sâkyamuni. Ia berkata bahwa, jika Saddharma Pundarika Sutra dan Buddha Sâkyamuni tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, perang saudara dan penjajahan oleh negeri asing akan terjadi. Hal ini mengingatkan kita akan Tyndale, tiga abad setelah masa Nichiren mengatakan bahwa Inggris akan dihancurkan oleh “perang, kelaparan, dan wabah penyakit” jika bangsa Inggris tidak “mempertahankan Hukum Tuhan”.

Nichiren memutuskan untuk memprotes pemerintah melalui bentuk tulisan. Untuk mempersiapkan tulisan ini, ia mengunjungi perpustakaan yang terdapat di kuil Jissôji di Iwamoto di propinsi Suruga (Shizuoka-ken) pada tahun 1259. Jissôji adalah milik dari Enryakuji di Hieizan. Ia tidak mau mempergunakan perpustakaan di kuil Hachimangûji karena ia tahu bahwa Ryûben, kepala bhiksu di kuil tersebut, adalah salah satu bhiksu pemimpin sekte Tendai Shû Jimon Ha.

Ketika tinggal di kuil Jissôji, seorang bhiksu yang berasal dari sebuah kuil Tendai didekat daerah itu yang bernama kuil Shijûkuin, datang menemui Nichiren.

Page 7: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 6

Pengunjung inipun kemudin menjadi seorang pengikut Nichiren dan diberi nama Nikkô (1246-1333). Nikkô terlahir di sebuah keluarga samurai di propinsi Kai (Yamanashi-ken).

Nichiren kembali ke Kamakura dan menulis Risshô-ankoku-ron sebagai suatu bentuk protes kepada pemerintah. Sebagai persiapan, ia mengunjungi Daigaku Saburô (Hiki Yoshimoto, 1201-1286) untuk meminta nasehat linguistik tentang tulisannya itu. Daigaku Saburô tinggal di Hikigayatsu. Meski adalah anggota dari keluarga Hiki, ia tidak mempergunakan nama keluarganya sebab keluarga Hiki secara resmi berakhir ketika Hiki Yoshikazu, kepala keluarga Hiki yang terakhir, terbunuh pada tahun 1203. Saburô Yoshimoto adalah anak dari Yoshikazu. Saburô dimasukkan ke kuil Tôji di Kyoto setelah kematian ayahnya, dan tumbuh menjadi seorang sarjana retorik Cina dengan nama Daigaku Saburô. Ia menyertai mantan Kaisar Juntoku ketika ia diasingkan ke pulau Sado pada tahun 1221. Ia memiliki seorang keponakan perempuan bernama Yoshiko, yang menikah dengan Shôgun Keempat, Fujiwara-no-Yoritsune pada tahun 1230. Atas permintaan Shôgun, Yoshimoto kembali dari pulau Sado ke Kamakura, dan mengabdi pada pemerintah sebagai pejabat sipil. Ia diberi kediaman lama milik keluarga Hiki di Hikigayatsu. Daigaku Saburô amat terkesan dengan Risshô-ankoku-ron, dan segera kemudian menjadi seorang pengikut Nichiren.

Hal lain yang perlu disebutkan di sini terjadi di Istana Kekaisaran pada tahun 1259. Mantan Kaisar Gosaga memiliki tiga putra. Putra yang pertama Munetaka menjadi Shôgun Kamakura. Putra kedua menjadi Kaisar Gofukakusa pada tahun 1246. Ayahnya, mantan Kaisar Gosaga, lebih menyukai putranya yang ketiga dibanding yang kedua, sehingga menurunkan kaisar Gofukakusa dari tahtanya demi putranya yang ketiga, yang kemudian menjadi Kaisar Kameyama pada tahun 1259. Inilah sumber dari permasalahan ahli waris, yang kelak akan menjadi pemicu timbulnya Perang Ahli Waris antara Dua Dinasti. Permasalahan ini juga amat berpengaruh terhadap organisasi keagamaan, dimana pertanyaan ortodoksi melahirkan banyak pemisahan dan sekte-sekte baru.

Nichiren menyerahkan Risshô-ankoku-ron, kepada Hôjô Tokiyori melalui kantor Yadoya Mitsunori, sekretaris Tokiyori, pada tanggal 16 Juli 1260.

Tokiyori sebenarnya telah berhenti dari pemerintahan tapi ia masih memegang tampuk kekuasaan. Secara garis besarnya, Nichiren menulis bahwa negara Jepang akan mengalami perang saudara serta penjajahan oleh bangsa asing jika rakyat Jepang tidak mau menyembah Buddha Sâkyamuni dan menyebut Daimoku.

Penganiayaan

Risshô-ankoku-ron menyebabkan Nichiren akan dieksekusi. Nichiren mengingatkan kembali dalam Risshô-ankoku-ron tentang pengasingan tiga Kaisar pada tahun 1221, dan mengkritik Pemerintahan Hôjô akan hal ini. Referensi ini menyinggung Hôjô Shigetoki, satu-satunya anggota pemerintahan yang tersisa yang bertanggung jawab atas pengasingan tersebut. Keluarga Hôjô merasa puas dengan keberadaan pangeran Kekaisaran sebagai Shogun sebagai penyesalan mereka atas perlakuan mereka terhadap keluarga Kekaisaran pada tahun 1221. Insiden pada

Page 8: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 7

tahun 1221 tersebut kini menjadi bahan pembicaraan terlarang di antara anggota keluarga Hôjô. Shigetoki adalah ayahanda dari Hôjô Nagatoki dan ayah-mertua dari Hôjô Tokiyori. Karena hubungan inilah, peristiwa pembakaran tempat pertapaan Nichiren di Matsubagayatsu pada malam tanggal 27 Agustus tahun itu juga dipercayai dilakukan oleh orang-orang suruhan Hôjô Shigetoki. Nichiren kemudian akan melarikan diri ke tempat kediaman Toki Tsunenobu di Nakayama di propinsi Shimousa.

Tempat pertapaan Nichiren tersebut belakangan didirikan kembali dengan usaha bersama dari para pengikutnya yang semakin bertambah jumlahnya. Akan tetapi atas desakan Hôjô Shigetoki's, pemerintah memutuskan untuk mengasingkan Nichiren ke Ito di propinsi Izu (Shizuoka-ken). Pada pagi hari tanggal 12 Mei 1261, Nichiren ditangkap dan dikirim ke pantai Yuigahama untuk selanjutnya dibawa ke Ito dengan menggunakan kapal.

Nichiren ditahan di Ito selama satu setengah tahun lamanya. Selama berada di sana, ia menghasilkan banyak sekali tulisan-tulisannya yang terkenal, termasuk Kyôki-jikoku-shô, dimana ia membahas tentang Gokô atau Kelima Kategori Ajaran. Ia kemudian diampuni dan kembali ke Kamakura pada tanggal 22 February 1263.

Selama Nichiren berada di Ito, Kuil Gokurakuji dari sekte Shingon Ritsu didirikan di Kamakura. Kuil ini asalnya dibangun di Fukasawa, Kamakura oleh para bhiksu Nembutsu di antara tahun 1257 dan 1259. Kuil ini tidak dimiliki oleh sekte manapun juga pada saat didirikan. Hôjô Shigetoki memindahkan kuil ini ke lokasinya saat ini, dua kilometer di sebelah barat Fukasawa atas nasehat Ryôkan, seorang bhiksu dari sekte Shingon Ritsu. Shigetoki meninggal di kuil ini pada tanggal 3 November 1261. Setelah kematiannya, kuil tersebut berafiliasi dengan sekte Shingon Ritsu.

Eizon, Kepala Bhiksu dari kuil Saidaiji di Nara, serta pendiri sekte Shingon Ritsu, mengunjungi Kamakura atas undangan dari Hôjô Tokiyori pada tanggal 27 February 1262. Ia tinggal di hingga tanggal 18 Juli tahun itu. Pada bulan kelimanya di Kamakura, sekitar sepuluh ribu orang mengikutinya untuk memperoleh ajaran-ajaran Buddhis darinya. Para pengikutnya termasuk sang Shôgun, Pangeran Munetaka, Tokiyori, serta anggota lain keluarga Hôjô, dan para samurai serta penduduk kota.

Setelah kembali ke Kamakura, Nichiren mengunjungi Kominato, kota kelahirannya pada bulan Oktober 1264. Kudô Yoshitaka, penguasa di Amatsu, mengundang Nichiren untuk datang ke kediamannya pada tanggal 11 November. Ketika Nichiren dan beberapa orang pengikutnya sedang melewati hutan Komatsubara dalam perjalanan mereka menuju Amatsu, mereka dikejutkan oleh orang-orang bersenjata yang tengah menunggu mereka. Orang-orang ini dipimpin oleh Tôjô Kagenobu, Gubernur dari daerah Tôjô, yang telah memusuhi Nichiren semenjak pertama kali ia mendengar upacara pertama Nichiren di kuil Kiyosumi-dera lebih dari sebelas tahun yang lalu. Kudô Yoshitaka, yang mengira sesuatu pastilah telah terjadi sebab Nichiren tidak hadir pada waktu yang telah disepakati, segera menuju ke tempat pertempuran dengan anak buahnya. Pertempuran antara Kudô dan Tôjô tersebut berakhir dengan meninggalnya Yoshitaka dan salah seorang

Page 9: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 8

pengikut Nichiren, Kyônimbô. Nichiren juga mengalami sebuah luka gores di dahinya. Tôjô Kagenobu akhirnya meninggal beberapa hari kemudian.

Dari tahun 1264 hingga 1267, Nichiren melakukan perjalanan ke propinsi Awa, Kazusa dan Shimousa, untuk mengajar. Pada tahun 1265, seorang samurai di Mobara di propinsi Kazusa (Chiba-ken) hendak menjadi seorang pengikut Nichiren. Ia memiliki seorang putra, yang telah menjadi seorang bhiksu pemula di Hieizan. Sang ayah memanggil anaknya kembali dari Hieizan dan menjadikannya murid Nichiren. Nichiren memberi nama bhiksu muda tersebut Nikô (1253-1314).

Seorang bhiksu muda lainnya mengikuti Nichiren pada masa ini. Ia adalah anak angkat dari Toki Tsunenobu. Istri Toki Tsunenobu adalah seorang janda dari seorang samurai di Omosu, Kitayama, di propinsi Suruga. Ketika ia menikah lagi dengan Toki Tsunenobu, ia memiliki dua orang putra dari suaminya yang terdahulu. Toki Tsunenobu mengangkat mereka sebagai putranya sendiri, dan memasukkan anak yang tertua ke kuil Tendai terdekat bernama Guhôji sebagai seorang bhiksu pemula pada tahun 1259. Bhiksu ini menjadi seorang pengikut Nichiren, dan diberi nama Nitchô (1252-1317).

Peristiwa Tatsunokuchi

Nichiren kembali ke Kamakura pada awal tahun 1268. Pada tanggal 18 Januari tahun tersebut, seorang utusan dari Korea datang ke Dazaifu di Kyushu, dengan membawa surat-surat dari para raja Korea dan Mongolia. Seluruh negeri Jepang terkejut mendapati kenyataan bahwa serangan bangsa Mongol sudah amat dekat. Sebaliknya para pengikut Nichiren, yang justru merasa bangga dengan prediksi dari guru mereka. Orang-orang yang menyebut Daimoku semakin meningkat jumlahnya dari hari ke hari, tahun demi tahun. Mereka mengkritik pemerintah dan pemeluk Buddhisme Nembutsu, mengatakan bahwa negara seharusnya menyebut Daimoku agar Jepang dapat terselamatkan. Pemerintah kemudian memutuskan untuk meredam Buddhisme Nichiren untuk mengontrol keadaan agama dalam negara.

Malang bagi para pengikut Buddhisme Nichiren bahwa Samurai dokoro-shoshi atau Menteri Perang Nagasaki Yoritsuna begitu arogan dan lalim sehingga ia menemui ajalnya karena terbunuh pada tahun 1294 ketika ia gagal dalam usahanya membuat anaknya menggulingkan pemerintahan Kamakura.

Sebelum berbicara mengenai penindasan terhadap Buddhisme Nichiren, seorang murid Nichiren lainnya akan diperkenalkan disini. Pada tahun 1270, ketika Nikkô datang dari propinsi Suruga ke Matsubagayatsu di Kamakura untuk menemui Nichiren, ia membawa serta seorang muridnya yang bernama Nichiji (1250-?). Nichiji terlahir di sebuah keluarga samurai di Mimatsu di propinsi Suruga. Semenjak usia yang amat muda, ia menjadi seorang bhiksu pemula di kuil Jissôji, tempat dimana dulu Nichiren pernah tinggal pada tahun 1257. Pada tahun 1270, ia bertemu dengan Nikkô dan menjadi pengikutnya. Ia diberi nama Nichiji. Ketika belakangan bertemu dengan Nichiren, Nichiji menjadi seorang pengikut dari Nichiren dengan persetujuan dari Nikkô.

Page 10: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 9

Pada tgl 12 September, sehari sebelum pemerintah mengeluarkan mahklumat untuk mengirim pasukan pemerintahan ke Kyushu untuk mempertahankan Jepang dari serangan bangsa Mongol, Menteri Perang Nagasaki Yoritsuna, mewakili pemerintahan, menahan Nichiren dan menjatuhinya hukuman pembuangan ke Pulau Sado. Nichirô dan empat pengikut lainnya juga ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di kompleks tempat tinggal Yadoya Mitsunori. Nagasaki Yoritsuna bermaksud mengeksekusi Nichiren pada malam itu tanpa menghiraukan hukuman sah pengasingan. Nichiren dibawa ke Lapangan Eksekusi di Tatsunokuchi, namun eksekusi tersebut digagalkan oleh seorang utusan dari Hôjô Tokimune, yang telah mencium adanya rencana illegal tersebut.

Pembuangan ke Pulau Sado

Nichiren dibawa menuju kediaman Homma Shigetsura di Echi, propinsi Sagami (Kanagawa-ken). Ia meninggalkan Echi pada tanggal 10 Oktober, dan ditahan di sebuah gubuk bernama Sammaidô di Tsukahara, pulau Sado pada tanggal 1 November 1271.

Nichiren menuliskan Kaimokushô di Tsukahara pada bulan Februari 1272, dan mengirimkannya kepada Shijô Kingo di Kamakura yang merupakan seorang pengikut awam yang amat setia kepada Nichiren. Shijô Kingo adalah seorang pelayan dari Hôjô Mitsutoki, seorang anggota terpandang dari keluarga Hôjô. Akan tetapi, Hôjô Mitsutoki adalah seorang pengikut Ryokan, Bhiksu Kepala dari Kuil Gokurakuji.

Nichiren dipindahkan ke kediaman Kondô Kiyohisa di Ichinosawa, pulau Sado pada tahun 1272. Disana ia menuliskan Kanjin-honzon-shô, dan mengirimkannya kepada Toki Tsunenobu pada tanggal 26 April 1273. Pada tanggal 8 Juli di tahun itu juga, ia menuliskan Mandala Agung untuk yang pertama kalinya.

Nichiren mendapat pengampunan pada tanggal 8 Maret 1274. Pada tanggal 13 Maret, ia meninggalkan pulau Sado, tempat dimana ia tinggal selama dua setengah tahun lamanya, dan kembali ke Kamakura pada tanggal 26 Maret.

Selama kepergiannya dari Kamakura, para penganut Buddhisme Nichiren telah berkurang banyak jumlahnya. Nichirô tinggal di kediaman Daigaku Saburô Yoshimoto setelah ia dibebaskan dari penjara. Ia telah mengunjungi Nichiren di pulau Sado lebih dari sekali. Nisshô tidak ikut ditangkap sehubungan dengan Peristiwa Tatsunokuchi mungkin karena ia memiliki hubungan dengan keluarga Konoye. Ia diijinkan untuk tinggal di kediaman lama seorang samurai di Hamado, Kamakura. Tradisi mengatakan bahwa samurai tersebut adalah Kudô Suketsune, yang memiliki hubungan tertentu dengan ibunda Nisshô. Kudô Suketsune adalah seorang pengikut yang cukup terkenal dari Minamoto-no-Yoritomo. Tempat kediaman Nisshô tersebut cukup besar untuk mengadakan sebuah pertemuan ceramah. Nichiren yang berada di pengasingan merasa gembira mendengar hal tersebut, dan mendorong Nisshô untuk melaksanakan Daishikô pada tanggal 24 setiap bulannya. Daishikô adalah sebuah upacara bulanan bagi Tendai Daishi, yang meninggal dunia pada tanggal 24 November 597. Nisshô melaksanakan upacara tersebut secara teratur dan membabarkan Saddharma Pundarika Sutra

Page 11: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 10

serta Makashikan dari Tendai. Nichirô juga mengadakan upacara bulanan ini di Hikigayatsu.

Setelah mendengar kepulangan Nichiren ke Kamakura, Menteri Perang Nagasaki Yoritsuna memanggilnya dan menanyakan kepadanya kapan tentara Mongol akan menyerang Jepang. Nichiren menjawab mereka akan datang dalam tahun itu juga.

Pengasingan diri di Minobu

Setelah kembali dari Sado, Nichiren tinggal hanya selama lima minggu di Kamakura, dimana ia telah menghabiskan kebanyakan waktu dari kondisi primanya. Ia meninggalkan Kamakura dengan beberapa orang pengikutnya pada tanggal 12 Mei 1274, dan masuk jauh ke dalam sebuah daerah pegunungan bernama Minobu di Hakii, propinsi Kai (Yamanashi-ken) pada tanggal 17 Mei. Hakii Sanenaga, penguasa di Hakii, adalah seorang pengikut Nichiren. Nichiren kemudian hampir tidak pernah lagi meninggalkan Minobu selama hampir sembilan tahun lamanya hingga tanggal 8 September 1282.

Selama masa ini banyak sekali hal yang terjadi di Jepang. Pada bulan Oktober 1274, tentara Mongolia mendarat di Chikuzen, Kyushu. Akan tetapi keduaratus kapal mereka dihantam badai, dan hanya beberapa tentara yang berhasil menyelamatkan diri ke Korea. Berita ini sekali lagi semakin menambah semangat dari para penganut Buddhisme Nichiren, dan orang-orang yang menyebut Daimoku semakin bertambah dan bertambah.

Nagasaki Yoritsuna merasa tidak puas dengan kebangkitan kembali Buddhisme Nichiren, dan mencari-cari kesempatan untuk menumpas mereka. Pada masa-masa itu Nikkô sedang aktif meyebarkan Daimoku di propinsi Suruga. Banyak bhiksu Tendai beserta para petani menjadi pengikutnya. Pada tahun 1279, Gyôchi, Bhiksu Kepala dari Ryûasenji, sebuah kuil Tendai di Atsuwara di propinsi Suruga, menangkap dua puluh orang petani penyebut Daimoku, dan mengirim mereka ke Kamakura dengan tuduhan yang tidak benar atas pencurian hasil panen. Nagasaki Yoritsuna mengadili mereka di depan umum. Mereka sama sekali tidak ditanyai tentang perihal pencurian tersebut sama sekali. Mereka hanya diminta untuk menyebut Nembutsu. Jinshirô beserta dua orang petani lainnya langsung dipenggal hanya karena mereka menolak untuk memenuhi permintaan tersebut.

Pada bulan Juni 1281, tentara Mongol sekali lagi mencoba menyerang negara Jepang. Mereka menyerbu pulau Shiga dan propinsi Nagato (Yamaguchi-ken), akan tetapi kapal mereka lagi-lagi dihancurkan oleh badai.

Di tahun yang sama, sebuah kuil dibangun di Minobu, dan diberi nama Kuonji. Pada tanggal 24 November 1281, upacara perayaan selesainya gedung tersebut pun diadakan.

Nichiren menjadi sakit-sakitan pada tahun 1278. Ia ingin memulihkan kesehatannya dengan mandi di sumber air panas di Kakurai di propinsi Hitachi

Page 12: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 11

(lbaraki-ken). Ia meninggalkan Minobu pada tanggal 8 September. Ia menahan diri untuk tidak melewati kota Kamakura, tempat dimana ia memulai perjalannya ke Minobu delapan tahun yang lalu. Ia mencapai kediaman Ikegami Munenaka di Ikegami, propinsi Musashi (Tokyo) pada tanggal 18 September. Pada tanggal 8 Oktober, ia menetapkan Rokurôsô atau Enam Pengikut Utama: Nisshô, Nichirô, Nikkô, Nikô, Nitchô dan Nichiji, dari antara para pengikutnya. Ia meninggal dunia di Ikegami pada tanggal 13 Oktober 1282, dalam usia enam puluh tahun.

Bab VI. Para Pengikut Utama Nichiren dan Nichirô

Rokurôsô atau Enam Pengikut Utama Nichiren Nichiren

(1) Nisshô (1221-1323). Terlahir dalam sebuah keluarga samurai di propinsi Shimousa (Chiba-ken). Rekan sekelas Nichiren di Hieizan. Ia mengunjungi Nichiren di Matsubagayatsu, Kamakura, pada tahun 1253, dan menjadi pengikutnya. Setelah tempat pertapaan Nichiren di Matsubagayatsu dihancurkan dalam Peristiwa Tatsunokuchi pada tahun 1271, ia pindah ke Hama (Zaimokuza), Kamakura. Tempat pertapaannya di Hama menjadi Kuil Hokkeji pada tahun 1284. Kuil tersebut dipindahkan ke Kadono di propinsi Izu (Shizuoka-ken) pada tahun 1593, dan sekali lagi ke Tamazawa di propinsi yang sama pada tahun 1621, dengan nama yg berubah menjadi Myôhokkeji.

(2) Nichirô (1245-1320). Keponakan dari Nisshô. Menjadi seorang pengikut Nichiren pada tahun 1254. Ketika Nichiren ditangkap dalam Peristiwa Tatsunokuchi pada tahun 1271, Nichirô dipenjarakan di Hase, Kamakura. Setelah ia dibebaskan, Nichirô diajak oleh Daigaku Saburô yang tinggal di Hikigayatsu, Kamakura. Daigaku Saburô adalah seorang pegawai pemerintahan dari Pemerintah Kamakura, dan seorang penasehat tata bahasa bagi Nichiren ketika ia menuliskan Risshô-ankoku-ron. Daigaku Saburô telah menyatakan hati kepercayaannya terhadap Nichiren sejak tahun 1260. Ia membangun sebuah Aula Hokkedô disamping kediamannya, yang kemudian berkembang menjadi Kuil Myôhonji.

Setelah Nichiren wafat di kediaman Ikegami Munenaka di propinsi Musashi (Tokyo) pada tahun 1282, Nichirô mendirikan sebuah Aula Hokkedô disamping kediaman Ikegami Munenaka. Ikegami Munenaka adalah salah satu kerabat dari Nichirô. Aula Hokkedô tersebut kemudian direnovasi menjadi Kuil Hommonji pada tahun 1288.

(3) Nikkô (1246-1333). Terlahir dalam sebuah keluarga samurai di propinsi Kai (Yamanashi-ken). Ia menjadi seorang bhiksu pemula di sebuah kuil Tendai bernama Shijûkuin di propinsi Suruga (Shizuoka-ken). Nikkô menjadi seorang pengikut pada tahun 1257 ketika Nichiren mengunjungi Kuil Jissôji di Iwamoto yang berada di dekat Shijûkuin. Jissôji juga merupakan sebuah kuil sekte Tendai yang termashyur akan perpustakaannya. Nichiren pada saat itu sedang mempersiapkan penulisan Risshô-ankoku-ron. Meski sebelumnya Nichiren pernah menggunakan perpustakaan Kuil Hachimangûji di Kamakura, ia memilih untuk

Page 13: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 12

pergi sebegitu jauhnya dari Kamakura ke Iwamoto dikarenakan pertikaian yang terjadi antara Enryakuji dan Onjôji Hachimangûji. Kuil tersebut pada saat itu adalah milik Onjôji dari Mii, bukan milik Enryakuji dari Hieizan. Jissôji di Iwamoto kelak di kemudian hari akan menjadi sebuah kuil Nichiren pada tahun 1278.

Ketika Nichiren tinggal di Minobu dari tahun 1274 hingga 1282, Nikkô menyebar luaskan Daimoku diantara para samurai dan penduduk pedesaan utamanya di propinsi Suruga dan Kai. Setelah Nichiren wafat pada tahun 1282, para pengikut Nichiren berkumpul dan memutuskan bahwa makamnya di Minobu akan diurus oleh satu atau dua orang dari mereka masing-masing selama dua bulan secara saling bergantian. Nikkô bertindak sebagai sekretaris pada pertemuan tersebut, dan catatan-catatan yang ditulis olehnya masih tersimpan hingga hari ini. Persetujuan tersebut dijalakan selama kurang lebih setahun, tapi kemudian terabaikan karena para bhiksu di Kamakura menjadi terlalu sibuk untuk mengunjungi Minobu. Setelah wafatnya Nichiren, Pemerintahan Kamakura memperbarui penindasannya terhadap para Buddhis penyebut Daimoku. Mereka memerintahkan para bhiksu Nichiren di Kamakura untuk berdoa bagi kedamaian pemerintahan bersama-sama dengan para bhiksu dari sekte lain. Jika tidak, mereka mengancam bahwa kuil-kuil Nichiren di Kamakura akan dihancurkan dan para bhiksu akan diusir dari kota tersebut. Nisshô dan Nichirô mengajukan permohonan kepada pemerintah dan nyaris gagal menyelamatkan Buddhisme Nichiren dari kehancuran. Penindasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1285. Nikkô dan para pengikutnya kebanyakan tinggal di propinsi Suruga dan Kai. Nikkô mulai menetap di Minobu semenjak 1285 dimana makam Nichiren diurus dan dijaga oleh Nikkô dan para pengikutnya. Nambu Sanenaga, Penguasa Minobu, mulai menganggap Nikkô sebagai kepala kuil di Kuil Minobusan Kuonji.

Nikô datang dari Mobara ke Minobu pada tahun 1285 dan bekerja di bawah Nikkô. Akan tetapi Nikkô dikecewakan oleh Nikô, yang lebih disukai oleh Nambu Sanenaga. Kemudian Nikkô pindah dari Minobu ke kediaman lama ibunya di Fuji, Ueno, di propinsi Suruga pada tanggal 5 Desember 1288. Nambu Sanenaga menjadikan Nikô sebagai kepala kuil dari Kuonji.

Nikkô kemudian mendirikan Kuil Taisekiji di Fuji, Ueno, dibawah bantuan dari Nanjô Tokimitsu pada tahun 1290. Ia juga mendirikan Kuil Hommonji di Omosu, Kitayama, di propinsi yang sama pada tahun 1298, dan menghabiskan seluruh sisa hidupnya di sana.

Setelah Nikkô wafat pada tahun 1333, banyak sekali pemalsuan yang dibuat oleh para pengikut Nikkô yang menyatakan bahwa Nikkô adalah penerus langsung dari Nichiren sebagai kepala kuil dari Minobusan Kuonji. Mereka menyebut dirinya Nikkô Monryû (Cabang), dan menjadi independen dari bagian utama Sekte Nichiren. Nama sekte mereka pada awalnya adalah Fuji Ha (Subsekte) karena kebanyakan dari kuil-kuil mereka didirikan di kaki gunung Fuji. Nama tersebut diganti beberapa kali semenjak saat itu dan akhirnya menjadi Nichiren Shôshû pada tahun 1912, dengan Kuil Taisekiji sebagai kuil pusatnya. Hommonji di Kitayama dipindahkan ke Sekte Nichiren Shu pada tahun 1941.

Page 14: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 13

Nikkô tidak membuat ajaran baru satupun. Ia tetap menjadi seorang pengikut setia dari Nichiren. Nichiren-hombutsu-ron atau teori "Nichiren adalah Buddha Pokok" diciptakan oleh Nichigen dari Nikkô Monryû pada tahun 1380.

(4) Nikô, (1253-1314). Terlahir di sebuah keluarga samurai di Mobara, propinsi Kazusa (Chiba-ken). Ia bertemu dengan Nichiren ketika Nichiren mengunjungi kota kelahirannya sendiri, Kominato, di propinsi Awa (Chiba-ken) pada tahun 1271. Setelah Nichiren wafat pada tahun 1282, Nikô, mendirikan sebuah Aula Hokkedô di kota kelahirannya, Mobara. Aula Hokkedô tersebut di kemudian hari diubah menjadi Kuil Sôgenji. Nikô berdiam di Minobu sejak1285. Setelah kepergian Nikkô dari Minobu pada tahun 1288, ia menjadi Kepala Kuil dari Minobusan Kuonji.

(5) Nitchô (1252-1317). Terlahir di sebuah keluarga samurai di Omosu, Kitayama, Propinsi Suruga (Shizuoka-ken). Setelah ayahnya wafat, ibunya menikah lagi dengan Toki Tsunenobu, seorang samurai di Wakamiya, propinsi Shimousa (Chiba-ken), dan Nitchô diangkat sebagai putranya. Nitchô masuk ke kuil Tendai terdekat bernama Guhôji sebagai seoarng bhiksu pemula. Segera kemudian, Nitchô menjadi seorang pengikut Nichiren atas rekomendasi ayah angkatnya. Ketika Nichiren diasingkan ke pulau Sado, Nitchô turut menyertainya. Pada tahun 1278, Nitchô berdebat dengan Ryôshô, Kepala Kuil dari Guhôji. Setelah kalah berargumen dengan Nitchô, Ryôshô akhirnya pergi dan kuil Guhôji menjadi sebuah kuil Nichiren, dengan Nitchô sebagai kepala kuilnya. Nitchô mencoba mendekati Pemerintahan Kamakura untuk mengajukan keberatannya pada tahun 1291. Pada akhirnya, ia juga meminta diadakannya debat di depan umum dengan seorang bhiksu dari sekte Jôdo pada tahun 1292. Sifat agresif Nitchô tampaknya tidak disukai oleh Toki Tsunenobu. Nitchô meninggalkan Guhôji pada tahun 1292, dan kembali ke kota kelahirannya, Omosu, yang terletak di dekat Fuji, Ueno, dimana Nikkô telah mendirikan Kuil Taisekiji pada tahun 1290. Ia bergabung dengan Nikkô dan membantunya mendirikan Kuil Hommonji di Omosu, Kitayama, pada tahun 1298.

(6) Nichiji (1250-?). Terlahir di sebuah keluarga samurai di Mimatsu di Propinsi Suruga (Shizuoka-ken). Pada usia muda, ia telah menjadi seorang bhiksu pemula di Kuil Jissôji, yang dikunjungi oleh Nichiren pada tahun 1257. Pada tahun 1270, ia bertemu dengan Nikkô dan menjadi muridnya. Nikkô membawa Nichiji kepada Nichiren, yang pada saat itu tinggal di Matsubagayatsu, Kamakura. Pada kesempatan ini, Nichiji menjadi seorang murid Nichiren atas persetujuan Nikkô. Pada tahun 1280, Nichiji mendirikan sebuah Aula Hokkedô di kota kelahirannya sendiri, Mimatsu. Aula tersebut kelak akan menjadi cikal bakal dari Kuil Ren-ei-ji.

Nichiji menghadiri upacara peringatan wafatnya Nichiren yang ke-13 yang diadakan di Minobusan Kuonji pada tanggal 13 Oktober 1294. Kemudian, pada tanggal 1 Januari 1295, ia memulai tugas keluar negerinya. Ia pergi ke arah utara, mendirikan dua buah kuil di Propinsi Mutsu (Aomori-ken), dan tiga buah di Propinsi Yezo (Hokkaido). Kemudian ia menyeberangi selat ke arah Karafuto (Sakhalin), dan kemudian mengarungi sungai Amur ke arah hulu. Semenjak saat itu hanya terdapat sedikit catatan yang kurang jelas tentang apa yang terjadi pada Nichiji.

Page 15: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 14

Kurôsô or the Nine Senior Disciples of Nichirô

Kurôsô atau Sembilan Pengikut Utama Nichirô adalah :

Nichizô (1269-1342), Nichirin (1272-1359), Nichizen (?-?), Nichiden (1277-1341), Nichihan (1201-1320), Nichiin (1264-1328), Honjôbô Nitchô (1239-1326), Nichigyô (1267-1330), dan Rôkei (?-1324).

Semua bhiksu ini amatlah giat dalam menyebar luaskan Daimoku, terutama Nichizô.

Nichizô merupakan adik tiri dari Nichirô. Pada tahun 1275, ia menjadi murid Nichirô yang pada saat itu adalah kepala kuil dari Myohonji, Kamakura. Pada tahun 1293, ia bersumpah untuk menyebarkan Daimoku di Kyoto. Ia membaca Jigage 100 kali setiap malamnya di Pantai Yuigahama Beach selama seratus hari yang dingin. Setelah menyelesaikan hal itu pada bulan February 1294, ia mengunjungi semua tempat yang memiliki kaitan dengan Nichiren seperti Kominato, Kiyosumi, Minobu dan Sado. Dalam perjalanannya dari Sado menuju Kyoto, ia mendirikan beberapa kuil di propinsi Noto (Ishikawa-ken), Kaga (Ishikawa-ken), Wakasa (Fukui-ken), dan Omi (Shiga-ken). Ia mencapai Kyoto pada tanggal 1 April 1294.

Ia memberi khotbah di jalanan dan hidup dari hasil sedekah. Pada saat itu, Kyoto dengan cepat menjadi pusat perdagangan dari negara Jepang, dan banyak pedagang kaya yang mengumpulkan kekuasaan. Nichizô mendapat dukungan dari beberapa diantaranya.

Orang-orang yang menyebut Daimoku semakin meningkat jumlahnya hari demi hari, tahun demi tahun; dan dalam sepuluh tahun telah ada cukup banyak orang untuk menari perhatian dari tentara bhiksu Hieizan, yang selalu menindas semua gerakan Buddhisme yang baru. Pada tahun 1307, Bhiksu Kepala Hieizan, terhasut oleh para tentara bhiksu, meminta pihak Pengadilan Kerajaan di Kyoto untuk meredam gerakan Nichizô. Pengadilan Kerajaan masih memiliki kewenangan di seluruh daerah yang dimiliki oleh keluarga kerajaan, kaum bangsawan, dan kuil-kuil.

Sebagai hasilnya, Nichizô dihukum buang ke Propinsi Tosa (Kôchi-ken) pada tahun itu. Akan tetapi hukuman tersebut hanyalah alasan belaka. Ketika Nichizô sampai di Yamasaki di luar kota Kyoto dalam perjalanannya menuju Tosa, tentara bhiksu menjadi diam. Nichizô tinggal di sana selama dua tahun. Ia kemudian diampuni dan diijinkan kembali ke Kyoto pada tahun 1309. Tapi segera setelah itu ia dibuang lagi ke Propinsi Kii (Wakayama-ken). Pada tahun 1310, ia diampuni dan sekali lagi kembali ke Kyoto.

Page 16: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 15

Pada tahun 1313, Myôjitsu (1297-1364) menjadi seorang pengikut Nichizô. Myôjitsu adalah seorang anggota keluarga Konoye yang memiliki hubungan erat dengan keluarga kerajaan. Hal ini menunjukkan betapa pandainya Nichizô hingga mampu menarik perhatian kaum bangasawan. Pada tahun 1321, Nichizô diusir lagi untuk ketiga kalinya dari Kyoto, namun dalam waktu dua minggu, ia mendapat pengampunan lagi dan penyebaran Daimoku secara resmi mendapat ijin dari pihak Pengadilan Kerajaan. Nichizô mendirikan Kuil Myôkenji di Kyoto pada tahun itu.

Kaisar Godaigo (1288-1339), yang naik tahta pada tahun 1318, berkeinginan memulihkan kembali rejim Kekaisaran dengan menggulingkan Pemerintahan Kamakura. Ia menjadikan putranya Pangeran Morinaga (1308-1335) sebagai seorang bhiksu pada tahun 1326, dan menunjuknya sebagai Bhiksu Kepala dari Kuil Enryakuji di Hieizan pada tahun 1327 untuk tujuan mengendalikan pasukan bhiksu kuil tersebut. Dengan demikian kuil pusat dari Sekte Tendai di Jepang diubah menjadi markas dari tentara Kerajaan. Pada tahun 1331, Kaisar mengerahkan tentaranya melawan Pemerintahan Kamakura, namun dengan segera dapat dikalahkan. Ia melarikan diri ke propinsi Yamato (Nara-ken), namun kemudian tertangkap dan dibawa ke Kyoto pada tahun yang sama. Kemudian ia dibuang ke Pulau Oki pada tahun 1332.

Pangeran Morinaga meninggalkan kebhiksuan pada tahun 1332, dan menyusun kekuatan pasukannya di Yoshino, propinsi Yamato. Ia mengirim utusan-utusannya ke berbagai kuil termasuk Myôkenji, dan memerintahkan mereka untuk berdoa bagi kepulangan dari sang Kaisar ke Kyoto. Pada bulan April 1333, Ashikaga Takauji, seorang jendral dari pasukan Kamakura, mengkhianati Pemerintahan Kamakura dan berpihak kepada Kaisar. Hal ini mengembalikan sang Kaisar ke Kyoto pada bulan June 1333. Pada tahun 1334, Myôkenji dianugerahi kedudukan Chokuganji atau "Kuil Kerajaan".

Bab VII. Buddhisme Nichiren pada Abad Pertengahan

1. Nikkô disalah artikan sebagai Pendiri Nichiren Shôshû

Tidak seorang pun yang ditunjuk menjadi Kepala Kuil dari Kuil Kuonji oleh Nichiren. Nichiren menunjuk Enam Murid Utama: Nisshô, Nichirô, Nikkô, Nikô, Nitchô dan Nichiji, pada saat-saat menjelang ajalnya di Ikegami pada tanggal 8 Oktober 1282. Ia meminta mereka untuk menguburkan sisa abunya di Minobu, dan secara bergiliran menjaga makamnya dan Kuil Kuonji dalam jangka waktu dua bulanan.

Nichiren memasuki Parinirvâna pada tanggal 13 di bulan yang sama. Abunya disemayamkan di Minobu pada tanggal 26 Oktober. Pada tanggal 23 Januari 1283, upacara peringatan seratus hari wafatnya Nichiren diadakan di Minobu. Banyak dari murid dan pengikut awamnya yang berkumpul di sana, akan tetapi Nikô dan Nitchô tidak dapat hadir. Para murid yang hadir mendiskusikan tugas-tugas mereka di Minobu. Permasalahan utamanya adalah lokasi dari Minobu. Nikkô tinggal 60 kilometer jauhnya dari Minobu; dan Nichiji 80 kilometer. Namun semua

Page 17: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 16

Murid Utama lainnya tinggal di daerah yang lebih jauh lagi. Kamakura, tempat dimana Nisshô dan Nichirô tinggal berjarak 200 kilometer dari Minobu; Mama, tempat kediaman Nitchô 280 kilometer; dan Mobara, tempat kediaman Nikô, 330 kilometer. Pada masa tersebut, perjalanan jauh adalah suatu hal yang amat berat. Dibutuhkan empat hari untuk membawa abu jenasah Nichiren dari Ikegami ke Minobu. Para murid tersebut membahas permasalahan itu dan memutuskan bahwa perlu ditambah lagi sebanyak duabelas murid lainnya untuk dimasukkan ke dalam daftar tugas, dan bahwa giliran tugas akan diperpendek menjadi satu bulanan. Dengan demikian jadwal tugas pun diatur sebagai berikut: January: Nisshô; February: Nichirô; March: Echizenkô dan Awajikô; April: Nitchô; May: Nichiji; June: Shimotsukekô dan Echigokô; July: Igakô dan Chikuzenkô; August: Nichiji dan Izumikô; September: Nikkô; October: Nikô; November: Nichijitsu dan Nichimoku; dan December: Jakunichibô dan Tambakô. Dokumen dari jadwal ini, yang ditanda tangani oleh Nisshô, Nichirô, Nikkô, dan Nichiji, masih tersimpan hingga hari ini. Nikkô menuliskan namanya karena ia bertindak sebagai juru catat dari rapat tersebut.

Para bhiksu yang bertugas menjalankan kewajibannya secara teratur selama kurang lebih satu tahun, namun belakangan para bhiksu yang tinggal di Kamakura menjadi enggan untuk meninggalkan kotanya karena mereka terpaksa harus membela diri mereka terhadap penindasan Buddhisme Nichiren yang dilanjutkan oleh Pemerintahan Kamakura setelah kewafatan Nichiren.

Buddhisme Nichiren di Kamakura Terancam Dimusnah

Nagasaki Yoritsuna mencoba menghapuskan para Buddhis penyebut Daimoku dari kota Kamakura dengan memanfaatkan wafatnya Nichiren. Ia meminta berbagai kuil dari bermacam sekte di Kamakura, termasuk kuil-kuil Nichiren, untuk berdoa bagi perlindungan negeri Jepang terhadap kemungkinan serangan selanjutnya oleh pasukan Mongol dan juga bagi keselamatan keluarga Hôjô. Hanya terdapat dua kuil Nichiren di Kamakura pada saat itu: Hokkeji milik Nisshô di Hamado, Myôhonji milik Nichirô di Hikigayatsu.

Nisshô dan Nichirô menolak untuk mendoakan keselamatan keluarga Hôjô karena kaum Hôjô tidak menyebut Daimoku namun malah menganiaya para Buddhis Nichiren. Yoritsuna telah mengantisipasi penolakan mereka dan bermaksud menggunakannya sebagai alasan untuk melenyapkan mereka. Ia mengatakan bahwa, jika mereka menolak perintah dari Pemerintah, mereka akan diusir dari kota tersebut, dan kuil mereka akan dihancurkan. Didasari oleh rasa takut bahwa Buddhisme Nichiren akan dihapuskan dari kota tersebut, Nisshô dan Nichirô akhirnya terpaksa menuruti perintah itu. Pada tahun 1285, diadakan petisi yang berisi bahwa seluruh bhiksu dari semua sekte yang ada di Kamakura untuk berkumpul dan mengadakan debat publik dengan para bhiksu Nichiren mengenai ajaran apa dari sang Buddha yang harus dianggap sebagai yang terunggul.

Ketika Nikkô mendengar kabar tentang penindasan yang dilakukan terhadap Buddhisme Nichiren di Kamakura, ia bersimpati kepada Nisshô dan Nichirô dan memutuskan untuk merawat makam Nichiren dan Kuil Kuonji sebagai wakil

Page 18: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 17

mereka. Ia menulis kepada Mimasakabô, salah satu sahabatnya, pada tanggal 18 Oktober 1284:

"Ada sebuah insiden serius (di Kamakura).... Teman-teman kita di Kamakura sedang diperiksa.... Disini kita tidak mengalami kesulitan apa-apa.... Makam di Minobu dirusak oleh para rusa. Terlalu susah untuk dilihat begitu saja. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa saya mengabaikan tugas dari Murid-murid Utama lainnya......"

Nikkô menetap di Minobu semenjak akhir 1285. Segera kemudian, Nikô datang ke Minobu untuk memberikan bantuannya. Nambu Sanenaga, Penguasa di Minobu, ternyata lebih condong kepada Nikô. Seiring berjalannya waktu, timbul keretakan antara Nikkô dan Sanenaga, sehingga memaksa Nikkô untuk pergi pada tanggal 5 Desember 1288.

Nikkô memiliki seorang murid bernama Nichimoku. Nanjô Tokimitsu, paman dari Nichimoku, mengundang Nikkô ke kediamannya di Taiseki-ga-hara, Ueno, di propinsi Suruga (Shizuoka-ken), dan membangun Kuil Taisakiji untuk Nikkô pada tahun 1290. Ia juga membantu mendirikan kuil lainnya, Hommonji untuk Nikkô di Omosu, Kitayama, berjarak hanya dua kilometer dari Kuil Taisekiji dengan kerjasama dari Ishikawa Yoshitada dan lainnya pada tahun 1298. Nikkô pindah ke Kitayama Hommonji pada tahun 1298, dan menghabiskan sisa hidupnya di sana.

Permasalahan Ortodoksi

Kuil Taisekiji menyimpan yang disebut dengan "Dokumen Dua Penyerahan". Menurut Kamus Istilah dan Konsep Buddhis yang diterbitkan oleh Nichiren Shôshû International Center pada tahun 1983, dokumen-dokumen ini antara lain adalah: 1. Nichiren Ichigo Guhô Fuzoku Shû yang ditulis oleh Nichiren di Minobu pada bulan September 1282, dimana Nichiren menyerahkan keseluruhan ajarannya kepada Nikkô dan mempercayakan kepadanya misi penyebarluasan Buddhisme sejati; dan 2. Minobusan Fuzoku Shû yang ditulis oleh Nichiren di kediaman Ikegami Munenaka pada tanggal 13 Oktober 1282, dimana Nichiren menunjuk Nikkô sebagai Bhiksu Tinggi dari Minobusan Kuonji, dan menyatakan bahwa semua murid dan pengikut Nichiren lainnya harus mengikuti Nikkô. Kedua dokumen ini masing-masing dikenal sebagai Minobu Sôjô dan Ikegami Sôjô dalam Nichiren Shû Shûgaku Zensho, Vol. 11.

Keberadaan dari kedua dokumen ini pertama kali disebut dalam Hyakugojikkajô yang ditulis oleh Nikkyô (1428-1489) pada tahun 1480, namun isi dari kedua dokumen dalam tulisan ini berbeda dengan apa yang disimpan di Kuil Taisekiji saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa pemalsuan telah dibuat pada masa Nikkyô. Adalah menarik bahwa Nichidô (1283-1341), Bhiksu Tertinggi keempat dari Kuil Taisekiji, dengan jelas menyatakan dalam Nikkô Shônin Goden Sôan (Biografi dari Nikkô) karangannya bahwa Nikkô tinggal di Minobu selama tiga tahun, bukan enam tahun.

Minobu Sôjô mengandung pernyataan bahwa Hommon no Kaidan (Pondasi Dasar Ajaran dari Buddhisme Sejati) harus didirikan di Fujisan Hommonji. Fujisan

Page 19: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 18

Hommonji adalah nama lain dari Nishiyama Hommonji, yang didirikan oleh Nichidai (1294-1394), yang tersingkir dari Kitayama Hommonji dikarenakan pertikaian pergantian kepemimpinan. Minobu Sôjô mungkin saja diciptakan oleh seorang penerus dari bhiksu kepala Nishiyama Hommonji. Pada saat tertentu, Nishiyama Hommonji bersahabat dengan Taisekiji. Oleh sebab itu, Taisekiji tidak berkeberatan untuk menyimpan dokumen tersebut meski tempat Kaidan diberikan kepada Nishiyama Hommonji, dan bukan Taisekiji. Kedua kuil ini menjadi bermusuhan satu dengan yang lainnya semenjak Taisekiji menghasilkan Ita-honzon. Tanpa disengaja, kamus yang diterbitkan oleh pihak Nichiren Shôshû menyertakan pernyataan tentang Fujisan Hommonji dalam Minobu Sôjô bahwa Hommon no Kaidan seharusnya di didirikan di Fujisan Hommonji.

Pemalsuan-pemalsuan ini tidak dibuat oleh Nikkô namun oleh beberapa dari penerusnya yang ingin membenarkan ajaran mereka dengan menyatakan bahwa merekalah yang paling benar sedang cabang lain dari Buddhisme Nichiren salah.

Permasalahan Ortodoksi ini adalah suatu hasil dari ketidak stabilan kondisi politik pada saat itu. Pada masa itu ada dua bagian dalam keluarga Kerajaan. Perpecahan ini terbentuk pada awal tahun 1259, ketika bekas Kaisar Gosaga menggulingkan Kaisar Gofukakusa, putra pertamanya, karena berpihak kepada putranya yang kedua yang menjadi Kaisar Kameyama. Gofukakusa menjadi kepala dari Keluarga Jimyôintô; dan Kameyama menjadi Kepala dari Keluarga Daikakujitô. Ketika Kaisar Godaigo dari Majelis Daikakujitô melarikan diri ke Yoshino, di selatan Kyoto pada tahun 1336, Keluarga Daikakujitô disebut sebagai Dinasti Selatan, dan Keluarga Jimyôintô, yang memasukkan Kaisar Kômyô di Kyoto, disebut dengan Dinasti Utara. Kitabatake Chikafusa (1293-1354) menuliskan Jinnô-shôtô-ki pada 1339, dimana ia berpendapat bahwa Dinasti Selatan adalah keturunan yang sah dari keluarga Kerajaan. Dinasti Selatan bergabung dengan Dinasti Utara pada tahun 1392, namun sebagian orang masih tetap aktif mencoba mengembalikan Dinasti Selatan.

Nichiren Diidentikkan dengan Buddha Pokok

Nichiren pertama kali dinyatakan sebagai Buddha Pokok oleh Nichigen (-1486) dari Nishiyama Hommonji.

Menurut Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Sâkyamuni yang berada dalam Stûpa Buddha Prabhûtaratna, menyampaikan Dharma ini kepada Bodhisattva Visistacâritra (Jôgyô Bosatsu). Nikkô mempertahankan kepercayaan bahwa Nichiren adalah reinkarnasi dari Jôgyô Bosatsu. Begitu pula dengan muridnya, Nichizon (1265-1345), yang mendirikan Kuil Jôgyô di Kyoto, kuil tersebut diberinama sesuai dengan sang Bodhisattva. Akan tetapi muridnya, Hongaku Nichidai (1309-1369), bertindak sedemikian jauh dengan mengatakan bahwa Nichiren sendirilah yang masuk ke dalam stûpa dan menerima Dharma langsung dari Buddha Sâkyamuni. Penafsiran yang salah terhadap Saddharma Pundarika Sutra ini akhirnya tertumpuk dalam penciptaan teori bahwa Nichiren adalah Buddha Pokok oleh Nichigen.

Page 20: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 19

Menurut Nichigen, Buddha Sâkyamuni menyelamatkan orang-orang dengan ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Saddharma Pundarika Sutra hanyalah berguna bagi orang-orang yang hidup di masa Buddha Sâkyamuni. Kita sekarang berada dalam Masa Akhir Dharma. Dharma Sejati, yang dapat diterapkan kepada orang-orang di masa ini, bukanlah Saddharma Pundarika Sutra namun kata Myôhô Renge Kyô. Kata Myôhô Renge Kyô adalah benih Kebuddhaan yang ditaburkan di jiwa orang-orang oleh Buddha Pokok. Nichiren Shôshû mempercayai bahwa hanya Nichiren lah yang menaburkan benih Kebuddhaan di jiwa setiap orang, dan dengan demikian, Nichiren adalah Buddha Pokok, Buddha Sejati.

Para pengikut Sekte Nichiren Shôshû tidak pernah menyebut Nichiren sebagai "Nichiren Daibosatsu (Maha Bodhisattva)" karena mereka percaya bahwa Nichiren adalah sang Buddha. Kita, sebaliknya, memuja Nichiren sebagai perwakilan dari Samgha. Mereka menggantikan Nichiren dengan Nikkô sebagai perwakilan dari Samgha.

Pada jaman itu perebutan kekuasaan adalah hal yang lazim. Yang bawah sering menguasai yang di atas. Kaisar Gokomatsu naik tahta pada tahun 1382. Ayahnya, bekas Kaisar Goenyû, meninggal pada tahun 1393. Ibu Gokomatsu meninggal pada tahun 1406. Pada saat itu ada kepercayaan bahwa melaksanakan pemakaman anggota kerajaan secara resmi dua kali dalam masa pemerintahan seorang kaisar adalah suatu pertanda buruk. Ada semacam peraturan bahwa, jika ibu Permaisuri meninggal setelah suaminya, bekas Kaisar wafat pada masa pemerintahan anaknya, seorang wanita dari keluarga kerajaan harus dijadikan sebagai ibu-tiri sang Kaisar, dan upacara pemakaman dari ibu sang Kaisar tersebut harus diadakan secara tidak resmi. Shôgun Ashikaga Yoshimitsu melanggar peraturan ini. Ia menunjuk istrinya, yang bukan merupakan seoarng anggota keluarga kerajaan, sebagai ibu-tiri dari Kaisar Gokomatsu. Dengan demikian, Ashikaga Yoshimitsu menjadi ayah-tiri dari sang Kaisar. Pada tanggal 25 April 1408, Yoshimitsu mengadakan upacara perayaan kedewasaan putra keduanya Yoshitsugu. Upacara tersebut sama persis dengan yang dilakukan ketika seseorang ditunjuk menjadi putra mahkota. Jika saja Yoshimitsu tidak meninggal tiga hari kemudian, ia akan mendapat gelar Kaisar atau bekas Kaisar. Ia gagal dalam rencana ini, namun Nichigen berhasil dalam membuat Nichiren menjadi Buddha Pokok.

Ekslusivisme yang terlalu berlebihan

Pada saat-saat inilah Ita-honzon diciptakan oleh Nichi-u (1409-1482), Bhiksu Tertinggi kesembilan dari Kuil Taisekiji. Ita-honzon adalah sebuah Mandala Agung yang diukir di atas sebuah papan kamfer. Ada pernyataan bahwa Mandala Agung ini ditulis oleh Nichiren pada tanggal 12 Oktober 1279. Ita-honzon memiliki sebuah catatan bahwa Mandala Agung ini diberikan kepada Yashiro. Nichi-u menyatakan bahwa Ita-mandala ini adalah Honzon paling sah yang ingin Nichiren tulis, dan bahwa semua Mandala lainnya yang ditulis di atas kertas oleh Nichiren dan bhiksu lainnya tidaklah berarti. Namun Nichiren dan Nikkô tidak pernah menuliskan Mandala di atas sebuah papan kayu. Nikkô melarang pembuatan Ita-honzon dalam tulisannya Fuji-isseki-monto-zonji-no-koto, menyatakan bahwa mengukir di atas kayu akan meremehkan nilai dari tulisan tangan.

Page 21: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 20

Nichi-u juga mengatakan bahwa Ita-honzon ini diberikan dari Yashiro kepada Taisekiji, dengan demikian Taisekiji adalah satu-satunya kuil yang memiliki Honzon yang paling sah yang diwarisi dari Nichiren. Pernyataannya ini menyinggung kuil-kuil lain yang dibangun oleh Nikkô atau penerusnya.

Kôzôin Nisshin (1508-1576), Kepala Bhiksu dari Kuil Yôbôji dari sekte Nikkô di Kyoto, berupaya menciptakan perdamaian di antara kuil-kuil yang menjadi milik Sekte Nikkô. Jalinan persahabatan di antara mereka kelihatannya pulih untuk beberapa saat, namun setelah kematiannya, Sekte Nikkô jatuh lagi ke dalam kerusuhan. Di bawah tekanan dari Pemerintahan Meiji, Taisekiji bergabung dengan Nichiren Shi Kômon Ha, yang diorganisir oleh kuil-kuil dari Sekte Nikkô, pada tahun 1876. Nama dari sekte ini kemudian berubah menjadi Hommon Shû pada tahun 1899. Kemudian, Taisekiji keluar dari Hommon Shû pada tahun 1900, dan menyebut dirinya sendiri Nichiren Shû Fuji Ha. Nama sekte ini kemudian diubah menjadi Nichiren Shôshû pada tahun 1912. Hommon Shû kemudian bergabung ke dalam Nichiren Shû pada tahun 1941. Yôbôji di Kyoto, yang telah menjadi salah satu dari kuil utama Hommon Shû keluar dari Nichiren Shû pada tahun 1953, dan menyebut dirinya Nichiren Honshû.

Nichiren Shôshû adalah sebuah organisasi kecil dengan sekitar tujuh puluh kuil sebelum terjadinya perang. Sekarang jumlah kuil tersebut dengan cepat meroket menjadi lebih dari empat ratus disebabkan oleh ledakan populasi Sôkagakkai, yang dulunya merupakan pendukung Nichiren Shoshu.

2. Myôkenji, Kuil Nichiren yang Pertama di Kyoto

Apa yang paling ingin diwujudkan oleh Nichiren semasa hidupnya adalah mendekati Kaisar dengan tujuan meyakinkannya untuk memiliki hati kepercayaan kepada Hukum Gaib ini. Pada saat-saat menjelang ajalnya, Nichiren memanggil Nichizô (1269-1342), seorang pengikut Nichirô dan memberinya tugas menyebarluaskan Daimoku di Ibukota.

Nichizô memasuki Kyoto pada tanggal 14 April 1294. Pada masa itu, Kyoto adalah salah satu dari pusat perdagangan paling makmur di Jepang. Nichizô memberikan khotbahnya di jalan-jalan, menyebut Daimoku. Jenis Buddhisme yang baru ini menarik perhatian para pedagang dan ahli kerajinan. Kelompok Buddhis penyebut Daimoku yang dipimpin oleh Nichizô tumbuh dari hari ke hari hingga menjadi jumlah yang cukup menakjubkan untuk menarik perhatian pasukan bhiksu Hieizan, yang tidak menyukai gerakan-gerakan Buddhis baru. Pasukan bhiksu ini telah menentang para Buddhis penyebut Nembutsu yang dipimpin oleh Hônen pada tahun 1204 dengan cara memohon kepada sang Penguasa, bekas Kaisar Gotoba untuk menekan mereka. Dengan cara yang sama, mereka meminta kepada Penguasa, bekas Kaisar Gouda untuk menekan para Buddhis Nichiren pada tahun 1307.

Gouda mengeluarkan sebuah perintah untuk mengucilkan Nichizô ke Hata di Propinsi Tosa (Kôchi-ken). Nichizô meninggalkan Kyoto dan menuju ke Hata, namun ketika ia mencapai Yamasaki, sebuah daerah pinggiran Kyoto, ia menyadari bahwa pasukan bhiksu telah cukup puas dengan kepergian Nichizô dari

Page 22: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 21

Kyoto. Maka ia memutuskan untuk tidak pergi lebih jauh lagi, dan tinggal di Yamasaki untuk menyebarluaskan Daimoku. Pada tahun 1309, ia mendapat pengampunan dan kembali ke Kyoto. Namun, ia sekali lagi diusir dari Kyoto pada tahun 1310 dan dikirim ke Shishinose di Propinsi Kii (Wakayama-ken). Pada tahun 1311, ia diampuni sekali lagi dan kembali ke Kyoto.

Pada tahun 1313, Myôjitsu (1297-1364) menjadi seorang pengikut Nichizô. Myôjitsu adalah seorang anggota keluarga Konoye, yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan. Hal ini menunjukkan bahwa Buddhisme Nichiren di Kyoto telah cukup menarik hingga mampu mengundang seorang anggota bangsawan.

Pada tahun 1321, untuk ketiga kalinya Nichizô diusir dari kota tersebut. Namun pengusiran ini tampaknya hanyalah sebuah cara untuk menghindar dari ancaman sementara dari pasukan bhiksu karena ia diampuni dua minggu kemudian. Berkebalikan dengan hukuman tersebut, ia secara resmi diijinkan untuk menyebar luaskan Daimoku oleh Kaisar Godaigo (1268-1339). Nichizô kemudian mendirikan Kuil Myôkenji di kota tersebut pada tahun itu juga.

Buddhisme Nichiren di Kyoto berkembang dengan pesat pada masa pemerintahan Kaisar Godaigo, yang berkeinginan memulihkan kembali rejim kekuasaan Kekaisaran dengan menggulingkan Pemerintahan Kamakura. Pada tahun 1326, sang Kaisar menjadikan putranya pangeran Morinaga (1308-1335) sebagai seorang bhiksu, dan di tahun berikutnya menunjuknya sebagai Bhiksu Kepala dari Kuil Enryakuji di Hieizan untuk merebut kepemimpinan pasukan bhiksu. Dengan tindakan ini, kuil pusat dari Sekte Tendai berubah menjadi markas bagi tentara Kerajaan. Pada bulan Mei 1331, sang Kaisar berusaha menyerang Pemerintahan Kamakura menggunakan pasukannya, namun rencana tersebut terungkap dan sang Kaisar melarikan diri ke Kasagi di Propinsi Yamato (Nara-ken) pada bulan Agustus tahun itu. Dalam waktu sebulan, Pemerintah Kamakura menobatkan seorang pangeran dari Keluarga Jimyôbintô tanpa upacara sepantasnya disebabkan Sanshu-no-jingi, yang merupakan simbol tahta, masih berada di tangan Kaisar Godaigo. Dalam bulan yang sama, Godaigo ditangkap dan dibawa kembali ke Kyoto, dan dipaksa untuk menyerahkan simbol tahta kepada sang pangeran, yang menjadi Kaisar Kogon. Namun Godaigo tidak pernah mau berhenti memanggil dirinya sebagai Kaisar. Dengan demikian, pada periode ini terdapat dua orang Kaisar. Godaigo dibuang ke Pulau Oki pada bulan Maret 1332.

Pada bulan November 1332, Pangeran Morinaga meninggalkan kebhiksuannya, pergi dari Hieizan, sampai di Yoshino, dan menghimpun pasukan untuk melawan Pemerintahan Kamakura. Namun ia dikalahkan pada bulan February 1333, dan kemudian melarikan diri ke Kôyasan. Dalam bulan yang sama, Kaisar Godaigo melarikan diri dari Pulau Oki, dan mengatur tentaranya dari daratan pusat.

Pada bulan Mei 1333, Pangeran Morinaga mengirimkan utusan dari Yoshino ke berbagai kuil, dan memerintahkan mereka untuk berdoa bagi kepulangan Kaisar Godaigo ke Kyoto. Pada kesempatan ini, Myôkenji, termasuk ke dalam daftar kuil-kuil tersebut. Ini menunjukkan bahwa Myôkenji telah berkembang cukup besar hingga dianggap layak menerima perintah sang pangeran.

Page 23: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 22

Dalam bulan yang sama, pasukan Kerajaan, digabungkan dengan pasukan dari sang pangeran, bergerak menuju Kyoto. Di bulan selanjutnya, Kaisar Godaigo kembali ke kota tersebut dan menggulingkan Kogon. Pangeran Morinaga ditunjuk menjadi Shôgun. Pada tanggal 14 April 1334, Myôkenji memperoleh gelar kedudukan Chokuganji, atau "Kuil Doa Kerajaan" oleh Kaisar Godaigo.

Pada tahun 1387, Myôkenji dihancurkan oleh pasukan bhiksu Hieizan. Nissei, bhiksu kepala dari kuil tersebut melarikan diri ke Obama di Propinsi Wakasa (Fukui-ken). Melalui upaya perdamaian dari Shôgun Ashikaga Yoshimitsu, pasukan bhiksu mengijinkan kuil tersebut untuk dibangun kembali dengan syarat nama kuil tersebut harus diubah. Maka, kuil tersebut pun berubah namanya menjadi Myôhonji, dan dibangun kembali pada tahun 1397. Nama asalnya, Myôkenji, digunakan kembali pada akhir tahun 1519.

3. Honkokuji dan Keluarga Ashikaga

Kuil Nichiren terbesar kedua di Kyoto adalah Honkokuji, yang didirikan pada tahun 1345. Kuil ini memiliki hubungan erat dengan Keluarga Ashikaga. Untuk menjelaskan latar belakang hubungan antara kuil ini dan Keluarga Ashikaga, kita harus kembali kepada sejarah dari Nichi-in (1264-1328), salah satu dari Sembilan Pengikut Utama Nichirô.

Nichirô wafat pada tahun 1320. Ketika upacara tahun pertama peringatan kematiannya diadakan di Myôhonji di Kamakura pada tahun 1321, Nichi-in tidak hadir dalam upacara tersebut namun ia mengadakan upacara yang sama di Honshôji, yang telah ia dirikan di kota yang sama. Ini berarti bahwa Nichi-in menyatakan melepaskan dirinya dari Myôhonji.

Nichi-in mennyerahkan Honshôji kepada muridnya Nichijô (1298-1369) pada tahun 1327. Nichijô adalah paman dari Aahikaga Takauji (1304-1358).

Ketika Kaisar Godaigo mengerahkan pasukannya melawan Pemerintahan Kamakura pada tahun 1333, Aahikaga Takauji adalah seorang jendral di pasukan Pemerintahan Kamakura. Ketika pasukan pemerintahan bergerak ke Shinomura di Propinsi Tamba (Kyoto-fu) untuk menyerang pasukan Kerajaan, Takauji merubah pikirannya, bergabung dengan Kaisar, dan bergerak ke Kyoto dengan pasukan Kerajaan. Ketika Pemerintahan Kamakura runtuh pada tahun itu, Takauji mengira ia akan ditunjuk menjadi Shôgun. Namun berlawanan dengan perkiraannya, Pangeran Morinaga lah yang ditunjuk. Melihat hal ini, Takauji berubah pikiran lagi, dan mendirikan pemerintahannya sendiri dengan nama Bugyôsho di kota yang sama.

Dengan maksud berkompromi dengan Takauji, Kaisar Godaigo mengeluarkan Pangeran Morinaga dari keshogunan, dan mengirimkannya sebagai tawanan ke benteng Takauji di Kamakura di bawah kawalan saudaranya Ashikaga Tadayoshi (1306-1352). Namun sang Kaisar ragu untuk menunjuk Takauji sebagai Shôgun karena Takauji bukanlah seorang anggota dari Keluarga Kerajaan.

Page 24: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 23

Pada bulan February 1335, Hôjô Tokiyuki, salah satu anggota keluarga Hôjô yang selamat, menduduki Kamakura dalam upayanya memulihkan Pemerintahan Kamakura. Takauji bergegas kembali ke Kamakura dan membunuh Tokiyuki. Pada kesempatan ini, Takauji juga turut membunuh Pangeran Morinaga, menyuruh saudaranya untuk mengerahkan pasukan melawan sang Kaisar, dan kemudian bergerk menuju Kyoto pada bulan Juni 1336. Sang Kaisar melarikan diri ke Hieizan, dan Takauji pun menobatkan Kômyô, saudara dari bekas Kaisar Kogon, sebagai kaisar. Takauji menangkap Godaigo, dan memaksanya menyerahkan simbol kerajaan kepada kaisar baru Kômyô. Pada bulan November 1336, Takauji akhirnya ditunjuk sebagai Shôgun Pertama dari Pemerintahan Ashikaga oleh Kaisar Kômyô. Pada Desember 1336, Godaigo melarikan diri dari Kyoto menuju Yoshino, sebelah selatan dari Kyoto, dimana ia mendirikan Dinasti Selatan. Godaigo wafat pada tahun 1339, dan singgasana dari Dinasti Selatan pun diserahkan kepada putranya yang terakhir, yang bernama Kaisar Gomurakami.

Nichijô memasuki Kyoto pada tahun 1341, dan mendirikan Kuil Honkokuji pada tahun 1345 di bawah bantuan Ashikaga Takauji. Nichijô mengumumkan bahwa Honkokuji bukanlah sebuah kuil baru, namun merupakan sebuah nama baru yang diberikan kepada Honshôji, Kuil di Kamakura, yang dipindahkan ke Kyoto. Dalam kesempatan ini pula, Honshôji, yang terletak di Kamakura diubah namanya menjadi Chôshôji.

4. Toki Tsunenobu dan Nakayama Hokekyôji

Toki Tsunenobu (1216-1299), yang tinggal di Wakamiya, propinsi Shimousa (Chiba-ken), merupakan kerabat dari keluarga Nichiren semenjak sebelum Nichiren lahir. Ia menjadi pengikut Nichiren segera setelah Nichiren mendirikan Sekte Hukum Gaib. Toki adalah pembantu dari gubernur propinsi, yang merupakan kepala dari keluarga Chiba. Kantor pemerintahan propinsi terletak di Chiba.

Toki Tsunenobu menikahi janda seorang samurai yang tinggal di Omosu, Kitayama, propinsi Suruga (Shizuoka-ken). Ia memiliki dua orang putra, yang kemudian diadopsi oleh Tsunenobu. Kuil keluarga Tsunenobu adalah Guhôji dari Sekte Tendai di Mama di propinsi yang sama. Tsunenobu memasukkan anak angkatnya yang pertama sebagai seorang bhiksu pemula. Namun, setelah Toki menjadi seorang pengikut Nichiren, anak angkatnya juga turut menjadi pengikut Nichiren. Nichiren menamakan murid barunya Nitchô.

Pada tahun 1278, Nitchô mengalahkan kepala bhiksu dari Guhôji dalam sebuah debat. Kepala bhiksu tersebut pun turun dari kedudukannya, dan Nitchô kemudian menjadi bhiksu kepala yang baru. Namun, dalam pertikaian dengan ayah angkatnya, Nitchô meniggalkan Mama untuk tinggal di kota kelahirannya, Omosu, pada tahun 1292. Tsunenobu kemudian menjadi seorang bhiksu dengan nama Nichijô, dan mengurus Guhôji. Ia juga mengubah kediamannya di Wakamiya menjadi sebuah kuil bernama Hokkeji. Hokkeji, terletak bersebelahan dengan kediaman Ota Jômyô, yang juga merupakan seoarang pengikut Nichiren. Seorang putra dari Ota Jômyô akan menjadi pengikut dari Nichijôdg nama Nichikô. Setelah Nichijô meninggal dunia pada tahun 1299, Nichikô mengubah kediaman

Page 25: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 24

ayahnya menjadi sebuah kuil bernama Hommyôji, dan menjadi bhiksu kepalanya. Nichikô juga turut mengawasi Hokkeji di Wakamiya.

Chiba Tanesada, kepala dari keluarga Chiba, menjadi seorang pengikut dari Nichikô. Semenjak saat itulah, Buddhisme Nichiren di propinsi Shimousa berkembang pesat dengan bantuan dari keluarga Chiba. Hokkeji di Wakamiya Hommyôji di Nakayama digabung menjadi Nakayama Hokekyôji pada tahun 1545.

5. Nichiji dan Sekte Kempon Hokke

Sebelum menjadi seorang anggota dari sekte Nichiren, Nichiji (1312-1392) adalah seorang bhiksu Tendai bernama Gemmyô. Ia dilahirkan di Kurokawa (Aizu-Wakamatsu), propinsi Aizu (Fukushima-ken). Pada tahun 1332, ia memasuki Hieizan untuk belajar. Pada tahun 1351, ia menjadi seorang nôke atau pengajar di sekolah monastik di Hieizan.

Selama tinggal di tempat tersebut, ia berkenalan dengan Nichi-in, seorang bhiksu Nichiren yang memiliki hubungan dengan Kuil Taisekiji. Nichi-in adalah kepala bhiksu dari Kuil Jissôji yang berafilisasi dengan Kuil Taisekiji di Kurokawa, kota kelahiran Gemmyô. Gemmyô banyak belajar tentang Buddhisme Nichiren dari dirinya.

Gemmyô kembali ke kotanya pada tahun 1371, dan menjadi kepala bhiksu Kuil Tôkôji dari sekte Tendai di kota tersebut. Ia membuka sebuah sekolah Buddhisme Tendai di kuilnya, dan menerima banyak murid dari daerah di sekitarnya.

Pada tahun 1379, Gemmyô kebetulan membaca tulisan Nichiren: Kaimokushô dan Nyosetsu-shugyô-shô, dan ia amat tergerak oleh tulisan tersebut. Ia memutuskan untuk mengubah dirinya sendiri ke Buddhisme Nichiren, dan mengubah namanya menjadi Nichijû. Pada saat tersebut ia telah berusia 67 tahun. Ia mengunjungi Kuil Jitsujôji untuk bertemu dengan Nichi-in, yang sayangnya telah meninggal dunia. Mendengar berita bahwa Nissô dari Kuil Guhôji di Mama di propinsi Shimousa (Chiba-ken) adalah seorang pelajar terkemuka dari Buddhisme Nichiren, ia megunjungi Nissô dengan enam orang pengikutnya pada tahun 1360. Nissô menerima mereka dengan hangat, dan menunjuk Nichijû sebagai kepala dari sekolah di kuilnya.

Nichijû menyadari bahwa memprotes pemerintah adalah salah satu tugas paling penting dari para Buddhis Nichiren karena Nichiren mengajukan protesnya kepada Pemerintahan Hôjô di Kamakura dengan menyerahkan Risshô-ankoku-ron kepada Hôjô Tokiyori. Banyak para penganut Buddhisme Nichiren yang mengikuti jejak Nichiren dalam hal ini. Nikkô menulis sepucuk surat kepada Pemerintahan Kamakura pada tahun 1289. begitu pula Nitchô pada tahun 1291, Nichiben pada tahun 1293, dan Nikô pada tahun 1329. Pada tahun 1333, Nichimoku, salah satu murid Nikkô meninggalkan Taisekiji dan menuju Kyoto untuk bertemu sang Kaisar secara langsung, namun meninggal akibat sakit di Tarui dalam perjalannya menuju Kyoto.

Page 26: Sejarah Buddhisme Nichiren Shu - Perhimpunan Buddhis ... of Nichiren Buddhism.pdf · Pemilik tanah tersebut adalah seorang wanita menjalin hubungan baik dengan keluarga Nichiren

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Sejarah Nichiren Shu Buddhisme Oleh Senchu Murano 25

Pada saat itu, Kuil Guhôji memiliki hubungan erat dengan Hommyôji di Nakayama. Nichijô mengunjungi Hommyôji, dan memberikan hormatnya kepada Nisson, kepala bhiksu dari kuil tersebut.

Pada tahun 1381, Nichiju memutuskan untuk mengunjungi Kyoto untuk mendekati sang Kaisar. Ia menginap di kediaman seorang pedagang bernama Tennôji Tsûmyô. Bertindak sebagai seorang utusan dari Nisson, Kepala bhiksu dari Kuil Hommyôji, ia mengunjungi Istana Kekaisaran, dan menyerahkan sepucuk surat kepada sekretaris kerajaan, memohon dengan hormat agar Kaisar mau menjalankan hati kepercayaan terhadap Hukum Gaib. Kaisar menerima kunjungan Nichiju, dan menganugerahkan gelar bhiksu kepadanya. Nichiju bersuka cita atas hadiah ini, dan melaporkan hal ini ke makam Nichiren di Minobu dalam perjalanan pulangnya ke Mama, meski ia tidak dapat memastikan apakah Kaisar telah berubah ataukah tidak.

Pada tahun 1382, ia mendirikan Kuil Honkôji di Umorebashi di Kamakura. Pada tahun yang sama, ia mengunjungi Kyoto sekali lagi. Pada tahun 1383, ia mengunjungi Kyoto untuk ketiga kalinya, namun kali ini ia tidak berperan sebagai utusan dari Nisson, namun sebagai Kepala Bhiksu dari Kuil Honkôji. Ini menandakan bahwa ia mulai berniat melepaskan diri dari Nakayama Hommyôji. Tennôji Tsûmyô membangun sebuah pertapaan untuknya. Pada tahun 1378, Nissô dari Kuil Gumyôji di Mama meninggal dunia. Segera setelah itu Nichiju menyatakan melepaskan diri dari Nakayama Hommyôji. Pertapaan yang dibangun oleh Tennôji Tsûmyô diperbesar dan diubah menjadi sebuah kuil bernama Myômanji, yang kini menjadi kuil pusat dari Sekte Kempon Hokke.

Diterbitkan Oleh © 1997 - Nichiren Buddhist International Center Diterjemahkan oleh Sidin Ong dan Dipublikasikan dalam Bahasa Indonesia OlehPerhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia Website: www.pbnshi.or.id