review buku tata susila hindu dharma
DESCRIPTION
Ini adalah contoh review buku Tata Susila Hindu Dharma dengan pengarang Prof. Dr. Ida Bagus MantraTRANSCRIPT
TUGAS AGAMA
REVIEW BUKU TATA SUSILA HINDU
DHARMA
I Gede Teguh Pribadi
1304505093
Agama Hindu (C)
TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN AJARAN : 2013/2014
Judul : Tata Susila Hindu Dharma
Pengarang : Prof. Dr. Ida Bagus Mantra
Berikut ini adalah review dari buku tentang tata susila khususnya orang Bali dari
seorang tokoh yang saya bisa sebut sebagai orang yang pernah menjabat sebagai
orang nomor satu di Bali yaitu Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Beliau adalah seorang
budayawan yang lahir tanggal 8 Mei 1928. Beliau selain sebagai tombak yang
memajukan Bali di zamannya juga aktif dalam dunia pendidikan dimana beliau telah
banyak menciptakan buku hingga menjadi pencetus lahirnya fakultas sastra di
Universitas Udayana, bukan hanya itu prestasi yang pernah diraihnya yaitu di jadikan
nama jalan untuk mengenang semangat dan dedikasi beliau untuk kemajuan Bali
tercinta.
Karyanya yang terbit pertama tahun 1993 dan diperbaharui tahun 2013 lalu ini
berjudul Tata Susila Hindu Dharma. Buku ini dikemas dengan cukup menarik
dimana bagian sampul yang tidak begitu mencolok dan rapi. Selain itu buku ini juga
mengulas tentang tata susila orang Hindu Bali yang sebagian besar bersifat universal
dan juga dapat diterapkan dalam pergaulan antarumat dan bangsa. Tak lain dan tak
bukan buku ini membahas tentang tata cara susila yang akhir-akhir ini mulai tergerus
keberadaannya karena seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi modern.
Sebelum membahas tentang susila pengertian agama menurut buku ini sangat
universal dan tidak menjurus pada agama tertentu dengan perngertiannya sebagai
berikut : “Agama adalah dasar tata susila yang kokoh dan kekal, ibarat landasan
bangunan, di mana suatu bangunan harus didirikan” (hal.5). Dan susila tiada lain
berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau
sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan.
Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus
menjadi pedoman hidup manusia.
Kita hidup di dunia ini kerap kali dibuat bingung dengan cara membedakan perbuatan
salah dan benar. Dalam buku ini menerangkan bahwa “Segala sesuatu yang dapat
menolong dunia ini melalui jalan yang telah ditentukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa
sendiri adalah benar, dan segala sesuatu yang menghalangi jalan ini adalah salah”
(hal.10). Selain itu juga dalam menentukan sesuatu yang benar dan salah kita juga
harus mengacu dengan yang namanya “Tat Twan Asi”. Di dalam buku ini diterangkan
mengenai pengertian Tat Twan Asi dalam Candogya Upanishad, 6,8,7 yang artinya :
“Dikaulah itu, Dikaulah (semua) itu; semua mahluk adalah Engkau. Engkaulah awal
mula roh ( jiwatma ) dan zat (praktri) semua mahluk. Aku ini adalah mahluk yang
berasal dari-Mu. Oleh karena itu, jiwatma-ku dan prakrtiku tunggal dengan jiwatma
semua mahluk dan Dikau sebagai sumberku dan sumber sebagai mahluk. Oleh karena
itu aku adalah Engkau; aku adalah Brahma” (hal. 11)
Nah, dalam buku diterangkan bahwa jalan yang benar adalah jalan yang menuntun
kita ke arah ke satuan dengan Sang Hyang Widhi. Jadi dalam melakukan hal tersebut
harus disertai dengan pedoman-pedoman bertata susila yang baik dan benar. Menurut
Sri Kresna dalam Bhagawan Gita telah membagi kecenderungan budi manusia atas
dua bagian, yakni : 1. Daiwi Sampat, yaitu mutu kedewaan dan 2. Asuri Sampat,
yaitu mutu keraksasaan (hal.15). Selanjutnya kita harus mampu mencondongkan diri
kita ke arah Daiwi Sampat agar kehidupan kita dapat mengarah ke kehidupan yang
lebih baik. Namun di dunia ini selai pedoman-pedoman tata susila kita juga punya
tiga hutang budi yang harus dibayar ialah : 1. Rsi Rnam, yaitu hutang budi kepada
Rsi, 2. Pitra Rnam, yaitu hutang budi kepada Pitra, dan 3. Dewa Rnam, yaitu hutang
budi kepada Dewa (hal.19).
Dalam pertumbuhan kita sebagai manusia, kita mencari kebahagian. Dalam buku ini
dibahas mengenai kebahagian dimana kebahagian sejati kita sebagai manusia adalah
mencapai keadaan jiwamukta. Dimana dalam weda Brhadaranyaka Upanisad
disebutkan bahwa Brahma adalah “wijnanam anandam Brahma”, yang maksudnya
brahman adalah kebijaksanaan dan kebahagian (hal.25). Dari hal tersebut di dalam
perjalanannya untuk mencapai kebahagiaannya itu, kita juga dihadapakan pada
penderitaan, kesusahan dan juga kesenangan dimana pada akhirnya kita menyadari
bahwa kesucian, kebijaksanaan dan kebahagiaan adalah tunggal dan tak bisa
dipisahkan. Jadi, tata susila menuntun kita pada agama yang tertinggi. Oleh karena
itu, tidaklah ada batas lagi antara tata susila dan agama (hal.26).
Dalam hidup kita ini selain mempunyai hak kita juga mempunyai kewajiban. Di buku
ini dibahas mengenai dua kewajiban kita yang harus dijunjung, yaitu : 1.
Menyelaraskan hubungan badan dengan Paramatma di dalamnya dan 2.
Menyelaraskan hubungan mahluk yang berbeda-beda yaitu; Dewa-dewa, Pitra-pitra,
Rsi-rsi, manusia dan mahluk lainnya (hal.27). Selain dua kewajiban tersebut ada juga
5 kewajiban yang harus dilatih untuk mencapai kebajikan yaitu : 1. Cinta kepada
kebenaran, 2. Cinta kepada kejujuran, 3. Cinta kepada keikhlasan, 4. Cinta kepada
keadilan. Di dalam menjalankan kewajiban tersebut kita juga harus menjaga
keselarasan badan dengan paramatma, yang berarti menjadikan badan sendiri sebagai
tempat untuk mewujudkan sifat dari Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu agar kita
dapat menjalankan kewajiban dan kerja dengan baik dan sehat kita juga harus
menjaga badan jasmani dengan menjaga kebersihan dan kesehatan badan.
Di dalam hubungan antara kesusilaan dan kedursilaan adalah atas rasa kasih dan
dengki. Dan menurut pengertiannya kasih adalah dasar semua kebijakan (dharma)
sedangkan dengki adalah dasar kedursilaan (adharma) (hal.42). Kasih mendorong
rasa berkorban, rasa mengekang diri, rasa mengabdi untuk kebahagian semuanya.
Sebagaimana susila sebagai cabang dari rasa bakti yang timbul dari rasa cinta,
demikianpula halnya dengan tabiat dursila yang tumbuh dari rasa iri.
Dari penjabaran di atas mulai dari pengertian agama dan susila hingga hubungan
kesusilaan dengan kedursilaan, buku sangat ini cocok dibaca di berbagai lingkungan
seperti keluarga, maupun di ranah pendidikan, agama, bahkan pemerintahan agar
kehidupan dan diri setiap individu dan manusia menjadi lebih baik dan sempurna. Di
dalam buku ini juga banyak mengulas tentang filsafat-filsafat khususnya bagi orang
yang beragama hindu.
Walaupun demikian buku ini juga memiliki kekurangan tersendiri seperti; banyak
bacaan yang bahasanya tidak mudah dimengerti seperti sloka, selain itu banyaknya
penjabaran atau penjelasan yang menyimpang tentang subbab yang dibahas juga
dapat membuat pembaca awam menjadi bingung.
Tapi secara umum buku ini sudah cukup baik mulai dari tampilan sampulnya yang
simple hingga materi tentang filsafat yang banyak berguna bagi masyarakat luas dan
juga dapat menambah dan mengubah wawasan masyarakat luas mengenai tata susila
yang mulai tergerus zaman khusunya mengenai tata susila agama Hindu yang ada di
Bali.