review jurnal partisipatif
DESCRIPTION
Pembangunan PartisipatifTRANSCRIPT
Review Jurnal Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Judul: Difusi Inovasi Model Representasi Masyarakat dalam Perencanaan Publik di Kabupaten
Sumedang
C.A. Ilmiputri, Tubagus F. Sofhani; SAPPK ITB
Partisipasi masyarakat, setelah proses desentralisasi di Indonesia sejak tahun 2000 menjadi salah
satu unsur penting untuk mewujudkan perencanaan kolaboratif, namun hal ini sulit dilakukan
karena selama ini pengambilan kebijakan di Indonesia menggunakan pendekatan teknokratis.
Pendekatan ini mengedepankan pemerintah sebagai aktor tunggal dan peran perencana hanya
sebagai technical advisor serta kurangnya peran masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
(Anderson, 1978). Untuk mengatasi keterbatasan pendekatan teknokratis tersebut, berbagai
penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan inovasi dalam model representasi masyarakat
dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan pada tingkat pemerintahan (Healey, 1996,2000;
Booher, dan Innes, 2000,2002)
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu contoh terbaik dalam perencanan kolaboratif di
Indonesia (Suhirman, 2011), ditandai dengan dikeluarkannya Perda no.1 tahun 2007 tentang
Prosedur Perencanaan dan Penganggaran Daerah yang didasarkan pada prinsip perencanaan
partisipatif. Perda tersebut merupakan salah satu bentuk inovasi untuk memberikan solusi bagi
pelaksanaan perencanaan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat, dalam hal ini
dibentuknya FDM (Forum Delegasi Musrenbang) sebagai inovasi model representasi masayarakat.
Berikut ini adalah aktor - aktor yang terlibat pada proses inovasi model representasi masyarakat di
Kabupaten Sumedang:
1. Lembaga P3ML (Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Lokal) sebagai agen
peubah, yang menjadi penggagas dan pendorong inovasi model representasi masyarakat
dalam perencanaan publik
2. DPRD Kabupaten Sumedang sebagai unit pengadopsi utama, karena DPRD yang membuat
UU dan peraturan yang menjadi sasaran utama agen peubah
3. Pemerintah daerah, dalam hal ini Bappeda sebagai pengawas proses perencanaan did
daerah
Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui dimana individu atau unit pengambil
keputusan lain yang menurunkan pengetahuan awal mengenai inovasi membentuk sikap dalam
menghadapi inovasi yang terjadi, dari keputusan untuk mengadopsi, menolak, penerapan ide baru
hingga konfirmasi dari keputusan yang sudah diambil. dari efinisi tersebut, dapat dikonsepkan lima
langkah dalam proses pengambilan keputusan inovasi, yaitu knowledge (pengetahuan), persuasion
(bujukan), decision (keputusan), implementation (implementasi), dan confirmation (konfirmasi)
(Rogers, 2001)
Knowledge (Pengetahuan)
Pengetahuan tentang inovasi muncul saat individu atau unit lain menyadari keberadaan
inovasi dan mendapatkan pemahaman mengenai bagaimana inovasi itu berjalan. P3ML haruslah
memastikan bahwa DPRD Kabupaten Sumedang memiliki pengetahuan mengenai konsep
partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran yang akan dilakukan.
Pemberian pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara sharing, diskusi publik, dan sebagainya.
Setelah unit pengadopsi diberi pengetahuan yang memadai, diharapkan proses inovasi
dapat berjalan lebih mudah dan cepat.
Persuasion (Bujukan)
Terdapat beberapa kriteria atau dasar pertimbangan bagi anggota DPRD dalam menerima
proses bujukan P3ML. Dasar pertimbangan tersebut adalah atribut inovasi yang terdiri dari
keuntungan relatif, keserasian, kerumitan, dan dapat diobservasi.
• Keuntungan Relatif: DPRD Kabupaten Sumedang akan mendapatkan kepercayaan publik
yang semakin besar apabila perda mengenai proses perencanaan dan penganggaran
partisipatif berhasil disahkan. Dengan demikian mereka akan memperoleh kekuasaan
politik yang lebih besar pula. Sunarti (2012) juga mengatakan bahwa Pemerintah lokal
diuntungkan, dalam artian legitimasi dan kepercayaan mereka meningkat di mata
pemerintah pusat dan masyarakat.
• Keserasian: Partisipasi masyarakat dalam proses inovasi akan mengubah pola pikir unit
pengadopsinya. pola pikir yang dirubah disini adalah pola pikir dalam memahami bahwa
partisipasi masyarakat dalam proses penganggaran dan perencanaan tidaklah 'mengambil'
tugas DPRD, melainkan meringankan karena dibantu oleh FDM.
• Kerumitan: Pengetahuan mengenai konsep partisipasi masyarakat adalah sesuatu yang
cukup rumit, karena tidak semua unit pengadopsi mudah memahami konsep tersebut.
• Dapat Diobservasi: Inovasi yang terjadi di Kabupaten Sumedang dapat dilihat hasilnya
secara nyata, karena hasil dari inovasi tersebut merupakan peraturan daerah yang hasilnya
dapat dilihat oleh unit pengadopsi dan pihak - pihak lain yang terlibat didalammya
Decision (Keputusan)
Dalam tahapan ini unit pengadopsi mengumpulkan semua informasi dan pengetahuan yang
mereka peroleh sbagai dasar pertimbangan dalam membuat keputusan apakah inovasi yang
ditawarkan layak atau tidak.
Jenis keputusan inovasi yang terjadi dalam proses perencanaan dan penganggaran yang
terjadi di Kabupaten Sumedang merupakan authority innovation-decision (Keputusan inovasi
Otoritas), yaitu pilihan untuk menerima atau menolak inovasi yang ditetapkan melalui individu
dalam sistem yang memilik wewenang, kekuasaan, dan eahlian teknis, atau anggota DPRD
Kabupaten Sumedang.
Keputusan anggota DPRD Kabupaten Sumedang untuk mengadopsi model representasi
masyarakat diwujudkan menjadi pembuatan perda tentang perencanaan dan penganggaran
partisipatif, yang kemudian disahkan menjadi Perda no. 1 tahun 2007 tentang Prosedur
Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Implementation (Implementasi)
Pada penerapannya, model baru representasi masyarakat tentu sedikit banyak mengalami
hambatan sebelum benar-benar diadopsi oleh DPRD, mungkin disebabkan karena adanya
perbedaan persepsi maupun kepentingan P3ML sebagai agen peubah dan DPRD sebagai unit
pengadopsi. Untuk mengatasi hambatan tersebut, perlu adanya penyamaan persepsi dari seluruh
pihak, baik peubah, pengadopsi, dan masyarakat sendiri.
Penerapan sebuah inovasi bukanlah sesuatu yang mudah, karena inovasi dapat dikatakan
'baru', maka masing-masing pengadopsi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi akibat mengadopsi inovasi tersebut.
Confirmation (Konfirmasi)
Konfirmasi terjadi saat anggota DPRD sebagai unit pengadopsi dalam mengambil keputusan
mencari penguatan dalam keputusan inovasi yang sudah dibuat. Mereka memastikan bahwa dengan
mengadopsi inovasi tersebut, masyarakat akan mendapatkan keuntungan yang lebih nyata, baik itu
lebih terlibatnya masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah, masyarakat juga
memperoleh pagu indikatif yang dapat mereka perjuangkan.
Selain kelima tahapan yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat pula faktor-faktor lain yang
mempengaruhi proses difusi masyarakat, yaitu saluran komunikasi. Saluran komunikasi ini hampir
seluruhnya bersifat intrapersonal, misalnya antara agen peubah (P3ML) dengan unit pengadopsi
(DPRD Kab. Sumedang). Selain itu, agen peubah juga menggunakan saluran komunikasi media
massa seperti radio, koran, dan lainnya yang membuat masyarakat dapat lebih cepat memahami
inovasi perencanaan dan penganggaran dan mempercepat proses adopsi.