revisi buk rita pembiayaan murbahah

104
STUDI PERBANDINGAN LEMBAGA PEMBIAYAAN ANTARA PEMBIAYAAN MULTIFINANCE SYARIAH DAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) Oleh: RACHMAT NIM: 103046128316 KONSENTRASI MUAMALAT PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H

Upload: bastian-fery

Post on 27-Jan-2016

226 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

pembiayaan murbahah

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

STUDI PERBANDINGAN LEMBAGA PEMBIAYAAN ANTARA PEMBIAYAAN

MULTIFINANCE SYARIAH DAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL

PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

Oleh:

RACHMAT

NIM: 103046128316

KONSENTRASI MUAMALAT PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 M / 1431 H

Page 2: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

STUDI PERBANDINGAN LEMBAGA PEMBIAYAAN ANTARA PEMBIAYAAN

MULTIFINANCE SYARIAH DAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL

PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

RACHMAT NIM : 103046128316

Di Bawah Bimbingan

Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA NIP.19560906 198203 1 004

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010 H / 1431 M

i

Page 3: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul STUDI PERBANDINGAN LEMBAGA PEMBIAYAAN ANTARA PEMBIAYAAN MULTIFINANCE SYARI’AH DAN PEMBIAYAAN KONVENSONAL PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE ( FIF) telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 2 September 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

1. Ketua : DR. Euis Amalia, M.Ag. (…………………………)

NIP. 197107011998032002

2. Sekretaris : H.Ah. Azharudin Lathif, M.Ag,MH (…………………………)

NIP. 197407252001121001

3. Pembimbing: Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA. (…………………………)

NIP. 195609061982031004

4. Penguji I : Dr. Jaenal Arifin, M.Ag (…………………………)

NIP. 197210161998031004

5. Penguji II : A.M. Hasan Ali, MA. (…………………………)

NIP. 197512012005011005

ii

Page 4: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (satu) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 28 Juni 2010

Rachmat

iii

Page 5: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang dengan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah melimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW., keluarga, para sahabat, para tabi’in dan pengikutnya.

Penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu

bagian syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) di Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Suatu anugrah kenikmatan dari Allah SWT. yang diberikan

kepada penulis hingga dapat mempersembahkan yang terbaik kepada orang tua,

seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah memberikan kontribusinya kepada

penulis.

Dengan tersusunnya karya ilmiah ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya sebagai penghargaan yang tinggi yaitu kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat serta Ah.

Azharuddin Lathif, M.Ag, sebagai Sekretaris Program Studi Muamalat yang

telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

iv

Page 6: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

3. Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA, sebagai dosen pembimbing yang telah sempat

meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan arahan serta bantuan

literature dalam proses penulisan karya tulis skripsi ini.

4. Yoelhandry Barda, SE., selaku Supervisor Divisi Syariah PT. Federal

International Finance, yang telah memberikan informasi berupa data sebagai

pemenuhan kebutuhan karya tulis ilmiah ini.

5. Lilik Istiqoriyah, S.Ag, SS., selaku kaur perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum, beserta staf-stafnya dan segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanannya

dalam penyediaan data-data kepustakaan untuk proses penulisan skripsi ini.

6. Orang tuaku tercinta, dengan curahan kasih sayang dan doanya yang tak bisa

aku membalas sepenuhnya. Semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya

kepada mereka, dan untuk ayahku yang ada di alam kubur semoga Allah

memberikan rahmat-Nya, diampuni segala dosa dan diterima amal perbuatan

baiknya, Amiin.

7. Kakakku Maryono yang ku cinta, yang telah membantuku hingga dapat kuliah

di kampus tercinta ini baik berupa materi ataupun non materi, serta saudara-

saudaraku yang ku sayangi semuanya,

8. Teman-teman sekelas: Reva Arbano, Abdi, Eldri, Budi yang telah

memberikan bantuannya baik dalam proses penulisan skripsi ataupun

inspirasinya, serta semua teman-teman kelas PS-C 2003 yang tidak disebutkan

namanya, terima kasih atas pertemanan dalam belajar bersamanya.

v

Page 7: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

vi

9. KH. M. Rojun, KH. Zuhri Ali, Ust. Abdul Karim, Ust. Akrom Khasani, S.Ag,

& Ust. Taufiqurrahman, guru-guruku yang atas ilmu serta doanya yang telah

diberikan kepadaku dengan ikhlas, semoga Allah SWT. membalas atas

semuanya,

10. Muhammad Dhiya selaku manager saya, yang telah baik hati memberikan izin

cuti kerja untuk proses penulisan skripsi ini, serta teman-teman kerja

KOPKAR PT. Enseval “WADHIKA” terima kasih atas kerjasamanya.

Hanya doa yang ku panjatkan untuk semuanya semoga Allah SWT.

membalasnya dengan karunia nikmat yang berkah kepada mereka semuanya, atas

amalnya yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga dapat

terselesaikannya skripsi ini.

Jakarta, September 2010

Rachmat

Page 8: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH.................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 8

D. Objek Penelitian...................................................................................... 9

E. Kajian Pustaka ....................................................................................... 9

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep................................................... 11

G. Metodologi Penelitian............................................................................. 14

H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 17

BAB II KONSEP MULTIFINANCE SYARIAH DAN KONVENSIONAL

A. Tinjauan Umum Tentang Multifinance Syariah dan Konvensional ....... 19

1. Pengertian Tentang Multifinance Syariah dan Konvensional .......... 19

2. Tujuan dan Manfaat Multifinance.................................................... 20

3. Jenis-Jenis Kegiatan Usaha Multifinance......................................... 22

4. Batasan Kegiatan Usaha Multifinace ............................................... 33

B. Landasan Hukum Islam Mengenai Multifinance.................................... 34

vii

Page 9: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

viii

C. Konsep Pembiayaan Motor Pada Multifinance Syariah dan

Konvensional .......................................................................................... 37

BAB III PRODUK PEMBIAYAAN MOTOR DI PT. FEDERAL

INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. FIF .......................................... 45

B. Gambaran Umum Tentang Produk Pembiayaan Motor Syariah dan

Konvensional .......................................................................................... 48

C. Perkembangan Mengenai Pembiayaan Motor Pada PT FIF ................... 50

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA PEMBIAYAAN

MOTOR SYARIAH DAN KONVENSIONAL

A. Perbedaan Lembaga Pembiayaan Motor syari’ah dan

konvensional ................................................................................. 54

B. Perbedaan Mekanisme Operasional Multifinance syari’ah dan

Konvensional di PT. FIF pada pembiayaan motor........................ 59

C. Perbandingan laba yang diperoleh antara pembiayaan motor

syariah dan konvensional pada PT FIF. ....................................... 72

D. Tantangan dan peluang pembiayaan motor multifinance syari’ah 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 79

B. Saran.............................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

prospek yang baik dalam kegiatan ekonomi, hal ini dapat dilihat dengan semakin

banyaknya lembaga keuangan bank dan non bank yang berkembang dengan baik.

Pengembangan keuangan Indonesia juga ditandai dengan adanya diversifikasi

produk keuangan, yaitu dengan bermunculannya lembaga pembiayaan di luar

bank yang dapat dijadikan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat

akan pembiayaan yang diinginkan. Semakin berkembangnya lembaga keuangan

non bank yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan akan lebih

memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia usaha serta kebutuhan

masyarakat Indonesia dalam sistem perekonomian Indonesia.

Perluasan lembaga pembiayaan disambut baik oleh pemerintah, yaitu

dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1988, dimana dalam Kepres ini di dalamnya

terdapat landasan operasional yang jelas. Adapun beberapa jenis usaha dalam

lembaga pembiayaan diantaranya adalah sewa guna usaha (leasing), modal

ventura (venture capital), kartu plastik, anjak piutang, (factoring), pembiayaan

konsumen (consumers finance), dan perdagangan surat berharga.1 Melihat

1 Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT.

Indeks, 2006)., h.248

1

Page 11: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

2

karakteristik jenis usaha yang beragam, maka perusahaan pembiayaan yang

melakukan lebih dari satu kegiatan sering disebut dengan multifinance company. 2

Dalam perkembangan selanjutnya, landasan hukum perusahaan

pembiayaan semakin kuat dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, yang menjelaskan bahwa :

“Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan”3

Peraturan Menteri Keuangan inilah yang membuat posisi lembaga

pembiayaan memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan dan

menguatkan lembaga pembiayaan di Indonesia.

Secara umum perusahaan pembiayaan berfungsi menyediakan produk

yang berkualitas dan pelayanan yang profesional. Selain beroperasi menggunakan

system keuangan konvensional, lembaga pembiayaan ini juga dapat melakukan

kegiatannya dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dimana pada saat ini

prinsip syariah sedang berkembang dalam berbagai transaksi keuangan di

Indonesia sebagai alternatif pembiayaan yang adil dan berkah bagi individu yang

menjalankannya.

Peningkatan pendapatan masyarakat dan kemajuan dunia usaha secara

tidak langsung berpengaruh terhadap kebutuhan akan dana atau sumber dana yang

dapat memenuhi keinginan mereka. Masyarakat akan terus mencari sumber dana

2 Andi Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana 2009).,h.332 3 Peraturan Menteri Keuangan No 84 /PMK.012/ 2006, Tentang Perusahaan Pembiayaan

Page 12: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

3

yang paling tepat sesuai dengan kebutuhannya. Selain bank, lembaga pembiayaan

dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat akan dana. Lebih dari itu, lembaga

pembiayaan ternyata dapat memberikan berbagai kemudahan dibandingkan

dengan bank. Kemudahan tersebut menjadikan lembaga pembiayaan mengalami

perkembangan yang cukup tinggi di negara kita.4

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ’alamin (kasih sayang untuk

seluruh alam) mengajarkan bagaimana hubungan antara sesama manusia

(mu’amalat) dengan tidak saling merugikan atau tidak saling mendzalimi antar

sesamanya. Hal ini yang disebut dengan ekonomi Islam (mu’amalat) yang mana

bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan

memaksimalkan kesejahteraan manusia (falah). Falah berarti terpenuhinya

kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengabaikan keseimbangan makro

ekonomi (kepentingan sosial), keseimbangan ekologi dan tetap memperhatikan

nilai-nilai keluarga dan norma-norma.

Sistem keuangan Islam yang bebas dari prinsip bunga diharapkan mampu

menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

Penghapusan prinsip bunga ini memiliki dampak makro yang cukup baik bagi

perkembangan ekonomi Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya

lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan

kegiatannya.5 Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka

4 Ade & Edia, Bank & Lembaga., h. 247 5 Ibid., h. 5

Page 13: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

4

setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam

berinvestasi dan berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka.

Lembaga pembiayaan harus memfasilitasi hal tersebut guna menampung seluruh

keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana yang

mereka inginkan. Disamping itu, peran dan kinerja perbankan tidak akan optimal

tanpa didukung oleh sistem keuangan yang tangguh (robust financial system).

Sistem keuangan yang tangguh harus mampu menghindari dan memecahkan

masalah keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya resiko sistemik

ketidakstabilan sistem keuangan (sistemik risk), potensi adanya resiko bank run,

resiko kelebihan atau kekurangan likuiditas perbankan, dan resiko terhadap

buruknya pelayanan yang diberikan oleh bank. Dengan alasan itulah, maka

diperlukan institusi-institusi pendukung dalam sistem keuangan, seperti lembaga

pembiayaan yang ada saat ini.6

Seperti yang diketahui bahwa struktur sistem keuangan di Indonesia

hingga saat ini masih didominasi oleh perbankan dan lembaga pembiayaan

konvensional lainnya, namun perlahan geliat lembaga pembiayaan dengan prinsip

syariah juga semakin tumbuh. Menurut data DSN MUI pada tahun 2008 terdapat

11 lembaga pembiayaan syariah, salah satunya adalah perusahan pembiayaan PT.

Federal International Finance (FIF). 7

PT. Federal International Finance (FIF) adalah perusahaan pembiayaan,

yaitu badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan Bank, yang khusus

6 Ibid., h. 7 - 8 7 Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah.,h.346

Page 14: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

5

didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga

pembiayaan Dari usaha-usaha perusahaan pembiayaan PT. FIF fokus pada usaha

pembiayaan konsumen, lebih khususnya lagi pembiayaan sepeda Motor Honda

untuk End User (pengguna), baik baru maupun bekas.

Pada tanggal 1 Oktober 2005, PT. Federal International Finance (FIF) –

anak perusahaan PT. Astra International Tbk- meluncurkan produk baru

pembiayaan sepeda motor Honda berupa Pembiayaan Syari’ah. PT. FIF

merupakan perusahaan pertama yang menjalankan multifinance dengan prinsip-

prinsip dasar syari’ah. Dalam bisnis ini (syari’ah), unsur transparansi, openness,

fairness dan unversalitas merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam

menjalankan akad atau perjanjian dengan konsumen.

FIF merupakan perusahaan pembiayaan yang paling besar omset transaksi

pembiayaan konsumen dan keuangannya. Menurut data yang diperoleh perusahan

ini sudah membuka 123 cabang di seluruh Indonesia, dengan target pembiayaan

yang telah tercapai pada tahun ini meningkat hingga mencapai Rp12,5 triliun

lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun lalu sebesar Rp12 triliun, karena

pada Oktober 2009 penyaluran kredit telah mencapai Rp10 triliun atau 85% dari

target perseroan yang sebelumnya dipatok Rp12,3 triliun.8 Pada tahun ini FIF

juga membukukan laba Rp570,9 miliar, naik hingga 20% dari Rp471,6 miliar

pada September tahun lalu seiring dengan pendapatan pembiayaan konsumen

yang juga tinggi, yaitu mencapai Rp2,7 triliun.

8 Harian Bisnis Indonesia - Senin, 23 November 2009, h.5

Page 15: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

6

Unit usaha milik PT Federal International Finance (FIF) menunjukan

peningkatan yang baik. Sampai akhir Juni lalu, pembiayaan syariah yang

dikeluarkan FIF telah sesuai target, sehingga pada tahun ini FIF mampu mencapai

target pembiayaan unit syariah menjadi 12% dari total pembiayaan FIF. Di tahun

sebelumnya, unit syariah hanya mencapai 7% dari total pembiayaan perusahaan,

dengan target pembiayaan untuk seluruh FIF adalah 800.000 unit kendaraan.

Sebagai gambaran profit FIF secara keseluruhan bisa meningkat hingga 20% pada

tahun ini dibandingkan dengan posisi pada tahun lalu.9

Hadirnya FIF Syari’ah ini merupakan sebuah penawaran alternatif kepada

masyarakat, saat ingin memilih lembaga pembiayaan kredit sepeda motor.

Dengan adanya pilihan ini, maka masyarakat bisa menentukan mana yang cocok

dengan keuangannya, serta sesuai dengan selera hatinya. Khususnya bagi kaum

muslimin yang ingin membeli kendaraan bermotor secara tidak tunai atau dengan

cara mengangsur yang sesuai dengan syari’at Islam. FIF Syari’ah hadir untuk

memberikan ketenangan kepada kaum muslimin yang ingin membeli sepeda

motor secara angsur dengan tidak ada keraguan dalam melakukan praktek-praktek

mu’amalat yang sesuai dengan syari’at Islam.10

Dengan hadirnya FIF dalam memberikan alternatif pembiayaan baik itu

konvensional maupun syariah menunjukan bahwa perusahaan ini memiliki

komitmen tinggi dalam penguatan ekonomi bangsa ini. Dalam prosesnya tentunya

9 Harian Bisnis Indonesia - Jum'at, “FIF lonjakkan pembiayaan syariah” 9 Oct 2009, h.6 10 www.republika.co.id

Page 16: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

7

berbeda antara sistem konvensional dan syariah dalam mekanisme pembiayaan,

serta hal-hal yang terkait di dalamnya, oleh karena itu permasalahan yang akan

penulis teliti adalah mengenai gambaran perbandingan pembiayaan syariah dan

konvensional pada perusahaan FIF.

Dengan bertitik tolak pada pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai “Studi Perbandingan Lembaga Pembiayaan

antara Pembiayaan Multifinance Syari’ah dan Pembiayaan Konvensonal pada

PT. Federal International Finance ( FIF)”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan yang akan diteliti adalah :

1. Apa perbedaan antara multifinance syariah dengan multifinance

konvensional?

2. Bagaimana mekanisme operasional multifinance syari’ah dan konvensional di

PT. FIF pada pembiayaan motor ?

3. Bagaimana perbandingan laba yang diperoleh antara pembiayaan motor

sayariah dan konvensional pada PT FIF ?

4. Apa tantangan dan peluang pembiayaan multifinance syari’ah pada

pembiayaan motor PT FIF Syariah ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencoba untuk memberikan

informasi dan pengetahuan tentang ekonomi Islam dalam praktik kelembagaan

Page 17: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

8

keuangan syari’ah kepada masyarakat umum dan para akdemisi khususnya untuk

lebih mengenal pembiayaan multifinance syari’ah dan konvensional. Penelitian

ini berupaya mendeskripsikan secara empiris beberapa permasalahan yang

diangkat:

1. Perbedaan multifinance syari’ah dengan multifinance konvensional

2. Mekanisme operasional multifinance syari’ah dan konvensional di PT. FIF

dalam pembiayaan motor.

3. Perbandingan laba yang diperoleh antara pembiayaan motor syariah dan

konvensional pada PT FIF.

4. Tantangan dan peluang pembiayaan multifinance syari’ah.

Adapun kegunaan dari penelitian ini baik bagi peneliti dan masyarakat

umum adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya kalangan

akademisi mengenai pembiayaan syari’ah

b. Sebagai bahan pustaka yang nantinya diharapkan dapat menambah

pemahaman secara mendalam mengenai pembiayaan syari’ah.

2. Kegunaan Praktis

a. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan menambah sumbangan

pemikiran bagi wacana ekonomi Islam tentang pembiayaan multifinance

syari’ah pada perusahaan pembiayaan.

Page 18: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

9

b. Memberikan pemahaman kepada praktisi ekonomi Islam sebagai acuan

dalam melaksanakan prinsip-prinsip perekonomian syari’ah yang sesuai

dengan aturan serta landasan syari’at islam.

D. Objek Penelitian

Dalam pembahasan ini yang menjadi objek penelitian adalah PT. Federal

International Finance, perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen

dengan menggunakan dual system ekonomi yaitu system konvensional dan

system syari’ah.

PT. Federal International Finance (FIF) adalah perusahaan pembiayaan

yang fokusnya memberikan pembiayaan motor baik yang masih baru atau yang

sudah bekas kepada konsumen. Selain itu PT. FIF juga memberikan pembiayaan

barang – barang elektronik atau kebutuhan rumah tangga.

E. Kajian Pustaka

Sebelum pembahasan skripsi ini lebih mendalam, penulis mencoba

mengkaji karya-karya skripsi yang temanya hampir sama tetapi lain pembatasan

masalahnya atau obyeknya sama tetapi temanya beda. Ada beberapa skripsi yang

temanya mendekati dengan skripsi yang akan dibahas oleh penulis, diantaranya

adalah:

1. Skripsi yang berjudul “Leasing Menurut Ekonomi Islam (pada PT. Adira

Dinamika Multi Finance,Tbk) oleh Rohayati (2006), mahasiswi UIN Syarif

Page 19: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

10

Hidayatullah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program Studi Mu’amalat,

Konsentrasi Perbankan Syari’ah. Rumusan masalahnya adalah 1). Bagaimana

konsep leasing dalam perspektif Ekonomi konvensional dan Islam?, 2).

Bagaimana leasing di PT. Adira Dinamika Multifinance?, 3). Bagaimana

praktek leasing di PT. Adira Dinamika Multifinance sesuai dengan konsep

Ijaroh dalam Ekonomi Islam. Adapun sumber data yang diperoleh adalah 1).

Data primer; data yang didapat langsung dari sumbernya melalui wawancara

dengan pihak pengelola di PT. Adira Dinamika Multifinance., 2). Data

sekunder; data yang berasal dari kepustakaan dan sumber yang telah

disediakan oleh perusahaan. Pendekatan yang digunakan adalah survei sosial.

Temuan yang diperoleh dalam karya tulis ini adalah; adanya persamaan dan

perbedaan dalam praktek leasing dengan konsep Ijaroh dari segi; 1). Objek

yang disewakan, 2). Metode pembayaran, dan 3). Pemindahan kepemilikan.

Judul skripsi diatas hanyalah tinjauan atau pandangan ekonomi Islam terhadap

praktek leasing baik dari segi hukum syari’at Islam maupun analisis dampak

positif dan negatifnya terhadap kegiatan ekonomi baik secara mikro ataupun

makro. Berbeda dengan judul yang akan dibahas, objek penelitiannya lebih

luas yaitu multi finance dengan membahas pembiayaan dalam beberapa

macam transaksi dan akan dibandingkan antara sistem syari’ah dengan

konvensional. Sehingga pembaca akan memahami lebih dalam tentang multi

finance, baik yang dengan sistem syari’ah maupun konvensional, baik konsep,

mekanisme maupun operasionalnya.

Page 20: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

11

2. Skripsi berjudul “Mekanisme Leasing pada PT. Swadharma Surya Finance

menurut Hukum Positif & Hukum Islam, oleh Rica Anggraeni (2006),

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program

Studi Mu’amalat, Konsentrasi Perbankan Syari’ah. Dalam penelitian ini

pembatasan masalahnya adalah bagaimana pandangan hukum Islam dan

hukum positif terhadap praktek leasing. Perbedaan skripsi diatas dengan

penelitian yang akan dibahas oleh penulis yaitu skripsi diatas hanya

membahas suatu tinjauan atau pandangan hukum Islam dan hukum positif

terhadap leasing, dengan berfokus hanya pada analisis hukum. Sedangkan

skripsi yang akan dibahas oleh penulis adalah membahas bukan hanya leasing

tetapi beberapa macam transaksi pembiayaan yang disebut dengan

multifinance dan yang akan diteliti adalah konsep, mekanisme dan

operasional multifinance dengan membandingkan antara multifinance syari’ah

dan konvensional.

F. Kerangka Teori

Ilmu tentang perbankan dan lembaga keuangan sangat dinamis karena

perubahan perekonomian dan keuangan suatu negara sangat berpengaruh terhadap

kondisi lembaga keuangan di negara tersebut. Kondisi ini terjadi pada negara kita,

dimana perubahan besar perekonomian di Indonesia, ternyata berdampak

langsung pada perbankan dan lembaga keuangan serta sektor-sektor lain yang

terkait. Dengan demikian, ilmu mengenai lembaga keuangan baik perbankan

Page 21: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

12

maupun bukan bank haruslah dinamis, sehingga informasi yang tepat dapat

diterima oleh masyarakat dengan baik.11

Lembaga pembiayaan atau dikenal dengan multifinance merupakan salah

satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas

membiayai kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif.

Lembaga pembiayaan di Indonesia saat ini telah menunjukkan perkembangan

yang sangat pesat. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kemajuan dunia

usaha serta pendapatan masyarakat, karena secara umum Indonesia telah

menunjukkan peningkatan pendapatan per kapita masyarakatnya setelah melewati

masa krisis (tahun 1997/1998).

Kebijakan pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan

melalui diversifikasi kegiatan pembiayaan landasan operasionalnya diatur lewat

Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 sebagai bagian dari deregulasi 20

Desember 1988 (Paket Desember). Melalui PakDes ini diperkenalkan istilah

lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana

secara langsung dari masyarakat. Beberapa jenis usaha dalam lembaga

pembiayaan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sewa guna usaha (leasing)

2. Kartu kredit (credit card)

3. Pembiayaan konsumen (consumer finance)

11 Ade & Edia, Bank & Lembaga., h. xv

Page 22: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

13

4. Modal ventura

5. Anjak piutang

Melihat karakteristik jenis usaha yang beragam, maka perusahaan

pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebut dengan

multifinance company

Dengan semakin berkembangnya lembaga pembiayaan, maka kebutuhan

masyarakat akan pembiayaan pun semakin tinggi, termasuk juga jenis dan prinsip

yang digunakan oleh lembaga pembiayaan. Untuk menjawab semua kebutuhan

masyarakat Indonesia, lembaga pembiayaan pun menggunakan prinsip syariah

sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat. Dalam melaksanakan

kegiatan usaha antara multifinance syariah dan konvensional berbeda dalam hal

prinsip, yaitu dalam pengambilan margin keuntungan, kegiatan usaha yang

menggunakan prinsip syariah dalam pengambilan margin menggunakan akad bagi

hasil dan sewa (ijarah) sedangkan yang menggunakan prinsip konvensional

hanya menggunakan bunga.

Kegiatan usaha pada lembaga pembiayaan memiliki batasan dalam

melakukan kegiatan usahanya, antara lain perusahaan pembiayaan dilarang

menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk :Giro, Deposito,

Tabungan, Surat Sanggup Bayar (Promissory Nota. Hal ini dilakukan guna

pengontrolan terhadap lembaga pembiayaan dapat dengan mudah dipantau oleh

Menteri Keuangan.

Page 23: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

14

G. Metode Penelitian

Metodelogi penelitian adalah cara untuk menjawab dan memecahkan

masalah yang timbul dalam perumusan masalah. Penulisan ini menggunakan 2

(dua) jenis penelitian, yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendapatkan pemahaman yang

komprehensif tentang konsep-konsep yang akan dikaji.12

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah data

sekunder.

b. Bahan Penelitian

1) Bahan Penelitian Primer

Yaitu bahan penelitian yang memberi petunjuk dan menjelaskan

bahan penelitian primer yang terdiri dari:

a) Buku-buku berkaitan mengenai Multifinance diantaranya adalah:

1. Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, pengarang; Ade

Arthesa & Edia Handiman (Jakarta: PT. Indeks, 2006).

2. Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah, pengarang; Andri

Soemitra (Jakarta: Kencana, 2009)

b) Artikel, majalah, Perbankan Syariah, karya ilmiah, dan bahan-

bahan penelitian yang relevan terhadap penulisan skripsi ini.

12 Moh.Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 2003. cet ke I, h.193

Page 24: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

15

2) Bahan Penelitian Sekunder

Yaitu bahan Penelitian yang menjelaskan bahan primer, yang terdiri

dari data-data elektronis (dari Internet) yang dapat diakses untuk

penulisan peenelitian ini.

c. Alat Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, dilakukan dengan cara

melakukan studi dokumen untuk memperoleh abstraksi mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan permasalahan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke

lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Dengan mengamati

bentuk transaksi yang ada dalam pembiayaan motor di PT. FIF cabang

Rawamangun Jakarta yang melibatkan Kepala Kredit setempat. Dan penulis

melakukan tanya jawab dengan mencatat dari jawaban – jawaban yang

diberikan serta mendapatkan data berupa print out.

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di FIF Rawamangun Jakarta.

b. Cara Pengambilan Sampel

Untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan dengan lebih jelas

dilakukan penelitian secara langsung ke lapangan dengan cara melakukan

wawancara in-depht interview dengan tipe open ended questions

(pertanyaan tak berstruktur), yang akan dikembangkan lebih lanjut selama

Page 25: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

16

wawancara berlangsung. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah

Yoelhandri Barda selaku Supervisor Syari’ah di PT. FIF dilakukan pada

tanggal 11 Februari 2010. Pertanyaan pokok yang diajukan adalah

sebanyak 9 butir dan dikembangkan menjadi 28 butir pertanyaan. Teknik

yang digunakan adalah tanya jawab secara langsung yang menggunakan

alat perekam dengan orang yang terkait, dan pertanyaan yang diajukan

telah disiapkan sebelumnya. Dari hasil rekaman yang didapat penulis

mencatat semua hasil rekaman tersebut. Dengan demikian wawancara

kepada narasumber maka dapat diperoleh jawaban yang proporsional

dengan tujuan penelitian.

c. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian lapangan ini adalah data

primer kualitatif yang diperoleh langsung dari Supervisor Syariah pada

PT. FIF.

d. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara.

e. Analisis Data

1) Deskriptif

Yaitu menggambarkan suatu gejala data-data dan informasi yang

berdasarkan pada fakta yang di peroleh dari lapangan.13 Kemudian

13 Irawan Suhartono, Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 1995), Cet ke I,

h.35

Page 26: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

17

berdasarkan data-data yang ada penulis akan menganalisa hal-hal yang

terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

2) Kualitatif

Yaitu mengelompokkan dan memilih data yang diperoleh dari hasil

penelitian kemudian dihubungkan dengan masalah yang akan diteliti

menurut kualitas dan kebenarannya sehingga dapat menjawab

permasalahan yang ada.

f. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis menggunakan buku

panduan penelitian yang diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menyusunnya

kedalam lima bab. Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu

sama lain, dimana diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup

yang berupa kesimpulan dan saran.

Adapun gambaran sekilas mengenai bab-bab tersebut adalah sebagai

berikut:

Bab satu berisi pendahuluan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek penelitian, kajian pustaka, kerangka

teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Page 27: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

18

Bab kedua berisi tinjauan teoritis tentang konsep multifinance

konvensional dan syari’ah mengenai tinjauan umum, landasan hukum Islam, dan

konsep pembiayaan motor pada multifinance syari’ah dan konvensional

Bab ketiga berisi produk pembiayaan motor di PT. FIF, mengenai sejarah

singkat, gambaran umum tentang produk pembiayaan motor syari’ah dan

konvensional, dan perkembangan mengenai pembiayaan motor pada PT. FIF.

Bab keempat berisi tentang analisis perbandingan antara pembiayaan

motor konvensional dan syari’ah mengenai perbedaan lembaga pembiayaan

motor syari’ah dan konvensional, perbedaan mekanisme operasional multifinance

syari’ah dan konvensional di PT. FIF pada pembiayaan motor, perbandingan laba

yang diperoleh, dan tantangan dan peluang pembiayaan motor multifinance

syari’ah.

Bab kelima berisi penutup, penulis memberikan kesimpulan dan saran

mengenai penulisan skripsi ini.

Page 28: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

BAB II

KONSEP MULTIFINANCE SYARIAH

DAN MULTIFINANCE KONVENSIONAL

A. Tinjauan Umum Tentang Multifinance Syariah dan Konvensional

1. Pengertian Multifinance Syariah dan Konvensional

Lembaga pembiayaan atau dikenal dengan multifinance merupakan

salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai

aktivitas membiayai kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun

konsumtif. Lembaga pembiayaan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi karena semakin

meningkatnya kemajuan dunia usaha serta pendapatan masyarakat, karena

secara umum Indonesia telah menunjukkan peningkatan pendapatan per

kapita masyarakatnya setelah melewati masa krisis (tahun 1997/1998).

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006

tentang perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga

keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang

termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan1

Secara umum pengertian multifinance antara konvensional dengan

syariah adalah sama, yaitu perusahaan pembiayaan yang menyediakan produk

berkualitas dan mempunyai aktivitas membiayai kebutuhan masyarakat baik

1 Peraturan Menteri Keuangan No 84 /PMK.012/ 2006, Tentang Perusahaan Pembiayaan

19

Page 29: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

20

bersifat produktif maupun konsumtif.2 Mengenai perbedaan antara keduanya

adalah operasional serta mekanisme dalam pembiayaan produk, multifinance

syariah dalam dalam melakukan pembiayaan harus berdasarkan prinsip

syariah, yaitu pembiayaan yang harus berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut

dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil atau dengan

akad-akad syariah yang lainnya seperti mudharabah, musyarakah, ijarah,

salam, istisna dan murabahah, sedangkan lembaga pembiayaan konvensional

tidak melakukan persetujuan dengan pihak yang dibiayai mengenai penetapan

imbalan yang berupa bunga.3

Dapat dilihat dengan jelas bahwa multifinance syariah dan

konvensional dalam hal pengertian memiliki definisi yang sama, hanya saja

dalam hal konsep dan mekanisme yang membedakan antara keduanya.

2. Tujuan dan Manfaat didirikannya Multifinance

Perkembangan lembaga keuangan di Indonesia dari tahun ketahun

semakin pesat terbukti dengan menjamurnya berbagai lembaga keuangan,

baik itu lembaga perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank. Awal

munculnya kebangkitan perusahaan pembiayaan terjadi pada krisis ekonomi

2 Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT.

Indeks, 2006)., h. 247. 3 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-

03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Disetujui oleh DSN-MUI melalui surat Nomor B-323/DSNMUI/XI/2007

Page 30: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

21

pada tahun 1997/1998 ketika industri perbankan mengalami ketepurukan yang

mengakibatkan bank sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit,

perusahaan pembiayaan mengambil celah tersebut dengan melakukan

ekspansi kredit konsumtif dan disambut positif oleh masyarakat, karena

kebutuhan masyarakat terus mengalami peningkatan.4

Tujuan paling utama dari lembaga pembiayaan, pertama adalah

pemenuhan kebutuhan pembiayaan terhadap permintaan masyarakat yang

semakin meningkat, baik kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun

produktif, kedua untuk lebih memperluas penyediaan pembiayaan alterantif

bagi dunia usaha dan memperkuat sistem keuangan nasional sehingga dapat

memberikan alternatif yang lebih banyak lagi bagi pengembangan sektor

keuangan.5

Kemudian manfaat yang diperoleh dengan adanya multifiance, yaitu

mempermudah masyarakat dalam mendapatkan semua kebutuhan akan dana

dan juga multifinance dikenal dapat memberikan berbagi kemudahan di

bandingkan dengan bank termasuk pelayanan yang cepat dan prosedur yang

tidak rumit serta persyaratan yang mudah. Itulah tujuan dan manfaat

didirikannya multifinance yang hingga saat ini masih banyak diminati oleh

masyarakat luas, terutama pada pembiayaan konsumtif.6

4 Ade & Edia, Bank & Lembaga,.h.246. 5 Andri Soemitra, Bank &Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada Media,

2009)., h.331. 6 Ade & Edia, Bank & Lembaga ....,h.247.

Page 31: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

22

3. Jenis-jenis Kegiatan Usaha Multifinance

Kebijakan pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga

keuangan melalui diversifikasi kegiatan pembiayaan landasan operasionalnya

diatur lewat Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 sebagai bagian dari

deregulasi 20 Desember 1988 (Paket Desember). Melalui PakDes ini

diperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang

melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang

modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Beberapa

jenis usaha dalam lembaga pembiayaan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha (leasing) meupakan kegiatan sewa atau

menyewakan aktiva tetap, khususnya barang modal. Leasing di Indonesia

mulai diperkenalkan sejak tahun 1974 berdasarkan Keputusan Bersama

Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan

Koperasi No. Kep-122/MK/IV/I/1974, No. 32/M/SK/2/1974, No.

30/Kpb/I/1974. Keputusan tersebut menjelaskan bahwa leasing adalah

setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-

barang modal untuk digunakan oleh perusahaan tertentu dalam jangka

waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala, disertai

dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang

modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing

berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Sedangkan definisi

Page 32: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

23

leasing menurut Keputusan Menkeu No. 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21

November 1991, leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyediaan barang modal secara leasing dengan hak opsi (finance lease)

maupun leasing tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh

lesse selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

berkala.7

Kegiatan sewa guna usaha yang menggunakan prinsip syariah

dilakukan berdasarkan akad ijarah dan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi

al-Tamlik. Akad ijarah adalah penyaluran dana untuk pemindahan hak

guna (manfaat) atas suatu barangdalam waktu tertentu dengan pembayaran

sewa, antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (Mu’ajjir)

dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang

itu sendiri.8

Terdapat empat pihak yang berkepentingan dalam kegiatan sewa

guna usaha atau leasing, yaitu sebagai berikut:

1) Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa

pembiayaan atau penyewaaan kepada konsumen dalam bentuk barang

modal.

2) Lessee adalah seseorang atau perusahaan yang mendapatkan jasa

pembiayaan dari perusahaan leasing atau lessor.

7 Ade dan Edia, Bank & Lembaga.,h.249 8 Soemitra, Bank dan Lembaga, h.349

Page 33: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

24

3) Lender atau kreditur adalah pihak yang memberikan penyediaan dana

bagi berkembangnya usaha leasing tersebut.

4) Supplier, merupakan perusahaan atau pihak-pihak yang menyediakan

barang-barang modal sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau

penyewa / lessee.9

Adapun prosedur atau mekanisme transaksi leasing digambarkan

sebagai berikut:

1) Pihak lessee melakukan negosiasi dengan pihak supplier dan memilih

jenis barang modal yang dibutuhkan.

2) Pihak lessee kemudian menghubungi perusahaan leasing atau pihak

lessor dan melakukan negosiasi atas pilihan barang modal dari

supplier tertentu.

3) Pihak lessor melakukan analisis terhadap permohonan pembiayaan

tersebut, terutama terhadap kemampuan keuangan lessee yang terkait

dengan kewajiban pembayaran sewa perbulannya.

4) Pihak lessor maupun supplier dapat menggunakan fasilitas

pembiayaan dari bank jika ada permohonan dari lessee, apabila

ternyata mereka kekurangan dana untuk memenuhi permohonan lessee

tersebut.

5) Pihak lessor melakukan kontrak pembelian barang modal kepada

supplier.

9 Ade dan Edia, Bank & Lembaga.,h.249 - 250.

Page 34: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

25

6) Pihak supplier segera mengirimkan barang kepada pihak lessee.

7) Setelah barang diterima, pihak lessee menandatangani tanda

penerimaan barang dan menyerahkannya kembali ke pihak supplier.

8) Pihak supplier menyerahkan tanda penerimaan barang yang telah

ditandatangani oleh pihak lessee kepada lessor. Tanda terima barang

itu merupakan salah satu bukti pemilikan dan pemindahan

kepemilikan ke pihak lessor.

9) Pihak lessor membayar pembelian barang modal tersebut sesuai

dengan harga yang telah disepakati.

10) Pihak lessee membayar biaya leasing secara periodik kepada lessor

sesuai dengan perjanjian tertulis yang telah disepakati.10

Setelah dijelaskan mengenai mekanisme dan transaksi pada leasing

di bawah ini akan dijelaskan mengenai cara pembiayaan leasing. Terdapat

dua cara pembiayaan pada leasing, yaitu sebagai berikut:

1) Menggunakan Hak Opsi, Leasing dengan hak opsi atau dikenal dengan

finance lease adalah pembiayaan yang memberikan hak kepada lessee

untuk memiliki barang modal tersebut sesuai dengan harga residual

atau nilai sisa barang tersebut.

2) Tanpa Hak Opsi, Leasing tanpa hak opsi atau dikenal dengan

operating lease adalah pembiayaan yang tanpa memberikan hak

kepada lessee untuk memiliki barang modal tersebut. Pihak lessee

10 Ibid.,h.250 - 252

Page 35: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

26

hanya membayar sewa guna barang modal tersebut selama jangka

waktu yang telah disepakati.11

b. Modal Ventura

Modal ventura adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyertaan modal perusahaan tertentu ke perusahaan lainnya. Pembiayaan

ini telah dilakukan cukup lama di negara kita, namun baru mendapat

pengesahan secara hukum pada tahun 1988, melalui Keppres No. 61/1988

tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menkeu No.

1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan

Lembaga Pembiayaan.12

Definisi Perusahaan Modal Ventura menurut Keppres No. 61/1988

dan Keputusan Menkeu No. 1251/KMK.013/1988: Perusahaan modal

ventura adalah sebuah badan usaha yang melakukan aktivitas pembiayaan

dalam bentuk penyertaan modal ke perusahaan pasangan (investor

company). Pembiayaan ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan

umumnya perusahaan modal ventura adalah perusahaan yang memiliki

keuangan yang stabil dan kuat, yang kemudian memberikan bantuan

keuangan kepada perusahaan yang lebih kecil atau perusahaan yang baru

berkembang.

11 Ibid.,h.252 - 253 12 Ibid,.h.254

Page 36: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

27

Di negara kita, perusahaan modal ventura lebih berwujud ke

perusahaan pembiayaan atau pemberi pinjaman. Terdapat tiga jenis pola

pembiayaan, yaitu sebagai berikut:

1) Partisipasi Modal, perusahaan ventura menjadi pemegang saham dan

menyetorkan modalnya, selanjutnya perusahaan yang dibiayai harus

mengembalikannya ke ventura.

2) Obligasi Konversi, perusahaan ventura memberikan pinjaman yang

suatu saat dapat ditukarkan menjadi kepemilikan di perusahaan yang

diberikan modal.

3) Bagi Hasil, perusahaan ventura dan nasabah yang dibiayai membuat

kesepakatan bagi hasil keuntungan pada awal periode pinjaman.13

Mengenai teknis pembiayaan dengan modal ventura dapat

dilakukan dalam beberapa aktivitas usaha. Penyertaan ini tidak hanya

dilakukan ke perusahaan yang baru memulai aktivitasnya, namun dapat

juga diberikan ke perusahaan pada tahap pengembangan usaha. Tahapan

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1) Usaha yang Baru Berdiri

Usaha yang baru berdiri memberikan dua kemungkinan bagi

kelanjutan usahanya, yaitu berhasil atau gagal, sehingga menimbulkan

risiko bagi perusahaan yang berniat melakukan penyertaan melalui

modal ventura. Namun, beberapa perusahaan besar beranggapan

13 Ibid,.h.257

Page 37: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

28

bahwa mendidik pengusaha baru dapat memberikan hasil yang lebih

optimal, selama bisnis yang dikembangkan masih berkaitan dengan

bisnis perusahaan modal ventura. Penyertaan modal ke perusahaan

kecil yang dapat menyediakan pasokan bahan baku merupakan

alternatif terbaik untuk dapat saling menjaga kebutuhan kedua belah

pihak. Usaha yang baru berdiri itu diberi pelatihan, baik teknis

maupun keuangan dan menjual hasil usahanya ke perusahaan besar.

Hal ini akan meminimalisir risiko kegagalan usaha dan memberikan

keuntungan baik pada perusahaan modal ventura maupun perusahaan

pasangan usahanya.

2) Usaha yang Memerlukan Pengembangan

Usaha jenis ini telah memiliki pengalaman dalam menjalankan

usahanya, namun mereka tidak dapat berkembang karena tidak

memiliki modal yang cukup untuk menambah modal kerja atau

investasi. Meskipun berpengalaman, perusahaan modal ventura harus

tetap melakukan analisis yang mendalam sebelum menyalurkan

dananya ke perusahaan pasangan usaha. Analisis dan evaluasi itu

dilakukan untuk meminimalkan risiko kegagalan yang mungkin

terjadi.

3) Diversifikasi Usaha

Diversifikasi usaha atau pengalihan jenis usaha umumnya

dilakukan apabila pengusaha kecil mengalami penurunan di bidang

Page 38: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

29

usahanya akibat dari terjadinya perubahan perekonomian secara

makro. Beberapa kebijakan atau regulasi pemerintah juga

menyebabkan sebagian usaha tertentu mengalami penurunan usaha.

Selain itu, krisis ekonomi juga mengakibatkan kerugian yang besar

bahkan mengakibatkan penutupan usaha. Diversifikasi merupakan

jalan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk dapat tetap bertahan

dalam dunia usaha. Perusahaan modal ventura dapat menjembatani

kesulitan tersebut dan melakukan penyertaan modal ke pengusaha

kecil tesebut sesuai dengan perjanjian yang disepakati oleh kedua

belah pihak.14

Bentuk-bentuk penyaluran dana atau penyertaan modal dari

perusahaan modal ventura ke perusahaan pasangan usahanya adalah

sebagai berikut:

1) Saham

2) Obligasi

3) Pinjaman dengan persyaratan lunak serta dapat dikonversikan menjadi

saham. Pinjaman ini bersifat penyertaan sehingga tidak perlu

dikembalikan selama perusahaan itu dinilai belum mampu, atau

dikembalikan dalam jangka panjang.

14 Ibid,.h.256 - 258

Page 39: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

30

4) Lain-lain, selama sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai

modal ventura.15

c. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company)

Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan

atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek

suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Penjual Piutang (Klien) adalah perusahaan yang menjual dan atau

mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi

perdagangan kepada Perusahaan Anjak Piutang.16

Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk :

1) Pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari suatu

transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.

2) Penata usahaan penjualan kredit serta penagihan pitang perusahaan

klien

Dalam aktivitas anjak piutang terdapat tiga pihak, yaitu perusahaan

anjak piuang, klien dan pelanggan (customer). Klien merupakan

perusahaan yang mempunyai piutang atau menjual barang dengan cara

kredit kepada pihak pelanggan, dan berkaitan dengan piutang tersebut

klien menggunakan jasa perusahaan anjak piutang. Pelanggan adalah

15 Ibid,.h.258 16 Ade dan Edia, Bank & Lembaga.,h.258.

Page 40: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

31

pihak yang membeli barang kepada klien dengan membayar secara kredit,

sehingga pihak pelanggan adalah pihak yang berhutang. 17

Dalam prinsip Islam kegiatan ini menggunakan akad Wakalah bil

Ujrah, yaitu pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak yang lain

dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan

(ujrah).18

Kartu plastik adalah benda berbentuk kartu yang berbahan dasar

plastik serta digunakan untuk kebutuhan transaksi keuangan. Transaksi

keuangan yang dilakukan dengan menggunakan kartu plastik ini berbeda-

beda sesuai dengan jenis kartu yang digunakan. Jenis kartu yang umum

digunakan adalah kartu kredit dan kartu ATM yang juga berfungsi sebagai

kartu debit.

Kartu plastik diterbitkan oleh lembaga keuangan terutama oleh

perbankan. Saat ini sebagian besar perbankan telah mengeluarkan produk

kartu plastik sebagai upaya memberikan kepuasan kepada nasabah. Kartu

plastik yang dominan adalah jenis kartu untuk pengambilan uang tunai di

automatic teller machine (ATM) atau dikenal dengan kartu ATM. Kartu

ATM ini diberikan ke setiap penabung yang ingin memiliki kartu untuk

kemudahan melakukan transaksi keuangan. Beberapa bank juga

memberikan fasilitas kartu debit pada kartu ATM yang dapat digunakan

17 Dahlan Siamat, Mnajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia), Edisi Ketiga, 2001, h.363. 18 Soemitra, Bank dan Lembaga.,h.360.

Page 41: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

32

untuk transaksi pembelian barang. Jenis kartu plastik lainnya yaitu kartu

kredit juga banyak digunakan oleh nasabah, namun pemberian fasilitas

kartu kredit terbatas kepada nasabah dengan kriteria tertentu. Fungsi kartu

plastik bagi pemilik kartu adalah kemudahan dalam melakukan transaksi

keuangan. Pada dasarnya kartu plastik mengurangi penggunaan uang tunai

dalam melakukan berbagai transaksi keuangan. Hal ini dilakukan dengan

alasan kemudahan serta keamanan.

Dalam mekanisme pada kartu plastic ada beberapa pihak-pihak

terkait dalam pelaksanaannya, antara lain :

1) Issuer, yaitu dikenal dengan penerbit yang berbentuk lembaga

keuangan dimana penerbit t tersebut menerbitkan kartu kredit

2) Pengelola, atau dikenal dengan acquirer adalah pihak yang

melaksanakan pengelolaan kartu kredit, seperti mencari nasabah,

penagihan pembayaran menjembatani antara pihak bank dengan

merchant.

3) Card holder, adalah pemegang kartu kredit atau nasabah pengguna

jasa tersebut

Merchant, adalah pihak penjual barang dan jasa yang menerima

transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit..19

19 Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007, h.1361.

Page 42: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

33

Dalam prinsip syariah mengenai penggunaaan kartu plastik

digunakan tiga akad, antara lain kafalah, qard, ijarah. Di samping itu

kartu plastic syariah memiliki batasan-batasan, yaitu tidak menimbulkan

riba, tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah,

tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan, harus memiliki

kemampuan finansial untuk melunasi pada waktunya, tidak memberikan

fasilitas yang bertentangan dengan syariah.

d. Pembiayaan Konsumen (consumer finance)

Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan yang

dilakukan oleh lembaga keuangan bagi konsumen dan ditujukan untuk

pembelian barang-barang yang bersifat konsumtif dan bukan untuk

keperluan produktif, dengan cara pembelian diangsur. Untuk kegiatan

usaha ini yang menggunakan prinsip syariah akad yang digunakan adalah

murabahah. 20

Melihat karakteristik jenis usaha yang beragam, maka perusahaan

pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebut

dengan multifinance company.

4. Pembatasan Lembaga Pembiayaan

Agar lembaga pembiayaan tidak menyerupai perbankan dalam

melakukan aktivitas usahanya maka perusahaan

20 Soemitra, Bank dan Lembaga., h. 379.

Page 43: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

34

a. pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam

bentuk : Giro, Deposito, Tabungan, Surat Sanggup Bayar (Promissory

Nota)

b. Perusahaan Pembiayaan dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar hanya

sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi pemberi dananya.

Surat sanggup tersebut tidak dapat dialihkan dan dikuasakan pada pihak

manapun.

c. Memberikan jaminan dalam segala bentuknya kepada pihak lain.

B. Landasan Hukum Islam Mengenai Multifinance

Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan, dan Islam

merupakan sebuah ajaran yang selalu mengedepankan rasa keadilan terutama

dalam hal muamalat. Dalam konteks lembaga pembiayaan multifinance Islam

memiliki pandangan mengenai konsep ridha antara pembiayaan multifinance

dengan konsumen, yang menjadi perhatian khusus bagi Islam yaitu riba. Dalm

bab ini akan dipaparkan mengenai landasan hukum Islam mengenai multifinance.

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum

terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan

tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil

atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam, antara lain.

Mengenai hal ini Allah Swt. mengingatkan dalam firman-Nya:

Page 44: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

35

)29: النساء ( ☺ ⌧

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta

sesamamu dengan jalan bathil.” (Q.S. An-Nisaa: 29) dan juga dalam surat lain seperti dibawah ini:

⌧ ⌧

)39: الروم ( ☺

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah

pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (Q.S.Ar-Ruum: 39)

Dalam kaitannya dengan pengertian al-bathil dalam ayat tersebut, Ibnu Al Arabi

Al Maliki, dalam kitabnya Ahkam Al Qur’an, menjelaskan:

“Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba

dalam ayat Qur’ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu

transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.”21

21 Ibnu Al Arabi Al Maliki, Ahkam Al Qur’an, hlm.54

Page 45: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

36

Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah Swt.

mengancam memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan

riba.

⌧ ☺

)161 – 160: النساء ( Artinya :

“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka yang (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S. An Nisa: 160-161)

Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan

yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan bunga

dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak

dipraktekkan pada masa tersebut. Allah berfirman:

)130: ال عمران (

Page 46: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

37

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”(Q.S. Ali Imran: 130).

Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu

transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut

secara adil. Seperti transaksi jual-beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam

transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa

yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena

penggunaan si penyewa. Mobil misalnya, sesudah dipakai nilai ekonomisnya

pasti menurun, jika dibandingkan sebelumnya. Dalam hal jual-beli si pembeli

membayar harga atas imbalan barang yang diterimanya. Demikian juga dalam

proyek bagi hasil, para peserta pengkongsian berhak mendapat keuntungan karena

di samping menyertakan modal juga turut serta menanggung kemungkinan risiko

kerugian yang bisa saja muncul setiap saat.

Dalam transaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional si pemberi

pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu

penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu

yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil di sini adalah

si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti

untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut.22

22 Ega, Modul Pelatihan FIF Syariah, (Yogyakarta: PT Federal International Finance, 2005) hlm. 2

Page 47: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

38

C. Konsep Pembiayaan Motor Pada Multifinance Syariah dan Konvensional.

1. Konsep Pembiayaan Motor Syariah

Mekanisme pembiayaan utang pada perusahaan pembiayaan

konvensional berbeda dengan pembiayaan syariah. Ada dua jenis utang yang

berbeda sama sekali, yaitu utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang

dan utang yang terjadi karena pengadaan barang. Utang yang terjadi karena

pinjam meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan yang

pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaris, dan studi kelayakan.

Tambahan lain yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan

deplasi tidak diperbolehkan, dan mekanisme inilah yang berlaku pada

perusahaan pembiayaan konvensional. Kemudian ada utang yang terjadi

karena pembiayaan pengadaan barang, utang seperti ini harus jelas dalam satu

kesatuan yang utuh yang disebut harga jual. Harga jual itu terdiri atas harga

pokok barang plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual disepakati,

selamanya tidak boleh berubah naik karena akan masuk dalam kategori riba

fadl. Mekanisme pembiayaan seperti ini berlaku pada perusahaan pembiayaan

syariah.23 Jadi utang yang terjadi pada perusahaan pembiayaan konvensional

adalah utang uang dan utang yang terjadi pada perusahaan pembiayaan

syariah adalah utang pengadaan barang.

23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,

2001),h.60.

Page 48: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

39

Pembiayaan syariah upaya menghidarkan diri dari riba. Secara

etimologis riba berarti perluasan, pertambahan dan pertumbuhan. Baik berupa

tambahan material maupun immaterial. Pada masa pra-Islam, kata riba

menunjukkan satu transaksi bisnis tertentu, dimana transaksi-transaksi

tersebut mengindikasikan jumlah tertentu di muka (a fixed amount) terhadap

modal yang digunakan. Secara garis besar, riba terjadi pada utang pitutang

dan jual beli.24

Umar Chapra mengutip Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisan al-Arab,

mengatakan bahwa pengertian riba secara harfiah berarti peningkatan,

pertambahan, perluasan, atau pertumbuhan. Tetapi tidak semua peningkatan

atau pertumbuhan terlarang dalam Islam. Keuntungan juga menyebabkan

peningkatan atas jumlah pokok, tetapi tidak dilarang.25

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum

terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan

tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara

bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Pembiayaan motor syariah merupakan salah satu produk yang

disediakan lembaga pembiayaan syariah dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat yang bersifat konsumtif, produk ini terdapat pada jenis usaha

24 Endy Muhammad Astiwara, Investasi Islami di Pasar Modal, (Jakarta: Program

Pascasarjana Universitas Muhammad, 1999), Tesis S2, hlm. 128 25 Umer Chapra, Prohibition of Interest: does It Make Sense?, (Durban South Africa: IDM

Publication, 2001), hlm. 2.

Page 49: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

40

multifinance yaitu pembiayaan konsumen syariah. Pembiayaan konsumen

adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dengan pembayaran

secara angsuran dengan prinsip syariah, antara lain murabahah, salam,

istisna. Pembiayaan motor syariah dapat dilakukan dengan akad yang paling

sering digunakan, yaitu murabahah. Murabahah adalah penjualan dengan

batas laba yang disetujui bersama antara pembeli dan penjuala dengan

pembayaran harga dapat dilakukan dengan tunai ataupun cicilan sesuai

dengan kesepakatan.26 Akad ini dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau

tanpa pesanan. Agar lebih jelas mengenai konsep pembiayaan motor syariah

di bawah ini akan dijelaskan hak dan kewajiban serta persyaratan antara

perusahaan pembiayaan dengan pembeli/konsumen.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai kewajiban perusahaan

pembiayaan dalam hal mekanisme pembiayaan motor syariah

a. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai penjual (ba’i), antara lain:

1) Menyediakan motor sesuai yang disepakati bersama dengan konsumen

sebagai pembeli (musytari)

2) menjamin motor/objek akad tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi

dengan baik

b. Hak perusahaan pembiayaan

26 M Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (PT.Dana Bhakti Prima Yasa Jakarta,

1997. h.224.

Page 50: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

41

1) Memperoleh pembayaran dari konsumen sebesar harga motor secara

angsuran sesuai dengan yang diperjanjikan

2) Mengambil kembali motor apabila konsumen tidak mampu membayar

angsuran

3) Menentukan penyedia motor (supplier) dalam pembeliannya. Dalam

menyediakan objek akad perusahaan pembiayaan dapat mewakilkan

pembelian barang tersebut kepada konsumen berdasarkan prinsip

wakalah, yaitu perjanjian di mana pihak yang memberi kuasa muwakil

memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa wakil untuk

melakukan tindakan tertentu.

c. Hak dan kewajiban konsumen

1) Menerima objek akad dalam keadaan baik dan siap dioperasikan

2) Membayar angsuran dan biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan

3) Mengembalikan atau menitipjualkan objek yang dibiayai.

d. Ketentuan objek akad

1) Dapat dinilai dengan uang

2) Dapat diterima oleh konsumen

3) Tidak dilarang oleh syariat islam

4) Spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas melalui identifikasi fisik,

kelaikan, dan jangka waktu pemanfaatannya.

e. Persyaratan penetapan harga

Page 51: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

42

1) Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh

berubah selama waktu perjanjian.

2) Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau angsuran

3) Diperkenkan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara

pembayaran yang berbeda

4) Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus

diberitahukan kepada konsumen.

f. Dalam kontrak akad Murabahah paling kurang memuat hal-hal sebagai

beikut:

1) Identitas perusahaan pembiayaan dan konsumen

2) Spesifikasi objek akad meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran dan tipe.

3) Harga jual, harga beli, dan cara pembayaran angsuran

4) Jangka waktu

5) Ketentuan jaminan dan asuransi

6) Ketentuan mengenai uang muka

7) Ketentuan mengenai diskon/potongan

8) Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo

9) Ketentuan mengenai wanprestasi dan sanksi bagi konsumen yang

menunda pembayaran pengangsuran.

10) Hak dan tanggung jawab masing – masing pihak27

27 Soemitra, Bank dan Lembaga., h.366-369.

Page 52: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

43

Dalam penjelasan di atas dapat dipahami bahwa konsep pembiayaan

motor syariah berbeda dalam hal ketentuan yang berlaku dalam aplikasi

pembiayaan motor, karena dalam pembiayaan motor syariah terdapat prinsip

yang harus dijalankan, yaitu seperti:

a. Prinsip Jual Beli Syariah Menempatkan nilai-nilai religi saat

menjalankan idealisme usaha dalam bingkai semangat yang dilandasi nilai

- nilai universal untuk kemaslahatan ummat dalam mewujudkan transaksi

yang adil dan mencegah kerugian atau beban yang memberatkan di

kemudian hari.

b. Universal : Tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama, ras dan

golongan dalam memberikan pelayanan.

c. Jelas: Prinsip ini tercermin dari penyampaian informasi dalam kontrak

mengenai tanggung jawab dari kondisi pembiayaan yang disepakati

bersama.

d. Bersih: Hanya menggunakan tata cara pembiayaan Syariah untuk

menjamin semua transaksi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan

syariah.

e. Terbuka Penawaran harga disampaikan secara detail dan transparan

mengenai harga pokok produk dan margin keuntungan yang diinginkan

oleh FIF sebagai total biaya yang harus ditanggung oleh pembeli sesuai

dengan kesepakatan bersama.

Page 53: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

44

f. Adil : Melalui pembiayaan Syariah, FIF menempatkan nasabah pengguna

dana dalam hak, kewajiban, keuntungan dan resiko yang berimbang.

g. Jujur : Jujur dalam menyampaikan informasi yang ada.28

2. Konsep Pembiayaan Motor Konvensional

Secara umum pembiayaan motor konvensional termasuk pada kategori

pembiayaan konsumen, konsep dari pembiayaan motor konvensional

menggunakan bunga sebagai keuntungan yang diperoleh perusahaan

pembiayaan. Aktivitas pembiayaan konsumen dilakukan karena tidak semua

konsumen mampu membeli barang konsumsi secara tunai sehingga

perusahaan pembiayaan akan menangani pembayaran dengan cara tunai ke

pihak penjual. Selanjutnya konsumen membayar barang tersebut dengan cara

mengangsur selama jangka waktu tertentu kepada perusahaan pembiayaan.

Dalam aktivitas pembiayaan motor, terdapat tiga pihak yang terkait

yaitu perusahaan pembiayaan sebagai pemberi jasa pembiayaan, supplier

sebagai penyedia barang yang dibutuhkan, dan konsumen sebagai pembeli

barang. Dalam pembiyaan motor konvensional mengenai pembayaran

dilakukan dengan cara diangsur.29 Dalam instrumen yang digunakan guna

memperoleh keuntungan, yaitu dengan cara menggunakan bunga untuk

mendapatkan keuntungan yang diperoleh.

28 “Prinsip Pembiayaan Syariah“, Diakses dari http://www.fifkredit.com/syariah.asp Pada

Tanggal 24 Januari 2010. 29 Ade & Edia, Bank & Lembaga.,h.267.

Page 54: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

45

Page 55: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

BAB III

PRODUK PEMBIAYAAN MOTOR

DI PT.FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT FIF

PT Federal International Finance (FIF) didirikan pertama kali pada bulan

Mei 1989 dengan nama PT Mitrapusaka Artha Finance. Berdasarkan ijin usaha

yang diperolehnya, maka Perseroan bergerak dalam bidang Sewa Guna Usaha,

Anjak Piutang dan Pembiayaan Konsumen.

Perusahaan memperoleh izin untuk menjalankan usaha sebagai perusahaan

pembiayaan berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan tertanggal 17

Oktober 1989 No. 1151/KMK.013/1989 dan surat keputusan No.

1004/KMK.013/1990 tanggal 30 Agustus 1990 dan memulai kegiatan

operasionalnya pada tahun 1989. Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor

terdepan, FIF memiliki kurang lebih 2,6 juta pelanggan aktif, dengan jaringan

terbesar yang meliputi 113 kantor cabang dan 290 Point Of Sales (POS) di

seluruh Indonesia dan menjalin kerjsama dengan kurang lebih 1.400 dealer resmi

Sepeda Motor Honda.1

Sejak tahun 1996, perseroan memutuskan untuk memusatkan kegiatan

usahanya pada pembiayaan retail kendaraan bermotor untuk produk sepeda motor

Honda yang diproduksi PT Astra Honda Motor, sebuah anak perusahaan PT Astra

1 ”Sejarah FIF”, Artikel Diakses dari www.fifkredit.com

45

Page 56: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

46

International, Tbk. Pada tahun 1991, Perseroan merubah nama menjadi PT

Federal International Finance Namun seiring dengan perkembangan waktu dan

guna memenuhi permintaan pasar, Perseroan mulai memfokuskan diri pada

bidang pembiayaan konsumen secara retail pada tahun 1996. Ketika badai krisis

moneter terjadi pada tahun 1997, saat itu pula merupakan titik balik bagi

Perseroan untuk melakukan konsolidasi internal dalam rangka persiapan menuju

ke suatu sistem komputerisasi yang tersentralisasi dan terintegrasi. Walaupun

krisis moneter tersebut di luar dugaan berkembang menjadi krisis multidimensi,

namun berkat kerja keras jajaran Direksi beserta seluruh karyawan Perseroan

tetap dapat berjalan.2

Perseroan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Astra International,

Tbk ini, tahun demi tahun lebih memantapkan dirinya sebagai perusahaan

pembiayaan terbaik dan terpercaya di industrinya sekaligus meberikan instruksi

untuk membatasi cakupan usaha yang dijalani oleh FIF pada waktu itu, yaitu

lebih memfokuskan pada pembiayaan konsumen agar lebih fokus dan

professional di bidangnya.

Dari tahun ke tahuin FIF mampu menunjukan perkembangan yang baik,

terbukti dengan munculnya FIF sayariah pada bulan Oktober tahun 2005 yang

mana pada waktu itu pendirian FIF syariah berdiri pertama kali di kota Bandung.

Hal ini dilandasi dengan adanya masukan dari Aa Gym, dan juga adanya

permuintaan dari konsumen agar pembiayaan motor syariah dapat terbit guna

2 ”Perkembangan FIF”, Artikel Diakses dari www.fifkredit.com Pada Mei 2010

Page 57: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

47

memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan munculnya FIF syariah maka pada

tahun 2008 PT FIF membentuk office cheneling pada setiap cabang atau deler

yang ada di seluruh penjuru Indonesia.

FIF syariah dibentuk oleh Astra Group yang mana sebelumnya ditangani

oleh PT AMF (Astra Multi Finance), namun seiring berjalannya waktu FIF

syariah mengambil alih perusahaan sehingga masuk dalam PT FIF. Dari tahun

2005 hingga tahun 2009 FIF syariah mampu mencakup 165 cabang di seluruh

Indonesia, dan perusahaan ini hanya menjual produk Honda saja dalam

pembiayaan motor karena Honda masih dalam satu anak perusahaan PT Astra

Tbk.

Munculnya kebijakan Multifinance dikarenakan terbitnya peraturan

Menteri keuangan sekitar tahun 1990. kebijakan tersebut muncul juga karena

adanya dorongan dari masyarakat, selain itu yang menjadi cikal bakal munculnya

perusahaan ini karena PT Astra mendirikan pabrik AHM dimana Astra memiliki

perusahaan ASO (Astra Sales Operation) yang sekarang dikenal dengan FIF. Saat

ini FIF syariah berkembang menjadi perusahaan yang besar dan mampu bersaing

dengan perusahaan multifinace lainnya sehingga FIF mampu berkiprah di

bidangnya.3

3 Yoelhandri Barda, Supervisor Syari’ah PT. FIF, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Februari

2010.

Page 58: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

48

B. Gambaran Umum Tentang Produk Pembiayaan Motor Syariah dan

Konvensional

1. Produk Pembiayaan Motor Konvensional

Seiring berjalannya waktu PT FIF memberikan fasilitas pembiayaan

konvensional yaitu terdapat beberapa produk yang ditawarkan kepada

konsumen, antara lain : Pembiayaan motor baru yaitu diberikan kepada

konsumen yang menginginkan pembiayaan pada motor baru, selain itu FIF

juga menawarkan kepada konsumen pembiayaan pada motor bekas sehingga

cakupan pasar menjadi lebih luas dan memberikan manfaat bagi konsumen

dalam hal pemilihan sepada motor terutama pada masalah harga.

Dalam rangka pengembangan PT FIF untuk menjadi perusahan yang

kuat, maka perusahaan ini bekerjasama dengan pihak Bank guna menunjang

kegiatan usaha pada pembiayaan motor dan mensuport dana kepada.FIF

secara proposional. Saat ini FIF telah mengembangkan jaringan di seluruh

wilayah Indonesia untuk penunjang kemudahan bagi konsumen, yaitu terdapat

76 cabang dan hampir 200 pos di berbagai wilayah Indonesia. FIF juga

termasuk sebagai salah satu anak perusahaan dari PT.Astra International Tbk,

yang mana bergerak di bidang multifinance khusus pembiayaan konsumen,

sehingga dalam penjualan motor FIF mensuport penuh pada penjualan motor

yang dikeluarkan PT Astra. Dalam perkembangannya FIF dapat meraih

Page 59: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

49

penghargaan sebanyak tiga kali, ini menunjukan bahwa peusahaan ini mampu

membuktikan kinerjanya yang baik di bidangnya.4

Mengenai produk pembiayaan motor konvensional, PT FIF hanya

memiliki tiga produk pembiayaan, yaitu Pembiayaan motor baru, pembiayaan

motor bekas dan pembiayaan elektronik. Walaupun PT FIF pada dasarnya

secara hukum berbentuk multifinance namun produk yang dikeluarkan hanya

tiga saja, dikarenakan perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT

Astra, jadi ruang lingkup usaha pun dibatasi. Untuk ruang lingkup yang lain

seperti mobil sudah ada, yaitu ACC yang menangani pembiayaan mobil, hal

ini dilakukan agar FIF mampu bersaing dengan perusahaan pembiayaan motor

yang lain dan tetap fokus dalam menjalani kegiatan usaha pada bidang

pembiayaan motor sehingga mampu mempercepat perkembangan PT FIF

sebagai perusahaan yang mampu memimpin dalam bidang pembiayaan

motor.5

2. Produk Pembiayaan Motor Syariah

Sejauh ini produk pembiayaan motor syariah dan konvensional, pada

dasarnya adalah sama jenisnya yang membedakan hanya terletak pada nilai

moralitas dan penerapan akadnya, artinya produk pembiayaan motor syariah

sangat memperhatikan prinsip syariah dan menjunjung tinggi nilai moralitas.

4 “FIF lonjakkan pembiayaan syariah”. Diakses dari www.inilah.com/berita/ekonomi. Bisnis

Indonesia-Jum'at, 09 Oktober 2009 5 Yoelhandri, Supervisor Syari’ah PT. FIF, Wawancara Pribadi.

Page 60: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

50

Akad yang digunakan dalam pembiayaan motor syariah menggunakan

murabahah yaitu jual beli dengan cara dicicil.

C. Perkembangan Mengenai Pembiayaan Motor PT FIF

PT Federal International Finance (FIF) dari tahun ke tahun mengalami

perkembangan yang baik, dapat dilihat melalui data yang diperoleh bahwa FIF

mampu mencapai pangsa pasar pembiayaan sepeda motor hampir selalu

berada di atas 50% selama 5 tahun terakhir sejak 2004. Pada 2004, pangsa

pasar FIF mencapai 58% dari total pembiayaan kendaraan roda dua. Setelah

itu meningkat pada 2005 menjadi 67%. Pada pembiayaan tahun 2009

meningkat hingga mencapai Rp12,5 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan

realisasi tahun lalu sebesar Rp12 triliun.

Pencapaian target pada Oktober 2009, penyaluran kredit sudah

menembus Rp10 triliun atau 85% dari target perseroan yang sebelumnya

dipatok Rp12,3 triliun. Dapat dilihat bahwa secara umum kinerja keuangan

PT FIF sangat baik, terlihat dari tingkat keuntungan yang meningkat

signifkan, sehingga ekuitas perusahaan pun meningkat.6 Seiring dengan

meningkatnya kinerja perusahaan tren pinjaman multifinance secara umum

kepada bank hingga September 2009 semakin meningkat terutama berasal dari

bank lokal seiring dengan longgarnya likuiditas dan upaya lembaga keuangan

tersebut dalam memasuki pasar ritel pembiayaan. Berdasarkan data Bank

6 “FIF Optimistis Pembiayaan Naik”(Harian Bisnis Indonesia - Senin, 23 November 2009

Page 61: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

51

Indonesia, pinjaman multifinance terus meningkat sejak Juli tahun ini hingga

September 2009. Dapat dilihat dari sebagian pelaku usaha menyatakan

ketatnya likuiditas pada awal tahun 2009 kian tidak terasa. Menurut data yang

dipeoleh pada bulan Juli tahun 2009, pinjaman multifinance kepada bank

mencapai Rp98,5 triliun kemudian meningkat menjadi Rp101,2 triliun dan

akhirnya mampu menembus Rp101,5 triliun pada September. Jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di mana hanya mencapai

Rp97 triliun, utang multifinance ini meningkat 4,6% pada tahun 2009.

Perusahaan pembiayaan yang memiliki kebutuhan pendanaan besar

seperti PT Federal International Finance (FIF), menyiapkan dua opsi

pendanaan sekaligus. FIF berniat mencari dana melalui joint financing serta

menerbitkan obligasi.

Diperkirakan sebanyak 50% kebutuhan dana akan ditutup oleh joint

financing dan separuhnya lagi akan melalui penerbitan obligasi. FIF berharap

mapu mendapat joint financing dari bank yang sudah menjadi mitra mereka,

seperti Bank Permata dan Bank Mega. FIF juga berniat melanjutkan rencana

penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun yang semula dijadwalkan tahun ini.

Kebutuhan pendanaan FIF cukup besar karena perusahaan itu memasang

target pembiayaan sebesar Rp 12 triliun di tahun 2010.

PT Federal International Finance (FIF) sejak tahun 2005 hinga

sekarang mengalami perkembangan yang baik, seperti data yang diperoleh

pada tahun 2010 FIF berencana menambah portofolio pembiayaan unit

Page 62: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

52

syariah dari 10% menjadi 15% dari total seluruh pembiayaan pada tahun 2010

guna mendorong pertumbuhan kredit perusahaan. Untuk penyaluran kredit

unit syariah komposisinya adalah 10% dari total pembiayaan FIF keseluruhan

sepeda motor baru.

Dalam mengembangkan unit pembiayaan syariah FIF menitikberatkan

kepada pengembangan cabang-cabang yang sudah ada untuk efisiensi dan

efektivitas pemasaran.pembiayaan motor syariah, yaitu difokuskan kepada

sedikitnya 20 cabang dari total cabang FIF saat ini yang mencapai 123

cabang. FIF juga menggunakan salah satu strategi pemasaran digunakan yaitu

dengan menggandeng beberapa institusi pendidikan Islam seperti pesantren,

sehingga pada akhir Juni lalu, pembiayaan syariah yang dikucurkan FIF telah

sesuai target yaitu mencapai 12%. Dimana pada tahun sebelumnya, unit

syariah hanya kebagian menyumbang 7% dari total pembiayaan perusahaan.

Sampai akhir Juli tahun 2009, unit syariah FIF sudah menyalurkan

pembiayaan bagi pembelian 51.600 unit kendaraan bermotor. Jika satu unit

kendaraan diasumsikan memiliki harga Rp 12 juta, maka unit syariah FIF

sudah menyalurkan kredit Rp 619,2 miliar. Dan pada akhir tahun 2009 FIF

syariah mampu mencapai Rp 1,2 triliun atau setara dengan pembiayaan

96.000 unit kendaraan. Strategi perusahaan untuk menghadapi paruh kedua

tahun ini, ujarnya, juga dengan membuat program kredit yang menarik dan

inovatif baik bagi deler maupun customer pembeli sepeda motor Honda secara

kredit

Page 63: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

53

Menurut data yang diperoleh booking FIF untuk sepeda motor baru

Honda hingga Agustus tahun 2009 mencapai 545.000 unit, sehingga dengan

komposisi pembiayaan syariah 10% berarti sekitar 54.500 unit. Pihaknya

menargetkan booking hingga akhir tahun 2009 menembus angka 900.000

unit. Adapun, untuk booking sepeda motor bekas FIF sudah membiayai

130.000 unit dengan target akhir tahun 2009 di atas 180.000 unit. Selain itu

FIF Syariah tidak hanya melayani pembiayaan motor baru, melainkan juga

melayani pembiayaan pada motor bekas dan juga elektronik lainya.7

7 FIF lonjakkan pembiayaan syariah, Harian Bisnis Indonesia - Jum'at, 09 Oktober 2009)

Page 64: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA PEMBIAYAAN MOTOR SYARIAH

DAN KONVENSIONAL

A. Perbedaan Lembaga Pembiayaan Motor syariah dan Lembaga Pembiayaan

Motor Konvensional

Perkembangan mengenai lembaga pembiayaan motor di Indonesia

berkembang dengan sangat baik, hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

lembaga pembiayaan motor yang bermunculan dan mampu mengembangkan

berbagai cabang di seluruh wilayah Indonesia. Dan juga munculnya berbagai

lembaga pembiayaan motor yang menggunakan prinsip syariah dalam melakukan

kegiatan usahanya, perusahaan pembiayaan motor yang mampu menjalankan dua

prinsip sekaligus, yaitu PT FIF yang saat ini mampu merespon pasar dengan baik,

terbukti dengan berdirinya FIF Syariah sebagai wujud dari keseriusan perusahaan

ini dalam melayani keinginan masyarakat Indonesia.

Dalam proses pembiayaan motor yang dijalankan oleh PT FIF antara

konvensional dan syariah terdapat perbedaan yang mendasar, antara lain

instrumen yang digunakan dalam pengambilan keuntungan. Sudah jelas tentunya

dalam lembaga pembiayaan motor konvensional dalam memperoleh keuntungan

menggunakan bunga sebagai instrumen dalam menjalankan kegiatan usaha,

keuntungan diperoleh melalui angsuran yang dibayar yaitu pokok ditambah bunga

yang disepakati, dan perusahaan memperoleh keuntungan melalui bunga yang

54

Page 65: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

55

dibayar oleh konsumen sesuai dengan perjanjian.dan sifatnya sama seperti

pinjaman, artinya perusahaan membiayai kebutuhan konsumen dan konsumen

berhutang kepada perusahaan, kemudian di setiap bulannya konsumen akan

membayar dengan cara mencicil ditambah dengan bunga sebagai keuntungan

perusahaan.

Dalam lembaga pembiayaan motor syariah tidak dikenal adanya bunga

sebagai instrumen untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan, karena pada

dasarnya pembiayaan motor syariah dalam melakukan transaksi usaha

menggunakan akad jual beli atau dikenal dengan murabahah, yaitu akad yang

digunakan untuk pengadaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya

(harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya secara angsuran

dengan harga lebih sebagai laba.1 Bila lembaga pembiayaan motor konvensional

sifatnya membiayai hutang, maka lembaga pembiayaan motor syariah bersifat

jual beli sesuai dengan akad yang digunakan FIF syariah dalam pembiayaan

motor.

Bila dilihat antara lembaga pembiayaan motor syariah dan konvensional

sangat berbeda dalam hal kebijakan dan perlakuan terhadap nasabah, juga

terhadap moralitas dan nilai yang ada pada lembaga pembiayaan motor syariah.

Seperti yang dijelaskan di atas tadi bahwa pembiayaan motor syariah harus

memberikan informasi harga motor dengan jelas dan transparan, seperti biaya

1 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta :PT Kencana, 2009, h.365.

Page 66: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

56

yang harus ditanggung oleh konsumen pada saat membeli motor, konsumen harus

mengetahuinya agar saling ridho antara perusahaan pembiayaan dan konsumen.2

Perbedaan selanjutya diantara kedua lembaga ini terletak pada struktur

organisasi yang mana FIF syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang

direkomendasikan oleh MUI untuk mengawasi dan memberikan masukan kepada

perusahaan dalam hal produk yang hendak dikeluarkan agar nantinya dalam

membuat produk baru tidak menyimpang dari koridor syariah. DPS dalam

struktur organisasi sejajar dengan Direktur namun dalam hal ini DPS hanya

mengurus rekomendasi, monitoring dan operasional perusahaan, dan DPS banyak

berhubungan dengan divisi marketing. Hal yang berbeda terjadi pada FIF

konvensional karena di dalam struktur organisasi tidak ada pengawas yang

ditunjuk seperti DPS yang ada pada FIF syariah, karena dalam menentukan

produk yang hendak dikeluarkan tidak perlu adanya peertimbangan prinsip

syariah yang harus dijalankan.3

Poin yang terpenting mengenai perbedaan diantara keduanya adalah nilai-

nilai yang dimiliki oleh lembaga pembiayaan motor syariah tidaklah sama dengan

lembaga pembiayaan motor konvensional, yakni mengenai pemilihan konsumen

yang akan dibangun berdasarkan kebutuhan akan kemaslahatan, baik maslahat

yang diterima di dunia maupun di akhirat. Maslahat yang dimaksud adalah setiap

keadaan yang membawa manusia kepada derajat yang lebih tinggi sebagai

2 Yoelhandri Barda, Supervisor Syari’ah PT. FIF, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Februari

2010. 3 Soemitra, Bank & Lembaga.,h.368.

Page 67: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

57

mahluk yang sempurna, sedangkan maslahat akhirat adalah berupa pahala yang

akan diberikan di akhirat sebagai akibat perbuatan mengikuti ajaran Islam.4 Islam

tidak mengarahkan konsumen untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan

semata yang didasarkan pada rasionalitas yang sempit sesuai dengan anggaran

yang dimilikinya, akan tetapi syarat dengan nilai-nilai kerohanian yang secara

tidak langsung mengarahkan konsumen agar tidak konsumtif dan menjaga

kemaslahatan untuk lebih memprioritaskan kewajibannya terlebih dahulu, seperti

nafkah keluarga, zakat, nazar yang telah jatuh tempo. Setelah itu uang dapat

digunakan untuk kegiatan sunah seperti sedekah, infak, wakaf, wasiat baru

kemudian uang dapat digunakan untuk kegiatan yang mubah seperti,

perdagangan, kerja sama dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya.5

Agar dapat lebih jelas untuk memahami perbedaan keduanya secara

terperinci akan dipaparkan di bawah ini.

Secara teori, ada tiga hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis

syariah, yaitu (1) bebas bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan risiko, dan (3)

perhitungan bagi hasil tidak dilakukan di muka. Berbeda dengan kredit

konvensional yang memperhitungkan suku bunga di depan, ekonomi syariah

menghitung hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini berarti dalam

pembiayaan syariah pembagian hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil, bukan

berdasar hasil perhitungan spekulatif. Sistem bagi hasil ini dipandang lebih sesuai

4 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3I), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008), h.174-175 5 Soemitra, Bank & Lembaga,. h.365.

Page 68: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

58

dengan iklim bisnis yang memang mempunyai potensi untung dan rugi. Baik

sistem bunga maupun bagi hasil sebenarnya sama-sama dapat memberikan

keuntungan bagi pemilik dana (bank/lembaga keuangan), namun keduanya

mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Secara ringkas perbedaan yang jelas

secara garis besar antara lembaga pembiayaan syariah dan konvensional, dapat

penulis sajikan uraiannya dalam bentuk tabel berikut ini:6

Tabel 4.1

Perbedaan antara pembiayaan dengan sistem bunga dan bagi hasil.7

Lembaga Pembiayaan Syariah Lembaga Pembiayaan Konvensional

Sifatnya jual beli Sifatnya kredit

Menggunakan akad murabahah dalam

memperoleh keuntungan, yaitu harga

pokok+keuntungan yang disepakati

Menggunakan bunga sebagai

instrument dalam memperoleh

keuntungan

Adanya Dewan Pengawas Syariah

dalam struktur organisasi perusahaan

sebagai pengawas dan monitoring

terhadap operasional perusahaan

Tidak terdapat Dewan Pengawas

Syariah dalam struktur organisasi.

Tidak ada yang meragukan keabsahan

bagi hasil.

Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak

dikecam) oleh semua agama.

Tabel di atas sangat jelas memberikan gambaran perbedaan secara umum

mengenai perusahaan pembiayaan syariah dan konvensional.

6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,

2001),hlm.60 7 Ibid,.hlm. 61

Page 69: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

59

B. Analisis Perbandingan Mekanisme Operasional Multifinance syari’ah dan

konvensional PT. FIF pada Pembiayaan Motor

Dalam hal mekanisme operasional pada PT FIF antara syariah dan

konvensional keduanya secara umum masih memiliki beberapa kesamaan, akan

tetapi juga terdapat perbedaan yang terlihat diantara keduanya. Untuk dapat

dengan jelas memahami perbandingan mekanisme operasional FIF syariah dan

konvensional di bawah ini akan dipaparkan persamaan dan perbedaan terkait

mekanisme operasional.

Pertama akan dipaparkan mrngrnai persamaan mekanisme operasional

kedua lembaga tersebut. Persamaan keduanya antara lain terdapat tiga pihak yang

terkait, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen, Suplier, dan konsumen.

Perusahaan pembiayaan konsumen memberikan jasa pembiayaan, suplier

menyediakan barang yang dibutuhkan dan konsumen adalah pembeli barang yang

menggunakan jasa pembiayaan tersebut.selain ketiga pihak tersebut Bank juga

memiliki keterkaitan dengan perusahaan pembiayaan, antara lain karena adanya

join fainancing yang dilakukan bank dengan perusahaan pembiayaan, dalam hal

ini bank membiayai kebutuhan perusahaan pembiayaan dalam memnuhi

kebutuhan konsumen, jadi yang digunakan perusahaan pembiayaan untuk

membiayai pembelian motor adalah bank, atau dapat juga dikatakan perusahaan

pembiayaan motor menjadi agen bank dalam penyaluran pembiayaan konsumtif

Page 70: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

60

yang dimiliki oleh bank.8 Dalam pembiayaan syariah hubungan bank dengan FIF

syariah yang digunakan adalah akad wakalah yaitu FIF mewakili bank dalam

menyalurkan pembiayaan konsumtif yang seharusnya dilakukan oleh

bank.Mengenai mekanisme tersebut di atas yang membedakan adalah mengenai

kerja sama antara perusahaan pembiayaan dengan bank, bila FIF Syariah maka

bank yang dapat diajak kerjasama adalah bank yang berlandaskan prinsip syariah

begitu juga sebaliknya.

Mekanisme yang digunakan oleh FIF syariah dan konvensional dalam

pengajuan kredit motor adalah sama, yaitu yang pertama konsumen datang ke

deler untuk mengajukan pembiayaan motor, kemudian dealer memberikan

pengajuan tersebut kepada FIF untuk dianalisa dan selanjutnya di survey apakah

konsumen yang mengajukan pembiayaan pantas diberikan pembiayaan atau tidak,

setelah disetujui maka FIF mengadakan perjanjian dengan konsumen dan

selanjutnya dealer mengirimkan barang yang diinginkan konsumen, setelah itu

konsumen membayar dengan cara dicicil.9

Setelah mengetahui persamaan mekanisme operasional antar FIF syariah

dan konvensional, akan dijelaskan mengenai beberapa perbedaan yang dimiliki

keduanya. Melihat penjelasan di atas mengenai bentuk mekanisme operasional

adalah sama, namun akan dijelaskan cecara rinci mengenai mekanisme

operasional FIF syariah.

8 Soemitra, Bank & Lembaga, h.355 9 Yoelhandri, Supervisor Syari’ah PT. FIF, Wawancara Pribadi

Page 71: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

61

FIF melakukan pembelian secara tunai dari pemasok yang di kehendaki

oleh nasabahnya. Kemudian menjualnya secara tangguh kepada nasabah yang

bersangkutan. Dalam kontrak murabahah. FIF Syariah akan membeli barang

(sepeda motor Honda) dari dealer secara tunai atas nama BSMI sebagai pemilik

dana seutuhnya, lalu menjualnya kepada nasabahnya dengan mengambil margin

keuntungan. FIF Syariah memberikan waktu tangguh bayar kepada nasabahnya

selama jangka waktu yang disepakati bersama antara perusahaan dengan nasabah.

Melalui akad murabahah nasabah dapat memenuhi kebutuhan untuk memperoleh

dan memiliki barang yang dibutuhkan, dalam hal ini sepeda motor Honda, tanpa

harus menyediakan uang tunai lebih dulu dngan kata lain nasabah telah

memperoleh pembiayaan dari FIF Syariah untuk dapat memiliki barang tersebu.10

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) telah

menetapkan syarat untuk akad murabahah yang diterapkan dalam Usaha Syariah,

diantaranya:

a. Harus ada akad antara perusahaan dan nasabah

b. Komoditas yang diperjualbelikan bukan barang barang haram.

c. Perusahaan membeli barang untuk nasabah atas nama perusahaanya sendiri

kemudian menjual kembali kepada nasabah sesuai dengan harga beli di

tambah margin.

d. Apabila perusahaan mendapat potongan dari pemasok, maka harga beli yang

diperhitungkan adalah setelah adanya potongan tersebut.

10 Adiwarman A. Karim, “Bank Islam; Analisis fiqih dan Keuangan” (Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 103

Page 72: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

62

e. Perusahaan dapat meminta uang muka kepada nasabah yang dapat

diperhitungkan sebagai pembayaran cicilan utang nasabah kepada

perusahaan.11

Berdasarkan dari syarat akad murabahah yang telah ditetapkan oleh MUI

tersebut diatas maka FIF Syariah telah memenuhi syarat-syarat tersebut. Di bawah

ini merupakan penjelasan mengenai mekanisme pembiayaan motor syariah pada

FIF.

Gambar 4.1

Skema pembiayaan pada FIF Syariah adalah sebagaimana berikut.12

11 Ibid.,h.105. 12 Data diperoleh dari dokumen FIF Syariah pada Mei 2010.

FIF Syariah

Dealer Customer

Angsuran Murabahah

Pencairan

Channeling (Wakalah)

Tabarru’

0% : 100%

2 3

1

Asuransi Bank S

yariah

4 6

5

Sepeda Motor HONDA

Page 73: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

63

Keterangan skema pembiayaan Murobahah pada FIF Syariah:

1. Penawaran & permintaan dealer dan customer, customer memberikan syarat-

syarat kepada dealer.

2. Dealer memberikan data custemer (syarat-syarat) ke FIF Syariah.

3. FIF Syariah mensurvei dan menganalisis kelayakan untuk diberikan

pembiayaan kepada customer, setelah dinyatakan layak FIF Syariah

melakukan perjanjian atau akad dengan customer

4. FIF Syariah memberikan informasi bahwa customer layak untuk mendapatkan

pembiayaan dan FIF Syariah membayar cash kepada dealer.

5. Dealer mengirim barang kepada customer.

6. Customer membayar cicilan sesuai dengan perjanjian yaitu dengan akad

Murabahah.

Adapun akad yang digunakan FIF Syariah dengan Bank Syariah adalah

dengan akad Wakalah bil Ujroh yaitu Bank Syariah memberikan kuasa untuk

menggunakan produknya kepada FIF Syariah dengan imbalan pemberian Ujroh /

fee. Sedangkan FIF Syariah dengan asuransi adalah dengan akad tabarru’ yaitu

akad tolong menolong.

Pertama dealer memberikan sepeda motor kepada customer setelah adanya

kesepakatan. Sebelumnya dari pihak dealer menawarkan calon customer untuk

menggunakan pembiayaan FIF konvensional atau Syariah. Setelah disepakati

menggunakan pembiayaan syariah, FIF Syariah kemudian mencairkan dana tunai

sebagai pembiayaan sepeda motor yang di kredit oleh customer kepada dealer.

Page 74: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

64

Dana tersebut didapat dari akad wakalah (channeling) atau FIF dengan pihak

Bank Syariah dalam hal ini bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). BSMI

sepenuhnya yang menjadi penanggung jawab dana (Funding). Lalu setiap bulanya

customer membayar angsuran motor kepada FIF Syariah sebesar jumlah yang

telah disepakati bersama yaitu harga pokok perolehan barang ditambah dengan

margin keuntungan yang telah disepakati dan disebut diawal selama dalam jangka

waktu tertentu.

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab di atas mengenai pebandingan

lembaga pembiayaan motor syariah dan konvensional, bahwa sifat dari

pembiayaan motor syariah adalah jual beli dengan menggunakan akad

murabahah, yaitu akad jual beli atas barang tertentu dimana penjual menyebutkan

dengan jelas barang yang diperjual-belikan kepada pembeli termasuk harga

pembelian dan keuntungan yang diambil.

Penjabaran dan implementasi akad murabahah yang berlaku pada

perusahaan pembiayaan syariah adalah sebagai berikut:

1. Akad murabahah merupakan akad kesepakatan yang didasarkan atas suka

sama suka (suka rela)

2. Akad murabahah adalah akad jual beli dan bebas dari unsur riba

3. Barang yang diperjual-belikan adalah barang yang tidak diharamkan oleh

syariat Islam.

Page 75: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

65

4. Harga penjualan adalah gabungan antara harga modal ditambah margin

keuntungan.

5. Masa pembayaran sesuai jangka waktu tertentu.

6. Diperolehkan membayar uang muka atau uang panjar atau urbun.13

Perbedaan selanjutnya adalah mengenai penanganan terhadap kredit

macet. Apabila pada waktunya customer tidak dapat/ lalai melakukan

kewajibanya yaitu berupa pembayaran angsuran, maka akan dikenakan penalty.

Dalam konvensional jika hal ini terjadi customer akan dikenakan bunga yang

besarnya telah ditentukan.

Penalty yang dikenakan oleh FIF Syariah ada dua yaitu sebagai berikut:

1. Dana sosial (Fatwa No. 17/DSN-MUI/IX/2002):

a. Sebesar Rp 5000 dari jumlah angsuran yang terlambat

b. Tidak boleh din nego/di hapus

c. Dibukukan sebagai “Dana sosial”

2. Ganti Rugi (Fatwa No. 43/ DSN-MUI/VIII/2004):

a. Sebesar 0,5% X total angsuran X jumlah hari

b. Boleh dinego / di hapus.

c. Dibukukan sebagai pendapatan lainanya.

13 Adiwarman, Bank Islam., h.100

Page 76: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

66

Gambar 4.2

Skema penyelesaian masalah nasabah:14

Dalam FIF Syariah, customer / nasabah yang tidak melakukan

pembayaran asuransi saat tiba waktunya dalam beberapa bulan angsuran akan

dibedakan menjadi dua, yaitu nasabah yang mau membayar tetapi tidak mampu

membayar karena satu dan lain hal; dan nasabah yang mampu membayar tetapi

tidak mau membayar. Pada dasarnya apabila hal ini terjadi maka barang akan

ditarik/ diambil kembali oleh FIF Syariah untuk kemudian dijual untuk memenuhi

angsuran nasabah yang menunggak tadi. Akan tetapi untuk nasabah yang berada

dalam kreteria yang pertama tadi akan diberikan sedikit kemudahan atas dasar

itikad bank yang ditunjukkan oleh nasabah.

14 Ega, Modul Pelatihan FIF Syariah, (Yogyakarta: PT Federal International Finance, 2005)

hlm.20

CRITER

- Maintain Longterm

- W / O Policy ??

EXECUTE !!!

MAU TAPI TIDAK

MAMPU

MASALAH CUSTOMER

UNABE UNWILLING

? MAMPU TAPI TIDAK

MAU

Page 77: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

67

Bagi nasabah atau customer yang tidak mampu melanjutkan pembayaran

angsuran akan dikenakan sebagai berikut15

1. Objek dan jaminan lainya ditarik/diambil dan dijual dengan harga pasar yang

di sepakati.

2. Nasabah melunasi sisa hutangnya dari hasil penjualan objek jaminan tersebut.

3. Apabila hasil penjualan tersebut lebih maka sisanya dikembalikan kepada

nasabah.

4. Apabila kurang, maka tetap menjadi hutang nasabah yang harus dilunasi.

5. Apabila benar-benar tidak mampu membayar sisa hutangnya, maka FIF

Syariah dapat membebaskannya.

Dalam melakukan eksekusi diatas FIF Syariah tentunya mengutamakan

prinsip-prinsip kemanusiaan. Karena dalam Islam tidaklah diperbolehkan

menggunakan cara-cara yang tidak baik dan dapat melukai fisik maupun perasaan

seseorang.

Mengenai permasalahan Asuransi antara FIF syariah dan konvensional

sangat berbeda, yaitu dalam mekanisme mengenai asuransi FIF konvensional

apabila memperoleh laba dan tidak ada klaim dari nasabah maka keuntungan

tersebut akan dimasukan menjadi keuntungan perusahaan tanpa sepengetahuan

nasabah. Berbeda dengan FIF Syariah uang muka atau DP yang diserahkan oleh

customer diawal dihitung sebagai angsuran pertama ditambah dengan biaya

asuransi. Asuransi yang digunakan oleh FIF Syariah adalah asuransi Astra cabang

15 Yoelhandri, Supervisor Syari’ah PT. FIF, Wawancara Pribadi

Page 78: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

68

Syariah. Asuransi Syariah menggunakan akad dengan niat tabaru’ (aqad Takaful),

yaitu suatu niat tolong menolong pada sesama peserta apabila ada yang

ditakdirkan mendapat musibah. Pada akhir priode asuransi, jika perusahaan

asuransi memperoleh laba dan konsumen tidak pernah mengajukan klaim, maka

konsumen yang bersangkutan berhak atas nisbah (hadiah/bonus) dengan jumlah

tertentu sesuai tingkat investasi tahun tersebut. Apabila nisbah yang menjadi hak

konsumen tidak diambil dalam jangka waktu yang disepakati, maka dans yang

mengendap tersebut akan diserahkan sebagai dana sosial.16

Gambar 4.317

Simulasi Refund Nisbah Tabarru FIF Syariah:

Titipan Premi Tabar

Rp. 600.000 Rp.

600.000

16 Ibid. 17 Ega, Modul Pelatihan FIF Syariah,.h.25.

Rp. 600.000

Rp. 75.000 AAB Rp.

50.000

Nisbah NET: Rp. 50.000

Nisbah/ Bagi Hasil Rp. 200.000

- Deposito Syariah - Obligasi Syariah - Reksa Dana Syariah

Jika Terjadi Claim

Investasi di :

Rek. AAB

AAB 50 %

Nasabah 50 %

r

Page 79: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

69

Dari simulasi diatas, diketahui bahwa nisbah nett. Bagi hasil dari

pendapatan investasi dibagi dua antara perusahaan asuransi (AAB) dengan

nisbah.

Berikut hal-hal yang terdapat pada asuransi syariah:

1. Produk Asuransi Syariah merupakan asuransi berlandaskan syariah dengan

prinsip tolong-menolong sesama anggota (Ta’awun). Dimana peserta

menyerahkan pengelolaan keuangan ke AAB dengan jasa 45% dari premi

sedangkan 55% untuk di kelola oleh pihak asuransi dalam kumpulan dana

tabaru (Tabaru Fund)

2. Pengelolaan dana tabarru dilakukan melalui investasi secara syariah antara

lain pada deposito syariah, obligasi syariah dan reksadana syariah dan juga

usaha-usaha lainya.

3. Apabila total biaya klaim yang di keluarkan dalam suatu priode lebih kecil

dari dana tabarru, maka akhir priode akan diberikan kelebihan dana tersebut

(berupa Nisbah/Bonus / hadiah)

4. Perhitungan nisbah / bonus dilakukan di akhir priode pertanggungan jika tidak

pernah klaim selama priode pertanggungan.

5. Apabila nisbah / keuntunganlebih kecil lebih kecil dari Rp 10.00, akan

hibahkan ke dinas sosial melalui perusahaan asuransi.

Dalam mekanisme operasional pembiayaan motor konvensional sifat nya

sangat berbeda dengan pembiayaan motor syariah pada PT FIF, karena FIF

Page 80: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

70

konvensional sifatnya adalah membiayai dengan menggunakan bunga sebagai

perolehan keuntungan bagi perusahaan.

Di bawah ini akan dipaparkan secara terperinci mengenai ketentuan yag

berlaku pada FIF syaraiah dan konvensional

Tabel 4.2 :

Perbedaan Mekanisme Operasional FIF Syariah dengan Konvensional

No Aspek FIF Syariah FIF Konvensional 1. Kerangka hukum Mengacu kepada hukum

syariah dan hukum positif Mengacu kepada hukum positif saja

2 Isi perjanjian Dijelaskan secara rinci biaya modal, margin, asuransi, administrasi dan lain-lain

Tidakdijelaskan secara rinci

3 Tingkat keuntungan Margin laba Bunga uang 4 Denda Menjadi dana social Menjadi pendapatan

perusahaan 5 Jika ada pelunasan

lebih awal Nasabah tidak dikenakan biaya administrasi (Administrasi Nol)

Nasabah tetap dikenakan biaya administrasi

6 Jika pelunasan lewat jatuh tempo

Tidak ada istilah bunga berjalan

Dikenakan bunga berjalan

7 Bentuk transaksi Murabahah dengan obyeknya barang sehingga merupakan transaksi jual beli

Pinjam meminjam obyeknya uang dengan mekanisme bunga

8 Discount Apabila ada discount unit, maka discount menjadi milik nasabah dengan mengurangi harga jual

Apabila ada discount unit, maka discount bisa untuk dealer atau milik nasabah

9 Asuransi Memakai asuransi Asra Buana Syariah

Memakai asuransi Astra Buana Konvensional

10 Refund premi Apabila tidak ada klaim tetap ada nisbah bagi hasil

Apabila tidak ada klaim akan menjadi pendapatan perusahaan asuransi

11 Pengawasan Dewan Penasehat Syariah dan Bapepam LK

Bapepam LK

12 Sumber Dana Bank Syariah Bank Konvensional Sumber : Modul Pelatihan FIF Syariah Cabang Yogyakarta, 2007

Page 81: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

71

Selanjutnya akan dijelaskan secara lebih jelas di bawah ini mengenai tabel

di atas mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku pada FIF syariah dan

konvensional, antara lain mengenai:

1. Denda : mengenai permasalahan denda yang timbul akibat keterlambatan,

dalam hal ini FIF syariah mengenakan Penalti atas keterlambatan pembayaran

akan dikenakan denda, dan uangnya dijadikan dana sosial sebesar Rp. 5.000,-

dari jumlah angsuran yang terlambat dan tidak boleh dinego atau dihapuskan.

Sedangkan FIF konvensional apabila terdapat keterlambatan pembayaran

angsuran maka uang tersebut akan menjadi pebdapatan perusahaan

2. Pelunasan awal : Pada FIF syariah apabila terdapat pelunasan awal artinya

konsumen melunasi sebelum jatuh tempo maka tidak dikenakan biaya

administrasi, sedangkan FIF konvensional apabila terdapat pelunasan awal

maka biaya administrasi tetap akan dikenakan kepada konsumen.

3. Pelunasan lewat jatuh tempo: FIF syariah tidak terdapat bunga berjalan,

namun pada FIF konvensional dikenakan bunga berjalan.

4. Discount : Apabila ada discount unit maka discount tersebut menjadi milik

nasabah dengan mengurangi harga jual motor, sedangkan FIF konvensional

discount tersebut bisa menjadi milik nasabah ataupun perusahaan.

5. Asuransi : FIF syariah dalam hal asuransi menggunakan rekanan asuransi

syariah dan apabila tidak terdapat klaim asuransi maka nasabah tetap

mendapatkan bagi hasil dari asuransi, sedangkan FIF konvensional

Page 82: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

72

menggunalan asuransi konvensional sebagai rekanan dan apabila tidak

terdapat klaim asuransi maka akan menjadi pendapatan perusahaan.18

C. Perbandingan laba yang diperoleh antara pembiayaan motor syariah dan

konvensional pada PT FIF.

Saat ini kuantitas yang diperoleh FIF syariah terhadap seluruh jumlah

pembiayaan motor pada PT FIF berkisar pada 15 % dari total keseluruhan

pembiayaan motor FIF konvensional, karena pada dasarnya FIF syariah hadir

sebagai alternatif pembiayaan motor bagi masyarakat Indonesia. Dalam hal ini PT

FIF syariah dan konvensional dalam menentukan laba tidak terdapat perbedaan,

karena PT FIF menghindarinya terjadinya persaingan antara cabang ataupun deler

baik itu syariah dan konvensional.

Dalam menentukan margin PT FIF selalu mengikuti terhadap pembiayaan

yang dikeluarkan bank-bank yang melakukan join financing jadi dalam penentuan

laba FIF masih bergantung pada bank yang bekerjasama dengan FIF. Seperti yang

kita lihat tidak terdapat perbedaaan harga antara pembiayaan motor syariah

dengan konvensional mengenai angsuran per bulan, agar lebih jelas maka di

bawah ini akan dijelaskan mengenai penghitungan pembiayaan motor syariah.19

Terdapat perbedaan dalam menentukan margin antara FIF syariah dan

konvensional, yaitu terletak pada penentuan keuntungan berdasarkan waktu. Kita

18 Manajemen FIF Syariah, Akad Perjanjian Murabahah, (Yogyakarta: PT Federal

International Finance Unit Syariah, 2008 19 Yoelhandri, Supervisor Syari’ah PT. FIF, Wawancara Pribadi

Page 83: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

73

juga mengetahui bahwa dalam sejarahnya, perputaran uang selalu didasarkan

kepada pembayaran bunga. Sistim bunga yang dimaksud di sini adalah bunga

majemuk (compound interest), bukan bunga tunggal (single interest). Apa

kaitannya dengan hal ini

Tentu saja hal ini terkait erat sekali dengan kemampuan membayar para

debitur. Sistim bunga majemuk sebagai ruh dari konsep time value of money

menjelaskan bahwa bunga berkembang menurut deret ukur, 1, 2, 4, 8,

16,…..dstnya. Sebagai sebuah contoh, jika seseorang berhutang sebesar Rp.

1.000, (seribu rupiah) sekarang kepada lembaga kredit (bank maupun non-bank)

dengan bunga pertahun 10 %, maka dalam 2 tahun saja maka hutangnya sudah

menjadi :

FV = PV (1 + i) n

FV = 1.000 (1+0,1) 2

= 1.210

Apa artinya ini ?. Artinya, hanya dalam 2 tahun, nilai hutangnya sudah

bertambah Rp. 210 dari nilai semula. Dengan kata lain, mengalami kenaikan nilai

sebesar 21 % = (1.210 – 1.000)/1.000. Nah, bagaimana dengan kemampuan

membayar si penghutang ?. Tentu untuk melunasi hutangnya, minimal dalam

jangka waktu 2 tahun dia juga harus mendapatkan tambahan penghasilan sebesar

21 % tadi.

Jadi, walaupun prasyarat pertama sudah terpenuhi, artinya hutang tadi

memang digunakan untuk berproduksi namun apakah nilai tambahnya sebanding

Page 84: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

74

dengan nilai akhir hutang tadi ?. Nah, kalau melihat contoh di atas, kira-kira apa

jenis pekerjaan yang bisa memberi kenaikan gaji/penghasilan sebesar 21 %

dalam 2 tahun atau rata-rata 10,5 % per tahun.

Jadi secara tegas, kita dapat menyimpulkan bahwa ketika kenaikan

penghasilan (X) debitur pertahun kecil dari bunga (Y) maka debitur akan gagal

membayar hutang-hutangnya (X < Y = GAGAL BAYAR). Untuk itu, maka

prasyarat yang dibutuhkan supaya hutang tadi bermanfaat bagi semua pelaku

yang terkait di dalam transaksinya adalah sebuah patokan suku bunga kredit yang

telah memperhitungkan secara baik kemampuan bayar debitur. Kalau bisa, malah

mengeliminasi sistem bunga dan menggantinya dengan sistem margin

keuntungan (murabahah).

Selain itu, setiap transaksi kredit dengan sistem bunga ini akan

menciptakan uang-uang (semu) yang baru. Bertambah satu transaksi kredit

bertambah uang sebesar bunga yang dikenakan sehingga jumlah uang yang

beredar lebih besar dari barang yang ada di pasar. Hal inilah yang ditakuti oleh

otoritas moneter. Bila keseimbangan umum antara pasar uang dan pasar barang

tidak tercapai maka hal ini akan memicu inflasi.20

Margin yang ditentukan oleh FIF Syariah adalah 24 % untuk 2 tahun.

Akad antara FIF Syariah dengan customer adalah akad murabahah dengan

20 Davy Hendri, “Transaksi Jual Beli Kredit dari Presepektif Sosial Ekonomi”, Artikel

Diakses dari www.geocities.com Pada Juni 2010.

Page 85: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

75

pembayaran diangsur. Sedangkan antara dealer dengan FIF Syariah adalah akad

jual beli tunai.

Contoh perhitungan murabahah:

Harga – On The Road Rp 11.000.000

DP Gross Rp 3.500.000

Administrasi Rp 150.000

Asuransi Rp. 350.000 –

DP Nett Rp. 3.000.000 –

Harga Beli/Pokok Pembiayaan Rp. 8.000.000

Jangka Waktu :24 Bulan

Margin/ Tingkat Keuntungan Rp. 3.500.000 +

Harga Juala Rp.11.500.000

Angsuran / Bulanan = 11.500.000 : 24 Bulan = Rp 480.000

D. Tantangan dan peluang pembiayaan motor multifinance syari’ah

Dari segi sumber daya manusia, FIF Syariah memiliki problem yang tidak

berbeda dengan bank syariah, yaitu SDM profesionalitas dirasakan sangat minim

sekali. Hal ini terbukti dari sulitnya mendapatkan informasi yang jelas dan akurat

tentang mekanisme pembiayaan syariah, dimana info yang didapat masih sangat

kabur dan berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain pada perusahaan yang

sama.

Page 86: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

76

Kemudian dari segi penerapan nilai-nilai syariah, perusahaan pembiayaan

yang satu ini, masih dirasakan sangat kaku dan terkesan ragu-ragu. Boleh jadi hal

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor: Pertama, kurangnya SDM pengelolaan

sebagaimana telah disebutkan di atas. Kedua, perusahaan pembiayaan syariah ini

masih berada satu atap dengan perusahaan pembiayaan konvensional, yaitu sama-

sama di bawah PT Astra International yang notabenenya adalah “Konvensional”

sehingga visi dan misinya masih terlalu kuat berorientasi pada maksimalisasi

keuntungan. Sebagai buktinya adalah ternyata FIF Syariah tidak lebih murah dari

FIF Konvensional. Ketiga, pembukaan unit-unit syariah hanya bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pangsa pasar yang lagi menjadi trend kecenderungan

masyarakat seiring dengan pesatnya perkembangan produk-produk yang berbau

syariah itu sendiri. Jadi, spirit syariahnya bukan murni berasal dari dalam FIF

Syariah, melainkan merupakan dorongan dan tuntutan pasar.21

Oleh karena itu, sebagai rekomendasi yang patut dipertimbangkan untuk

menghilangkan kekakuan dan keraguan dalam mekanisme perusahaan

pembiayaan ini, juga agar FIF Syariah dapat berkembang dan mendapat dukungan

masyarakat, maka kiranya FIF Syariah perlu:

1. Menjadikan perusahaan pembiayaan syariah ini, independen atau berdiri

sendiri dan terpisah dengan induknya yang konvensional. Kalau tidak

demikian, maka sulit rasanya untuk bisa ‘benar-benar syariah” karena ia terus

dibayang-bayangi dan dipengaruhi oleh induknya yang konvensional tadi.

21 Ibid

Page 87: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

77

2. Merekrut sejumlah SDM tenaga kerja yang betul-betul mengerti mekanisme

pembiayaan secara syariah dan mengerti perbedaannya dengan mekanisme

konvensional. Sehingga diharapkan bisa mengembangkan produk syariah

dengan baik dan benar, tidak hanya asal mengikuti perintah semata-mata.

3. Melakukan sosialisasi produk terus-menerus secara rutin dan terencana

terhadap semua pihak baik karyawan, konsumen dan pihak terlibat lainnya.

Terlepas dari itu semua tantangan yang ada, bagaimanapun juga FIF Syariah

sudah selangkah lebih maju dibanding yang lainnya, karena telah berani tampil

dengan bangganya sebagai lembaga pembiayaan syariah. Kekurangan dan

kelemahan, sedikit demi sedikit akan dapat diperbaiki.

Beberapa hal yang terpenting adalah bagaimana FIF mampu berdiri sendiri

dan memiliki kebijakan yang tidak sama dengan FIF konvensional, karena bila

dilihat saat ini FIF syariah hadir hanya sebagai alternatif pembiayaan bagi

masyarakat Indonesia dimana tidak terdapat perbedaan dalam hal penetapan

margin sehingga pengaruhnya sangat kecil bagi pertumbuhan PT FIF secara

umum, belum lagi masyarakat yang masih banyak menganggap bahwa FIF

syariah dan konvensional adalah sama karena masyarakat belum teredukasi

dengan baik mengenai pembiayaan murabahah.

Mengenai peluang pembiayaan motor FIF syariah terbuka sangat lebar dimana

mulai berjamurnya BMT da koperasi syariah dapat dijadikan sebagai mitra dalam

menyalurkan pembiayaan motor syariah sehingga pangsa pasar pembiayaan

motor syariah dapat lebih jelas dan bertambah volumenya dalam hal keuntungan,

Page 88: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

78

sekaligus menguatkan citra syariah yang baik bagi perusahaan FIF. Ditambah

dengan banyaknya lulusan Sarjana Ekonomi Islam yang memiliki tanggung jawab

untuk terus memberikan edukasi dan pemahaman mengenai ekonomi islam

sehingga para umat Islam sadar dan mau menggunakan produk yang islami sesuai

dengan Syariah yang berlaku.

Dari segi akad yang digunakan pada FIF Syariah, pada prinsipnya adalah

sama dengan akad pembiayaan pada bank syariah, yaitu akad murabahah. Oleh

karena itu, FIF Syariah hanya dinilai sebagai produk adopsi-adopsian saja, dan

bukan merupakan pengembangan esensi produk ekonomi syariah itu sendiri.

Trend akad murabahah saat ini, ternyata tidak hanya mendominasi produk bank

syariah, melainkan juga menjadi unggulan produk pada FIF Syariah. Kendati FIF

Syariah secara akad dinilai sebagai produk adopsi dari bank syariah, tetapi dari

segi kepemilikan barang yang menjadi objek murabahah, ia memiliki keunggulan

lebih dari bank syariah. Dimana kalau pada bank syariah, barang yang menjadi

obyek akad adalah bukan murni milik bank, tetapi pada FIF Syariah barang yang

menjadi obyek akad adalah memang barang milik sendiri karena FIF Syariah

masih satu group perusahaan dengan produsen sepeda motor Honda yaitu group

Astra International, sehingga barang tersebut masih bisa dikatakan sebagai milik

sendiri. Inilah yang menjadi keunggulan perusahaan FIF Syariah.

Page 89: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perbedaan yang mendasar diantara lembaga pembiayaan syariah dan

konvensioanal adalah pada instrumen dalam memperoleh keuntungan yaitu

pembiayaan syariah menggunakan bagi hasil sedangkan konvensional

menggunakan bunga, kemudian bentuk dari pembiayaan syariah bersifat jual

beli karena akad yang digunakan adalah murabahah sedangkan konvensional

bersifat membiayai hutang. Dalam struktur organisasi pun berbeda lembaga

pembiayaan syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah DPS sedangkan

konvensional tidak memiliki,

2. Perbandingan mengenai mekanisme operasional antara FIF syariah dan

konvensional terdapat persamaan dan perbedaan, antara lain persamaan

tersebut adalah terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu perusahaan pembiayaan

konsumen, Suplier, dan konsumen. Perusahaan pembiayaan konsumen

memberikan jasa pembiayaan, suplier menyediakan barang yang dibutuhkan

dan konsumen adalah pembeli barang yang menggunakan jasa pembiayaan

tersebut.selain ketiga pihak tersebut Bank juga memiliki keterkaitan dengan

perusahaan pembiayaan. Dalam mekanisme pengajuan pembiayaan motor pun

sama antara keduanya, yaitu yang pertama konsumen datang ke deler untuk

mengajukan pembiayaan motor, kemudian dealer memberikan pengajuan

79

Page 90: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

80

tersebut kepada FIF untuk dianalisa dan selanjutnya di survey, setelah

disetujui maka FIF mengadakan perjanjian dengan konsumen dan selanjutnya

dealer mengirimkan barang yang diinginkan konsumen, setelah itu konsumen

membayar dengan cara dicicil. Perbedaan diantara keduanya adalah mengenai

masalah denda akibat keterlambatan bayar, FIF syariah mengenakan denda

sebesar Rp.5000 yang disebut dana sosial dan tidak dijadikan keuntungan,

namun FIF konvensional apabila terdapat denda akibat keterlambatan bayar

maka itu akan menjadi keuntungan perusahaan. Pelunasan awal : Pada FIF

syariah apabila terdapat pelunasan awal artinya konsumen melunasi sebelum

jatuh tempo maka tidak dikenakan biaya administrasi, sedangkan FIF

konvensional apabila terdapat pelunasan awal maka biaya administrasi tetap

akan dikenakan kepada konsumen. Pelunasan lewat jatuh tempo: FIF syariah

tidak terdapat bunga berjalan, namun pada FIF konvensional dikenakan bunga

berjalan. Discount : Apabila ada discount unit maka discount tersebut menjadi

milik nasabah dengan mengurangi harga jual motor, sedangkan FIF

konvensional discount tersebut bisa menjadi milik nasabah ataupun

perusahaan. Asuransi : FIF syariah dalam hal asuransi menggunakan rekanan

asuransi syariah dan apabila tidak terdapat klaim asuransi maka nasabah tetap

mendapatkan bagi hasil dari asuransi, sedangkan FIF konvensional

menggunalan asuransi konvensional sebagai rekanan dan apabila tidak

terdapat klaim asuransi maka akan menjadi pendapatan perusahaan.

Page 91: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

81

3. Mengenai perbandingan laba antara FIF syariah dan konvensional terdapat

perbedaan, karena kebijakan mengenai margin laba ditentukan standar yang

sama agar tidak terjadi persaingan antar FIF Syariah dan Konvensional

4. Tantangan yang dihadapi FIF syariah dalam pembiayaan motor adalah

profesionalitas SDM yang masih sangat kurang mengenai konsep pembiayaan

syariah itu sendiri, dimana FIF syariah harus mampu memahami sepenuhnya

mekanisme pembiayaan syariah, kemudian perusahaan pembiayaan syariah

ini masih berada satu atap dengan perusahaan pembiayaan konvensional, yaitu

sama-sama di bawah PT Astra International yang notabenenya adalah

“Konvensional” sehingga visi dan misinya masih terlalu kuat berorientasi

pada maksimalisasi keuntungan. Sebagai buktinya adalah ternyata FIF

Syariah tidak lebih murah dari FIF Konvensional. Ketiga, pembukaan unit-

unit syariah hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar yang

lagi menjadi trend kecenderungan masyarakat seiring dengan pesatnya

perkembangan produk-produk yang berbau syariah itu sendiri.

Peluang dari FIF Syariah sangat besar dimana saat ini banyaknya BMT dan

Koperasi syariah yang bias dijadikan mitra untuk lebih mengoptimalkan

pembiayaan motor syariah sekaligus mampu menguatkan citra syariah pada

PT FIF syariah. Mengenai akad yang digunakan pada PT FIF Syariah adalah

adopsi dari Bank syariah, akan tetapi FIF memiliki keunggulan dari pada bank

syariah, yaitu mengenai kepemilikan obyek akad karena FIF syariah masih

Page 92: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

82

satu grup dengan PT Astra sebagai penyedia obyek akad sehingga FIF mampu

lebih maksimal dalam penyediaan obyek akad

B. Saran

1. Menjadikan perusahaan pembiayaan syariah ini, independen atau berdiri

sendiri dan terpisah dengan induknya yang konvensional. Kalau tidak

demikian, maka sulit rasanya untuk bisa ‘benar-benar syariah” karena ia terus

dibayang-bayangi dan dipengaruhi oleh induknya yang konvensional tadi.

2. Merekrut sejumlah SDM tenaga kerja yang betul-betul mengerti mekanisme

pembiayaan secara syariah dan mengerti perbedaannya dengan mekanisme

konvensional. Sehingga diharapkan bisa mengembangkan produk syariah

dengan baik dan benar, tidak hanya asal mengikuti perintah semata-mata.

3. Melakukan sosialisasi produk terus-menerus secara rutin dan terencana

terhadap semua pihak baik karyawan, konsumen dan pihak terlibat lainnya.

4. Membuiat kerjasama dengan BMT dan koperasi syariah sebagai mitra untuk

menyalurkan pembiayaan motor agar lebih berkembang dengan cepat

mengenai tingkat pertumbuhan perusahaan serta pencitraan yang baik

terhadap perusahaan ini.

Page 93: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

DAFTAR PUSTAKA

Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT. Indeks, 2006)

Adiwarman A. Karim, “Bank Islam; Analisis fiqih dan Keuangan” (Jakarta, PT.

Raja Grafindo Persada, 2004), h. 103 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada

Media, 2009) Dahlan Siamat, Mnajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia), Edisi Ketiga, 2001 Data diperoleh dari dokumen FIF Syariah pada Mei 2010. Davy Hendri, “Transaksi Jual Beli Kredit dari Presepektif Sosial Ekonomi”, Artikel

Diakses dari www.geocities.com Pada Juni 2010. Ega, Modul Pelatihan FIF Syariah, (Yogyakarta: PT Federal International Finance,

2005) Endy Muhammad Astiwara, Investasi Islami di Pasar Modal, (Jakarta: Program

Pascasarjana Universitas Muhammad, 1999), Tesis S2 Harian Koran Bisnis Indonesia http://www.fifkredit.com http://www.republika.co.id Ibnu Al Arabi Al Maliki, Ahkam Al Qur’an Irawan Suhartono, Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 1995, Cet ke I M Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (PT.Dana Bhakti Prima Yasa

Jakarta, 1997. Manajemen FIF Syariah, Akad Perjanjian Murabahah, (Yogyakarta: PT Federal

International Finance Unit Syariah, 2008 Moh.Nazir, Ph.D, Metode penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 2003. cet ke I

Page 94: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001)

Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Peraturan Menteri Keuangan No 84 /PMK.012/ 2006, Tentang Perusahaan

Pembiayaan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3I), Ekonomi Islam, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2008) Umer Chapra, Prohibition of Interest: does It Make Sense?, (Durban South Africa:

IDM Publication, 2001) Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007

Page 95: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

Lampiran 1: Teks Interview dengan Yoelhandri Barda, Supervisor Syari’ah

PT. FIF Pada tanggal 11 Februari 2010.

1. Bagaimana Sejarah Lahirnya FIF di Indonesia?

Pada Tahun 1989 Cikal Bakal munculnya FIF bertempat di Jakarta pusat yang

sebelumnya bernama.. Tahun 1991 perusahaan tersebut berubah Menjadi PT FIF di

sunter, kemudian pada tahun 2005 fif syariah lahir tepatnya pada tanggal 1

oktober.cikal bakal yang mengawali berdirinya FIF syariah yaitu dengan adanya

kerjasama suatu acara antara PT FIF dengan Darut Tauhid yang dipelopori oleh AA

Gym di Bnadung, berawal dari kerjasama itulah, para konsumen menyarankan agar

FIF memiliki pembiayaan motor syariah ditambah dengan adanya dorongan dan

support dari Darut Tauihid atas permintaan konsumen itulah maka PT FIF

menyediakan pembiayaan motor syariah di hampir seluruh cabang FIF seluruh

Indonesia dengan cara office chenelling seperti UUS di Bank jadi pada setiap deler

FIF memiliki pelayanan fif syariah sehingga omset lebih banyak dari bank yaitu

sebanyak 118. kantor fif syariah sampai ke cabang. Tahun 2008 perusahaan syariah di

bawah anak perusahaan Astra di take over FIF. September 2008. astra multifinance

bidangnya sama dengan fif anak perusahaan fif, mengcreate perusahaan ini mjd cikal

bakal FIF syariah di take over fif pada oktober 2009. Pada tahun 2008 FIF 165

cabang, 65 cabang AMF.kenapa FIF lebih condong pada Honda?karena masih satu

perusahaan dengan Astra satu grup.dan FIF hanya mendukung penjualan Motor Astra

adalah FIF

Page 96: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

2. Kapan mulainya ada kebijakan multifinance?

Tahun 89 belum ada, fif ada karena kebutuhan dari masyarakat dan peraturan Menteri

Keuangan, cikal bakal adanya FIF karena berawal dari Astra AHM Pabrik, ASO

Astra seles Operation, yang merupakan awal dari FIF

3. Bagaimana proses PT FIF disetujui oleh MUI?

Menurut peraturanya lembaga pembiayaan di bawah Depkeu dan Bapepam LK, jika

FIF syariah melaksanakan perijinan ke MUI, kemudian meminta rekomendasi DSN

MUI untuk menunjuk Dewan Pengawas Syariah, perijinan FIF Syariah dilaksanakan

pada oktober 2005, kita membuat proposal segala instrumen untuk menjalankan FIF

syariah kemudian di presentasikan.rekomendasi tsbt diawasi oleh DPS, setelah semua

siap maka perusahaan boleh beroperasi. DPS mendapat rekomendasi dari MUI terkait

operasional, dan otoritas pengurusan di depkeu. Syarat Struktur organisasi:

kedudukan DPS sejajar dengan presdir dan bnyak berhubungan dengan divisi

marketing dsb.tidak berhubungan langsung hanya saja laporan kepada presdir, DPS

mengurusi rekomendasi, monitoring, operation.

4. Apakah ada jadwal waktu DPS bertemu dengan karyawan? Kita syariah tapi

semua orangnya bukan syariah, finance syariahnya bukan finance murni, untuk

pertemuan fleksibel tidak ada batasan.

Nama anggota DPS?

Yang mengawali menyarankan FIF syariah adalah MUI Bnandung

Page 97: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

5. Kendala komunikasi Dengan MUI?

Terletak pada pemahaman antara fif dengan DPS karena basic masing2 berbeda

6. Bagaimana Perbandingan pelaksanaan dari awal sampai akhir proses

aplikasinya?dari marketingnya kalo kita main di deler volum bookingnya sama tidak

ada yg berubah, penjualan sama berarti jumlahnya sama krn sama main di dealer jadi

hanya dibagi volumnya Yang kita bidik jadi selain dealer masuk ke komunitas BMT,

Koperasi, BPRS dan juga deler, packing sama,harga sama, jadi kita tdk mau

menghantam konvensional jika kemasan berbeda, masuk pembiayaan aplikasi

berbeda akad perjanjian pembiayaan konvensional, syariah jual beli, sistemnya

berbeda sedikit, perjanjian sama hanya saja ditambah poin syariahnya,

pembukkuanya dibedakan. Jadi sistem konvensional bersifat umum syariah bersifat

khusus, hanya saja syariah dapat mengadaptasi konvensional sedangkan konvensional

tidak dapat mengadaptasi syariah. di syariah terdapat dana sosial atas keterlambatan

pembayaran cicilan. Perjanjian sama kontrak berbeda sedikit.

Dana sosial didapat dari keterlambatan, apliksi kwitansi sama, form juga sama.kalo

ada klaim motor ilang konvensional ganti unit, kl ga hilang ada bonus untuk syariah

konvensional tidak ada.

7. Apakah ada akad khiyar/memilih? Tidak ada karena akadnya jual beli,

penawaran sifatnya fix sebelum tandatangan kontrak atau akadnya terjadi,krn kontrak

nya sudah pasti krn sudah harga resmi, bisa dengan kondisi pasar yang tertentu

Page 98: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

8. Apa yang membedakan transaksinya antara syariah dan konvensional?

Biasanya yang membeddakan konsumen menayakan apa benefitnya mana yg lebih

menguntungkan, transaksinya sama, syariah lebih transparan, konsep sistemnya pada

dasarnya sama, benefit sama, yang membedakan poainnya, objek sama struktur

kreditnya bisa sama bisa tidak krn asuransinya mau dimasukin atau tidak, syariah

dimasukin.poinya berbeda

9. Apakah akad Murabahah harus transparan mengenai harganya? apakah ada

dalam akadnya?membiayai tidak kena pajak akad perjanjian sepakat di depan, di

kontrak margin juga dicantumkan koreksi fif bukan beli barang sifatnya membiayai,

tetapi konsumen akadnya membeli krn nanti fif kena pajak,fif melink kan kl harga

motor baru ga masalah, intinya kesepakatan di awal krn intinya murabhah sepakat

didepan, bila harga sepakat dp sepakat kontrak sepajkat maka tidak jadi masalah

10. Apakah FIF banyak membiayai produk yg lain krn fif multifinance bkn

hanya membiayai yg sifatnya konsumtif saja, melainkan produktif ada ga?, atau

hanya motor saja karena termasuk dalam multifinance?sebenarnya adalah FIF

syariah adl leasing, jadi kita sifatnya hanya membiayai, bila membiayai ada line

transaksinay jadi ada barang yg harus dibiayai. Beda dengan modal ventura sifatnya

uang, kita ga boleh ngasih uang kita ga bisa ngasih uang ke masyarakat, kl fif hanya

membiayai msyarakat mau apa kita biayai brangnya apa pun boleh, mau alat berat

boleh, bukan hanya motor kkonsepnya tidak mengeluarkan uang cash keapda

masyarakat

Page 99: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

11. Berarti di fif tidak hanya motor?apakah di bedakan pembiayaaan motor

dengan yg lainnya?aplikasinya beda, formnya beda.

Kalo motor cm satu Kl elektronik akadnya apa selain murabahah, apakah ada akad

ijarah?kita ga maen ijarah krn kita gak maen sewa ada juga yg ngomong pembiayaaan

motr itu imbt, kl jual beli kan jual beli kan kena pajak kl ijarah kan sewa, IMBT di

akhir kontrak ada opsi mau dimiliki menjadi hak milik atau tidak. krn pada umumnya

semua menggunakan murabahah maka kita pake murabahah krn bank menggunakan

murabahah kita juga menggunakan murabahah.tp sekarang murabahah oleh bapepam

tidak dikenakan dobel tax lg.jd sekarang tidak masalah.

12. Produk FIF apa saja mengenai motor?motor baru motor bekas dan eletronik,

jadi fif hanya main di motor untuk mobil kita ga main krana msh ada ACC,

13. Berarti tidak ada untuk brg produktif ?produktif juga ada apa bila ada

underlyingnya, contoh tukang ojek digunakan untuk bekerja lagi.tapi untuk minjem

uang tidak boleh pada dasarnya hrus ada barang.

14. Bisa ga apabila ada perusahaan minta mesin kemudian FIF menyediakan?kl

dulu ada sekarang sudah di pegang star finance, sekarang kita hanya fokus pada

motor dan elektronik untuk mobil ACC.secara izin boleh

Page 100: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

15. Bagaimana fif dalam pengadakan barang tidak membeli dahallu, bagaimana

mekanismenya, bagaimana akadnya?pertama konsemen minta barang ke deler

kemudian deler ke FIF, kedua fif menyetujui kemudian deler mengiirm brg,

kemudian konsumen isi perjanjian persetujuan, setelah barang terkirim konsumen

membeli brg. Pertama konsumen dtg ke deler, deler memberikan ke fif, kedua fif

mensurvey, fif mengadakan perjanjian fif memberitaahukan ke deler, deler kirim

barang, lalu konsumen membayar. Jadi fif hanya membiayai mefasilitasi konsumen

sec kredit, jadi fif membayar cash ke deler, konsumen mebayar ke fif kredit.

16. Apa akad FIF ke deler apa?kl sama bank wakalah, jadi kita menjual produknya

bank, krn kita menjual produknya syariah jd akadnya murabahah, jadi deler hanya

penyedia barang. Kita dapet uang dari bank

17. Berarti fif dapet modal dari bank, jadi fif membeli motor dari bank?iya

Kenapa kadnya wakalah? Krn seharusnya Bank yg turun, tp ini tdk kita menjadi agen

dari bank, mewakili bank.

18. Jadi bank membeli barang ke deler?tidak membeli barang, krn nanti kita kena

pajak,kita menggambatrkannya ada org yg mau membeli barang secara kredit, jd

barang ada d deler jadi nati kita byr ful ke deler biar ga kena pajak setelah fif

memberikan surat keterangan kepada deler bahwa konsumen layak untuk dibiayaai

Page 101: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

19. Jadi deler juga pake akad wakalah juga?kita ga ada mou wakalah karena

transaksinya awalnya uang dari bank saja, krn deler hanya menyediakan barang saja

20. Jadi ada nassabah bank ingin pembiayaan barang kemana?fif boleh deler

boleh, jadi bank hanya punya kepentingan menyalurkan dana saja fif sebagai agen

mencari konsumen, deler hanya barang.

21. Jadi barang dibayar kontan oleh fif?langsung setelah persetujuan dengan

konsumen maka fif kirim po ke deler itu persetujuan agar deler bisa kirim ke

konsumen, setelah itu deler menagih ke fif dipotong DP yg sudah diabyar konsumen.

22. Bank mana saja yang kerjasama dg fif?permata dan niaga syariah sama

bsm.kita ganti2 tergantung kontrak kerjasama tergantung volum

23. Mengenai resiko kredit macet?kl di syariah kredit macet kl konvensional

langsung ditarik tanpa ada kebijakan dikembalikan uang sisanya, kl konvensional

sama dengan syariah?kl masalah perjanjian sma kl ada keterlambatan harus bayar, kl

dia tdk bisa bayar dalam waktu tertentu motor bisa ditarik dengan persetujuan

konsumen kl ada sisa untuk membayar hutang dikembalikan kl kurang untuk

membayar angsuran maka konsumen harus membayar sisanya.jadi pada dasarnya

samadengan konvensional

Page 102: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

24. Perbedaanya asuransi utk motor syariah dan konvensional?premi sama, kl

dikonvensional tdk pernah klaim motor hilang maka pendapatan premi dan

mendapatksn bonus kl di syariah tdk pernah klaim motor hilang, krn pola beda

konvensio nal transfer resiko.kl syariah sharing resiko jadi masuknya dana

tabarukdan itu dikelola kl bagus konsumen dapat benefit

25. Apa tujuan multifinacre syariah?awalnya ada permintaan dari masyarkat dari

drutauhid,

26. Dari segi keunggulan mana yg unggul antara syariah dan konvensional?

Hanya sebagai pemilihan pangsa pasar sebgai alternatif pembiayaan bagi masyarakat

jadi sama aja

27. Perbedaan keuntungan antara konvensional dan syariah? Sama krn tidak

mau bersaing dengan produk konvensional, kl dulu ada persaingan sekarang tidak

ada.

18. Adakah dasar2 yang mempengaruhi adanya fif syariah?krn ada nya fatwa

riba, fif merespon kemauan masyarakat sebagai alternatif pembiayan yang halal, dan

yg dikedepankan nilai2 syariahnya, dan juga potensial untuk dijalankan krn

mayoriyas indonesia muslim

Page 103: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

19. Perbedaan mendasar konsep syariah dan konven?kita mendapat nilai plus dari

sisi konsumen ada asuransi ada bonusnya, ada dana sosial kemudian dia mau

plunasan maju administrasi tdk ada, untuk lebih meningkatkan percepatan image

syariahnya

20. Untuk survey kriterianya seperti apa?standar pada umumnya, antara gaji

dengan angsuran sudah ada pada sistem otomatis

21. Kuantitas konsumen antara konvensional dari syariah?15% dari jumlah

kkonvensional

22. Strategi marketing apa yg bis amenunjang perkembangan fif

syariah?program syariah banyak ikut kepada konvensional jadi masih berkiblat

kepada masyarakt, tp tidak semua

Jadi konsumen melihat syariah bukan karena hanya loyalitas karena konsumen pada

intinya mencari angsuran yg kevil dg hadiah yg besar. Jadi penjualan syariah tidak

lebih murah dari konvensional, krn itu hanya program saja.

23. Dana sosial apa?berarti masuk ke fif untuk sunatan masal untuk sekolah, kl

konvensional kena denda untuk pendapat, dana sosial bila terlambat per bulan nya

Rp.5000,

Page 104: Revisi Buk Rita pembiayaan murbahah

24. Penetapan laba untuk harga ?dihitung dari pinjaman bank berapa, operasional

kita berapa, keuntungan kita berapa, jadi banyak faktor untuk menentukan laba,

25. Penetapan margin untuk penghitungan jangka waktu ? sama saja dengan

konvensional, tergantung dari bank yang jaoin dengan fif

26. Mengenai jangka waktu syariah menggunakan konsep seperti apa?kl

konvensional waktu adalah uang syariah seperti apa?syariah hanya menggunakan

aspek moral dan prsaingan di lapangan, yg penting konsumen sepakat dengan

perjanjian kita, yg penting ada keuntungan dari murabahah dan yg penting ada

kesepakatan

27. Alasan apa yg tepat dalam hal jangka waktu untuk syariah dalam

menetapkan margin?krena bank seperti itu sistemya, yang penting poinnya tidak

ada perbedaan di antara cabang fif

Penetapan margin tergantung pada bank nya, jadi fif melihat resiko tergantung waktu

semakin lama resiko semakin tinggi

28. Berapa persen margin yang diperoleh fif syaiah?tergantung bank, operasional,

pinjaman bank, dan banyak hal yg lain

Alsan perbedaan margin karena waktu yang berbeda karena dari bank melakukan hal

yang sama, dan FIF mengikuti apa yang bank minta.