review jurnal
DESCRIPTION
textureTRANSCRIPT
1. PerkenalanSecara tradisional, analisis sensorik telah dilakukan untuk meminimalkan varians
kesalahan percobaan pada sebuah makanan. Namun, dalam kehidupan nyata sebagian
besar makanan yang dimakan dikombinasikan dengan makanan atau minuman lain.
salmon secara luas dianggap sebagai makanan sehat karena mempunyai gizi tinggi dan
mengandung asam lemak, dimana konsumsi salmon merupakan bagian dari rekomendasi
diet umum untuk negara-negara Nordik (Nordic Nutrition Rekomendasi, 2005). Di
negara-negara Nordik, ikan atau daging paling sering disajikan dengan beberapa jenis
saus dan beberapa sayuran serta beberapa makanan yang bertepung. Saus yang digunakan
untuk membantu pengunyahan melalui pelumasan item makanan lainnya memberikan
tekstur yang baik dan rasa yang enak untuk makanan (Witherly, 1987). Beberapa orang
mungkin tidak menyukai rasa yang khas dari ikan, hal ini merupakan tantangan dalam
pengembangan makanan yang terbuat dari ikan. Menggunakan saus dengan sifat sensorik
tertentu dalam hidangan ikan merupakan strategi yang efektif untuk menutupi rasa khas
ikan tersebut. terdapat penelitian tentang efek sesnsorik dari kombinasi makanan, salah
satunya kombinasi antara keju dan anggur, di mana perubahan sensorik pada keju dan
anggur telah ditemukan, seperti berkurangnya keasaman, pengurangan rasa asin dan asam
pada keju dan pengurangan astringency (Madrigal- Galan & Heymann, 2006; Nygren,
Gustafsson, & Johansson, 2002, 2003b). Menurut Lawless (1986), ada dua jenis utama
dari interaksi campuran makanan yaitu ; adaptasi, seperti yang dialami ketika terdapat
dua makanan yang berbeda rangsangan disajikan secara berurutan, dan persepsi
campuran, seperti ketika dua rangsangan yang berbeda disajikan secara bersamaan.
Nygren, Gustafsson, dan Johansson (2003), menemukan bahwa metode mencicipi
campuran menyebabkan penurunan lebih besar dalam intensitas atribut dari sekuensial
Metode mencicipi. Ketika menggabungkan makanan yang berbeda dapat
menggambarkan kesan sensorik keseluruhan kombinasi tersebut, seperti harmoni atau
kompleksitas yang dapat digunakan untuk menggambarkan makan atau hidangan. Dalam
penelitian ini, tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki efek dari saus pada profil
sensorik dari salmon menggunakan standar profiling deskriptif dan teknik mencicipi
campuran dengan tambahan dua atribut komposit yang dimasukkan yaitu kompleksitas
dan harmoni, dengan tujuan untuk melihat apakah istilah ini menambahkan informasi
tambahan dengan deskripsi perubahan sensorik di salmon. Keuntungan menggunakan
saus untuk mempelajari interaksi sensorik adalah cukup kompleks untuk menjadi
kombinasi dengan makanan lain. Menggunakan bahan-bahan kuliner untuk menciptakan
rasa dasar membuat hasil dari interaksi sensorik sebanding dengan situasi makanan yang
nyata. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini dapat digunakan dalam proses
mengembangkan makanan salmon dengan sifat sensorik yang disesuaikan.
2. Metode Percobaan
Sampel yang dipakai yaitu salmon atlantik (S.Salar) dan kombinasi saus dikembangkan oleh
siswa dari jurusan seni kuliner dan ilmu makanan di Universitas Orebro, Kampus Grythyttan.
Semua sampel dan kombinasi dievaluasi menggunakan analisis deskriptif.
2.1 Salmon
Bahan baku salmon Atlantik (S. salar) dari Salmon Merek AS yang segar, kulit dan tulang perut
sudah dihilangkan, dikemas secara vakum. Menurut prosedur, waktu proses mulai penangkapan
dari laut untuk menjadi fillet vakum-dikemas maksimum 4 jam dan kualitas sensorik optimal
dijamin antara 0 sampai 10 hari. Semua sampel salmon yang diangkut dari lokasi produksi ke
lokasi tes di Nofima ditempatkan di kotak polystyrene dan ditempatkan di ruang pendingin pada
suhu 4 C dengan kontrol suhu secara otomatis. Analisis deskriptif dilakukan selama 3 hari, mulai
satu hari setelah tanggal produksi dari salmon.
2.2 Saus
Saus yang dibuat dikembangkan dengan menggunakan prinsip-prinsip desain Kreatif
2.2.1 Desain eksperimental untuk saus
Desain kreatif adalah sebuah pendekatan yang menggabungkan kreativitas dan pengalaman dari
para koki dengan eksplorasi sistematis ruang produk, didasarkan pada konsep yang dirancang
secara eksperimental.
Tujuannya adalah untuk menciptakan saus dengan variasi dalam tingkat (tinggi dan rendah) dari
rasa dasar. Prototip dikembangkan menurut desain faktorial pecahan 25-2, yang menghasilkan 16
sampel saus yang berbeda.
Desain eksperimental ditunjukkan pada Tabel 1. Level yang Tinggi dari satu rasa dasar
dilambangkan dengan nama rasa dasar: manis, garam, asam, pahit dan umami; misalnya, saus
manis, dan kombinasi i seperti misalnya manis / garam / asam.
2,2,2 Resep dan Bahan-Bahan
Saus referensi dikembangkan untuk mewakili tingkat rendah dari semua rasa dasar. Khusus
dipilih bahan kuliner yang kemudian ditambahkan ke saus referensi ini untuk menciptakan selera
tingkat yang tinggi pada lima rasa dasar dan membuat semua sampel yang berbeda ditampilkan
dalam desain.
Kriteria untuk semua saus bahwa saus harus mudah untuk dipersiapkan, homogen dalam hal
penampakan dan tekstur, dan kombinasi rasa harus cukup pas untuk disajikan di sebuah restoran.
Selain itu juga harus relatif stabil selama pemanasan dan memiliki keseluruhan rasa yang ringan.
Berdasarkan penelitian di buku masak dan pengalaman pribadi, diputuskan untuk menggunakan
kaldu sayuran sebagai dasar untuk saus.
Resep untuk saus referensi yaitu 20 g mentega, 10 g tepung terigu, 1/2 cube knorr Organik
Bouillon, air 250 ml, 0,1 g thyme kering, 1 g jus lemon segar dan 1 g jus jeruk segar . Untuk
level manis yang tinggi, 10 g fennel (seperti parsley tetapi dari Eropa) goreng, 10 g goreng
bawang bombay dan 10 g madu ditambahkan. Untuk tingkat asam yang tinggi, 3 g jus lemon
segar ditambahkan. Untuk tingkat garam yang tinggi, 1 g garam laut, 30 g air garam dari ekor
udang karang. Untuk tingkat pahit yang tinggi, 40 g baku chicory parut dan 2 g jus jeruk segar.
Untuk tingkat umami yang tinggi, ditambahkan 0,05 g kristal monosodium glutamat (MSG).
Sebaliknya koki menggunakan saringan biasa, yang mengakibatkan adanya partikel dalam saus.
Prosedur ini dilakukan untuk semua saus sebelum disajikan untuk memastikan bahwa
penampakan dan tekstur semua saus homogen.
2.3 Analisis Sensoris deskriptif
Semua penilai dilatih dalam evaluasi kombinasi salmon dengan kedua campuran larutan air dan
saus yang dipilih, daftar 17 deskriptor dikembangkan (Tabel 2). fokus utama penelitian
penelitian ini adalah efek pada rasa dan aroma atribut, aroma dan tekstur atribut tidak
dimasukkan.
2.3.1 Prosedur Penyajian
analisis deskriptif dilakukan selama tiga hari berturut-turut dengan 10 sesi dengan total 34
makanan-sampel (17 meal samples dalam dua ulangan) yang terdiri dari tiga sampel yang
berbeda Setiap sesi terdiri dari tiga atau empat makanan sampel, disajikan setiap 10 menit,
dengan 15 menit istirahat antar sesi dan maksimal empat sesi per hari. Semua makanan-sampel
disajikan tanpa kode.
Salmon fillet dipotong menjadi panjang total 31,5 cm, dan dibagi 11 x 2 sampel dengan
ketebalan: 1.5 ± 0,1 cm, panjang: 5,5 ± 0,5 cm dan tinggi: 3,5 ± 0,5 cm. Mean berat sampel
adalah 15 ± 2 g. fillet dipotong sepanjang otot gelap sehingga semua sampel termasuk kedua
bagian terang dan otot gelap. Penilai diberi dua sampel yang berdekatan dari bagian yang sama
dari fillet untuk setiap sampel. sampel salmon dipanaskan dalam Electrolux Air-o-steam oven
(Combi LW 6 GN 1/1 Gas) di 75 C menggunakan uap 100% selama 3 menit. suhu salmon adalah
54 ± 1 C.
Batch baru dari saus disiapkan untuk setiap sesi untuk menghindari degradasi rasa dan tekstur
selama penyimpanan. Semua saus yang pertama dipanaskan sampai titik didih kemudian
dibiarkan dingin sebelum ditambah bahan tambahan. Setelah persiapan, saus dipindahkan ke 500
ml labu, atas ditutup dengan aluminium foil, kemudian disimpan dalam lemari panas (60 ± 1 C)
maksimum 10 menit untuk menghindari pembusukan. Suhu porsi terendah dari saus adalah 50 ±
1 C.
Semua sampel disajikan pada porselen putih sebelum dipanaskan di lemari panas, pada suhu 60
± 1 C, dengan dua potong salmon (2x 15 g ± 2 g) di setiap sisi dengan dengan saus dalam
mangkuk (15 ± 1 ml) di tengah. Salmon di sisi kiri dinilai pertama.
Data sensorik deskriptif dikumpulkan untuk penilaian salmon, saus dan kombinasi salmon dan
saus. Penilaian dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pertama intensitas atribut
untuk sampel salmon dinilai, setelah mengunyah sampel salmon lima kali. Kedua, intensitas
atribut untuk sampel saus dinilai. Terakhir, intensitas atribut untuk kombinasi salmon dan saus
dinilai.
Untuk salmon, penilai diperintahkan untuk menilai setengah dari salmon sampel, (7,5 ± 1 g).
Mereka diperintahkan untuk membagi salmon sampel di dua sepanjang otot gelap, untuk
memastikan bahwa kuantitas otot gelap pada masing-masing bagian adalah sekitar sama. Untuk
saus, penilai diperintahkan untuk menilai 3 ml (satu sendok teh plastik penuh). Untuk mencicipi
campuran, penilai diperintahkan untuk menuangkan 3 ml saus atas sampel salmon sebelum
menilai. kerupuk tawar dan air hangat yang tersedia untuk penetral.
2.4 Analisis Statistik
Panel Check 1.3.2 (Nofima Mat AS, Ås, Norwegia) digunakan untuk mengevaluasi kinerja panel
dari panel sensorik. Sebuah Tucker 1- plot digunakan baik dalam pre-test dan percobaan utama
untuk mengevaluasi konsensus sensorik atribut antara penilai,hipotesis nol ditolak.
Beberapa Perbandingan Uji Tukey diterapkan untuk membedakan yang kelompok berbeda
secara signifikan. Partial Least Squares Regresi (Plsr) dilakukan untuk mempelajari hubungan
antara atribut sensori biasa dan atribut komposit (kompleksitas dan harmoni) menggunakan
Unscrambler paket statistik (The Unscrambler v9.2, Camo AS, Norway). Model yang lintas-
divalidasi. Hasilnya ditafsirkan dengan nilai-nilai perbedaan dijelaskan dan beban korelasi plot.
koefisien regresi dengan batas ketidakpastian (± 2+ RMSEP) dikombinasikan dengan otomatis
yang digunakan untuk memilih statistik item signifikan menggambarkan kompleksitas dan
harmoni (Martens & Martens, 2000).
3. Hasil
Pada bagian 3 dan 4, saus dengan level tinggi dari rasa dasar akan disebut sebagai saus dasar.
Saus dengan level 3 atau 5 rasa dasar akan disebut sebagai saus campur. Hanya parameter
dengan perubahan yang signifikan yang dicatat.
3.1 Saus
Efek utama dari rasa dasar, digunakan sebagai factor ditunjukkan dan dibahas pada bagian ini.
Intensitas rata-rata dari rasa dasar pada saus referensi dan saus dengan level tinggi dari rasa dasar
ditunjukkan pada grafik 1.
Grafik 1 menunjukkan bahwa semua rasa desar ditunjukkan di saus referensi, dan intensitasnya
cenderung turun. Semua saus dasar kecuali saus umami memiliki intensitas yang lebih tinggi dari
rasa dasar yang sesuai dibandingkan dengan saus lainnya. Saus umami tidak memiliki signifikasi
lebih tinggi rasa umami dibanding saus lainnya, dan tidak ada perbedaan signifikan pada
intensitas dari beberapa rasa dasar untuk saus umami dibandingkan saus referensi.
3.2 kombinasi dari salmon dengan saus dasar
Grafik 2-7 menunjukkan efek dari saus referensi dan 5 rasa dasar saus pada profil sensori dari
salmon. Perbedaan dihitung dengan mengurangkan hasil dari setiap kombinasi saus salmon dari
rata-rata sampel salmon yang sesuai. Rasa mentega (tidak ditunjukkan disini) mengalami
peningkatan yang signifikan untuk semua kombinasi antara saus referensi dan saus rasa dasar.
Grafik 2 menunjukan bahwa saus referensi mengalami peningkatan yang signifikan pada rasa
asin (+0,89), rasa asam (+0,70), rasa umami (+1,17) dan kompleksitas (+1,03) pada profil sensori
dari salmon. Grafik 3 menunjukkan bahwa saus manis menunjukkan peningkatan pada rasa
manis (+1,37), rasa asin (+0,73) dan rasa umami (+1,03) pada profil sensori dari salmon. Grafik
4 menunjukkan bahwa saus asin mengalami peningkatan pada rasa asin (+0,73) dan rasa umami
(+1,64) dan kompleksitas (+1,22) pada profil sensori dari salmon. Sebagai tambahan, saus asin
mengalami penurunan rasa salmon (-0,85) dan rasa minyak ikan (-0,86). Grafik 5 menunjukkan
bahwa saus asam mengalami peningkatan yang signifikan pada rasa asin (+0,84), rasa asam
(+1,97), rasa umami (+1,36) dan kompleksitas (+1,22) dan mengurangi secara signifikan rasa
salmon (-1,14) pada profil sensori salmon. Grafik 6 menunjukkan bahwa saus pahit mengalami
peningkatan yang signifikan pada rasa asin (+0,71), rasa asam (+1,20), rasa pahit (+1,48), rasa
umami (+1,71). Total intensitas (+0,58) dan kompleksitas (+1,93) dan penurunan secara
signifikan rasa asam (-0,70), rasa salmon (-0,87) dan harmoni (-1,15) pada profil sensori dari
salmon. Grafik 7 menunjukkan bahwa saus umami mengalami peningkatan pada rasa asin
(+0,86) dan rasa umami (+1,11) pada profil sensori salmon.
3.3 Kombinasi dengan saus kombinasi (level tinggi dari 3 dan 5 rasa dasar)
Tabel 3 menunjukkan perubahan yang signifikan pada saus dengan level tinggi dari 3 dan 5 rasa
dasar, pada profil sensori dari salmon. Hanya temuan penting yang dibahas.
Table 3 menunjukkan beberapa penurunan signifikan pada intensitas dari parameter khas salmon.
Rasa manis/asin/asam dan rasa manis/asin/umami menurunkan rasa minyak ikan dan rasa
manis/asam/pahit dan rasa manis/pahit/umami menurunkan rasa salmon. Rasa asin/pahit/umami
mengurangi rasa asam dan bukan rasa salmon. Total intensitas parameter hanya mengalami
peningkatann yang signifikan pada salmon untuk kombinasi antara rasa asin/asam/pahit dan rasa
asin/pahit/umami, sedangkan gabungan parameter kompleksitas mengalami peningkatan yang
signifikan pada salmon untuk kebanyakan kombinasi, kecuali rasa manis/pahit/umami. Harmoni
mengalami penurunan yang signifikan pada kombinasi saus dengan level tinggi pada semua rasa
dasar.
3.4 Parameter gabungan
Untuk interpretasi penuh dari hubungan antara gabungan parameter kompleksitas dan harmoni
dan parameter sensori lain, regresi PLS ditampilkan menggunakan parameter sensori umum
sebagai variable X dan parameter gabungan masing-masing sebagai variable Y. Koefisien regresi
dengan batas ketidakpastian (+2.RMSEP) dikombinasian dengan Jack-knifing otomatis yang
digunakan untuk memilih item yang signifikan secara statistic, ditunjukkan oleh lingkaran
didalam plot, mendeskripsikan kompleksitas dan harmoni. Hasil dari analisis tersebut
ditunjukkan pada grafik 8 dan 9. Model PLSR untuk kompleksitas (lihat grafik 8)
mendeskripsikan 90% (69%, 21%) dari informasi pada Y di 2 komponen pertama dan model
PLSR untuk harmoni mendeskripsikan 98% (95%, 3%) di dua komponen pertama. Walaupun
PLSR untuk harmoni (lihat grafik 9) tidak menyediakan banyak tambahan informasi di factor 2
(hanya 3%). Plot PLSR ditunjukkan untuk kedua gabungan parameter untuk memperbaiki
interpretasi dan untuk membandingkan dari dua parameter. Grafik 8 menunjukkan gabungan
parameter kompleksitas, yang didefinisikan sebagai sebuah persepsi dari beberapa selera dan
rasa yang dideskripsikan oleh intensitas relativitas tinggi dari parameter umami dan pahit dan
intensitas relativitas rendah dari parameter asam. Grafik 9 menunjukkan gabungan harmoni,
yang didefinisikan sebagai keseimbangan, rasa yang baik dideskripsikan sebagai intesitas
relativitas yang tinggi dari parameter asam, salmon, mentega dan sempurna dan intensitas
realtivitas yang rendah dari parameter pahit, umami, asam, dan minyak ikan
Grafik 1
Grafik 2
Grafik 3
Grafik 4
Grafik 5
Grafik 6
Grafik 7
Tabel 3
Grafik 8
Grafik 9
4. Pembahasan
Penelitian ini meneliti tentang kuliner beru efek dari saus terhadap atribut sensori dari
salmon. Atribut komposit seperti kompleksitas dan harmoni dimasukkan dalam penelitian ini
untuk mengeksplorasi, jika hal tersebut dapat menambahkan informasi tambahan untuk deskripsi
perubahan sensorik pada salmon.
4.1 Saus
Desain Kreatif yang digunakan untuk pengembangan saus kuliner yaitu dengan
menggabungkan kreativitas kuliner dengan prinsip-prinsip desain eksperimental. Pendekatan ini
berhasil untuk semua saus dasar kecuali untuk saus umami. Alasan untuk kurangnya peningkatan
rasa umami dalam saus ini mungkin karena berdasarkan dengan fakta bahwa rasa ini tidak khas
sebagai rasa dasar lain dan mungkin ditutupi oleh rasa dasar lainnya. Selanjutnya, pada sesi
pelatihan sebelumnya dengan panel menunjukkan adanya kesulitan untuk mengidentifikasi rasa
umami dalam produk yang kompleks dengan MSG dibandingkan dengan larutan yang
ditambahkan dengan MSG.
Sementara itu penggunaan Desain Kreatif terbukti berguna dalam pengembangan saus,
yang mana desain faktorial pecahan tidak memberikan kombinasi yang paling menarik dari rasa
dasar. Hal ini karena kompleksitas dari saus dengan tiga level tertinggi dan level lima rasa dasar,
hal ini menyulitkan untuk mengamati setiap pola yang jelas di interaksi sensorik dengan salmon.
Saus dengan kombinasi dua level tertinggi rasa dasar mungkin telah menyediakan informasi
lebih. Namun, secara umum penggunaan desain eksperimental berhasil untuk tujuan utama
penelitian ini, dan pada pendekatan ini memungkinkan untuk mengembangkan saus dengan
semua kombinasi dari lima rasa dasar untuk studi lanjut.
4.2 Kombinasi salmon dan saus
Kombinasi rasa dasar saus dan salmon umumnya meningkatkan rasa dasar dalam salmon
sesuai dengan rasa dasar pada level tertinggi dalam saus. Selain itu, garam dan rasa umami yang
secara signifikan meningkat pada profil sensoris dari salmon disemua kombinasi. Rasa manis
hanya meningkat pada salmon dalam kombinasi dengan saus manis (Gambar. 3). Secara umum,
pengaruh dari saus manis sangat sederhana dan dapat dianggap sebagai penetral pada salmon
yang mana tidak menutupi rasa dari salmon itu sendiri. Hal ini mirip dengan apa yang dikatakan
oleh Aaslyng dan Frost (2008), ditemukan manis pada sayuran yang dikombinasikan dengan
Borg patties. Rasa asam itu secara signifikan meningkat pada salmon bila dikombinasikan
dengan saus referensi (Gambar 2), saus asam (Gambar. 5) dan saus pahit (Gambar. 6) tetapi tidak
dalam kombinasi dengan manis, garam dan saus umami. Hal ini menunjukkan bahwa bahan
kuliner yang ditambahkan dengan saus rasa manis, garam dan umami sebagian dapat mengkover
rasa asam dalam saus tersebut. Rasa pahit hanya secara signifikan meningkat dalam kombinasi
dengan pahit saus (Gambar. 6). Selanjutnya, saus pahit secara signifikan mengubah nilai
tertinggi atribut pada salmon. Hal ini menunjukkan bahwa rasa pahit disebabkan beberapa
interaksi sensorik, meningkatnya beberapa rasa dasar dan sebagian mengkover rasa dasar yang
lain. Atribut lainnya, seperti rasa salmon dan rasa minyak ikan, umumnya menurun (secara
signifikan dan secara non-signifikan) untuk semua kombinasi. Untuk salmon pada umumnya,
atribut rasa yang ada dari salmon yaitu dengan intensitas tertinggi, sementara rasa minyak ikan
memiliki intensitas yang relatif rendah. Rasa salmon berkurang untuk kombinasi dengan saus
asin (Gambar. 4), saus asam (Gambar. 5) dan saus pahit (Gambar. 6), namun pada saus asin
merupakan satu-satunya kombinasi yang juga mengurangi rasa minyak ikan. Hasil ini
menunjukkan bahwa rasa asin sebagian mengkover beberapa atribut khas ikan terkait. Untuk
kombinasi dengan saus campuran, hasilnya memberikan indikasi interaksi sensorik tapi sulit
untuk melihat pola umum antara campuran dan saus dasar (Tabel 3). Hal ini mungkin disebabkan
karena penekanan campuran dalam saus ini, sehingga mengurangi efek yang harus diamati untuk
saus dasar. Secara keseluruhan, hasil ini mirip dengan apa yang dikemukakan oleh Aaslyng dan
Frost (2008 ), ditemukan dalam studi tentang kombinasi daging babi dengan sayuran yang
berbeda, di mana rasa dasar dari sayuran yang meningkat, sementara atribut dari khas daging
menurun.
Rasa campuran tersebut dapat diketahui dengan cara menggunakan teknik pencicipan
untuk kombinasi. Jika teknik mencicipi ini digunakan secara berurutan dalam pengujian ini
mungkin akan mempengaruhi hasil, seperti yang terlihat dalam studi sebelumnya pada anggur
dan keju (Nygren et al., 2003a) . Untuk kombinasi dari salmon dan saus dasar, intensitas dari
atribut pada tingkat menengah dibandingkan dengan intensitas masing-masing pada salmon dan
saus yang mana terpisah dengan salmon memiliki umumnya lebih rendah intensitas dan saus
memiliki intensitas umumnya lebih tinggi. Hal ini mungkin menunjukkan jenis penekanan
campuran, di mana yang tertinggi intensitas atribut ditekan dalam kombinasi.
4.3 Atribut komposit
Alasan untuk menggunakan atribut komposit seperti kompleksitas dan harmoni adalah
untuk menguji apakah hal tersebut akan memberikan tambahan informasi tentang persepsi
sensorik keseluruhan makanan-makanan dengan kombinasi yang tidak tercakup oleh deskriptor
tradisional. Total intensitas atribut tidak termasuk dalam pembahasan sebagai atribut komposit
karena hanya berkaitan dengan intensitas atribut dan tidak ada atau tidak adanya spesifik selera
dan rasa. Untuk kombinasi dengan saus dasar, kompleksitas dalam salmon adalah secara
signifikan meningkat dalam kombinasi dengan asin (Gambar. 4), pahit (Gambar. 6) dan referensi
saus (Gambar. 7), dan harmoni itu secara signifikan berkurang dalam kombinasi dengan saus
pahit (Gambar. 6). Semua kombinasi dengan saus campuran kecuali dua memiliki signifikan
peningkatan kompleksitas (Tabel 3). Tidak ada kombinasi secara signifikan yang meningkat
pada harmoni, tapi dua saus secara signifikan menurunkan harmoni, saus pahit (Gambar. 6) dan
manis/garam/asam/pahit/umami (Tabel 3). Dua kombinasi ini menciptakan perubahan yang
signifikan pada atribut yang berbeda, yang menunjukkan bahwa penurunan harmoni mungkin
menyediakan informasi tentang karakteristik umum dari kombinasi ini. Sebuah penjelasan yang
mungkin dari keseluruhan kesan dari kedua kombinasi dianggap sebagai sama-sama tidak
seimbang dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa harmoninya rendah. Intensitas total,
didefinisikan sebagai intensitas dari semua selera dan rasa, hanya secara signifikan meningkat
untuk kombinasi dengan pahit (Gambar. 6), garam/asam/pahit dan garam/pahit/umami (Tabel 3),
sedangkan kompleksitas itu secara signifikan meningkat untuk sebagian besar kombinasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kompleksitas memiliki informasi yang berbeda dibandingkan dengan total
intensitas atribut.
PLSR menunjukkan bahwa kompleksitas digambarkan oleh kombinasi intensitas yang
relatif tinggi pada atribut seperti pahit dan umami dan intensitas relatif rendah pada atribut
seperti asam, pada profil sensorik dari salmon (Gambar. 8). Asam di salmon adalah atribut sering
berhubungan dengan kesegaran ikan, dan kombinasi intensitas yang relatif tinggi baik pahit dan
umami mungkin terkover pada atribut ini, dan didasarkan pada pemberian sebuah rasa yang
kompleks pada salmon. Harmoni digambarkan dengan kombinasi memberikan intensitas yang
relatif tinggi dari atribut seperti asam, mentega, salmon dan kesempurnaan, dan intensitas relatif
rendah pada atribut seperti pahit, logam, minyak ikan dan intensitas keseluruhan (Gambar. 9).
Dengan demikian, intensitas relatif tinggi pada atribut seperti pahit, logam, ikan-minyak dan
total intensitas tinggi pada umumnya dari selera dan rasa yang dapat mengakibatkan
pengurangan selaras yang dirasakan pada saat makan ikan. Secara umum, atribut yang ditemukan
menjadi penting untuk menggambarkan keharmonisan berkorelasi negatif dengan atribut
ditemukan menjadi penting untuk menggambarkan kompleksitas, dan sebaliknya. Hasil ini
menunjukkan bahwa penggunaan atribut komposit dapat memberikan informasi tambahan
tentang keseluruhan persepsi kombinasi, berdasarkan informasi pada atribut yang hadir pada
intensitas tinggi dan rendah dalam makanan-makanan kombinasi. Menurut Giboreau et al.
(2007), multi-dimensi, atribut multi-komponen dan definisi yang mungkin lebih dekat dengan
persepsi orang tentang benda-benda. Namun, tantangannya adalah untuk menciptakan definisi
umum dari atribut komposit tersebut dan untuk mencapai konsensus umum di panel. Hal ini juga
lebih sulit untuk mengkalibrasi dan melatih panel untuk menantang standar atau referensi untuk
harmoni atau kompleksitas daripada standar, atribut satu dimensi dan penggunaan deskriptor
seperti memperkenalkan kemungkinan penilaian subjektif dari panelis terlatih. Menurut
Meilgaard et al. (1999), penggunaan istilah yang sama seperti keseimbangan dan perpaduan
selera dan rasa harus dipertimbangkan untuk panel terlatih dan memerlukan pemahaman yang
canggih berdasarkan dari hal ini dan intuisi. Selain itu juga penting untuk memahami pentingnya
atribut tersebut untuk persepsi konsumen dari produk.
5. Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa kombinasi dari saus dan salmon dapat meningkatkan rasa
yang sesuai dalam ikan salmon tersebut. Penggunaan saus dapat mengurangi rasa amis
dimana saus tersebut memberikan rasa yang pahit, asam dan asin, pada salmon tersebut,
sedangkan saus asin dapat mengurangi rasa minyak ikan. Rasa pahit, asam dan saus asin
secara signifikan mempengaruhi atribut komposit dengan meningkatkan kompleksitas.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Desain Kreatif adalah pendekatan yang cocok untuk
menggabungkan kreativitas kuliner dan pengalaman dari koki dengan pendekatan
sistematis desain eksperimental. Pengetahuan yang diperoleh sangat penting ketika
mengembangkan ikan salmon dengan saus yang dapat mengurangi atau meningkatkan
atribut spesifik sensori pada makanan tersebut.