revisi eksploorasi kutuub

21
VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083 STUDIO PERANCANGAN 5 MAIN IDEA : PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT DI SURAKARTA ALASAN PEMILIHAN MAIN IDEA : Indonesia merupakan negara yang semakin berkembang dalam segala bidang baik bidan infrastruktur, perekonoman maupun dari bidang gaya hidup. Fasilitas yang ada pun semakin berkembang pesat seperti perkebangan mall, hotel, bahkan restaurant. Perkembangan ini akan berdampak positif dan tentunya negatif bagi masyarakat. Dampak negatif dari segi non fisik yang bisa kita lihat sekarang ini adalah meningkatnya fenomena seperti hedonism, individualis, angka kriminalitas yang semakin meningkat, dll. Dari sekian banyak dampak negatif, salah satu yang menjadi persoalan kompleks yakni maraknya penggunaan narkoba di masyarakat. Tak hanya orang dewasa, narkoba telah menjadi barang yang akrab di mata anakanak hingga remaja. Menurut data BNN (Badan Narkotika Nasional), menyebutkan bahwa pangsa pasar narkoba kini telah bergeser merambah anak-anak dan remaja. Maraknya penggunaan narkoba juga semakin merambah pada kota yang semakin berkembang yakni kota Solo, seperti yang dimuat dalam harian kompas 17 Mei 2014, Kepala BNN Jawa Tengah menuturkan bahwa peredaran narkoba di Kota Solo merupakan ranking satu di propinsi Jawa Tengah setelah kota Semarang. Menurut Badan Narkotika Nasionak (BNN), selama tahun 2013 ada sedikitnya 70 kasus penyalahgunaan narkoba di Kota Solo. Jumlah tersebut paling tinggi di Jawa Tengah. Sampai saat ini jumlah pengguna narkoba di Solo sudan mencapai angka lebih dari 500 kasus. Namun, dengan tingginya angka kasus narkoba, kota Solo belum mempunyai fasilitas yang bisa menangani secara

Upload: vivie-aida

Post on 24-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berisi tentang studio perancangan 5

TRANSCRIPT

Page 1: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

STUDIO PERANCANGAN 5MAIN IDEA :

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT DI SURAKARTA

ALASAN PEMILIHAN MAIN IDEA :

Indonesia merupakan negara yang semakin berkembang dalam segala bidang baik bidan

infrastruktur, perekonoman maupun dari bidang gaya hidup. Fasilitas yang ada pun semakin

berkembang pesat seperti perkebangan mall, hotel, bahkan restaurant. Perkembangan ini akan

berdampak positif dan tentunya negatif bagi masyarakat. Dampak negatif dari segi non fisik yang bisa

kita lihat sekarang ini adalah meningkatnya fenomena seperti hedonism, individualis, angka

kriminalitas yang semakin meningkat, dll. Dari sekian banyak dampak negatif, salah satu yang

menjadi persoalan kompleks yakni maraknya penggunaan narkoba di masyarakat. Tak hanya orang

dewasa, narkoba telah menjadi barang yang akrab di mata anakanak hingga remaja. Menurut data

BNN (Badan Narkotika Nasional), menyebutkan bahwa pangsa pasar narkoba kini telah bergeser

merambah anak-anak dan remaja.

Maraknya penggunaan narkoba juga semakin merambah pada kota yang semakin berkembang yakni

kota Solo, seperti yang dimuat dalam harian kompas 17 Mei 2014, Kepala BNN Jawa Tengah

menuturkan bahwa peredaran narkoba di Kota Solo merupakan ranking satu di propinsi Jawa Tengah

setelah kota Semarang. Menurut Badan Narkotika Nasionak (BNN), selama tahun 2013 ada sedikitnya

70 kasus penyalahgunaan narkoba di Kota Solo. Jumlah tersebut paling tinggi di Jawa Tengah.

Sampai saat ini jumlah pengguna narkoba di Solo sudan mencapai angka lebih dari 500 kasus.

Namun, dengan tingginya angka kasus narkoba, kota Solo belum mempunyai fasilitas yang bisa

menangani secara keseluruhan terapi dan rehabilitasi bagi korban ketergantungan narkoba. Selama

ini fasilitas yang ada hanyalah upaya pengobatan medik yang hanya dilakukan di rumah sakit pusat,

puskesmas, dan rumah sakit jiwa Surakarta. Namun, dengan hanya menjalani pengobatan medik

tanpa dibarengi dengan terapi psikologi maka kecenderungan untuk kambuh kembali sangat tinggi.

Dari poin-poin yang telah diuraikan bahwa kota Surakarta membutuhkan suatu fasilitas untuk terapi

dan rehabilitasi ketergantungan narkoba terutama pada segi mental pengguna, hal ini sangat

didasarkan pada banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba yang berujung pada kematian. Selain itu,

fasilitas ini haruslah lepas dari fasilitas medis lainnya karena kasus narkoba adalah kasus yang sensitif

bagi para pecandu.

TUJUAN PEMILIHAN MAIN IDEA :

Page 2: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

Perncanaan sebuah fasilitas terapi dan rehabilitasi di Surakarta ini ditujukan untuk para pengguna

narkoba yang ingin sembuh baik secara medis maupun secara psikologis, sehingga pecandu dapat

kembali ke masyarakat dan menjalani hidup normal. Dengan adanya fasilitas ini juga akan

mempermudah korban penyalahgunaan narkoba untuk menjalani terapi mengingat 5% dari kasus

yang ada memilih untuk beroobat dan menjalani rehabilitasi di luar kota Surakarta. Selain itu,

perencanaan pusat terapi dan rehabilitasi mempunyai tujuan utama yaitu mengurangi tingkat

kematian pecandu narkoba baik karena over dosis maupun HIV/AIDS, diharapkan dengan adanya

fasilitas ini maka pecandu maupun keluarga pecandu lebih memilih direhabilitasi daripada

membiarkan tingkat kecanduan narkoba yang di derita semakin parah bahkan berujung kematian.

DAFTAR ISI EKSPLORASI IDE STUDIO PERANCANGAN 05

Page 3: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

GAGASAN IDE :

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT DI SURAKARTA

DAFTAR EKSPLORASI :

A. PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

A1. PUSAT TERAPI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

A2. PUSAT REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

A3. PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

A4. PREESEDEN PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI

A5. KORELATIF PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

B. THERAPEUTIC COMMUNITY SEBAGAI BASIS DALAM PERANCANGAN PUSAT TERAPI

DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

B1. Pemahaman Therapeutic Community Bagi Ketergantungan Narkoba

B2. Program Therapeutic Community Bagi Ketergantungan Narkoba

B3. DINAMIKA AKTIVITAS THERAPEUTIC COMMUNITY pada PUSAT TERAPI DAN

REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

B4. THERAPEUTIC COMMUNITY AND THERAPEUTIC ENVIRONMENT YANG

BERHUBUNGAN DENGAN RANCANG BANGUN

C. HEALING ENVIRONMENT DALAM PERANCANGAN PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI

BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY

C1. ESENSI HEALING ENVIRONMENT SECARA UMUM

C2. HEALING ENVIRONMENT BERKONTEKS PADA RANCANG BANGUN

C3. HEALING ENVIRONMENT BERKONTEKS PADA RANCANG BANGUN PUSAT TERAPI

DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC

COMMUNITY

D. SURAKARTA SEBAGAI LOKASI PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI

KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN

PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT

D1. KRITERIA UMUM LOKASI PERENCANAAN PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI

D2. TINJAUAN UMUM SURARKARTA

D3. KETERGANTUNGAN NARKOBA DI SURAKARTA DAN SEKITARNYA

D4. FASILITAS TERAPI DAN REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA DI SURAKARTA

Page 4: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT DI SURAKARTA

A. PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

A1. PUSAT TERAPI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

1. Pengertian Pusat Terapi Ketergantungan Narkoba

Terapi bagi korban ketergantungan narkoba adalah suatu upaya atau metode yang

dilakukan pada pecandu narkoba untuk pulih dan terbebas dari ketergantungan

narkoba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat terapi bagi korban ketergantungan

narkoba suatu wadah fungsional yang menyelenggarakan upaya medis, psikologi,

pendidikan sosial dan vokasional untuk pecandu narkoba dengan menggunakan

metode tertentu bagi pecandu narkoba agar bisa terbebas dari ketergantungan

narkoba.

Terdapat banyak terapi yang bisa digunakan untuk membantu pecandu narkoba agar

bisa pulih. Namun, ide kali ini akan memilih terapi dengan menggunakan therapeutic

community. Pada terapi ini pecandu narkoba akan dibantu dengan pelayanan

psikologis dan sosial sehingga bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat ketika nanti

sudah terbebas dari ketergantungan narkoba.

2. Jenis-jenis Terapi Ketergantungan Narkoba

Dalam penanganan pecandu narkoba, di Indonesia terdapat beberapa metode terapi

yang digunakan yaitu :

Cold turkey, artinya seorang pecandu langsung menghentikan penggunaan

narkoba/zat adiktif. Metode ini merupakan metode tertua, dengan mengurung

pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan. Setelah gejala

putus obat hilang, pecandu dikeluarkan dan diikutsertakan dalam sesi konseling

(rehabilitasi nonmedis). Metode ini bnayak digunakan oleh beberapa panti

rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan dalam fase detoksifikasinya.

Metode alternatif

Terapi substitusi opioda, hanya digunakan untuk pasien-pasien ketergantungan

heroin (opioda). Untuk pengguna opioda hard core addict (pengguna opioda yang

telah bertahun-tahun menggunakan opioda suntikan), pecandu biasanya

mengalami kekambuhan kronis sehingga perlu berulang kali menjalani terapi

ketergantungan. Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) diganti (substitusi) dengan

narkotika legal. Beberapa obat yang sering digunakan adalah kodein,

bufrenorphin, metadone, dan nalrekson. Obat-obatan ini digunakan sebagai obat

Page 5: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

detoksifikasi, dan diberikan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pecandu,

kemudian secara bertahap dosisnya diturunkan. Keempat obat di atas telah

banyak beredar di Indonesia dan perlu adanya kontrol penggunaan untuk

menghindari adanya penyimpangan/penyalahgunaan obat-obatan ini yang akan

berdampak fatal.

Therapeutic community (TC), metode ini mulai digunakan pada akhir 1950 di

Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu

kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang

produktif. Program TC, merupakan program yang disebut Drug Free Self Help

Program. program ini mempunyai sembilan elemen yaitu partisipasi aktif,

feedback dari keanggotaan, role modeling, format kolektif untuk perubahan

pribadi, sharing norma dan nilai-nilai, struktur & sistem, komunikasi terbuka,

hubungan kelompok dan penggunaan terminologi unik. Aktivitas dalam TC akan

menolong peserta belajar mengenal dirinya melalui lima area pengembangan

kepribadian, yaitu manajemen perilaku, emosi/psikologis, intelektual & spiritual,

vocasional dan pendidikan, keterampilan untuk bertahan bersih dari narkoba.

Metode 12 steps, di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk atau

menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan memberikan hukuman untuk

mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti program ini dimotivasi

untuk mengimplementasikan ke 12 langkah ini dalam kehidupan sehari-hari.

Pada objek rancang bangun ini, terapi yang digunakan adalah therapeutic

community. Therapeutic community adalah terapi ketergantungan narkoba yang

bertujuan untuk menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah masyarakat dan

dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program TC, merupakan program

yang disebut Drug Free Self Help Program. Program therapeutic community lebih

condong pada terapi yang menyembuhkan psikologis residen dengan penanganan

secara sosial.

3. Korelasi Pusat Terapi Ketergantungan Narkoba dengan wadah (Ruang) :

Terapi bagi pecandu narkoba ditekankan dengan penyembuhan dengan komunitas

berkelompok yang membutuhkan faktor ruang dalam (indoor) dan faktor ruang luar

(outdoor).

Faktor ruang dalam (indoor)

Faktor ruang dalam akan sangat berpengaruh pada penyembuhan residen saat

melakukan terapi yang diadakan di ruang yang bersifat indoor. Suasana ruang

Page 6: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

yang nyaman dan memperhatikan keseimbangan termal akan membantu residen

lebih nyaman sehingga residen dapat menjalankan terapi dengan baik. Faktor

kebosanan residen juga akan sangat berpengaruh pada kesembuhan dan

pemulihan residen. Tata ruang akan mempunyai view keluar dengan

pemandangan yang hijau dan sejuk sehingga dapat membuat residen berpikiran

sejuk dan nyaman saat melakukan terapi.

Gambar 01. Ruangan dengan view keluar

(pemandangan yang sejuk dan hijau)

View tata ruang yang mempunyai view ke luar dengan pemandangan sejuk dan

hijau dapat diimplementasikan seperti pada dua gambar diatas. Dua gambar

diatas bisa mengisyaratkan bahwa ruangan yang sejuk juga akan membuat

suasana di dalam ruang menjadi lebih nyaman dan cenderung bisa membuat

emosi dan psikologi pecandu narkoba menjadi lebih tenang. Suasana nyaman

yang diciptakan oleh dua gambar di atas juga yang akan membuat kondisi dan

suasana terapi yang lancar.

Kedua gambar diatas merupakan dua alternatif tata ruang dalam dengan view ke

luar namun dengan dua konsep yang berbeda. Gambar yang pertama lebih

menentukan pada bentuk ruang yang dinamis serta menekankan bahan-bahan

alami seperti bahan material yang digunakan untuk dinding ruangan. Ruangan

pun mempunyai view keluar dengan material kaca sehingga view ke luar lebih

terasa.

Gambar kedua lebih menekankan pada penggunaan jendela-jendela yang

digunakan untuk pengganti tembok. Dengan menggunakan jendela kaca maka

ruangan akan mempunyai view full keluar dengan view yang nyaman. Ruangan

seperti inilah yang akan membuat keadaan pecandu narkoba menjadi tenang saat

menjalani terapi.

Page 7: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

Faktor ruang luar (outdoor)

Selain pada ruang dalam, terapi juga dilakukan pada ruang luar. Dalam mendesain

tata ruang inilah, kenyamanan residen harus diperhatikan. Penataan tata ruang

luar harus memberikan kesan bagi residen agar residen tidak merasa diisolasi

sehingga akan membuatnya menjadi stress. Sebaliknya penataan tata ruang luar

harus bisa membuat perasaan aman dan nyaman sehingga tata ruang luar juga

akan ikut berpengaruh pada kesembuhan residen.

Gambar 02. Tata Ruang Luar(menekankan pada tata lansekap)

Tata ruang luar yang nyaman dapat diimplementasikan pada dua gambar diatas,

penataan lansekap dengan nuansa hijau akan memberikan suasana yang nyaman

dan sejuk bagi residen yang sedang menjalani terapi. Tata ruang luar juga akan

memberikan pengaruh yang baik pada proses penyembuhan para residen. Tata

ruang yang memberikan rasa nyaman dan sejuk akan juga memberikan terapi

melalui lingkungan yang juga akan mempercepat penyembuhan residen.

A2. PUSAT REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

1. Pemahaman Rehabilitasi bagi Ketergantungan Narkoba

Menurut UU No.9 tahun 1976, rehabilitasi adalah usaha memulihkan untuk

menjadikan pecandu narkoba hidup sehat jasmaniah dan rohaniah sehingga dapat

menyesuaikan dan meningkatkan kembali keterampilannya, pengetahuannya serta

kepandaian dalam lingkungan hidup. Bagi mereka yang tergantung pada narkoba,

rehabilitasi merupakan hal yang harus dijalani untuk proses pemulihan total (total

recovery) dalam rangka agar tidak mengalami ketergantungan narkoba. Jadi,

rehabilitasi dapat disebut sebagai tempat untuk mulai membebaskan diri dari

ketergantungan narkoba (drug free) sebagai modal awal untuk bisa bertahan dan

bebas dari pengaruh keterkaitan pada keberadaan narkoba sebagai zat yang

mempunyai ketentuan hukum (crime free). Untuk selanjutnya dapat hidup produktif

Page 8: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

(productivity) dengan pola hidup sehat (healthy life) di masyarakat setelah menjalani

rehabilitasi. Sedangkan pusat rehabilitasi adalah suatu wadah fungsional yang

menyelenggarakan dan melaksanakan upaya medis, psikologi, pendidikan sosial dan

vokasional.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba adalah

suatu wadah fungsional yang menyelenggarakan upaya medis, psikologi, pendidikan

sosial dan vokasional untuk pecandu narkoba dengan tujuan menjadikan pecandu

narkoba hidup sehat jasmaniah dan rohaniah sehingga dapat menyesuaikan dan

meningkatkan kembali keterampilannya, pengetahuannya serta kepandaian dalam

lingkungan hidup.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba

ditentukan bahwa rehabilitasi terhadap pecandu narkoba dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) kategori yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Namun, pada

kasus ini ide yang sudah ada menggunakan metode rehabilitasi yang bersifat sosial.

Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik,

mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan

fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

2. Jenis-Jenis Rehabilitasi Ketergantungan Narkoba

Rehabilitasi adalah fasilitas yang sifatnya semi tertutup, maksudnya hanya orang orang

tertentu dengan kepentingan khusus yang dapat memasuki area ini. Rehabilitasi

narkoba adalah tempat yang memberikan pelatihan ketrampilan dan pengetahuan

untuk menghindarkan diri dari narkoba (Soeparman, 2000:37).

Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009, ada dua jenis rehabilitasi, yaitu :

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik

fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali

melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Rehabilitasi yang digunakan pada objek rancang bangun pada ide ini adalah

rehabilitasi sosial yang menekankan pada proses sosial dan bertujuan untuk

memulihkan psikologis pecandu dengan terapi secara sosial pula. Rehabilitasi ini

bertujuan agar setelah pecandu menjalani rehabilitasi dan sembuh secara medis

Page 9: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

maupun psikologis akan bisa menjalani kehidupan sosialnya secara normal di

masyarakat.

3. Standar Pusat Pelayanan Rehabilitasi

Legalitas Institusi Pengelola.

Yang utama adalah semua penyelenggara terapi rehabilitasi narkoba

mencatatkan kegiatannya dan memperoleh ijin dari Dinas Kesehatan, setelah

memperoleh tanda daftar sarana dari Dinas Sosial Kabupaten/ Kota dan tanda

registrasi Badan Hukum dari instasi yang berwenang (KEPMENKES

966/MENKES/SK/VII/2002).

Pemenuhan Kebutuhan Klien / Rehabilitan

Kebutuhan pokok klien / rehabilitan dipenuhi oleh pengelola panti pelaksana

pelayanan dan rehabilitasi sosial, dengan mempertimbangkan kelayakan dan

proporsionalitas.

Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah antara lain :

- Makan 3 kali sehari ditambah dengan makanan tambahan (bubur kacang

hijau, dan sebagainya), dengan mempertimbangkan kecukupan gizi dengan

menu gizi seimbang.

- Pelayanan kesehatan, untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan

dengan kerjasama Puskesmas, dokter praktek, dan rumah sakit setempat

yang menguasai masalah penyalahgunaan narkoba.

- Pelayanan rekreasional, dalam bentuk penyediaan pesawat televisi, alat

musik sederhana, rekreasi di tempat terbuka, dan lain-lain.

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna narkoba

dilaksanakan dengan tahap yang baku / standar, meliputi :

- Pendekatan Awal

Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses

pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilak sanakan dengan penyampaian

informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi

sosial (lain) guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien /

residen dengan persyaratan yang telah ditentukan.

- Penerimaan

Page 10: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apaka

diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk

persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check

up, test urine negatif, dan sebagainya).

b. Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan

menjadi klien / residen.

c. Pencatatan rehabilitan dalam buku registrasi.

- Asesmen

Asesmen merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah

untuk mengetahui seluruh permasalahan klien / residen, menetapkan

rencana danbpelaksanaan intervensi. Kegiatan asesmen meliputi :

a. Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan

klien /residen.

b. Melaksanakan diagnosa permasalahan.

c. Menentukan langkah-langkah rehabilitasi.

d. Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan.

e. Menempatkan klien / residen dalam proses rehabilitasi.

- Bimbingan Fisik

Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik klien / residen,

meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, dan olah raga.

- Bimbingan Mental dan Sosial

Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan / spritual, budi

pekerti individual dan sosial / kelompok dan motivasi klien / residen

(psikologis).

- Bimbingan Orang Tua dan Keluarga

Bimbingan bagi orang tua / keluarga dimaksudkan agar orang tua /

keluarga dapat menerima keadaan klien / residen memberi support, dan

menerima klien / residen kembali di rumah pada saat rehabilitasi telah

selesai.

- Bimbingan Keterampilan

Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan

usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan klien / residen.

- Resosialisasi / Reintegrasi

Page 11: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilItasi yang

diarahkan untuk menyiapkan kondisi klien / residen yang akan kembali

kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi:

a. Pendekatan kepada klien / residen untuk kesiapan kembali ke

lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya.

b. Menghubungi dan memotivasi keluarga klien / residen serta

lingkungan masyarakat untuk menerima kembali klien / residen.

c. Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan

melanjutkan sekolah.

d. Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare)

Dalam penyaluran dilakukan pemulangan klien / residen kepada

orang tua / wali, disalurkan ke sekolah maupun instansi /

perusahaan dalam rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut

dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh /

relapse bagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan

sebagainya.

- Terminasi

Kegiatan ini berupa pengakhiran / pemutusan program pelayanan dan

rehabilitasi bagi klien / residen yang telah mencapai target program (clean

and sober).

A3. PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

1. Pemahaman Pusat Terapi dan Rehabilitasi Ketergantungan Narkoba

Dari kedua point yang sudah dijelaskan tentang pusat terapi ketergantungan narkoba

dan pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba. Pada point ini akan dipaparkan tentang

korelasi antara pusat terapi dan pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba.

Pusat terapi dan pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba adalah suatu wadah

fungsional yang menyelenggarakan upaya psikologi, pendidikan sosial dan vokasional

dengan menggunakan metode tertentu bagi pecandu narkoba yang bertujuan

menjadikan pecandu narkoba hidup sehat jasmaniah dan rohaniah sehingga dapat

menyesuaikan dan meningkatkan kembali keterampilannya, pengetahuannya serta

kepandaian dalam lingkungan hidup.

Korelasi antara kedua point diatas adalah antara terapi dan rehabilitasi merupakan

sebuah metode sosial yang membantu para pecandu narkoba untuk keluar dari

ketergantungannya mengonsumsi narkoba. Ide ini akan lebih menekankan

Page 12: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

penyembuhan dengan menggunakan terapi dan rehabilitasi sosial yang akan membuat

para residen lebih nyaman dan akan cepat beradaptasi dengan masyarakat setelah

residen keluar dari pusat rehabilitasi.

2. Pemilihan Terapi Ketergantungan Narkoba

Di Indonesia terdapat lima macam jenis metode terapi yang diterapkan pada lembaga

Rehabilitasi narkoba. Pada ide objek rancang bangun ini menggukanan terapi

therapeutic yaitu terapi ketergantungan narkoba yang bertujuan untuk menolong

pecandu agar mampu kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani

kehidupan yang produktif. Mengenai terapi ini akan diurai dan dideskripsikan dengan

detail pada poin B yang menjadi basis objek rancang bangun Pusat Terapi dan

Rehabilitasi Narloba.

Faktor dari terapi ini yang bisa diterapkan dalam rancang bangun adalah korelasinya

dengan perwadahan , faktor tersebut antara lain :

Tata Ruang Dalam

Memperhatikan banyak faktor yang berpengaruh pada interior ruangan yang

nyaman dan memiliki andil dalam kelancaran terapi serta kenyamanan residen.

Faktor tersebut antara lain :

- Kenyamanan termal dalam ruangan

- Pencahayaan yang mewadahi

- Banyak view keluar yang mengarah pada pemandangan hijau dan sejuk

Tata Ruang Luar

Tata ruang outdoor juga akan mempengaruhi psikologis residen dan kelancanran

terapi. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain :

- Pemilihan vegetasi

- Penataan vegetasi dan elemen-elemen outdoor

- Penataan lansekap

3. Pemilihan Jenis Rehabilitasi Ketergantungan Narkoba

Rehabilitasi yang digunakan pada objek rancang bangun pada ide ini adalah

rehabilitasi sosial yang menekankan pada proses sosial dan bertujuan untuk

memulihkan psikologis pecandu dengan terapi secara sosial pula. Rehabilitasi ini

bertujuan agar setelah pecandu menjalani rehabilitasi dan sembuh secara medis

maupun psikologis akan bisa menjalani kehidupan sosialnya secara normal di

masyarakat.

Page 13: revisi eksploorasi kutuub

PendekatanAwal

Penerimaan Assesment BimbinganFisik

Bimbingan Keluarga

Bimbingan Keterampilan

ResosialisasiTerminasi

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

Urutan dari kegiatan rehabilitasi ini adalah :

A4. PRESEDEN PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA

A5. KORELATIF pada PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI BAGI KETERGANTUNGAN NARKOBA

Pelaku pada Pusat terapi dan rehabilitasi ketergantungan narkoba :

- Rehabilitan

Merupakan rehabilitan pecandu narkoba yang dengan sukarela ingin mengikuti

program ini. Biasanya mereka adalah pecandu dengan tingkat ketergantungan

narkoba yang sedang sampai tinggi. Selain itu juga terdapat rehabilitan yang

mendapatkan surat rujukan dari pihak luar yang bekerjasama dengan pusat

rehabilitasi.

- Pengelola

Kepala Pusat Rehabilitasi Narkoba, Pengelola Rehabilitasi Sosial, Pengelola

Rehabilitasi Lanjut/ After Care, Pengelola Asrama, Administrasi dan Pendaftaran

(Tata Usaha), Pengelola Servis , Pengelola Keamanan.

- Pengunjung

Pengunjung bagi pusat rehabilitasi narkoba adalah pengunjung rehabilitan asrama.

Kunjungan juga dibedakan menjadi kunjungan formal dan semi formal yang

terbuka untuk umum (riset/ penelitian, pers,instansi luar) yang sesuai dengan

peraturan maupun perjanjian.

- Pelaku Kegiatan Lain

Biasanya pelaku kegiatan lain berhubungan dengan kegiatan servis seperti pemasok

bahan makanan, pemasok untuk bidang pelatihan kerja,dll.

Jenis kegiatan dan kebutuhan ruang pada pusat terapi dan rehabilitasi ketergantungan

narkoba :

Kegiatan yang terjadi dalam sebuah pusat rehabilitasi narkoba antara lain :

Page 14: revisi eksploorasi kutuub

VIVI AIDA NILAM CAHYANI / I0212083

- Kegiatan Penerimaan Awal, meliputi :Hall penerima, R. Informasi, R. Administrasi,

R. Pemeriksaan Awal, Ruang Tunggu, Lavatory.

- Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Hall, meliputi : R. Pendaftaran, R. Tunggu, R. Check

Up, R. Konseling Individual, R. Konseling Kelompok, R. Pemberian Obat, R.

Penyimpanan Sementara, R. Penyimpanan Tetap, R. Keamanan, Gudang, Lavatory.

- Unit Gawat Darurat, meliputi : Loading, R. Tindakan UGD, R. Rawat UGD, R. Dokter

Jaga, R. Perawat UGD, Lavatory.

- Kegiatan Perawatan Karantina, meliputi : Hall, Selasar, R. Karantina, R. Jaga Perawat,

Pantry, Lavatory.

- Kegiatan Rehabilitasi Sosial, meliputi : Hall/ Lobby, R. Terapi Individu, R. Terapi

Kelompok Indoor, R. Terapi Kelompok Outdoor, R. Terapi Emosional, R. Terapis/

Konselor, Lavatory.

- Kegiatan Bimbingan Lanjut/ After Care, meliputi : R. Pelatihan Keterampilan, R.

Terapi Fisik, R. Konseling Kelompok, R. Konseling Keluarga, R. Pendaftaran dan

Informasi, R. Loker, Security, R. Tunggu, Gazebo, Lavatory, dll.

- Kegiatan Asrama, meliputi : R. Tidur Rehabilitan, R. Pengelola Asrama, R. Rekreasi,

Dapur, KM/ WC, T. Cuci+Jemur.

- Kegiatan Administrasi, meliputi : R. Tata Usaha dan Karyawan, R Kepala TU, R.

Kepala Bagian Keuangan, R. Kepala Kepegawaian, R. Kepala Keuangan, R. Tamu, R.

Kepala Rehabilitasi Sosial, R. Kepala Rehabilitasi After Care, R. Rapat Umum, R.

Rapat Divisi, R. Karyawan Rehabilitasi Sosial, R. Karyawan Rehabilitasi After Care,

Lounge, R. Istirahat Karyawan, Mushola, Lavatory.

- Kegiatan Penunjang, meliputi : Hall/ Lobby, Asrama Tamu, Tempat Ibadah, Taman,

Perpustakaan, R. Kunjungan, Kebun, KM/ Lavatory.

- Kegiatan Servis, meliputi : Parkir, Loading Dock, R. Genset, Gudang Bahan Bakar, R.

Tangki/ Pompa, R. PABX dan MDP, R. Kontrol CCTV, R. Cleaning Servis dan Janitor,

Security, Gudang Umum, KM/ WC.