agama deontological ethical ethics
DESCRIPTION
religion etchicalTRANSCRIPT
-
WAWASAN DUNIA
KRISTEN 2Pertemuan XIII
Deontological Dan Virtue Ethics
Sermon of the Mounts
10 Commandments
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
1
-
TIGA PRINSIP ETIKA (JOHN M. FRAME,
THE DOCTRINE OF THE CHRISTIAN LIFE)
Prinsip teleological: tindakan yang baik
memaksimalkan kebahagiaan makhluk hidup,
dan umat Kristen menekankannya sebagai
memberikan kemuliaan bagi Allah.
Prinsip deontological: tindakan yang baik
merupakan respon atas tugas, bahkan jika
membutuhkan pengorbanan diri, sesuai dengan
akar kata dari bahasa Yunani yang mengandung
arti berhutang, semestinya, harus
Prinsip eksistensial: tindakan yang baik lahir
dari karakter baik dari dalam diri, karena
hatinya baik, sehingga bukanlah kemunafikan. 2
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
DEONTOLOGICAL ETHICS (J. P. MORELAND& WILLIAM LANE CRAIG, PHILOSOPHICAL
FOUNDATIONS FOR A CHRISTIAN WORLDVIEW)
Memiliki akar kata deon (Yun.) yang berarti tugas
yang terikat
Fokus pada tindakan dan hukum moral yang benar
atau salah dan memegang bahwa beberapa hukum
dan tindakan moral pada hakekatnya benar atau
salah terlepas dari konsekuensi yang dihasilkan
karena melakukan tindakan tersebut atau
mengikuti aturan tersebut, sehingga moralitas
adalah moralitas dan tugas moral harus dilakukan
untuk kepentingan moralitas sendiri.
Memiliki intrinsic value, bukan instrumental value
Tindakan moral itu benar saat selaras dengan
prinsip yang benar dari tugas moral yang relevan.
3
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
DEONTOLOGICAL (LANJUTAN)
Keunggulan deontological terhadap utilitarian:
Nilai intrinsik manusia memang demikian adanya
dan tidak dapat diperlakukan semata-mata sebagai
alat untuk mencapai tujuan akhir lainnya.
Ada relasi sosial berjangkauan sangat luas yang
membangun tugas moral spesial yang intrinsik
(Kol. 3:18-4:1, dsb).
Peristiwa lampau membangun kewajiban moral
pada manusia, maka alasan moral harus meliputi
penelaahan masa lampau atas transaksional
manusia yang relevan secara moral.
Menilai kelayakan moral berdasarkan motivasi
(why), intensi (what act actually), alat/cara (the way
purposely), konsekuensi (state of affair produced by)4
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
DEONTOLOGICAL (LANJUTAN)
Terkait persesuaian tindakan rule deontology: jenis tindakan itu benar atau salah tergantungpada kesesuaian atau ketidaksesuaian dengansatu atau lebih aturan moral yang benar categorical imperative by Immanuel Kant:
Universalizable (prinsip konsistensi): asas/prinsip(maxim) yang harus menjadi hukum universal yang berkategori imperatif, bukan hipotetisindikatif (kondisi if-then).
Kingdom of ends membership: manusia selalusebagai titik akhir yang seharusnya tidakdiperlakukan hanya sebagai alat untuk mencapaitujuan akhir lainnya (prinsip gambar rupa Allah)
Prinsip otonomi: tindakan moral dilakukan secaraotonomi bagi alasan menghargai tugas moral itusemata (tidak ada alasan lainnya) membangunmoral objektivisme.
5
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
DEONTOLOGICAL (LANJUTAN)
Penilaian etika deontologikal dapat bersifat umum
natural moral law (berisi prinsip moral yang
benar yang berlandaskan pada prinsip yang dapat
diketahui oleh semua orang tanpa alat bantu
Alkitab) yang merupakan bagian dari wahyu
umum Allah..
Aneka gairah dalam meresponi etika deontologikal:
Morally relevant desire: hasrat melakukan tugas
berasal dari pengembangan hasrat untuk
kekudusan moral.
Heteronomous self-interest: bentuk hasrat yang
mencari tindakan moral semata-mata sebagai
sarana untuk kepuasan suatu hasrat.
Contoh alami bagi etika deontologi: 10 Perintah 6
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (JOHN M. FRAME, THE DOCTRINEOF THE CHRISTIAN LIFE)
Alasan pemilihan 10 Perintah sebagai ringkasan dari hukumAllah, yang tetap harus dipahami dalam terang seluruh isiAlkitab, adalah signifikansinya dalam sejarah penebusanmanusia:
Penting secara historis dalam gereja: dipakai seluruhdenominasi gereja.
Keunikan peristiwa pengumumannya: pameran kuasa ilahiyang menggentarkan di Sinai.
Keunikan pengukuhan relasinya: pengukuhan perjanjianAllah dengan umat-Nya (Kel. 19:6,8).
Keunikan publikasinya: ditulis dengan jari Allah danditempatkan dalam tabut perjanjian di ruang maha kudus di bait Allah.
Keunikan fungsinya pada struktur perjanjian: melayanisebagai dokumen asasi dari perjanjian Allah denganumatNya.
Keunikan dalam penggunaannya pada bagian Kitab Suciselanjutnya.
Keunikan dari sifat umumnya (generality).
Keunikan dari sentralitas hermenetikalnya (ilmu tafsir).
7
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (LANJUTAN)
8
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (LANJUTAN)
Diawali dengan nama diri Allah (TUHAN = Yahweh
Kel. 3:14-15), yang dilanjutkan dengan ekspresi
Allahmu (Kel. 20:2), sehingga menjamin:
10 Perintah merupakan perjanjian relasi personal,
yang menjadikan Israel sebagai bagian dari
nama diri Allah, sehingga menegaskan prinsip
komunikasi yang berotoritas absolut.
Merupakan relasi I-thou yang menekankan
kesatuan umat (seolah-olah sebagai satu pribadi)
serta keintiman relasinya dengan Allah
dokumen hukum dan politik, sekaligus komunikasi
saling kasih-mengasihi antara Allah dengan umat.
Menggambarkan atribut kontrol-otoritas-
kehadiran Allah atas umat-Nya. 9
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (LANJUTAN)
Merupakan 10 perspektif hidup beretika, yaitu:
I. Loyalitas sepenuhnya kepada Allah tanpa rivalitasapapun.
II. Penyembahan yang salah, termasuk tujuan pribadi, perencanaan pribadi selain daripada Allah
III. Pemanipulasian penyataan diri Allah secaramenyeluruh.
IV. Penyalahgunaan waktu bagi kemuliaan Allah.
V. Tidak menghormati otoritas secara luas.
VI. Larangan kemurkaan yang salah karenaberimplikasikan tidak menghargai kehidupan.
VII. Ketidaksetiaan sebagai metafora penyembahanberhala.
VIII. Menahan tugas Allah berarti mencuri kemuliaan Allah.
IX. Keseluruhan laku-kata-pikir-rasa sebagai kesaksianjati diri sejati.
X. Menggambarkan keegoisan hati sebagai akar dosa.
10
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (LANJUTAN)
Menyaksikan akan Kristus dalam hal:
Menyajikan kebenaran Kristus: teladan ketaatansepenuhnya atas hukum-hukum Allah.
Menunjukkan kebutuhan akan Kristus: menunjukkan jati diri manusia sebagai pendosa, yang terpisah dari Kristus.
Menunjukkan imputasi kebenaran Kristus: Allah melihat umat tebusan di dalam Kristus.
Menegaskan pentingnya ucapan syukur padaKristus yang telah menebus umat-Nya.
Kristus sebagai substansi hukum, dalam hal:
I. Yesus Kristus sebagai Tuhan, Juru Selamat, Pengantara satu-satunya (Kis. 4:12; 1 Tim. 2:5)
II. Yesus Kristus sebagai satu-satunya gambarAllah yang sempurna yang layak disembah (Kol. 1:15; Ibr. 1:3)
11
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (LANJUTAN)
Kristus sebagai substansi hukum (Lanjutan);
III. Yesus Kristus adalah nama Allah yang semua lututharus bertelut (Flp. 2:10-11; Yes. 45:23).
IV. Yesus Kristus merupakan sabat bagi umat-Nya (Luk. 10:38-42; Mat. 12:8; Why. 1:10).
V. Yesus Kristus patut dihormati sebagai Pribadi yang telah memulihkan umat sebagai keluarga Allah (Yoh. 5:19-24).
VI. Yesus Kristus menjadi sumber dan kehidupan umat-Nya (Yoh. 10:10; 14:6; Gal. 2:20; Kol. 3:4; Kis. 3:15; Mrk. 10:45).
VII. Yesus Kristus sebagai mempelai umat-Nya yang harus dikasihi sepenuhnya (Ef. 5:22-23).
VIII. Yesus Kristus sebagai warisan pusaka umat-Nya yang menyediakan semua kebutuhan (Ef. 1:11).
IX. Yesus Kristus adalah semua kebenaran Allah (Yoh. 1:17; 14:6; 2 Kor. 1:20).
X. Yesus Kristus adalah kecukupan lengkap bagi umat-Nya (2 Kor. 3:5; 12:9).
12
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
10 PERINTAH (HEIDELBERG CATECHISM, PART 3; Q.91-115)
Merupakan panduan untuk melakukan pekerjaanbaik (tindakan yang diproses dari iman sejati, dilakukan sesuai hukum Allah bagi kemuliaan-Nya; tidak berdasarkan imaginasi atau pun institusi manusia).
Tidak dapat dilaksanakan secara sempurna di kehidupan ini, bahkan oleh manusia yang paling suci sekalipun, namun tetap harus menjadiresolusi tulus dalam menjalankan kehidupan.
Bermanfaat untuk makin menyadarkan manusiaakan natur keberdosaannya, hingga makin seriusmengejar penebusan dosa dan kebenaran di dalamKristus melalui upaya dan doa memohon anugerahRoh Kudus, agar makin serupa Kristus hinggapemuliaan di kehidupan berikutnya. 13
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
VIRTUE/ARETAIC ETHICS (J. P. MORELAND
& WILLIAM LANE CRAIG)
Memiliki akar kata aret (Yun.) = virtue (a skill that suits one for excellence at life)
Fokus pada natur dan formasi dari orang baik, danjenis-jenis watak dan karakter yang merupakanorang baik, yaitu orang yang berfungsi sepadansebagai seharusnya seorang manusia yang terampil dalam hidup what a good person is and how a good person is developed.
Sangat berhubungan dengan visi kehidupan tujuan hidup secara keseluruhan, yaitu hidup baikdan mencapai keunggulan manusiawi (meliputikomitmen pada esensialisme).
Meliputi penekanan pada komunitas dan relasi, dan bernatur teleologis, diekspresikan padaKhotbah di bukit
14
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
INTEGRASI VIRTUE ETHICS DAN
DEONTOLOGICAL ETHICS (MORELAND & CRAIG)
Tiga posisi yang berbeda:
Pure virtue ethics: virtue merupakan dasar danmemiliki nilai intrinsik, sedangkan aturan moral deontologis diderivasikan dari virtue ethics.
Correspondence thesis/ standard deontic view: aturanmoral bernilai intrinsik dan menjadi dasar, virtue diposisikan untuk mentaati aturan moral yang benar, sehingga virtue hanya bernilai instrumental sebagaimotivator dan alat yang menolong manusia untukmentaati hukum moral.
Complementary thesis: etika virtue dan deontologissama-sama penting bagi sebuah sistem moral yang memadai, sama-sama memiliki nilai intrinsik danmenjadi pelengkap satu sama lainnya, dengan fokusyang berbeda (virtue agen: karakter orang baik; aturan tindakan: menyediakan tuntunan untukmendefinisikan tindakan moral yang baik dan yang buruk) 15
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (SINCLAIR B. FERGUSON, THE SERMON ON THE MOUNT)
Istilah ini pertama kali muncul dalam karya
Agustinus dari Hippo-Afrika Utara (354-430 AD).
Merupakan suatu menifesto diri Yesus Kristus,
suatu pernyataan umum kebijaksanaan-Nya di
dalam kerajaan Allah.
Memberikan gambaran tentang cara hidup orang
yang menjadi milik Kerajaan Sorga, yaitu mereka
yang mengalami kuasa Allah yang sudah mulai
dinyatakan dalam hukum dan pemerintahan-Nya.
Relasi yang benar dengan Tuhan Yesus Kristus
menjadi syarat tunggal penting untuk mampu
melakukan isi Khotbah di Bukit.
Menghidupi isi khotbah berarti menaklukkan diri
kepada kedaulatan kuasa Tuhan Yesus Kristus.
16
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Tujuannya untuk menjadi makin serupa denganAllah (God-likeness), bukan makin serupa denganhukum (law-likeness) Geerhardus Vos, Grace and Glory.
Merupakan serangkaian Ucapan Bahagia yang menekankan suatu berkat (janji anugerah dansukacita) yang akan menjadi milik orang yang hidupnya memiliki sifat-sifat Kerajaan Allah.
Miskin di hadapan Allah merupakan kesadarandiri secara rohani yang hanya layak mendapatkanhukuman Allah atas sifat alamiah yang memberontak terhadap Allah (Rm. 3:13-17).
Pertolongan Tuhan mutlak perlu untukmenyadarkan keberadaan manusia yang sebenarnyadi hadapan hadirat-Nya, karena kebebalan manusiayang cenderung mementingkan, membenarkan, danmempercayai diri sendiri (Why. 3:17).
17
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Penghiburan akan diberikan pada manusia yang
berduka atas keberdosaannya, suatu penyesalan
karena dirinya terbukti telah mengecewakan Allah
Dukacita timbul dari kesadaran miskin secara
rohani, dan tidak memaafkan-meremehkan-
mengacuhkan dosanya, tapi mengarahkan
pandangannya kepada kekudusan dan kemuliaan
Allah (Rm. 7:24-25; Mzm. 130:3).
Dukacita tidak berarti jiwa yang murung dan
tertekan, yang lebih berkonotasi ciri-ciri orang yang
sibuk dengan dirinya sendiri.
Hanya anugerah Allah yang melembutkan hati dan
mengarahkan pada sikap hati yang benar terhadap
dosa, walaupun derajat kepekaannya sangat
beragam di antara pendosa.18
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Lemah lembut menunjuk kepada kekuatan
sekaligus kelembutan yang dimiliki seseorang yang
telah belajar untuk taat dalam menghadapi
bebrbagai kesulitan, dengan keyakinan bahwa
Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan baginya, sehingga mampu
bersikap lemah-lembut terhadap sesama pendosa.
Bukan watak asli manusia, tapi merupakan hasil
tempaan Allah yang mematahkan kesombongan,
menghancurkan sifat puas diri, merendahkan hati
manusia di bawah kuasa tangan-Nya (Mat. 11:29).
Hanya ketika manusia datang untuk mengenal
Allah dan kehadiran-Nya, manusia dapat
membuka dirinya sebagaimana adanya dia.
19
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Lapar dan Haus mengekspresikan betapa
mendesaknya kebutuhan umat Kristen akan
kebenaran (kesesuaian dengan norma) Allah,
sehingga berarti:
Rindu akan suatu hubungan yang baik dengan
Allah, melalui praktek hidup yang benar dan
berkenan di hadapan Allah, dengan 3 dimensi:
1) Kebenaran ini dijamin oleh Tuhan Yesus Kristus
sendiri (2 Kor. 5:21)
2) Kebenaran merupakan roh pemerintahan Yesus
Kristus di dalam hidup umat-Nya (1 Kor. 3:1-4)
3) Mencakup usaha umat untuk melihat kebenaran
ditegakkan di semua tempat dan semua relasi,
sehingga kehendak-Nya terjadi (Mat. 6:10)20
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Menerima Kristus Yesus dan menikmati anugerah
Allah berkonsekuensi logis kemurahan hati,
khususnya tentang mengampuni (Mat. 6:15).
Implikasi penting kemurahan hati:
Menyembuhkan akibat dosa dalam hidup sesama
manusia (Mat. 12:18-21).
Selalu siap dan tidak bersembunyi di belakang
larangan Alkitab untuk melindungi/membenarkan
diri sendiri dari pelayanan yang menuntut
pengorbanan siap bayar harga dan bersedia
mengesampingkan rencana sendiri untuk
menyelaraskannya dengan rencana Allah bagi
hidupnya.
Merupakan ujian sekaligus pengesahan dari suatu
perubahan yang nyata menuju Kristus (Mi. 6:8).
21
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Kesucian hati berarti memiliki satu kehendak
berserah kepada Kristus tanpa kompromi atas
kenajisan (Mzm. 24:4-6), tidak mendua hati (Yak.
1:8; 4:8) atau membiarkan adanya penghalang
pandangan kepada Kristus, dan diawali oleh
anugerah Allah (Yeh. 36:25-26).
Sifat pembawa damai merupakan sebagian dari
sifat belas kasihan Allah yang menghentikan
permusuhan antara manusia dengan Allah (2 Kor.
5:19-21), agar ada kesatuan tubuh Kristus (Ef. 4:3-6)
Penganiayaan oleh dunia meneguhkan status
sebagai milik Kristus yang setia kepada-Nya (Yoh.
15:18,20), merupakan praktek integritas yang
mutlak sebagaimana layaknya pengikut Kristus
(Kis. 5:41), yang disebut sebagai anak-anak Allah.22
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.
-
KHOTBAH DI BUKIT (LANJUTAN)
Menjadi garam berarti harus menjadi sebagaimana
Allah telah menciptakan dirinya, yang menyehatkan,
menyuburkan, membersihkan, mengawetkan, dan
memberi semangat masyarakat sekitarnya, melalui
perkataan (Ef. 4:29; Kol. 4:6) dan hidup yang berbeda
dengan dunia (Yoh. 17:14-19).
Yesus Kristus sebagai terang dunia (Yoh. 8:12; 1:5)
menjadikan umat-Nya sebagai anak-anak terang
yang tidak ikut ambil bagian, bahkan menelanjangi,
perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:8-14), melalui
perbuatan-perbuatan baik (1 Ptr. 2:12).
Digambarkan melalui ilustrasi gamblang: manusia
dengan sesamanya memberi; manusia dengan
kebutuhan hidupnya berdoa; manusia dengan
dirinya sendiri berpuasa.
23
by Ir. S
etia
wa
n S
uta
nto
, M. D
iv.