ridho1

Upload: edwin-prasetyo

Post on 18-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSuatu organisasi yang berjalan baik adalah sebuah organisasi yang berhasil meniadakan frustasi, ketakutan, kemarahan, cinta, kegembiraan, kesedihan dan perasaan-perasaan semacamnya. Perasaan-perasaan tersebut adalah bentuk dari sebuah emosi. Emosi tersebut merupakan antithesis dari rasionalitas, sehingga walaupun seorang manager mengetahui bahwa emosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari tetapi mereka berupaya untuk menciptakan sebuah organisasi tanpa obsesi. Dalam membicarakan emosi ada tiga istilah yang terjalin sangat erat antara satu dengan lainnya, yakni pengaruh, emosi, dan suasana batin. Pengaruh adalah istilah umum yang meliputi kisaran luas perasaan yang dialami manusia. Pengaruh merupakan suatu konsep payung yang menaungi baik emosi maupun susana hati. Emosi adalah perasaan kuat yang diarahkan ke seseorang atau sesuatu. Akhirnya, suasana hati adalah perasaan yang cenderung menjadi kurang kuat dibandingkan dengan emosi, dan yang tidak mempunyai stimulus kontekstual. Emosi adalah reaksi terhadap obyek, bukan sifat kepribadian (Kreitner; 2005; 191). Emosi bersifat ke spesifik-obyek. Seseorang menunjukkan emosinya bila ia "senang terhadap sesuatu, marah terhadap seseorang, takut terhadap sesuatu." Di pihak lain, suasana hati tidak diarahkan ke obyek. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati ketika orang tersebut kehilangan fokus pada obyek kontekstual. Sehingga bila seorang rekan kerja mengritiknya karena tidak suka caranya berbicara kepada seorang klien, ia mungkin menjadi marah terhadap rekan kerja tersebut. Artinya, ia menunjukkan emosi (kemarahan) terhadap obyek spesifik (rekan kerjanya), kemudian pada hari itu mungkin ia mendapati dirinya secara umum tidak bersemangat. Ia tidak dapat menganggap perasaan ini disebabkan oleh peristiwa tertentu; ia hanya merasa tidak normal. Keadaan afektif ini menggambarkan suasana hati.Istilah yang terkait dengan pengaruh yang semakin penting dalam perilaku organisasi adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkat emosi relatif tinggi atau emosional. Setiap pegawai mencurahkan tenaga fisik dan mental bila mereka mencurahkan kemampuan fisik dan kognitif mereka, berurutan ke dalam pekerjaan mereka. Namun sebagian besar pekerjaan juga menuntut tenaga kerja yang mempunyai tingkat emosi relatif tinggi atau emosional. Ini terjadi bila seorang pegawai mengekspresikan emosi diinginkan organisasi selama transaksi interpersonal. Konsep tentang tenaga kerja emosional pada awalnya dikembangkan di bidang pekerjaan-pekerjaan jasa. Awak penerbangan maskapai, misalnya, diharapkan ceria, penasihat pemakaman diharapkan sedih, dan para dokter diharapkan secara emosional netral. Namun dewasa ini konsep tentang tenaga kerja emosional tampaknya relevan dengan hampir setiap pekerjaan. Anda diharapkan, misainya, menjadi sopan dan tidak bersikap kasar dalam berinteraksi dengan rekan kerja. Sehingga emosi sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dalam bekerja. Emosi ini akan mengarahkan seseorang berprilaku dalam bekerja. Selain emosi faktor lain yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang adalah kecerdasan emosional (Goleman: 2002 : 510). Kecerdasan emosional sendiri merupakan kumpulan ketrampilan, kapabilitas, dan komptensi non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungan kerja. Sehingga kemampuan emosional ini sangat mempengaruhi kepribadian seorang pegawai dalam bekerja (Goleman: 2002 : 512). Sedangkan Kepribadian adalah jumlah total cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan lainnya (Robbins; 2006; 126). Kondisi yang ada pada Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih menunjukkan bahwa sering terjadi konflik pimpinan dengan pegawai mengenai suatu pekerjaan atau pegawai dengan pegawai. Walaupun konflik ini tidak menjadi suatu konflik yang merusak tetapi sering kali mengganggu kondisi kerja. Sering kali pegawai membawa suasana hati dalam bekerja, dimana jika suasana hatinya tidak bagus akan mempengaruhi hasil kerjanya. Selain itu belum dianalisisnya tingkat emosi dan kecerdasan emosional pegawai secara mendalam di Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih , menyebabkan belum diketahuinya pengaruh emosi dan kecerdasan emosional terhadap keprobadian pegawai yang sesungguhnya.Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang mengambil judul Pengaruh emosi dan kecerdasan emosional terhadap kepribadian pegawai pada Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih .

1.2. Perumusan MasalahAdapun masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Apakah emosi dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih ?2. Apakah emosi berpengaruh terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih ? 3. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih ?

1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh emosi dan kecerdasan emosional terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh emosi terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih

1.4. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :1. Manfaat PraktisMemberi informasi sebagai masukan bagi pihak Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih dalam mengelola emosi dan kepribadian pegawainya2. Manfaat Teoritisa. Digunakan sebagai masukan bagi masyarakat umum, ataupun akademis dalam mendalami ilmu manajemen sumberdaya manusia b. Berguna sebagai bahan penelitian lanjutan dengan objek penelitian yang sama.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. EmosiEmosi adalah reaksi manusia yang kompleks terhadap keberhasilan atau kegagalan personal yang mungkin dirasakan dan diungkapkan (Kreitner; 2005; 191). Sedangkan definisi lain mengatakan emosi adalah perasaan kuat yang diarahkan kepada seseorang atau sesuatu (Robbins: 2006; 145).Emosi berasal dari kata movere yang merupakan kata kerja dalam bahasa Latin yang berarti menggerakkan atau bergerak. Sedangkan secara istilah, emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan psikologis dan fisiologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) menyatakan bahwa emosi memiliki dua pengertian, yaitu: (1) emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; (2) emosi adalah keadaan psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif). Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus) dan cenderung berkaitan dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menghindari (avoidance) terhadap sesuatu dimana perilaku tersebut umumnya disertai adanya ekspresi jasmaniah, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi (Yasin: 2008: www.siaksoft.com: www.siaksoft.com). Pada hakikatnya, suatu emosi adalah pengalaman yang sadar, kompleks dan meliputi unsur perasaan, yang mengikuti keadaan fisiologis dan mental yang muncul serta penyesuaian batiniah dan diekspresikan dalam tingkah laku yang nampak. Emosi tidak sama dengan dorongan, keinginan ataupun motif. Tetapi terdapat suatu hubungan sebab akibat antara emosi dengan hal tersebut. Fungsi suatu emosi meliputi perubahan fisiologis, tingkah laku yang menampak, perasaan-perasaan dari tekanan-tekanan (Ahmadi dan Umar dalam Yasin: 2008: www.siaksoft.com). Chaplin (Paramita, 2006: www.e-psikologi.com) mendefinisikan emosi sebagai reaksi kompleks yang mengandung aktifitas derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Oleh karena itu, emosi lebih intens daripada perasaan dan sering terjadi perubahan perilaku, sehingga hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu. Frijda (Paramita, 2006: www.e-psikologi.com) mengemukakan bahwa emosi adalah proses spesifik yang berorientasi untuk merespon perilaku. Emosi secara langsung selalu timbul terhadap sesuatu, baik sebagai bagian dari suatu situasi atau sebagai reaksi personal. Atribut khusus yang berkaitan dengan proses penilaian emosi adalah keterlibatan personal dengan stimulus dan terjadinya perubahan perilaku terhadap stimulus itu. Sitanggang (Paramita, 2006: www.e-psikologi.com) mengartikan emosi sebagai suatu kondisi yang menggaris bawahi pengalaman, tindakan dan perubahan psikologis seperti yang terjadi dalam ketakutan, kegelisahan atau kesenangan. Dalam manifesetasinya yang paling nyata, emosi merupakan suatu kondisi akut yang ditandai dengan runtuhnya pengalaman dan aktivitas sehari-hari. Kartono dan Gulo (Paramita, 2006: www.e-psikologi.com) mengartikan emosi sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya: otot-otot yang menegang, debaran jantung yang cepat dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah perasaan dengan durasi waktu yang singkat, kuat, dan kompleks yang merupakan reaksi terhadap rangsangan. Keadaan ini merupakan hasil dari penilaian kognitif atau evaluasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan. Dorongan perasaan yang kuat dan meluap-luap tentu saja membutuhkan penyaluran dengan cara mengungkapkannya. Individu memerlukan suatu strategi untuk mengontrol durasi pengungkapan, bentuk pengungkapan dan aspek-aspek intensif dari emosi agar dapat mengungkapkan perasaannya dengan cara yang sehatSobur (Dalam Yasin: 2008: www.siaksoft.com) mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan emosi, yakni sebagai berikut: 1. Teori Emosi Dua-Faktor. Teori ini dikemukakan oleh Stanley Schachter dan Jerome Singer (Dalam Yasin: 2008: www.siaksoft.com) serta dikenal sebagai teori yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik yang ditimbulkan dapat saja sama (misalnya: hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan, misalnya diterima di perguruan tinggi, maka emosi yang muncul dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan, misalnya melihat ular berbisa, maka emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi. 2. Teori Emosi James-Lange. Teori ini dikemukakan oleh Willian James dari Amerika Serikat dan Carl Lange dari Denmark. Keduanya mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan dan teori yang dikemukakan juga mirip, sehingga teori ini dikenal dengan nama teori James-Lange. Teori ini sering juga disebut teori perifer. Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Selain itu, gejala kejasmanian bukanlah akibat emosi yang dialami oleh individu, melainkan emosi merupakan akibat dari gejala kejasmanian. Seseorang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya, orang tersebut susah karena menangis (Amalia, 2004: 21). 3. Teori Emergency. Pertama-tama teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon, dan dikenal dengan nama teori sentral. Amalia (2004: 21) mengemukakan bahwa teori ini merupakan lawan dari teori emosi dari James-Lange. Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu. Misalnya saja, orang marah gejala kejasmaniannya meliputi jantung berdebar, pernapasan cepat, dan mata merah. Teroi ini kemudian diperkuat oleh Philip Bard, sehingga teori ini kemudian lebih dikenal dengan teori Cannon-Bard atau teori emergency. Teori ini menyatakan bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan organisme dalam situasi darurat (emergency). Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolong-kan emosi-emosi yang sejenis ke dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal yang berikut ini (Paramitha: 2006 : www.e-psikologi.com): 1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.2. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tem-pat, tetapi lain kali mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, "marah" adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan. 4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan karena sel.Ada 3 indikator untuk melihat tingkat emosional seseorang yaitu ( Robbins; 2006; 145-146) :1. Perbedaan; kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, keterkejutan.2. Intensitas; tanggapan terhadap rangsangan pemicu emosi.3. Frekuensi dan durasi; seberapa sering emosi diperlihatkan.

2.2. Kecerdasan EmosionalIstilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai : himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. (Shapiro, 1998:8).Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosialSedangkan Robbins (2006; 150) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kumpulan ketrampilan, kapabilitas, dan kompetensi non kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungan.Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10).Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180).Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional. Menurut Gardner (Goleman, 2000 : 50-53), kecerdasan pribadi terdiri dari :kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif. (Goleman, 2002 : 52).Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku. (Goleman, 2002 : 53).Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 200:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :a. Mengenali Emosi DiriMengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. b. Mengelola EmosiMengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.c. Memotivasi Diri SendiriPresatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. d. Mengenali Emosi Orang LainKemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.e. Membina HubunganKemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosionalAda lima indikator untuk melihat kecerdasan emosional (Robbins; 2006; 151):1. Kesadaran Diri, kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan.2. Pengelolaan diri, kemampuan untuk mengelola emosi dan rangsangan sendiri3. Motivasi diri, kemampuan dalam bertahan menghadapi kemunduran dan kegagalan4. Empati, kemampuan untuk merasakan bagaimana perasaan orang lain.5. Ketrampilan sosial, kemampuan untuk menangani emosi orang lain.

2.3. KepribadianKepribadian adalah jumlah total cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan lainnya (Robbins; 2006; 126).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian (Robbins; 2006; 126-128) yaitu :1. Keturunan, keturunan merujuk ke faktor-faktor yang ditentukan sejak lahir. Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan akhir tentang kepribadian seseorang adalah struktur molekul dari gen yang terdapat pada kromosom.2. Lingkungan, Diantara faktor-faktor yang memberikan tekanan pada pembentukan kepribadian adalah kebudayaan dimana individu dibesarkan, pengkondisian awal, dan pengaruh faktor-faktor yang dialami.3. Situasi, mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan pada kepribadian.Menurut Gordon Alport, kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis di dalam diri seorang individu, dari sistem psikofisiknya yang menentukan suatu tanggapan yang bersifat unik terhadap lingkungannya. Friedman dan Rosenman membedakan tipe kepribadian menjadi 2 (dua), yaitu (Robbins, 2006:101):1. Tipe Kepribadian ACiri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A:a. Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepatb. Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian terjadic. Berjuang untuk berpikir atau melakuan dua hal atau lebih secara terus menerus d. Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai e. Terobsesi dengan angka-angka; kesuksesan diukur dengan cara seberapa banyak hasil yang telah dicapaiOrang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu. Sebagai contoh: orang-orang tipe A adalah pekerja cepat, mereka lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas. Dalam posisi manajerial, orang-orang tipe A memperlihatkan daya saing mereka dengan cara memiliki waktu kerja yang panjang, dan seringkali membuat keputusan yang terbatas, sebab orang-orang ini kurang memiliki kreativitas.2. Tipe Kepribadian BKebalikan dari orang berkepribadian A adalah tipe kepribadian B. Ciri-ciri dari orang tipe B (Robbins, 2006:101):a. Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru karena keterbatasan waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu menyertai.b. Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan keberhasilan mereka kecuali dalam keadaan yang terpaksa, karena adanya permintaan dari situasi yang ada.c. Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai, dibandingkan memperlihatkan superioritas mereka dengan pengorbanan yang seperti apapun.d. Dapat bersantai tanpa merasa bersalah. Ada lima indikator dari kepribadian menurut indikator tipe Myers-briggs/MBT (Robbins; 2006; 131) :1. Ekstroversi, kepribadian yang menggambarkan seseorang yang supel, riang dan percaya diri.2. Kemampuan bersepakat, kepribadian yang menggambarkan seseorang yang bersifat baik, kooperatif dan mempercaya.3. Kemampuan mendengarkan suara hati, kepribadian yang menggambarkan seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, stabil, tertata4. Stabilitas emosi, kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, percaya diri, tentram, tertekan5. Kepribadian yang mencirikan seseorang berdasar imajenasi, sensitivitas dan keingintahuan.2.4. Kerangka PemikiranKerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar 2.1 dibawah ini :Gambar 2.1Kerangka Pemikiran

Emosi merupakan reaksi manusia yang kompleks terhadap keberhasilan atau kegagalan personal yang mungkin dirasakan dan diungkapkan. Sedangkan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kepribadian sendiri merupakan jumlah total cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan lainnya. Jika dilihat dari definisi kepribadian maka kepribadian ini akan sangat dipengaruhi oleh tingkat emosi seseorang dan kecerdasan emosional dari orang tersebut. 2.5. HipotesisBerdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:1. Diduga Emosi dan Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih 2. Diduga Emosi berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih 3. Diduga Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain PenelitianRancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian regresi korelasional (Regresion correlation study), yaitu untuk melihat pengaruh dan hubungan antara variabel-variabel bebas yang terdiri dari : emosi (X1), kecerdasan emosional (X2) dengan variabel terikat yaitu kepribadian pegawai (Y), serta untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Seluruh data yang diperoleh akan diproses dan diolah dengan suatu analisa kuantitatif.

3.2. Operasional Variabel dan PengukurannyaUraian dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Variabel Independen Variabel independen terdiri dari 2 yaitu emosi dan kecerdasan emosional. Variabel emosi dan kecerdasan emosional akan berdampak pada kerpibadian dari pegawai. Secara rinci operasionalisasi variabel emosi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel EmosiVariabelDimensiIndikatorSkala

Emosi (X1)Perbedaan

kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, keterkejutanOrdinal

Intensitastanggapan terhadap rangsangan pemicu emosOrdinal

Frekuensi dan durasiseberapa sering emosi diperlihatkanOrdinal

Sumber : Robbins; 2006; 145-146Secara lengkap, operasionalisasi variabel kecerdasan emosional seperti tertera pada tabel di bawah ini:Tabel 3.2. Operasionalisasi variabel Kecerdasan emosionalVariabelDimensiIndikatorSkala

Kecerdasan emosional (X2)

Kesadaran Diri

Kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakanOrdinal

Pengelolaan diriKemampuan untuk mengelola emosi dan rangsangan sendiri

Motivasi diriKemampuan dalam bertahan menghadapi kemunduran dan kegagalan

EmpatiKemampuan untuk merasakan bagaimana perasaan orang lain

Ketrampilan sosialKemampuan untuk menangani emosi orang lain.

Sumber : Robbins; 2006; 151

2. Variabel DependenUntuk menilai kepribadian pegawai terdapat beberapa indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran yaitu :a. Ekstroversi, kepribadian yang menggambarkan seseorang yang supel, riang dan percaya diri.b. Kemampuan bersepakat, kepribadian yang menggambarkan seseorang yang bersifat baik, kooperatif dan mempercaya.c. Kemampuan mendengarkan suara hati, kepribadian yang menggambarkan seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, stabil, tertatad. Stabilitas emosi, kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, percaya diri, tentram, tertekan e. Kepribadian yang mencirikan seseorang berdasar imajenasi, sensitivitas dan keingintahuan.Secara lengkap variabel kepribadian pegawai seperti tertera pada tabel dibawah ini :Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel KepribadianVariabelDimensi IndikatorSkala

KepribadianEkstroversi, kepribadian supel, riang dan percaya diri.Ordinal

Kemampuan bersepakat,

baik, kooperatif dan mempercaya.Ordinal

Kemampuan mendengarkan suara hatibertanggung jawab, dapat diandalkan, stabil, tertataOrdinal

Stabilitas emosiseseorang yang tenang, percaya diri, tentram, tertekanOrdinal

Kepribadianimajenasi, sensitivitas dan keingintahuanOrdinal

Sumber : Robbins; 2006; 131Untuk masing-masing variabel tersebut akan diberikan bobot penilaian pada tiap pertanyaan, yaitu:Sangat setuju= 5Setuju= 4Netral = 3Tidak Setuju= 2 Sangat Tidak Setuju= 1

3.3. Populasi dan Sampel PenelitianDalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih . Dari populasi ini akan ditentukan sejumlah sampel untuk dijadikan responden penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode simple random sampling.

3.4. Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan pada Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih .

3.5. Teknik Pengumpulan DataDalam proses penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan berasal dari dua sumber :1. Data PrimerYaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan angket tertutup. Pengukuran hasil angket tertutup digunakan dengan menggunakan skala likert. Pemilihan skala likert didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden tentang fenomena sosial yang ada disekitarnya. Untuk keperluan analisis kuantitatif jawaban diberi skors maksimal 5 dan skor minimal 1. 2. Data SekunderDiperoleh dari buku-buku, literatur kepustakaan dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan tema penelitian. Data ini merupakan hasil olahan dari pihak lain yang digunakan sebagai data dalam penelitian.

3.6. Teknik Analisis DataUntuk menganalisis hasil penelitian maka pertama-tama kuesioner akan diuji validasi dan realibilitasnya:1. Uji ValiditasValiditas menunjukkan sejauh mana alat dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur, Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, kuesioner yang telah disusun harus dapat mengukur apa yang ingin diukur. Setelah kuesioner tersebut disusun dan diuji validitasnya, didalam prakteknya belum tentu data yang dikumpulkan adalah data yang valid.2. Uji ReliabilitasBila alat ukur valid selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama.Makin kecil kesalahan pengukuran makin reliable alat pengukur dan sebaliknya. Makin kecil kesalahan pengukuran makin reliable alat pengukur dan sebaliknya. Berapa kesalahan pengukuran dapat diketahui dan nilai korelasi antara hasil pengukuran pertama, kedua dan ketiga. Bila nilai korelasi (r) dikuadratkan maka Hasilnya disebut koefisien determinasi (Coefficient of determination) yang menampakkan petunjuk besar kecil hasil pengukuran yang sebenarnya. Semakin tinggi angka korelasi maka semakin besar nilai koefisien determinasi dan semakin rendah kesalahan pengukuran.Untuk menguji hipotesis, maka akan dilakukan 2 uji yaitu uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji secara parsial sedangkan uji F digunakan untuk menguji secara bersamaan. Untuk menguji hipotesis secara parsial adalah dengan menggunakan uji t. Uji t ini juga digunakan untuk mengetahui secara parsial masing-masing variabel independen berpengaruh pada variabel dependen.Dengan asumsi :a) Apabila Sig.t < alpha maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependenb) Apabila Sig.t > alpha maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependenSelanjutnya untuk menguji hipotesis ketiga maka digunakan uji F. Uji F ini juga digunakan untuk mengetahui secara bersamaan apakah variabel independen berpengaruh pada variabel dependen.Dengan asumsi :a) Apabila Sig.t < alpha maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen b) Apabila Sig.t > alpha maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabelSelanjutnya akan dilakukan penghitungan regresi dimana akan didapat tingkat keeratan hubungan antara variabel independen secara bersamaan dan variabel dependen maka digunakan alat ukur korelasi berganda (R), sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen akan dilihat dari R2. Kemudian untuk melihat keeratan hubungan secara individu antara variabel independen dan variabel dependen digunakan alat ukur korelasi parsial (r).Dari perhitungan regresi akan didapat model persamaan dari variabel independen dan variabel dependen. Model tersebut adalah model regresi berganda, yang dapat dinyatakan sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2 + eDimana:Y = Kepribadiana = Konstantab1,b2 = koefisien regresiX1 = EmosiX2 = Kecerdasan emosionale = error termSebelum dilakukan pengolahan persamaan regresi maka akan dilakukan uji normalitas dan heterokedatisitas terhadap data-data yang ada :Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Data yang berdistribusi normal dalam suatu model regresi dapat dilihat pada grafik normal P-P plot, dimana bila titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.Pengujian heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan kepengamatan yang lain dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:a. Jika ada data yang membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian meyempit) maka telah terjadi heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitasSetelah uji normalitas dan heterokedatisitas makan akan dilakukan uji multikolinieritas. Untuk melihat apakah terjadi multikolinieritas maka dapat dijelaskan dari nilai R square yang tinggi tetapi variabel independent tidak signifikan

BAB IVHASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Distribusi FrekuensiTabel-tabel di bawah ini akan menjelaskan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian.Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Emosi

Hasil distribusi frekuensi diatas akan menjelaskan mengenai kondisi emosi pegawai. Jika nilai distribusi tersebut mengarah ke angka 4 dan 5 maka cenderung mempunyai tingkat emosi yang tinggi. Sedangkan jika mengarah ke angka 1 dan 2 cenderung mempunyai tingkat emosi yang relative rendah. Untuk angka 3 maka tingkat emosi adalah sedang.Dimensi perbedaan menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 6,3%, jawaban tidak setuju sebanyak 37,9% responden, jawaban netral 40,2% responden, jawaban setuju 10,3% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 5,4% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat emosi yang cenderung sedang dan mengarah ke rendah, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke bawah sebanyak 84,3%. Dari dimensi ini maka tingkat emosi terendah berada pada item 1 dan item 2 yaitu pertanyaan untuk Anda akan menumpahkan amarah anda saat suatu persoalan tidak sesuai dengan keinginan anda dan Anda merasa sangat ketakutan jika menghadapi masalah atau jika merasa bersalahDimensi intensitas menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 32,1%, jawaban tidak setuju sebanyak 24,2% responden, jawaban netral 33,3% responden, jawaban setuju 10,1% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 0% responden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat emosi yang cenderung sedang dan mengarah ke rendah, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke bawah sebanyak 89,9%. Untuk dimensi ini pertanyaan item 6 merupakan dimensi dengan tingkat emosi terendah yaitu pertanyaan Anda tidak mampu menahan kesedihan saat anda mendengar cerita yang menyentuh hati andaDimensi intensitas dan durasi menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 17,3%, jawaban tidak setuju sebanyak 55,4% responden, jawaban netral 27,4% responden, jawaban setuju 0% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 0% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat emosi yang cenderung sedang dan mengarah ke rendah. Untuk dimensi ini pertanyaan item 9 merupakan pertanyaan dengan tingkat emosi terendah yaitu Anda selalu menunjukkan kegembiraan anda jika anda merasa bahagia Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional

Hasil distribusi frekuensi diatas akan menjelaskan mengenai kondisi kecerdasan emosional pegawai. Jika nilai distribusi tersebut mengarah ke angka 4 dan 5 maka cenderung mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang relative baik. Sedangkan jika mengarah ke angka 1 dan 2 cenderung mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang relative kurang baik. Untuk angka 3 maka tingkat kecerdasan emosional adalah sedang.Dimensi kesadaran menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 3,6%, jawaban tidak setuju sebanyak 7,1% responden, jawaban netral 36,6% responden, jawaban setuju 28,6% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 24,1% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang dan mengarah ke baik, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke atas sebanyak 89,3%. Untuk dimensi ini item 2 merupakan tingkat kecerdasan emosional tertinggi yaitu Anda mampu menahan rasa kegembiraan dan kesedihan anda jika saat itu tidak tepat untuk mengungkapkannya. Dimensi pengelolaan diri menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 8,9%, jawaban tidak setuju sebanyak 13,4% responden, jawaban netral 31,3% responden, jawaban setuju 26,8% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 19,6% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang dan mengarah ke baik, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke atas sebanyak 77,7%. Item 4 merupakan yang terbaik untuk dimensi ini yaitu Anda mampu menahan rasa gembira anda saat anda sedang berhadapan dengan rekan yang sedang sedihDimensi motivasi diri menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 8,9%, jawaban tidak setuju sebanyak 15,2% responden, jawaban 37,5% responden, jawaban setuju 20,5% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 17,9% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang dan mengarah ke baik, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke atas sebanyak 75,9%. Untuk dimensi ini maka item 5 merupakan tingkat kecerdasan yang relative tinggi yaitu untuk pertanyaan Anda mampu untuk memperbaiki diri dan bangkit lagi setelah anda mengalami kegagalanDimensi empati menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 5,4%, jawaban tidak setuju sebanyak 13,4% responden, jawaban netral 34,8% responden, jawaban setuju 21,4% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 25% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang dan mengarah ke baik, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke atas sebanyak 89%. Untuk dimensi ini maka item pertanyaa 8 merupakan item dengan tingkat kecerdasan terbaik yaitu pertanyaan Anda merasa ikut bersedih jika melihat rekan anda menghadapi musibahDimensi ketrampilan sosial menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 5,4%, jawaban tidak setuju sebanyak 13,4% responden, jawaban netral 43,8% responden, jawaban setuju 27,7% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 9,8% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang dan mengarah ke baik, yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai 3 ke atas sebanyak 91,2%. Untuk dimensi ini item 9 merupakan yang terbaik yaitu pertanyaan Anda mampu menghibur rekan anda yang sedang sedihTabel 4.4.Distribusi Frekuensi Kepribadian

Hasil distribusi frekuensi diatas akan menjelaskan mengenai kondisi kepribadian pegawai. Jika nilai distribusi tersebut mengarah ke angka 4 dan 5 maka cenderung mempunyai kepribadian tipe B. Sedangkan jika mengarah ke angka 1 dan 2 cenderung mempunyai kepribadian tipe A. Untuk angka 3 maka kepribadian diantara tipe A dan B.Dimensi ekstroversi menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 11,6%, jawaban tidak setuju sebanyak 20,5% responden, jawaban netral 3,6% responden, jawaban setuju 50% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 14,3% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai kepribadian tipe B yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai di atas 3 sebanyak 64,3%.Dimensi kemampuan bersepakat menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 7,1%, jawaban tidak setuju sebanyak 18,8% responden, jawaban netral 8,9% responden, jawaban setuju 40,2% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 25% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai kepribadian tipe B yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai di atas 3 sebanyak 65,2%.Dimensi kemampuan mendengarkan hati menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 10,7%, jawaban tidak setuju sebanyak 24,1% responden, jawaban netral 16,1% responden, jawaban setuju 24,1% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 25% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai kepribadian tipe B yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai di atas 3 sebanyak 49,1%.Dimensi stabilitas emosi menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 8%, jawaban tidak setuju sebanyak 26,8% responden, jawaban netral 18,8% responden, jawaban setuju 25,9% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 20,5% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai kepribadian tipe B yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai di atas 3 sebanyak 46,4%.Dimensi kepribadian menghasilkan jawaban responden sangat tidak setuju sebanyak 7,1%, jawaban tidak setuju sebanyak 23,2% responden, jawaban netral 18,8% responden, jawaban setuju 21,4% responden dan jawaban sangat setuju sebanyak 29,5% rsponden. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagin besar responden mempunyai kepribadian tipe B yang ditunjukkan bahwa jawaban dengan nilai di atas 3 sebanyak 50,9%.

4.1.2. Uji Regresi BergandaSebelum menjelaskan hasil uji regresi berganda maka akan dilakukan uji normalitas terhadap data-data dari variabel penelitian.Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah model regresi dalam penelitian ini variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Data yang berdistribusi normal dalam suatu model regresi dapat dijelaskan Pada grafik normal plot, dimana bila titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Pada Gambar 4.1 memperlihatkan plot dari pengumpulan data menunjukan berdistribusi normal. Dari gambar 4.1. di bawah ini terlihat bahwa penyebaran data mendekati garis diagonal yang berarti bahwa data penelitian ini memiliki distribusi normal.

Gambar 4.1.Uji Normalitas P-P Plot

Selanjutnya tabel-tabel di bawah ini akan menjelaskan model summary, ANOVA dan coefficient Tabel 4.5Model Summary(b)

ModelRR SquareAdjusted R SquareStd. Error of the Estimate

1.984(a).968.967.1405

Table diatas menjelsakan bahwa nilai R atau koefisien korelasi yang di dapat adalah 0,984. Nilai ini berarti bahwa hubungan antara emosi dan kecerdasan emosional terhadap kepribadian sangat kuat atau erat. Nilai R Square yang didapat adalah 0,968. Nilai ini berarti bahwa variasi perubahan kepribadian dapat dijelaskan oleh variable emosi dan kecerdasan emosional sebasar 98,6% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh factor-faktor lain.Tabel ANOVA merupakan table untuk menguji hipotesis yang menduga bahwa Emosi dan Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Table ini juga merupakan uji F.Table 4.6.ANOVA(b)

Model Sum of SquaresDfMean SquareFSig.

1Regression31.418215.709795.223.000(a)

Residual1.04753.020

Total32.46555

Nilai Sig.F yang didapat pada table ANOVA adalah 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Nilai ini berarti bahwa hipotesis yang menduga bahwa Emosi dan Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih adalah dapat di terima atau benar.Tabel coefficient di bawah ini akan menguji hipotesis pengaruh variable independent terhadap variable dependen secara parsial atau uji t dan juga untuk menjelsakan hasil persamaan regresi yang di dapat.Tabel 4.7.Coefficients(a)

Model Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficientst

Sig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant).637.124 5.139.000

Emosi-.269.121.2192.221.031

Kecerdasan Emosi.892.114.7717.829.000

Nilai Sig.t pada tabel diatas untuk variabel emosi didapat hasil 0,031 yang lebih kecil dari alpha 0,05, artinya emosi berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pada taraf keyakinan 95%. Nilai ini menjelaskan bahwa hipotesis yang menduga bahwa Emosi berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih adalah benar atau valid. Sedangkan nilai Sig.t pada tabel diatas untuk variabel kecerdasan emosional didapat hasil 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05. Nilai ini menjelaskan bahwa hipotesis yang menduga bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih adalah benar atau valid.Selanjutnya tabel diatas didapat persamaan regresi sebagai berikut : = 0,637 0,269 X1 + 0,892 X2 + eNilai konstanta yang didapat adalah 0,637 yang berarti bahwa jika nilai emosi dan kecerdasan emosinal sama dengan nol maka besarnya nilai kepribadian sama dengan 0,637. Nilai koefisien regresi emosi adalah -0,269 yang berarti bahwa jika nilai emosi naik sebesar satu satuan skor dengan asumsi nilai kecerdasan emosional konstan maka kepribadian turun sebesar 0,269. Begitu juga sebaliknya jika turun emosi naik sebesar satu satuan skor dengan asumsi nilai kecerdasan emosional konstan maka kepribadian naik sebesar 0,269. Nilai koefisien regresi kecerdasan emosional adalah 0,892 yang berarti bahwa jika nilai kecerdasan emosional naik sebesar satu satuan skor dengan asumsi nilai emosi konstan maka kepribadian naik sebesar 0,892. Begitu juga sebaliknya jika turun kecerdasan emosional naik sebesar satu satuan skor dengan asumsi nilai emosi konstan maka kepribadian turun sebesar 0,892.

4.2. Pembahasan 4.2.1. Pengaruh Emosi terhadap Kepribadian PegawaiBerdasarkan hasil analisis diatas dapat dijelaskan bahwa emosi mempengaruhi kerpibadian pegawai. Nilai ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa yang menduga bahwa Emosi berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih adalah benar atau valid. Semakin tinggi tingkat emosi seorang pegawai maka akan semakin cenderung orang tersebut memiliki kepribadian tipe A. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat emosi maka semakin cenderung orang tersebut mempunyai kepribadian tipe B. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa dimensi perbedaan merupakan dimensi yang paling tinggi menunjukan tingkat emosi pada pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Hal ini ditunjukkan bahwa terdapat beberapa responden yang menjawab pilihat 4 dan 5, sehingga menunjukkan bahwa tingkat emosi pada beberapa pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih pada dimensi ini cukup tinggi.Kepribadian tipe A adalah memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan mempunyai emosi yang relatif tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu. Dalam posisi manajerial, orang-orang tipe A memperlihatkan daya saing mereka dengan cara memiliki waktu kerja yang panjang, dan seringkali membuat keputusan yang terbatas, sebab orang-orang ini kurang memiliki kreativitas dan cenderung emosional. Sedangkan tipe B adalah kebalikan dari kepribadian tipe A. Emosi sendiri dapat didefinisikan sebagai reaksi manusia yang kompleks terhadap keberhasilan atau kegagalan personal yang mungkin dirasakan dan diungkapkan. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Semakin baik seseorang mampu mengendalikan emosi maka semakin baik kepribadian orang tersebut. Dengan kemampuan sesorang mengendalikan emosi maka ia akan semakin menunjukkan kepribadian yang baik dan akan membantu ia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pada hakikatnya, suatu emosi adalah pengalaman yang sadar, kompleks dan meliputi unsur perasaan, yang mengikuti keadaan fisiologis dan mental yang muncul serta penyesuaian batiniah dan diekspresikan dalam tingkah laku yang nampak. Emosi tidak sama dengan dorongan, keinginan ataupun motif. Tetapi terdapat suatu hubungan sebab akibat antara emosi dengan hal tersebut. Fungsi suatu emosi meliputi perubahan fisiologis, tingkah laku yang menampak, perasaan-perasaan dari tekanan-tekanan.Dari hasil perhitungan terhadap distribusi frekuensi didapat bahwa dimensi durasi dan intensitas yang merupakan tingkat emosi yang terendah sedangkan dimensi perbedaan merupakan dimensi dengan tingkat emosi tertinggi. Jika dilihat dari hasil yang menggambarkan tingkat emosi maka perlu adanya perbaikan-perbaikan atau perhatian-perhatian terhadap dimensi perbedaan. Pihak Instansi Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih harus dapat mengendalikan pegawainya agar dapat menerima perbedaan-perbedaan diantara mereka sebagai suatu dinamika pekerjaa. Sehingga seorang pegawai tidak menumpahkan emosinya kepada pegawai lain bila terjadi perbedaan diantara mereka. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka pihak Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih dapat melakukan ceramah-ceramah agama atau pencerahan-pencerahan agar pegawai tidak dengan mudah menumpahkan emosinya.

4.2.2. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kepribadian PegawaiBerdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi kepribadian pegawai. Nilai ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosinal seorang pegawai maka akan semakin cenderung orang tersebut ke kepribadian tipe B. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan emosional maka semakin cenderung orang tersebut mempunyai kepribadian tipe A.Kepribadian tipe A adalah memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan mempunyai emosi yang relatif tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu. Dalam posisi manajerial, orang-orang tipe A memperlihatkan daya saing mereka dengan cara memiliki waktu kerja yang panjang, dan seringkali membuat keputusan yang terbatas, sebab orang-orang ini kurang memiliki kreativitas dan cenderung emosional. Sedangkan tipe B adalah kebalikan dari kepribadian tipe A. Kecerdasan Emosional sendiri dapat didefinisikan kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Sehingga semakin baik kecerdasan emosional seseorang pegawai akan semakin baik pula atau cenderung pegawai tersebut ke kepribadian tipe B. Selain itu Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Dari hasil perhitungan terhadap distribusi frekuensi didapat bahwa dimensi ketrampilan sosial merupakan tingkat kecerdasan emosional yang tertinggi. Ketrampilan sosial ini merupakan kemampuan untuk menangani emosi orang lain, sehingga kondisi sosial di lingkungan tempat penelitian relatif baik. Sedangkan dimensi motivasi diri merupakan dimensi dengan tingkat kecerdasan emosional terendah. Jika dilhat dari hasil tersebut maka perlu adanya peningkatan dalam dimensi motivasi diri. Hasil tersebut menggambarkan bahwa motivasi diri pegawai pada Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih menjadi relatif rendah. Seharusnya seorang pegawai harus mempunyai dan mampu untuk memotivasi dirinya dalam bekerja. Dengan mampunya seorang pegawai dalam memotivasi diri maka pegawai tersebut akan menghasilkan suatu pekerjaan yang lebih baik dan mampu mengontrol dirinya sendiri dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kecerdasan emsional yang baik akan membuat seorang pegawai memiliki kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan, dengan kemampuan tersebut maka ia akan dapat mengendalikan pekerjaannya sehingga memberikan hasil yang lebih baik.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :1. Emosi dan Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Hasil ini didapat dari hasil hipotesis dengan menggunakan uji F. Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa emosi dan kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian sesuai dengan hasil penelitian terdahulu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi emosi orang tersebut dan juga tingkat kecerdasan emosional yang dipunyainya.2. Emosi berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Hasil ini didapat dari hasil hipotesis dengan menggunakan uji t. Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa emosi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian sesuai dengan hasil penelitian terdahulu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi emosi orang tersebut.3. Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kepribadian pegawai Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Hasil ini didapat dari hasil hipotesis dengan menggunakan uji t. Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian sesuai dengan hasil penelitian terdahulu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan emosional yang dipunyainya.

5.2. SaranDari hasil penelitian dan pembahasan pada bagian-bagian terdahulu maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :1. Dimensi intensitas dan durasi sebaiknya mulai menjadi perhatian bagi pihak Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Dimensi ini merupakan seberapa sering seseorang memperlihatkan tingkat emosinya. Untuk memperbaiki ini sebaiknya pihak instansi lebih sering memberikan ceramah-ceramah agama maupun yang berhubungan dengan moral. Selain itu dapat juga memberikan pelatihan-pelatihan yang mengarah kepada kemampuan mengendalikan emosi.2. Dimensi motivasi diri perlu ditingkatkan oleh pihak Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih. Cara yang disarankan adalah dengan lebih sering memberikan motivasi atau dorongan kepada pegawai untuk bekerja dengan baik. Selain itu pihak Bagian Organisasi Pemerintah Kota Prabumulih dapat memberikan pelatihan-pelatihan ESQ yang dapat menambah wawasan pegawai mengenai kemampuan meningkatkan kecerdasan emosional.

52

Emosi

Kecerdasan Emosional

Kerpibadian