right to life - bem fh ui 2017 | nyata...
TRANSCRIPT
4/5/2015
1
HAK HIDUP
Legal Basis
DUHAM: Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasandan keamanan pribadi
(Pasal 3 DUHAM)
Dasar Hukum – Instrumen Internasional
International Covenant on Civil and Political Rights
(ICCPR – Pasal 6 ayat (1))
Setiap manusia memiliki hak untuk hidup yang melekatpada dirinya. Hak ini harus dilindungi oleh hukum. Tidakseorang pun dapat dicabut hak hidupnya dengansewenang-wenang.
Kovensi Hak Anak / Convention on the Rights of the Child (CRC) Pasal 6 ayat (1)
1. Negara Pihak mengakui bahwa setiap anak mempunyai
hak hidup yang melekat pada dirinya.
Instrumen Regional• Pasal 4 dari African Charter of Human and Peoples' Rights
Human beings are inviolable. Every human being shall be entitled to
respect for his life and the integrity of his person. No-one shall be
arbitrarily deprived of this right.
• American Convention on Human RightsEvery person has the right to have his life respected. This right shall
be protected by law and, in general from the moment of conception.
No-one shall be arbitrarily deprived of his life.
4/5/2015
2
• Pasal 2 dari Kovensi HAM Eropa: 1. Everyone's right to life shall be protected by law. No one shall be deprived of
his life intentionally save in the execution of a sentence of a court following his
conviction of a crime for which this penalty is provided by law.
2. Deprivation of life shall not be regarded as inflicted in contravention of this
article when it results from the use of force which is no more than absolutely
necessary:
a) in defense of any person from unlawful violence;
b) in order to effect a lawful arrest or to prevent the escape of a person
lawfully detained;
c) in action lawfully taken for the purpose of quelling a riot or insurrection.
Article 4 of the ICCPR
1 . Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa and
keadaan tersebut telah dinyatakan secara resmi, Negara pihak
dapat mengambil langkah-langkah untuk mengesampingkan
kewajibannya menurut Kovenan ini sejauh untuk hal-hal yang amat
sangat dibutuhkan dalam situasi tersebut sepanjang tindakan-
tindakan tersebut tidak bertentangaan dengan kewajiban lainnya
dalam hukum inteernasional dan tidak terjadi diskriminasi yang
berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, dan
asal sosial.
2. Tidak ada derogasi/pengecualian terhadap pasal-pasal 6, 7, 8 (I &
2), 11, 15, 16 dan 18.
3. Negara Pihak yang hendak melakukan derogasi/pengecualian
harus segera memberitahukan Negara Pihak lainnya melalui
perantara Sekretaris Jendral PBB mengenai pasal-pasal mana yang
hendak dikesampingkan dan alasan-alasannya. Komunikasi lebih
lanjut harus dilakukan melalui perantara pada tanggal
derogasi/pengecualian itu dihentikan.
Sifat dari Hak hidup Fundamental
Tidak ada derogation/pembatasan untuk pasal-pasal 6
(right to life), 7, 8 (paragraphs I and 2), 11, 15, 16 and 18
may be made under this provision.
Tidak membenarkan tindakan negara pihak untuk
mencabut nyawa – termasuk hukuman mati dan
pembunuhan sewenang-wenang dan tidak berdasarkan
hukum.
Dalam hal perang (the law of war and humanitarian law) :
melemahkan musuh
Multi dimensi dan bentuk : merupakan sumber dari
semua hak asasi manusia
Hubungan antara Hak Hidup dan Hak-hak
asasi lainnya:
Situation 1 : hungry? Situation 2 : torture?
4/5/2015
3
Kewajiban Negara
• Menghormati/ To respect:
- menghormati hak asasi warganya
- tidak melanggar hak asasi warganya
• Melindungi / To protect:
melindungi setiap orang di wilayahnya dari pelanggaran
ham oleh pihak lain
• Memenuhi / To fulfil:
memenuhi hak-hak asasi manusia. Kewajiban ini
menjadi sangat penting terutama terhadap orang yang
tidak dapat memenuhi kebutuhannya karena
keterbatasannya.
Kewajiban Negara - Hak Hidup the prohibition of arbitrary
killing
the obligation to protect the right
to life – to prevent arbitrary
killing including by third party(s)
to create general conditions and
systems protecting the right to
life and fulfill those conditions
the obligation to conduct an
effective investigation, and
the obligation to provide an
effective remedy
1.To respect
2.To protect
3.To fulfill
1. to Respect
2. to Protect
3.To Fulfill
- Result &
Process
- Positive &
Negative
Melindungi hak hidup
Larangan pembunuhan
sewenang-wenang
kewajiban untuk melindungi
hak hidup termasuk mencegah
pembunuhan sewenang-wenang
oleh pihak ketiga.
menciptakan kondisi-kondisi
dan sitem yang melindungi hak
hidup.
kewajiban untuk melakukan
investigasi yang effektif dan
menghukum pelakunya.
Kewajiban untuk memberikan
pemulihan terhadap korban.
UUD 1945 Amandemen II
Pasal 28 A :Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untukmempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B ayat (2) :Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh, danberkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasandan diskriminasi.
Pasal 53 ayat (1) UU 39/1999Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk
hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan tarafhidup.
.
11
The controversial issues of right to life
Abortion Killing
Death
Penalty
Euthanasia
4/5/2015
4
ABORTION
WHAT IS ABORTION?
Pembunuhan (?) – Pro life Hak? – Pro Choice
15
ALASAN Indonesia Philipina Pakistan Malaysia Thailand India Singapura Turki
Menyelamatkan nyawa ibu
Alasan Kesehatan
Alasan Kesehatan Jiwa
Perkosaan atau incest
Dugaan Lahir cacat
Alasan Ekonomi & Sosial
Atas permintaan
KUHP UU Kesehatan R-KUHP
Dilarang
dengan
alasan
apapun
Pasal
346, 347,
348
Boleh jika dengan
alasan “dalam keadaan
darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu
dan atau janin dalam
kandungannya”.
Pasal 75, 76, 77, 94
Pasal 579 ayat (2)
Tidak dipidana,
Dokter yang melakukan
tindakan medis tertentu
dalam keadaan darurat
untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan atau
janinnya.
16
4/5/2015
5
Pasal 75 UU Kesehatan
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Kapan? Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya
dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung
dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal
kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan
oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat
yangditetapkan oleh Menteri.
• Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan
dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banya
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Euthanasia
4/5/2015
6
Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuanmembedakan kematian ke dalam tiga jenis, yaitu:
• Orthothanasia, yaitu kematian yang terjadi karenaproses alamiah.
• Dysthanasia, yaitu kematian yang terjadi secaratidak wajar.
• Euthanasia (mercy killing), yaitu kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak denganpertolongan dokter.
21
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu
eu yang berarti indah, bagus, terhormat atau gracefully and with dignity,dan
thanatos yang berarti mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapatdiartikan sebagai mati dengan baik.
• Menurut Philo (50-20 SM) euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik,
• Suetonis penulis Romawi dalam bukunya yang berjudul Vita Ceasarummengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita’
• Sejak abad 19 terminologi euthanasia dipakai untuk penghindaran rasasakit dan peringanan pada umumnya bagi yang sedang menghadapikematian dengan pertolongan dokter.
22
• Passive (commit) and /active (omit)
• Mengakhiri hidup seseorang dari penderitaan
• Pasien sakit parah;
• Dengan atau tanpa persetuan dari yang
bersangkutan dan/atau keluarganya.
• Demi kebaikan pasien dan atau keluarganya.
23
Type of Euthanasia
• Passive : pencabutan alat bantu pernafasan,
makanan, dll – dibantu tenaga medis
• Active: tenaga medis secara aktif mengakhiri hidup
seseoarang.
• Voluntary: dengan persetujuan yang bersangkutan
• Involuntary: tanpa persetujuan yang bersangkutan.
4/5/2015
7
Euthanasia : Kewajiban vs Hak
Setuju• Orang yang sakit parah harus
diberikan hak untuk
mengakhiri penderitaannya
dengan cepat dan
bermartabat.
• Hak atas kematian harus juga
diatur dalam UUD seperti
halnya dengna hak hidup,
perkawinan, dll
Tidak setuju• Dokter mempunyai tanggung
jawab moral untuk menjaga
supaya pasiennya tetap hidup
– hippocratic Oath.
• They argue there may be a
"slippery slope" from
euthanasia to murder:
legalisasi euthania dapat
secara tidak adil
mendiskriminasi yang miskin
dan cacat untuk mengakhiri
kematian demi efisiensi
keuangan.
DEATH PENALTY
International legal basis Art. 6 of ICCPR(2) In countries which have not abolished the death penalty, sentence of death may
be imposed only for the most serious crimes in accordance with the law in
force at the time of the commission of the crime and not contrary to the
provisions of the present Covenant and to the Convention on the Prevention
and Punishment of the Crime of Genocide. This penalty can only be carried
out pursuant to a final judgement rendered by a competent court.
(3) When deprivation of life constitutes the crime of genocide, it is understood that
nothing in this article shall authorize any State Party to the present Covenant to
derogate in any way from any obligation assumed under the provisions of the
Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide.
(4) Anyone sentenced to death shall have the right to seek pardon or commutation
of the sentence. Amnesty, pardon or commutation of the sentence of death may
be granted in all cases.
(5) Sentence of death shall not be imposed for crimes committed by persons below
eighteen years of age and shall not be carried out on pregnant women.
(6) Nothing in this article shall be invoked to delay or to prevent the abolition of
capital punishment by any State Party to the present Covenant.
International Legal basis
Second Optional Protocol to the International Covenant on
Civil and Political Rights, Aiming at the Abolition of the
Death Penalty
Article 1
No one within the jurisdiction of a State Party to the
present Protocol shall be executed. 2. Each State Party
shall take all necessary measures to abolish the death
penalty within its jurisdictio
4/5/2015
8
Safeguard guaranteeing protection of the rights of
those facing the death penaltyApproved by Economic and Social Council Resolution 1984/50 of 25 May 1984
• In countries which have not abolished the death penalty, capital punishment may be
imposed only for the most serious crimes, it being understood that their scope should
not go beyond intentional crimes with lethal or other extremely grave consequences.
• Capital punishment may be imposed only for a crime for which the death penalty is
prescribed by law at the time of its commission.
• Cannot be sentenced to death penalty : persons below 18 years of age at the time of
the commission of crime, pregnant women, or on new mothers, or on persons who
have become insane.
• the guilt of the person charged is based upon clear and convincing evidence leaving
no room for an alternative explanation of the facts.
• Capital punishment may only be carried out pursuant to a final judgment rendered by
a competent court after legal process which gives all possible safeguards to ensure a
fair trial.
• have the right to seek pardon, or commutation of sentence; pardon or commutation of
sentence may be granted in all cases of capital punishment.
• Capital punishment shall not be carried out pending any appeal or other recourse
procedure or other proceeding relating to pardon or commutation of the sentence.
• Where capital punishment occurs, it shall be carried out so as to inflict the minimum
possible suffering.
Regional Instruments
Protocol No. 6 to the Convention for the Protection
of Human Rights and Fundamental Freedoms
concerning the abolition of the death penalty
Article 1 – Abolition of the death penalty
The death penalty shall be abolished. No-one shall be condemned to
such penalty or executed.
Charter of Fundamental Rights of the European
Union, 2000 O.J. (C 364) 1 (Dec. 7, 2000).
Article 2 - Right to life
1. Everyone has the right to life.
2. 2. No one shall be condemned to the death penalty, or executed.
Death PenaltyYes
• Efisiensi Ekonomi
• Bukan merupakan tindakan
yang semena mena
• Effek jera (?),
• Mencegah recidivism, and
• Pembalasan yang setimpal
untuk kasus-kasus tertentu.
No
• Tindakan yang tidak manusiawi
Inhuman treatment/arbitrary killing
• Melanggar HAM
• Negara tidak mempunyai HAK
untuk mencabut nyawa
seseorang.
• No Restoration justice - tidak
menghukum terpidana-
• Tidak menimbulkan effek jera
• Error judiciare: leads to executions
of some who are wrongfully
convicted – Tidak ada sistem
hukum yang sempurna –
kesalahan mungkin terjadi.
• Diskriminasi terhadap kaum
lemah, miskin , minoritas, dan
aktivis.
4/5/2015
9
Death Penalty Execution INDONESIA
• Pidana Mati– Pasal10 KUHP, eksekusi: gantung(Pasal 11 KUHP)
• Eksekusi: - tembak (PENPRES 2/1964 UU No. 5/1969)- tembak di tempat yang tersembunyi- eksekusi dapat ditunda dalam hal terpidana
hilang ingatan, sakit, atau hamil.
KUHP Indonesia
1. Makar dengan maksud membunuh presiden dan wakil presiden(Pasal 104 KUHP);
2. Melakukan hubungan dengan negara asing sehingga terjadi perang (Pasal 111 Ayat 2 KUHP);
3. Pengkhianatan memberitahukan kepada musuh di waktu perang (Pasal 124 Ayat 3 KUHP);
4. Menghasut dan memudahkan terjadinya huru-hara (Pasal 124 bis KUHP);
5. Pembunuhan berencana terhadap kepala negara sahabat (Pasal 140 Ayat 3 KUHP);
6. Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);
7. Pencurian dengan kekerasan secara bersekutu mengakibatkan luka berat atau mati (Pasal 365 Ayat 4 KUHP);
8. Pembajakan di laut mengakibatkan kematian (Pasal 444 KUHP);
9. Kejahatan penerbangan dan sarana penerbangan (Pasal 149 K Ayat 2 & Pasal 149 O Ayat 2 KUH
Diluar KUHP yang menerapkan
hukuman mati
1. UU NO. 22 tahun 1997 & UU No. 5 tahun 1997 mengenainarkotika dan dan psikotropika;
2. UU No. 31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001 tentang TindakPidana Korupsi;
3. UU No. 26 tahun 2000 mengenai Pengadilan HAM;
4. Pasal 14 PERPU No. 1/2002 UU No. 15/2003 tentang Teroris(dicabut oleh MK)