review jurnal nikotin

2
1. Diambil tembakau dari 20 batang rokok, tembakau tersebut dihomogenkan dalam sebuah wadah, kemudian diambil tembakau sebanyak 1 gram. Sampel ini dimasukan kedalam Erlenmeyer, ditambahkan 8 mL larutan Ba (OH) jenuh dan 15 mL larutan toluena. Suspense tersebut kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirred selama 20 menit. 2. Suspensi disaring dengan kertas saring, kemudian larutan dipipet sebanyak 5 mL untuk dilakukan titrasi. 3. Disiapkan larutan NaOH 0,1 N, kemudain distandarisasi dengan larutan baku Asam Oksalat 0,1 N. Indikator yang digunakan yaitu phenolphthalein. Dari standarisasi ini didapat larutan NaOH dengan nilai normalitas 0.1010 N (Larutan A). 4. 0,9 mL larutan murni HClO 4 diencerkan dengan 100 mL air (Larutan B). Larutan B dititrasi dengan menggunakan larutan A. Didapat nilai normalitas dari larutan B sebesar 0,1040 N. 5. Dibuat 1 L HClO 4 dalam asam asetat sebagai pelarut dengan cara mencampurkan 8,65 mL larutan HClO 4 murni dengan 16,8 larutan asam asetat glasial, kemudian ditambahkan larutan asam asetat glasial hingga volume larutan menjadi 1 L (Larutan C).

Upload: agus-widiartha

Post on 08-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Review Jurnal Nikotin

1. Diambil tembakau dari 20 batang rokok, tembakau tersebut dihomogenkan

dalam sebuah wadah, kemudian diambil tembakau sebanyak 1 gram.

Sampel ini dimasukan kedalam Erlenmeyer, ditambahkan 8 mL larutan Ba

(OH) jenuh dan 15 mL larutan toluena. Suspense tersebut kemudian

diaduk dengan menggunakan magnetic stirred selama 20 menit.

2. Suspensi disaring dengan kertas saring, kemudian larutan dipipet sebanyak

5 mL untuk dilakukan titrasi.

3. Disiapkan larutan NaOH 0,1 N, kemudain distandarisasi dengan larutan

baku Asam Oksalat 0,1 N. Indikator yang digunakan yaitu

phenolphthalein. Dari standarisasi ini didapat larutan NaOH dengan nilai

normalitas 0.1010 N (Larutan A).

4. 0,9 mL larutan murni HClO4 diencerkan dengan 100 mL air (Larutan B).

Larutan B dititrasi dengan menggunakan larutan A. Didapat nilai

normalitas dari larutan B sebesar 0,1040 N.

5. Dibuat 1 L HClO4 dalam asam asetat sebagai pelarut dengan cara

mencampurkan 8,65 mL larutan HClO4 murni dengan 16,8 larutan asam

asetat glasial, kemudian ditambahkan larutan asam asetat glasial hingga

volume larutan menjadi 1 L (Larutan C).

6. Dilakukan standarisasi larutan C, dengan menggunakan larutan baku

Kaliun biftalat. Indikator yang digunakan untuk standarisasi ini yaitu

kristal violet. Pada titrasi I normalitas larutan C sebesar 0,1020 N, titrasi II

sebesar 0,1023 N, dan titrasi III 0,1022 N. Didapat nilai normalitas rata-

rata larutan C sebesar 0,1021, yang kemudian larutan C ini digunakan

sebagai titran untuk senyawa nikotin.

7. Nikotin dititrasi dengan larutan C menggunakan indikator kristal violet.

Indikator ini biasa digunakan untuk titrasi bebas air. Akan terjadi

perubahan warna dari larutan ungu menjadi larutan kuning kehijauan.

Perubahan ini terjadi karena adanya protoniasai (proses menerima atau

memberi proton). Analisis selanjutnya digunakan metode HPLC.