skripsirepository.unib.ac.id/14108/1/skripsi reydho dwiseptyawan...pengaruh money ethics terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH MONEY ETHICS TERHADAP KECURANGAN PAJAK
DENGAN MORALITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
OLEH:
REYDHO DWI SEPTYAWAN OENTORO
NPM. C1C012025
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN S1 AKUNTANSI
2016
i
PENGARUH MONEY ETHICS TERHADAP KECURANGAN PAJAK
DENGAN MORALITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Bengkulu Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Sarjana Ekonomi
OLEH:
REYDHO DWI SEPTYAWAN OENTORO
NPM. C1C012025
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN S1 AKUNTANSI
2016
ii
iii
iv
Motto
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS.Al-Insyirah :6)
Hambatan adalah pupuk yang dapat menyuburkan
benih yang kita tanam. (Syaikh Nizami)
Seberapa minimpun waktu tersisa, peluang selalu ada, asalkan tidak berhenti.
Mungkin akan berhasil, mungkin tidak... Tetapi peluang hanya akan menjadi
nol jika kamu berhenti berusaha.
Just to be possitive and calm down, make it simple to do!
Kita hanya perlu menyelesaikan apa yang telah kita mulai, bukan
mengkhawatirkan apa yang sedang orang lain kerjakan.
v
Persembahan Skripsi ini ku persembahkan kepada :
Allah SWT dan Rasulullah SAW
Ayahku (Gigih Deslantoro) tersayang, suatu kebanggaan yang luar biasa
untukku akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini demi secepatnya
mengukir nama ayah abadi dalam karya pertamaku.
Mamaku (Tahuna) Tercinta, wanita luar biasa, terima kasih atas
do’a restu ditiap kaki ini melangkah.. Aku mempercayai suatu hal, bahwa setiap
kali aku merasa beruntung, itu berarti do’a ibuku baru saja dikabulkan.
Kakakku (Raderi Kurniawan, S.pd) dan adikku (Mashel Goentoro), terima
kasih atas dukungan doanya dalam proses penyelesaian skripsi ini dan sudah
menjadi penghibur suka dan duka.
Sahabat-sahabat tercinta dimanapun kalian berada.
Semua dosenku yang tidak pernah lelah memberikan ilmu, pengalaman yang
berharga, dan kritikan/saran yang sangat membangun semangatku hingga
mncapai titik ini.
My best Friends, Dio Yudansha Prakoso dan M.Nur Ahlijanata
yang telah mendampingi, meluangkan waktu dan memberikan motivasi
dalam penyelesaian skripsi ini.
Almamaterku tercinta, Universitas Bengkulu.
vi
Special Thanks To...
Alhamdulillahirobbil’alamin... Penulis bersyukur atas kehadirat Allah SWT
kerena berkat rahmat dan karunia-Nya, atas kesehatan dan kekuatan yang
diberikan-Nya, atas ketenangan dan kesejukan yang dilimpahkan-Nya, setelah
melalui perjalanan yang sangat panjang, penuh suka dan duka, merasakan pahit
dan manisnya dari setiap perjuangan dan banyak hal yang dikorbankan, pada
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula untuk Nabi
besar Muhammad SAW sebagai panutan hidupku atas kebenaran yang luar biasa
terhadap kecintaannya kepada Allah SWT. dan para umatnya.
Kedua orangtua ku, mama tercinta (Tahuna) dan ayahanda (Gigih
Deslantoro) yang selalu memberikan do’a, segenap cinta, kasih sayang,
semangat, dan pengorbanan demi keberhasilan anak-anaknya. Kalian
adalah kekuatan ku tanpa kalian aku tak bisa apa-apa.
Kedua saudaraku, abang (Raderi Kurniawan Oentoro) dan adik ku
(Marshel Goentoro) yang selalu mau berbagi, mengerti, dan bantuin aku.
Kalian adalah orang-orang terbaik yang dikirim Allah untuk membuat
hidup aq lebih berarti, bewarna, dan bahagia. Pokoknya susah senang
sama-sama. Makasih semuanya...
Untuk keluarga besarku yang gag bisa aq sebutkan satu persatu, makasih
atas do’a dan dukungan kalian semua.
Untuk dosen pembimbing Ibu Halimatusyadiah, SE., M.Si., Ak makasih
banyak ibu, atas waktu, tenaga, dan ilmu nya untuk membimbing dan
mengarahkan aku dari nol sampai akhirnya skripsi ini selesai. Terima
kasih ibu...
Tiga dosen pengujiku, Pak Abdullah, Pak Irwansyah, Ibu Nurna dan Pak
Baihaqi terima kasih banyak atas semua saran dan kritik yang
membangun, motivasi, nasehat dan ilmu yang diberikan selama
perkuliahan hingga akhir penyelesaian skripsi ini.
Bapak Dr. Fadli, SE., M.Si., Ak dan Ibu Nikmah, SE., M.Si., Ak selaku
ketua jurusan dan sekretaris jurusan yang telah memberikan arahan dan
kemudahan dalam segala urusan kampus, serta seluruh Dosen mupun staf
Administrasi Gedung K (Mbak Ning dan Mbak Elda) yang tak pernah
lelah melayani dengan sabar semoga selalu memberi yang terbaik dan
menjadi yang terbaik.
Untuk dosen yang selalu menginspirasi hidupku Bapak Madani Hatta, SE.,
M.Si., Ak terima kasih atas segala ilmu, motivasi, nasehat, dukungan,
saran dan kritik, semangat, canda tawa, serta pengalaman yang sangat
bermanfaat bagi saya di masa depan. Terima kasih Bapak...
vii
Tak lupa pula kuucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh dosen akuntansi Pak Eddy, Pak Madani, Pak Baihaqi, Pak Heru,
Pak Fadli, Pak Saiful, Pak Husaini, Pak Abdullah, Pak Darman, Pak
Irwansyah, Bu Halimah, Bu Lisa, Bu Fenny, Bu Nila, Bu Pratana, Bu
Nikmah, Bu Nurna, Bu Cory, Bu Fitrawati, Bu Siti, Bu Lisma, Bu Novita,
Bu Nely, Bang Danang dan semua dosen yang telah memberikan ilmu,
motivasi, nasehat, dukungan, saran dan kritik, semangat dan pengalaman
yang beharga bagi saya di masa depan.
Untuk Bang Danang yang rada emosian... makasih banyak atas motivasi,
semangat, dukungan, dan bantuannya hingga aku bisa menyelesaikan
tugas akhir ini bang...
Sahabat-sahabat ku yang telah memberikan banyak kebahagiaan n banyak
kenangan didalam hidupku (Dio Yudansha Prakoso, M.Nur Ahli Janata,
Eka Septi Wulandari, Bambang Sufriyadi, Rexy Gunanto, Iwan Saputra,
Erwin Riswanda, Reno Thanjaya, Fardiansyah, Ryan Mahendra, Tica Susi
Pratiwi, Marsya Rosarzi, dan Sarry Irawati Putri). Makasih atas semua
bantuannya... bangga karena t’lah diberikan kesempatan untuk mengenal
kalian, aku banyak belajar dari kalian, we are the best friends,
bisa...bisa...bisa...
Keluarga KKN 36 tercinta, Richad MJ.Tampubolon, Julius Syafes
Saputra, Tri Mutiara Madaniati, Mieya Monica, Gusrya Indria S, Elis
Candra Yani, dan Lusi Wahyuningsih. Etss.. hampir lupa Bang Paska
Pahehean dan seluruh Group KKN 76 Kelurahan Berkas, Makasih untuk
supportnya...
Untuk teman-teman seperjuangan Defri Berliansyah dan Seprizah
Handayani
Untuk teman-teman seperjuangan dalam mencari data penelitian Renda
Putri HS dan Rexy Gunanto tidak mudah untuk mencapai titik dimana
akhirnya perjuangan ini berbuah manis. Semangat terus!! Fighting...
Akuntansi A 2012 yang paling The Best... Lovita, Yul, Feni, Osi, Fella,
Makrina, Putri Dora, Melasari, Lioni, Maria, Despa dan penghuni A Class
lainnya, terima kasih atas pengertian dan kerjasamanya selama perkuliahan
serta canda tawa manis yang pernah kita lakukan bersama. Semoga kita
dapat selalu menjaga silaturahmi hingga dibersamakan dalam
kesuksesan... amin.
My girl friend...Yazha Agustin makasih atas motivasi, dukungan, dan
semangat serta selalu sabar dalam mengerti dan memahami keadaan q...
Dan untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu mendo’akan saya, memberi dukungan dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
viii
ix
THE INFLUENCE OF MONEY ETHICS ON TAX EVASION
WITH MORALITY AS A MODERATING VARIABLE
By
Reydho Dwi Septyawan Oentoro 1)
Halimatusyadiah 2)
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the effect of money ethics on tax
evasion with morality as a moderating variable. The data used in this study are
primary data. Primary data were obtained from questionnaires distributed to
individual taxpayers in the city of Bengkulu. The number questionnaires whics
were distributed 115 questionnaires, but only 110 questionnaires that can be
processed. The data were analyzed using simple linear regression analysis and
modered regression analysis (MRA) using SPSS program.
The results of the study showed that money ethics had positive affect on
tax evasion. Additionally, morality was not a moderating variables that moderate
the relationship between money ethics and tax evasion.
Keywords : Money Ethics, Tax Evasion, Morality
1)
Student 2)
Supervisor
x
PENGARUH MONEY ETHICS TERHADAP KECURANGAN PAJAK
DENGAN MORALITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Oleh
Reydho Dwi Septyawan Oentoro 1)
Halimatusyadiah 2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh money ethics terhadap
kecurangan pajak dengan moralitas sebagai variabel moderasi. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari
kuesioner yang disebarkan kepada wajib pajak orang pribadi di Kota Bengkulu.
Jumlah Kuesioner yang disebarkan adalah 115 kuesioner, tetapi hanya 110
kuesioner yang dapat diolah. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi
linier sederhana dan modered regression analysis (MRA) dengan menggunakan
program SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa money ethics berpengaruh positif
terhadap kecurangan pajak. Moralitas bukan merupakan variabel moderasi yang
memoderasi hubungan antara money ethics dan kecurangan pajak.
Kata kunci : Money Ethics, Kecurangan Pajak, Moralitas
1)
Calon Sarjana 2)
Dosen Pembimbing Skripsi
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Money Ethics Terhadap Kecurangan Pajak dengan Moralitas
Sebagai Variabel Moderasi” ini dengan baik.
Penulis menyadari selama proses penyusunan skripsi ini telah banyak
mendapat bantuan, bimbingan, dorongan dan motivasi baik secara moral maupun
material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua, kakak dan adikku tercinta yang selalu ada untuk
membantu dan mendo’akanku.
2. Ibu Halimatusyadiah, SE., M.Si., AK selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Abdullah, SE, M.Si., Ak., CA, Bapak Dr. Irwansyah, SE, M.Si.,
Ak., CA, Dr. Nurna Azizah, SE, M.Si., Ak., CA, dan Bapak Baihaqi, SE,
M.Si., Ak., CA, selaku anggota tim penguji yang telah mengoreksi,
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ke arah yang
lebih baik.
4. Bapak Dr. Fadli, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.
5. Ibu Nikmah, SE., M.Si., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.
xii
6. Bapak Eddy Suranta, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menjalankan proses belajar di Jurusan Akuntansi Universitas Bengkulu.
7. Bapak Prof. Liza Alfiansi, SE., MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.
8. Bapak Dr. Ridwan Nurazi, SE., M.Sc., Ak selaku Rektor Universitas
Bengkulu.
9. Seluruh dosen Akuntansi Universitas Bengkulu yang telah memberikan
ilmu dan pengalaman yang berharga selama penulis menempuh
perkuliahan.
10. Pihak-pihak yang telah memberikan andil terhadap penyelesaian skripsi
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga bantuan, dukungan dan doa yang telah diberikan mendapat
balasan dan limpahan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar berguna
bagi penulis pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
Bengkulu, Februari 2016
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH .................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ......................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 9
2.1.1 Teori Atribusi ................................................................................. 9
2.1.2 Kecurangan Pajak ........................................................................... 10
2.1.3 Money Ethics .................................................................................. 12
2.1.4 Moralitas ......................................................................................... 15
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 17
2.3 Pengembangan Hipotesis ......................................................................... 20
2.3.1 Money Ethics dan Kecurangan Pajak ............................................. 20
2.3.2 Hubungan Moralitas dan Money Ethics terhadap Kecurangan Pajak 21
2.4 Kerangka Penelitian ................................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 24
3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ......................................... 24
3.2.1 Variabel Independen ....................................................................... 24
xiv
3.2.1.1 Money Ethics .............................................................................. 24
3.2.2. Variabel Moderasi .......................................................................... 25
3.2.2.1 Moralitas .................................................................................... 25
3.2.3. Variabel Dependen ......................................................................... 26
3.2.3.1 Kecurangan Pajak ...................................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 26
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 27
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................... 28
3.5.1 Uji Kualitas Data ............................................................................ 28
3.5.1.1 Uji Validitas ............................................................................... 28
3.5.1.2 Uji Reliabilitas ........................................................................... 29
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 29
3.5.2.1 Uji Normalitas ............................................................................ 29
3.5.2.2 Uji Multikoliniearitas ................................................................. 29
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 30
3.5.3 Alat Analisis Data ........................................................................... 30
3.5.4 Pengujian Hipotesis ........................................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Data Penelitian ........................................................................ 33
4.2 Statistik Deskriptif Penelitian .................................................................. 36
4.3 Hasil Uji Kualitas Data ............................................................................ 38
4.3.1 Hasil Uji Validitas Data .................................................................. 38
4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Data .............................................................. 38
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 39
4.4.1 Hasil Uji Normalitas Data .............................................................. 39
4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................. 40
4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 41
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................................ 42
4.5.1 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ............................................................. 43
4.5.2 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ............................................................ 44
4.6 Pembahasan .............................................................................................. 46
4.6.1 Pengaruh Money Ethics Terhadap Kecurangan Pajak .................... 46
4.6.2 Pengaruh Money Ethics Terhadap Kecurangan Pajak
dengan Moralitas Sebagai Variabel Moderasi ................................ 48
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 51
5.2 Implikasi Penelitian ................................................................................. 51
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 52
xv
5.4 Saran Penelitian Selanjutnya .................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 54
LAMPIRAN ................................................................................................... 58
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................. 18
Tabel 4.1 Data Penelitian ........................................................................... 34
Tabel 4.2 Profil Responden ........................................................................ 35
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ...................................................................... 36
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ..................................................................... 38
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 39
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data .......................................................... 39
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................... 40
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Data Center ........................ 41
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 42
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi ........................................................................ 42
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ...................................................... 44
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ....................................................... 45
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .................................................................. 23
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .............................................................. 59
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .............................................................. 65
Lampiran 3 Tabulasi Data ......................................................................... 68
Lampiran 4 Statistik Deskriptif ................................................................. 81
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas ................................................................. 82
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................. 87
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 89
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................... 90
Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 93
Lampiran 10 Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan (Resmi, 2013). Sebagai
sumber keuangan negara, pemerintah berupaya meningkatkan penerimaan uang
sebanyak-banyaknya melalui sektor pajak. Peningkatan penerimaan kas negara
melalui sektor pajak tersebut diperuntukkan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Penerimaan pajak dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, namun realisasi penerimaan pajak dengan target
penerimaan pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah masih belum tercapai
hingga sekarang. Pada tahun 2013 target penerimaan pajak yang telah ditetapkan
pemerintah adalah Rp 1.148 triliun sedangkan realisasi penerimaan pajak
mencapai Rp 1.077 triliun dengan presentase penerimaan pajak sebesar 93,8% dan
pada tahun 2014 target penerimaan pajak yang telah ditetapkan pemerintah adalah
Rp 1.246 triliun sedangkan realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 1.143 triliun
dengan presentase penerimaan pajak sebesar 91,7% (Pratiwi, 2015).
Tidak tercapainya target penerimaan pajak tersebut dapat disebabkan adanya
tindakan wajib pajak untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak baik secara
legal maupun ilegal. Bagi wajib pajak, pajak merupakan beban atau biaya yang
dapat mengurangi kemampuan ekonomisnya. Di lain pihak, pemerintah
membutuhkan dana yang berasal dari pajak untuk membiayai penyelenggaraan
2
pemerintah. Perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah
tersebut menyebabkan wajib pajak untuk cenderung melakukan kecurangan pajak.
Kecurangan pajak (tax evasion) merupakan usaha yang dilakukan oleh
wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-
undang (Mardiasmo, 2009). Para wajib pajak mengabaikan ketentuan formal
perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau mengisi data
dengan tidak lengkap dan tidak benar. Tindakan dari wajib pajak tersebut akan
membuat tujuan pemerintah yang ingin memaksimalkan pendapatan dari sektor
pajak menjadi berlawanan dengan tujuan wajib pajak yang cenderung ingin
mengecilkan jumlah pajaknya dengan cara yang ilegal atau melakukan
kecurangan pajak.
Secara umum terdapat tiga pandangan mendasar mengenai etika kecurangan
pajak yaitu kecurangan pajak dipandang tidak pernah etis, kadang-kadang
dipandang etis tergantung pada fakta-fakta dan keadaan, atau dipandang selalu etis
(McGee, 2006). Lebih lanjut McGee & Guo (2007) menyatakan bahwa penilaian
etis atau tidak etisnya tindakan kecurangan pajak atas dasar moral dapat dinilai
dari sistem pajak, tarif pajak, keadilan, korupsi pemerintah, atau tidak mendapat
banyak imbalan atas pembayaran pajak, dan kemungkinan terdeteksi oleh fiskus.
Kecurangan pajak dipandang etis atau tidak dapat didasarkan pada
pelanggaran etika yang terjadi. Tujuan atau alasan dari para wajib pajak
melakukan kecurangan pajak dapat dipengaruhi atas berbagai sebab, terutama
berkaitan dengan uang. Ketika seseorang menempatkan kepentingan yang besar
pada uang dan menganggap uang adalah segala-galanya dalam kehidupan, mereka
3
akan merasa bahwa kecurangan pajak adalah tindakan yang etis (Lau et al., 2013).
Individu yang memiliki kecintaan terhadap uang yang tinggi akan lebih
termotivasi untuk melakukan tindakan apapun demi memperoleh uang yang lebih
banyak (Tang & Chiu, 2003).
Setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap uang.
Perbedaan kepentingan terhadap uang akan mempengaruhi sikap seseorang untuk
menempatkan kepentingan yang besar terhadap uang yaitu sikap money ethics.
Seseorang dengan money ethics yang tinggi atau memiliki kecintaan terhadap
uang yang tinggi akan menempatkan kepentingan yang besar pada uang dan akan
menjadi kurang etis dibandingkan dengan orang-orang dengan money ethics yang
rendah (Tang, 2002). Selain itu, beberapa peneliti mengusulkan bahwa cinta uang
adalah akar dari segala kejahatan (Tang & Chiu , 2003; Vitell et al., 2006; Vitell ,
et al., 2007).
Sikap Money ethics dapat ditekan dengan tingkat moralitas yang dimiliki
oleh seseorang. Moralitas berperan sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia
dalam berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat
menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993). Moralitas memberi manusia
aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia
harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana
menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.
Lau et al (2013) meneliti mengenai pengaruh money ethics terhadap
persepsi mengenai etika kecurangan pajak pada mahasiswa akuntansi di Malaysia.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
4
money ethics dengan kecurangan pajak. Temuan tersebut konsisten dengan
penelitian Tang (2002); Tang dan Chiu (2003) yang menunjukkan bahwa perilaku
money ethics seseorang memiliki dampak yang signifikan dan langsung terhadap
perilaku yang tidak etis. Hasil penelitian Lau et al. (2013) lainnya juga
membuktikan bahwa religiusitas intrinsik memoderasi hubungan money ethics
dengan kecurangan pajak, namun religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi
hubungan money ethics dengan kecurangan pajak.
Penelitian Rosianti dan Mangoting (2014) secara empiris mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lau et al (2013) bahwa money ethics memiliki
pengaruh positif terhadap kecurangan pajak, serta religiusitas intrinsik secara
signifikan memoderasi hubungan antara money ethics dengan kecurangan pajak,
sedangkan religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi hubungan antara money ethics
dengan kecurangan pajak. Namun, penelitian Basri (2014) menunjukkan hasil
yang berbeda dimana money ethics berpengaruh negatif terhadap kecurangan
pajak dan secara konsisten juga membuktikan bahwa religiusitas intrinsik
memoderasi hubungan money ethics dengan kecurangan pajak, sementara
religiusitas ekstrinsik tidak memiliki pengaruh dalam hubungan antara money
ethics dengan kecurangan pajak.
Hasil penelitian yang dikemukakan di atas masih saling kontradiksi.
Beberapa temuan menunjukkan bahwa money ethics memiliki pengaruh positif
terhadap kecurangan pajak, namun temuan lainnya menyatakan sebaliknya. Di
Indonesia penelitian mengenai pengaruh money ethics terhadap kecurangan pajak
masih sangat terbatas.
5
Penelitian ini menguji kembali penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Lau et al (2013); Rosianti dan Mongting (2014); dan Basri (2014). Lau et al
(2013) meneliti mengenai pengaruh money ethics terhadap persepsi mengenai
etika kecurangan pajak pada mahasiswa akuntansi di Malaysia. Penelitian Lau et
al (2013) menggunakan variabel money ethics sebagai variabel yang
mempengaruhi kecurangan pajak dengan religiusitas intrinsik dan religiusitas
ekstrinsik sebagai variabel moderasi, sementara itu dengan menggunakan variabel
yang sama Rosianti dan Mongoting (2014) juga meneliti mengenai pengaruh
money ethics terhadap penggelapan pajak pada Wajib Pajak di Surabaya Barat,
sedangkan Basri (2014) meneliti mengenai pengaruh money ethics terhadap
kecurangan pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan yang terdaftar
di KPP Pratama Tampan Pekanbaru Riau. Penelitian Basri (2014) menggunakan
variabel money ethics sebagai variabel yang mempengaruhi kecurangan pajak
dengan gender, religiusitas intrinsik dan religiusitas ekstrinsik sebagai variabel
moderasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Lau et al (2013); Rosianti dan
Mongting (2014); dan Basri (2014) adalah penelitian ini menggunakan variabel
moralitas sebagai variabel moderator yang dapat mempengaruhi sikap Money
ethics terhadap kecurangan pajak. Penelitian ini menggunakan variabel moralitas
dikarenakan moralitas dapat bertindak sebagai pengatur dan petunjuk bagi
manusia dalam berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai manusia yang baik
dan dapat menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993). Seseorang memiliki
moral dasar yang jujur, tidak akan tergoda untuk melakukan perbuatan yang
6
bertentangan dengan hati nuraninya. Penelitian ini tidak menggunakan religiusitas
sebagai variabel moderasi dikarenakan religiusitas merupakan sebuah
kepercayaan kepada Tuhan dengan komitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan oleh Tuhan (McDaniel dan Burnett, 1990) sehingga tingkat
kepercayaan masing-masing individu terhadap ajaran agamanya menjadi sesuatu
yang sangat kompleks untuk diukur. Penelitian ini juga ingin menguji kembali
apakah dengan menggunakan variabel yang sama (money ethics) tetapi sampel,
lokasi, dan keadaan yang berbeda akan memberikan hasil yang konsisten dengan
penelitian Lau et al (2013); Rosianti dan Mongting (2014); dan Basri (2014).
Hal inilah yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini, agar
dapat diperoleh bukti tambahan mengenai bagaimana pengaruh money ethics
terhadap kecurangan pajak dengan menggunakan variabel moderasi moralitas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Money Ethics Terhadap Kecurangan Pajak dengan
Moralitas Sebagai Variabel Moderasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah money ethics berpengaruh terhadap kecurangan pajak ?
2. Apakah moralitas memoderasi hubungan antara money ethics dengan
kecurangan pajak ?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji :
1. Pengaruh money ethics terhadap kecurangan pajak.
2. Pengaruh moralitas dalam memoderasi hubungan antara money ethics
dengan kecurangan pajak.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk:
1. Manfaat Praktis
Bagi Instansi Perpajakan, yaitu KPP Pratama Bengkulu bahwa faktor
perilaku individu dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
tindakan kecurangan pajak dan aparat perpajakan dapat mengambil
langkah pencegahan terhadap perilaku kecurangan pajak, sehingga target
penerimaaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dapat terealisasi.
2. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis dapat dijadikan pedoman, pembelajaran, dan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang
akuntansi, khususnya di bidang akuntansi keperilakuan.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wadah pembelajaran
terutama bagi para mahasiswa sebagai dasar pembanding dalam rangka
melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang kajian ini, serta bagi
8
pihak yang memerlukan referensi yang terkait dengan isi skripsi ini,
baik itu sebagai bacaan atau sebagai literatur.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terarah, oleh
karena itu diperlukan batasan-batasan dalam penelitian. Batasan penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan 3 variabel, yakni variabel dependen
(kecurangan pajak), variabel independen (money ethics) dan variabel moderasi
(moralitas). Penelitian ini menggunakan Wajib Orang Pribadi yang terdaftar di
KPP Pratama Kota Bengkulu sebagai populasi. Pada penelitian ini sikap money
ethics diukur dengan Money Ethics Scale berdasarkan faktor kognitif. Faktor
kognitif yang berhubungan dengan uang meliputi motivator, succes, importance,
dan rich.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Atribusi
Teori Atribusi dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal
forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti
kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external forces) yaitu faktor-
faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan (Lubis, 2010). Luthans (2005) menyatakan bahwa atribusi
mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau
dirinya sendiri. Lebih lanjut, Luthans (2005) menjelaskan bahwa ada dua jenis
atribusi secara umum yaitu atribusi disposisional dan atribusi situasional. Atribusi
disposisional menganggap bahwa perilaku seseorang berasal dari faktor internal
seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan, yang mempengaruhi
kesadaran etis. Atribusi situasional menghubungkan perilaku seseorang dengan
faktor eksternal seperti lingkungan kerja atau pengaruh sosial (tekanan) dari orang
lain.
Moralitas yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang berasal dari
dalam diri dan merupakan ciri kepribadian yang dimiliki individu sehingga dapat
diartikan sebagai atribusi disposisional. Perilaku seseorang terhadap uang dapat
dipengaruhi oleh kekuatan eksternal seperti lingkungan kerja dan pengaruh sosial.
Faktor yang berasal dari luar tersebut akan membuat seseorang memiliki
10
kepentingan yang berbeda terhadap uang. Perbedaan kepentingan terhadap uang
akan mempengaruhi sikap seseorang untuk menempatkan kepentingan yang besar
terhadap uang yaitu sikap money ethics, sehingga hal tersebut dihubungkan
dengan atribusi situasional. Kecintaan terhadap uang yang dimiliki oleh seseorang
akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan pajak dan moralitas
yang berasal dalam diri seseorang diharapkan dapat mengontrol perilaku
seseorang untuk bertindak lebih etis. Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki
moral dasar jujur, tidak akan tergoda untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hati nuraninya.
2.1.2 Kecurangan Pajak
Mardiasmo (2009) mendefinisikan kecurangan pajak (tax evasion) sebagai
usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan
cara melanggar undang-undang. Para wajib pajak mengabaikan ketentuan formal
perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau mengisi data
dengan tidak lengkap dan tidak benar. Oleh karena itu, kecurangan pajak (tax
evasion) mengacu pada tindakan yang tidak benar yang dilakukan oleh wajib
pajak terhadap kewajibannya dalam membayar pajak (Suminarsasi dan Supriyadi,
2011).
Penelitian tentang kecurangan pajak melalui sudut pandang filosofis dimulai
oleh Crowe (1944) dalam Lau et al (2013) kemudian telah ditinjau kembali dan
dikembangkan secara lebih luas oleh McGee (2006). Pada dasarnya terdapat tiga
pandangan mendasar mengenai kecurangan pajak. Pandangan pertama
menyatakan bahwa kecurangan pajak merupakan sesuatu yang dianggap tidak
11
pernah etis. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap orang memiliki
tanggung jawab kepada pemerintah untuk membayar pajak yang telah ditetapkan
oleh pemerintah (Cohn, 1998 ; Smith & Kimball, 1998 ; Tamari, 1998). Oleh
karena itu, setiap individu seharusnya dapat berkontribusi untuk membayar jasa
yang telah disediakan pemerintah dan tidak hanya menjadi individu yang hanya
menikmati keuntungan dari jasa-jasa yang telah disediakan pemerintah (Cohn,
1998 ; Tamari, 1998).
Pandangan kedua, kecurangan pajak dipandang selalu etis (Block, 1993)
dimana individu tidak berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintahan
yang korupsi sehingga pemerintah tidak berhak mengambil apapun dari individu.
Pandangan yang ketiga, kecurangan pajak dipandang sebagai perilaku yang
kadang-kadang etis tergantung pada situasi dan kondisi tertentu (McGee, 2006).
Alasannya, terdapat pandangan bahwa tidak ada kewajiban moral membayar
pajak kepada negara jika pajak tersebut mengakibatkan kenaikan harga barang
untuk konsumen, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Selain itu, alasan yang
mendukung pandangan bahwa kecurangan pajak kadang-kadang etis adalah jika
pemerintah tidak mempergunakan pajak yang terkumpul untuk membiayai
pengeluaran umum negara seperti penyediaan fasilitas publik.
Kecurangan pajak dapat dipandang sebagai tindakan yang paling dibenarkan
apabila sistem pajak dilihat tidak adil, dana pajak yang terkumpul terbuang sia-sia
dan pemerintah mendiskriminasikan beberapa segmen penduduk. Budaya yang
berbeda, perspektif sejarah dan agama semua memiliki pengaruh terhadap
pandangan etis terhadap penggelapan pajak (Nickerson et al., 2009).
12
McGee et al (2008) melakukan penelitian tentang persepsi etika mengenai
penggelapan pajak di Hong Kong dan Amerika Serikat. Dalam penelitian ini,
pendapat yang paling kuat menganggap bahwa penggelapan pajak itu etis jika
pemerintahnya korup, sistem pajaknya tidak adil dan tarif pajaknya tidak
terjangkau. Alasan yang sering diberikan untuk membenarkan kecurangan pajak
atas dasar moral dapat dinilai dari sistem pajak, tarif pajak, keadilan, korupsi
pemerintah, atau tidak mendapat banyak imbalan atas pembayaran pajak, dan
kemungkinan terdeteksi oleh fiskus (McGee & Guo, 2007).
Kecurangan pajak dipandang etis atau tidak dapat didasarkan pada
kemungkinan terdeteksinya kecurangan. Ketika individu menganggap bahwa
kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang
dilakukan rendah, maka individu akan cenderung untuk tidak patuh terhadap
aturan perpajakan, dalam hal ini berati wajib pajak menganggap bahwa tindakan
kecurangan pajak dapat dibenarkan (Ayu dan Hastuti, 2009) dalam Rosianti dan
Mangoting (2014).
2.1.3 Money Ethics
Uang merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari dan seringkali digunakan untuk mengukur keberhasilan. Rubenstein
(1981) dalam (Elias & Faraq, 2010) berpendapat bahwa di Amerika Serikat
keberhasilan seseorang diukur dengan uang dan pendapatan, sedangkan dalam
sebuah studi oleh Mitchell & Mickel (1999) uang sangat berhubungan penting
dengan kepribadian individu dan merupakan variabel sikap.
13
Perbedaan akan interprestasi uang yang berbeda, pada akhirnya menemukan
suatu konsep dimana Tang (1992) memperkenalkan konsep cinta uang (love of
money) untuk literatur psikologis. Konsep tersebut mengukur perasaan subjektif
seseorang terhadap uang. Love of Money ini merupakan subset dari money ethics
yang dapat dianalisis dengan dan diukur dengan menggunakan Money Ethics
Scale (MES). Money ethics adalah makna dan pentingnya uang dan perilaku
personal seseorang terhadap uang (Tang dan Luna-Arocas, 2004) dalam Rosianti
dan Mangoting (2014). Menurut Basri (2014) money ethics adalah pandangan
seseorang terhadap uang. Seseorang yang memiliki money ethics yang tinggi atau
disebut juga dengan cinta uang, maka mereka akan meletakkan kepentingan yang
lebih tinggi terhadap uang dan secara etika kurang peka dibandingkan orang yang
memiliki money ethics yang rendah. (Tang, 2002).
Menurut Tang & Chiu (2003) seseorang yang memiliki kecintaan terhadap
uang yang tinggi akan lebih termotivasi untuk melakukan tindakan apapun demi
memperoleh uang yang lebih banyak. Seseorang yang memiliki kecintaan
terhadap uang yang tinggi secara mental lebih banyak akan terlibat dalam perilaku
tidak etis dalam organisasi dari pada orang-orang yang memiliki kecintaan yang
rendah terhadap uang. Selain itu, beberapa peneliti mengusulkan bahwa cinta
uang adalah akar dari segala kejahatan (Tang & Chiu , 2003; Vitell et al., 2006;
Vitell , et al., 2007).
Tang & Chiu (2003) berteori bahwa cinta uang sangat terkait dengan konsep
ketamakan. Mereka menemukan bahwa karyawan Hong Kong dengan tingkat
cinta uang yang tinggi kurang memuaskan dalam bekerja dibandingkan dengan
14
rekan-rekan mereka. Chen dan Tang (2006) dalam Basri (2014) menyatakan
bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis. Bahkan,
Tang & Chiu (2003) juga menemukan hubungan langsung antara money ethics
dengan perilaku tidak etis di antara karyawan profesional di Hong Kong.
Sikap money ethics dapat dianalisis dan diukur dengan menggunakan Money
Ethics Scale (MES). Tang (2002) telah mengembangkan Money Ethics Scale
berdasarkan faktor afektif, perilaku, dan kognitif. Menurut Tang (2002) faktor
kognitif yang berhubungan dengan seberapa pentingnya uang dibagi menjadi
empat yaitu :
1. Motivator
Orang-orang bekerja untuk menghasilkan uang akan tetapi mereka bekerja
lebih keras untuk meningkatkan kehidupan pribadi mereka (Nkundabanyanga, et
al 2011). Dalam hal ini uang dapat dipandang sebagai motivator dalam kehidupan
seseorang dan penggerak untuk pencapaian tujuan (Gupta & Shaw, 1998).
Menurut Tang & Chiu (2003), sesorang yang sangat mencintai uang termotivasi
untuk melakukan apa saja agar dapat menghasilkan lebih banyak uang
2. Success
Kesuksesan seseorang dapat diangggap sebagai indikator dalam level status
sosial. Rubenstein (1981) dalam (Elias & Faraq, 2010) berpendapat bahwa di
Amerika Serikat kesuksesan seseorang diukur dengan uang dan pendapatan.
Kesuksesan mewakili pandangan orang-orang bahwa obsesi terhadap uang
merupakan tanda kesuksesan (Furnham & Argyle, 1998 dalam Tang, 2002).
15
3. Importance
Uang dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia
(Mitchell & Mickel, 1999). Uang dianggap sebagai hal yang berharga dan
menarik (Tang, 2002) karena dengan uang mereka dapat meningkatkan gaya
hidup, status sosial, dan kepuasaan individu.
4. Rich
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang ingin menjadi kaya dan
mempunyai banyak uang (Tang & Chiu, 2003). Oleh karena itu, dengan menjadi
kaya hidup seseorang akan menjadi lebih nyaman. Lebih baik menjadi kaya
daripada miskin karena dengan uang dapat memenuhi segala kebutuhan seseorang
(Tang & Chiu, 2003).
2.1.4 Moralitas
Menurut Salam (2002), moral berasal dari kata latin mores. Mores berasal
dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Berarti moral dapat
diartikan sebagai ajaran kesusilaan, yang memuat ajaran tentang baik buruknya
perbuatan. Jadi, perbuatan itu dinilai sebagai perbuatan yang baik atau perbuatan
yang buruk dan penilaian itu menyangkut perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja. Menurut Bertens (2002) moralitas (dari kata sifat latin moralis)
mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk
(Bertens, 2002).
Menurut Budiningsih (2004), moralitas terjadi apabila orang mengambil
yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan
16
karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik
yang betul-betul tanpa pamrih. Moralitas juga berperan sebagai pengatur dan
petunjuk bagi manusia dalam berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai
manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993).
Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia
harus hidup, bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang
baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Oleh karena
itu, manusia dapat dikatakan tidak bermoral jika ia tidak sesuai dengan moralitas
yang berlaku.
Pada dasarnya moralitas adalah percaya tentang adanya suatu keadaan yang
adil dan bermoral (Miller, 2002). Menurut Stanford Encyclopedia filsafat dan
Wikipedia dalam Elci et al (2011) istilah moralitas memiliki tiga makna yang
utama. Pertama dalam makna deskriptif, moralitas berarti kode etik yang dianggap
sebagai hal yang benar dan salah. Kedua, dalam pengertian normatif dan
universal, moralitas mengacu pada kode etik yang ideal, dimana moralitas ada
sebagai alternatif untuk semua orang, terutama ketika berada dalam kondisi-
kondisi tertentu. Kemudian dalam pengertian yang ketiga, moralitas sangat identik
dengan etika. Menurut Deigh (1995), etika merupakan suatu filosofis dari
moralitas. Istilah etika juga sering digunakan secara bergantian dengan moralitas
dan secara lebih sempit dapat diartikan bahwa prinsip-prinsip moral berasal dari
tradisi tertentu, kelompok, atau individu.
17
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan pengujian mengenai money
ethics, moralitas, dan gender dengan berbagai variasi variabel dependen. Berikut
hasil beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian mengenai
pengaruh money ethics terhadap kecurangan pajak :
1. Lau et al (2013) dengan judul penelitian “The Moderating Effect of
Religiosity in the Relationship between Money Ethics and Tax Evasion”.
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh money ethic terhadap persepsi
mengenai etika penggelapan pajak pada mahasiswa akuntansi di Malaysia.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa money ethics berpengaruh positif
terhadap kecurangan pajak (tax evasion). Selain itu, hasil penelitian Lau et
al (2013) lainnya menunjukkan bahwa religiusitas intrinsik berpengaruh
dalam hubungan antara money ethics dengan kecurangan pajak, namun
religiusitas ekstrinsik tidak memiliki pengaruh dalam hubungan money
ethics dan kecurangan pajak sebagai variabel moderasi.
2. Basri (2014) dengan judul penelitian “Efek Moderasi Religuisitas dan
Gender Terhadap Hubungan Etika Uang (Money Ethics) dan Kecurangan
Pajak (Tax Evasion)”. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak
Orang Pribadi Non Karyawan yang terdaftar di KPP Pratama Tampan
Pekanbaru Riau. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa money ethics
memiliki pengaruh terhadap kecuragan pajak (tax evasion), sedangkan
religiusitas intrinsik dan gender memoderasi hubungan money ethics
18
dengan kecurangan pajak akan tetapi religiusitas ektrinsik bukan menjadi
moderator dalam hubungan ini.
3. Rosianti dan Mangoting (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Money
Ethics terhadap Tax Evasion dengan Intrinsic dan Extrinsic Religiosity
sebagai Variabel Moderating”. Adapun sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha di Surabaya Barat. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa money
ethics berpengaruh terhadap tax evasion, sedangkan intrinsic religiosity
secara signifikan memoderasi hubungan diantara money ethics dengan tax
evasion, akan tetapi extrinsic religiosity tidak memoderasi hubungan
diantara money ethics dan tax evasion.
Hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Penulis Metode penelitian Hasil Penelitian
1. Lau et al (2013) 1. Variabel independen:
Money etics
2. Variabel dependen:
Kecurangan pajak
3. Variabel moderasi
Religiusitas intrinsik
dan religiusitas
ekstrinsik
4. Alat analisis:
Regresi linier
sederhana dan
moderate regression
analysis (MRA)
Money ethics
berpengaruh positif
terhadap kecurangan
pajak (tax evasion).
Sedangkan religiusitas
intrinsik berpengaruh
dalam hubungan antara
money ethics dan
kecurangan pajak,
namun religiusitas
ekstrinsik tidak memiliki
pengaruh dalam
hubungan money ethics
dan kecurangan pajak
19
sebagai variabel
moderasi
2. Basri (2014) 1. Variabel independen:
Money etics
2. Variabel dependen:
Kecurangan pajak
3. Variabel moderasi
Religiusitas intrinsik,
religiusitas ekstrinsik
dan gender
4. Alat analisis:
Regresi linier
sederhana dan
moderate regression
analysis (MRA)
Etika Uang (money
ethics) berpengaruh
negatif terhadap
kecuragan pajak (tax
evasion). Sedangkan
religiusitas intrinsik dan
gender memoderasi
hubungan money ethics
dengan kecurangan pajak
akan tetapi religiusitas
ektrinsik bukan sebagai
moderator dalam
hubungan ini.
3. Rosianti dan
Mangoting
(2014)
1. Variabel independen:
Money etics
2. Variabel dependen:
Penggelapan pajak
3. Variabel moderasi
Religiusitas intrinsik
dan religiusitas
ekstrinsik
4. Alat analisis:
Regresi linier
sederhana dan
moderate regression
analysis (MRA)
Money ethics
berpengaruh positif
terhadap penggelapan
pajak. Sedangkan
intrinsic religiosity
secara signifikan
memoderasi hubungan
diantara money ethics
dengan penggelapan
pajak, akan tetapi
extrinsic religiosity tidak
memoderasi hubungan
diantara money ethics
dengan penggelapan
pajak
20
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Money ethics dan Kecurangan Pajak
Uang merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari dan seringkali digunakan untuk mengukur keberhasilan. Setiap
individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap uang. Perbedaan
kepentingan terhadap uang akan mempengaruhi sikap seseorang untuk
menempatkan kepentingan yang besar terhadap uang yaitu sikap money ethics.
Seseorang dengan money ethics yang tinggi atau memiliki kecintaan
terhadap uang yang tinggi akan menempatkan kepentingan yang besar pada uang
dan akan menjadi kurang etis dibandingkan dengan orang-orang dengan money
ethics yang rendah (Tang, 2002). Seseorang yang menempatkan kepentingan
besar terhadap uang menganggap bahwa dengan memiliki banyak uang mereka
akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik serta dapat meningkatkan standar
kehidupan atau status sosial yang dimilikinya. Kecintaan mereka terhadap uang
memotivasi mereka untuk terlibat dalam perilaku tidak etis (Tang, 2002).
Hasil penelitian Lau et al (2013) membuktikan bahwa money ethics
memiliki hubungan yang positif terhadap kecurangan pajak. Namun penelitian
yang dilakukan Basri (2014) menunjukan bahwa money ethics berpengaruh
negatif terhadap kecurangan pajak. Sementara itu, penelitian Rosianti dan
Mangoting (2014) secara konsisten mendukung penelitian Lau et al (2013) yang
membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara money ethics dengan
kecurangan pajak.
21
Hasil tersebut konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Tang
(2002); Tang & Chiu (2003) yang menunjukkan bahwa money ethics memiliki
dampak yang signifikan dan langsung terhadap perilaku yang tidak etis.
Seseorang yang sangat termotivasi oleh uang akan memiliki kepentingan yang
besar terhadap uang dan memandang bahwa kecurangan pajak merupakan
tindakan yang dapat diterima atau tindakan yang etis untuk dilakukan. Semakin
tinggi money ethics, maka akan semakin besar kemungkinan individu melakukan
tindakan kecurangan pajak (tax evasion).
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah :
H1 : Money ethics berpengaruh terhadap kecurangan pajak
2.3.2 Moralits Memoderasi Hubungan Antara Money Ethics dengan
Kecurangan Pajak
Moralitas merupakan suatu hal yang mempengaruhi perilaku seorang
individu. Hal ini dikarenakan moralitas merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tindakan dan perilaku seseorang. Moralitas memberi manusia
aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia
harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana
menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.
Penelitian Wilopo (2006) menunjukkan bahwa moralitas manajemen
berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Aranta
(2013) membuktikan bahwa moralitas berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
22
rendah moral individu, maka kecenderungan untuk melakukan kecurangan akan
semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.
Moralitas yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang berasal dari
dalam diri dan merupakan ciri kepribadian yang dimiliki individu, sehingga akan
berdampak langsung dalam mempengaruhi kesadaran etisnya. Semakin tinggi
tahapan moralitas individu, semakin individu memperhatikan kepentingan yang
lebih luas dan universal daripada kepentingan pribadinya.
Menurut teori atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider (Lubis, 2010)
menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat ditentukan oleh kombinasi kekuatan
internal dan eksternal, dimana moralitas yang dimiliki seseorang merupakan
sesuatu yang berasal dari dalam diri dan merupakan ciri kepribadian yang dimiliki
individu sehingga dapat diartikan sebagai atribusi disposisional. Kecintaan
terhadap uang yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi seseorang untuk
melakukan kecurangan pajak dan moralitas yang berasal dalam diri seseorang
diharapkan dapat mengontrol perilaku seseorang untuk bertindak lebih etis. Oleh
karena itu dengan adanya moralitas yang tinggi dalam diri individu, maka dapat
memberikan pengaruh terhadap hubungan antara money ethics dengan kecurangan
pajak. Moralitas berperan sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam
berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat
menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993). Sikap money ethics memiliki
dampak langsung terhadap perilaku tidak etis (Tang, 2002; dan Tang & Chiu,
2003). Oleh karena itu, dengan sikap moralitas yang tinggi, individu akan
23
memandang kecurangan pajak sebagai perilaku yang tidak etis dalam hubungan
antara money ethics dan kecurangan pajak.
Sikap money ethics yang tinggi akan mendorong seseorang memiliki
kepentingan besar terhadap uang dan menganggap bahwa dengan memiliki
banyak uang mereka akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik serta dapat
meningkatkan standar kehidupan atau status sosial yang dimilikinya. Kecintaan
mereka terhadap uang memotivasi mereka untuk terlibat dalam perilaku tidak etis
(Tang, 2002). Adanya moralitas yang tinggi dalam diri individu, maka dapat
memberikan pengaruh terhadap hubungan antara money ethics dengan kecurangan
pajak. Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki moralitas yang tinggi, tidak
akan tergoda untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati
nuraninya.
Berdasarkan uraian di atas, maka maka hipotesis yang diajukan adalah :
H2 : Moralitas memoderasi hubungan antara money ethics dengan
kecurangan pajak
2.4 Kerangka Penelitian
Penelitian ini ingin menguji pengaruh Money ethics (X1) terhadap
kecurangan pajak (Y) dengan (X2) sebagai variabel moderasi. Berdasarkan
pengembangan hipotesis sebelumnya maka model kerangka teoritis ditunjukkan
oleh gambar berikut ini:
24
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Kecurangan Pajak (Y)
Moralitas (X2)
Money ethics (X1)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kuantitatif dengan metode
survey, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut
dengan menggunakan kuesioner. Jenis penelitian ini disebut kausatif yaitu
hubungan yang bersifat sebab akibat yang menggambarkan fakta-fakta yang
terjadi secara jelas dan melihat pengaruh dari masing-masing variabel penyebab
dan variabel terikat (Sugiyono, 2012).
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Independen
3.2.1.1 Money ethics
Money ethics adalah makna dan pentingnya uang dan perilaku personal
seseorang terhadap uang (Tang dan Luna-Arocas, 2004) dalam Rosianti dan
Mangoting (2014). Seseorang yang memiliki money ethics yang tinggi atau
disebut juga dengan cinta uang, maka mereka akan meletakkan kepentingan yang
lebih tinggi terhadap uang dan secara etika kurang peka dibandingkan orang yang
memiliki money ethics yang rendah (Tang, 2002).
Money ethics diukur dengan Money Ethic Scale (MES) yang
dikembangkan oleh Tang (1992) yang digunakan untuk mengukur cinta uang.
Setiap item pertanyaan dalam variabel love of money telah disesuaikan kembali
26
oleh peneliti berdasarkan instrumen Money Ethic Scale (MES). Skala ini
mengukur makna etis bagaimana seseorang dalam menilai uang. Pertanyaan akan
diukur menggunakan 5 skala likert, dengan poin 1 (satu) menyatakan sangat tidak
setuju (STS) sedangkan poin 5 (lima) menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan
jawaban responden, poin 1 (satu) menunjukkan kepentingan uang sangat rendah
dan poin 5 (lima) Kepentingan terhadap uang sangat tinggi.
3.2.2 Variabel Moderasi
3.2.2.1 Moralitas
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002). Variabel moralitas diukur
dengan menggunakan instrumen yang diadopsi dari skala pengembangan oleh
Miller et al (2002) dengan menggunakan item pertanyaan dari MWEP
(Multidimension Work Ethic Profile) yang salah satu konsepnya mengukur
moralitas. Setiap item pertanyaan dalam variabel ini telah disesuaikan kembali
oleh peneliti berdasarkan instrumen MWEP (Multidimension Work Ethic Profile).
Pertanyaan diukur dengan skala likert, dengan poin 1 (satu) menyatakan
sangat tidak setuju (STS) sedangkan poin 5 (lima) sangat setuju (SS). Berdasarkan
jawaban responden, poin terendah menunjukkan moralitas yang rendah dan poin 5
(lima) menunjukkan menunjukkan tingkat moralitas yang tinggi.
27
3.2.3 Variabel Dependen
3.2.3.1 Kecurangan Pajak
Definisi operasional dari kecurangan pajak ini adalah pandangan wajib
pajak mengenai etis atau tidaknya praktik kecurangan pajak berdasarkan sistem
pajak, pemanfaatan dana pajak, keadilan, dan kemungkinan terdeteksi (McGee
dan Guo, 2007). Variabel kecurangan pajak diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh McGee dan Guo (2007) dengan
menggunakan 9 (sembilan) item pertanyaan.
Pertanyaan diukur dengan skala likert, dengan poin 1 (satu) sangat tidak
setuju sedangkan poin 5 (lima) sangat setuju. Berdasarkan jawaban responden,
poin terendah menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kecurangan pajak dan poin
5 (lima) menunjukkan penerimaan terhadap kecurangan pajak.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi (population) adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau
hal mana yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki kegiatan usaha
dan terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bengkulu dengan jumlah
populasi sebanyak 9.768 orang wajib pajak. Sementara itu, sampel (sample)
adalah subkelompok atau sebagian dari suatu populasi (Sekaran, 2006).
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non
probability dengan pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
Slovin (Indriantoro dan Soepomo, 2002). Tahapan pemilihan sampel ini dilakukan
28
dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah populasi penelitian, setelah jumlah
populasi telah diketahui maka selanjutnya mencari jumlah sampel minimum yang
dibutuhkan yaitu :
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolelir yaitu 10% (pupulasi yang besar).
Dibulatkan menjadi 99, artinya jumlah sampel minimal adalah berjumlah 99
orang. Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan berjumlah 99 orang, namun
penentuan banyaknya jumlah sampel akan ditentukan berdasarkan lamanya tahap
pengumpulan data yang dilakukakan oleh peneliti yaitu 10 hari lamanya. Apabila
jumlah sampel melebihi jumlah minimal sampel menurut perhitungan rumus
Slovins, maka jumlah sampel yang digunakan hanya akan berdasarkan lamanya
tahap pengumpulan data yang telah ditentukan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
survey melalui kuesioner. Metode survey merupakan metode pengumpulan data
primer yang menggunakan pernyataan lisan dan tertulis, sedangkan kuesioner
29
merupakan suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden dengan harapan mereka akan memberikan respon terhadap
daftar pertanyaan tersebut.
Pada penelitian ini, kuesioner dipilih sebagai teknik pengumpulan data
yang dianggap paling cocok diterapkan. Teknik ini memberikan tanggung jawab
kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Kuesioner dalam
penelitian ini dibagikan secara personal (Personality administered
questionnaires). Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mendatangani satu
persatu calon responden, mengecek apakah calon memenuhi persyaratan sebagai
calon responden, lalu menyatakan kesediaan untuk mengisi kuesioner dan
menunggu responden untuk mengisi kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini
disusun berdasarkan variabel yang akan diuji, yaitu money ethics dan moralitas
sebagai variabel moderasi yang akan mempengaruhi kecurangan pajak.
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer
yaitu SPSS (Statistical Package for social Science) versi 16. Ada beberapa teknik
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
3.5.1 Uji Kualitas Data
3.5.1.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
30
dalam penelitian ini menggunakan coefficient corelation pearson yaitu dengan
menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total
skor. Data dikatakan valid apabila korelasi antar skor masing-masing butir
pernyataan dengan total skor setiap konstruknya signifikan pada 0,05 atau 0,01
maka pernyataan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013).
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,70 (Nunnally,
1994 dalam Ghozali, 2013).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan pengujian asumsi residual yang berdistribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah dimana model
yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas akan
terpenuhi apabila sampel yang digunakan lebih dari 30, untuk mengetahui
normalitas distribusi data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik,
yaitu menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat signifikan 5%.
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
31
1. Jika nilai Sig ≥ 0,05 maka dikatakan berdistribusi normal.
2. Jika nilai Sig < 0,05 maka dikatakan berdistribusi tidak normal.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi maka digunakan
penilaian Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance Value. Model regresi
dikatakan mengalami multikolinearitas jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari rasidual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan uji
Glesjer. Jika probabilitas signifikan masing-masing variabel independen > 0.05,
maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi
(Ghozali, 2013). Uji ini dilakukan dengan meregresikan variabel independen
terhadap nilai absolut residualnya.
3.5.3 Alat Analisis Data
Metode statistik yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana (single regression)
32
dan uji interaksi atau MRA (Moderated Regresion Analysis). Adapun pengujian
terhadap hipotesis 1 menggunakan model regresi linier sederhana yang diuji pada
persamaan (1), hipotesis 2 menggunakan MRA (Moderated Regresion Analysis).
Untuk menguji hipotesis kedua digunakan persamaan (2) dan persamaan (3).
Untuk menguji pengaruh money ethics terhadap kecurangan pajak dengan variabel
moderasi moralitas digunakan model persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2013):
Keterangan:
Y = Kecurangan Pajak
α = Konstanta
b1,...b3 = Koefisien regresi
X1 = Money ethics
X2 = Moralitas
X1X2 = Interaksi antara Money ethics dan Moralitas
e1,....e3 = Error
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Penetapan untuk mengetahui gambaran bagaimana pengaruh variabel
independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel tidak bebas)
dilakukan uji model. Uji model dibutuhkan agar interprestasi hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen tidak keliru atau analisis pengaruh
varibel independen terhadap variabel dependen dapat dengan benar dilakukan.
Untuk dapat mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian
ini telah sesuai dan layak digunakan, maka dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi F dengan taraf signifikansi yang digunakan adalah 0.05, dengan
kriteria pengambilan keputusan apabila probabilitas (signifikansi) > 0.05 maka
33
artinya model yang digunakan tidak fit (model tidak sesuai), sebaliknya apabila
probabilitas <0.05 artinya model yang digunakan fit (layak diuji).
Pengukuran untuk mengetahui kebenaran hubungan dari model yang
dipakai dan untuk menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran
dari variabel independent yang mempengaruhi variabel dependen, maka dilakukan
dengan melihat nilai R square. Besarnya nilai R2
adalah 0 ≤ R2 ≤1, di mana
semakin mendekati 1 berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin
dekat hubungan antar variabel independent dengan variabel dependent, demikian
sebaliknya (Ghozali, 2005).
Pengujian untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen juga dilakukan dengan melihat nilai
probabilitasnya (signifikansi), dimana apabila nilai signifikan t < 0,05, maka itu
artinya variabel independen berpengaruh terhadap dependen, sebaliknya apabila
nilai signifikan t > 0,05 itu berarti variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian studi lapangan yang
dimulai dari statistik deskriptif yang berhubungan dengan data penelitian
(meliputi gambaran umum responden, variabel penelitian, uji kualitas data, uji
normalitas, dan asumsi klasik); hasil pengujian hipotesis dan pembahasan
terhadap uji hipotesis yang diuji secara statistik dengan menggunakan program
pengolahan data SPSS versi.16.0.
4.1 Deskriptif Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 9.768 wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha yang terdaftar di KPP Pratama Kota Bengkulu, dengan
tahap pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 26 Januari 2016 sampai tanggal
4 Februari 2016 dan didapatkan sampel sebanyak 115 responden. Pemilihan
sampel dilakukan dengan mendatangi langsung satu persatu calon responden yang
memiliki kegiatan usaha dan mengecek apakah calon responden memenuhi
persyaratan sebagai responden. Pendistribusian kuesioner dilakukan dengan cara
mengantarkan langsung kuesioner kepada para responden. Secara lebih rinci
mengenai deskriptif data penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
35
Tabel 4.1
Data Penelitian
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang didistribusikan 115 Kuesioner 100 %
Kuesioner yang kembali 115 Kuesioner 100 %
Kuesioner yang tidak bisa diolah 5 Kuesioner 4,35 %
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian 110 Kuesioner 95,65 %
Sumber : Data Primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah kuesioner yang
didistribusikan kepada responden sebanyak 115 kuesioner. Alasan 115 kuesioner
yang disebarkan adalah melalui pertimbangan lamanya tahap pengumpulan data
yang dilakukan peneliti sehingga jumlah kuesioner yang didistribusikan sebanyak
115 kuesioner, dan kuesioner yang kembali sebanyak 115 kuesioner atau sebesar
100 %. Dari 115 kuesioner tersebut sebanyak 110 atau sebesar 95,65 % kuesioner
bisa diolah untuk menjadi data penelitian, sedangkan sisanya sebanyak 5
kuesioner atau sebesar 4,35 % tidak dapat diolah, karena pengisian jawaban pada
kuesioner tidak tertera secara lengkap dan terdapat jawaban ganda dari responden
pada item pertanyaan.
Responden dalam penelitian ini lebih didominasi oleh responden laki-laki
yaitu sebanyak 67 responden atau sebesar 60,9%. Sebagian besar responden
berumur 45-55 tahun yaitu sebanyak 37 orang atau sebesar 33,64% dan mayoritas
memiliki latar belakang pendidikan SMA sebanyak 73 orang atau sebesar 66,36%.
Dilihat dari jenis pekerjaan, sebanyak 91 orang responden atau 82,73% memiliki
pekerjaan sebagai wirausaha saja, sebanyak 5 orang responden atau 4,55 %
memiliki pekerjaan sebagai karyawan dan memiliki kegiatan usaha, sedangkan
36
sisanya sebanyak 14 orang responden memiliki pekerjaan sebagai PNS dan
memiliki kegiatan usaha. Dilihat dari bidang usaha yang dijalankan sebanyak 58
orang responden atau 52,73 % menjalankan bidang usaha dagang, sebanyak 36
orang responden atau 32,73 % menjalankan bidang usaha jasa, dan sisanya
sebanyak 16 orang responden atau 14,55 % menjalankan bidang usaha industri.
Jika dilihat dari lamanya usaha yang berjalan, sebagian besar responden telah
menjalankan usaha selama 5-10 tahun sebanyak 47 orang atau sebesar 42,72 %.
Adapun profil 110 responden dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2
Profil Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
110
67
43
100 %
60.9 %
39,1 %
Umur
25 – 35 tahun
35 – 45 tahun
45 – 55 tahun
>55 tahun
110
13
32
37
28
100%
11,82%
29,09%
33,64%
25,45%
Tingkat Pendidikan
SLTP
SMA
S1
110
4
73
33
100 %
3,64 %
66,36 %
30 %
Pekerjaan
Wirausaha Saja
Karyawan dan Memiliki Kegiatan Usaha
PNS dan Memiliki Kegiatan Usaha
110
91
5
14
100%
82,73%
4,55%
12,73%
Bidang Usaha
Dagang
Jasa
Industri
110
58
36
16
100%
52,73%
32,73%
14,55%
Lama Usaha Berjalan
< 1 tahun
1 – 5 tahun
5 – 10 tahun
>10 tahun
110
12
34
47
17
100 %
10,90 %
30,90 %
42,72 %
15,45 %
Sumber : Data Primer diolah, 2016
37
4.2 Statistik Deskriptif Penelitian
Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian dalam penelitian ini
seperti kecurangan pajak, money ethics, dan moralitas maka digunakan tabel
statistik deskriptif yang menunjukkan angka kisaran teoritis, kisaran
sesungguhnya (aktual), median, rata-rata (mean) dan standar deviasi yang dapat
dilihat dalam tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Variabel Rentang
Teoritis
Rata-rata
Teoritis
Rentang
Aktual
Rata-rata
Aktual
Standar
devasi
Kecurangan Pajak 9 – 45 27 10 – 45 27,6091 10,46716
Money Ethics 12 – 60 36 14 – 60 36,9000 13,66973
Moralitas 7 – 35 21 19 – 35 28,0818 3,79554
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, variabel kecurangan pajak diukur dengan
menggunakan 9 butir item pernyataan dengan menggunakan 5 poin skala likert
yaitu 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Variabel kecurangan pajak
mempunyai bobot kisaran teoritis sebesar 9 sampai dengan 45 dengan nilai rata-
rata sebesar 27, sedangkan pada kisaran sesungguhnya, mempunyai bobot kisaran
sebesar 10 sampai dengan 45 dengan nilai rata-rata aktual sebesar 27,6091 dan
standar deviasi sebesar 10,46716. Nilai rata-rata jawaban variabel kecurangan
pajak untuk kisaran sesungguhnya hampir sama dengan nilai rata-rata kisaran
teoritis. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian responden menganggap
kecurangan pajak adalah etis dan sebagian lain manganggap bahwa kecurangan
pajak adalah tidak etis. Nilai standar deviasi sebesar 10,46716 yang jika
dibandingkan dengan rata-rata jawaban 27,6091 adalah sebesar 37,91% (>20%),
38
menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel kecurangan pajak
cenderung beragam.
Variabel money ethics diukur dengan menggunakan 12 butir item
pernyataan dengan menggunakan 5 poin skala likert yaitu 1 (sangat tidak setuju)
dan 5 (sangat setuju). Variabel money ethics mempunyai bobot kisaran teoritis
sebesar 12 sampai dengan 60 dengan nilai rata-rata sebesar 36, sedangkan pada
kisaran sesungguhnya, mempunyai bobot kisaran sebesar 14 sampai dengan 60
dengan nilai rata-rata sebesar 36,9000 dan standar deviasi 13,66973. Nilai rata-
rata jawaban variabel money ethics untuk kisaran sesungguhnya hampir sama
dengan nilai rata-rata kisaran teoritis. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian
responden memiliki sikap money ethics tinggi dan sebagian lain dalam kategori
memiliki sikap money ethics rendah. Nilai standar deviasi sebesar 13,66973 yang
jika dibandingkan dengan rata-rata jawaban 36,9000 adalah sebesar 37,04 %
(>20%), menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel money ethics
cenderung beragam.
Variabel moralitas diukur dengan menggunakan 7 butir item pernyataan
dengan menggunakan 5 poin skala likert yaitu 1 (sangat tidak setuju) dan 5
(sangat setuju). Variabel moralitas mempunyai bobot kisaran teoritis sebesar 7
sampai dengan 35 dengan nilai rata-rata sebesar 21, sedangkan pada kisaran
sesungguhnya, mempunyai bobot kisaran sebesar 19 sampai dengan 35 dengan
nilai rata-rata sebesar 28,0818 dan standar deviasi sebesar 3,79554. Nilai rata-rata
jawaban variabel moralitas untuk kisaran sesungguhnya di atas nilai rata-rata
kisaran teoritis. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung memiliki
39
tingkat moralitas yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 3,79554 yang jika
dibandingkan dengan rata-rata jawaban 28,0818 adalah sebesar 13,51 % (< 20%),
menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel money ethics cenderung
homogen.
4.3 Hasil Uji Kualitas Data
4.3.1 Hasil Uji Validitas Data
Untuk menguji validitas dari suatu data penelitian dapat menggunakan
analisis pearson correlation dimana jika total dari analisis menunjukkan nilai <
0,01 atau < 0,05 maka data dikatakan valid. Hasil Pengujian validitas data dapat
dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Data
No Variabel Pearson Correlation
Signifikan Keterangan
1 Kecurangan Pajak 0,863**- 0,896** 0,000 – 0,000 Valid
2 Money Ethics 0,792**- 0,903** 0,000 – 0,000 Valid
3 Moralitas 0,611** -0,770** 0,000 – 0,000 Valid
Sumber : Data diolah, 2016
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa korelasi antara masing-masing
skor butir pertanyaan terhadap total skor variabel menunjukkan hasil signifikan
dibawah 0,01 yaitu bernilai 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing
butir pertanyaan pada setiap variabel konstruk penelitian adalah valid.
4.3.1 Hasil Uji Reliabilitas Data
Tingkat reliabel suatu variabel atau konstruk penelitian dapat dilihat dari
hasil uji statistik Cronbach Alpha (α). Variabel atau konstuk dikatakan reliabel
jika nilai Cronbach Alpha >0,70. Semakin nilai alpha mendekati satu maka nilai
40
reliabilitas datanya semakin terpercaya. Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat
pada tabel 4.5 dibawah ini .
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Nilai Cronbach Alpha Keterangan
1 Kecurangan Pajak 0,963 Reliabel
2 Money Ethics 0,967 Reliabel
3 Moralitas 0,820 Reliabel
Sumber : Data diolah, 2016
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa semua variabel yaitu kecurangan pajak,
money ethics dan moralitas dikatakan reliabel. Hal ini terlihat dari nilai Cronbach
Alpha yang > 0,70. Sehingga tidak terjadi masalah pada uji reliabilitasnya.
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.4.1 Hasil Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan One Sample
Kolmogorof-Smirnov Test. Pengujian data berdistribusi normal jika nilai Asymp
Sig (2-tailed) yang dihasilkan lebih besar dari nilai alpha yaitu sebesar 0,05 (5 %).
Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas data
Variabel Asymp Sig (2-tailed) Keterangan
Kecurangan Pajak 0,091 Normal
Money Ethics 0,217 Normal
Moralitas 0,142 Normal
Sumber : Data diolah, 2016
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa semua variabel yaitu kecurangan pajak,
money ethics dan moralitas memiliki nilai Asymp Sig lebih dari 0,05 , sehingga
data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.
41
4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Apabila nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 maka terjadi
multikolinearitas, sebaliknya tidak terjadi multikolinearitas antara variabel apabila
nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collenearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
Persamaan 2 : Money Ethics Moralitas
0,930 0,930
1,075 1,075
Bebas
Multikolinearitas
Persamaan 3 : Money Ethics Moralitas Moderasi (X1*X2)
0,015 0,102 0,011
68,217 9,769
89,584
Terjadi
Multikolinearitas
Sumber : Data diolah, 2016
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa pada persamaan kedua, semua variabelnya
yaitu money ethics dan moralitas memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF <
10, sehingga semua variabel pada persamaan 2 bebas dari masalah
multikolinearitas. Pada persamaan ketiga untuk semua variabelnya yaitu money
ethics, moralitas, dan variabel moderasi antara money ethics dengan moralitas
memiliki nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, sehingga semua variabel
dalam persamaan 3 terjadi masalah multikolinearitas.
42
Berdasarkan tabel 4.7 terjadi masalah multikolinearitas pada persamaan
ketiga, sehingga agar penelitian ini dapat dilanjutkan maka masalah
multikolinearitas harus dapat diatasi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
multikolinearitas adalah dengan menggunakan data center. Penggunaan data
center adalah dengan cara mengurangkan setiap item variabel dengan rata-ratanya.
Hasil pengobatan masalah Multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah
ini :
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Multikolinearitas dengan Data Center
Variabel Collenearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
Persamaan 3 : Money Ethics Moralitas Moderasi (X1*X2)
0,815 0,922 0,845
1,227 1,085 1,184
Bebas
Multikolinearitas
Sumber : Data diolah, 2016
4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
tabel 4.9 dibawah ini :
43
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Signifikansi Keterangan
Persamaan 2: Money Ethics Moralitas
0,052
0,553
Bebas
Heteroskedastisitas
Persamaan 3 : Money Ethics Moralitas Moderasi (X1*X2)
0,143
0,391
0,204
Bebas
Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah, 2016
Dari tabel 4.9 terlihat bahwa untuk persamaan kedua dan persamaan ketiga
untuk semua variabel memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05, sehingga tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel money ethics
(variabel independen) berpengaruh terhadap kecurangan pajak (variabel
dependen) yang dimoderasi oleh variabel moralitas, dan untuk mengetahui apakah
model regresi yang digunakan layak atau tidak untuk digunakan pada analisis
selanjutnya, dimana kriteria pengambilan keputusan ditentukan dengan
menggunakan taraf signifikansi 0,05. Hasil output SPSS terhadap nilai F dan nilai
R2 dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini :
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi
Model F Sig. R Square Adjusted R2
Model 1 434,537 0,000 0,801 0,799
Model 2 215,309 0,000 0,801 0,797
Model 3 144,157 0,000 0,803 0,798
Sumber : Data diolah, 2016
44
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa nilai
statistik F dalam model 1 adalah sebesar 434,537 dengan nilai signifikansi 0,000.
Nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian layak untuk digunakan. Nilai statistik F dari
persamaan kedua adalah sebesar 215,309 dan persamaan ketiga yaitu 144,157
dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa model regresi ini
dapat digunakan untuk memprediksi kecurangan pajak atau menunjukkan model
regresi ini cukup baik dalam mempredikasi variabel dependen dalam penelitian
ini.
Berdasarkan tabel 4.10 diatas juga dapat dilihat bahwa Nilai Adj R Square
model pertama sebesar 0,799 yang menunjukkan bahwa, 79,9 % variabel
kecurangan pajak dapat dijelaskan oleh variabel money ethics, sedangkan sisanya
sebesar 20,1 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan
ini. Model kedua menunjukkan bahwa nilai Adj R Square sebesar 0,797 yang
berarti bahwa 79,7 % variabilitas kecurangan pajak dapat dijelaskan oleh
variabilitas money ethics dan variabilitas moralitas. Pada model ketiga yang
merupakan persamaan moderasi nilai Adj R Square adalah sebesar 0,798 yang
berarti bahwa sebesar 79,8% variabel kecurangan pajak dapat dijelaskan oleh
variabilitas interaksi antara money ethics dan moralitas, sedangkan sisanya 20,2 %
dijelaskan faktor-faktor lainnya diluar persamaan ini.
4.5.1 Hasil Pengujian Hipotesis 1
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier sederhana (single regression analysis) untuk menguji hipotesis satu (H1).
45
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah money ethics berpengaruh terhadap
kecurangan pajak. hasil pengujian untuk hipotesis 1 dapat terlihat pada tabel 4.10
dibawah ini :
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Variabel Persamaan 1
koefisien Nilai Koefisien t- statistik Sig.
Money Ethics
R Square
Adj R Square
F
Sig.
b1 0,685
0,801
0,799
434,537
0,000
20,846
0,000
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa
hipotesis pertama diperoleh nilai koefisien b1 sebesar 0,685 dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara
variabel money ethics terhadap kecurangan pajak. Hasil pengujian sejalan dengan
hipotesis yang telah dibuat dimana money ethics berpengaruh terhadap
kecurangan pajak dan menunjukkan bahwa hipotesis satu diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sikap money ethics maka kecurangan
pajak juga akan tinggi.
4.5.2 Hasil Pengujian Hipotesis 2
Pada pengujian hipotesis kedua menggunakan MRA (Moderate
Regression Analysis), Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah moralitas
memoderasi hubungan antara money ethics dan kecurangan pajak. Hasil analisis
regresi untuk hipotesis kedua dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini :
46
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Hipotesis kedua
Variabel Persamaan 2 Persamaan 3
Koef t Sig. koef t Sig.
Konstanta 2,771 0,818 0,415 3,518 1,018 0,311
Money Ethics 0,687 20,054 0,000 0,673 18,399 0,000
Moralitas -0,018 -0,143 0,886 -0,031 -0,248 0,804
Interaksi 0,010 1,082 0,282
R Square
Adj R Square
F
Sig.
0,801
0,797
215,309
0,000
0,803
0,798
144,157
0,000
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa
hipotesis kedua pada persamaan ketiga nilai koefisien (b1) sebesar 0,673 dan t-
statistik 18,399 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 adalah signifikan. Nilai
koefisien (b2) sebesar -0,031 dan t-statistik -0,248 dengan tingkat signifikansi
0,804 > 0,05 adalah tidak signifikan. Nilai interaksi koefisien (b3) sebesar 0,010
dan t-statistik 1,082 dengan tingkat signifikansi 0,282 > 0,05 adalah tidak
signifikan.
Hasil regresi dari hipotesis kedua ini menyatakan bahwa moralitas
memoderasi pengaruh money ethics terhadap kecurangan pajak tidak dapat
diterima (ditolak) karena variabel moderasi yang merupakan interaksi antara
money ethics dengan moralitas tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan
47
bahwa variabel moralitas bukanlah variabel moderasi, yang menunjukkan bahwa
hipotesis kedua ditolak.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Money Ethics terhadap Kecurangan Pajak
Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa money ethics memiliki pengaruh
terhadap kecurangan pajak secara empiris terbukti didukung. Hal ini berarti bahwa
ketika wajib pajak orang pribadi memiliki sikap money ethics yang tinggi atau
memiliki kecintaan terhadap uang yang tinggi, mereka akan menganggap uang
adalah hal terpenting dalam hidupnya sehingga mereka akan cenderung untuk
melakukan tindakan kecurangan pajak.
Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa
money ethics berpengaruh positif terhadap kecurangan pajak. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi sikap money ethics seseorang atau kecintaan
seseorang terhadap uang maka kecurangan pajak juga akan semakin tinggi dan
sebaliknya semakin rendah money ethics seseorang atau kecintaan seseorang
terhadap uang maka kecurangan pajak juga akan semakin rendah.
Perilaku seseorang terhadap uang dapat dipengaruhi oleh kekuatan eksternal
seperti lingkungan dan pengaruh sosial. Uang merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan seringkali digunakan untuk
mengukur keberhasilan. Seseorang yang menempatkan kepentingan besar
terhadap uang menganggap bahwa dengan memiliki banyak uang mereka akan
memiliki kualitas hidup yang lebih baik serta dapat meningkatkan standar
kehidupan atau status sosial yang dimilikinya. Perbedaan kepentingan terhadap
48
uang tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang untuk menempatkan
kepentingan yang besar terhadap uang yaitu sikap money ethics, sehingga hal
tersebut sejalan dengan teori atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider dalam
Lubis (2010) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat ditentukan oleh
kombinasi kekuatan internal dan eksternal dimana sikap money ethics ini dapat
dihubungkan dengan atribusi situasional yaitu perilaku seseorang yang disebabkan
oleh faktor eksternal seperti lingkungan atau pengaruh sosial (tekanan) dari orang
lain.
Seseorang dengan money ethics yang tinggi akan menempatkan
kepentingan yang besar pada uang dan akan cenderung melakukan kecurangan
pajak dibandingkan dengan orang-orang dengan money ethics yang rendah. Hal
ini dikarenakan manfaat dengan membayar pajak yang diterima oleh wajib pajak
lebih rendah jika dibandingkan dengan manfaat lain, jika uang untuk membayar
pajak dipergunakan untuk kepentingan lain. Bagi wajib pajak, pajak merupakan
beban atau biaya yang dapat mengurangi kemampuan ekonomisnya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
Lau et al (2013) dan Rosianti dan Mangoting (2014) yang menunjukkan bahwa
money ethics berpengaruh positif terhadap kecurangan pajak. Oleh karena itu,
seseorang yang sangat termotivasi oleh uang akan memiliki kepentingan yang
besar terhadap uang dan memandang bahwa kecurangan pajak merupakan
tindakan yang dapat diterima atau tindakan yang etis untuk dilakukan. Semakin
tinggi money ethics, maka akan semakin besar kemungkinan individu melakukan
tindakan kecurangan pajak (tax evasion).
49
4.6.2 Moralitas Memoderasi Hubungan Antara Money Ethics dengan
Kecurangan Pajak
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa moralitas memoderasi pengaruh
money ethics terhadap kecurangan pajak secara empiris tidak terbukti. Hal ini
berarti bahwa adanya moralitas yang tinggi tidak dapat dipastikan akan
mempengaruhi hubungan antara money ethics dengan kecurangan pajak,
dibutuhkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut.
Secara teoritis, moralitas dapat mengontrol perilaku seseorang untuk
bertindak lebih etis. Menurut teori atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider
menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat ditentukan oleh kombinasi kekuatan
internal dan eksternal, dimana moralitas yang dimiliki seseorang merupakan
sesuatu yang berasal dari dalam diri dan merupakan ciri kepribadian yang dimiliki
individu sehingga dapat diartikan sebagai atribusi disposisional. Semakin tinggi
tahapan moralitas individu, semakin individu memperhatikan kepentingan yang
lebih luas dan universal daripada kepentingan pribadinya. Kecintaan terhadap
uang yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi seseorang untuk
melakukan kecurangan pajak dan moralitas yang berasal dalam diri seseorang
diharapkan dapat mengontrol perilaku seseorang untuk bertindak lebih etis. Oleh
karena itu dengan adanya moralitas yang tinggi dalam diri individu, maka dapat
memberikan pengaruh terhadap hubungan antara money ethics dengan kecurangan
pajak. Namun dalam penelitian ini variabel moralitas bukan sebagai penentu
dalam memoderasi hubungan antara money ethics dan kecurangan pajak.
50
Hal ini terjadi karena sebagian besar individu jika dilihat dari nilai mean
dalam statistik deskriptif menganggap bahwa kecurangan pajak adalah etis untuk
dilakukan. Individu mempresepsikan bahwa kecurangan pajak dapat dipandang
sebagai tindakan yang etis karena dana pajak yang telah mereka kumpulkan hanya
akan terbuang sia-sia dan tidak mendapatkan manfaat atau imbalan apapun dari
pajak yang mereka bayarkan dan hanya akan dikorupsi oleh pemerintah. Persepsi
wajib pajak tersebut semakin diperburuk dengan berbagai kasus kecurangan pajak
yang melibatkan para petugas pajak, seperti yang dilakukan oleh petugas pajak
Gayus Tambunan serta kasus dana Widyatmika. Hal ini secara tidak langsung
telah menarik persepsi negatif dari para wajib pajak. Petugas pajak yang harusnya
menegakkan aturan sistem perpajakan cenderung berbuat tidak sesuai dengan
ketentuan. Persepsi individu tersebut tentu akan mendorong seseorang untuk
cenderung merasionalisasikan atau melakukan pembenaran diri untuk suatu
perilaku yang salah sebagai upaya untuk membenarkan perilaku kecurangan yang
dilakukannya. Hal ini sesuai dengan teori segitiga kecurangan atau fraud triangle
theory dimana rasionalisasi merupakan salah satu sebab terjadinya tindakan
kecurangan tersebut.
Rasionalisasi dalam konteks kecurangan pajak adalah cara untuk
membenarkan diri yang dilakukan wajib pajak ketika melakukan perilaku
kecurangan pajak yang bertujuan untuk mengurangi rasa bersalah atau
menganggap bahwa kecurangan yang dilakukan merupakan tindakan yang tidak
salah. Adanya rasionalisasi dari para individu tentu akan mempengaruhi moralitas
sehingga adanya moralitas yang tinggi tidak dapat dipastikan akan mempengaruhi
51
hubungan antara money ethics dengan kecurangan pajak. Hal inilah yang dapat
menjadi salah satu penyebab, masih belum tercapainya realisasi penerimaan pajak
dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah selama ini.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa moralitas
tidak mempengaruhi hubungan antara money ethics dengan kecurangan pajak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
money ethics terhadap kecurangan pajak dengan moralitas sebagai variabel
moderasi. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Money ethics terbukti berpengaruh positif terhadap kecurangan pajak.
Semakin tinggi money ethics, maka akan semakin besar kemungkinan
individu melakukan tindakan kecurangan pajak (tax evasion).
2. Moralitas tidak memoderasi hubungan antara money ethics dengan
kecurangan pajak. Hal ini berarti bahwa adanya moralitas yang tinggi
tidak dapat dipastikan akan mempengaruhi hubungan antara money ethics
dengan kecurangan pajak.
5.2 Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi instansi
perpajakan yaitu KPP Pratama Bengkulu bahwa faktor perilaku individu dapat
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tindakan kecurangan pajak. KPP
Pratama Bengkulu diharapkan mampu untuk menunjukkan dan meningkatkan
kinerja dalam mengatasi masalah kecurangan pajak. Berbagai kasus kecurangan
pajak yang terjadi, seperti yang melibatkan para petugas pajak tentu dapat menjadi
salah satu sebab para wajib pajak untuk lebih memilih berperilaku curang.
53
Pencegahan terhadap perilaku kecurangan pajak ini perlu dilakukan oleh aparat
perpajakan, salah satunya dengan memberikan pelayanan yang maksimal dan
memperbaiki kinerja dari aparat perpajakan dalam menegakkan aturan sistem
perpajakan. Oleh karena itu dengan adanya langkah-langkah yang tepat dalam
mencegah praktik kecurangan pajak sehingga target penerimaaan pajak yang
ditetapkan oleh pemerintah dapat terealisasi.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan yang kemungkinan
dapat menimbulkan bias hasil penelitian ini. Adapun keterbatasan dari penelitian
ini berupa:
1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner
yang disesuaikan kembali oleh penulis berdasarkan penelitian terdahulu
sehingga kemungkinan pernyataan kuesioner masih sangat sulit untuk
dapat dipahami oleh responden dalam penelitian ini. Hal ini terlihat dari
jawaban responden dalam penelitian ini yang masih terdapat nilai jawaban
bernilai sangat ekstrem, sehingga jawaban responden dalam penellitian ini
sangat beragam atau heterogen.
2. Pernyataan-pernyataan kuesioner dalam penelitian ini masih berupa
pernyataan tertutup, sehingga para responden tidak dapat menyalurkan
pendapat secara bebas sesuai dengan pemikiran responden.
3. Waktu tahap pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
hanya berlangsung selama 10 hari lamanya, sehingga sampel penelitian
yang digunakan masih belum cukup untuk mewakili jumlah populasi.
54
4. Variabel moralitas sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini, masih
belum didukung oleh penelitian sebelumnya.
5.4 Saran Penelitian Salanjutnya
Mengingat arti pentingnya topik penelitian ini untuk pengembangan
akuntansi keperilakuan secara teoritis dan praktis, maka saran yang dapat
diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Menggunakan kuesioner bersifat terbuka, sehingga para responden bisa
menyalurkan pendapat mereka secara bebas selain dari kuesioner bersifat
penyataan tertutup atau tertulis.
2. Menambah waktu tahap pengumpulan data, sehingga diperoleh jumlah
sampel yang lebih banyak dan lebih mampu mewakili jumlah populasi
sehingga hasilnya dapat lebih digeneralisasi.
3. Menambahkan variabel independen lain selain dari money ethics serta
mempertimbangkan variabel moderating lainnya selain moralitas yang
dapat mempengaruhi hubungan money ethics dengan kecurangan pajak
misalnya materialisme dan lainnya.
4. Memperluas kriteria responden penelitian, yaitu tidak hanya wajib pajak
orang pribadi tetapi aparat fiskus pajak sebagai responden penelitian perlu
dipertimbangkan agar dapat melihat persepsi baik dari wajib pajak
maupun aparat fiskus pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Y. M. (2014). Efek Moderasi Religiusitas dan Gender Terhadap Hubungan
Etika Uang (Money Ethichs) dan Kecurangan Pajak (Tax Evasion).
Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XVII. Mataram.
Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta : Gramedia.
Block, W. (1993). Public Finance Texts Cannot Justify Government Taxation: A
Critique. Canadian Public Administration/Administration Publique du
Canada. 36(2).
Budiningsih, Asri C. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta : Rineka Cipta.
Charismawati, C. (2011). Analisis Hubungan antara Love of Money dengan
Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Akuntansi, Universitas
Diponegoro.
Cohn, G. (1998). The Jewish View on Paying Taxes. Journal of Accounting,
Ethics, & Public Policy, 1(2).
Deigh J. In Audi R. editor. (1995). The Cambridge Dictionary of Philosophy.
New York: Cambridge University.
Elci, Meral., Sener, Irge., & Alpkan Luthifak. (2011). The Impact of Morality and
Religiosity of Employees on Their Hardworking Behavor. Procedia Sosial
and Behavor Sciences, 24.
Elias, R. Z., & Faraq, M. (2010). The relationship between accounting students’
love of money and their ethical perception. Managerial Auditing Journal,
25(3).
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
Edisi: 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gupta, N., & Shaw, J. D. (1998). Let the Evidence Speak : Financial Incentives
are Effective!! Compensation and Benefit Reviews, 30(2).
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis (1 ed.).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Keraf, Sonny.(1993). Etika Bisnis, Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi
Luhur. Yogyakarta: Kanisius
56
Lau, T. C., Choe, K. L., & Tan, L. P. (2013). The Moderating Effect of
Religiosity in the Relationship between Money Ethics and Tax Evasion.
Asian Social Science, 9(11).
Lubis, A. I. (2010). Akuntansi Keperilakuan (2 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Luthans, F. (2005). Perilaku Organisasi (10 ed.). Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. (2009). Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi.
McDaniel, S. W., & Burnett, J. J. (1990). Consumer Religiosity and Retail Store
Evaluative Criteria. Journal of the Academy of Marketing Science, 18(2).
McGee, R. W. (2006). Three Views on the Ethics of Tax Evasion. Journal of
Business Ethics, 67.
McGee, R. W., & Guo, Z. (2007). A Survey of Law, Business and Philosophy
Students in China on the Ethics of Tax Evasion. Society and Business
Review, 2(3).
McGee, R. W., Ho, S. S., & Li, A. Y. (2008). A comparative study on perceived
ethics of tax evasion: Hong Kong vs. the United States. Journal of
Business Ethics, 77(2).
Miller MJ, Woehr DJ, Hudspeth N. (2002). Monography: The Meaning and
Measurement of Work Ethic: Construction and initial Validation of
Multidimensional Inventory. Journal of Vocational Behavior, 60.
Mitchell, T. R., & Mickel, A. (1999). The Meaning of Money: An Individual
Difference Perspective. The Academy of Management Review, 24.
Nickerson, I., Pleshko, & McGee. (2009). Presenting the Dimensionality of An
Ethics Scale pertaining To Tax Evasion. Journal of Legal, Ethical and
Regulatory Issues, 12(1).
Nkundabanyanga, S. K., Mpamizo, B., Omagor, C., & Ntayi, J. M. (2011). The
Love of Money, Pressure to Perform and Unethical Marketing Behavior in
the Cosmetic Industry in Uganda. International Journal of Marketing
Studies, 3(4).
Pratiwi, D. A. (2015).
http://economy.okezone.com/read/2015/03/23/20/1122994/penerimaan-
pajak-lima-tahun-terakhir-tak-capai-target, 18 November 2015.
57
Resmi, S. (2013). Perpajakan (7 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Rosianti, C., & Mangoting, Y. (2014). Pengaruh Money Ethics terhadap Tax
Evasion dengan Intrinsic dan Extrinsic Religiosity sebagai Variabel
Moderating. Tax & Accounting Review, 4(1).
Salam, Burhanudin. 2000. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral). Jakarta :
Rineka Cipta.
Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Untuk Bisnis (4 ed.). Jakarta: Salemba
Empat.
Smith, S. R., & Kimball, K. C. (1998). Tax Evasion and Ethics: A Perspective
from Members of The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints. Journal
of Accounting, Ethics & Public Policy, 1(3).
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Suminarsasi, & Supriyadi. (2011). Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan
Diskriminasi terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan
Pajak (Tax Evasion). Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XV.
Banjarmasin.
Tamari, M. (1998). Ethical Issues in Tax Evasion: A Jewish Perspective. Journal
of Accounting, Ethics & Public Policy, 1(2).
Tang, T. L. (2002). Is the love of money the root of all evil? Or different strokes
for different folks: lessons in 12 countries. Paper presented to the
International Conference on Business Ethics in the Knowledge Economy.
Tang, T. L., & Chiu, R. K. (2003). Income, money ethics, pay satisfaction,
commitment, and unethical behavior: is the love of money the root of evil
for Hong Kong employees? Journal of Business Ethics, 46.
Tang, T. L.-P. (1992). The Meaning of Money Revisited. Journal of
Organizational Behavior, 13.
Tang, T., Kim, J., & Tang, D (2000). Does attitude towards money moderate the
relationship between intrinsic job satisfaction and voluntary turnover?.
Human Relations, 53(2).
58
Vitell, S. J., Paolillo, J. G., & Singh, J. (2006). The role of money and religiosity
in determining consumers’ ethical beliefs. Journal of Business Ethics, 64.
Vitell, S. J., Singh, J., & Paolillo, J. G. (2007). Consumers’ ethical beliefs: The
roles of money, religiosity and attitude toward business. Journal of
Business Ethics, 73.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecendrungan
Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan BUMD di
Indonesia. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.