ri dpr setjen · pdf fileekonomi di kedua negara yang memiliki populasi ... sendiri tetapi...
TRANSCRIPT
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 1
DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP APBN SERTA SOLUSI KEBIJAKANNYA
Abstrak Dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap APBN adalah beban subsidi BBM dan subsidi listrik yang meningkat. Hal ini akan memicu kenaikan defisit anggaran atau dalam perspektif yang lebih luas akan memacu kesinambungan fiskal (fiscal sustainability). Awalnya pemerintah optimis mengingat windfall yang diterima dari kenaikan harga minyak. Namun, akhirnya pemerintah merevisi APBN 2008 dan menetapkan sembilan langkah pengamanan APBN sebagai akibat kenaikan harga minyak. Dari sisi produksi, ternyata dalam beberapa tahun berturut-turut pemerintah tidak mampu memenuhi target produksi minyak mentah seperti yang ditargetkan dalam asumsi APBN. Hal inilah yang semakin menambah beban APBN.
I. PENDAHULUAN
Sekarang ini ekonomi global berada pada posisi yang sulit, kondisi perekonomian
sedang Overheating . Hal ini dipicu oleh berlanjutnya pertumbuhan ekonomi yang
tinggi di Negara China dan India serta adanya multiple defisit di Amerika yang
meliputi kebijakan defisit anggaran yang tidak prudent, defisit neraca perdagangan
dan neraca modal serta terjadinya kerusuhan di Nigeria (termasuk negara di Afrika
yang menjadi produsen minyak terbesar) dan forecast menurunnya cadangan
minyak mentah AS dan melemahnya nilai tukar USD. Meningkatnya pertumbuhan
ekonomi di kedua Negara yang memiliki populasi penduduk 2 milyar jiwa lebih
tersebut dan beberapa permasalah diatas, mempunyai konsekuensi terhadap
kebutuhan energi yang semakin tinggi. Meningkatnya permintaan energi yang
bersumber dari minyak tersebut ternyata tidak diimbangi oleh laju produksinya.
Kekurangan pasok tersebut mengakibatkan kenaikan harga minyak, gas dan
batubara dipasaran internasional.
Gejolak harga minyak dunia tentunya sangat berpengaruh terhadap APBN, dimana
Harga Minyak merupakan salah satu asumsi makro yang vital dan berdampak
langsung terhadap APBN. Karenanya pemerintah perlu segera melakukan kaji ulang
terhadap harga minyak terlebih lagi terkait dengan subsidi BBM yang cukup besar
pengaruhnya terhadap pengeluaran Negara dalam APBN.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 2
Melihat Asumsi dari harga minyak dalam RAPBN 2008 yang sebesar 60 US$/barel,
dan dalam upaya menetralisasi kondisi yang sulit ini, pemerintah telah melakukan
perubahan prediksi, proyeksi, skenario pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2008
yang mematok pertumbuhan 6,8%.
Permasalahan
Pertanyaan permasalahan :
- Sejauhmana dampak kenaikan harga minyak terhadap APBN?
- Kebijakan apa yang semestinya dilakukan pemerintah untuk mengurangi
tekanan terhadap APBN baik secara langsung maupun tidak langsung?
Tujuan Penulisan :
- Untuk mengetahui sejauhmana dampak kenaikan harga minyak terhadap
APBN
- Memaparkan kebijakan yang semestinya dilakukanpemerintah untuk
mengurangi tekanan terhadap APBN baik secara langsung maupun tidak
langsung
Metodologi
Metodologi penulisan ”Dampak Kenaikan Harga Minyak terhadap APBN serta Solusi
Kebijakannya” adalah dengan menggunakan analisa deskriptif dan kuantitatif. Data
merupakan data sekunder.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 3
II. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA MINYAK DUNIA
Hasil penelitian yang dilakukan IMF (International Monetary Fund) menunjukkan
bahwa dalam rentang waktu 20 tahun (1980 – 2007) harga minyak memperlihatkan
fluktuasi yang paling tinggi dibandingkan dengan harga komoditas lainnya seperti
batubara, alumunium, tembaga dan kopi.
Jika diamati dari sisi permintaan minyak dunia, Amerika Serikat paling tinggi
dibandingkan dengan negara lainnya dan di tahun 2006 sekitar 25% dari total
permintaan dunia berasal dari Amerika Serikat. Dengan demikian kondisi pasar
Amerika Serikat secara nyata dapat mempengaruhi harga minyak dunia. Dengan
membandingkan posisi Amerika Serikat dengan empat negara lainnya yaitu Jepang,
Jerman, Rusia dan Cina maka posisi Amerika Serikat dalam hal konsumsi minyak
relatif besar.
Dalam hal intensitas penggunaan minyak yaitu rasio konsumsi minyak terhadap
PDB, Amerika relatif lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa diversifikasi
penggunaan energi seperti gas dan nuklir di Amerika tidak seprogresif di negara
lainnya. Dengan demikian aspek kebijkan energi di Amerika Serikat telah berdampak
besar terhadap permintaan minyak dunia.
Namun, kenaikan harga minyak mentah dunia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
fundamental ekonomi seperti permintaan dan penawaran atas minyak mentah itu
sendiri tetapi juga dipengaruhi faktor geopolitik. OPEC pun semakin berperan dalam
penentuan harga minyak mentah dunia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kenaikan harga minyak mentah sejak pertengahan Oktober 2007 adalah :
a. Kuatnya permintaan minyak mentah dunia
Kuatnya permintaan minyak mentah dunia didorong oleh permintaan dari
Amerika Serikat, China, India dan Timur Tengah.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 4
Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC)
memperkirakan akan ada penambahan permintaan minyak 1,3 juta barrel per
hari sedangkan perkiraan Badan Energi Internasional malah lebih tinggi, yakni
1,9 juta barrel per hari. Tren permintaan itu tidak terlepas dari tingkat konsumsi
dan kapasitas produksi tiga negara pengguna minyak terbesar, yakni AS,
China, dan India.
b. Terbatasnya produksi non OPEC
Apabila kekurangan ini tidak dapat dipenuhi oleh produksi OPEC dan/atau
cadangan minyak mentah negara-negara maju, harga minyak mentah dunia
akan meningkat dan menjadi sangat peka terhadap faktor-faktor non-ekonomi.
c. Meningkatnya peran OPEC dalam pembentukan harga
Keputusan OPEC berperan penting dalam pembentukan harga minyak mentah
dunia. Misalnya, pada saat harga minyak mentah relatif rendah dan cadangan
minyak OECD tinggi pada tahun 2006, OPEC mengurangi kuota produksi
sebesar 1,2 juta barel/hari pada bulan November 2006 dan 0,5 juta barel/hari
pada bulan Februari 2007. Meskipun pengurangan produksi hanya separuh
dari rencana tersebut, keputusan OPEC berpengaruh dalam membentuk harga
di pasar internasional.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 5
d. Rendahnya spare capacity OPEC
Surplus/ Spare Capacity OPEC tahun 2007 – 2008 hanya sekitar 2.0 juta
bbls/hari, jauh dibawah Rata-rata Surplus Capacity OPEC selama 10 tahun
(1996 – 2006) sekitar 2.8 juta bbls/hari . Hal ini menyebabkan supply minyak
dunia menurun.
e. Menurunnya cadangan minyak komersial OECD (dan AS).
Stok komersial minyak mentah OECCD menurun sejak Juli 2007 dan
diperkirakan mulai meningkat pada Maret 2008. Sedangkan cadangan minyak
mentah AS menurun sejak Juni 2007 dan diperkirakan berlangsung hingga
Februari 2008. Biasanya cadangan minyak mentah OECD dan AS meningkat
pada awal semester II untuk mengisi kebutuhan musim dingin menjelang akhir
dan awal tahun depannya. Kemungkinan ini diperkirakan tidak terulang pada
tahun depan.
f. Meningkatnya faktor geo-politik
Meningkatnya faktor geo-politik terutama di Irak, Nigeria, Venezuela, dan Iran
berpengaruh pada kekuatiran sisi produksi.
− Konflik antara Turki dan suku Kurdi (Irak) dilanjutkan dengan
pengenaan sanksi ekonomi kepada Iran.
− Terakhir kerusuhan di Nigeria awal Januari 2008 (berpengaruh
terhadap kelangsungan produksi sebesar 500 ribu barel atau hampir
seperempat produksi minyak mentah Nigeria
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 6
g. Melemahnya nilai tukar dolar AS.
Ekspektasi pasar thd melemahnya nilai dolar AS (antara lain oleh penurunan
suku bunga Fed Funds) mendorong commodity market untuk menyesuaikan
dengan mata uang yang lebih stabil.
III. PENGARUH KENAIKAN HARGA MINYAK
Pengaruh terhadap Penerimaan dan Pengeluaran APBN
Dalam penyusunan RAPBN, ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan
sebagai dasar perhitungan yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga
SBI 3 bulan, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah ICP, dan lifting minyak.
Indikator-indikator tersebut merupakan asumsi dasar ekonomi makro yang menjadi
acuan bagi perhitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam APBN. Apabila realisasi indikator ekonomi makro berbeda dengan yang telah
ditetapkan maka besaran-besaran dalam APBN juga ikut berubah.
Perkembangan harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional atau
Indonesian Crude Oil Price (ICP) adalah salah satu factor yang berpengaruh cukup
besar terhadap perubahan APBN baik dari sisi pendapatan negara maupun belanja
negara.
Pada sisi pendapatan negara, perubahan harga minyak mentah mempengaruhi
penerimaan SDA migas dan PPh migas maupun lainnya yang berasal dari penjualan
minyak mentah DMO (Domestic Market Obligation)
Pada sisi belanja negara, perubahan harga minyak mentah mempengaruhi besaran
subsidi BBM dan subsidi listrik serta dana bagi hasil. Subsidi BBM sangat
terpengaruh oleh perubahan harga minyak mentah Indonesia karena sebagian besar
biaya produksi BBM dari operator subsidi BBM merupakan biaya untuk pengadaan
minyak mentah.
Selain subsidi BBM perubahan harga minyak mentah juga akan mempengaruhi
perubahan beban subsidi listrik. Hal ini dikarenakan sebagian pembangkit listrik milik
PLN masih menggunakan BBM dimana harga beli BBM oleh PT PLN merupakan
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 7
harga BBM non subsidi . Karena itu, setiap perubahan harga minyak mentah sangat
sensitif terhadap perubahan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik. Apabila tarif dasar
listrik (TDL) ditetapkan tidak berubah maka beban subsidi listrik yang merupakan
selisih TDL dengan BPP akan mengalami perubahan searah dengan perubahan
harga minyak mentah.
Perubahan harga minyak mentah yang menyebabkan perubahan pada penerimaan
SDA migas akan mempengaruhi besaran alokasi belanja daerah yaitu dana bagi
hasil penerimaan pertambangan minyak bumi dan gas alam.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan di bidang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah , dana bagi hasil disalurkan
berdasarkan realisasi penerimaan tahun berjalan. Jadi, setiap perubahan pada
penerimaan SDA migas akibat perubahan harga minyak mentah maka alokasi dana
bagi hasil juga berubah.
Selanjutnya, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang menyebutkan
bahwa DAU merupakan persentase dari pendapatan dalam negeri neto yang
ditetapkan dalam APBN, maka setiap perubahan pada (i) penerimaan negara dari
sektor migas baik PPh migas maupun PNBP SDA migas (ii) dana bagi hasil dalam
penyusunan APBN, secara otomatis akan menyebabkan perubahan pada besaran
DAU. Hal ini agak berbeda dengan penyusunan APBN perubahan dimana
perubahan asumsi ICP yang berpengaruh terhadap perubahan penerimaan negara
dari sektor migas tidak mempengaruhi besaran DAU mengingat besaran DAU dan
alokasinya kepada masing-masing daerah telah ditetapkan dalam Peraturan
Presiden mengenai penetapan alokasi DAU untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tabel 1 adalah data yang menunjukkan perubahan penerimaan dan belanja negara
sebagai akibat perubahan asumsi harga dan lifting minyak tahun 2004 – 2008.
tahun selisih harga selisih produksi selisih penerimaan selisih belanja surplus/defisit2004 14 -78 53.598,4 50.500,0 3.098,4 2005 30 -50 115.106,0 90.064,0 25.042,0 2006 7 -50 14.723,9 25.387,8 (10.663,9) 2007 -3 -50 (36.147,9) (3.382,0) (32.765,9) 2008 23 -124 39.405,7 91.098,0 (51.692,3)
Sumber : Departemen Keuangan, diolah
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 8
hal 8 ini sengaja dikosongkan. Ada pada file : data insert
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 9
1. Dari data tersebut terlihat pada tahun 2004 dan 2005 peningkatan belanja
negara berupa subsidi BBM, subsidi listrik dan dana bagi hasil masih dapat
ditutupi dengan peningkatan penerimaan migas sehingga negara mendapat
surplus atas peningkatan harga minyak mentah. Untuk tahun 2004 dan 2005
produksi minyak masih di atas 1000 MBCD. Harga minyak masih sekitar 36 –
54 US $/barel.
2. Namun untuk tahun 2006 – 2008 , peningkatan belanja negara berupa
subsidi BBM, subsidi listrik dan dana bagi hasil masih lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan penerimaan migas sehingga negara
mengalami penambahan defisit. Padahal pada masa ini harga minyak yang
ditetapkan terus melambung dari 57 pada APBN 2006 menjadi 83 pada
APBNP 2008. Pada masa 2006 – 2008 terjadi penurunan produksi yang
cukup signifikan.
3. Tabel 1 menunjukkan bahwa sejak 2006 penambahan defisit terus meningkat
dari Rp10,6 triliun (2006) menjadi Rp32,8 triliun (2007) dan Rp51,7 triliun
(2008). Hal ini terjadi karena penurunan realisasi produksi minyak dari 1000
MBCD (2006), 950 MBCD (2007) dan 910 MBCD (2008). Artinya selisih
produksi (realisasi produksi yang lebih rendah dari target) akan berpengaruh
terhadap APBN dibanding selisih harga.
Dengan demikian, dampak lonjakan harga minyak bumi terhadap APBN sebenarnya
bisa diminimalkan apabila kita mampu meningkatkan produksi minyak mentah.
Namun, pengalaman selama delapan tahun terakhir menunjukkan, asumsi APBN
untuk lifting minyak lebih kerap dikoreksi ke bawah ketimbang ke atas, sama
kerapnya dengan perubahan asumsi harga minyak mentah.
Suatu hal terpenting yang perlu dilakukan pemerintah adalah tetap konsisten pada
kebijakan minyak dan gas di jalur yang tepat yaitu menjaga lifting minyak mentah
dan kondensat sesuai target yang ditetapkan agar beban APBN untuk mengimpor
BBM tidak terlalu besar. Apabila produksi tersebut tidak tercapai saat harga minyak
dunia yang tinggi seperti sekarang ini maka dikhawatirkan APBN tidak cukup kuat
untuk menanggung beban subsidi.
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 10
Betapa sensitif perubahan asumsi produksi terlihat dari perhitungan setiap
penurunan produksi minyak mentah sebesar 50.000 barrel per hari berpotensi
meningkatkan defisit APBN sebesar Rp 4 triliun. Kenaikan harga minyak mentah
baru berdampak terhadap kenaikan defisit APBN jika pertumbuhan konsumsi BBM di
dalam negeri terus meningkat dan penyelundupan BBM ke luar negeri marak
kembali akibat disparitas harga di dalam negeri dan luar negeri bertambah lebar
sebagaimana terjadi tahun 2003- 2004. Karena itu pemerintah juga harus intensif
mengawasi jalur distribusi agar tidak terjadi penyelundupan minyak ke luar negeri .
Pemerintah diminta agar bertindak tegas untuk menindak pihak-pihak yang
mealawan hukum dalam hal kebijakan minyak dan gas nasional.
Grafik 1
Perkembangan Produksi Minyak Mentah Indonesia
Sumber : Departemen ESDM
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 11
Grafik 2
Grafik 3
Sumber : Departemen Keuangan
0,8
0,85
0,9
0,95
1
1,05
1,1
juta
bar
el/h
ari
2005 2006 2007
1,075
1,000
0,950
0,999
0,959
0,899
APBN-P Realisasi
LIFTING MINYAK MENTAH
APBN-P dan Realisasi, 2005 - 2007
0
20
40
60
80
100
120
Rp
Tril
iun
APBN-P 2005Real 2005
APBN-P 2006Real 2006
APBN-P 2007Proyeksi
89,2
104,8
64,2 64,2
55,6
83,9
12,5 16,0
31,2 30,4 32,4 36,2
BBM
Listrik
SUBSIDI BBM DAN LISTRIK
APBN-P dan Realisasi, 2005 - 2007
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 12
IV. LANGKAH KEBIJAKAN
Tampaknya minyak di masa depan tidak dapat lagi diandalkan sebagai sumber
penerimaan. Terbukti dari peningkatan penerimaan dari kenaikan harga minyak
masih belum dapat menutupi peningkatan belanja sebagai akibat naiknya harga
minyak. Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan defisit APBN.
Kebijakan Finansial
Untuk mengurangi tekanan terhadap APBN sebagai akibat langsung dari
kenaikan harga minyak, maka perlu diambil kebijakan sebagai berikut :
1. peningkatan mobilisasi dana-dana alternatif seperti rekening 69,
akumulasi sisa anggaran tahunan , rekening dana investasi , kewajiban BI
terhadap BLBI dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah
pembiayaan APBN. Memang, sejak tahun 2004 pemerintah telah
menggunakan rekening dana investasi untuk membiayai defisit anggaran
namun proporsinya cenderung menurun dari tahun ke tahun seiring
dengan penurunan keseluruhan saldo RDI. Implikasi dari penggunaan
rekening pemerintah untuk membiayai defisit adalah semakin
berkurangnya cadangan uang pemerintah.
2. optimalisasi penerimaan di luar migas seperti pajak dan PNBP lainnya.
Sektor kehutanan, perikanan dan pertambangan juga memiliki potensi
untuk memberikan devisa yang lebih besar dari sekarang . Misalnya
dalam sektor pertambangan, pemerintah dapat melakukan negosiasi
ulang atas persentase pembagian hasil produksi migas.
3. meninjau kembali aturan tentang DBH yang mengharuskan pemerintah
untuk menyalurkan DBH sesuai dengan realisasi penerimaan migas. Jika
harga minyak naik maka penerimaan dari sektor migas juga naik. Ini
berarti kewajiban pemerintah untuk memberi tambahan DBH kepada
daerah. Hal ini tentunya memberatkan APBN jika peningkatan
penerimaan tersebut tidak sebesar dengan peningkatan belanja
pemerintah. Di sisi lain, besar kemungkinan pemerintah daerah belum
memiliki rencana kegiatan atas tambahan DBH tersebut sehingga besar
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 13
kemungkinan dana tersebut ditempatkan di SBI. Alternatif alokasi DBH
yang dapat digunakan yaitu :
- Alokasi DBH diperhitungkan berdasarkan dana penerimaan
pemerintah di sektor migas setelah dikurangi subsidi BBM. Dengan
kebijakan ini , perhitungan alokasi DBH masih memperhitungkan
fluktuasi harga minyak dunia akan tetapai dana yang dibagikan
sifatnya netto karena telah dikurangi pengeluaran subsidi. Implikasinya
adalah tambahan DBH yang diterima daerah menjadi lebih rendah dari
formula sebelumnya.
- Mematok alokasi DBH pada harga tertentu (tidak didasarkan pada
harga minyak dunia). Implikasinya adalah, tidak ada tambahan alokasi
DBH kepada daerah berapa pun realisasi harga minyak mentah dunia.
Untuk meninjau kembali perhitungan alokasi DBH bukanlah hal yang
mudah. Harus dipertimbangkan secara bijaksana mengingat implikasi nya
adalah potensi penerimaan daerah yang menurun. Namun disisi lain
pemerintah pusat juga harus menanggung beban belanja yang lebih
besar. Dengan kedua alternatif tersebut diharapkan sebagian tambahan
DBH yang semestinya dialokasikan kepada daerah dapat digunakan
pemerintah pusat untuk membaiyai pembangunan.
4. Optimalisasi sektor-sektor yang menikmati "berkah" (windfall), seperti
minyak sawit, karet, dan komoditas pertambangan yang harganya
melambung, bukan justru mengganggu pengembangannya. Dari ekspor
minyak sawit saja, potensi tambahan penerimaan APBN bisa mencapai
lebih dari 1 miliar dollar AS. Jika pemerintah mampu merealokasikan
tambahan pendapatan ini untuk menggalang proyek-proyek padat karya
di sektor pertanian dan pedesaan, daya beli mayoritas masyarakat bisa
meningkat atau paling tidak bisa mengompensasikan kenaikan harga-
harga umum. Pilihan ini lebih bijak ketimbang menggelontorkan subsidi
langsung ataupun tak langsung untuk berbagai komoditas yang
mengalami kenaikan harga tajam, seperti minyak goreng dan kebutuhan
pokok lainnya (gula, terigu, dan beras)
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 14
Langkah kebijakan yang diambil semestinya tidak difokuskan pada langkah
pengamanan fiskal untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak.
Bagaimana mengelola minyak itu sendiri serta upaya pengamanan ketersediaan
energi selain minyak juga merupakan solusi yang penting.
Pengalaman menunjukan bahwa selama ini lifting minyak dalam APBNP selalu lebih
rendah dari yang ditargetkan dalam APBN. Hal ini merupakan salah satu indikasi
bahwa kemampuan produksi ladang minyak kita menurun.
Kebijakan Regulasi Investasi Migas
Kurtubi menyatakan hal utama yang harus dilakukan pemerintah untuk menggenjot
produksi minyak adalah mengamendemen Undang-Undang Minyak dan Gas Nomor
22 Tahun 2001. Tiga hal krusial dalam amendemen itu adalah penyederhanaan
proses investasi migas agar menjadi satu pintu, penghapusan pajak dan
pungutan sebelum produksi dimulai oleh kontraktor migas, serta membentuk
badan usaha milik negara khusus untuk menjalankan bisnis migas.
Menurut Kurtubi Undang-undang (UU) Migas No 22/2001 sebagai landasan yang
rapuh bagi investasi maupun operasi di sektor migas. Sistem pelayanan investasi
satu atap yang menggunakan landasan UU No 8/1971, kini telah diganti dengan
“pelayanan banyak atap” UU No 22/2001. Padahal, di mata investor, apapun aturan
mainnya sejauh memudahkan bagi pelaksanaan operasional, sebenarnya tidak akan
dipermasalahkan. Investor hanya perlu kemudahan, sebab, mereka memiliki
sejumlah pilihan dan prioritas lain sebelum memutuskan menanamkan modal.
Pembentukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN ) untuk menajlankan bisnis migas
juga diperlukan mengingat saat ini BP Migas dengan statusnya sebagai Badan
Hukum Milik Negara (BHMN) tidak dapat melakukan penjualan migas. Karena itu BP
migas menunjuk pihak ketiga untuk menjual migas milik negara.
Selain pembenahan investasi migas, yang perlu dilakukan adalah reformasi tata
niaga migas . Telah menjadi rahasia umum bahwa proses pengadaan dan distribusi
BBM oleh Pertamina sarat dengan KKN dan ketidakefisienan. Selama ini, volume
pasokan BBM baik yang diproduksi oleh kilang dalam negeri maupun yang diimpor
jauh lebih tinggi dibanding jumlah BBM yang benar-benar dikonsumsi oleh
masyarakat dan industri. Kebocoran, inefesiensi dan penyalahgunaan BBM
bersubsidi diperkirakan mencapai 25 sampai 30 persen. Salah satu sumber
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 15
ketidakefesianan adalah proses impor yang masih melalui trading companies
(brokers) yang berpotensi merugikan keuangan negara1. Mekanisme impor melalui
brokers juga memiliki kelemahan yaitu hilangnya kesempatan untuk memperoleh
kelonggaran dalam jadwal pembayaran. Seandainya Pertamina melakukan deal
langsung dengan pemasok minyak mentah dan BBM , besar kemungkinan
Pertamina akan memperoleh kelonggaran waktu pembayaran minimum 3 bulan atau
leih. Jika hal ini dilakukan, tekanan terhadap cashflow Pertamina dapat dikurangi.
Kebijakan Pengamanan Ketersediaan Energi
Secara singkat beberapa poin pengamanan ketersediaan energi masa depan
meliputi : pola penghematan penggunaan BBM serta pengembangan sumber energi
alternatif.
Upaya penghematan penggunaan BBM dapat dilakukan melalui pembenahan sistem
transportasi. Kemacetan yang membuat kendaraan tidak bergerak sementara mesin
hidup menyebabkan pemborosan BBM. Penyediaan mass rapid tranportation di
masa depan akan memberi dukungan yang berarti bagi penghematan BBM.
Disamping itu penyediaan sarana tranportasi yang hemat BBM juga perlu dilakukan.
Saat ini BBM masih merupakan sumber energi utama di Indonesia. Hal ini telah
mengakibatkan ketergantungan yang besar terhadap sumber energi BBM dan tidak
berkembangnya energi alternatif. Sebagian besar industri Indonesia, yang padat
energi seperti tekstil, masih bergantung pada minyak bumi. Menurut Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) baru 20 dari 200 perusahaan tekstil di tingkat hulu yang
mulai menggunakan batu bara. Itu pun perbandingan batu bara masih 30% dari
keseluruhan kompenen energi.
Untuk mendorong pemanfaatan sumber energi alternatif sangat diperlukan peran
aktif pemerintah. Namun, menurut API sikap aparatur pemerintah masih terbelah. Di
satu sisi pemerintah mendorong penggunaan batubara tetapi di sisi lain Kementerian
Lingkungan Hidup masih menilai limbah batu bara termasuk bahan berbahaya dan
beracun. Penggunaan energi alternatif lain seperti LPG masih terhambat oleh
mahalnya tabung gas.
Penggunaan batubara sebagai energi alternatif juga memerlukan pertimbangan yang
masak mengingat jaminan ketersediaan pasokan batubara untuk industri dalam
1 “Kenaikan Harga BBM”, Tim Indonesia Bangkit
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 16
negeri masih belum diatur dengan perangkat perundang-undangan. Hal ini
merupakan tugas pemerintah untuk menyediakan perangkat hukum yang menjamin
ketersediaan batubara maupun energi altenatif lainnya. Akhirnya volatilitas harga
minyak di tengah-tengah berkurangnya cadangan minyak diharapkan tidak
membawa dampak yang negatif karena substitusinya sudah tersedia secara luas.
V. KESIMPULAN
- Peningkatan penerimaan sektor migas belum dapat menutupi
peningkatan belanja subsidi BBM subsidi listrik dan dana bagi hasil
migas sebagai akibat kenaikan harga minyak. Harga minyak yang
tinggi tidak akan berpengaruh terlalu besar terhadap APBN jika
produksi minyak tercapai. Faktanya, realisasi lifting minyak yang lebih
rendah dari target yang ditetapkan APBN menunjukkan
ketidakmampuan produksi ladang minyak kita.
- Amandemen UU Migas No 22 tahun 2001 merupakan salah satu
upaya untuk menggenjot produksi migas.
- Tekanan terhadap APBN sebagai akibat kenaikan harga minyak dapat
dikurangi dengan optimalisasi penerimaan di luar migas.
- Upaya yang dilakukan dalam mengurangi dampak kenaikan harga
minyak tidak hanya dari sisi APBN tetapi juga sisi pengelolaan migas
dan upaya penyediaan pengamaan ketersediaan energi.
SARAN
- Pemerintah sebaiknya berupaya menggenjot produksi minyak agar
target lifting minyak tercapai.
- Pemerintah sebaiknya melakukan optimalisasi penerimaan di luar
migas , melakukan pembenahan atas pengelolaan migas, serta
menjamin ketersediaan energi migas dan alternatif .
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 17
LAMPIRAN
Top World Oil Net Importers, 2006 Top World Oil Net Exporters, 2006 Rank Country Consumption Rank Country Consumption
1 United States 20.588 1 Saudi Arabia 10.719 2 China 7.274 2 Russia 9.668 3 Japan 5.222 3 United Stated 8.367 4 Russia 3.103 4 Iran 4.146 5 Germany 2.630 5 China 3.836 6 India 2.534 6 Mexico 3.706 7 Canada 2.218 7 Canada 3.289 8 Brazil 2.183 8 United Arab Emirates 2.938 9 Korea, South 2.157 9 Venezuela 2.802
10 Saudi Arabia 2.068 10 Norway 2.785 11 Mexico 2.030 11 Kuwait 2.674 12 France 1.972 12 Nigeria 2.443 13 United Kingdom 1.816 13 Brazil 2.163 14 Italy 1.709 14 Algeria 2.122 15 Iran 1.627 15 Iraq 2.008
* Oil Production includes crude oil, lease condensates, natural gas liquids, other liquids, and refinery gain. Source : EIA : International Energy Annual (2000-2004), International Petroleum Monthly ( 2005-2006)
BIRO A
NALISA A
NGGARAN DAN P
ELAKSANAAN A
PBN – SETJE
N DPR R
I
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan
Bagian Analisa Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara 18