(review kedua) rencana strategis - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/file/renstra...
TRANSCRIPT
(Review Kedua) RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TAHUN 2015 - 2019
`
DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya rancangan
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pembiayaan Pertanian 2015 – 2019. Renstra selain
merupakan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional juga merupakan penjabaran lebih lanjut dari rencana
starategis Kementerian Pertanian dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Tahun 2015 – 2019.
Renstra Direktorat Pembiayaan Pertanian disusun sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
struktur Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang
dicapai melalui berbagai program meliputi : (1) peningkatan swasembada berkelanjutan padi
dan jagung dan swasembada kedelai, gula dan daging sapi, (2) peningkatan diversifikasi
pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan
kesejahteraan petani melalui strategi yang dikemas dalam 7 Gema Revitalisasi yang meliputi
(1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur
pertanian, (4) revitalisasi SDM petani, (5) revitalisasi permodalan petani, (6) revitalisasi
kelembagaan petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir. Sedangkan dalam
RPJMN Tahap ke 3 (2015-2019), pembangunan pertanian akan difokuskan untuk
memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan
kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya
manusia yang berkualitas, dan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pentahapan RPJPN 2005 - 2025.
Peningkatan Akses petani terhadap sumber daya produktif dan permodalan merupakan salah
satu mandat dari Direktorat Pembiayaan Pertanian yang dibentuk melalui Peraturan Menteri
Pertanian No. 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 KONDISI UMUM .................................................................................................. 1
1.2 POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN ............................................... 3
1.2.1 Potensi ...................................................................................................... 3
1.2.2 Permasalahan ........................................................................................... 4
1.2.3 Tantangan ................................................................................................. 5
II. VISI, MISI, DAN TUJUAN ............................................................................................ 8
2.1 Visi Direktorat Pembiayaan Pertanian ................................................................. 8
2.2 Misi Direktorat Pembiayaan Pertanian .................................................................. 8
2.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................ 9
2.3.1 Tujuan ................................................................................................. 9
2.3.2 Indikator Kinerja Tujuan dan Target Jangka Menengah ............................ 9
2.3.3 Sasaran ................................................................................................. 10
III. TARGET UTAMA DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN .................................... 11
3.1 Program 2015-2019 ............................................................................................. 11
3.2 Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan .......................................................... 11
3.3 Kelembagaan Pembiayaan .................................................................................. 12
3.4 Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian .......................................... 12
IV. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ........................................................................... 13
4.1 Arah Kebijakan .................................................................................................... 13
4.2 Strategi ................................................................................................................ 14
4.2.1 Pembiayaan Bagi Kelompok Usaha Tani yang Feasible dan Bankable; .... 14
4.2.2 Pembiayaan Bagi Kelompok Usaha Tani yang Tidak Feasible dan
Bankable; .................................................................................................. 15
4.2.3 Pembiayaan Bagi Kelompok Usaha Tani yang Feasible dan Tidak
Bankable serta Tidak Feasible dan Tidak Bankable .................................. 15
4.3. Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian ......................................................... 16
4.3.1 Kegiatan Utama ........................................................................................ 16
4.3.2 Kegiatan Pendukung ................................................................................. 17
V. PENUTUP ................................................................................................................... 18
1
I. PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM
Pembangunan pertanian selama kurun waktu lima tahun terakhir sudah menunjukkan
banyak pencapaian meskipun masih memerlukan berbagai peningkatan, baik sisi
produksi pangan, pasca panen, serta pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang
mampu meningkatkan daya saing dan nilai tambah sektor pertanian, terutama
berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani di Indonesia.
Pembangunan pertanian sekaligus menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian tetap
menjadi salah satu sektor yang penting dan strategis serta menjadi andalan di dalam
perekonomian nasional.
Peranan penting dan strategis ini dapat digambarkan dari kontribusi sektor pertanian
sebagai penyedia bahan pangan dan bahanbaku industri, penyumbang PDB (10,26%
dengan pertumbuhan sekitar 3,90 %), penghasil devisaNegara, penyerap tenaga kerja
(menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2% dari total tenaga kerja), sumber
utamapendapatan rumah tangga pedesaan, penyediabahan pakan dan bioenergi, serta
berperan dalamupaya penurunan emisi gas rumah kaca. Selama kurun waktu 2009-
2014, tingkat pendapatanpetani untuk pertanian dalam arti luas maupun pertanian
sempitmenunjukkan peningkatan yang diindikasikan oleh pertumbuhanyang positif
masing-masing sebesar 5,64 dan 6,20 %/tahun selamakurun waktu 2010 - 2014. Pada
periode yang sama, jumlahpenduduk miskin di pedesaan yang sebagian besar
bergerak disektor pertanian menurun dengan laju sebesar -3,69 %/tahun ataumenurun
dari sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 jutapada tahun 2014.
Dalam RPJMN Tahap 2 (2010-2014), target pembangunan pertaniandicapai melalui
berbagai program yang meliputi : (1) peningkatan swasembada berkelanjutan padi
danjagung dan swasembada kedelai, gula dan dagingsapi, (2) peningkatan diversifikasi
pangan, (3)peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor,dan (4) peningkatan
kesejahteraan petani melaluistrategi yang dikemas dalam 7 Gema Revitalisasi yang
meliputi (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasiperbenihan dan perbibitan, (3)
revitalisasiinfrastruktur pertanian, (4) revitalisasi SDM petani,(5) revitalisasi permodalan
petani, (6) revitalisasikelembagaan petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industri
hilir.Sedangkan dalam RPJMN Tahap ke-3 (2015-2019),pembangunan pertanian akan
2
difokuskan untukmemantapkan pembangunan secara menyeluruhdengan menekankan
pembangunan kompetitifperekonomian yang berbasis sumberdayaalam yang tersedia,
sumberdaya manusia yangberkualitas, dan kemampuan penguasaan ilmupengetahuan
dan teknologi (IPTEK) sebagai bagianyang tidak terpisahkan dari pentahapan
RPJPN2005-2025.
Pemantapan pembangunan sektor pertanian secara menyeluruh, masih akan
terkendala yang ditandai dengan masih tingginya angka kemiskinan yang dialami oleh
petani dipedesaan. Sampai tahun 2014, masih terdapat sekitar 17,14 juta penduduk
miskin yang menggantungkan sumber pendapatan utamanya dari sektor pertanian.
Pada umumnya petani di pedesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas
lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Oleh karena itu, kemiskinan di pedesaan merupakan
salah satu masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan
harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan
sosial.Artinya, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan,
secara langsung maupun tidak langsung, akan berdampak pada pengurangan
penduduk miskin.
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi petanidalam upaya pengembangan
usahataninya adalah kesulitan aksesterhadap sumber-sumber atau fasilitasi
pembiayaan serta keterbatasan lembaga sosial ekonomi yang mampu menyediakan
modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani. Kondisi ini disebabkan belum
berkembangnya lembaga-lembaga permodalan/pembiayaan yang dapat digunakan
petani sebagai alternatif permodalan/pembiayaan selain perbankan di wilayah
pedesaan.Sistem dan prosedur penyaluran kredit dari perbankan masih rumit/sulit,
birokratis dan kurang memperhatikan kondisi petani dan karakterisitik pertanian, usaha
pertanian yang dianggap berisiko tinggibagi perbankan, tidak adanya kemampuan
petani untuk menyediakan agunan tambahan berupa antara lain berupa sertifikat lahan,
penerapan prinsip 5-C (Character, Collateral, Capacity, Capital, dan Condition), dan
belum tersedianya skim kredit khusus pertanian diperbankan pada akhirnya
menghambat aliran modal investasi maupun modal kerja ke sektor pertanian
Kesulitan petani untuk mengakses fasilitas pembiayaan dari perbankan juga
disebabkan oleh faktoreksternal antara lain: (a) belum berkembangnya lembaga
penjaminan usaha di bidang pertanian dan Asuransi Pertanian (crop insurance)
sehingga mengakibatkan tidak menarik bagi perbankan untuk membiayai pertanian; (b)
tidak adanya lembaga keuangan yang khusus membiayai sektor pertanian, dan (3)
masih rendahnya tingkat kesadaran petani dalam pemanfaatan sumber-sumber
3
permodalan yang sudah ada, juga mengakibatkan rendahnya dukungan
permodalan/pembiayaan bagi sektor pertanian,
Untuk memecahkan persoalan/permasalahan di atas, menjadi satu tantangan bagi
Kementerian Pertanian, khususnya Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam membuka dan atau mempermudah
akses permodalan/pembiayaan. Hal ini dilakukan melalui penyediaan dan fasilitasi
sumber pembiayaan bagi petani dan pelaku usaha agribisnis, mulai dari petani skala
mikro, kecil, dan menengah, sampai skala besar, untuk memperkokoh kelembagaan
usaha ekonomi produktif petani.
Renstra yang disusun oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian memuat strategi untuk
menjawab permasalahan terkait pembiayaan pertanian yang lebih mudah diakses oleh
petani. Renstra ini menjadi acuan bagi jajaran birokrasi lingkup Direktorat Pembiayaan
Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian
Pertanian. Rencana Strategis ini memberikan arah kebijakan dan program/kegiatan
untuk memfasilitasi kebijakan perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan untuk
menyelesaikan permasalahan (solusi) ketersediaan pembiayaan bagi sub sektor
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, pengolahan dan pemasaran
hasil serta subsektor lainnya di Kementerian Pertanian.
1.2 POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
1.2.1 Potensi
Sektor pertanian memiliki potensi yang besar dalam memberikan
kontribusi/sumbangan besar dalam pembangunan nasional antara lain dalam
penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri,menciptakan lapangan kerja
dan menyerap tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan dipedesaan, serta
berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.Untuk mengoptimalkan potensi
pertanian yang sangat besar tersebut, maka diperlukan adanya dukungan aspek
pembiayaan yang berasal dari beberapa sumber permodalan/pembiayaan untuk
tercapainya tujuan pembangunan pertanian yang baik dan berkelanjutan antara
lain : (1) Pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan, (2) Pembiayaan
yang bersumber dari dana BUMN (Program Kemitraan Bina Lingkungan
(PKBL/CSR),(3) Pembiayaan yang bersumber dari investasi swasta, (4)
Pembiayaan yang bersumber dari dana masyarakat dan atau masyarakat yang
peduli terhadap pertanian, (5) Pembiayaan yang bersumber dari dana APBN
4
dan APBD, (6) Pembiayaan yang bersumber dari lembaga keuangan mikro dan
lembaga adat masyarakat dan (7) sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Sampai tahun 2014/2015, skema kredit program dengan fasilitasi subsidi bunga
dari pemerintah menjadi potensi pembiayaan/kredit yang banyak dimanffatkan
oleh petani. Berbagai jenis skema kredit program yang dapat diakses antara lain
melalui: 1) Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) untuk peningkatan
poduksi pangan, 2) Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi
Perkebunan (KPEN-RP) untuk rehabilitasi tanaman perkebunan sawit, kakao
dan karet, 3) Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) khusus untuk pembibitan
sapi dan 4) Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu Skim Kredit/Pembiayaan Modal
Kerja dan atau Investasi yang diberikan kepada debitur yang memiliki usaha
produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan. Skema ini
disalurkan oleh bank maupun lembaga keuangan bukan bank yang ditunjuk.
Disamping skema kredit program tersebut diatas, Kementerian Pertanian telah
melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
yang bertujuan untuk: (i) mengurangi kemiskinan dan pengangguran di
pedesaan; (ii) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus
Gapoktan, Penyuluh, dan Penyelia Mitra Tani; (iii) Memberdayakan
kelembagaan petani dan meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani
menjadi kelembagaan keuangan mikro agribisnis (LKMA) dan Koperasi
Pertanian. Dalam kurun waktu 2008 sampai tahun 2014, Kementerian Pertanian
telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui penumbuhan
usaha agribisnis dipedesaan (PUAP) di 450 Kabupaten/Kota dengan total ±
48.000 Gapoktan.Gapoktan PUAP merupakan potensi besar bagi Kementerian
Pertanian untuk menumbuhkan kelembagaan keuangan mikro dari Gapoktan
penerima BLM PUAP sebagai jaringan (Network) kelembagaan pembiayaan
(delivery system) bagi petani skala mikro dan kecil di pedesaan.
1.2.2 Permasalahan
Dengan mempertimbangkan perkembangan penyaluran kredit dari sektor
perbankan ke sektor pertanian hanya sekitar 5% per tahun, di tambah dengan
alokasidari dana pembangunan APBN sebesar +13,0 Triliun/tahun, yang dinilai
masih jauh dari kebutuhan riil dana untuk pembangunan pertanian, maka masih
dibutuhkan dukungan dan penyediaan permodalan/pembiayaan sehingga
5
pembangunan pertanian dapat berjalan dengan baik. Permasalahan lain yang
dihadapi dalam pembiayaan pertanian adalah sebagai berikut:
a. Belum adanya bank/lembaga keuangan yang khusus membiayai sektor
pertanian,
b. Sistem dan prosedur penyaluran kredit dari bank/lembaga keuangan belum
sepenuhnya memperhatikan karakter bisnis pertanian, birokratis dan kurang
memperhatikan kondisi lingkungan sosio kultur dan budaya di pedesaan.
c. Rendahnya portofolio kredit perbankan yang disalurkan kepada petani karena
sebagian besar usaha petani masuk kepada kelompok tidak feasible dan
tidak bankable.
d. Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dari lembaga keuangan
formal.
e. Usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi oleh bank/lembaga
keuangan, sehingga menghambat aliran modal/kredit investasi maupun kredit
modal kerja ke sektor pertanian;
f. Skim kredit bank/lembaga keuangan pada umumnya masih fokus membiayai
usaha produksi dan belum menyentuh kegiatan pra-produksi, pasca produksi,
dan pascapanen.;
g. Belum berkembangnya asuransi kerugian komoditi untuk melindungi petani
dari kerugian baik dari segmen on-farm maupun kerugian pada off-farm.
h. Belum berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro di Pedesaan, sehingga
terjadi ketidakseimbangan antara kemampuan masyarakat untuk menabung
dengan jumlah modal yang keluar pedesaan (capital outflow).
i. Belum optimalnya pemanfaatan dana laba BUMN,CSR maupun sumber
pendanaan lainnya dari lembaga keuangan non-bank kepada petani.
j. Belum berkembangnya fasilitator pembiayaan yang membantu petani
mendapatkan akses kepada perbankan.
1.2.3 Tantangan
Dalam upaya pengembangan dan peningkatan aspek permodalan/pembiayaan
di sektor pertanian, salah satu tantangan besar yang dihadapi antara lain
menyediakan sumber-sumber permodalan/pembiayaan dalam bentuk kredit
usahatani dengan suku bunga rendah dan penjaminan. Selain itu, terkait
dengan tingkat kemampuan dan status kepemilikan petani terhadap lahan
usahataninya yang menjadi agunan pokok atau tambahan dalam pengambilan
kredit menjadi tantangan yang sampai saat ini menjadi hambatan tersendiri bagi
petani untuk memanfaatkan sumber-sumber permodalan/pembiayaan yang
6
sudah ada. Ditambah lagi dengan karakteristik usaha pertanian berskala mikro-
kecil dan umumnya tersebar,menimbulkan kesulitan bagi perbankan untuk
membuka jaringan hingga sampai kepelosok pedesaan.Untuk itu, tantangan bagi
Kementerian Pertanian untuk segera menyusun langkah-langkah strategis untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan di atas, baik dengan pengembangan
skema kredit baru dengan suku bunga kredit rendah/murah dan penjaminan,
menumbuhkembangkanlembaga-lembaga ekonomi pedesaaan seperti LKM-A
dan Koperasi Pertanian, serta bentuk dan sumber pembiayaan lainnya yang
berguna dalam rangka perlindungan usahatani yang mampu menjadi basis bagi
permodalan/pembiayaan sekaligus menjadi alternatif bagi petani dalam
pengembangan usahanya.
Kedepan, Kementerian Pertanian harus mendorong berbagai hal terkait
peningkatan permodalan/pembiayaan pertanian seperti : 1) mengupayakan dan
meningkatkan ketersediaan kredit/pembiayaan yang bersumber dari dana
perbankan untuk menyalurkan kredit program bersubsidi dan penjaminan yang
lebih murah/terjangkau dan mudah untuk diakses petani, 2) mencari dan
memfasilitasi sumber-sumber pembiayaan alternatif lainnya dengan cara
meningkatkan portofolio pembiayaan kepada petani yang berasal dari dana
BUMN/CSR, investasi swasta, dana masyarakat tani dan atau masyarakat yang
peduli terhadap pertanian, dana pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
lembaga keuangan mikro dan lembaga adat masyarakat, dan lain-lain, serta 3)
sumber pembiayaan lainnya yang mampu memberikan perlindungan bagi usaha
pertanian, seperti Asuransi Pertanian.
Direktorat PembiayaanPertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur,
kerjasama antar lembaga dan bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi di
bidang pembiayaan pertanian dan melaksanakan fungsi-fungsi :a) perumusan
kebijakan dan fasilitasi pembiayaan dan pengembangan skema kredit program,
pemberdayaan dan penguatan kelembagaan pembiayaan, dan pemberdayaan
permodalan dan perlindungan usahatani;(b) pelaksanaan kebijakan di bidang
kredit program dan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan dan penguatan
kelembagaan pembiayaan, dan pemberdayaan permodalan dan perlindungan
usahatani; (c) pelaksanaan bimbingan teknis, pemantauan/monitoring dan
evaluasi di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan dan
penguatan kelembagaan pembiayaan, dan pemberdayaan permodalan dan
7
perlindungan usahatani; (d) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Direktorat.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut serta mengacu pada Renstra
Kementerian Pertanian dan Renstra Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana,
yang dijabarkan dalam 3 (tiga) Sub Direktorat dan 1 (satu) Sub Bagian Tata
Usaha, yaitu: (a) Subdirektorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan; (b)
Subdirektorat Kelembagaan Pembiayaan; (c) Subdirektorat Pemberdayaan
Permodalan dan Asuransi Pertanian; dan (d) Subbagian Tata Usaha Direktorat
Pembiayaan Pertanian.
8
II. VISI, MISI,DAN TUJUAN
2.1 Visi Direktorat Pembiayaan Pertanian
Terwujudnya fasilitasi dan dukungan pembiayaan bagi petani yang murah/terjangkau
dan mudah diakses, bertumbuhkembangnya kelembagaan pembiayaan di pedesaan,
serta terwujudnya perlindungan bagi usahatani.
2.2 Misi Direktorat Pembiayaan Pertanian
1. Mengoptimalkanketersediaan, penyaluran dan pemanfaatan kredit program dengan
pola subsidi bunga kredit dan penjaminan yang murah/terjangkau dan mudah
diakses oleh petani/peternak/ pekebun atau kelompoktani/gapoktan atau koperasi,
dan pelaku usaha agribisnis lainnya di pedesaan untuk mendukung pencapaian
swasembada pangan dan ketahanan pangan.
2. Merumuskan kebijakan dan fasilitasi pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik
petani dan pertanian Indonesia
3. Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan pembiayaan melalui pemberdayaan
Gapoktan penerima PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan).
4. Bertumbuhkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) sebagai
delivery system pembiayaan petani mikro kecil-pedesaan dan Koperasi Pertanian;
5. Mendorong pengembangan program perlindungan petani dan usahataninya melalui
pengembangan asuransi pertanian.
6. Meningkatkan kerjasama dengan perusahaan asuransi dalam rangka
pengembangan skema–skema baru bentuk perlindungan bagi petani;
7. Mengoptimalkan kerjasama pembiayaan dengan sumber-sumber pembiayaan
seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk program CSR/PKBL, swasta,
masyarakat atau lembaga masyarakat, dan lain-lain
8. Mewujudkan landasan-landasan hukum yang terkait dengan pembiayaan pertanian
dan perlindungan petani dalam bentuk Rancangan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan atau Keputusan Menteri, dan lain-lain sebagai dasar
kepastian hukum penyediaan permodalan/pembiayaan dan perlindungan usaha
petani.
9
2.3 Tujuan dan Sasaran
2.3.1 Tujuan
Rencana Strategis Direktorat Pembiayaan Pertanian merupakan acuan, strategi, dan
arah kebijakan pengembangan dan fasilitasi pembiayaan pertanian bagi petani dan
pelaku usaha pertanian, bertujuan untuk:
1. Mewujudkan sistem dan mekanisme pelayanan kredit/pembiayaan yang mudah
diakses dengan suku bunga terjangkau melalui penyediaan subsidi suku bunga
kredit dan penjaminan dari pemerintah.
2. Meningkatkan ketersediaan modal/pembiayaan bagi petani
petani/peternak/pekebun, kelompok tani/gabungan kelompok tani, koperasi, dan
pelaku usaha pertanian lainnya yang tergolong sebagai usaha mikro, kecil, dan
menengah.
3. Menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ekonomi petani di pedesaan melalui
pemberdayaan dan penguatan Gapoktan-PUAP sehingga mampu mengembangkan
usahanya menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan atau Koperasi
Pertanian.
4. Mewujudkan dan mengembangkan sistem perlindungan usaha petani dan mitigasi
risiko usaha petani melalui Asuransi Pertanian.
5. Mengoptimalkan kerjasama pembiayaan dengan sumber-sumber pembiayaan
seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui program PKBL/CSR (Corporate
Social Responsibility), swasta, masyarakat atau lembaga masyarakat, serta
lembaga keuangan lainnya.
6. Mewujudkan terbentuknya aturan atau landasan hukum seperti Rancangan Undang
Undang, Peraturan Pemerintah, serta Peraturan dan atau Keputusan Menteri yang
terkait dengan pembiayaan pertanian;
2.3.2 Indikator Kinerja Tujuan dan Target Jangka Menengah
Indikator kinerja tujuan Direktorat Pembiayaan Pertanian adalah terfasilitasinya pembiayaan
dan perlindungan sektor usaha tani sebagaimana tabel berikut :
No. Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Target 2015 - 2019
1. Terfasilitasinya
pembiayaan dan
perlindungan sektor
usaha tani.
Jumlah asuransi pertanian dalam
rangka perlindungan sektor usaha tani
6.500.000 Ha
10
2.3.3 Sasaran
Sasaran Direktorat Pembiayaan Pertanian dicapai melalui kegiatan Peningkatan fasilitasi
pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan dan permodalan petani serta peningkatan
perlindungan terhadap resiko.
11
III. TARGET UTAMA DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN
3.1 Program 2015-2019
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka aspek pembiayaan pertanian
dilaksanakan oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian, yang terdiri atas 3 (tiga) Subdirektorat dan 1 (satu) Subbagian Tata
Usaha, yaitu :
1. Subdirektorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan;
2. Subdirektorat Kelembagaan Pembiayaan;
3. Subdirektorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian; dan
4. Subbagian Tata Usaha.
Kegiatan utama Direktorat Pembiayaan Pertanian yaitu :
1. Optimalisasi penyediaan, penyaluran, dan pemanfaatan kredit program;
2. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan fasilitasi pembiayaan;
3. Menumbuhkengembangkan Lembaga Pembiayaan di Pedesaan seperti Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Koperasi Pertanian;
4. Mewujudkan dan mengembangan kebijakan dan program perlindungan petani
melalui Asuransi Pertanian;
5. Mengembangkan dan memberdayakan sumber-sumber pembiayaan untuk
peningkatan permodalan petani.
3.2 Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan
1. Optimalisasipenyediaan, penyaluran, dan pemanfaatan kredit program dengan pola
subsidi bunga kredit dan penjaminan dari pemerintah dalam mendukung tercapainya
swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional.
2. Penyusunan, perumusan,dan pengembangan kebijakan dan program pembiayaan
pertanian dengan suku bunga kredit murah/terjangkau dan mudah diakses petani
serta sesuai dengan karakteristik sektor pertanian.
3. Perumusan serta penyusunan kebijakan pola kemitraan untuk optimalisasi
penyaluran dana kredit program.
12
3.3 Kelembagaan Pembiayaan
1. Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan Gapoktan PUAP sehingga mampu
mengembangkan usahanya membentuk LKM-A.
2. Menyusun dan melaksanakan pengkajian kebijakan terhadap upaya exit strategi dari
Gapoktan-PUAP.
3. Melakukan fasilitasi Gapoktan PUAP dalam penumbuhan LKM-A dan Koperasi
Pertanian.
4. Melakukan registrasi dan mengembangkan data informasi LKM-A dan Koperasi
Pertanian.
5. Pembinaan atau pemberdayaan dan penguatan LKM-A dan Koperasi Pertanian
sebagai basis lembaga pembiayaan/keuangan di pedesaan.
3.4 Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian
1. Menyusun dan mengembangkan kegiatan/program dalam rangka membangun
kerjasama pembiayaan dengan sumber-sumber pembiayaan pertanian alternatif
selain perbankan, seperti BUMN, swasta, masyarakat, kerjasama dengan lembaga
pembiayaan/ keuangan internasional.
2. Optimalisasi pemanfaatan dana PKBL-BUMN, PKBL, dan CSR, untuk
pembangunan pertanian.
3. Merumuskan dan menyusun kebijakan tentang perlindungan terhadap risiko usaha
pertanian melalui pengembangan Asuransi Pertanian.
4. Melaksanakan dan mengembangkan skema-skema pembiayaan untuk perlindungan
petani dan usahataninya.
13
IV. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
4.1 Arah Kebijakan
Sasaran strategis KementerianPertanian tahun 2015-2019 adalah (1) Pencapaian
swasembada padi,jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula dan daging,(2)
peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan komoditas bernilai tambah dan
berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspordan substitusi impor, (4) penyediaan
bahan baku bioindustri danbioenergi, (5) peningkatan pendapatan keluarga petani,
serta (6)akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik.Dengan sasaran strategis
tersebut, maka Kementerian Pertanianmenyusun dan melaksanakan 7 Strategi Utama
PenguatanPembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi(1)
peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, (2) peningkataninfrastruktur dan
sarana pertanian, (3) pengembangan danperluasan logistik benih/bibit, (4) penguatan
kelembagaan petani,(5) pengembangan dan penguatan pembiayaan, (6)
pengembangandan penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7) penguatanjaringan
pasar produk pertanian.
Sesuai dengan sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015–2019,
Direktorat Pembiayaan Pertanian akan mendukung dan mendorong 7 (tujuh) Strategi
Utama Penguatan Pembangunan Pertanian, khususnya dalam aspek pengembangan
dan penguatan pembiayaan, penguatan kelembagaan petani, dan peningkatan
infrastruktur dan sarana pertanian. Kebijakan Direktorat Pembiayaan yang terkait
dengan pengembangan dan penguatanpembiayaan pertanian akan lebih diarahkan
untuk mendukung ketersediaan, penyaluran, dan pemanfaatan pembiayaan/kredit bagi
petani dengan optimal yang bersumber dari:
1. Dana Perbankan(Konvensional dan Syariah) ;
2. Dana laba BUMN/ CSR (PKBL-BUMN);
3. Dana Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB);
4. Dana pihak swasta,dana masyarakat dan atau lembaga masyarakat yang peduli
terhadap pertanian;
5. Dana pemerintah pusat (APBN) dan pemerintah daerah (APBD Propinsi dan APBD
Kabupaten/Kota);
6. Dana lembaga keuangan mikro dan lembaga adat yang berkembang di masyarakat;
serta
7. Sumber pembiayaan lainnya.
14
4.2 Strategi
Keberhasilan suatu sektor pembangunan sangat dipengaruhi oleh besarnya investasi
yang dialokasikan pada sektor tersebut yang dapat berasal dari beragam sumber.
Khususnya pembangunan sektor pertanian, investasi bersumber dari investasi swadaya
petani, pemerintah dan swasta. Investasi merupakan penggerakpertumbuhan PDB
sektor pertanian dimana makin tinggi investasi,maka makin besar pertumbuhan PDB
sektor pertanian. Diperkirakan total investasi di sekto rpertanian mencapai 400 trilyun
rupiah di tahun 2014. Investasisektor pertanian terbesar berasal dari swadaya petani
dalam bentuk prasarana lahan serta sarana pendukungnya. Demikian halnya dengan
investasi swasta di sektor pertanian masih tergolong rendah. Sedangkan
investasipemerintah melalui APBN dan APBD diperkirakan hanya sekitar 4 % dari total
investasi di sektor pertanian.
Untuk mendorong tersedianya pembiayaan bagi petani yang bersumber dari swasta,
perbankan, dan masyarakat (Budget for Agriculture), Direktorat Pembiayaan Pertanian
membagi usaha petani menjadi 4 (empat) kelompok usaha pertanian ditinjau dari
lembaga perbankan yaitu: (a) Kelompok Usaha yang Feasible dan Bankable; (b)
Kelompok yang tidak Feasible dan Bankable (c) Kelompok Usaha yang Feasible tetapi
tidak Bankable; (c) Kelompok Usaha yang tidak Feasible dan tidak Bankable.
4.2.1 Pembiayaan Bagi Kelompok Usaha Tani yang Feasible dan Bankable;
Pada umumnya usaha tani yang Feasible dan Bankable merupakan kelompok
usaha pertanian menengah dan usaha besar yang reltif sudah memiliki
kemampuan permodalan yang kuat dan stabil. Untuk itu,Kementerian Pertanian
hanya perlu memfasilitasi dan mendekatkan usaha tersebut dengan fasilitas
kredit komersial. Kelompok ini bisanya sudah maju dan mandiri untuk
mengakses ke lembaga keuangan formal.
Oleh karena itu, strategi fasilitasi pembiayaan yang dilaksanakan adalah:
1. Mendorong peningkatan portofolio ketersediaan dana dari bank dan atau
lembaga keuangan non bank untuk membiayai usaha pertanian;
2. Mendorong melakukan kerjasama dengan kelompok mikro dan kecil sebagai
mitra usahanya;
3. Mendorong membantu menciptakan usaha yang kondusif.
4. Mendorong kesediaanya menjadi bapak angkat dan atau sebagai off
taker/avalis;
15
5. Melakukan koordinasi dengan instansi pusat dan daerah yang terkait untuk
mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan kredit program
dan komersial;
4.2.2 Pembiayaan Bagi Kelompok Usaha Tani yang Tidak FeasibledanBankable;
1. Mendorong peningkatan penyaluran/penyerapan dan pemanfaatan kredit
program dengan skema bunga kredit bersubsidi dan penjaminan oleh
pemerintah, yang tersedia untuk membiayai usaha pertanian;
2. Mengoptimalkan penyerapan dan pemanfaatan kredit program yang sudah
disediakan oleh pemerintah;
3. Memperluas dan mengembangkan skim-skim kredit program yang baru
dengan bunga kredit yang lebih murah/terjangkau, mudah diakses petani,
dan sesuai denngan karakteristik usaha pertanian;
4. Melaksanakan pembinaandan pendampingan bagi debitur/ penerima kredit
program (petani/ peternak/pekebun) atau kelompok tani/gabungan kelompok
tani atau koperasi sampai ke tingkat Kabupaten/Kota melalui sistem fasilitasi
bertingkat;
5. Melakukan monitoring dan evaluasi secara reguler bagi debitur dan Bank
Penyalur dalam penyaluran dan pemanfaatan kredit program;
6. Melakukan koordinasi dengan instansi pusat dan daerah yang terkait untuk
mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan kredit program
dan komersial;
7. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan dan negara donor di
luar negeri untuk pengembangan pembiayaan pertanian.
8. Mengembangkan skema pembiayaan dalam rangka perlindungan petani dan
usahataninya melalui fasilitasi program asuransi bagi kerugian petani akibat
kegagalan panen;
4.2.3 Pembiayaan Bagi Kelompok Usaha Tani yang Feasible dan Tidak Bankable
serta Tidak Feasible dan Tidak Bankable.
Pada umumnya usaha tani yang Feasible dan Tidak Bankable serta Tidak
Feasible dan Tidak Bankable merupakan kelompok usaha pertanian yang
umumnya adalah petani mikro dan kecil, buruh tani, rumah tangga tani miskin di
pedesaan, yang masih memerlukan dukungan program/kegiatan dan fasilitasi
pembiayaan dalam bentuk bantuan sosial atau bantuan pemerintah yang
seluruhnya merupakan tanggungan pemerintah (APBN/APBD) atau yang berasal
dari sumber-sumber pembiayaan lainnya yang tidak membebani petani dengan
16
bunga kredit yang relatif tinggi. Untuk itu, strategi fasilitasi pembiayaan yang
akan dikembangkan adalah :
1. Pemberdayaan dan penguatan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A)
dari Gapoktan PUAP di pedesaan untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil;
2. Melaksanakan pemberdayaan dan pemberdayaan Petani, Poktan, dan
Gapoktan secara berkelanjutan;
3. Memfasilitasi pengembangan kemitraan usaha dengan usaha petani, baik
dalam aspek pemasaran hasil (offtaker) maupun jaminan kredit (avalis);
4. Melaksanakan pembinaan dan pendampingan berkelanjutan bagi usaha
tani/kelompok usaha tani mikro dan kecil;
5. Mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan alternatif seperti BUMN,
swasta, dan masyarakat/lembaga masyarakat (LKM Syariah/BMT, PKBL-
BUMN, CSR, dan lain-lain).
6. Mengembangkan pola kemitraan dalam pembiayaan usaha tani untuk
mengantisipasi risiko kredit.
7. Mengembangkan sistem/pola penjaminan atas risiko kredit petani dan pola
pendampingan yang sesuai dengan karakteristik usaha mikro dan kecil di
sektor pertanian.
4.3. Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian
4.3.1 Kegiatan Utama
1. Mengoptimalkan ketersediaan, penyaluran, dan pemanfaatan kredit program
dengan pola subsidi bunga kredit dan penjaminan bagi
petani/peternak/pekebun atau kelompok tani/gabungan kelompok tani atau
koperasi atau pelaku usaha agribisnis lainnya dalam upaya pengembangan
usaha di sektor pertanian.
2. Meningkatkan dan mengembangkan program fasilitasi Asuransi Pertanian
sebagai upaya perlindungan bagi usahatani (petani/peternak) dari kegagalan
usahatani.
3. Melanjutkan dan meningkatkan pembinaan dan pendampingan bagi
Gapoktan penerima Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
untuk ditumbuhkembangkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agibisnis
(LKM-A) dan Koperasi Pertanian sebagai sumber permodalan/pembiayaan
bagi usaha petani berskala mikro dan kecil.
17
4. Mengoptimalkan partisipasi dan kontribusi dari lembaga-lembaga seperti
BUMN, swasta, dan masyarakat, seperti PKBL/CSR, dan lain-lain menjadi
sumber permodalan/pembiayaan untuk pengembangan usaha mikro dan
kecil di sektor pertanian.
4.3.2 Kegiatan Pendukung
1. Mengkaji dan mengembangkan skema-skema kredit program dengan pola
subsidi bunga kredit dan penjaminan yang tergolong murah/terjangkau,
mudah diakses petani, dan sesuai dengan karakteristik pertanian bagi usaha
mikro, kecil dan menengah di sektor pertanian;
2. Meningkatkan kerjasama fasilitasi pembiayaan dengan lembaga
keuangan/pembiayaan internasional dan negara donor lainnya untuk
pengembangan pembiayaan usaha mikro dan kecil di sektor pertanian.
3. Mendorong tersedianya lembaga penjamin pasar/off taker dan kredit (avalis)
di sentra-sentra produksi pertanian.
4. Meningkatkan peran aktif pemerintah daerah untuk berkoordinasi dengan
lembaga-lembaga pembiayaan setempat untuk meningkatkan peran dan
kontribusinya dalam fasilitasi pembiayaan di sektor pertanian.
18
V. PENUTUP
Sasaran strategis pembangunan pertanian diarahkan untuk mencapai swasembada pangan
dan ketahanan pangan yang akan diwujudkan melalui 7 Strategi Utama
PenguatanPembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) termasuk
pengembangan dan penguatan pembiayaan dan penguatan kelembagaan petani dimana
Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian akan
berkontribusi melalui visinya yaitu mewujudkan fasilitasi dan dukungan pembiayaan bagi
petani yang murah/terjangkau dan mudah diakses, bertumbuhkembangnya kelembagaan
pembiayaan di pedesaan, serta terwujudnya perlindungan bagi usahatani.
Dengan potensi yang sudah tersedia, diharapkan kegiatan fasilitasi pembiayaan pertanian
dapat dilaksanakan sehingga beragam permasalahan permodalan/ pembiayaan usaha
pertanian dapat diminimalkan. Dengan demikianpenyediaan, penyaluran/penyerapan, dan
pemanfaatan berbagai sumber-sumber pembiayaan seperti kredit program dengan bunga
kredit murah/terjangkau, mudah diakses petani, dan sesuai dengan karakteristik sektor
pertanian dapat dioptimalkan untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menegah di sektor
pertanian. Bahkan pengembangan usaha tersebut akan semakin meningkat dan terjamin
dengan adanya program perlindungan bagi usahatani yang diwujudkan melalui fasilitasi
asuransi pertanian.Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan seperti LKM-A dan Koperasi
Pertanian akan terus dilanjutkan melalui pembinaan/pemberdayaan dan penguatan Gapoktan
penerima PUAP sehingga mampu bertumbuhkembang menjadi salah satu basis dan alternatif
sumber pembiayaan bagi pengembangan usaha mikro dan kecil di pedesaan.
Melalui visi, misi, dan rencana program atau kegiatan fasilitasi pembiayaan pertanian yang
dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat Pembiyaan Pertanian ini, pelaksanaan dan
pengembangan pembiayaan pertanian ke depan dapat diwujudkan dengan lebih terencana
dan terarah sehingga penyediaan dan pemanfaatan sumber-sumber permodalan/pembiayaan
bagi usaha pertanian dapat mencapai kinerja dan dampak yang optimal bagi petani. Dengan
demikian, peningkatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, pertumbuhan ekonomi
dan pengurangan angka kemiskinan di perdesaaan, sertapeningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani dapat dicapai. Secara langsung atau tidak langsung, pengembangan
fasilitasi pembiayaan pertanian berkontribusi dan berdampak terhadap swasembada pangan
dan ketahanan pangan nasional.
19
SASARAN PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN PERTANIAN APBN 2015 - 2019
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1 Fasilitasi Pembiayaan
Pertanian
Meningkatnya Fasilitasi
Pembiayaan, Pemberdayaan
Kelembagaan, dan Permodalan
Pertanian, Serta Peningkatan
Perlindungan Terhadap Resiko
Gagal Panen Melalui Asuransi
Pertanian
523.7 185.3 174.7 174.7 174.7 1,233.0
Jumlah Pembentukan
LKMA (LKMA)
50 - - - - 0.32 - - - -
Jumlah Layanan
Pembiayaan Pertanian
(Layanan)
0 - 0 45 - - - 45.00
Dukungan Fasilitasi
Pembiayaan Pertanian
(Bln)
- - - - - - - - - - 0.00
Jumlah Luas lahan sawah
yang tercakup dalam
asuransi pertanian (Ha)
1,000,000.0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 144 75 150 225 300 894.00
Jumlah Terbentuk dan
terfasilitasinya Gapoktan
PUAP dengan dana
Stimulus dana Penguatan
Modal Usaha (Gapoktan)
3,000 0 0 0 0 360.00 0 0 0 0 360.00
Jumlah Asuransi Ternak
Sapi (ekor)
20,000 120,000 120,000 120,000 24.0 24.0 24.0 24.0 96.00
TOTAL
ALOKASI
2015-2019
(Rp Miliar)
Program/Kegiatan
PrioritasNo
ALOKASI ANGGARAN (BASELINE)
KEGIATAN
(Milyar Rp)SASARAN INDIKATORT A R G E T