revisi gabungan.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan atau makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, makanan
yang dimaksud adalah semua produk yang dikonsumsi manusia baik dalam
bentuk bahan mentah, setengah jadi atau sudah jadi, yang meliputi produk
industri, restoran, katering, serta makanan tradisional atau jajanan (Yayuk, Ali,
dan Meti, 2004).
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta tangkas dan
cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status
gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah dan kualitas
asupan pangan yang dikonsumsi (Yunastiti dkk, 2010).
Situasi keamanan pangan saat ini bila di bandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya dapat dilihat dari adanya kenaikan produk industri pangan yang
tidak memenuhi syarat.Adanya penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
pengawet dan benzoat yang berlebih, penyalahgunaan bahan berbahaya
formalin, boraks, pewarna bukan untuk makanan dan cemaran
mikroba.Berdasarkan data permasalahan keamanan pangan ini paling banyak di
temukan pada makanan jajanan anak sekolah.
1
2
Berdasarkan data BPOM (2012) menunjukkan bahwa jumlah KLB
keracunan pangan yang terlaporkan pada tahun 2001-2011 sebanyak 1392
kejadian di 30 provinsi. KLB keracunan pangan terbanyak di provinsi jawa
barat sebesar 216 kejadian (15.52 %). Pada tahun 2010 Presiden sudah
menrencanakan program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) (Yunastiti dkk,
2010).
Anak usia sekolah adalah golongan yang memerlukan perhatian dalam
konsumsi makanan dan zat gizi. Upaya Peningkatan kualitas sumber daya
manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya anak usia
sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan
kuantitas yang baik serta benar. Anak sekolah pada umumnya berada dalam
masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif, pengaturan makanan yang
bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis akan memastikan kecukupan
gizinya. Anak usia kelas satu sekolah dasar merupakan tahap awal peralihan
dari tingkat sekolah taman kanan-kanak. Sewaktu mereka bersekolah di Taman
Kanak-Kanak hampir sebagian besar konsumsi makanan mereka masih
terkontrol oleh guru dan orang tua.Saat anak-anak mulai masuk sekolah dasar di
kelas 1 fungsi kontrol tersebut mulai berkurang.Mereka sudah mulai
mendapatkan uang saku yang dapat digunakan untuk membeli makanan jajanan
nya sendiri.
3
Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) menguji makanan
jajanan anak di sekolah dasar di 195 sekolah dasar di 18 provinsi, di antaranya
Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar, dan Padang. Hasil
uji menunjukkan bahwa dari 861 contoh makanan, 39,95 % (344 contoh)tidak
memenuhi syarat keamanan pangan. Es sirup atau buah (48,19%) dan minuman
ringan (62,50 %) mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri patogen.
Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus dan sambal (61,54 %) serta
kerupuk (56,25 %). Kemudian total sampel itu 10,45 % mengandung pewarna
yang dilarang, yakni rhodamin B, methanil yellow, dan amaranth. Sejumlah
sampel mengandung boraks, formalin, siklamat, sakarin, dan benzoat yang
melebihi batas.Selain itu, hasil analisis dengan parameter uji cemaran mikroba
menunjukkan sebagian besar sampel tercemar mikroba melebihi
persyaratan.Sejumlah sampel juga tercemar bakteri E. coli, Salmonela,
Staphylococcus, dan Vibrio cholerae (Rachmawati, 2006).
Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella
Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian
lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur
mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak
sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan
uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso
ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan
es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis,
4
cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima
adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax
(pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang
digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan
methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat
terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka
panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor
pada organ tubuh manusia. Belakangan juga terungkap bahwa reaksi simpang
makanan tertentu dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku
pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut merupakan gangguan tidur,
gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif. Pengaruh jangka pendek
penggunaan BTP ini menimbulkan gejala-gejala yang sangat umum seperti
pusing, mual, muntah, diare dan bahkan kesulitan buang air besar (Judarwanto,
2006).
Menurut BPOM Bandung, Kabupaten Cirebon menemukan sebagian
produk jajanan mengandung zat pengawet berbahaya boraks. Operasi di pasar
Sumber, pasar Jamblang dan pasar Minggu yang melibatkan Dinas Kesehatan
(Dinkes). Pantauan Radar, lima sampel terbukti positif mengandung boraks,
dari enam yang disiapkan. Ada produk mie basah sudah dibungkus, paha ayam
dibalut tepung dan crispi dari pasar Sumber, baso di pasar Jamblang, mie stik,
es krim dan mi sosis dari pasar Palimanan, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga tentang jajanan sehat terhadap
5
anak-anak disekolah dasar. Peneliti akan meneliti hubungan tingkat
pengetahuan anak tentang jajanan sehat dengan perilaku anak dalam memilih
jajanan di SD Negeri 1 Pabuaran Lor. Karena anak-anak sekolah berada dalam
masa pertumbuhan yang cepat dan aktif, maka harus diperhatikan terutama
dalam pemilihan jajanan terhadap anak, yang sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah bagaimana
hubungan tingkat pengetahuan anak tentang jajanan sehat dengan perilaku anak
dalam memilih jajanan di SD Negri 1 Pabuaran Lor Kabupaten Cirebon
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan anak
tentang jajanan sehat dengan perilaku anak dalam memilih jajanan di SD
Negeri1 Pabuaran Lor Kabupaten Cirebon.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak tentang jajanan sehat
2. Untuk mengetahui perilaku anak dalam memilih jajanan
3. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan anak tentang jajanansehat
dengan perilaku anak dalammemilih jajanan di SD Negeri1 Pabuaran
Lor.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang hubungan tingkat
pengetahuan anak tentang jajanan sehat dengan perilaku anak dalam
memilih jajanan di SD Negeri1 Pabuaran Lor Kabupaten Cirebon.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi(Fakultas Kedokteran Unswagati)
Sebagai bahan informasi untuk penelitian lainnyayang akan datang
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
1. Menambah pengetahuan kepada anak tentang jajanan sehat
2. Menambah pengetahuan kepada orang tua tentang jajanan sehat
3. Menambah informasi kepada pihak sekolah tentang jajanan sehat
4.Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah dan orang tua untuk
mencegah anak dalam memilih jajanan yang tidak sehat.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini dapat digunakan penelitisebagai penambahan
wawasan dan pengetahuan baru tentang jajanan sehat anak di sekolah
dasardan perilaku anak dalam pemilihan jajanan.
1.5 Orisinalitas
Penelitian “Hubungan tingkat pengetahuan anak tentang jajanan sehat
dengan perilaku anak dalam memilih jajanan di SD Negeri1 Pabuaran Lor
Kabupaten Cirebon.” menurut sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti
7
sebelumnya. Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan
berhubungan dengan penelitian ini seperti pada tabel 1 :
Tabel 1 Orsinilitas Penelitian
Metode
PenelitianHasil Penelitian
Rina Yuliastuti (2011),
Analisis Karakteristik
Siswa, Karakteristik
Orang Tua Dan Perilaku
Konsumsi Jajanan Pada
Siswa-Siswi SDN
Rambutan 04 Pagi Jakarta
Timur Tahun 2011
Menggunakan
rancangan cross
sectional
Terdapatanalisis antara
karakiteristik siswa dan orang
tua terhadap prilaku konsumsi
jajanan pada siswa-siswi sekolah
dasar
Bondika Ariandani
(2011), Faktor yang
berhubungan dengan
pemilihan makanan
jajanan pada anak sekolah
dasar di SDN Taman
Pekunden Semarang
Menggunakan
rancangan cross
sectional
Terdapat hubungan antara
beberapa faktor-faktoryang
mempengaruhi pemilihan
makanan jajanan
Perbedaan penelitian:
1. Berbeda judul dengan penelitian sebelumnya
2. Berbeda waktu dan tempat penelitian
3. Berbeda variable penelitian yang akan diteliti
4. Berbeda sampel yang diteliti
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Makanan Jajanan
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan
dan dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan dan ditempat-tempat keramaian
umum lain dan langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut. Istilah makan jajanan tidak jauh dari istilah junk food,
fast food, dan street food karena istilah tersebut merupakan bagian dari
istilah makanan jajanan (FAO (Food and Agriculture Organization))
(Haslina dan Sri, 2012).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman
yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan
jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel (Haslina dan Sri, 2012).
Keunggulan dari makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat,
serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan
masyarakat, oleh karena itu jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan
masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi.
Dilihat sudut pandang ekonomi, jajanan kaki lima ini dapat menjadi sumber
8
9
pendapatan utama, oleh karena itu, Pedagang Kaki Lima (PKL) juga menjadi
bagian penting dalam sistem suplai makanan (Mudjajanto, 2006).
II.2 Status Gizi
2.2.1 Klasifikasin zat gizi
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal
sebagai zat gizi. Zat gizi dibagi dalam enam kelas utama, yaitu :
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air. Karbohidrat, lemak,
protein, vitamin disebuk sebagai zat organik (zat yang susunannya
mengandung karbon), sedangkan mineral dan air adalah zat anorganik.
Paling sedikit terdapat 45 jenis zat gizi, esensial dan tidak
esensial, yang diperlukan tubuh manusiadari enam kelompok utama
tersebut.Zat gizi esensial adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi
tubuh tidak dapat mensintesanya dan atau tubuh tidak mampu
mensintesanya dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi terdapat pada
tabel berikut :
10
Tabel 2. Zat Gizi Esensial (Sunita, 2001)
ZAT GIZI
UTAMA
ZAT GIZI ESENSIAL
Karbohidrat Serat, glukosa
Lemak Asam lemak: asam linoeat
Protein Asam amino : leusin, isoleusin, lisin, methion, treonin, triptophan,
valin, fenilalanin, histidin (untuk anak-anak)
Vitamin Vitamin larut lemak : vitamin A, D, E, K :Vitamin larut air:
thiamine,niacin, riboflavin, biotin, folacin, vitamin B12, asam
pantothenat, vitamin C.
Mineral Mineral makro : Ca (kalsium), P (fosfor), CI (klor), Na (natrium),
K (kalium), S (sulfur), Mg (magnesium) : Mineral mikro : Fe
(besi), Mn (mangan), Zn (seng), Co (kobal), Mo (molibdenum), I
(iodium), Cr (kromium), V (vanadium), Sn (timah), Ni (nikel), Si
(silikon), F (fluor.)
Air Air
Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh, dan membuat lancarnya pertumbuhan serta
memperbaiki jaringan tubuh. Zat gizi yang utama berfungsi sebagai
sumber energi adalah karbohidrat, lemak, protein.Zat gizi utama yang
berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan adalah
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi utama yang
berfungsi untuk mengatur proses didalam tubuh adalah vitamin,
mineral, dan air.Agar dapat menjalankan berbagai fungsi tubuh dan
11
untuk aktivitas sehari-hari diperlukan sejumlah tenaga atau energi yang
meliputi :
a. Energi luar yaitu yang diperlukan untuk bekerja, berjalan,
mengangkat barang dan lain-lain yang memerlukan kegiatan otot
b. Energi dalam yaitu yang diperlukan untuk pekerjaan alat-alat tubuh
seperti, ginjal, jantung, alat pernapasan
c. Energi yang diperlukan untuk pembentukan jaringan baru, untuk
berbagai proses metabolik dan untuk memanaskan badan (Yayuk,
Ali dan Meti 2004).
Skema1. Zat Gizi dan Fungsi Utamanya
2.2.2 Angka Kebutuhan Gizi
Konsep kebutuhan gizi minimum sehari (minimum daily
requirement), yaitu jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang
dalam sehari untuk hidup sehat. Selain itu, juga dikenal konsep jumlah
yang dianjurkan sehari (recommended dietary allowance, RDA), yaitu
norma gizi yang dianjurkan untuk dimakan agar dapat menjamin
Karbohidrat
Lemak
Mineral
Air
Vitamin
Sumber energi
Pertumbuhan dan mempertahankan jaringan
Regulasi proses dalam tubuh
protein
12
kesehatan yang sebaik-baiknya. Dengan demikian RDA adalah suatu
kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang
(97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan
aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Yayuk, Ali
dan Meti 2004).
Tabel 3. Angka kebutuhan gizi rata-rata (Yayuk, Ali dan Meti 2004).
Kebutuhan gizi 4-6 th 7-9 th 10-12 th
BB (kg) 18 24 30
TB (cm) 110 120 135
Energi (kkal) 1750 1900 2000
Protein (g) 32 37 45
Vit A 460 460 500
Vit D (RE) 10 10 10
Vit K (µg) 20 30 45
Vit E (µg) 7 7 10
Tiamin (mg) 0,8 1,0 1,0
Riboflavin (mg) 1,0 1,0 1,0
Niasin (mg) 8 9 9
Vit B12 0,7 0,9 1,0
Asam folat (µg) 60 81,3 90
Piridoksin (mg) 1,1 1,4 1,7
Vit c (mg) 45 45 50
Kalsium (mg) 500 500 700
Fosfor (mg) 350 400 500
Besi (mg) 9 10 14
Seng (mg) 10 20 15
Iodin (µg) 100 120 150
13
Selenium (µg) 20 30 40
II.3 Keamanan Pangan
Keamanan pangan menurut Undang undang No 7 tentang Pangan
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Definisi
lainnya keamanan pangan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat
zat atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa
membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan
yang digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam
bahan makanan atau makanan jadi.Keamanan pangan juga diefinisikan
sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia(Krisnamurni,2007)
Makanan yang tidak aman menyebabkan penyakit yang disebut
penyakit bawaan makanan atau foodborne disease adalah gejala penyakit
yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan atau
senyawa beracun atau organisme patogen. Penyakit semacam ini masih
sering terjadi di Indonesia, dan berdasarkan gejala yang ditimbulkannya
dapat dibedakan menjadi penyakit menular dan gejala keracunan. Biasanya
14
yang menjadi sumber penyakit menular adalah makanan dan minuman yang
dijajakan oleh pedagang-pedagang dipinggir jalan atau dijual diwarung-
warung yang dipersiapkan tanpa memperhatikan segi kebersihannya (Anni,
2010).
Makanan bermutu atau berkualitas adalah makanan yang dipilih,
dipersiapkan, dan disajikan dengan cara sedemikian sehingga tetap terjaga
dan meningkat serta flavornya, maupun nilai gizi dan menarik, dapat
diterima serta aman dikonsumsi secara mikrobiologi dan kimiawi. PP Nomor
28 tahun 2004 menyatakan bahwa mutu pangan adalah nilai yang ditentukan
atas dasar kriteria kea manan pangan, kandungan gizi dan standar
perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Kelayakan
pangan adalah kondisi pangan yang tidak mengalami kerusakan, kebusukan,
menjijikan, kotor, tercemar atau terurai (Anni, 2010).
Banyak jajanan disekolah yang tidak memenuhi syarat keamanan
pangan sehingga membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah. Keamanan
jajanan yang dibeli oleh anaksekolah tersebut baik dari segi mikrobiologis
maupun kimiawi masih dipertanyakan. Belakangan juga terungkap bahwa
reaksi simpang makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak
termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah.Gangguan perilaku tersebut
meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi,
hiperaktif.Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan
gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare atau
15
bahkan kesulitan buang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives
(JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang
penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan (Judarwanto, 2006).
Situasi keamanan makanan jajanan pada periode 2006 sampai 2010,
antara dapat dilihat dari adanya kenaikkan produk industri makanan yang
tidak memenuhi syarat (TMS) dari tahun ke tahun. Jika produk yang TMS
tersebut dielaborasi lebih lanjut, terlihat bahwa penggunaan bahan tambahan
pangan (BTP) pemanis dan pengawet (benzoat) berlebih, penyalahgunaan
bahan berbahaya formalin, boraks, pewarna bukan untuk makanan, dan
cemaran mikroba. Urutan penyebab masalah keamanan makanan tersebut
berturut-turut adalah : cemaran mikroba, BPT pemanis berlebih, pewarna
bukan untuk makanan, BTP pengawet (benzoat) berlebih, serta
penyalahgunaan bahan berbahaya boraks dan formalin(Krisnamurni, 2007).
Penyalahgunaan bahan berbahaya formalin telah dapat diturunkan
kasusnya dari tahun ke tahun, demikian pula pengguanaan BTP pemanis
yang berlebih.Sementara produk TMS terkait dengan cemaran mikroba
masih dominan.Hal ini dapat merupakan indikasi kondisi higienis dan
sanitasi lingkungan yang masih memprihatinkan(Krisnamurni, 2007).
Bahan tambahan pangan (BTP) ilegal, menjadi primadona bahan
tambahan dijajanan kaki lima karena harganya yang murah, dapat
memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warna yang
sangat cerah sehingga menarik perhatian anak-anak), dan dapat dengan
16
mudah diperoleh. Lebih jauh lagi, kita ketahui bahwa bahan makanan yang
disajikan PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secara baik dan bersih,
selain itu kebanykan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah tentang
penanganan pangan yang aman , mereka juga kurang mempunyai akses
terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Penyakit yang
ditularkan melalu makanan dapat terjadi pada jajanan kaki lima dan dapat
berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak
sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu yang temperatur
penyimpanan yang tidak tepat (Judarwanto, 2006).
Ditinjau dari kesehatan lingkungan, makanan perlu mendapat
perhatian karena makanan dapat menjadi media dan sumber penularan
penyakit. Sering kali terjadi keracunan makanan tertentu, yang tidak jarang
menyebabkan kematian. Frank L. Bryan merumuskan bahwa ada berbagai
kemungkinan dari tempat dimana terjadi proses yang mengakibatkan
makanan menjadi sumber penularan penyakit. Hal tersebut dijumpai sebagai
akibat kesalahan pengolahan ditemapat pelayanan atau penyajian makanan
(food service establishment) (Kasnoputranto, 2000).
Menurut tingkat bahaya penyebab timbulnya masalah keamanan
pangan dapat dikelompokkann sebagai berikut :
1. Mikrobiawi
Kelompok mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi pangan
adalah bakteri, kapang, dan kamir. Tidak semua mikroorganisme
17
berbahaya, beberapa diantaranya ada yang justru sengaja ditumbuhkan
dan dimanfaatkan dalam proses pengolahan makanan. Jenis mikroba,
pangan yang dicemari, sumber kontaminasi, dan gejala yang ditimbulkan,
pada tabel 4:
Tabel 4.Jenis mikroba, pangan yang dicemari, sumber kontaminasi,
dangejala yang ditimbulkan (Yayuk, Ali dan Meti 2004).
Jenis Mikroba Bahan Pangan Sumber Kontaminasi Gejala
Salmonella Daging &produknya,
telur,ikan, ayam, es
krim coklat susu,
susu segar
Manusia, ternak,
unggas & telurnya,
tikus, lalat, kecoa, isi
perut hewan
Sakit perut, diare,
demam & muntah
setelah 12-36 jam,
sakit kepala, demam,
tipus/paratipus
Clostridium
botulium
Pangan kaleng
dengan keasaman
rendah : daging, ikan,
jagung manis, bit,
asparagus, bayam,
ikan asap
Proses pengalengan
yang tidak tepat
Gangguan
pencernaan yang
akut, mual, muntah,
diare, fatig, sulit
menelan. Kematian
dapat terjadi dalam
waktu 3-6 hari
Clostridium
perfringens
Tumbuh dengan
cepat pada pangan
yang mengalami
pendinginan lambat
&pangan yang
didiamkan pada suhu
ruang dalam waktu
lama: daging, pasta
ikan, daging ayam
dingin
Pangan hewan mentah Sakit perut dan diare
8-24 jam setelah
terinfeksi dan
berakhir dalam waktu
kurang dari 1 hari
18
Jenis Mikroba Bahan Pangan Sumber Kontaminasi Gejala
Vibrio
parahaemoliticu
s
Hasil-hasil laut: ikan,
kerang, kepiting,
udang
Air laut, peralatan,
kotoran ikan
Sakit perut, diare
yang mengandung
darah, mual&
muntah, demam
ringan, dingin, sakit
kepala. Gejala 2-48
jam setelah terinfeksi
Vibrio Air, ikan dan pangan
hasil laut
Air Wabah kolera.
Gejala: diare &
muntah-muntah
Staphylococcus
aureus
Daging & produknya,
daging unggas, ikan,
susu, saus krim,
salad, puding
terutama bila
pendinginan tidak
cukup
Manusia atau hewan
melalui hidung,
tenggorokan, kulit dan
luka
Banyak
mengeluarkan ludah,
mual, muntah, kejang
otot, berkeringat
dingin. Lemas, napas
pendek & suhu
dibawah normal
Shigella Air susu, es krim,
kentang, ikan tuna,
udang, kalkun salad,
makaroni, cider
Air yang tercemar
kotoran
Kejang perut, diare
bercampur darah &
dinding usus dan
demam sampai 400 C
Lysteria
monocytogenes
Tumbuh dalam
lemari es &
mencemari produk-
produk susu &daging
- Seperti serangan flu
2. Cemaran lingkungan
Cemaran yang berasal dari lingkungan dapat sangat berbahaya
meskipun sebenarnya dapat terkendali. Bahan buangan industri
19
seharusnya diolah sebelum dibuang ke dalam badan air misalnya lewat
kolam penyesuaian (Anni, 2010).
Sisa endapan bahan pangan yang disebar pada tanah pertanian dapat
menjadi sumber kontaminasi mikroorganisme patogen, virus, telur cacing
parasit, logam berat, pestisida, dan bahan kimia industri seperti PCB
(Polychlorinated Biphenyl). Tanaman dan hewan mengakumulasi logam
berat dalam jaringannya dan dapat menjadi sumber keracunan manusia.
3. Residu pestisida
Residu pestisida pada makanan dapat berasal dari penyemprotan
tanaman pertanian atau karena ketidaksengajaan, salah tanda, salah
pemakaian, dan kecerobohan. Pestisida yang mengalir ke sungai dan laut
mengakibatkan kematian satwa air (Anni, 2010).
4. Bahan makanan tambahan
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan,
tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk bahan pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter
pangan agar kualitasnya meningkat.Pemakaian BTP merupakan salah satu
langkah teknologi yang diterapkan oleh industri pangan berbagai skala.
Sebagaimana langkah teknologi lain, maka risiko-risiko kesalahan dan
penyalahgunaan tidak dapat dikesampingkan. BTP pada umumnya
merupakan bahan kimia yang diteliti dan diuji lama sesui dengan kaidah-
20
kaidah ilmiyah yang ada. Pemerintah telah mengeluarkan aturan-aturan
pemakaian BTP secara optimal (Cahyo, 2006).
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum
oleh masyarakat.Kenyataannya masih banyak produsen makanan yang
menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan.Efek dari
bahan tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara
perlahan dan pasti dapat menyebabkan sakit. Penyimpangan atau
pelanggaran mengenai pengguaan BTP yang sering dilakukan oleh
produsen pangan, yaitu :1.Menggunakan bahan tambahan yang dilarang
penggunaanya untuk makanan, 2. Menggunakan BTP melebihi dosis yang
diizinkan (BAPPENAS, 2011),
Penggunaan bahan tambahan yang beracun atau BTP yang melebihi
batas akan membahayakan kesehatan masyarakat, dan berbahaya bagi
pertumbuhan generasi yang akan datang. Karena itu produsen pangan
perlu mengetahui peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah pengguaan BTP.
Menurut PP No.28/24,bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
produk makanan. Pengguanaan bahan tambahan pangan sangat sulit
dihindari dalam industri pengolahan pangan karena fungsinya sangat
membantu untuk menghasilkan produk yang baik.Bahan tambahan
pangan sudah diatur menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
21
Indonesia No. 235/MEN.KES/PER/VI/1979. Di Amerika Serikat bahan
tambahan pangan digolongkan menjadi empat menurut peraturan yang
ada di AS, yaitu : 1. Substansi yang secara umum tergolong aman
(Generally recognized as safe (GRAS) substances ), 2. perasa dan ekstrak,
3. Direct additives, dan 4.Pewarna tambahan.Contoh dari GRAS adalah
sukrosa, garam, dan rempah-rempah. Sedangkan direct additives
merupakan bahan tambahan pangan yang baru disetujui oleh FDA (Food
and Drug Administration) pada tahun 1958. Jenis bahan tambahan pangan
pada saat ini sangat beragam sekali dengan berbagai fungsi sebagai
antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis, pemutih,
pematang tepung, pewarna, pengawet,pengemulsi, pemantap atau
penstabil, pengental, pengeras, penegas rasa dan pemberi aroma dan
sekuestran.
Bahan tambahan tersebut ada yang berasal dari hasil ekstrasi bahan
alami dan ada juga yang dibuat dari bahan kimia. Dengan demikian,
masing-masing kelompok bahan tersebut mempunyai berbagai kelebihan
dan kekurangan, yang akan berdampak terhadap kesehatan (Cahyo,
2006).
Bahan tambahan makanan (Food Additives) ada dalam bahan
pangan karenan disengaja untuk mendapatkan pengaruh.Penyalahgunaan
bahan pewarna tekstil dan kertas makanan, bahan pengawet yang
berlebihan, pengguanaan bungkus bekas pestisida, kesalahan penggunaan
22
bahan karena kesalahan label seperti bikarbonat tertukar nitrit merupakan
kecerobohan yang sebenarnya dapat dihindarkan (Cahyo, 2006).
Bahan tambahan makanan diperlukan dan dipakai berdasarkan
peran yang diharapkan dengan memperhatikan risiko atau pengaruh
negatif yang diakibatkan oleh pemakaiannya. Secara umum bahan
tambahan makanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yang harus
aman tanpa menimbulkan bahaya pada konsumen, mempunyai peran
kegunaan yang diharapkan dari pemakaiannya, tidak dipakai untuk
menutupi kekurangan atau kerusakan bahan maupun kesalahan
pengolahannya, tidak mengurangi nilai gizi suatu bahan makanan yang
berarti.
Tujuan pemakaian bahan tambahan makanan adalah untuk
meningkatkan hasil olahan pangan, untuk melindungi bahan dari
kerusakan mikrobiawi atau serangga,memudahkan untuk memenuhi
syarat dan sifat indrawi dan untuk memudahkan penyiapan maupun
penghidangannya.Tujuan tersebut tidak dapat dibenarkan apabila bahan
yang diperoleh tidak aman atau berbahaya.Masalah pengguanaan bahan
pewarna yang tidak aman, penggunaan boraks, formalin, dan MSG
merupakan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini
(Nuraini, 2007).
Keamanan pangan, perlu adanya pengawasan pemerintah yang lebih
ketat terhadap peredaran bahan-bahan berbahaya melalui peraturan-
23
peraturan, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perlunya
keamanan pangan. Konsumen memang pada umumnya mengharapkan
untuk mengkonsumsi makanan yang aman, namun secara teoritis tidak
mungkin dicapai keamanan mutlak atau tingkat bahaya yang nihil, oleh
karena itu sebagai konsumen harus pintar dalam memilih makanan
jajanan yang sehat. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan apabila
akan membeli makanan jajanan :
1. Melihat kebersihan tempat berjualan serta kebersihan orang yang
berjualan. Kebersihan sangat penting untuk memastikan produk yang
dijual terhindar dari cemaran bakteri.
2. Memperhatikan kualitas fisik produk, yaitu kesegaran bahan, aroma
(bau basi atau tengik), pilih makanan dengan warna yang tidak
mencolok karena dikhawatirkan menggunakan perwarna bukan untuk
makanan, kemungkinan adanya lendir, jamur, atau bentuk lain yang
tidak wajar.
3. Waspadai jika harga yang ditawarkan terlalu murah karena mungkin
saja bahan yang digunakan bukan bahan asli (Shils and Shike, 2006)
II.4 Pemilihan makanan pada masyarakat
Pemilihan jenispangan atau makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh
status, penampilan yang menarik, atau karena pilihan keluarga, olehkarena
itu, harus pula diperhatikan perihal siapa yang mempunyai kekuasaan pada
suatu keluarga, serta orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh
24
terhadap sikap dan perbuatan orang-orang lainnya. Biasanya dalam keluarga,
kepala rumah tangga yang mempunyai kewenangan tersebut, tetapi ada pula
yang dimiliki oleh ibu (istri) ataupun orang tuanya. Tingkah laku seseorang
dipengaruhi oleh orang lain, sebab untuk mendapatkan kepuasan atau
ketidakpuasan hati, orang tersebut melakukan pertimbangan-pertimbangan
didalam keadaan atau apa yang dipikirkan sebelum membuat suatu
keputusan kepada orang tertentu yaitu yang disebut panutan. Pendididkan
gizi tidak dapat berhasil kalau tidak disertai suatu pengetahuan mengenai
sikap, kepercayaan, dan nilai dari masyarakat yang akan menjadikan sasaran
dan cara mereka menerapkannya kepada anak-anak mereka, dan juga
pengertian tentang konsep tingkah laku yang dihubungkan dengan pemilihan
makanan, dan terhadap penyebaran dari inovasi. Biasanya makan
mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Sikapnya terhadap
makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak
masa kanak-kanak tentang apa dan bagaimana makanan. Terbentuknya rasa
suka terhadap makanan tertentu merupakan hasil dari kesenangan
sebelumnya yang diperoleh pada saat mereka makan untuk memenuhi rasa
laparnya serta dari hubungan emosional antara anak-anak dengan yang
memberi makan mereka. Bagi sebagian masyarakat, jenis-jenis makanan
yang telah biasa mereka pelajari untuk menyukainya sejak masa kanak-
kanak, akan berlanjut menjadi makanan kesukaannya pada usia dewasanya
(Khumaidi, 2000).
25
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap,
kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat
berupa positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan
bersumber pada nilai-nilai “affective” yang berasal dari lingkungan (alam,
budaya, sosial, ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu
tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan (belief) terhadap
makanan, hanya saja wilayah kejiwaannya adalah nilai-nilai “cognitive”
yang berkaitan dengan kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik.
Dan pemilihan adlaah proses “psychomotor” untuk memilih makanan sesuai
dengan sikap dan kepercayaan.
Kebiasaan makan individu, keluarga, masyarakat dipengaruhi oleh :
a. Faktor budaya, termasuk faktor ini adalah : cara seseorang berfikir
atau berpengetahuan, berperasaan, dan berpandangan tentang
makanan. Apa yang ada dalam pikiran, perasaan, dan pandangan
(persepsi) itu kemudian dinyatakan dalam bentuk tindakan makan
dan memilih makanan. Jika mekanisme ini terjadi berulang-ulang
makan akan menjadi kebiasaan makan.
b. Faktor lingkungan ekonomi, daya beli, ketersediaan uang kontan,
dan sebagainya.
c. Faktor ketersediaan bahan makanan(Khumaidi, 2000).
26
Variasi kelas sosial atau sosioekonomi pada konsumsi makanan
mendapatkan perhatian khusus terkait dengan ketidaksetraan kesehatan.
Berbagai tindakan telah dilakukan untuk mengkaji posisi sosioekonomi,
termasuk pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan. Kelas tersebut
diasumsikan memiliki dasar ekonomi, diukur melalui pendapatan atau
pekerjaan dan menunjukkan kontrol tertentu atas sumber daya. Orang yang
tergolong dalam kelompok kelas soaial yang lebih tinggi dan dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pola makan yang lebih
sehat. Juga diasumsikan bahwa kelompok dengan status sosioekonomi lebih
tinggi akan memiliki pola makan yang lebih sehat. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi juga dapat membantu pembentukan konsep hubungan antara
pola makan dan kesehatan. Pendapatan yang terpakai dan jumlah uang yang
akan dibelanjakan untuk membeli makanan juga merupakan faktor penting
dalam pemilihan makanan (Cox and Anderson, 2009).
II.5 Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Usia antara 6-12 tahun adalah usia anak duduk di sekolah dasar. Pada
permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, sehingga anak-anak
mulai masuk kedalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan
dengan orang-orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan
lingkungan baru dalam hidupnya. Hal ini dapat mempengaruhi kebiasaan
makan mereka. Kegembiraan di sekolah menyebabkan anak-anak sering
27
menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada
mereka (Moehji, 2003).
Beberapa gambaran karakteristik anak sekolah dasar antara lain
sebagai berikut: karakteristik anak sekolah dasar yang pertama adalah
senang bermain, yang kedua senang bergerak, ketiga senang berkerja dalam
kelompok dan yang ke empat senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung (Notoatmodjo, 2003).
Anak usia sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang
menguras banyak tenaga, dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar. Akibatnya tubuh anak
menjadi kurus, untuk mengatasinya dengan mengontrol waktu bermain anak
sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup. Kurangnya nafsu makan
dapat disebabkan banyak jajan, untuk meningkatkan dapat diberikan obat
nafsu makan sesuai dosis yang dianjurkan. Makanan jajanan yang kurang
mengandung nilai gizi dan kebersihannya kurang terjaga, maka akan
menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan (Lisdiana, 2004).
II.6 Pengetahuan tentang jajanan sehat
A. Definisi pengetahuan
Pengetahuan (knowledge)merupakanhasil“tahu”danini terjadi
setelah individumelakukan penghindaran terhadapsuatu objek
tertentutercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
28
1. Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima
2. Memahami (comprehension) yang diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (application)yang diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)merupakan kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (syntesis)menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru(Notoatmodjo,2003).
29
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
1. Faktor internal yang mencakup, umur selalu diperhatikan dalam
penelitian epidemiologi yang merupakan lamanya hidup seseorang
dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin bertambah umur
seseorang, maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki karena
pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain.Pendidikanmerupakan proses pembentukan kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengetahuan, sehinggaperlu dipertimbangkan
umur dan hubungan dengan proses belajar.Semakin tinggi pendidikan,
hidup manusia akan membuahkan pengetahuan yang baik yang
menjadikan hidup yang berkualitas.
a. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan yang merupakan
seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.Sosial budayayang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi. Paparan media
massayaitu seseorang yang lebih sering terpaparTV, radio, majalah,
pamflet, dan lain-lainakan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki seseorang.Hubungan sosial dalam
30
kehidupan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akanlebih besar
terpapar informasi. Pengalamanseseorang dapat diperoleh dari
lingkungan, misalnya seseorang mengikuti kegiatanyang mendidik,
seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.Evaluasi (evaluation)
merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
C. Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner, menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden dikutip dari kuesioner Arikonto 2007.
1. Pengetahuan baik = 76 – 100%
2. Pengetahuan cukup = 60 – 75%
3. Pengetahuan kurang = < 60%
II.7 Perilaku anak sekolah dalam memilih jajanan
A. Definisi perilaku
Perilaku dari sudut biologi adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktifitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2011).
31
Perilaku pemilihan jajanan seperti halnya perilaku lainnya pada diri
seseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan,
cara pandang tentang jajanan sehat dan faktor sosial ekonomi. Perilaku
konsumsi makan dipengaruhi pula oleh wawasan atau cara pandang
seseorang terhadap gizi (Khomsan, 2003).
32
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
III.1 Kerangka Teori
Berdasarkan teori pada tinjauan pustaka yang telah disampaikan, maka dibuat
kerangka teori sebagai berikut :
Skema 2 Kerangka Teori
PENGETAHUANJAJANAN SEHAT:
Faktor Internal :1. Umur2. Pendidikan
Faktor Eksternal :1. Tingkat sosial ekonomi2. Pengalaman3. Kebiasaan membawa
bekal4. Kebiasaan jajan
keluarga5. Lingkungan sekolah
PERILAKU PEMILIHAN JAJANAN
32
33
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah yang telah disampaikan,
maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :
VariabelBebas Variabel Terikat
Skema 3 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan anak tentang jajanan sehat
dengan perilaku anak dalam pemilihan jajanan di SD Negeri 1 Pabuaran Lor
Tingkat pengetahuan
tentang jajanan sehat
Perilaku pemilihan
jajanan
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Pabuaran Lor pada bulan
November 2013 sampai Maret 2014 dengan responden adalah siswa kelas V dan
VI.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai berikut :
Waktu :November- Maret 2013-2014
Tempat : SD Negeri 1 Pabuaran Lor
4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasioanal dengan
menggunakandesigncross sectional.Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuisioner untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan anak
tentang jajanan sehat dengan perilaku anak dalam memilih jajanan.
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi Penelitian
a. Populasi target
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa di SD Negeri 1 Pabuaran
Lor.
b. Populasi terjangkau
34
35
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas V, dan VI.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah total populasi terjangkau
4.4.2.1 Kriteria inklusi
a. Umur 10-12 tahun
b. Siswa yang bersedia menjadi responden
c. Siswa yang sehat
d. Dapat berkomunikasi dengan baik.
4.4.2.2 Kriteria eksklusi
Siswa yang sehat tapi tidak masuk pada waktu penelitian
4.4.3 Cara sampling
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria penelitian. Pengambilan sampel dilakukan (simple random
sampling) dimana 140siswa-siswi yang dipilih dalam populasi terjangkau
mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut serta sebagai sampel
penelitian.
4.4.4 Besar sampel
Cara menentukan ukuran sampelnya dengan rumus solvin sebagai
berikut:
Keterangan :
36
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kesalahan yang diinginkan (0,1)
Jumlah siswa-siswi terpilih sebanyak 140 orang maka didapatkan :
Jadi n = 58 siswa
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuananak
tentang jajanan sehat.
4.5.2 Variabel Terikat (Dependen)
n = 140 1 + 140 (0,1)2
n = 1401+1,4
n = 1402,4n = 58,33
37
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku anak dalam
memilih jajanan sehat.
4.6 Definisi Operasional Variabel
Tabel 5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala
Ukur
Pengetahuan
Jajanan Sehat
Pengetahuan tentang jajanan sehat yaitu jajanan yang aman dari bahaya fisik, kimia, dan biologis, serta mengandung zat-zat gizi yang aman dikonsumsi tanpa bahan pengawet dan bersih.
1. Baik:Nilai pengetahuan >75%
2. Cukup:Nilai pengetahuan 60%-75%
3. Kurang:Nilai pengetahuan <60%
Kuesioner Ordinal
Perilaku
Pemilihan
Jajanan
Perilaku pemilihan jajanan
yaitutindakan atau praktik anak
untuk membeli dan
mengkonsumsi jajanan yang
aman dari bahaya fisik, kimia,
dan biologis, serta
mengandung zat-zat gizi.
1. Baik:Nilai perilaku >75%
2. Cukup:Nilai perilaku 60%-75%
3. Kurang: Nilai
perilaku <60%
Kuesioner Ordinal
38
4.7 Cara Pengumpulan Data
4.7.1 Bahan dan alat
Alat dan bahan penelitian adalah alat dan bahan yang digunakan
untuk pengambilan data dalam penelitian.Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesionertertutup yang berisi pertanyaan
tertutup.Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pengetahuan anak tentang jajanan sehatdan perilaku anak
dalam memilih jajanan.
Kuesioner yang digunakan di kutip dari Purtianti 2011 antara lain :
1. Identitas, berisikan identitas responden meliputi nama responden,
alamat rumah, usia, kelas, uang saku sekolah, dan pekerjaan orang
tua.
2. Pengetahuan tentang jajanan sehat berisikan soal-soal yang
berkaitan dengan kontaminasi atau pencemaran makanan/minuman
jajanan, makanan/minuman jajanan yang aman beserta ciri-cirinya,
bahan tambahan pangan dan kegunaannya serta sanitasi dalam
pengolahan makanan/minuman jajanan
3. Perilaku terhadap pemilihan jajanan meliputi pertanyaan kebiasaan
mengenai jajanan yang dibeli, lokasi, keadaan sekitar lokasi, dan
proses pelayanan.
39
4.7.2 Prosedur penelitian
Berbekal surat pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas
Swadaya Gunung Jati, peneliti menghubungi sekolah yang akan diteliti dan
meminta izin penelitian kepada kepala dan guru wali kelas sekolah yang
bersangkutan.
Setelah mendapat izin dari pihak sekolah yang diteliti, maka
peneliti mengumpulkan data di sekolah tersebut dengan mengumpulkan
siswa-siswi di SD Negeri 1 Pabuaran Lor sesuai dengan izin dari kepala
sekolah, guru wali kelas dan orang tua siswa-siswi dengan syarat tidak
terlalu mengganggu kegiatan belajar mengajar. Kemudian
penelitimenjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian dan selanjutnya
melakukan wawancaran terstuktur dengan menggunakan kuisioner kepada
respondenyaitu kepada siswa-siswidi SD Negeri 1 Pabuaran Lor.
4.8 Alur Penelitian
Prosedur penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap, yang meliputi :
1. Tahap persiapan
a. Penetapan sasaran
b. Konsultasi kepada pembimbing
c. Mempersiapkan instrumen penelitian
d. Mengurus surat izin dan melakukan koordinasi dengan Kepala
Sekolah dan guru wali kelas V dan VI di SD Negeri 1 Pabuaran
Lor
40
e. Menetapkan jadwal kegiatan
2. Tahap pelaksanaan :observasi lokasi penelitian, wawancara terstruktur
kepada responden menggunakan kuesioner kemudian dianalisis menjadi
hasil penelitian.
3. Tahap penyelesaian
a. Mengolah data dan menganalisis data
b. Menyusun laporan penelitian
c.
d.
Skema 4 Alur Penelitian
4.9 Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
a. Editing (pengeditan data)
Melakukan pekerjaan meneliti atau menyunting data yang
diperoleh sehingga apabila terjadi kesalahan dapat segera dibenahi,
meliputi kelengkapan jawaban dari pertanyaan yang disediakan,
Membuat Usulan
Proposal
Pengesahan ProposalPenelitian
Mengambil sampel dengan cara
“Simple Random Sampling”
Pengumpulan data
Mengolah data dan menganalisis
data
Observasi lokasi penelitian
41
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang disediakan, maupun
kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
b. Coding (pengkodean data)
Yaitu melakukan pengkodean pada setiap jawaban yang telah
diberikan responden sehingga mempermudah dalam menganalisa data.
Kode untuk variabel pengetahuan :
c. Entry
Yaitu kegiatan memasukkan hasil jawaban pada program
pengolahan data.
d. Processing
Adalah memproses data dengan menggunakan computer atau
secara manual agar dapat dianalisis.
e. Tabulating
Yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti agar
memudahkan analisis data.
f. Cleaning
Memeriksa kembali apakah ada kesalahan data sehingga data
benar-benar siap untuk dianalisis.
4.9.2 Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan analisis
univariat dan bivariat, yaitu :
42
a. Analisis univariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti baik
variabel bebas (pengetahuan tentang jajanan sehat) maupun
terikat (perilaku dalam memilih jajanan).
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel yaitu variabel bebas maupun variabel terikat dengan
menggunakan ujikorelasi Rank spearman.
4.10 Etika Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan tugas proposal yang menggunakan
subyek manusia, oleh karena itu sebelum melakukan penelitian ini diminta
persetujuan etik terlebih dahulu dari Komite Etika Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Gunung Jati. Kemudian surat permohonan dan
persetujuan juga dimintakan kepada kepala sekolah SD Negeri 1 Pabuaran Lor
untuk melakukan penelitian di SD Negeri 1 Pabuaran Lor.
43
4.11 Jadwal Penelitian
Tabel 6 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
1. Penyusunan
proposal
2. Ujian
proposal
3. Penyusunan
Instrumen
4. Persiapan ke
lapangan
5. Pengumpulan
data
6. Analisis data
7. Penyusunan
skripsi
8. Ujian skripsi