review jurnal
DESCRIPTION
Dalam menunjang pembangunan Bangsa Indonesia, diperlukan sarana danprasarana fisik yang sehat dan kuat. Salah satu sarana yang cukup penting danharus dipenuhi adalah sarana perhubungan atau transportasi. Transportasi dapatmemperlancar laju pembangunan dan dapat memperkokoh ketahanan nasionalserta dapat mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuannasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.TRANSCRIPT
[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle]
[DATE] [COMPANY NAME] [Company address]
1
EVALUASI KEBIJAKAN PEREMAJAAN ANGKUTAN KOTA DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Malang) Esti Hartyanti Putri, Moch. Saleh Soeady, Ainul Hayat [email protected]
I. REVIEW JURNAL
1.1 Pendahuluan
Dalam menunjang pembangunan Bangsa Indonesia, diperlukan sarana dan
prasarana fisik yang sehat dan kuat. Salah satu sarana yang cukup penting dan
harus dipenuhi adalah sarana perhubungan atau transportasi. Transportasi dapat
memperlancar laju pembangunan dan dapat memperkokoh ketahanan nasional
serta dapat mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun, masalah yang dihadapi
oleh hampir setiap kota termasuk kota Malang adalah kurangnya pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan angkutan kota. Keadaan ini harus diimbangi dengan
penyediaan sarana dan prasarana transportasi/angkutan yang memadai.
Kota Malang mempunyai tingkat kebutuhan transportasi yang cukup tinggi
sebagai kota yang terkenal dengan sebutan Tri Bina Cita, yaitu kota pelajar,
industri dan pariwisata. Transportasi umum yang ada di Kota Malang banyak
menggunakan angkutan kota sebagai salah satu sarana transportasi umum selain
taksi. Sebagai kota pelajar, industri dan pariwisata, angkutan kota amatlah vital
sebagai faktor pendukung yang berkaitan dengan segala aktivitas masyarakat kota
Malang. Lalu dibuatlah kebijakan tentang transportasi yang menyangkut tentang
angkutan kota yaitu Peraturan Daerah Kota Malang no 5 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Bermotor Umum.
Salah satu isinya tentang persyaratan teknis layak jalan kendaraan bermotor
umum dan tidak adanya pembatasan usia untuk peremajaan kendaraan bermotor
umum.
1.2 Evaluasi Kebijakan Peremajaan Angkutan Kota dalam Upaya
Peningkatan Pelayanan Publik
2
Kebijakan peremajaan angkutan kota ini merupakan salah satu kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi keluhan masyarakat yang menginginkan
adanya peningkatan pelayanan publik dalam bidang transportasi khususnya
angkutan kota. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah no 5 tahun
2011 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang diungkapkan oleh William N. Dunn (2000, h.610)
evaluasi kebijakan peremajaan angkutan kota dapat dilihat berdasarkan kriteria
sebagai berikut.
Efektivitas kebijakan peremajaan angkutan kota
Kebijakan peremajaan angkutan kota ini dilihat dari pembuat kebijakan dan
masyarakat pengguna angkutan kota yang merasakan kebijakan tersebut bisa
dikatakan telah sesuai dengan Peraturan Daerah no 5 tahun 2011. Persyaratan
yang dilakukan pun tidak terlalu rumit yaitu dengan memenuhi syarat
administrasi melalui ketentuan surat-surat yang dibutuhkan seperti BPKB,
STNK, surat tanda uji kendaraan, ijin trayek, surat ijin usaha angkutan serta
harus memenuhi syarat fisik. Dari hasil peremajaan yang dilakukan, pada
kenyataannya masih belum terlalu banyak pemilik angkutan kota yang
meremajakan angkutan kotanya dikarenakan terhambat oleh harga biaya
penggantian angkutan baru yang dirasa mahal.
Efisiensi Kebijakan Peremajaan Angkutan Kota
Kebijakan peremajaan dirasa kurang efisien oleh beberapa pemilik angkutan
kota, karena dengan adanya penggantian angkutan kota yang baru pun tidak
menjamin penghasilan mereka akan bertambah.
Kecukupan Kebijakan Peremajaan Angkutan Kota
Kebijakan peremajaan angkutan kota ini dilakukan dengan bertujuan untuk
memecahkan masalah di bidang kualitas transportasi yang semakin menurun
kualitasnya. Kriteria kecukupan dalam kebijakan peremajaan angkutan kota ini
telah sedikit tercapai, walaupun belum semua bisa diremajakan angkutan
kotanya, tetapi ini sudah memenuhi kriteria tersebut karena dengan tujuan
yang dapat tercapai.
Pemerataan Kebijakan Peremajaan Angkutan Kota
3
Beberapa pihak terlibat dalam kebijakan peremajaan angkutan kota ini seperti
Dinas Perhubungan, Polresta atau Samsat, Dispenda, DPRD, para pemilik
angkutan kota dan masyarakat pengguna jasa angkutan kota. Dapat dilihat
bahwa kriteria pemerataan dalam kebijakan ini dapat tercapai dengan masing-
masing tanggung jawab kepada pihak-pihak yang terlibat. Kebijakan
peremajaan angkutan kota ini merupakan musyawarah bersama dan
persetujuan dari berbagai pihak, bukan kebijakan yang hanya mementingkan
satu golongan masyarakat saja, hal ini terlihat dari banyaknya pihak dan
instansi yang dilibatkan.
Responsivitas Kebijakan Peremajaan Angkutan Kota
Kebijakan peremajaan angkutan kota ini mendapat respon yang baik dari
masyarakat dikarenakan dengan adanya kebijakan peremajaan angkutan kota
ini membawa berbagai dampak positif bagi pelayanan publik karena dapat
terciptanya keamanan, kenyamanan dan keselamatan. berdampak negatif bagi
mereka yaitu masalah ekonomi yang dihadapi oleh pemilik angkutan kota
karena harus menyiapkan biaya yang cukup besar untuk penggantian angkutan
yang baru dan dampak negatif lainnya adalah dapat memicu kemacetan di jalan
raya dikarenakan volume kendaraan yang semakin bertambah.
Ketepatan Kebijakan Peremajaan Angkutan Kota
Ketepatan dalam kebijakan ini sudah bisa dilihat dari tujuan yang ada sudah
bermanfaat bagi masyarakat. Karena dengan kebijakan peremajaan angkutan
kota ini secara otomatis menjadi suatu perbaikan bagi kualitas transportasi
umum di Kota Malang ini khususnya untuk angkutan kota.
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Peremajaan Angkutan
Kota di Kota Malang
Faktor Pendukung
1. Permintaan sebagian besar masyarakat terhadap sarana angkutan kota
yang memadai, cepat, aman, dan nyaman hal ini disebabkan karena
beberapa angkutan kota dinilai masyarakat kondisinya kurang nyaman
seperti armada angkutan yang fisiknya sudah rusak, jalannya lambat, sering
4
mogok, dan terkadang asapnya yang sering menganggu sehingga perlu
diadakan pergantian kendaraan
2. Adanya dukungan dari pemerintah daerah Karena dengan peremajaan ini
dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
3. Tersedianya jaringan Trayek. Hal ini sangat penting karena jaringan trayek
menentukan kelangsungan hidup bagi angkutan kota.
4. Adanya penyandang dana dan Persediaan Kendaraan. Dalam peremajaan
angkutan kota ini membutuhkan dana yang besar untuk pengadaan
kendaraan maka pemerintah daerah menjalin kerja sama dengan pihak
ketiga yaitu UD Perdana Motor dan PT Mobilindo sebagai penyandang dana
dan penyediaan kendaraan.
Faktor Penghambat
1. Dari sebagian pemilik angkutan belum menyadari perlunya peremajaan ini
sehingga membuat sebagian pemilik angkutan kota memilih untuk tidak
mengikuti peremajaan ini.
2. Banyaknya kebutuhan ekonomi para pemilik angkutan kota sehingga
mereka lebih memilih membiarkan armada angkutan mereka untuk tidak
diremajakan. Karena ekonomi pada saat sekarang ini dianggap cukup sulit,
sehingga tidak semua para pemilik angkutan meremajakan angkutan
kotanya.
3. Adanya rute trayek berhimpitan. Sesuai dengan hasil penelitian di lapangan
maka ada beberapa rute angkutan kota yang berhimpitan antara satu
dengan lainnya. Karena apabila rutenya berhimpitan maka dikhawatirkan
penumpang yang diangkut tidak bisa maksimal.
II. SINTESIS JURNAL
2.1 Kebijakan Publik
Kebijakan publik (public policy) sebagaimana yang diungkapkan Chief J.O.
Udoji (dalam Abdul Wahab, 1997, h.5) mendefinisikan kebijakan publik “an
sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related
problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah
5
pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok
masalah tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar
warga masyarakat). Seperti menurut Anderson (dalam Islamy, 1991, h.19)
mengatakan bahwa kebijakan publik sebagai kebijakan yang dikembangkan oleh
badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.
2.2 Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan menurut Casley dan Kumar (dalam Abdul Wahab, 2001,
h.23) bahwa evaluasi itu sebagai penilaian terhadap kinerja proyek dan
dampaknya pada kelompok sasaran dan daerah tertentu. Menurut William. N.
Dunn (2000, h.610) ada 6 kriteria dalam melakukan evaluasi terhadap kebijakan
seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Kategori Evaluasi Menurut Willian N. Dunn
2.3 Studi Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan atau program tidak dapat dilakukan hanya melalui kajian
teritik atau hanya melalui data-data sekunder, sebab jika hal tersebut yang
dilakukan maka penilaian dan rekomendasi yang dihasilkan tidak valid karena
hanya berdasar perkiraan saja (sumber: web.unair.ac.id)
6
III. CRITICAL REVIEW
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, mengevaluasi
serta menganalisis kebijakan peremajaan angkutan kota dan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun dalam bab
pembahasan, peneliti hanya menyajikan uraian evaluasi kebijakan dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan tersebut saja. Tidak
adanya deskripsi mengenai kebijakan peremajaan secara jelas dan analisis
kebijakan yang disajikan oleh peneliti. Seharusnya peneliti juga menyajikan
uraian mengenai capaian dari kebijakan dan gambaran kondisi setelah
implementasi kebijakan, sehingga dari uraian tersebut dapat dilakukan
evaluasi yang lebih mendalam.
Dapat dikatakan bahwa jurnal ini merupakan sebuah studi evaluasi
kebijakan tentang peremajaan angkutan kota di Kota Malang. Dalam
melakukan studi evaluasi kebijakan, secara garis besar terdapat dua dimensi
penting yang harus diperoleh informasinya yaitu :
1. Evaluasi kinerja pencapaian tujuan kebijakan
Yakni mengevaluasi kinerja orang-orang yang bertanggung jawab
mengimplementasikan kebijakan. Sehingga dapat memperoleh
informasi mengenai implementasi, efektivitas, dan efisiensi program.
2. Evaluasi kebijakan dan dampaknya
Yakni mengevaluasi kebijakan itu sendiri serta kandungan programnya
untuk memperoleh informasi mengenai efek kebijakan, dampak
kebijakan, kesesuaian kebijakan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Namun dilihat dari analisis yang dibahas dalam jurnal ini, peneliti hanya
mengevaluasi dari segi kebijakan dan dampaknya saja. Padahal perlu juga
mengevaluasi dari segi kinerja pencapaian tujuan kebijakan tersebut.
Dalam jurnal ini, peneliti telah menyajikan aspek-aspek kebijakan yang
harus dievaluasi menurut William N. Dunn. Aspek kebijakan telah disajikan
secara menyeluruh dan cukup jelas. Namun spesifikasi variabel evaluasi
dalam jurnal ini juga masih kurang. Akan lebih baik jika peneliti menyajikan:
1. Spesifikasi komponen-komponen kebijakan
7
Dengan memperjelas terdiri dari komponen-komponen aktivitas apa saja
program tersebut. Gunanya adalah sebagai component testing untuk
menguji sumbangan keefektivan masing-masing komponen terhadap
kebijakan.
2. Spesifikasi sasaran-sasaran dan efeknya
Bukan hanya yang dinyatakan dalam dokumen atau oleh pengelola
kebijakan, namun juga diuraikan sasaran-sasaran dan dampak-dampak
lain yang diharapkan oleh masyarakat.
Dalam upaya pembuatan kebijakan peremajaan angkutan kota, Peraturan
Daerah yang dikeluarkan harus memiliki batas jelas mengenai pembatasan
usia angkutan kota dan memiliki sanksi yang tegas bagi pihak pemilik
angkutan kota yang tidak mematuhi Peraturan Daerah yang telah
diberlakukan. Meninjau salah satu isi Peraturan Daerah Kota Malang no 5
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan
Kendaraan Bermotor Umum, yaitu tidak adanya pembatasan usia untuk
peremajaan kendaraan bermotor umum. Dari Peraturan Daerah di atas
sudah mencerminkan ketidak tegasan pemerintah Kota Malang dalam
memberlakukan kebijakan peremajaan angkutan kota. Sehingga masih
tidak ada sanksi dan kepastian usia kendaraan wajib peremajaan secara
jelas yang membuat para pemilik angkutan kota merasa enggan melakukan
peremajaan terhadap angkutan kota yang dimilikinya. Namun di sisi lain,
masih belum terlalu banyak pemilik angkutan kota yang meremajakan
angkutan kotanya dikarenakan terhambat oleh harga biaya penggantian
angkutan baru yang dirasa mahal. Oleh karena itu perlu adanya dukungan
dari pemerintah berupa bantuan keringanan biaya peremajaan dan
mempermudah persyaratan administrasi yang ditetapkan.
Studi evaluasi kebijakan tidak dapat dilakukan hanya melalui kajian teoritik
atau hanya melalui data-data sekunder, sebab jika hal tersebut yang
dilakukan maka penilaian dan rekomendasi yang dihasilkan tidak valid dan
hanya berdasar perkiraan saja. Dalam jurnal ini peneliti hanya melakukan
8
evaluasi tanpa memberikan rekomendasi untuk ke depannya agar lebih
baik.
IV. LESSON LEARNED
Dalam membuat sebuah studi evaluasi kebijakan, harus memperhatikan
dua dimensi yaitu evaluasi dari segi kinerja pencapaian tujuan kebijakan serta
yang kedua adalah evaluasi dari segi kebijakan itu sendiri dan dampak yang
dihasilkan. Karena dalam studi evaluasi kebijakan tidak hanya melihat dari satu
aspek kebijakan itu sendiri saja, tapi juga perlu evaluasi terhadap aspek-aspek
lain secara menyeluruh yang melekat pada kebijakan tersebut agar dapat
mengetahui efek yang diberikan dari masing-masing aspek. Selain itu dalam
pembuatan suatu kebijakan peremajaan angkutan kota, pemerintah perlu
memberi batasan jelas terhadap usia angkutan kota. Serta sanki yang tegas
untuk menindak lanjuti pemilik angkutan yang enggan meremajakan
angkutannya. Tapi selain mengeluarkan kebijakan, pemerintah juga perlu
mempertimbangkan kesulitan yang di alami pemilik angkutan. Perlu adanya
bantuan keringanan biaya peremajaan angkuntan dan pemberian kemudahan
dalam persyaratan administrasi. Dari evaluasi yang dilakukan maka akan
memberikan suatu rekomendasi apakah kebijakan tersebut dapat dilanjutkan
atau tidak serta apa saja yang harus diperbaiki dalam kebijakan tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. (1997). Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdul Wahab, Solichin. (2001). Evaluasi Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Malang: UM
Press
Dunn, William N. 1981. Public Policy Analysis – An Introduction. Pearson education.
New Jersey
Gunawan, Meidi. (2014). Analisis Kebijakan Publik. www.slideshare.net (diakses pada
14 Maret 2015)
Islamy, Irfan M. (1991). Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta:
Bumi Aksara
Jurnal Bogor. (2014). Jurnalbogor.co (diakses pada 14 Maret 2015)
Tamin, Ofyar Z. (1999). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua.
Bandung: ITB
Web Dosen. (2012). web.unair.ac.id (diakses pada 14 Maret 2015)